8 minute read
Stasiun KA Masih Dipadati
20 Ribuan Penumpang
YOGYA, TRIBUN - Per Jumat (28/4), ternyata masih ada 23.901 penumpang yang turun dan 21.952 orang yang berangkat dari stasiun di Daop 6 Yogyakarta.
Advertisement
TRIBUN JOGJA/AHMAD SYARIFUDIN
OPERASI PASAR - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memborong UMKM di Pasar Murah 2023 yang digelar di Kalurahan Maguwoharjo, Sleman, Sabtu (29/4).
Diminta Teladani HOS Tjokroaminoto
YOGYA - Menghadapi tahun politik, warga masyarakat diminta untuk meneladani kisah luhur Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto. Lewat keteladanan itu, publik diharap dapat mengingat lagi, bagaimana perjuangan politik para pendiri bangsa, sepanjang momentum menuju kemerdekaan silam.
Hal itu disampaikan Ketua Gerakan
Jalan Lurus (GJL) sekaligus Anggota Komisi II DPR RI, Riyanta, melalui keterangan tertulis, Sabtu (29/4). Menurutnya, selaras sepak terjang HOS Tjokroaminoto pada masa lampau, anak-anak muda harus melek politik, dan tak mengabaikan Pemilu
2024 nanti. Dijelaskannya, Tjokroaminoto merupakan seorang pelopor pergerakan di Indonesia, sekaligus guru para pemimpin besar di negeri ini. “Beliau adalah orang pertama yang menolak tunduk pada Belanda.
Setelah meninggal 17 Desember 1934, lahirlah warna-warni pergerakan Indonesia yang dibangun oleh murid-muridnya,” urainya. “Dari kisah HOS Tjokroaminoto itu kita belajar tentang memaknai perbedaan dalam koridor yang tetap aktif dan melek politik. Kami berkomitmen meneruskan cita-cita sang guru bangsa,” lanjut Riyanta. (aka)
Covid-19 di Bantul Alami Penurunan
BANTUL - Jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Bantul mengalami penurunan.
Berdasar data Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul pada Kamis (27/4) lalu, terdapat tujuh kasus aktif dengan gejala ringan.
Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Bantul, Sri Wahyu Joko Santoso menjelaskan, jumlah kasus Covid-19 telah mengalami penurunan signifikan dibandingkan beberapa hari sebelumnya.
Menurut catatannya, jumlah kasus Covid-19 tertinggi pada 25 April, dengan jumlah 25 kasus. Kemudian, kasus mengalami penurunan, di mana 26 April, jumlah kasus menjadi 15 kasus. “Kemudian pada hari Kamis (27/4), menurun menjadi tujuh kasus. Untuk Jumat, belum ada laporan. Karena kalau kasus Jumat dikirim ke laboratorium, jadinya mungkin senin,” ujarnya Sabtu
(29/4).
Pria yang akrab disapa Dokter Oki ini mengungkapkan, mayoritas kasus yang ada di Bantul merupakan gejala ringan dan tak perlu di rawat di rumah sakit. Meski begitu, Oki mengimbau agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan. Terlebih, bagi masyarakat rentan semisal lansia dan yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid, karena dapat meningkatkan tingkat keparahan.
Ia pun meminta supaya masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan, yakni menggunakan masker ketika berada kerumunan, mencuci tangan dengan sabun, serta melaksanakan vaksinasi hingga tahap booster. “Intinya Covid-19 sampai sekarang masih ada, kami minta agar masyarakat tetap waspada,” tandasnya. (nto)
Para pelanggan yang paling banyak tiba di Stasiun Yogyakarta 10.039 pelanggan, Lempuyangan 5.389 pelanggan, Solobalapan 4.022 orang, dan lainnya tiba di stasiun wilayah Daop 6 Yogyakarta. “Kedatangan penumpang ke wilayah Daop 6 yang masih banyak diperkirakan, karena wilayah Yogya, Solo dan sekitarnya masih menjadi magnet kunjungan bagi masyarakat. Baik, kunjungan bisnis, wisata atau mungkin memang menjadi tujuan arus balik masyarakat misalnya para pelajar yang mengenyam pendidikan,” ujar Manager Humas Daop 6 Yogyakarta, Franoto Wibowo.
Selama masa Angkutan Lebaran 2023 pada 12-28 April 2023, KAI Daop 6 Yogyakarta telah melayani sebanyak 304.536 pelanggan yang berangkat dan 319.110 pelanggan yang tiba di wilayah Daop 6 Yogyakarta. Franoto menjelaskan, secara total sejak H+1 (24/4) hingga H+5 (28/4), terdapat sekitar 120.755 pengguna KA yang tiba. Mayoritas berasal dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya. “Jika dirata-rata pelanggan KA yang tiba di Daop 6 sebanyak 24.151 pelanggan selama H+1 hingga H+5 ini,” ucapnya. Untuk volume keberangkatan pelanggan dari Daop 6 Yogyakarta pada H+1 sd H+5, tercatat sebanyak 116.423 pelanggan. Urutan terbanyak berada di Stasiun Yogyakarta sebanyak 44.174 pelanggan, kemudian Solo Balapan sebanyak 21.795 pelanggan, Lempuyangan 17.142 pelanggan, dan stasiun wilayah Daop 6 lainnya.
Franoto menambahkan, KAI Daop 6 memprediksi puncak arus balik bisa terjadi pada akhir pekan nanti, mulai 30 April hingga 1 Mei 2023. Pada tanggal tersebut, KAI Daop 6 mencatat rata-rata 36.756 pelanggan yang akan tiba di Daop 6, dan sekitar 32.566 pelanggan yang akan melakukan perjalanan dari Daop 6 Yogyakarta.
“Data di atas menunjukkan bahwa KAI masih menjadi favorit masyarakat untuk bepergian pada musim libur Lebaran. Kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya telah menggunakan Kereta Api sebagai transportasi utama dengan berbagai keunggulan,” ucap Franoto Wibowo. (ard)
Petani Tembakau Tolak RUU Kesehatan
BANTUL, TRIBUN - Munculnya RUU Kesehatan menimbulkan penolakan dari industri tembakau, termasuk para petani. Hal itu disebabkan adanya pasal yang memposisikan tembakau sejajar dalam satu kelompok dengan narkotika dan psikotropika. Sehingga, dikhawatirkan jika RUU ini disahkan, maka akan merugikan para pekerja di sektor pertembakauan.
Ketua Pimpinan Daerah Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman DIY, Waljid Budi Lestarianto, meminta pemerintah tetap mengacu pada UU 36/2009 tentang Kesehatan, dan tak menyetarakan tembakau seperti narkotika atau zat adiktif.
Menurutnya, RUU Kesehatan yang dirumuskan melalui metode omnibus law ini akan mencabut sembilan undangundang, termasuk UU No 36/2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan). Dengan demikian, pemerintah dan DPR diharapkan dapat mendengarkan dan mengakomodasi berbagai masukan dari sejumlah pemangku kepentingan pertembakauan di Indonesia.
“Hal ini krusial untuk menjadi jalan tengah, agar regulasi pertembakauan di Indonesia tidak eksesif atau berlebihan, dan ujungnya mengancam tenaga kerja yang ada di dalamnya,” ujarnya, Sabtu (29/4).
Oleh karena itu, Waljid meminta pemerintah dan DPR agar merumuskan regulasi yang sesuai norma dan kondisi sosial di Indonesia. Regulasi ini juga harus melibatkan multipihak, utamanya pemangku kepentingan terdampak agar diperoleh kesepahaman bersama untuk menghasilkan kebijakan yang partisipatif, inklusif, dan demokratis.
Namun, apabila hal tersebut tidak diperhatikan oleh pemerintah dan DPR, maka Waljid sebagai pemangku kepentingan di sektor pertembakauan di Indo- nesia, dengan tegas menolak pasal zat adiktif yang menyamakan produk tembakau dengan narkotika dan psikotropika di RUU Kesehatan. Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia, Agus Pamuji menilai, RUU Kesehatan melanggar hak asasi petani tembakau, karena menurutnya, selama ini tembakau adalah produk tanaman yang legal. “Mendadak pada 2023 muncul RUU kesehatan yang menyetarakan tembakau dengan narkoba. Ini memberangus tentang kehidupan berbangsa dan bernegara di sektor pertanian, khususnya tembakau,” ujarnya. Menurutnya, tembakau sudah ditanam secara turun temurun untuk penghidupan, bukan ganja atau narkotika. “Kami akan mati secara ekonomi, seharusnya tanaman yang legal yang menghidupi ini dilindungi, diberdayakan dan dikembangkan, bukan dimatikan. Ini bukan hanya pembatasan tapi dilarang,” tegasnya. Sedangkan Ketua Asosiasi Petani Tembakau DIY, Sukro Nur Harjono pun menyatakan, hal serupa. Ia menegaskan, jika RUU Kesehatan ini terus berlanjut, maka ia bersama ribuan petani yang lain di DIY siap datang ke Jakarta untuk menyampaikan aspirasi dan penolakannya.
“Petani tembakau ada 5.000 siap datang ke Jakarta untuk menyikapi RUU itu karena tidak sesuai. Ini membunuh petani tembakau, sehingga DPR atau pemerintah harus merevisi,” ucapnya. Menurutnya RUU Kesehatan ini akan membunuh petani tembakau di Indonesia termasuk di DIY. Padahal, itu adalah mata pencaharian petani yang tersebar di Sleman, Bantul dan Gunungkidul yang dikelola secara turun temurun. (nto) dr.Fransisca Herin Anggreni
P. M.Biomed (AAM)
TTL : Yogyakarta, 12 Maret 1979
Profesi : dokter anti aging & mindfulness practitioner
Hobi : running, baca buku
IG : fransisca.herin
INGIN membantu sesama dalam kesehatan, utamanya perihal menjalani hidup secara bahagia melalui lifestyle yang sehat, adalah motivasi kuat sosok Fransisca Herin Anggreni menjadi seorang dokter. Herin, begitu ia disapa, memiliki hobi naik gunung di sela aktivitas utamanya menjadi seorang dokter spesialis anti aging dan praktisi Mindfulness. Kegiatan mendaki gunung rupanya membuat Herin ketagihan. Bagi perempuan pemilik rambut panjang sebahu ini, mendaki gunung adalah cara terbaik memberi ‘asupan’ energi positif bagi jiwa dan raganya. Menurut Herin, mendaki gunung ibarat proses kehidupan yang dilalui manusia. Untuk menggapai puncaknya harus melalui berbagai jalan, bisa terjal, naik turun, bahkan diterpai badai secara tiba-tiba. “Ibaratnya, masing-masing orang punya gunung sendiri-sendiri, bagaimana kita berlatih untuk menghadapi kesulitan untuk mencapai puncaknya. Semakin ditempa, semakin terampil menghadapi beragam persoalan hidup, kita jadinya semakin mudah bersyukur atas apa yang sudah didapat dalam hidup ini,” kata Herin. Beberapa gunung di tanah air sudah pernah didaki
Herin. Paling baru, adalah Gunung Rinjani. Sebelumnya Herin pernah mendaki Gunung Slamet, Gunung Merbabu dan Mahameru. Ia pun berencana mendaki gunung Himalaya, suatu saat nanti.
Herin menggaris bawahi, baginya, mendaki gunung bukan soal penaklukan maupun pembuktian kehebatan, justru sebaliknya, niat mendaki gunung untuk menyatu dengan alam yang diibaratkannya sebagai sosok ibu. Kembali ke alam yang menyembuhkan.
“Naik gunung bukan untuk kesombongan, bukan untuk ditaklukkan.
Tapi untuk rendah hati, termasuk di kehidupan ini kita suatu saat akan menghadapi badai yang tak tahu kapan datangnya dan bagaimana efeknya, kita harus siap,” ungkapnya.
Sebagai praktisi mindfulness, Herin merasakan betapa naik gunung menjadi sebuah sarana tepat untuk belajar memahami diri sendiri, sehingga perlahan bisa mencapai kesadaran penuh pada diri sendiri.
Saat mendaki gunung, Herin pun melakukan yang ia sebut mountain meditation. Sebuah meditasi yang berusaha sedekat mungkin dengan alam.
“Kita punya tubuh fisik dan tubuh mental, kalau tubuh fisik tahu sakitnya mana, kalau secara mental sakit kita tidak tahu. Tapi, ada orang lain yang bisa kita ajak bicara, atau kita sendiri bisa merasakan, hanya saja tidak semua orang aware dengan dirinya sendiri. Mindfulness menjadi salah satu cara untuk membuat diri kita ini sadar sepenuhnya, sehingga siap menghadapi segala sesuatu yang menerpa suatu ketika,” lanjut Herin.
Sebagai seorang dokter, Herin tak memungkiri, setiap hari dihadapkan pada situasi yang di dalamnya ada kesedihan dan penderitaan. Sebagai manusia biasa, Herin menyadari bahwa hal tersebut membawa dampak secara psikis. Ada kalanya, Herin juga merasakan seperti apa yang dirasakan pasi- ennya dalam menghadapi rasa sakit. “Kita manusia biasa, pasti ada rasa berat. Apa yang saya hadapi dalam menjalani profesi saya, adalah tantangan tersendiri, itu juga tak mudah, kalau stres, wajar sebagai seorang manusia, tinggal bagaimana kita mengelolanya menjadi hal yang positif. Mendaki gunung menjadi cara saya untuk mengelola stres, bukan berarti mendaki gunung adalah yang terbaik, masing-masing orang memiliki cara sendiri,” katanya. Selain mendaki gunung, Herin juga hobi berlari. Bagi Herin, berlari juga menjadi salah satu cara untuk mengukur diri sendiri sehingga bisa menyadari kemampuan diri sendiri sepenuhnya. Berlari, bagi Herin, adalah momen di mana ia bisa berbicara dengan dirinya sendiri. “Saya suka lari, karena saya butuh. Benar-benar berlatih melawan diri sendiri, ada godaan capek untuk berhenti. Tapi, harus bisa mengalahkan ego, dan terus berlari,” ucap Herin. (yud)
Tak Takut Bermimpi
PEREMPUAN kelahiran Yogyakarta, 12 Maret 1979, ini memiliki kalimat sakral yang ia dapatkan dari sang kakak. Kalimat inilah yang kemudian melecut semangatnya untuk meraih mimpi menjadi seorang dokter. Herin teringat betul bagaimana kalimat ini yang kemudian membuatnya percaya diri lagi dan bertekad memujudkan doa dan dukungan dari orang tua, terutama sang Ibu, untuk menjadi dokter.
“Saya waktu itu hampir goyah, karena tiba-tiba tidak pede dan takut mengambil kuliah kedokteran. Waktu tes mau masuk kuliah, saya sempat memilih jurusan teknik sipil dan farmasi. Kakak saya langsung bilang, kamu kan pengin kedokteran dari dulu, kalau kamu mendengarkan rasa takutmu, kamu akan kehilangan mimpimu. Saya seketika tersadar dan akhirnya saya mantap memilih jurusan kedokteran, dan bersyukur diterima,” cerita Herin. Sejak saat itu, Herin menggunakan kalimat kakaknya tersebut untuk menyemangati diri sendiri pada setiap kesempatan. Bagi Herin, menjadi seorang dokter adalah kesempatan untuk bisa berbagi pengetahuan kepada sesama. Herin berusaha berbagi pengetahuan, agar seseorang bisa lebih peduli pada kesehatan sehingga terhindar dari sakit. Sebagai dokter spesialis anti aging, Herin berusaha memberikan edukasi pada pasien dan siapa pun yang merasa ingin berbagi pengalaman, bahwa penting untuk tidak hanya memperhatikan kebutuhan kesehatan sik saja, namun juga kesehatan mental.
Herin mengingatkan, bahwa organ dalam tubuh bisa mengalami penuaan lebih dini bila seseorang mengalami gangguan kesehatan mental.
“Setidaknya ketika masih usia produktif kita tidak mengalami penuaan dini. Bagaimana mencegah dan memelihara agar sel sel dan organ tubuh kita terhindar dari penuaan dini, salah satunya adalah dengan berusaha bahagia, atau tidak mudah stres. Ini sangat penting, bisa jadi seseorang terlihat sehat sehat saja secara sik, namun dalamnya ternyata tidak. Ini sangat berpengaruh pada angka harapan hidup seseorang. Kita tinggal pilih mana ? Mau berusaha hidup sehat atau tidak,” ungkap Herin. (yud)
TRIBUN JOGJA/TURIBIUS ROSWANDA/ GRAFIS: SULUH PRASETYA