6 minute read

Suami Saya Bukan Dukun

 Keluarga Korban Percobaan Pembunuhan di Seyegan Angkat Suara

SLEMAN, TRIBUN - Seorang warga Seyegan, Kabupaten Sleman, S, jadi korban percobaan pembunuhan oleh sekelompok orang pada Sabtu (28/1) dini hari lalu. Pihak keluarga kini angkat suara terkait kasus itu dan menolak pernyatan tersangka bahwa korban adalah dukun pengganda uang.

Advertisement

Korban sempat diracun, dipukul besi, dan ditabrak mobil oleh tersangka DP dan komplotannya. Ia akhirnya meninggal pada 3 Februari 2023 lalu setelah sempat dirawat di rumah sakit akibat percobaan pembunuhan itu. Para pelaku yang sudah ditangkap Kepolisian Resor Kota (Polresta) Sleman itu mengaku sakit hati karena korban berjanji menggandakan uang, namun tak kunjung ada hasil.

Keluarga menilai tudingan itu hanya alibi pelaku untuk meringankan hukuman dihadapan pihak berwajib.

“Suami saya itu bukan dukun. Itu beban mental bagi saya dan keluarga saya.

Anak saya, di sekolah, di mana-mana (dikatakan anak) dukun pengganda uang. Cari yang halal saja bisa. Kenapa harus difitnah seperti itu. (Suami saya) sudah diracun, dibunuh, dan masih difitnah seperti itu. Saya enggak terima. Suami

TRIBUN JOGJA/AHMAD SYARIFUDIN saya hilang, uang tidak dikembalikan, dan sekarang difitnah,” kata Sulistyaningsih, istri korban, kepada wartawan, Selasa (14/2). Sulis bercerita, almarhum suaminya tidak pernah menerima uang Rp50 juta dari DP untuk digandakan. Justru sebaliknya, DP sering bertamu ke rumah, meminta kopi, rokok, bahkan makan. Kebaikan sang suami menurutnya dimanfaatkan DP untuk meminjam uang. Dikatakannya, pada 7 Juli 2022, DP meminjam uang Rp20 juta kepada korban. Setelah ditagih, utang tersebut tidak sanggup dibayar dan akhirnya dilunasi oleh paman DP. Selanjutnya, 15 Oktober 2022, DP kembali meminjam uang sebesar Rp50 juta dengan janji akan mengembali- kannya dalam seminggu.

CARI KEADILAN - Sulistyaningsih (tengah) didampingi penasihat hukumnya, menunjukkan foto almarhum suaminya saat memberikan keterangan kepada media, Selasa (14/2).

“Tapi, sampai sekarang belum dikembalikan. Saya sendiri yang memberikan uang Rp50 juta itu kepada suami saya (untuk diberikan kepada DP). Jadi, bukan suami saya yang pinjam, tetapi tersangka yang pinjam uang,” jelas dia.

Setelah berkali-kali ditagih, DP menurutnya berjanji membayar utang pada Sabtu (28/1). Di malam itu pula, percobaan pembunuhan terjadi, setelah sebelumnya dua kali diracun namun tidak berhasil. S malam itu dipukul dengan kunci roda hingga terjatuh. Ia kemudian ditabrak menggunakan mobil pikap hingga tubuhnya terpental ke sawah.

Saat itu, pelaku DP yang menjalankan aksinya bersa-

Polisi Harus Cermat

PENASEHAT hukum keluarga S, korban percobaan pembunuhan berencana di Seyegan meminta polisi lebih cermat dalam mengusut kasus tersebut. Juga, konsisten dalam menerapkan pasal.

M Samudera Ali Syahbana Lubis SH, penasihat keluarga S dari kantor Pengacara

MSA Lubis dan partners, berharap Polresta

Sleman melakukan penyidikan dengan lebih hati-hati, cermat dan profesional, sehingga dapat menggali motif yang sebenarnya dari peristiwa itu. Pihaknya berharap Polresta

Sleman konsisten untuk menerapkan pasal

340 KUHP tentang pembunuhan berencana terhadap para pelaku dengan ancaman hukuman pidana mati atau seumur hidup.

Ia juga berharap, proses hukum dapat menjunjung tinggi rasa keadilan dan kemanusiaan

Mediasi Kasus

KDRT Bisa

Dilakukan di Kapanewon

bagi keluarga korban yang ditinggalkan. “Korban saat ini meninggalkan satu orang istri dan dua orang anak yang masih bersekolah,” ujar Ali, saat memberikan keterangan kepada media, Selasa (14/2). Dukuh Jingin, Suwono berkata, almarhum S orang baik dan sering bergaul dengan warga. Kesehariannya merupakan seorang pengusaha. Karena itu, ia mengaku kaget ketika beredar kabar bahwa almarhum S dikatakan sebagai dukun pengganda uang. “Memang perlu diluruskan. Saya kasihan kepada keluarga. Padahal, anaknya tidak tahumenahu malah jadi korban moral. Pelaku (semoga) bisa dihukum seadil-adilnya karena telah merampas harta, nyawa dan menghasut informasi di masyarakat,” kata dia. (rif)

DINAS Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB)

Kabupaten Sleman menilai, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) masih sering terjadi. Untuk itu, upaya penanganannya harus lebih dikebut lagi. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindung-

Mayat Perempuan

Terdampar di Pantai Samas

BANTUL, TRIBUN - Warga Pantai Samas, Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul digegerkan dengan penemuan mayat perempuan pada Selasa (14/2). Mayat tersebut ditemukan tergeletak di sisi timur Pantai Samas.

ma komplotannya, UR (46) warga Tegalrejo Yogyakarta, M alias Imung (42) dan SB alias Monro (29) warga Ngaglik sempat mengarang cerita dengan membuat laporan palsu seolah-olah S menjadi korban kekerasan jalanan. Meninggal

Tubuh korban ditemukan saksi di area persawahan dan sempat ditolong dan dibawa ke rumah sakit. Namun, nyawanya tetap tak tertolong setelah beberapa hari dirawat. “Suami saya meninggal dunia tanggal 3 Februari, setelah koma satu minggu,” kata Sulis. Polresta Sleman telah merilis kasus percobaan pembunuhan itu pada Kamis (2/2) lalu. Saat itu, KBO Reskrim Polresta Sleman, Iptu M Safiudin mengatakan keempat tersangka dijerat dengan pasal berlapis terkait percobaan pembunuhan berencana. Yakni, pasal 340 jo Pasal 53 KUHP, kemudian Pasal 170 ayat (2) ke-2 KUHP dan atau Pasal 351 ayat (2) KUHP.

Tribun Jogja sudah berupaya mengonfirmasi ulang ke Polresta Sleman terkait pernyataan dari pihak keluarga korban. Namun, KBO Reskrim Polresta Sleman Iptu M Safiudin tak menjawab pesan yang dikirimkan awak Tribun Jogja hingga berita ini ditulis. (rif)

BEDA CERITA an Perempuan dan Anak (PPA)

 Seorang warga Seyegan, Kabupaten Sleman, S, jadi korban percobaan pembunuhan oleh sekelompok orang pada Sabtu (28/1) dini hari lalu.

 Pihak keluarga menolak pernyatan tersangka bahwa korban adalah dukun pengganda uang.

 Pengusutan kasus percobaan pembunuhan itu kini masih ditangani Polresta Sleman.

DP3AP2KB Kabupaten Sleman, Prima Walani, menyampaikan, kasus KDRT pada 2022 tercatat sebanyak 195 kasus. Akan tetapi, kasus yang selesai baru 60 persen. Ia menilai, beberapa kasus ringan yang menimpa perempuan dan anak seharusnya bisa diselesaikan di tingkat bawah, namun justru masuk ke tingkat kabupaten.

Sekretaris SAR Satlinmas Wilayah IV Bantul, Nugroho, menjelaskan bahwa mayat tersebut ditemukan oleh saksi Sriyati yang sedang mencari rongsok di bibir pantai pada pukul 08.30. “Saksi melihat benda yang mencurigakan terdampar di sisi timur pantai. Setelah didekati ternyata benda yang mencurigakan adalah sesosok mayat,” ucapnya. Atas temuan itu, saksi pun melaporkan ke anggota SAR Satlinmas Wilayah IV Bantul. Mendapatkan informasi tersebut tim SAR bersama dengan anggota TNI AL, Polair Polres Bantul dan anggota Koramil Sanden dan warga sekitar mendatangi lokasi dan kemudian melakukan evakuasi korban.

“Selanjutnya kami melakukan koordinasi dengan Polsek Sanden adanya penemuan mayat tersebut,” ungkapnya. Mayat tersebut belakangan teridentifi- kasi sebagai Katem (85) warga Kalipakel, Donotirto, Kretek. Ia dilaporkan hilang sejak pukul 03.00 dan SAR Satlinmas Wilayah III sempat melakukan upaya pencarian. Jenazahnya berhasil teridentifikasi setelah pihak keluarga memastikan identitasnya di lokasi.

Jenazah kemudian dibawa ke rumah duka untuk dimakamkan. “Untuk penyebab korban bisa ditemukan terdampar di Pantai Samas, masih dalam pendalaman rekan-rekan dari kepolisian,” ungkapnya.

Kasi Humas Polres Bantul, Iptu I Nengah Jeffry Prana Widnyana menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan tim dokter dari Puskesmas Sanden, di tubuh korban terdapat benjolan di dahi sebelah kanan, akibat benturan. Selain itu ada beberapa luka lecet di sekitar wajah dan ada lebam di paha kiri.

“Korban meninggal kurang lebih 3-12 jam sebelum ditemukan,” ucapnya. Dugaannya, korban terpeleset dan tenggelam di Sungai Balong yang berada persis di samping rumahnya, hingga akhirnya ditemukan terdampar di Pantai Samas. (nto)

Hujan Deras Semalaman, Tiga

Sekolah di Girisubo Tergenang Air

GUNUNGKIDUL, TRIBUN Tiga sekolah di Kapanewon Girisubo, Gunungkidul terendam banjir genangan pada Selasa (14/2), setelah hujan mengguyur dalam waktu lama Sejak Senin (13/2) malam.

“Ketiganya adalah SD Pucung Girisubo, SMP Negeri 1 Girisubo, dan SD Kadri Girisubo,” kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Gunungkidul, Nunuk Setyowati. Akibat banjir ini, Nunuk mengatakan aktivitas pembelajaran di sekolah terpaksa dihentikan sementara waktu dan dialihkan ke skema daring. Banjir juga dilaporkan menggenangi setidaknya lima padukuhan di empat kalurahan di Girisubo.

“Yaitu Songbanyu, Tileng, Pucung, dan Nglindur Kulon,” ujar Anggota Tagana Girisubo, Ndaru Haryo. Ia mengatakan, saat ini genangan berangsur surut. Namun, potensi banjir genangan tetap bisa terjadi apabila hujan deras kembali mengguyur. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Sumadi mengatakan kondisi luweng (lubang bawah tanah alami) yang penuh tak mampu menampung air, hingga akhirnya meluap dan terjadi genangan. Pihaknya masih terus melakukan pendataan dampak dari hujan tersebut. Sementara itu, satu rumah di Padukuhan Suruh, Kalurahan Hargomulyo, Gedangsari, roboh setelah diterjang tanah longsor. Petugas Asesmen

“Sementara, kemampuan kami terbatas, jadi kami melihat sudah saatnya kasus-kasus yang dapat ditangani tingkat bawah. Kecuali, kalau memang kasus itu membutuhkan lintas sektor. Misalnya seperti beberapa waktu lalu, kami memudahkan korban ke Siak, Riau atau Muangthai, Thailand,” tuturnya kepada wartawan di Kalurahan Tridadi, Selasa (14/2).

Tim Reaksi Cepat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Kusmiyanto mengatakan tanah yang longsor berada di belakang rumah tersebut. Rumah tersebut ditempati oleh Maryadi (45) bersama istri, dua anak, dan orang tuanya. Kusmiyanto mengatakan longsor terjadi sekitar tengah malam tadi. Menurut keterangan

Menurutnya, tidak semua kasus perlu dibawa hingga ke ranah DP3AP2KB. Kasus tertentu bisa saja ditangani konselor, guru, ataupun tokoh masyarakat, asalkan memiliki keterampilan dasar untuk konseling. Pihaknya menggelar Pelatihan Mediasi Bagi Kader Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Jejaring UPTD PPA pada14-15 Februari seba-

Maryadi, sekitar tengah malam, ia mendengar suara batu berjatuhan di belakang rumah. Ia pun langsung menyelamatkan diri bersama keluarganya. “Longsor terjadi akibat hujan deras yang berlangsung lama,” kata Kusmiyanto. Maryadi dan keluarganya kini mengungsi ke tempat yang lebih aman. Peristiwa ini menyebabkan kerugian sekitar Rp20 juta. Kusmiyanto mengatakan sejumlah barang milik Maryadi sudah diselamatkan dan tim diterjunkan untuk melakukan penanganan. “Rencananya akan dibuatkan rumah sementara di lokasi lain, mengingat ada potensi longsor susulan,” ujarnya. (alx) gai langkah teknis dalam percepatan penanganan kasus kekerasan dan upaya pemberdayaan bagi kader. “Harapannya, nanti setelah pelatihan ini personel/jejaring yang ada di kapanewon dapat menyelenggarakan mediasi sendiri, sehingga tidak semua kasus yang memerlukan mediasi dilaksanakan oleh UPTD PPA,” imbuh dia. (nei)

This article is from: