3 minute read

cerpen

Next Article
dari pemBaca

dari pemBaca

Menolong Kakek

Oleh IKa FeNI SeTIYaNINgRUM

Advertisement

bagi dengan mereka. Pengemis juga perlu ditolong, Nak.”

“Iya, Bu. Ibu guru juga sudah mengatakan, kalau ada pengemis alangkah baiknya kita membantunya dan mau berbagi.”

“Wah, anak Ibu memang cerdas ya.”

“Iya dong, Bu.”

“Ya sudah, buruan makannya dihabisin. Habis itu, Ibu antar Rizal ke sekolah.”

Setelah Rizal selesai makan, Ibu langsung bergegas mengambil sepeda onthelnya untuk mengantar Rizal ke sekolah.

***

Bel tanda sekolah usai pun berbunyi. Rizal dan kawankawan keluar kelas. Rizal dan andi sudah janjian untuk pulang samasama. Kebetulan rumah mereka bersebelahan.

“andi, Ibu guru tadi bilang kalau kita menolong orang dapat pahala kan?”

“Iya, Zal.”

“Berarti, kalau kita dapat pahala, kita bisa masuk surga dong.”

“Iya, Zal.”

“Wah, Rizal pingin menolong orang ni biar dapat masuk surga.”

“Iya, ya, pasti enak kalau masuk surga, Zal.”

Tak lama kemudian Rizal melihat kakekkakek di pinggir jalan. Sepertinya kakek itu sedang membutuhkan pertolongan. Rizal dan andi bergegas menghampiri kakek itu.

“Kek, kakek kenapa?”

Kakek itu menyahut, ”Cu, dari kemarin kakek belum makan. Tak ada uang untuk membeli nasi. Kakek juga sudah tidak punya rumah dan sanak saudara. Kasihanilah kakek ini, Cu.”

Rizal merogoh uang yang ada di sakunya. Uang 1000 rupiah pemberian ibunya tadi pagi.

“Kek, ini ada uang dari Rizal. Tapi, hanya 1000 rupiah.”

“Wah, makasih ya, Cu. Cucu memang anak yang baik. Semoga jadi anak yang pintar.”

“amin,” sahut Rizal dan andi.

Tanpa disangka, andi pun memberikan uang yang masih ia punya.

“Kek, maaf ya, hanya ada 500 rupiah. Ini buat kakek. Semoga cukup buat beli nasi.”

“Wah, terima kasih ya, Cu. Kalian berdua memang anak yang baik. Semoga besok kalian berdua masuk surga.” ”amin,” serempak Rizal dan andi.

PagI ini cerah. Burungburung berkicau. Terdengar suaranya merdu sekali. langit juga biru. Indah sekali.

Setelah mandi, Rizal bersiapsiap untuk berangkat ke sekolah. Ia siapkan bukubuku pelajaran sesuai jadwal yang ada, lalu sarapan pagi.

“Bu, Rizal sudah selesai siapsiap ni. Sekarang Rizal mau makan,” ucap Rizal yang masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar.

“Wah, anak Ibu hebat. Itu nasinya sudah Ibu siapin,” jawab Ibu dengan sunggingan senyumnya.

“lauknya apa, Bu?”

“Ya, biasa, Nak. Tempe goreng sama sayur sop.”

“Yah, tempe lagi, tempe lagi, kapan lauknya pakai ayam goreng, Bu?”

“Kan kata Bu guru, lauk tempe itu banyak gizinya. Ya sudah dimakan dulu, besok kalau ada rejeki Ibu beliin deh,” jawab ibunya dengan bijak.

Rizal mengambil piring berisi nasi yang sudah disiapkan oleh ibunya. Ia mengambil satu tempe goreng dan sayur sedikit. Rizal terlihat tidak bersemangat untuk makan. Ibunya melihat itu. Ibu itu mendekati Rizal dan duduk di sampingnya.

“Nak, bersyukur ya kita masih bisa makan. Coba lihat anakanak jalanan di luar sana. Sudah nggak bisa sekolah karena tidak punya uang, terus sehari saja belum tentu mereka makan. Kalau mereka mau makan, mereka harus nyari uang dulu. Coba deh, sekarang bandingkan dengan Rizal. Rizal bisa makan, bisa sekolah, dapat uang saku. Yah, walaupun uang sakunya nggak banyak juga. Bener ‘kan?”

“O, gitu ya. Bu, anak jalanan itu punya ayah dan ibu nggak?”

“Ya macemmacem. ada yang masih punya ayah dan ibu. ada juga yang sudah nggak punya ayah atau ibu.”

“Terus, mereka tinggalnya di mana, Bu?”

“Biasanya sih di kolong jembatan, Nak. Kadang juga tinggal di rumahrumah kardus.”

“Maksudnya rumah kardus, Bu?”

“Maksudnya, rumah yang dibuat dari kardus.”

“Kasihan mereka ya.”

“Heem, kasihan. Nah, makanya Rizal harus bersyukur masih bisa sekolah, bisa makan, punya ayah dan ibu, masih dapat uang saku pula.”

“Betul, betul, betul,” jawab Rizal.

“Makanya, nanti kalau kamu ketemu sama anakanak jalanan atau pengemis itu, alangkah mulianya kalau Rizal mau ber

cerpen

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masingmasing.

“Wah, tadi kita didoain masuk surga ya, Ndi.”

“Iya, senang ya bisa masuk surga.”

Sesampainya di rumah, Rizal menceritakan kejadian yang baru dialaminya itu kepada ibunya.

“Wah, anak Ibu memang anak yang baik dan cerdas,” puji Ibu berseriseri.

“Siapa dulu dong, Rizal!” “eit ... ingat. Jadi anak tidak boleh som .…”

“...bong,” timpal Rizal sambil tertawa.

Hari ini Rizal sudah berbuat kebaikan, yakni menolong seorang kakek yang sedang dalam kesusahan. Rizal merasa senang sekali karena bisa menolong orang lain.

IstIme�a

Ika �enI setIyanIn�rUm mahasiswa Uny, bergiat di pena profetik Uny

This article is from: