bina rohani Dia Datang Bersama Rembulan O l e h M uha mma d Luthfi Hidayat “Hai Orang-orang yang beriman, diwa jibkan atas kamu berpuasa sebagimana telah diwajibkan atas orang-orang se belum kamu. Supaya kamu bertaqwa.” (Al Baqarah:183). Ayat ini sungguh populer di bulan Ramadhan, dan memang hikmah yang terkandung dari setiap detil katanya sangat dalam. Puasa sudah disyariat kan semenjak dahulu kala, meskipun syariatnya berbeda. Allah menyebutkan dalam ayat tersebut “Hai orang-orang yang beriman”, bukan “Hai manusia” (Yaa ayyuhannasi). Puasa Ramdhan ada lah puasa khusus orang-orang yang ber iman, dan Allah memberikan penekanan atas orang-orang yang beriman saja agar semakin meningkatkan derajat nya menjadi orang yang bertakwa La’allakum tattaquun. Puasa atau shaum adalah menahan makan, minum, dan bersenggama dari terbit fajar hingga terbenamnya mata hari. Makan dan bersanggama adalah titik-titik kenikmatan yang dianuge rahkan Allah kepada manusia. Sebalik nya, keduanya pula yang menjadi sumber kehancuran manusia. Karena ‘makan’, Adam dan Hawa diusir dari surga ke bumi. Di Luar Tembok Mihrab (:Tempat Imam di Masjid) Ramadhan selalu hadir dengan sema ngat kebaikan yang besar. Pintu surga atau peluang kebaikan telah dibuka se lebar-lebarnya. Pintu neraka (melam bangkan kemaksiatan) telah ditutup rapat. Kedua perlambang tersebut hen daknya dapat memacu kita untuk sema kin menambah frekuensi dan kualitas ibadah dan amalan. Bayangkan, satu rakaat shalat sunnah pahalanya diseja jarkan dengan rakaat shalat fardhu, apalagi setiap amalan kecil dilipatgan dakan dengan pahala yang kita tidak pernah tahu banyaknya. Dengan semakin menghitung dan
istimewa
mengoreksi kekurangan diri, kita dapat membuat acuan tentang langkah-lang kah ke depan untuk perbaikan masyara kat. Karena Ramadhan bukan ajang un tuk meninggikan ego saja, bukan untuk menjadi ‘orang suci’ sendirian di ten gah masyarakat yang kering dari kei manan. Ramadhan adalah bulan un tuk peduli. Hamba Cemas, Belum Tentu di Tahun Depan Setiap habis Ramadhan, hamba ce mas kalau tak sampai umur hamba di tahun depan, berilah hamba kesempa tan… Lirik lagu Bimbo yang melukiskan betapa seorang yang telah benar-benar merasakan nikmat dan barakah Allah di bulan Ramadhan, niscaya berat hatinya untuk ditinggalkan oleh Ramadhan dan muncul kecemasan di hatinya, akankah umur yang tersisa bisa menjumpainya di tahun depan. “Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga… (HR Bukhari–Muslim). Beberapa indikasi orang-orang yang sengsara di bulan Ramadhan sebagai berikut.
Pertama, sebelum Ramadhan datang, ia kurang optimal melakukan “pema nasan”, seperti kurangnya ilmu tentang ibadah maupun Ramadhan, serta malas nya mengerjakan amalan-amalan su nah. Sambutan kepada Ramadhan laikn ya sebuah beban dan musibah, karena dia seolah dipaksa untuk menghentikan aktivitas destruktifnya. Yang mempri hatinkan lagi, bulan Sya’ban yang seha rusnya menjadi bulan persiapan, malah dijadikan ajang pelampiasan maksiat. Kedua, berpuasa tidak menghalang inya untuk tetap berbuat maksiat. Bagaimana seseorang yang berpuasa, namun tetap saja ia dusta, memfitnah, dsb, bahkan matanya tidak bisa dijaga dari melihat hal-hal yang haram. Ketiga, malam-malam Ramadhan tak ada bedanya dengan malam-malam lain nya. Orang yang gagal adalah orang yang tidak meningkatkan dirinya di bu lan mulia ini, menghidupkan malammalam Ramadhan dengan ibadah. Keempat, saat–saat berbuka dijadi kan saat balas dendam dengan melahap banyak makanan untuk memenuhi lam bungnya. Nilai puasa bukan hanya dari menahan makan-minum saja. Lebih da ri itu, unsur pendidikan puasa adalah latihan pengendalian nafsu dan sarana memperbesar kepekaan sosial. Kelima, ketika idul fitri tidak mem berikan bekas fitrah di hati. Menjelang Idul Fitri memperbagus lahiriah tanpa peduli peningkatan ibadah. Menjelang perpisahan dengan Ramadhan, Ya Allah, jadikanlah hamba seorang alumni teladan Ramadhan. Yaitu orangorang yang Engkau karuniai kemuliaan dan ketaqwaan. Semoga kebahagiaan tertinggi berupa pertemuan langsung dengan–Mu di surga, kelak dapat ham ba raih. Amin.
Muhammad Luthfi Hidayat mahasiswa Pendidikan Biologi UNY
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
45