5 minute read

cerpen

Next Article
Bina rohani

Bina rohani

SMS Menulis

Oleh HeNDRa SUGIaNTORO

Advertisement

lebih cenderung menulis karya-karya fiksi. Meskipun tetap ada tulisan-tulisan nonfiksiku. aktualisasi karya-karyaku lebih banyak dimuat di koran dinding dan buletin lembaga. ada motivasi menulis ke media massa, tapi aku tetap saja malas. Malas atau nggak pernah baca koran? Nggak Tahulah! akhirnya aku dijadikan Pemred di lembaga itu. entah, nggak tahulah!

Liburan Ramadhan aku pulang kampung. Makan ketupat bersama keluarga dan menikmati pecel buatan ibuku. ahad, 6 November aku menerima SMS, “cerpennya udah berapa lembar?” Nulis saja nggak kepikiran apalagi buat cerpen. “Belum buat. Sibuk!” balasku. aku berpikir SMS itu hanya sesaat, ternyata terus menghantuiku. Senin, 7 November, SMS itu menyapaku, “Lagi sibuk ya? Jangan lupa MaKaN. Menulis dalam bentuK cerita peNMenulis dalam bentuK cerita peNdek.” esok harinya SMS itu kembali menyapa, “Pagi ini enaknya MaKaN apa? Makan TeMPe. Tetap seMangat Pantang nyerah.”

Gila! Tampaknya pengirim SMS itu tidak bosan-bosannya mengirim pesan. “Makan pagi masak sayur LODeH? nuLis cerpen Oke DeH,” pesannya Rabu, 9 November pagi.

Tanpa basa-basi kali ini kujawab, “aku lagi main. Belum buat cerpen. Kamu lucu, aneh banget sih. Salam kenal. Jangan bilang aku SMS kamu.” aku berharap tak menerima SMS lagi. “Habis main lapar nih. Makan NaSI. Nulis asyik SekalI. Kalau haus beli eS BaTU biar segar. terus Semangat Buat TUlisan,” bunyi SMS di sore hari. Tak beberapa detik kemudian, “eh lupa…juga beli MaNGGa dibuat jus biar Menulisnya tambah rajiN Gitu lho! ya Gak?” Kudiamkan saja. Nggak lucu!

Kamis, 10 November jelang Maghrib, SMS itu berulah lagi, “BUKa PUaSa? Biar lesU dan suntuK tetaP nUlis apa Saja.”

Jumat, 11 November malam, SMS itu mengikuti waktu tidurku. “Mau tidur BeRDOa dulu. Buat ceRpen DOng ah.”

“Udah berapa hari puasa Syawalnya? Buka minum aIR PUTIH. tetap nulIs di keRtas PUTIH” bunyi SMS itu Sabtu, 12 November sore.

Liburan tinggal sehari lagi. ahad, 14 November aku harus kembali ke Yogya. Saat menuju Yogya SMS ternyata mengiringi keberangkatanku. “Ke Yogya? Turun di GaMPING naik jalur 15. teGa-teganya keMbali tanPa bIkin cerpeN, nenG.

Sejak masuk kuliah pascalebaran SMS beruntun itu sejenak berhenti. “Hari ini tanggal TIGa BeLaS bulan Syawal. TIngkatkan semanGat memBaca dan menuLis apa Saja.” SMS itu nongol lagi. Menjelang acara Syawalan di kampus, Kamis 17 November, SMS itu kembali berpesan, “Hari ini ada

aKU MaSUK UNY. Betapa bangga menembus UNY, kampus di kota Yogyakarta yang cukup terpandang di mataku. Lulus SMa tahun 2004 aku memang bercita-cita menggapai bintang di langit. Dan UNY ternyata menjadi langit untukku terbang mewujudkan mimpiku. Bintang di UNY? Menjadi manusia benar-benar manusia. Itulah bintang dan aku ingin meraih bintang itu.

Beranjak kutinggalkan kota kelahiranku. Purworejo, kota yang membingkai masa kecilku. Di kota itu ibuku selalu memasak pecel kesukaanku. Menyendiri di kota baru. Tak kuMenyendiri di kota baru. Tak kudengar lagi musik klasik. Tak ada TV apalagi nonton telenovela. Kesunyian kos membuatku menerawang mengingat kampung halaman.

Hari menjemput hari. Perlahan mulai kunikmati kehidupan kota ini. Kutenteramkan hati, meski jengkel terhadap kondisi kosku. Bayangkan! Mau menyiram tubuh harus antri. Sering kehabisan air. air sering macet. Maka, jika pukul tujuh harus berangkat kuliah, aku jarang mandi.

Kuliah terus berjalan. aku ingin mengembangkan potensiku. Menulis? Ya…masih mood-mood-an sih. Tapi, aku tertarik dunia kepenulisan. Dua bulan kuliah kumasuki Forum Dunia Kata, lembaga di salah satu Ormawa fakultasku. Kutemukan tujuanku. Di tempat itu aku juga mengenal seorang mahasiswa aneh. Ya…kelihatan aneh menurutku. Bagaimana tidak? Ia sering melepas senyum tanpa alasan yang jelas dan tampaknya tidak mampu membeli minyak rambut. Kusut. Kalau jalan kayak dikejar maling. Kebanyakan kakak angkatanku memanggilnya Pak ahmad. aku mulai membiasakan diri menulis. Tulisanku banyak dimuat pada terbitan koran dinding dan buletin lembaga tersebut. “Kampusku Bersih, Sehat, dan Beriman” judul tulisanku saat marak-maraknya isu kebersihan kampus. Lebih hebat lagi, fotoku pernah terpampang di harian kota ini. Di rubrik Masalah Kita aku menulis “Dimulai dari Kampus.” Memulai apa? Mulai menjadi “Perempuan Perkasa.” Itu judul puisiku…

Tahun 2005 aku terus berkecimpung di lembaga itu. Boleh dibilang menulis setiap hari terasa sulit bagiku. aku masih mood-mood-an. Banyak motivasi menyemangatiku, termasuk dari mahasiswa aneh tadi. Tapi, memang aku orangnya PD. Pancen nDableg. Menulis nggak menulis emang gue pikirin?

Lembaga itu menerbitkan buletin awal tahun. aku harus mengisi rubrik buletinnya. Nulis apa? Tidak ada ide mampir di kepalaku. Bingung. aku harus menyelesaikan tulisanku. “Tak ada Ide” akhirnya menjadi judul cerpenku. Tampaknya aku

cerpen

SYaWaLaN di UPP II. Selalu berkarYa leWat tuLisan.”

Dasar PD. Pesan lewat SMS itu sering tidak mempengaruhiku. Setelah acara Syawalan lebih dari sebulan SMS itu berhenti dan cukup lama. Hingga akhirnya, suksesi kepengurusan berlangsung akhir tahun itu. aku tetap berada di Forum Dunia Kata setahun mendatang. Mau tahu? Pak ahmad, mahasiswa aneh itu, habis masa baktinya.

Waktu terus menapak maju. Seiring perjalanan hari SMS itu mulai bergerilya lagi. ahad, 8 Januari 2006 aku mendapatkan SMS, “2 September 1985 itu hari SeNIN ya? Selalu NulIs cerpeN.” Bisa-bisanya pengirim SMS itu mengetahui hari lahirku. Tahu dari mana?

“Dulu malam TaKBIRaN DI KaMPUNG ramai ya? Tetap berKarya BIkin ceRita peNdek DI Kertas saMpai ramPUNG,” bunyi SMS Senin, 9 Januari petang.

SMS yang masuk tak pernah kubalas. Saat Idul adha, Selasa, 10 Januari, SMS itu berujar, “DaGING KORBaNnya enak? Dari paGI semaNGat berKObaR Buat cerita peNdek.”

Turunnya beasiswa PPa dan BBM November-Desember pun tak lepas dari aksinya. “BeaSISWanipun mbenjing dipendhet nggih. Buat cerpen apa Saja seIndah-indahnya Setiap Waktu,” pesan yang masuk Rabu, 11 Januari.

Kamis, 12 November selesai shubuh, SMS itu membuka hariku “Kalau tidak salah hari ini KaMIS? bergeraK dengan Menulis setIap Saat.” aku menganggap pengirim SMS itu cukup aneh. Ya…aneh banget. Kayak nggak ada kerjaan. aneh lagi, kiriman surat ke kosku, Jumat, 13 November menjelang ashar. Banyak tulisan dan gambar di bagian depan dan belakang amplop besar itu. “Perangko? Di kantor pos” tepat di pojok kanan atas amplop. alamat tualamat tujuan ditulis kepada aniq di kos. Kosnya aniq di mana sih? ada gambar rumah dan ditulisi “Di Purworejo Rumahku.” Gambar persegi panjang dan ditulisi “Fotoku mana? Ditempel di sini. ada juga tulisan “Mohon Maaf Lahir dan Batin. Kayak lebaran aja.”

Ketika kubuka amplop besar itu, di dalamnya terdapat banyak tulisan dari penulis-penulis ternama, Mohammad Fauzil adhim, Helvy Tiana Rosa, dan Gola Gong. aku cukup terhentak dengan tulisan “Suer Deh! Menulis itu Gak Butuh Mood, Kok!” dari Fauzil adhim. Suer…cukup menghentak diriku. Malam harinya aku mendapat kiriman SMS. “Pelajaran Bahasa Inggris. Bahasa Inggrisnya daftar menu? Menu list. Ma KaN apa? NaSI+TeMPe. Masih ingat? SMS itu seakan mengingatkanku. “Kabarmu BaIK? aku juga BaIK. Berkarya dengan menulIs cerita pendeK. SaMPaI JUMPa pukul 24.00.” SMS itu menanyakan kabarku Sabtu, 14 November. Sampai jumpa pukul 24.00? aku tetap masa bodoh. Tepat pukul 00.00 SMS itu mengucapkan, “Mohon maaf. Terima kasih. SaMPaI JUMPa di lain waktu. Selalu Mengangkat Pena, menulIs JUga Membaca aPa saja.” Barangkali itu salam perpisahan dan SMS. Tampaknya tidak akan lagi menghiasi harihariku. Kesedihan atau malah tersenyum? aku tak bisa membuka isi hatiku. Tanganku tidak bisa memeluknya. Tak bisa mataku menatap kepergiannya. aku harus menulis! aku harus banyak menghasilkan karya kepenulisan. Membaca dan menulis. Ya… mahasiswa harus membaca dan menulis. Jadi penulis? Bisa jadi, bintang di UNY kutemukan dengan menulis. Tangan menggenggam pena dan menjelajahi dunia kata dengan mataku. apakah hatiku benar-benar demikian? aku tetap tak bisa membukanya.

rePro kaLam/Pewara

HenDra SuGiantoro mahasiswa unY

This article is from: