Perjuangan Haji Sulong Menegak Islam di Patani (Thailand Selatan) Studi Leardership Stevan Covey

Page 1

Perjuangan Haji Sulong Menegak Islam di Patani (Thailand Selatan) Oleh Marwan Yotha Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK Patani merupakan beberapa provinsi di bagian Selatan, Thailand. Seperti diketahui bahwa umat Islam adalah penduduk minoritas di negara Budha-Thaialnd tersebut. Namun Mayoritas umat Islam hanya tinggal di Patani, yaitu wilayah Pattani, Yala, Narathiwat, dan sebagian distrik wilayah Songkla. Dalam kontek historis Patani terkenal dengan Kerajaan Kesultanan Melayu Islam yang tamadun sehingga tahun 1785 ditakluk oleh kerajaan Siam (kini Thailnd) dan diresmikan sebagai wilayah di bawah negara Thailand pada 1902. Selama panjang masa di bawah jajahan Siam, muncul berbagai perjuangan pembebasan kemerdekaan dari kalangan ulama, mereka berperanan penting membela Islam dari kedzaliman dan ketidakadilan kerajaan Siam, diantara mereka adalah Haji Sulong bin Abdul Kadir Haji Sulong adalah tokoh ulama pejuang Patani karismatik di era modern yang mempertahankan identitas umat Islam Melayu Patani. Beliau juga memimpin dan memperdaya umat Islam di Patani untuk bersatu melawan dan membela Islam dari kedzaliaman kerajaan Siam, kerana sikap kerajaan di masa itu sangat diskrimanasi terhadap rakyat Patani. Lantaran Perjuangan Haji Sulong tersebut, membawa kecurigaian besar terhadap pemerintah kerajaan Siam. Dari perintis sistem pendidikan baru, gerakan pembela umat Islam Melayu Patani sehingga tuntutan 7 perkara, akibatnya beliau dan rakan-rakannya dipenjara, sehingga diculik hilang setelah bebas dari penjara. Hasil dari penulisan ini, dapat mengetahui dari riwayat Haji Sulong tersebut, menunjukkan persoalan ciri-ciri kepemimpinan yang dimiliki Haji Sulong yang menjadi peranan besar terhadap umat Islam Melayu Patani. Demikian penulisan ini, dapat juga menghubungkan nilai kepemimipinan yang dimiliki Haji Sulong dengan teori kepemimpinan oleh Stevan Covey yang dapat memahami secara detail. Kata kunci: Haji Sulong, Perjuangan Haji Sulong, Patani, Kerajaan Siam, Semangat Patani, 7 tuntutan, Kepemimpinan Haji Sulong.


PENDAHULUAN Latar belakang Patani merupakan beberapa provinsi sebagian dari Thailand bagian Selatan, Umat Islam penduduk minoritas dan jumlah keseluruhan pendudukan Thailand, adapun mayoritas umat Islam di Thailand hanya tinggal di Patani, yaitu wilayah Pattani, Yala, Narathiwat dan sebagian distrik wilayah Songkla. Pada abad 16-17 sebuah negara Melayu Islam terkenal rantau ini, Patani Darussalam sebagai pusat kemajuan dan peradaban Islam yang pernah berdaulat dan diperintah oleh Kesultanan Melayu Muslim Patani dan banyak melahirkan ulama, meskipun pada tahun 1785, negera Melayu Islam di Thailand ini hilang status sebagai sebuah negara berdaulat karena ditaklukkan oleh Kerajaan Siam (sekarang Thailand), dan diresmikan sebagai bagian wilayah di bawah Kerjaan Siam pada perjanjian British Raya-Siam (Anglo-Siamse) tahun 1902.1 Namun Patani tidak gersang mempunyai dan melahirkan generasi ulama. Para Ulama dan Sultan Patani, mereka berperanan penting membela agama Islam dan mempertahan identitas umat Islam bangsa Melayu yang akhirnya nasib masyarakat Islam menjadi minoritas di negara penganut Budha-Thailand. Sejak kejatuhan kesultanan ditakluk oleh Kerajan Siam, berbagai pergolakan dan diskriminasi antar ras, agama dan bangsa dialami oleh seluruh rakyat Patani, sehingga dalam tekanan dan desakan tersebut, muncullah gerakan perjuangan pembebesan sejak masa kejatuhan hingga saat ini. Diantara kalangan mereka sebagai pembela di era modern ialah Tuan Guru Haji Sulong bin Abdul Kadir. Haji Sulong merupakan ulama yang terkenal di kalangan setiap generasi rakyat Patani. Beliau adalah sosok ulama kharismatik yang memimpin masyarakat untuk menghadapai sepak terjang “Tirani Siam” yang dilaksanakan berbagai bentuk untuk menghapuskan dan merusakan agama Islam dan Bangsa Melayu Patani. Sejak pulang dari menuntuti ilmu di tanah suci Makkah pada tahun 1942. Tujuannya hanya tinggal dua tahun untuk menghibur hati isterinya yang sangat sedih atas kehilangan anaknya, Mahmud, yang meninggal dunia dalam usia dua tahun. Setelah

1

A.Malek, M. Zamberi, (1993). Umat Islam Patani Sejarah dan Politik; Hizbi Ghah Alam, Kuala Lumpur. Hlm. 92


mengetahui situasi di Patani sedang dilema. Haji Sulong mulai terlibat dalam perjuangan menegak agama dan bangsa.2 Sekembalinya ke tanah air beliau membuka pondok pesantren “Madrasah al-Ma’arif alWataniah Fatani” yang menghasilkan banyak murid dan pendakwah yang aktif. Madrasah tersebut merupakan sekolah agama yang pertama di Patani. Beliau sebagai tokoh pembaharuan struktur organisasi dan disipin pelajar yang teratur. Disini pelajar-pelajar dikenalkan dengan system kelas. Melalui madrasah ini, ia memberikan pesan dakwah Islam dan sekaligus menyampaikan perjuangan menegakkan syariat Islam di tanah air. Kondisi masyarakat Islam di Patani amat tertekan saat pemerintah Perdana Menteri Thailand Luang Phibul Shungkram membatalkan hukum Islam yang terkaitan dengan kekeluargaan dan pesaka serta memansuhkan posisi mufti (Qadhi). Umat Islam dipaksa menerima undang-undang sipil yang tertangan dengan syariat Islam. Dilarang berkapaian surban dan pakaian budaya Melayu, khusunya para wanita Patani dilarang keras memakai jilbabnya. 3 Sikap diskriminasi pemerintah Siam-Budha terhadap umat Islam di Patani ini, membangkitkan kebenciannya kepada pemerintah terutama pegawai-pegawai pemerintah yang sering menipu dan mendzalimi rakyat. Tiada kebebasan bersuara, berfikir, bergerak dan berpolitik. Siapa mencoba mengingatkan pemerintah Siam, ditangkap dan dibunuh. Rumahrumah dibongkar, perampuan dilecehkan, nyawa orang Islam tiada harganya. Akhirnya pada tahun 1946 pertubuhan gerakan “Semangat Fatani” di kalangan pemudapemuda melalui pergerakan inilah Haji Sulong dan rakan-rakan ulama lain memperjuangkan hak Islam dan menentang kedzaliman Kerajaan Siam. Lantaran itu, Haji Sulong mengutus surat kepada pemerintah, akhirnya pemerintah menurunkan panitia khusus untuk menyelediki apa yang terjadi di wilayah Selatan agar dapat diperbaiki. Perjuangan Haji Sulong tidak sekadar begitu saja. Beliau juga terus memobilisasi massa untuk menuntut keadilan menyampaikan tujuh tuntutan tentang pembentukan otonomi khusus kepada pemerintah Siam. Tuntutan itu mencerminkan gagasan-gagasan politik Haji Sulong dan

2

LAMATO, H. (2017). PERANAN HAJI SULONG DALAM MEMPERJUANGKAN OTOMOMI KHUSUS PATANI THAILAND SELATAN, (1947-1954), Prodi Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Jumber. Hlm.3 3 Zaman, M.K. (1996). FATANI 13 OGOS.Kelantan; tp.hlm.13


upaya untuk mempertahankan identitas dan kemurnian agama Islam dan bangsa Melayu. Akibatnya, 7 Tuntutan ditolak sama pemerintah Siam, Haji Sulong dan sahabat-sahabatnya ditangkap oleh polisi pada tahun 1948, atas tuduhan pemberontak Kerajaan. Kemudian dibebaskan pada tahun 1952 tanpa proses pengadilan.4 Dengan Takdir Allah SWT, pada 13 Agustus 1954 sebagai hari kehilangan sosok ulama permata Patani, setelah diundang ke Wilayah Songkla.5 Kehilangan secara misterius ini, menambahkan keteganan politik di empat wilayah tersebut. Umat Islam meyakini bahwa Haji Sulong dan sahabat-sahabatnya dibunuh oleh aparat Siam. Sampai saat ini belum ketemu jinazahnya. Dari riwayat perjuangan Haji Sulong selama menegakan dan mempertahan agama dan bangsa di bumi Patani. Terdapat ciri kepemimpinan dan tauladan yang sangat besar, patut dijadikan pelajaran hidup oleh umat Islam sekarang khususnya umat Melayu Islam Patani. Bahwa perjuangan beliau penuh lintangan yang mengahadang. Namun dari sifat kepemimpianan yang dimiliki Haji Sulong dapat menjadi momentum dan semangat untuk menegakan, membela dan mepertahankan agama dan bangsa. Dalam penulisan ini, dapat membongkar kembali riwayat tokoh pejuang Patani yang jarang dikenal sesama umat Islam sendiri, khususnya Umat Islam Melayu dan Nusantara di Asia Tenggara. Akan dibahas Ciri-ciri Kepemimpinan dan Tauladan Haji Sulong yang terkaitan dengan teori-teori kepemimpinan kontemporer. Seterusnya dapat mengambil ‘Ibrah atau pelajaran bagi umat Islam sekarang, dan para-para pemimpin sezaman, semoga nyata.

Tujuan Seperti diketahui bahwa Haji Sulong memiliki sifat kepemimpinan yang bagus dalam memperjuangkan aspirasi ummat Islam Melayu Patani di Thailand Selatan tersebut. Haji sulong sebagai tokoh ulama yang sangat terkenal sebagai permata kekilauan Patani terhadap generasi Patani selanjut. Namun Umat Islam khususnya di tanah Melayu dan Nusantara jarang

4 5

Ibid. hlm.28 Ibid. hlm. 32


mengetahuinya. Maka tulisan ini dapat mengetahui biografi singkat perjuangan beliau dan mengetahui model-model kepemimpinan Haji Sulong sebagai tokoh ulama penegak Islam di Patani. Selain itu penulisan ini juga bertujuan untuk menyesuaikan dengan permasalahan yang ada pada model-model kepemimpinan Haji Sulong yang ingin dicapai adalah menganalisis dan mendiskripsikan data-data kepemimpin-nya sehingga dapat melerasikan dengan teori-teori kepemimpin alternative yang dirujukan.

METODE Sebagai kajian tentang model kepemimpinan Islam (Leadership Islamic), maka metode dalam penulisan ini dalam teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode kepustakaan (library research) sebagai sumbernya yaitu buku-buku, artikel, jurnal, majalah, sumber berita dan dokumentasi-dokomentasi yang berkaitan dengan pokok permasalahan, yang membahas tentang perjuangan Haji Sulong dalam menegakan Islam di bumi Patani Darussalam. Adapun metode pembahasan dalam penulisan ini adalah analisi deskriptif, yaitu mendeskripsikan data-data yang ada, kemudian menghubungkan bersama teori-teori kepemimpinan Stephan Covey dengan model kepemimpinan yang ada dalam diri Haji Sulong.

PEMBAHASAN Teori Dalam penulisan ini teori kepemimpinan yang menjadi bahan analisis model kepemimpinan yang dimiliki oleh Haji Sulong, merujukan kepada teori yang pertama adalah empat fungsi kemempinan (the 4 role of leadership) yang dikembangkan oleh Stephan Covey. Konsep ini menekankan bahwa seorang pemimpin harus memiliki empat fungsi kepemimpin,


yakni sebagai perintis (pathfinding), penyelaras (aligning), pemberdaya (empowering), dan panutan (modeling).6

Biografi Haji Sulong Al-Fatani (1895-1954) Haji Sulong Al-Fatani atau Muhammad bin Haji Abdul Kadir bin Muhammad bin Tuan Minal adalah seorang pejuang keadilan yang menuntut kemerdekaan sebuah neagara Islam Patani. Beliau dilahirkan di kampong Anak Ru, Daerah Kota provinsi Pattani sekarang pada tahun 1895. Beliau merupakan anak pertama dari Tuanguru Haji Abdul Kadir dengan isterinya yang pertama, Syarifah (dipanggil Che’pah). Ibunya meninggal dunia pada tahun 1907, ketika Haji Sulong baru berusia 12 tahun. Gelaran Haji Sulong adalah karena beliau merupakan anak sulung(anak yang pertama) dalam keluarganya.7 Sebagai tradisi masyarakat Melayu Patani, kanak-kanak dididik sejak kecil dengan belajar ilmu agama. Pendidikan awal yang diterima oleh Haji Sulong adalah mempelajari alQur’an sehingga ilmu tafsirnya. Gurunya ialah ayahnya sendiri, Haji Abdul Kadir. Sejak kecil Haji Sulong dikenali sebagai seorang kanak yang pintar dan cerdas. Di usia 8 tahun, ayahnya mengirimkan beliau untuk belajar ilmu agama di pondok pesantren Tuan Guru Haji Abdul Rasyid, terletak di kampong Bandar, Sungai Pandan Patani. Pada waktu itu beliau sudah mahir dalam menulis abjad Jawi (Arab Melayu) dan bisa membaca al-qur’an.8 Ketika berusia 12 Tahun, beliau meninggalkan tanah air untuk belajar ilmu agama di Makkah, Saudi Arabi. Karena di Mekkah waktu itu terdapat banyak pelajar dari Kelantan (sekarang Malaysia) dan Patani, sekaligus mengerjakan ibadat haji. Di Mekkah, Haji Sulong berkawan dengan pelajar-pelajar setanahair yang memang ramai pada masa itu. Di tempat yang baru ini, beliau dididik oleh ulama besar yang berasal dari Patani Darussalam dan memiliki pengaruh keilmuan yang cukup tinggi di Mekkah. Beliau ialah Tuan Guru Haji Wan Ahmad bin

6

Antonio, Muhammd Syafii, (2007). Muhammad SAW The Super Leader Super Manager; ProLM, Jakarta. Hlm.20 Zaman, M.K. (1996). FATANI 13 OGOS.Kelantan; tp.hlm.1 8 Ibid. hlm.1 7


Wan Muhammad Zin bin Mustafa al-Fatani. Seorang tokoh ulama Patani yang sangat terkenal dan bertalian dua sepupu dengan beliau.9 Surin Pitsuwan menjelaskan tentang latar belakang Haji Sulong ketika berada di Mekkah, seperti kebanyakan ulama di Asia Tenggara, Haji Sulong mula masuk sekolah menengah Indonesia terkenal, yang didirikan bagi pelajar-pelajar yang berbahasa Melayu di dekat Ka’bah, yang di berikan nama sebuah Dar al-Ulum (rumah segala ilmu pengetahuan). Di sini beliau dapat mempelajari ilmu-ilmu seperti Tafsir al-qur’an, Hadits, asas-asas ilmu hukum (Ushulul Figh), ilmu Hukum(Fiqh), dan tata Bahasa Arab (Nahu), Haji Sulong juga sering bergabung diskusi dengan lingkungan-lingkungan halqah yang berbahasa Melayu di Masjid Haram, yang mana beliau menjadi seorang guru mengenai hukum Islam Madzhab Syafi’i.10 Pada Tahun 1927, beliau berkenalan dengan gagasan-gagasan pembaharuan dari Jamaluddin al-Afghani (1839-1897) dan Muhammad Abduh (1905-1925) selama tiga tahun belajar di Mekkah, ketika beliau mendapat kesempatan untuk bergabung dengan beberapa ulama dari Mesir. Dari pengalaman tersebut bahwa pergaulannya dengan ulama-ulama lain yang berbahasa Melayu seperti ulama dari Indonesia dan Malaya juga membawa kesadaran tinggi terhadap potensi dan kemungkinan Islam sebagai suatu kekuatan politik, Haji Sulomg merupakan suatu keyakinan yang semakin kuat terhadap keterlibatan politik dan aktivitas sosial Melayu Patani.11 Selain guru orang Melayu sendiri, yang beliau membelajari bersama bahwa beliau juga belajar dengan kebanyakan guru-guru ulama di kalangan orang Arab dan Mesir. Di Mekkah, Haji Sulong mulai mendirikan rumah tangga menikah dengan Cik Sofiah binti Omar. Setahun kemudian, isterinya meninggal dunia sebelum sempat mendapat anak. Dua tahun kemudian, Haji Sulong menikah lagi dengan Khadijah binti Haji Ibarahim, putri Mufri Negeri Kelatan (Malaysia sekarang). Haji Sulong terkenal alim dalam Bahasa arab dan menguasai sastra arab di mana kemahirannya diakui oleh ulama di kalangan masyarakat arab sendiri. Haji Sulong menimba ilmu pengetahuan di Mekkah selama 20 Tahun.

9

Herry Nurdi. (2010), Perjuangan Muslim Patani Sejarah Panjang Penindasan dan Cita-cita Pedamaian; ALAM RAYA ENTERPRISE, Kuala Lumpur. Hlm. 86 10 Surin Pisuwan. (1989), Islam Di Muangthai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani;LP3ES, Jakarta. Hlm. 114 11 Tahe, W. (2010). Perjuangan Politik Haji Sulong di Patani Thailand (1947-1954), Fakultas Adab dab Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Hlm. 26


Pembaharuan Pendidikan di Patani Sekembalinya dari Mekkah ke Tanah air tercinta, Bagaimana setelah sampai di Patani, bahwa keadaan dan kondisi sosial semakin dilema. Ketika melihat kondisi masyarakat Patani waktu itu dalam kejahilan dan banyak yang mempercayai ilmu-ilmu karut, perbuatan pemujaan dan sebagainya. Haji Sulong mulai mempraktekan system pengajaran ilmu agama dengan berdakwah setiap kampong-kampong di Patani, termasuk di wilayah Yala dan Songgora. Cara Haji Sulong ini tidak digemari dan ditentang oleh kebanyakan ulama setempat, yang selalu mempratekan pengajaran hanya berpusat di pondok pesantren saja. Sehinnga beliau dijulukan sebagai ‘Kaum Muda’. Pada 24 Juni, 1932, Kerajaan pemerintah di Bangkok melakukan rampasan kuasa untuk meruntuhkan sistem Diraja Patani kepada sistem perlembagaan parlemen yang dipimpin oleh politis dari pusat Bangkok, termasuk di kalangan elit-elit Kerajan Siam untuk menguasai wilayah Patani, rampasan kuasa ini telah lancar dengan wewenang oleh Jenderal Praya Pahol Payuhat Seana menjadi Perdana Menteri Thailand waktu itu.12 Sementara itu, pada 20 Juni 1933, Haji Sulong mengambil kesempatan ini kunjungi ke Bangkok menenmui Perdana Menteri. Dalam rangka perjumapaan menyampaikan aspirasi dan masalah masyarakat Islam Melayu Patani, utnuk membangunkan lembaga pendidikan. Kemudian, perdana menteri Siam telah menderma sebanyak 3,200 bath. Sebagai langkah bijaksana Haji Sulong memperdayakan Perdana Menteri Siam untuk mengunjungi Patani dengan direspon dengan baik. Akhir tahun 1933 Perdana Menteri telah kunjungi ke Patani serta meresmikan sebuah madrasah yang diberi nama “Madrasah al-Ma’arif al-Wataniah.”13 Pakar sejarah Patani menyebutkan, bahwa madrasah ini adalah sekolah agama yang pertama di Patani yang berbeda dengan sistem pendidikan pondok pesantren yang sudah terlebih dahulu beroperasi. Pemilihan nama al-Wathaniah yang artinya ‘kebangsaan’, juga menandakan protes dan simbol protes yang dilakukan oleh Haji Sulong dalam mendirikan madrasahnya. Sistem tersebut baru, karena bukan hanya berbeda dengan sistem pengajian pondok pesantren seida ada, bahkan juga melaksanakan sistem pendidikan yang menggunakan kelas dan ruangan,

12 13

Zaman, M.K. (1996). FATANI 13 OGOS.Kelantan; tp.hlm.8 Ibid,rt.


mengintegrasi ilmu-ilmu akademik umum dengan ilmu-ilmu agama, dan juga digunakan seragam untuk pelajar-pelajar. Keadaan tersetbut medampakan mucul perasan curigai dan iri hati pada pihak Kerajaan Siam Thailand.14

Rakyat Patani Didiskrimanasi dan Diintimidasi Pada tahun 1938, Luang Phibun Songgram atau Songkhram telah dilantik menjadi Perdana Menteri. Dengan ini kekuasaan angkatan tentaranya sangat berkesan sekali dalam memainkan peranannya. Luang Phibun Songkram juga adalah jenderal Thailand sebagai perintis lagu nasional Thailand dan bendera kebangsaan Siam. Nama Siam aslinya digantikan dengan Thai(Thailand sekarang) pada tahun 1939. Dalam tahun ini juga pahaman nasionalisme Thailand telah menular seluruh negara Thailand. Sungkram telah mengesahkan dan mengumuman apa yang dipanggil sebagai Undang-undag pahaman Nasionalisme Thai pada 18 Mei 1939.15 Akibat penerapan konstitusi Undangan tersebut, warga umat Islam terutamanya Umat Islam Patani bena-benar tercabar karena terpaksa mengamalkan satu adat seperti kaum barat yang sangat bertentangan denga kemurniaan agama Islam dan peradaban bangsa Melayu. Para Ulama-ulama Patani merasa gelisah karena dilarang memakai pakaian jubah, kain sarung, dan serban di kepala. Bahasa Melayu dilarang keras dalam penggunaan di lembaga pendidikan dan di kantor pejabat kerajaan. Semua urusan diwajib dengan menggunakan Bahasa Siam (Thai). Tekanan diskriminasi dan asimilasi semakin hebat bila semua pegawai-pegawai dimestikan beragama Buddha khususnya Raja Patani keturunan Melayu Patani telah dimusnahkan dan diganti dengan pejabat elit Siam yang beragama Buddha sebagai kepala wilayah Patani(Gebenur sekarang). Demikian juga, Phibul Shungkram membatalkan hukum Islam yang terkaitan dengan kekeluargaan dan pesaka serta memansuhkan posisi mufti (Qadhi). Umat Islam dipaksa

14

Herry Nurdi. (2010), Perjuangan Muslim Patani Sejarah Panjang Penindasan dan Cita-cita Pedamaian; ALAM RAYA ENTERPRISE, Kuala Lumpur. Hlm.89 15 A.Malek, M. Zamberi, (1993). Umat Islam Patani Sejarah dan Politik; Hizbi Ghah Alam, Kuala Lumpur. Hlm. 183-186.


menerima undang-undang sipil yang tertangan dengan syariat Islam. Dilarang berpakaian serban dan pakaian budaya Melayu, khusunya para wanita Patani dilarang keras memakai jilbabnya.16 Sikap kejam pemerintah Siam-Budha terhadap umat Islam di Patani ini, membangkitkan kebencian umat Islam kepada pemerintah terutama pegawai-pegawai pemerintah yang sering menipu dan mendzalimi rakyat. Tiada kebebasan bersuara, berfikir, bergerak dan berpolitik. Siapa mencoba mengingatkan pemerintah Siam, ditangkap dan dibunuh. Rumah-rumah dibongkar, perampuan dilecehkan, nyawa orang Islam tiada harganya.

Dari Gerakan “Semangat Patani” hingga “Tujuh Tuntutan” Di bawah pemerinhan diktator Phibun Songkram ini, harapan umat Islam Melayu Patani kian menjelit, bahwa para ulama dan guru yang dipimpin oleh Haji Sulong mengadakan himpunan perjumpaan dan menubuhkan sebuah gerakan Islam Patani yang pertama diberi nama “Majlis Haiatul Al-Munaffizul Al-Ihkamul Syari’ieyah,” yang bertujuan untuk mewujudkan kerjasama antara ulama dan pemimpin-pemimpin tempatan termasuk keturunan Raja Patani bagi mempertahankan maruah umat Islam dari tindakan yang kejam dan dzalim kerajaan Thailand yang selalu menindas unmat Islam Melayu Patani. Melalui pertubuhan inilah Haji Sulong dan rakan-rakan ulama lain memperjuangkan hak pertuanan sebagai bangsa Melayu Patani dan Hak beragama Islam, seterusnya menentang kedzaliman Siam.17 Setelah Perang Dunia II tamat dengan kekalahan Jepang, Luang Phibul Songkram yang berkerjasama dengan Jepang telah jatuh kuasaan sebagai Perdana Menteri Thailand. Diganti dengan perlantikan Pridi Pranomyong sebagai Perdana Menteri selanjutnya. Kemudian pada Tahun 1946 pertubuhan gerakan yang kedua adalah “Semangat Patani” di kalangan pemudapemuda yang diresmikan Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan (MAIK), dengan dihadiri sekitar 400 orang pemuda Patani yang dipimpin oleh Wan Othman Ahmad. Pada 1 April 1947, kongres Agong pertubuhan Semangat Patani telah memutuskan perlantikan Haji Sulong sebagai Pengurus dan juga memilih Tengku Mahmaud Mahyuddin yang

16 17

Zaman, M.K. (1996). FATANI 13 OGOS.Kelantan; tp.hlm.13 Ibid.


berada di Kota Bahru, Kelantan (Malaysia utara sekarang) sebagai ketua perwakilan untuk mengadakan diolog resmi mengemukan asprisasi Patani kepada Kerajaan Siam. Demikian pada 3 April 1947, Haji Sulong sebagai pemimpin masyarakat Islam Melayu Patani mengadakan perjumpaan dengan sekitar 100 orang di kalangan ulama dan pemimpin stempat dalam berbincang membuat surat 7 tuntutan pada pemerintah Thailand.18 Tujuh tuntutan itu dirumuskan sebagai berikut; 1. Pemerintah Thai harus melantik pemerintah wilayah (Pattani, Yala, Narathiwat, Satun dan sebagian distrik di Wilayah Songgora) dari kalangan orang yang beragama Islam. 2. Hasil kemakmuran di empat wilayah ini haruslah dibelanjakan untuk wilayah ini saja. 3. Pelajaran Bahasa Melayu diizinkan sebagai mata pembelajaran di sekolah dasar sehingga tingkat empat. 4. Pegawai Negera di empat wilaah ini 80 persen diambil dari kalangan orang Islam Lokal. 5. Membolehkan bahsa Melayu digunakan di kantor pejabat pemerintah disamping Bahasa Thai. 6. Membolehkan Majelis Agama Islam dalam menggunakan undang-undang sendiri (hukum syari’at Islam) 7. Pemerintah haruslah menjauhkan Mahkamah Syari’ah daripada mahkamah pemerintah di empat wilayah ini.19 Dari Tujuh tuntutan tersebut di serahkan kepada pemerintah pusat. Kemudian pemrintah Thailand membawa tujuh tuntutan tersebut kepada rapat cabinet, namun ditolaknya. Hal ini mengecewakan Haji Sulong dan umat Islam Melayu Patani di wilayah Selatan itu. Walaupun begitu, Haji Sulong meneruskan peranannya menekan pemerintah yang ketika itu agaknya mengamalkan sistem demokrasi. Beliau meberi tumpuan kepada dua institusi agama yaitu Masjid dan Pondok pesantren.20

18

A.Malek, M. Zamberi, (1993). Umat Islam Patani Sejarah dan Politik; Hizbi Ghah Alam, Kuala Lumpur. Hlm. 197. 19

Ibid. hlm. 198 LAMATO, H. (2017). PERANAN HAJI SULONG DALAM MEMPERJUANGKAN OTOMOMI KHUSUS PATANI THAILAND SELATAN, (1947-1954), Prodi Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Jumber. Hlm.44 20


Kehilangan Sang Pembela Patani Keadan Politik Thailand berubah apabila berlaku kudeta rampasan kuasa pada November 1947 yang mengakibatkan Luang Phibun Songkram kembali menjadi Perdana Menteri Thailand kali yang kedua. Dampaknya terhadap umat Melayu Patani yang pernah ditindas ketika Phibun menjadi Perdana Menteri. Pada 16 Januari 1948, Haji Sulong ditangkap bersama rakan-rakannya yaitu Wan Othman Wan Muhammad, Haji Wan Hussain dan Wan Muhammad Amin. Dengan tuduhan sebagai pemberontak kerajan negara Thailand, padahalnya Haji Sulong sendiri yang bergerak secara damai dan pergerakannya bukan untuk memerdekakan Patani.21 Pertengahan Juni 1952, Haji Sulong dibebaskan dari penjara setelah 4 tahun berada dalam tahanan di penjara. Kepulangannya ke Patani disambut ribuan umat Islam Melayu Patani di stasion kereta api daerah Kokpor, Wilayah Pattani. Sehingga kejadian yang tidak disengkakan, pada malam 13 Agustus 1954, dipanggil Kolonel Bunlert Paricha, Ketua Polisi Wilayah Songgora, bersama sahabatnya Wan Seman Muhammad, Che Ishak Yusof dan Ahmad, berangkat dengan mobil militer. Beberapa hari selepas itu, berita tersebar di kalangan masyarakat Patani tentang kehilangan Haji Sulong dan rakan-rakannya. Umat Islam Melayu Patani meyakini bahwa Haji Sulong dan rakannya diculik dan dibunuh oleh aparat Kerajaan Thailand, sehingga sekarang ini belum ketemu jinazah beliau dan rakannya.22

Teori Kepemimpinan Ada pada Haji Sulong Dalam penulisan ini, ada beberapa teori kemimpinan dapat ditemukan pada diri Haji Sulong. Misalnya, empat fungsi kepemimpinan (the 4 role of leadership) yang dikembangkan oleh Stephan Covey. Konsep tersebut menekankan bahwa seorang pemimpin harus memiliki empat fungsi kepemimpinan, yakni sebagai perintis (pathfinding), penyelaras (aligining), pemberdaya (empowering), dan panutan (modeling).23

21

Zaman, M.K. (1996). FATANI 13 OGOS.Kelantan; tp.hlm.23 Ibid. hlm. 32 23 Antonio, Muhammd Syafii, (2007). Muhammad SAW The Super Leader Super Manager; ProLM, Jakarta. Hlm.20 22


Fungsi perintis (pathfinding) mengungkapkan bagaimana upaya sang pemimpin dalam memiliki misi,visi, dan strategi yang nilai inovasif dan kreatif, agar sampai tujuan yang dikehendaknya. Fungsi ini ditemukan pada diri Haji Sulong karena beliau melakukan berbagai tindakan langkah berhasil membangun sistem pendidikan di Patani suatu tatanan yang modern. Dan mengitegrasi ilmu-ilmu umum dengan ilmu-ilmu khusus (agama). Sehingga beliau digelarkan sebagai “Kaum Muda.” Fungsi penyelaras (aligning) berkaitan dengan bagaimana seorang pemimpin menyalaraskan keseluruhan sistem dalam memahami situasi dan kondisi sebuah organisasi. Kemudian, ia menyelaraskan bagian-bagian sistem mampu bekerja dan saling sinergis, agar sesuai dengan strategi untuk mencapai visi. Haji Sulong mampu menyelaraskan berbagai strategi untuk mencapai tujuannya dalam menegak dan membela nasib umat Islam di bumi Patani. Ketika situasi ditekan oleh kerajaan Siam berbagai tindakan diskriminasi. Namun beliau mampu bertegak dengan menubuhkan gerakan Semangat Patani, upaya untuk mempertahankan identitas dan kemurnian agama Islam dan bangsa Melayu yang kian hari ditindas. Fungsi pemberdaya (empowering) berhubungan dengan upaya pemimpin untuk menumbuhkan lingkungan agar setiap orang dalam oeganisasi mampu melakukan yang terbaik. Seorang pemimpin harus memahami sifat pekerjaan seberapa besar yang tanggung jawab. Ia juga harus mengerti dan mendelegasikan seberapa besar tanggung jawab dan otoritas yang harus dimiliki oleh setiap karyawan yang dipimpinnya. Kehebatan Haji Sulong dalam mensinegikan berbagai potensi yang dimiliki oleh para pengikutnya dalam mencapai suatu tujuan. Sebagai contoh, dalam mengaturkan strategi dalam Gerakan Semangat Patani tersebt. Haji Sulong mengatur strateginya dengan du acara, yaitu secara sulit dan terang. Secara sulit, Haji Sulong mengarahkan Tengku Mahmud Mahyuddin menyusun sebagai perwakilan untuk dialog perundingan tentang 7 tuntutan kepada pihak kerajaan Thailand. manakala beliau secara terang merajui Majlis Agama Islam Patani (MAIP) dengan membangkit semangat masyarakat umum dalam hal menyampaikan aspirasi. Tidak


heran, dalam hal itu mampu mendirikan kesadaran dan kesatuan di dalam masyarakatnya, untuk membela agama dan bangsa. Fungsi terakhir adalah Fungsi Panutan (modeling) mengungkap bagaimana seorang pemimpin dapat menjadi teladan dan panutan bagi para pengikutnya dalam organisasi. bagaimana dia bertanggung jawab atas tutur kata, sikap, dan perbuatan yang diambilnya. Jelas bahwa Haji Sulong dikenalkan sebagai ulama mujahid karismatik pada masyarakat Islam Melayu di Patani. Keteladanan dan pelajaran beliau sangat bermakna bagi generasi muda Patani sekarang. Beliau adalah ulama yang memiliki sifat visioner, pantang menyerah, berani dan lainlainnya. Meskipun kehilangannya membawa kesedihan sepanjang zaman, namun teladannya menjadi permata sinaran bagi masyarakat dalam melawan kedzaliaman kerajaan thailand dan menegak Islam di bumi Patani yang tak kunjung usai konfliknya.

PENUTUPAN Haji Sulong adalah tokoh ulama pejuang Patani karismatik di era modern yang mempertahankan identitas umat Islam Melayu Patani. Beliau juga memimpin dan memperdaya umat Islam di Patani untuk bersatu melawan dan membela Islam dari kedzaliaman kerajaan Siam, kerana sikap kerajaan di masa itu sangat diskrimanasi terhadap rakyat Patani. Lantaran Perjuangan Haji Sulong tersebut, membawa kecurigaian besar terhadap pemerintah kerajaan Thai. Dari perintis sistem pendidikan baru, gerakan pembela umat Islam Melayu Patani sehingga tuntutan 7 perkara, akibatnya beliau dan rakan-rakannya dipenjara dengan tuduhan sebagai pemberotakan kerajaan Thai, sehingga diculik hilang setelah bebas dari penjara. Demikianlah sekulumit biografi Haji Sulong dengan memiliki bukti-bukti kepemimpinan yang baik, sebagaimana hasil dalam analisis yang terkaitan teori kepemimpinan dapat relevansi kepemimpinan berdasar teori Stephan Covey, yaitu empat fungsi kepemimpinan (The 4 role of leadership) dan menunjukkan bahwa Haji Sulong Adalah sosok pemimpin pejuang Patani yang terus diteladani oleh umat Islam di bumi Patani. Semoga, juga dapat digunakan dan ditiru oleh para pemimpin dari tingkat kecil dan besar dalam menegakan Islam di mana-mana saja.


DAFTAR PUSTAKA A.Malek, M. Zamberi, (1993). Umat Islam Patani Sejarah dan Politik; Hizbi Ghah Alam, Kuala Lumpur Antonio, Muhammd Syafii, (2007). Muhammad SAW The Super Leader Super Manager; ProLM, Jakarta. Faisol Mamang, (2017). Peran Civil Society Organization Dalam Proses Perdamaian di Patani; Tesis Mni Book, Magister Studi Politik dan Pemerintah Islam, UIN Sunankalijaga, Yogyakarta. Herry Nurdi. (2010), Perjuangan Muslim Patani Sejarah Panjang Penindasan dan Cita-cita Pedamaian; ALAM RAYA ENTERPRISE, Kuala Lumpur LAMATO, H. (2017). PERANAN HAJI SULONG DALAM MEMPERJUANGKAN OTOMOMI KHUSUS PATANI THAILAND SELATAN, (1947-1954), Prodi Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Jumber.

Surin Pisuwan. (1989), Islam Di Muangthai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patani;LP3ES, Jakarta. Tahe, W. (2010). Perjuangan Politik Haji Sulong di Patani Thailand (1947-1954), Fakultas Adab dab Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Zaman, M.K. (1996). FATANI 13 OGOS.Kelantan; tp


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.