![](https://assets.isu.pub/document-structure/230131120230-7d2ee98c6eda8d8d0833962990f62bf9/v1/4e21dd6ddc13e8cf80ee84d6d7cb2909.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
2 minute read
Olah Plastik Jadi Karya Seni
SEBAGAI seorang perempuan, Lily Elserisa mengusahakan dirinya lebih berdaya. Satu di antaranya aktif bersama dua rekannya dalam taktik, yakni sebuah kolektif seni yang mengolah sampah kantong plastik menjadi karya instalasi ruang.
Lily menjadi satu dari tiga seniman yang menggerakkan kolektif seni rupa bernama taktik. Kolektif ini lahir didasari rasa kepedulian terhadap potensi pencemaran lingkungan dari kantong plastik.
Advertisement
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230131120230-7d2ee98c6eda8d8d0833962990f62bf9/v1/36160cd743025e6969309bf68b107706.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
“Aku bareng Mutia dan Genta menggerakkan tiktak fokus pada pembuatan karya seni rupa dari limbah kantong plastik.
Kami menerima sumbangan sampah kantong plastik untuk kami olah menjadi sebuah karya seni,” ungkap Lily. Bersama taktik, sejak 2018, Lily aktif menjadi seniman dengan beberapa karya bersama yang sudah dipajang di beberapa ajang pameran seni besar di Yogya. Di antaranya, melalui karya berjudul ‘Kayun Kolomongso’ yang dipamerkan pada gelaran Art Jog tahun lalu. Selain itu, karya Lily bersama taktik juga pernah dipamerkan di pameran seni Biennale. Bersama taktik, Lily kerap membuat loka karya. Ia berharap, dengan seringnya diskusi dan memberi contoh nyata bagaimana mengelola sampah dan mengurangi sampah. Lalu kedepan, semakin banyak masyarakat yang lebih peduli pada kebersihan lingkungan.
ujar Lily.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230131120230-7d2ee98c6eda8d8d0833962990f62bf9/v1/587a02838e6160cab802e6e60c21244a.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230131120230-7d2ee98c6eda8d8d0833962990f62bf9/v1/8314997417db68d13b4eb34ef6fccf08.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230131120230-7d2ee98c6eda8d8d0833962990f62bf9/v1/5cebd15937b9c13ef0fa200f9a70b74d.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
Hijrah dari Malang ke Yogyakarta, Lily memiliki satu misi ingin menguji apakah yang selama ini ia kerjakan dan harapkan, memang bisa ia capai. Misi tersebut adalah menyelesaikan pendidikan magisternya dan berusaha menjadi seorang pendidik seperti kedua orang tuanya.
Aku bareng Mutia dan Genta menggerakkan tiktak fokus pada pembuatan karya seni rupa dari limbah kantong plastik.
Lily menyadari, citacitanya menjadi seorang pendidik sangat dipengaruhi kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai guru. Lily, sejatinya, tak menutup profesi lain untuk ia tekuni. Namun ternyata, ia merasa dimudahkan dengan ujian-ujian yang selama ini menjadi jalan untuk mencapai cita cita yang ia kehendaki. Selepas menyelesaikan pendidikan magisternya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Lily mendaftar sebagai dosen di fakultas seni rupa. Ia pun dinyatakan diterima dan kini menjadi seorang dosen di ISI Yogyakarta. “Aku hanya menguji saja, apakah benar sudah pada jalur yang selama ini aku usahakan. Andaikata belum sesuai, ya tidak apa apa. Ternyata sampai sejauh ini, masih pada jalurnya, aku sangat bersyukur,” kata Lily.
Sebagai seorang dosen, Lily menempatkan diri pada para mahasiswanya sebagai teman diskusi. Lily pun menyadari, ilmu yang ia berikan tanpa disertai contoh nyata apa yang pernah ia lakukan, maka akan kurang maksimal.
“Taktik sendiri ada sejak 2016, aku baru bergabung pas di Yogya pada 2018. Ini salah satu wujud tanggung jawab moralku sebagai seorang seniman dan masyarakat yang tak disadari sejak lama sebenarnya andil dalam meningkatnya polusi lingkungan,”
“Sebagai seorang pengajar aku sedapat mungkin bisa memberi contoh nyata apa yang aku berikan ke mahasiswa, juga sudah pernah aku lakukan. Jadi, mereka juga semakin percaya dan berharap bisa lebih baik,” kata Lily. (yud)
Menikmati Bangunan Tua
DARA kelahiran Jember 11 November 1994 ini gemar jalan-jalan menikmati sejarah dari bangunan-bangunan tua. Bagi Lily, bangunan tua yang menyimpan banyak sejarah memiliki misteri yang menarik untuk disimak.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/230131120230-7d2ee98c6eda8d8d0833962990f62bf9/v1/c7e90863fee0d1494df746d88d59587b.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
Jika ada waktu senggang, Lily menyempatkan mengunjungi berbagai tempat yang masih memiliki banyak bangunan tua. Sejak tinggal di Yogyakarta, Lily merasa sangat dimanjakan dengan banyaknya bangunan tua yang selalu memikatnya. “Selama di Yogya, aku sudah keliling mencari bangunan tua. Di antaranya di titik nol, di sepanjang jalan Malioboro dan sekitar Keraton Yogyakarta. Meski hanya bangunan, bagiku, menyajikan seni dan misteri yang selalu menarik untuk dikulik,” lontar Lily. Selain mengunjungi bangunan tua, Lily juga menyukai wisata alam. Beberapa destinasi wisata di Yogyakarta juga menjadi favorit Lily. Baginya, menikmati alam bisa memberikan energi positif.
“Sebenarnya hobiku sama seperti manusia lain pada umumnya. Menjalankan hobi menjadi salah satu cara kita agar seimbang dengan aktivitas lain yang menguras energi,” ungkap Lily. (yud)