2 minute read
Bina rohani
Takabur dan Balasannya
Oleh SaRjONO
Advertisement
RaSULULLah saw melarang umatnya berlaku sombong, terutama kepada allah, juga terhadap sesama umat Islam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh muslim bersumber dari abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah saw telah bersabda: Tidak masuk syurga orang yang di dalam hatinya ada sedikit kesombongan. Lalu ada seorang lelaki berkata: “Sesungguhnya ada seorang yang senang pakaiannya bagus dan sandalnya juga bagus”. Beliau lalu bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah yang senang keindahan . Sedang sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. (HR. Mus-
lim).
Sombong dan angkuh adalah katakata yang mempunyai satu makna, yaitu menganggap dirinya lebih tinggi, lebih mulia, daripada lainnya. Sifat sombong sangat tercela di dalam agama. Begitu pula, oleh masyarakat sifat ini sangat dibenci, tidak hanya oleh orangorang yang berilmu saja dan orangorang yang berbudi luhur, melainkan hampir semua orang membencinya, karena sifat sombong bisa menimbulkan permusuhan dan hilangnya rasa keakraban antarmanusia.
Dari hadits Rasulullah saw di atas ada dua pengertian, pertama, pintu sorga tertutup bagi setiap orang yang di dalam hatinya ada sifat kesombongan, kedua, seseorang itu tidak bisa dikatakan sombong hanya karena suka pakaian yang bagus-bagus. Sombong yang sesungguhnya ialah tidak mau menerima kebenaran dan menganggap rendah orang lain.
Sombong atau takabur dibedakan atas tiga golongan: 1. Sombong kepada Allah, yaitu mengabaikan, tidak menghiraukan, atau tidak mempedulikan agama allah, tidak takut kepada ancaman allah, serta meremehkan dan mengabaikan syari’at (per-
kalam/pewara
aturan) agama. Diterangkan dalam firman allah:
Sesungguhnya orangorang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina (Luqman: 60). 2. Sombong terhadap Rasul, yaitu enggan dan merasa hina untuk mengikuti petunjuk Rasul, tidak sudi mengikuti Nabi Muhammad saw. Sikap takabur demikian hanya dimiliki kaum Quraisy di masa Nabi. Mereka menganggap Muhammad saw adalah anak yatim yang tidak punya harta.
3. Sombong teradap Sesama Manu-
sia, yakni merasa lebih tinggi pendidikannya, sehingga merasa lebih pintar, lebih berkuasa, lebih mulia, lebih kaya, lebih ganteng, lebih cantik, lebih bahagia, lebih kuat daripada orang lain, menganggap orang lain lebih rendah harkat dan martabatnya.
Ia menganggap remeh dan hina, orang lain tidak berharga sama sekali dibanding dirinya. Ia menjadi gila hormat, gila pujian, lupa daratan, tidak suka ditegur, tidak mau mengakui pandangan orang lain meski itu benar. Diterangkan oleh Rasulullah, Takkabur itu menolak kebenaran dan menghinakan hakhak manusia (hR. Muslim)
Rasulullah sehari-hari tidak pernah sombong. Beliau menengok orang sakit, mengantarkan jenazah, mendatangi undangan dari siapa pun. Pada suatu hari ada seorang wanita menghadap beliau ingin mengundangnya untuk suatu hajatan. Karena wanita ini dari golongan miskin, ia ragu-ragu. Oleh karena itu, beliau bersabda: Dudukkanlah saya di jalanjalan Madinah mana pun yang kamu kehendaki, pasti saya akan datang untuk mendatangi hajatmu itu. Tawadlu’lah kalian, dudukduduklah kalian dengan orangorang miskin, pasti kalian menjadi besar di sisi Allah dan terbebas dari kesombongan (hR. abu Nu’aim)
Untuk menghindari sifat sombong, kita harus berlaku lunak dalam pergaulan. Sering-sering menengok tetangga, terutama yang sedang tertimpa kesusahan, suka berkumpul dengan orang miskin, suka bertegur sapa dengan sesama umat, ringan kaki mendatangi undangan dan sebagainya.
Kadang-kadang kita perlu juga berlaku sombong, tetapi kepada orang-orang yang suka sombong. Rasulullah bersabda: Sombonglah kepada orang yang sombong, karena sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah (al hadits).
Takkabur merupakan penyakit rohani yang sangat membahayakan, sehingga kita wajib menghilangkannya. Cara pengobatannya tidak dengan jalan berkhayal atau berharap-harap, tetapi dengan resep yang mujarap. Resep itu tidak terdapat di apotik, begitu juga pada dokter, tetapi pada diri kita sendiri.
drs. sarjono kabag tu FmIpa universitas negeri yogyakarta