2 minute read

Bina rohani

Next Article
dari redaksi

dari redaksi

Dia Datang Bersama Rembulan

Oleh MUHaMMaD lUTHFI HIDaYaT

Advertisement

“HaI Orangorang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagimana telah diwajibkan atas orangorang sebelum kamu. Supaya kamu bertaqwa.” (al Baqarah:183). ayat ini sungguh populer di bulan Ramadhan, dan memang hikmah yang terkandung dari setiap detil katanya sangat dalam. Puasa sudah disyariatkan semenjak dahulu kala, meskipun syariatnya berbeda. allah menyebutkan dalam ayat tersebut “Hai orangorang yang beriman”, bukan “Hai manusia” (Yaa ayyuhannasi). Puasa Ramdhan adalah puasa khusus orangorang yang beriman, dan allah memberikan penekanan atas orangorang yang beriman saja agar semakin meningkatkan derajatnya menjadi orang yang bertakwa La’allakum tattaquun.

Puasa atau shaum adalah menahan makan, minum, dan bersenggama dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Makan dan bersanggama adalah titiktitik kenikmatan yang dianugerahkan allah kepada manusia. Sebaliknya, keduanya pula yang menjadi sumber kehancuran manusia. Karena ‘makan’, adam dan Hawa diusir dari surga ke bumi.

Di luar Tembok Mihrab (:Tempat imam di Masjid)

Ramadhan selalu hadir dengan semangat kebaikan yang besar. Pintu surga atau peluang kebaikan telah dibuka selebarlebarnya. Pintu neraka (melambangkan kemaksiatan) telah ditutup rapat. Kedua perlambang tersebut hendaknya dapat memacu kita untuk semakin menambah frekuensi dan kualitas ibadah dan amalan. Bayangkan, satu rakaat shalat sunnah pahalanya disejajarkan dengan rakaat shalat fardhu, apalagi setiap amalan kecil dilipatgandakan dengan pahala yang kita tidak pernah tahu banyaknya.

Dengan semakin menghitung dan

IstIme�a

mengoreksi kekurangan diri, kita dapat membuat acuan tentang langkahlangkah ke depan untuk perbaikan masyarakat. Karena Ramadhan bukan ajang untuk meninggikan ego saja, bukan untuk menjadi ‘orang suci’ sendirian di tengah masyarakat yang kering dari keimanan. Ramadhan adalah bulan untuk peduli.

Hamba Cemas, Belum Tentu di Tahun Depan

Setiap habis Ramadhan, hamba cemas kalau tak sampai umur hamba di tahun depan, berilah hamba kesempatan… lirik lagu Bimbo yang melukiskan betapa seorang yang telah benarbenar merasakan nikmat dan barakah allah di bulan Ramadhan, niscaya berat hatinya untuk ditinggalkan oleh Ramadhan dan muncul kecemasan di hatinya, akankah umur yang tersisa bisa menjumpainya di tahun depan.

“Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apaapa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga… (HR Bukhari–Muslim).

Beberapa indikasi orangorang yang sengsara di bulan Ramadhan sebagai berikut.

Pertama, sebelum Ramadhan datang, ia kurang optimal melakukan “pemanasan”, seperti kurangnya ilmu tentang ibadah maupun Ramadhan, serta malasnya mengerjakan amalanamalan sunah. Sambutan kepada Ramadhan laiknya sebuah beban dan musibah, karena dia seolah dipaksa untuk menghentikan aktivitas destruktifnya. Yang memprihatinkan lagi, bulan Sya’ban yang seharusnya menjadi bulan persiapan, malah dijadikan ajang pelampiasan maksiat.

Kedua, berpuasa tidak menghalanginya untuk tetap berbuat maksiat. Bagaimana seseorang yang berpuasa, namun tetap saja ia dusta, memfitnah, dsb, bahkan matanya tidak bisa dijaga dari melihat halhal yang haram.

Ketiga, malammalam Ramadhan tak ada bedanya dengan malammalam lainnya. Orang yang gagal adalah orang yang tidak meningkatkan dirinya di bulan mulia ini, menghidupkan malammalam Ramadhan dengan ibadah.

Keempat, saat–saat berbuka dijadikan saat balas dendam dengan melahap banyak makanan untuk memenuhi lambungnya. Nilai puasa bukan hanya dari menahan makanminum saja. lebih dari itu, unsur pendidikan puasa adalah latihan pengendalian nafsu dan sarana memperbesar kepekaan sosial.

Kelima, ketika idul fitri tidak memberikan bekas fitrah di hati. Menjelang Idul Fitri memperbagus lahiriah tanpa peduli peningkatan ibadah. Menjelang perpisahan dengan Ramadhan,

Ya allah, jadikanlah hamba seorang alumni teladan Ramadhan. Yaitu orangorang yang engkau karuniai kemuliaan dan ketaqwaan. Semoga kebahagiaan tertinggi berupa pertemuan langsung dengan–Mu di surga, kelak dapat hamba raih. amin.

mUhammad lUth�I hIdayat mahasiswa pendidikan biologi Uny

This article is from: