Pewara Dinamika Maret 2010

Page 1

Volume 11 • nomor 28 Maret 2010

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

MENENGOK KOMUNITAS (BER)KESENIAN Ternyata di kampus UNY, terutama FBS banyak melahirkan komunitas seni. Dengan kelihaian dalam (ber)kesenian, mereka pun mendapat pengakuan. Prestasi ini pun turut membesarkan nama almamater.


JANGAN SISIHKAN PERMAINAN TRADISIONAL !!! Perkembangan zaman, tidak hanya mengubah gaya berpakaian; gaya berbicara, maupun perilaku hidup masyarakat (utamanya) kota, tetapi juga berimbas pada perubahan perilaku bermain. Syahdan, anak-anak begitu ceria bermain gobak sodor, ular naga, gatrik, lompat tali, petak umpet, benteng, gobak sodor, dakon, gasing, dst., tetapi kini mereka mulai ceria bermain Play Station (PS) maupun game online. Fenomena inilah yang membuat permainan tradisional, sebagai warisan budaya bangsa kian tersisih, tertinggal bahkan terlupakan. Kalah dengan permainan modern, yang notabene terlahir dari rahim budaya impor. Memang diakui permainan modern begitu praktis. Dia bisa dimainkan di mana saja dan kapan saja. Hal ini, jauh berbeda dengan permainan tradisional yang harus melihat situasi ruang dan waktu. Walau demikian, permainan tradisional sangat bermanfaat, setidaknya melatih cara hidup bersama, ketangkasan, dsb. Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk membangkitkan permainan tradisional ini? Nggak usah muluk-muluk. Yuk, kita bersama-sama sosialisasikan pentingnya permainan tradisional. Itu memang sepele, tapi itu sudah lebih dari cukup! Bukan begitu? Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • SUMBER gambar: �������� ���������������������������� cienceph.files.wordpress.com


pena redaksi

P ewa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Eka Wahyu Pramita. S. Pd. Mindiptono Akbar. SS. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Tien Kartika Komara Dewi, A.Md. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Didik Kurniawan, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Sugeng Sutarto, S.Pd. (Sistem Informasi) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Bulan Maret telah tiba. Rutunitas bu­ lan tiba pula. Pelbagai aktivitas dilaku­ kan demi menyambut Pewara Dinamika edisi maret. Terus terang saja, edisi kali ini dibuat dengan mengejar waktu­, tidak heran jika tenaga yang kami kelu­ arkan begitu ekstra. Jika dihitung de­ nga­n waktu, maka edisi ini dikejar da­ lam waktu 10 hari. Ini semua karena ke­sa­lah­an kami dalam memanajemen wak­tu, terutama masa terbit pewara di­ namika edisi Februari. Kali ini kami mengangkat tema ten­ tang komunitas seni yang “bertaburan di lingkungan UNY, lebih khsusu di Fa­ kultas Bahasa dan Seni. Di rahim fakul­ tas inilah ditemukan ide dan kreativi­ tas, yang menurut catatan di lapangan, ide dan kreativitas itu telah membentuk pelbagai komunitas, yang lahir dengan ragam karakteristik. Mereka pun tidak hanya lahir begitu saja, tetapi kela­hiran itu telah didorong oleh kemauan dan harapan besar untuk tidak hanya eksis di lingkungan UNY, tetapi juga di bumi Mataram dan belahan nusantara lain­ nya. Sementara itu, kami pula tida­k me­ lupakan pentingnya rubrik lain. Untuk itu, baik di rubrik kabar dari luar, beri­ ta, cerpen, resensi media, opini, dan la­ in­nya, kami tak lupa menyajikan tulis­

an-tulisan yang menarik. Tidak percaya silakan baca dan teliti. Pembaca Pewara Dinamika yang se­ tia, pada edisi ini, kami juga tak lupa da­n malu untuk mengucapkan maaf sebesar-besarnya karena edisi ini kali, majalah kebanggaan kita bersama ter­ bit tidak tepat waktunya, sebagaimana yang telah direncakan. Tetapi kami pun tetap bangga karena majalah ini masih diminati dan disenangi pembaca, teruta­ ma sivitas akademika UNY. Untuk itu kami haturkan tabik. Karena, jika tidak, maka kami tidak akan eksis, bahkan da­ pat tenggelam dalam sejarah “permaja­ lahan” UNY. Terus terang, kami akui Pewara Dina­mika harus terus dibenahi, bukan hanya perkara manajemennya, tetapi pilihan (angle) beritanya, termasuk ke­ salahan-kesalahan teknis lainnya ha­ rus juga di­­be­nahi. Dan, ini bisa ter­ wujud jika pem­baca turut andil dalam majalah ini, apa­lagi kalau bukan saran dan kritikan yang sifatnya konstruktif. Jika tidak, ma­ka kami, Pewara Dinamika, bisa saja akan “hilang”, yang akhir­ nya akan “menghilangkan uni­­versitas” dari sejarah karena aktivitas dan ide­ nya tidak sempat tertulis. Bukan begi­ tu? Tabik. ���� 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010


daftar isi Volume 11 • Nomor 28 Maret 2010

l a p o r a n U ta m a

Menengok Komunitas (Ber)kesenian

Natsir/pewara dinamika

Ternyata di kampus UNY, terutama FBS banyak melahirkan komunitas seni. Dengan kelihaian dalam (ber)kesenian, mereka pun mendapat pengakuan. Prestasi ini pun turut membesarkan nama almamater. halaman 6

26

40 opini

berita

SANDAL REFLEKSI DARI KULIT DURIAN utama bagi sebagian besar masyara­ kat dalam menjalankan kegiatan se­ hari-harinya, seperti di dalam rumah, di tempat kerja, pusat perbelanjaan, tempat wisata ataupun tempat-tem­ pat yang lainnya...

dokumen HUMAS FMIPA

Sebagaimana diketahui bahwa san­ dal merupakan salah satu dari jeni­s sandang yang menjadi kebutuhan

Berita Lainnya • ������������������� Mie dari Buah Sukun • Kompor Cantik Berbahan Bakar Bensin • Pemilihan Mahasiswa Berprestasi • Rektor UNY Menyiidak FIK

Anak dalam Ancaman Kekerasan Kasus kekerasan terhadap anak se­ ring kali muncul ke permukaan. En­ ta­h mengapa, kita sering menyak­si­ kan berita... 45 5 46 4 1 3 26 48 48 44

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela kabar dari luar pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi media perancang sampul: kalam jauhari

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0


jendela DIBUTUHKAN BADAN ANTI STRES INDONESIA? Di dalam sistem pendidikan, atau lebih spesifik lagi sistem pembelajaran – di mana pun – past­i ada yang namanya Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM), atau Proses Belajar-Mengajar (PBM), atau yang terakhir ini lebih dipopulerkan dengan alasan student oriented adalah Proses Pembe­ lajaran. Yang namanya proses pembelajaran, di ma­ na pun, pasti mempunyai tujuan yang ingi­n digapai. Tujuan pembelajaran itu menuntun dilaksanakan proses pembelajaran. Proses pem­ belajaran itu dilaksanakan untuk mencapai tu­ juan pembelajaran. Tujuan ini pun bergerak dari skala yang paling sempit/spesifik sampai pada skala yang paling luas secara nasional. Un­ tuk itu, sebut saja ada tujuan instruksional, tu­ juan kurikuler, tujuan institusional, dan akhirn­ ya tujuan umum seperti digariskan dalam UUD 1945, tertuang pada TAP MPR, dan diperjelas dalaqm GBHN. Permasalahan yang muncul kemudian, bagai­ mana atau dari mana kita bisa tahu kalau tuju­ an pembelajaran yang kita canangkan itu terca­ pai oleh proses pembelajaran yang dilakukan. Jawabnya, tentu harus ada ‘evaluasi’ (:pengu­ kuran, penilaian, tes, ulangan, ujian, dan se­ bangsanya itu). Memang, dari referensi yang ada dapat dike­ tahui bahwa secara garis besar fungsi kegiatan evaluasi di sekolah adalah untuk mengetahui kemajuan/perkembangan siswa setelah menga­ lami proses pembelajaran selama jangka wak­ tu tertentu, untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pendekatan/metode/teknik yang dipergunakan, dan sebagai masukan untuk per­ baikan ke depan setelah mengetahui hasil evalu­ asi yang kurang/buruk, misalnya. Fungsi evaluasi itu sendiri ada bermacammacam bergantung pada tujuan/fungsinya, si­ fatnya, dan seterusnya. Untuk itu, kita kenal ke­ mudian di antaranya tes seleksi, tes diagnostik­, tes penempatan (placement test), tes pengu­ku­r keberhasilan, tes formatif, tes sumatif, tes awa­l (pre-test), tes akhir (post-test), , teacher made test, standardized (achievement) test. Untuk yang tera­ khir, standardized (achievement) test sudah tentu tes yang telah mengalami proses standarisasi, yakni proses validasi dan reliabilitasi. Tes terse­

but dapat digunakan pada skala sempit (suatu institusi) maupun luas (secara nasional). Jelaslah, bahwa terkait dengan program atau proses pembelajaran atau pendidikan, yang di dalamnya terjadi kesinambungan input-proses transformasi-output, maka program atau kegiat­ an yang bernama evaluasi – apa pun namanya – bersifat wajib ‘ain. Itu, kalau sistem yang ada diharapkan selalu tumbuh dan berkembang se­ cara optimal dan menerus dari waktu ke waktu sesuai arah, tujuan, sasaran, dan target yang di­ harapkan. Pun, itu dalam skala sempit maupun luas. Pun, itu untuk level bawah, menengah­, atas, maupun tinggi. Aneh binti nyata, tatkala evaluasi itu dike­ nakan pada level yang sama namun dalam ska­ la yang luas (baca: nasional) dan tentu demi kepentingan nasional, dengan label Ujian Na­ sional atau apalah namanya, telah terjadi silang pendapat, pro dan kontra secara meluas yang melibatkan berbagai stakeholders pendidikan di Indonesia. Ajaibnya pula, prosesi itu telah ber­ dampak dan berekses yang luar biasa. ‘Survai’ menunjukkan telah terjadi ledakan dalam ang­ ka orang stres di Indonesia. Seolah prosesi itu sesosok hantu mengerikan yang gentayangan siap memangsa para korbannya. Dan, itu ter­ jadi di kalangan para siswa, para orang tua, para guru, para kepala sekolah, dan seterusn­ ya, dengan penyebab, pemikiran, pertimbang­ an, dan konsekuensi yang berbeda satu de­ngan yang lain. Apa pun alasannya, paling tidak ada dua hal yang perlu digarisbawahi. Pertama, prosesi itu sendiri perlu segera dievaluasi secara cermat dan akurat untuk melihat dimensi relevansi dan urgensi, sehingga ke depan dampak dan ekses yang terjadi dapat diminimalisasi. Kedua, perlu dipertanyakan apakah penyikapan negatif dari pihak-pihak yang terkait dengan prosesi itu -sampai-sampai harus ‘menderita stres’ misal­ nya -- bukan sesuatu yang berlebihan. Kiranya tidak perlulah sampai dimunculkan BASI (Badan Anti Stres Indonesia). Mari kita renungkan!

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Manfaatkan Trotoar Dong….. Hampir seminggu ini, saya melihat perilaku pejalan kaki (terutama mahasiswa UNY) ku­ rang baik dan menimbulkan rasa cemas, terutama ketika mereka melintasi jalan raya antara Mrican dan Karangmalang. Ya, tepatnya jalan raya di depan gedung Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) atau depan gedung Lembaga Penelitian (Lemlit) dan/atau Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) maupun jalan raya sepanjang (menuju) UNYHotel hingga menuju ke Ka­rang­­malang. Sebenarnya, sudah ada solusi atas masalah ini, yakni telah dibangunya trotoar (sarana pejalan kaki) di sepanjang jalan tersebut. Saya yakin, siapapun menjadi senang melihat keberadaan trotoar tersebut, terkecuali mungkin sebagian dari pedagang kaki lima yang merasa digeser tempatnya. Akan tetapi, melihat perilaku pejalan kaki yang masih saja berjalan di aspal (bukan di trotoar) membuat saya waswas­, terlebih melihat situasi pengen­ dara kendaraan yang belum tertib dan disiplin. Suatu hari saya melihat ada seo­ rang mahasiswa hampir saja tertabra­k motor. Saya kaget. Tetapi, harus saya akui bahwa kejadian ini bukan kesala­ han semata pengendara kendaraan ter­ se­­but. Mahasiswa tersebut juga pantas untuk disalahkan karena dia berjalan bukan pada tempatnya. Mungkin keja­ dian itu tidak akan terjadi jika kedu­a be­ lah pihak saling tertib dan disiplin. Yak­ ni, mahasiswa berjalan di atas trotoar yang telah dikhususkan bagi pejalan

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

kaki dan pengendara ken­daraan men­ urunkan laju kecepatan motornya. Oleh karena itu, melalui surat pem­ baca ini, saya menghimbau kepad­a peja­ lan kaki agar kiranya memanfaatkan trotoar tersebut. Memang sepanjang tro­­­ toar tersebut masih ada sebagian pe­­da­ gang kaki lima, tetapi jika pejala­n ka­ki telah memanfaatkan haknya tersebut­, saya yakin para pedagang perlahan-la­ han akan memahami hal para pe­ja­lan kaki tersebut. Jadi, mereka ti­dak perlu dipindahkan dengan cara pak­sa (apala­ gi gusur), tetapi kepindahan mereka dida­sarkan atas kesadaran bahwa tro­to­ ar tersebut hak pejalan kaki dan sa­­ngat bermanfaat bagi keselamatan ma­­­nu­sia,

terutama sivitas akademika UNY. Dan, bagi pihak rektorat, saya meng­ ucapkan terima kasih atas kesadaranny­a melihat situasi social di daerah itu. Se­ moga pembangunan trotoar tersebu­t men­­jadi langkah awal kita untuk salin­g memahami dan menghargai hak-hak orang lain. Saya berharap kelak, fasilita­s trotoar tersebut makin dipercantik. Mung­kin saja dibangun pagar-pagar pem­­batas, seperti di UIN Sunan Kalija­ g­a Yogyakarta. Sehingga, trotoar ini be­ nar-benar menjadi hak pejalan kaki dan pedagang kaki lima tidak harus berjua­ lan di situ. Ana Mahasiswa FISE UNY


bunga rampai Menyoal Tayangan Musik di Televisi O l e h I sti H a rdiya nti Media televisi menjadi salah satu me­ dia yang akrab di tengah masyarakat In­ donesia. Semua pemikiran, pendidik­an, ataupun promosi bisa dipublikasikan secara efektif. Ironinya, tayangan tele­ visi akhir-akhir ini sema­kin meninggal­ kan kualitas dan le­bih me­nge­depankan keuntungan finansia­l. Hal ini berdamp­ ak berat bagi masyara­kat Indonesia. Hampir semua tayangan televisi me­ nyu­guhkan tayangan-tayangan yang men­dangkalkan dan merusak moral. Ta­­yangan yang kini marak di televisi adalah tayangan musik yang disuguh­ kan sebagian besar stasiun televisi swasta, yang lagu-lagu yang tidak men­ di­dik, sebagian berisi ‘racun’. Banyak grup band baru yang bermunculan, tak keting­­galan artis-artis yang beralih pro­ fesi menjadi penyanyi. Seakan-akan se­ mua orang tak ketinggalan untuk menda­ pat­kan keuntungan besar dari pasar musik yang sedang bermai­n. Peker­ ja televisi me­nye­dot perhatian publik terhadap mu­sik untuk menggemukkan kantong me­re­ka tanpa mempedulikan dampak yang terjadi. Setiap hari tayangan itu bergulir la­ yaknya makanan sehari-hari. Mereka berlomba-lomba untuk mengemas acara musik secara menarik, misalny­a dengan kekocakan host-nya, setting pang­gung yang megah, banyak orang dibayar un­ tuk meramaikan acara sehingga terlihat bagus, diundanglah berbagai grup band yang sengaja dilejitkan dengan trik-trik tertentu, dan lain-lain. Publik akhirnya terkondisi dengan memiliki selera yang seragam atas musik, yang sebenarnya sangat terba­ tas dan seringkali kurang berkualitas­. Masyarakat pun menggilai musik seba­ gai salah satu bagian dari hidup mere­ ka. Hampir seluruh lapisan masyarakat ikut andil dalam euforia musik Indone­ sia, seperti selebritis, akademisi, biro­ krat, ataupun masyarakat berkelas me­ ne­ngah ke bawah. Berbagai jenjang

ISTIMEWA

usia menggandrungi musik, mulai dari orang tua, remaja, sampai anak-anak. Dampak yang kian terlihat, kini anakanak lebih menyukai musik orang de­ wasa yang lebih bertemakan cinta. Lagu anak-anak pun ditinggalkan, bahkan se­ makin tidak mendapatkan tempat di ha­ ti anak-anak. Padahal, mereka memiliki dunia tersendiri yang digambarkan le­ wat lagu, misalnya belajar berhitung, bermain, dan lain-lain. Ada juga tayangan kuis dengan meng­ uji pengetahuan tentang musik yang diperuntukkan anak-anak bernama Kids and Song (Indosiar). Parahnya, pertan­ yaan yang dilemparkan kepada anakanak sebagai pesertanya masih seputar lagu-lagu orang dewasa yang sebagi­ an besar bertemakan cinta. Secara tidak langsung, hal ini mendidik anak untuk mengenal cinta terlalu dini dan bertolak belakang dengan kehidupan anak-anak yang seharusnya. RCTI beberapa tahun belakangan ini menyuguhkan tayangan Idola Cilik. Acara ini menampung bakat dan kreativitas anak dalam menyanyi. Sayangnya, lagu-lagu yang dinyanyikan pun lagu-lagu dewasa. Pada akhirnya, kehidupan anak-ana­k tereksploitasi oleh bisnis musik yang tak mendidik. Mereka menjad­i ob­jek kom­ ersial, bukan menjadi pihak yang seha­ rusnya ‘terdidik’. Kehidupan kekanakan terenggut oleh pola hedoni­sasi, materi­

alisasi, dan liberalisasi yang ditawarkan lewat euforia tayangan mu­sik. Pertanyaannya, mengapa anak-anak cenderung menyukai lagu-lagu orang dewasa? Di samping disebabkan intens­ nya tayangan lagu-lagu dewasa di tele­ visi, penyebab lainnya adalah lagu-la­ gu anak kian jarang ditemukan. Amat sedikit pengarang lagu yang bersedi­a membuat lagu anak-anak. Selain itu, pembelajaran musik di playgrup, TK, atau­pun instansi pendidikan lain masih kalah jauh dibandingkan tayangan tele­ visi yang dikemas menarik. Tak heran, jika anak-anak lebih menge­nal lagulagu dari Peterpan, Geisha, Viera misal­ nya, ketimbang lagu-lagu dari Ibu Soed, AT Mahmud, ataupun Pak Ka­sur. Dibutuhkan semangat untuk meng­ hidupkan kembali lagu anak-anak. Per­ lu peran serta orang tua, masyarakat, dan pemerintah untuk mengenalkan kembali lagu-lagu yang sesuai denga­n usia anak-anak. Tidak hanya itu, lagu anak-anak lebih dikemas secara mena­ rik dengan tema yang dekat dengan anak-anak, seperti persahabatan, penge­ tahuan alam, pelajaran berhitung, kasih sayang, dan sejenisnya. Perlu tampaknya pendampingan orang tua ketika anak-anak mulai kecan­ duan musik yang relatif tidak mendidik seperti itu. Selain tidak memberikan input pendidikan, tayangan musik yang tidak mendidik menyebabkan anakanak tidak berkembang sesuai usianya­, atau justru merusak moral mereka. Un­ tuk meng-counter tayangan kuis berte­ ma musik, perlu ditayangkan kembali acara cerdas cermat yang mendidik dengan kemasan yang menarik. Semua itu untuk menumbuhkan semangat be­ lajar pada anak-anak dan memberikan pendidikan yang baik kepada mereka. Wallahu a’lam. Isti Hardiyanti mahasiswa FBS UNY

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010


laporan utama

MENENGOK KOMUNITAS

(BER)KESENIAN

Ternyata di kampus UNY, terutama FBS banyak melahirkan komu­ni­tas seni. Dengan kelihaian dalam (ber)kesenian, mereka pun mendapat pengakuan. Prestasi ini pun turut membesarkan nama almamater. O l e h sismono l a ode

D

ari Barat UNY tertulislah kisah. Ini kali bukan kisah tentang hi­ ru­k pikuk kehidupan birokrasi. Bukan juga kisah kehidupan or­ ganisasi kemahasiswaan, yang sifatnya formal, seperti Badan Eksekutif Maha­ siswa maupun Unit Kegiatan Mahasis­ wa. Namun, kisah ini tentang dunia (ber)­kesenian mahasiswa (juga dosen). Sebuah dunia yang lebih otonom menja­ lankan apa yang mereka pikirkan. Seka­ ligus, mereka bebas berekspresi. Orangorang lebih akrab menyapanya, kisah dunia komunitas (ber)kesenian. Sepertinya, bukanlah hal yang aneh jika di kampus Ungu (baca: FBS) ini, ber­ deret komunitas bertebaran, bahkan di sini mereka mempunyai ruang berek­ sistensi. Kalaupun tidak seperti itu, ru­ ang mereka ini bisa dikatakan ruang pe­ nya­luran hobi berolah seni. Hobi yang oleh orang-orang kerap dianggap “re­ meh”. Terlebih, ketika mereka hanya me­ li­hat para seniman kampus ini dari cara berpakaian. Alhasil, streotipe para seni­ man kampus ini dianggap “the other”.

Tapi benarkah demikian? Sepertiny­a label itu salah, apalagi hanya didasarkan pada penampilan fisik. Di luar du­ga­an kami, ternyata mereka puny­a segudang prestasi. Dan itu, cukup membanggakan almamater ini. Bahkan pengakuan itu, tidak hanya datang dari dunia kampus, tetapi juga di luar dunia kampus. Tak tanggung-tanggung aksi (ber)kesenian mahasiswa UNY ini, baik dalam bentuk bermain musik, menari, melukis, hing­ ga merupa, terus mendapat puji­an. Me­ re­ka pun dipanggil “sana-sini” un­tu­k berpanggung ataupun mendemon­stra­ sikan keahlian tersebut. Sekali­gus, di saat yang sama mereka memulai men­ unjukkan eksistensinya untuk terus ber­ kar­ya dan (ber)kesenian. Untuk menengok lebih dalam kehi­ dup­an komunitas itu, Pewara Dinamik­a edisi ini kali akan mengulasnya. Tidak hanya sampai di situ, majalah edisi ini kali juga meliput bagaimana mereka berolah seni sekaligus bagaimana mere­ ka mengejar prestasi yang menakjub­ kan tersebut.

Sebelum mengakhiri ini, kami infor­ masikan bahwa liputan ini lebih diuta­ makan pada kehidupan komunitas (ber)­ kesenian di kampus Ungu karen­a di kam­pus inilah secara formal bertang­ gun­g jawab untuk melahirkan segu­ dang seniman. Memang institusi FBS, bukanlah satu-satunya institusi yang melahirkan para calon seniman (he­ bat), tetapi harus diakui pula bahwa di kampus Ungu ini, mereka memulai dan mengembangkan aktivitas (ber)­ke­ seniannya. Dengan demikian, presta­ si yang mereka peroleh tidak bisa dile­ paskan dengan sejarah keterlibatan fakultas. Dan, jika ada yang berprestas­i hebat di luar komunitas di kampus Un­ gu ini, perlu kita akui dan pantas kita jempoli. Karena, mereka bersama komu­ nitas yang diulas dalam majalah ini te­ lah membanggakan universitas ini dan yang tak kalah pentingnya lagi, mere­ ka telah berbuat untuk kemajuan duni­a kesenian itu sendiri. Seterusnya, baca laporan majalah ini. Tabik. 



laporan utama Tak Hanya Bicara di Panggung Kompetisi Seni, kerap kali menjadi media penyampaian gagasan, namun seni juga dapat menjadi tolak ukur berprestasi. Oleh D hia n H apsa ri

P

restasi, sebuah kata yang melahirkan banyak definisi karena cara pan­dang dan penempatannya. Na­mun, kata itu menjadi begitu berarti bila dikembali­ kan pada pelakunya­. Kamus Besar Bahasa Indo­ nesia (2002) meng­urai kata prestasi sebagai has­ il yang telah dicapai. Kemudian ditambahkan pula, adanya pengukuran dan penilaian untuk menentukan standar prestasi tertentu. Menurut Dr. Rochmad Wahab, M.A., Rektor UNY, prestasi adalah capaian tertinggi yang di­miliki baik yang dilakukan perseorangan, sekelompok, maupun insti­tusi berdasarkan po­ tensinya yang ditopang oleh aspek kreativi­ tas dan mendapat rekognisi dari masyarakat. “Prestasi yang diraih tidak harus melalui kom­ petisi. Capaian yang didapatkan dari hasil kre­ atifitas yang melampaui potensinya pun dapat dikatakan sebuah prestasi.” Prestasi ini dapat diraih dari berbagai bidan­g seperti kinestetik, sosial, kepemim­pinan, seni, dsb. Antara satu bidang dengan bidang yang lain bisa jadi tidak dapat disa­makan cara mem­ beri standa­r prestasinya. “Bidang seni tidak da­pat re­levan apabila dibandingkan dengan bidan­g olah ra­ga­, misalnya. Mereka memilik­i

perbedaan. Bidang seni memiliki keunikan dan kreati­fitas, bagaimana cara menyuguhkan performance, keunikannya, dsb.” Seni menjadi sesu­ atu yang subjektif karena berkaitan dengan cipta rasa individu yang berbeda-beda. “Belum tentu satu orang mengapresiasi keindahan sa­ ma dengan orang lain,” tambahnya. Pun, prestasi seni tidak harus dinilai de­ngan adanya kompetisi. “Bagaimana se­seorang atau­ pun kelompok dapat meraih ekspresi tertinggi dari potensinya dan melebihi apa yang sudah dilakukan juga dapat dihargai sebagai presta­ si.” Pengertian ini dapat pula diterapkan un­ tuk keberha­silan seseorang ataupun kelompok di bidang lain. Seni memimpin, misalnya. “Pe­ ningkatan seseorang dalam memimpin pun da­ pat dikatakan prestasi dengan melihat kondisi dan situasi sosial, keadaan atau era yang ber­ beda, dan pertimbangan lainnya.” Prestasi da­ lam hal ini dimaknai sebagai personil kentek­ stual atau institusional kontekstual.

foto-foto:ahmad natsir dan heri p.

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

Prestasi Nonkompetisi Kesempatan berprestasi di ajang kompe­tisi terbuka luas terutama di bidang penelitian dan olah raga. Sebut saja ajang Program kreativi­ tas Mahasiswa, kompetisi kar­ya ilmiah, atau­ pun ajang yang digelar tahunan oleh stake holder tertentu di bidang olah raga yang juga dapat menjadi promosi produknya. Kompetisi yang dise­but terakhir itu biasanya khusus un­ tuk olah raga. Berbeda halnya dengan kompetisi di bidang penelitian dan olahraga, kompetisi Kompetisi di bidang seni terbilang jarang diadakan oleh instansi pemerintah. Menurut Kuswarsantyo, M.Hum, dosen Fakultas Bahasa dan Seni, kom­ petisi di bidang seni yang khusus untuk ma­ hasiswa memang tidak sebanyak kompetisi di bidang penelitian dan olah raga. “Yang di­ akui oleh Dikti hanya Peksiminas. Itu pun dilak­ sanakan setiap dua tahun sekali.” Khusus Seni Tari, ajang kompetisi tari level mahasiswa da­


laporan utama

pat dikatakan hampir tidak ada. “Kalau kom­ petisi di tataran siswa sekolah menengah dan kejuruan justru ada.” Pada ajang Peksiminas, UNY pantas dia­cungi jempol. Sejak kompetisi seni ini dimulai perta­ ma kali, UNY mampu memba­wa nama DIY di tingkat nasional dan meraih juara. Bukan itu saja, kontinge­n UNY yang diwakili mahasiswa UNY menarik perhatian berbagai pihak dengan memenangi enam kali berturut-turut Peksimi­ nas, mulai dari Peksiminas I hingga Peksiminas VI. “Selama dua kami Peksiminas terakhir kita kalah karena faktor kesiapan dan kematangan peserta,” demikian ujar Kuswarsantyo. Ajang Peksiminas ini dapat dikatakan kom­ petisi yang paling ditunggu-tunggu karena han­ ya event ini saja kompetisi yang diadakan Dik­ ti di bidang seni. Sebelum BP7 lebur, lembaga ini mengadakan Festival Ketoprak Mahasiswa. “Hanya saja, setelah BP7 hilang, festival keto­ prak antarmahasiswa itu juga selesai. Setelah itu tidak ada lagi festival serupa itu yang diada­ kan oleh pemerintah daerah ataupun instansi lainnya.” Kompetisi yang mengkhususkan seni lebih menonjol diperuntukkan mahasiswa seni yang ada di sekolah seni ataupun institut seni seperti ISI. “Pesertanya dari ISI Jogja, ISI Solo, ISI Bali, dan ISI lainnya.” Ajang yang dinamai Pekan Kreatifitas Seni ini pun bukan kompeti­ si, ha­nya serupa festival tanpa ada penilaian dan penjurian. Sarana berkesenian mahasiswa eks-IKIP di­ wadahi sebuah kegiatan yang diada­kan Forum FBS. Kegiatannya pun disesuaikan dengan jurus­ an yang ada di FBS. “Kegiatan ini serupa de­ngan Pekan Seni FBS yang mewadahi kreatifitas se­ tiap jurusan di FBS. Jurusan sastra, misalnya, mengada­kan pembacaan puisi, jurusan tari meng­adakan festival koreografi, dan begitu ju­ ga yang lainnya,” jelas dosen tari yang juga ak­ tif di Sanggar Bagong Kasudiharjo ini.

Kompetisi seni yang lebih sering digelar be­ rasal dari cabang seni tarik suara seperti Pemi­ lihan Bintang Radio dan Televisi, Lomba seriosa, dll. “Mahasiswa kita yang memenangi lombalomba semacam itu ti­dak mewakili UNY secara lembaga, tapi mewakili diri sendiri. Namun ju­ ga secara otomatis akhirnya juga membawa na­ ma fakultas dan universitas,” ungkap Herwin Yoga Wicaksono, M.Pd., Pembantu Dekan III, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Mereka yang berlomba itu pun tidak harus ber­asal dari background seni. Biasanya mereka yang berprestasi di bi­ dang seni ini akan kelihatan ketika selek­si ma­ hasiswa berprestasi setelah mengum­pulkan data diri ke panitia fakultas. “Ki­ta tidak tahu mahasiswa yang memilik­i pres­tasi di bidang se­ ni kalau mereka tida­k mengatakan. Saya sendiri baru mengetahui prestasi itu setelah membaca biodata. Ternyata banyak mahasiswa kita yang memiliki prestasi di bidang seni yang mengiku­ ti ajang festival, lomba, baik tingkat lokal, na­ sional, maupun internasional,” katanya. Mereka memang tidak banyak bicar­a ten­ tang prestasinya. “Ini bisa jadi kelebih­an, tapi juga kekurangan. Kelebihan karena mereka ren­ dah hati dan tidak suka me­mamerkan capaian­ nya. Juga karena ma­sih menganggap hal itu belum apa-apa. Bukan­kah kita tidak boleh ce­ pat meras­a puas. Ta­pi juga bisa jadi kekuran­ gan, karena orang lain tidak banyak tahu ten­ tang diri­ny­a yang seharusnya mereka dapat mempromosikan diri sendiri agar lebih dikena­l spesifikasi kelebihannya,” paparnya. Begi­tulah

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010


laporan utama orang seni, tambahnya, tidak ba­nyak bicara ka­ lau tidak ditanya apa prestasi­nya. Selain prestasi membawa nama lembaga di berbagai event bergengsi, prestasi lain jug­a da­ pat dicapai dengan adanya pe­ning­katan di bi­ dang lain. “Kita sudah memiliki orkestra yang tidak dimiliki univeritas maupun pergurua­n ting­ gi seni lainnya. Orkestra kita dimainkan oleh orang-orang sendiri, artinya tidak menyewa orang luar, peralatannya pun telah lengka­p.” Orkestra yang dimaksudnya tidak lain Orkestra Violet kebanggaan Fakultas Bahasa dan Seni. “Menghidupi dan mempertahankan orkestra ini juga tidak mudah, tapi kita mampu dan dapat berbicara di kancah dunia seni musik.” Upaya mempertahankan dan meningkatkan prestasi di bidang ini juga tidak tang­gung-tang­ gung. Jurusan seni musik kerap mengundang musisi-musisi kelas dunia untuk memberikan workshop. “Belum lama ini kami mengundan­g Reiko Suzuki dari Jepang, Asep Hidayat seorang selis dari Indonesia yang telah berkeliling ke berbagai negara termasuk Eropa, dan Ferdy Su­ makaka seorang pianis yang tinggal di Ameri­ ka.” Workshop ini diakhiri denga­n pertunju­kan musik di UNY. “Saya kira kepercayaan meng­ adakan workshop ini juga suatu prestasi kare­ na secara kelembagaan kita dinilai layak men­ datangkan musisi-musisi ternama tersebut,” katanya denga­n ramah.

Pembuka Jalan “Seni tari dapat menjadi pembuka ja­la­n di­ plomasi dan kerja sama lebih lanjut. Saya su­ dah membuktikan itu,” kat­a Kus­warsantyo yang sempat diundang me­ng­isi workshop tari oleh Kedutaan Thai­land. Ia yang berang­ kat dari Sangga­r Ba­gong Kasudiar­djo ini juga bergiat di kera­ton sebagai abdi dalem yang bertugas me­nyajikan tarian. Bersama sanggar Bagong Kasudiardjo, San­ tyo, panggilan akrabnya, melakukan pertun­ jukan di beberapa negara dan seca­ra pribadi membawa nama UNY. Pada mulanya orang seki­ tarnya tidak percaya jika Santyo bukan berasal dari perguruan tinggi negeri. Mereka mengira Santyo bera­sal dari ISI yang memang pergu­ ruan tinggi pencetak seniman-seniman terna­ ma itu. Ketertarikan penikmat tari dan lembag­a ter­ tentu kemudian mengundang Santyo mem­ bawakan tariannya dan berbagi ilmu dalam workshop tari. Lambat laut melalui kerja sama 10

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

yang dijalinnya secara priba­di dengan pihak penyelenggara, ia pun lantas mengajak UNY se­bagai lembaga turut aktif melakukan misi ke­ se­nian di negara. “Saya sudah cukup se­nang se­bagai pembuka jalan, meskipun secara pri­ ba­di bukan mewakili UNY. Setelah misi kese­ nian itu, kini UNY melakukan kerja sama lebih lanjut dengan beberapa negara seperti Thai­ land dan Davao University di Filipina.” Tentu sa­ja, de­ngan rendah diri ia mengungkapkan, ini karena adanya kepercayaan pada personi­l yang kemudian berkembang menjadi keperca­ yaan pada lembaga. Bagaimanapun asalmulanya, entah dari per­ seorangan ataupun lembaga, nyata­nya keseni­ an dapat menjadi alat diplomasi. Seperti yang dikutip dalam Kompas.com (29/10 2008), Di­ rektur Informasi dan Media Dep artemen Lua­r Negeri, Suharjono­, meng­ungkapkan “Pendekat­ an kekuatan militer, embargo, intimidasi su­ dah bukan jaman lagi, sebaliknya pendekatan melalui budaya sangat efektif dalam berdiplo­ masi. Pendekatan budaya merupakan short po­ wer diplomasi.” Selanjutnya ia mencontohkan dengan ada­ nya film-film Jepang ataupun komik manga yang didalamnya mengandung budaya negar­a asal itu memberi pengaruh kuat terhadap ting­ kah laku dan pola piki­r anak-anak muda. Con­ toh sederhana lainnya dilakukan Departemen Luar Negeri, “Saat mengirimkan tenaga kerja ke lua­r ne­geri, pengetahuan seni budaya pun menjadi perhatian.” Endo Suanda, pakar Etnomusikologi­, dalam makalah yang bertema Pluralisme Tantangan Menghadapi Banyak Nilai, menambahkan penge­ tahuan kekayaan budaya saat ini hanya seba­ tas imajinasi belaka, yang enak dilihat dan enak didengar. “Di kalangan birokrasi, akademisi, biro per­ jalanan, dan publik secara umum per­sepsi ten­ tang kesenian berbeda-beda. Padahal kesenian


laporan utama

merupakan bagian kehi­dupan sekaligus mewa­ dahi nilai-nilai kebudayaan,” paparnya. Dengan demikian­, misi kesenian dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan tata nilai kehi­ dupan yang berpotensi sebagai alat komunika­ si antarbangsa dan diplomasi untuk menjalin hubungan antarnegara.

Timbal Balik Demi mendorong mahasiswa agar lebi­h berprestasi, pihak kampus memberikan “ke­is­ ti­mewaan” tersendiri. Mahasiswa yang prestas­ inya masih berhubungan dengan bi­dang ilmu yang ia tekuni dapat mempe­ngaruhi nilai mat­a kuliah terkait. “Mulai setahun ini, prestasi ma­ hasiswa dapat diakumulasikan dalam kredit, dengan catat­an memiliki ekuivalensi mata kuliah mahasiswa tersebut,” ungkapnya. Misalnya saja ada mahasiswa juara silat nasi­ onal. Mahasiswa itu tidak perlu lagi menem­ puh mata kuliah yang berhubung­an dengan si­ lat. “Secara otomatis ia akan diberi nilai sesuai dengan prestasinya. Tapi berbeda apabila ma­ hasiswa yang me­miliki prestasi silat tersebut bukan mahasiswa Fakultas Olah Raga, karena tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang ia ambil,” papar Pembantu Dekan III FBS yang juga dosen seni musik ini. Reward ini sudah dapat dirasakan mahasis­ wa, Dessy Wahyu Utaminingsih misalnya. Ber­ sama timnya, Dessy memenangi PKM-M de­ nga­n membuat buku panduan Bahasa Perancis untuk pedagang kaki lima. Hasil penelitiannya itu dibuat dalam format skripsi yang kemudi­ an diajukan dan mendapat nilai sesuai prestas­ inya. “Kalau mendapat emas ya, paling tidak mendapat nilai A untuk skripsi itu,” jelasnya. Langkah ini sengaja ditempuh kampus untuk mendorong mahasiswa lebih berprestasi di bi­ dangnya. Kendati UNY memberikan penghargaan yang menarik bagi mereka yang berprestasi, tingkat

prestasi di perguruan tinggi ini dinilai cukup fluktuatif. Sumaryadi, dosen tari FBS menga­ takan, “Prestasi di perguruan tinggi ataupun sekolah itu bersifat fluktuatif seiring dengan datang dan perginya mahasiswa.” Hanya saja, sebaiknya kita dapat mempertahankan presta­ si tersebut agar ketika merosot tidak melam­ paui tingkat terendah kita. Cara mempertahankan prestasi itu dapat bermacam-macam. Salah satunya dengan mem­ berikan kesempatan seluas-luasnya pada UKM untuk berkembang. “Kampus kita memberi per­ hatian luar biasa baik dari jalur UKM maupun jurusan dengan menciptakan iklim yang kon­ dusif dengan cara memberi kesempatan dan dana yang layak untuk UKM dan mengikutser­ takannya dalam berbagai event yang sesuai de­ ngan konsentrasi UKM tersebut.” Hal ini dibenarkan Kristian Nico, Ketu­a Him­ punan Mahasiswa Seni Rupa dan Kerajina­n, “Ru­tin setiap tahunnya, jurusan memfasi­li­ta­si dosen dan mahasiswa bergabung dan me­ma­ merkan karya seni di lingkup kampus.” Namun, baginya, prestasi bukanlah yang paling pen­ ting. “Yang paling penting adalah proses dan hasilnya­. Kalaupun menghasilka­n prestasi, itu adalah bonus.” Jadi, harapan kami, sebagai ma­ hasiswa, yang paling utama untuk menjaga kuali­ tas prestasi tidak lain motivasi agar tetap ber­ semangat berusah­a maju. 

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

11


laporan utama Semaraknya Bermusik di Kampus Karangmalang Berjalan-jalan di kawasan kampus Karangmalang, utamanya FBS, kita dipertontonkan deretan seniman yang sedang asyik bermusik. Oleh Ariska Pra s e tyan awati

M

emasuki kawasan Jurusan Pendi­ dikan Seni Musik UNY di sisi utara dekanat Fakultas Bahasa dan Sen­i (FBS), kita akan disambut oleh alun­an-alunan musik yang dimainkan oleh kumpulan-kumpulan mahasiswa. Mereka berke­ lompok di sudut-sudut yang aman dari sengat­ an matahari untuk berlatih memainkan alat musik yang ada di genggaman masing-masing. Bunyi tekanan tuts-tuts piano, nyaringnya se­ nar-senar gitar, merdunya paduan suara, sendu­ nya gesekan senar biola, sangat mendominasi terciptanya alunan musik yang saling berbaur di udara, menghasilkan irama menyenangkan bagi siapa saja yang masuk, atau hanya seke­ dar lewat, gedung-gedung perkuliahan Juru­ san Pendidikan Seni Musik UNY. Para mahasiswa Pendidikan Seni Musik ter­ sebut bukan sedang menghabiskan waktu atau bersantai belaka. Mereka sedang mengulas teo­ ri yang baru saja diajarkan di ruang kuliah. “Bi­a­ sanya, kami akan berkumpul selepas jam kuliah untuk mempraktikkan teori yang baru saja kami pelajari di ruang kuliah tadi. Kami saling bertu­ kar pikiran antarteman. Mahasiswa Pendidikan

Seni Musik yang rajin mengikuti perkuliahan dan rajin berlatih seperti ini bis­a dipastikan se­ tiap hari skill-nya mengalami perkembangan­,” tutur Ratmaji, mahasiswa Pendidikan Seni Mu­ sik UNY angkatan 2007. Hal senada juga diungkapkan oleh Dra. Heni Kusumawati, M.Pd., selaku Ketua Jurusa­n Pen­ didikan Seni Musik. Dosen yang sudah me­ngajar di Seni Musik sejak 1992 ini mengatakan, “Ma­ hasiswa Pendidikan Seni Musik harus menyukai teori dan praktik bermusik karena kedua-duan­ ya saling mendukung. Selain itu, tiap maha­ siswa harus memperbanyak latihan dan jam terbang karena memengaruhi kemampuan ber­ musiknya. Mahasiswa kami tentu tidak hanya terikat pada jam kuliah saja. Di luar jam kuliah, mereka harus lihai membagi waktu untuk ber­ latih.” Pernyataan ini terbukti dengan riuhn­ ya bunyi-bunyi alat musik dan paduan suara di ruang-ruang kuliah Pendidikan Seni Musik walaupun malam telah menjelang. Menyediakan Pendidik yang Berkompeten Sesuai dengan visinya, Jurusan Pendidikan Seni Musik mampu mewujudkan pendidik mu­

foto-foto:ahmad natsir/Riska/Dhian

12

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0


laporan utama

sik yang kreatif dan produktif serta memiliki sikap profesional dalam bidang musik. Dengan jumlah mahasiswa sebanyak 496 orang, juru­ san ini memiliki kompetensi untuk menghasil­ kan sarjana kependidikan musik yang memiliki kemampuan dalam bidang kepenyajian musik dan kemampuan dalam bidang produksi musik kependidikan. Kondisi ini menjawab kebutuhan akan guru musik di sekolah-sekolah yang seti­ ap tahun mengalami peningkatan. “Banyak in­ stansi-instansi luar UNY yang mengirim surat untuk meminta lulusan-lulusan dari sini (Jurus­ an Pendidikan Seni Musik, red.),” aku Heni Ku­ sumawati. Bukan perkara mudah untuk menjadi maha­ siswa Pendidikan Seni Musik di kampus Kara­ ngmalang ini. Walaupun ada banyak jalur un­ tuk mengikuti ujian tertulis, masih ada lagi tes khusus dengan tujuan untuk menyaring caloncalon mahasiswa yang memiliki bakat ataupun kemampuan untuk bermain musik. Heni Kusu­ mawati menjelaskan, “Syarat mendasar untuk masuk jurusan ini adalah calon mahasiswa ha­ rus menguasai sedikitnya satu alat musik atau yang dinamakan dengan instrumen mayor. Penguasaan ini ditunjukkan ketika tes khusus atau tes keterampilan.” Tes khusus dilaksana­ kan tidak sekedar mencari mahasiswa yang pin­ tar bermain musik saja, melainkan menyaring calon mahasiswa yang berbakat di bidang sen­i musik walaupun yang bersangkutan belum ter­ lalu pintar bermusik. Selain syarat mutlak tersebut, peminat jurus­ an ini setiap tahunnya selalu bertambah, namun kuota yang ada hanya 120 orang per angkat­ an dari berbagai jalur penerimaan, antara lain Penerimaan Bibit Unggul (PBU), SMPTN, serta tes Nonreguler gelombang 1 dan 2. Hal ini men­ unjukkan padatnya persaingan. Seperti yang siang hari itu sedang dilakukan Heni Kusuma­

wati didampingi sekretaris jurusan. Di ruang kerjanya, mereka tampak serius menyeleksi 134 buah dokumen-dokumen pendaftaran siswasiswi sekolah menengah atas dari seluruh In­ donesia yang ingin masuk Jurusan Seni Musik melalui jalur PBU, untuk meloloskan 15 orang pendaftar saja sesuai dengan perbandingan prestasi akademik dan non-akademik siswasis­wi tersebut. Namun, proses penerimaan yang cukup sulit kemudian dilanjutkan proses perkuliahan yang harus serius dijalani, ternyata cukup setimpal dengan hasil lulusan dari Jurusan Pendidikan Seni Musik. Tahun 2009, banyak alumnus yang menjadi pegawai negeri sipil di seluruh Indo­ nesia. Banyak juga alumnus yang membuka kursus musik. Selain itu, surat dari sekolah-se­ kolah maupun intansi lain yang meminta lu­ lusan-lulusan jurusan ini terus berdatangan. Jurusan Pendidikan Seni Musik telah menyedi­ akan pendidik-pendidik yang berkompeten di bidang musik.

Dari Segi Kualitas Aji, panggilan akrab dari Ratmaji, yang per­ nah menjabat sebagai Ketua Hima Seni Musik tahun 2009 sudah mencicipi pengalaman-peng­ alaman membawa nama Jurusan Pendidikan Se­ ni Musik di tengah-tengah khalayak luar UNY. “Kami sering diundang pentas musik di luar kampus maupun di luar kota, seperti di Jakarta, Bandung, Solo, Semarang. Selain itu, kami juga mengundang kawan-kawan di luar UNY untuk pentas musik di kampus UNY. Awalnya, banyak

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

13


laporan utama yang tidak percaya kalau UNY pun memiliki ju­ rusan Seni Musik. Namun, setelah melihat per­ mainan musik kami di pentas-pentas, sejauh yang saya ketahui, tanggapan mereka luar bi­ asa membanggakan kami,” ujar Aji. Perhatian dosen-dosen terhadap para maha­ siswa pun sangat besar. Aji menjabarkan, “Da­ lam latihan-latihan kami sampai larut malam karena menjelang ujian, seringkali dosen-dosen menemani kami dan memantau latihan kami. Semenjak Maret 2009, dua kali dalam sebula­n mahasiswa dan dosen berkolaborasi menampil­ kan apresiasi musik yang ditayangkan TVRI. Mahasiswa yang bermain musik, kemudian do­ sen yang menjadi narasumber dalam bincan­gbincangnya. Hal inilah yang menambah keakra­ ban antara dosen dan mahasiswa. Motivasi dari dosen pun tak pernah putus kami (mahasiswa) rasakan.” Heni Kusumawati yang menjabat sebagai ketua jurusan sejak November 2007 memang memprogramkan kerjasama dengan TVRI. “Ju­ rusan memfasilitasi mahasiswa dalam berbagai kebutuhan. Konsep apresiasi musik ini untuk mewadahi dosen dan mahasiswa dalam meng­ apresiasikan musik. Setidaknya, jurusan sudah mencontohkan pentingnya menjalin kerjasama

14

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

dengan pihak lain. Hal ini, seperti melalui Hima atau melalui mata kuliah Manajemen Pertun­ jukkan, sudah dilakukan mahasiswa kami yang sering menyelenggarakan pentas musik den­ gan bintang tamu orang-orang terkenal di In­ donesia. Jurusan Pendidikan Seni Musik mam­ pu melahirkan lulusan yang terampil, mandiri, dan berani bersaing. Jadi, siapa saja yang ber­ minat kuliah di Jurusan Pendidikan Seni Musik, silakan mendaftar dan jangan pernah takut ber­ saing,” himbau Ketua Jurusan yang juga sedang mempersiapkan 5 orang dosen dan 5 orang ma­ hasiswanya untuk dikirim ke Belanda pada Sep­ tember 2010 yang akan menampilkan konser kolaborasi etnis dengan diatonis. 


laporan utama Tempat Kuliah Para Perupa dan Pengrajin Kehidupan seni di FBS juga melahirkan perupa dan pengrajin. Dan, mereka telah mendapat pengakuan publik. Oleh Ariska Pra s etya n awati

B

erdiri sejak 21 Mei 1964, jurusan yang juga dikenal dengan sebutan seruker ­–singkatan dari seni rupa dan keraji­ nan– ini terdiri dari dua program stu­ di, yaitu Pendidikan Seni Rupa dan Pendidikan Seni Kerajinan. Pendidikan Seni Rupa berkonsen­ trasi pada Desain Komunikasi Visual, Desain In­ terior, Seni Lukis, Seni Patung, Seni Grafis, Foto­ grafi, dan Seni Kriya. Sedangkan Pendidikan Seni Kerajinan berkonsentrasi pada Kerajinan Kayu, Kerajinan Logam, Batik, Tekstil, Keraji­ nan Kulit, dan Kerajinan Keramik. Kantor jurusan dan ruang-ruang kuliahnya berkumpul menjadi satu di sebelah utara Ge­ dung Pelayanan Akademik (PLA) FBS. Dibelah oleh jalanan dan boulevard, kawasan Seruk­ er tampak lebih teduh dari kawasan yang lain karena halaman-halamannya ditumbuhi ban­ yak pohon-pohon rimbun, seperti beringin dan ketapang. Keteduhan inilah yang setiap hari me­ nemani proses pembelajaran para mahasis­wa Seruker, baik saat belajar teori di ruang per­ku­ liahan maupun praktik di laboratorium seni. Seruker memiliki 26 orang dosen dengan rin­ cian 19 dosen mengajar Pendidikan Seni Rupa dan 7 orang dosen mengajar Pendidikan Seni Ke­ ra­jinan. Semenjak sertifikasi guru marak dilaku­ kan, jumlah peminat Seruker meningkat setiap tahunnya. Misalnya, kelas Seni Kerajin­an beber­ apa tahun lalu selama 5 tahun pernah memi­ liki mahasiswa hanya sekitar 15 orang saja, na­ mun sekarang sudah memiliki dua kela­s. Kini, lulusan Seruker sudah tersebar luar di penjuru Indonesia, baik sebagai tenaga pendidik mau­ pun tenaga nonkependidikan.

yang berkualitas dan mampu berkompetisi di du­nia global. “Dari awal, kami menya­darkan kepada mahasiswa bahwa Pendidikan Seni Rupa UNY ini membuka jalan, memfasilitasi, dan mencetak tenaga pendidik yang handal. Namun, akhirnya kami tetap mengembalikan pilihan ke mahasiswa masing-masing memilih pro­­fesi keguruan atau seniman setelah lulus nanti karena mahasiswa tetap harus mengem­ bangkan kemampuannya sendiri serta menga­

Pendidikan Seni Rupa Sejak November 2007, Pendidikan Seni Rupa diketuai oleh B. Muria Zuhdi, M.Sn. Muria Zuhdi menerangkan bahwa program studi ini memi­ liki sistem budaya kerja yang sinergis dalam me­ laksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi guna menghasilkan tenaga kependidikan sen­i rupa

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

15


laporan utama sah kreativitasnya. Yang namanya kreativitas dalam berkesenian itu tidak bisa dilatihkan seperti sekedar keterampilan, melainkan dicari dan diasah sendiri karena sifatnya yang indi­ vidual. Berbeda dengan teknik yang bisa dia­ jarkan dalam praktik kesenirupaan. Tentu saja dibarengi dengan teori sebagai landasannya,” terang Muria Zuhdi di meja kerjanya. Ditemui Pewara di tempat berbeda, Darajati Pertiwi. Ketua Hima Seruker tahun 2009, berba­ gi pengalaman saat ia memimpin Hima Seruker selama 1 tahun masa jabatan. Menurutnya, ma­ hasiswa Seruker aktif berkarya dan mengikuti pameran-pameran baik yang diselenggarakan oleh jurusan maupun pihak luar. “Hima mem­ fasilitasi kawan-kawan Seruker untuk­ berkar­ ya dan memamerkannya. Kami pernah terlibat dalam pameran nasional di Jakarta dan Solo. Pameran-pameran seperti itu selalu rutin di­ laksanakan, sehingga tersedia ruang terbuka untuk kawan-kawan maupun dosen Seruker memamerkan hasil karyanya,” ucap mahasiswi yang kerap disapa Dara ini. Kristian Nico, mahasiswa Pendidikan Seni Rupa angkatan 2008 yang sedang menjabat Ke­ tua Hima Seruker tahun 2010 ini pun menim­ pali, “Saya bersama pengurus hima, saat ini su­­dah merancang banyak program kerja yang akan mewadahi aktivitas dan kreativitas maha­ siswa Seruker supaya bisa tetap eksis berkarya di dalam dan luar UNY.” Berbicara tentang prestasi, dosen asal Klate­n ini menyatakan bahwa dalam batas-batas ter­ tentu, seni tidak tepat untuk dipertandingkan karena sifatnya yang relatif dan subjektif. “Jika sebuah karya seni dinyatakan oleh juri sebagai pemenang juara 1, 2, dan 3, itu dinilai dari aspek-aspek objektifnya saja, misalnya

to fo o:

ot

-f dh

a/

sk

Ri .

n ia

16

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

komposisi warna. Setiap karya seni pasti men­ gandung unsur subjektif yang bersumber dari kreativitas senimannya. Unsur itulah yang su­ lit diukur secara eksak,” ujarnya lagi. “Di Pendidikan Seni Rupa ini saya cukup bangga dengan prestasi mahasiswa kami karena secara kemampuan berkreasi dan kemampu­an berapresiasi mereka bisa diandalkan. Semua ini dikarenakan mahasiswa harus bisa menghargai tahap proses dan hasil yang dicapai. Saya sela­ lu mengingatkan kepada para mahasiswa Seru­ ker untuk selalu menjaga kese­imbangan belajar sebagai mahasiswa dan berkarya sebagai indi­ vidu yang berbakat,” tambahnya sembari meng­ akhiri percakapan dengan Pewara. Pendidikan Seni Kerajinan Ditemui di ruangan kerjanya, Suhar­to, M. Hum yang menjabat sebagai ke­tua program stu­di Pendidikan Seni Ke­rajinan menjelaskan bahwa visi dari pro­gram studi Pendidikan Sen­i Rupa adalah memiliki sistem budaya kerja yang sinergis dalam melaksanakan Tri Dharma Per­ guruan Tinggi guna mengha­silkan tenaga ke­ pen­­didikan di bidang kerajinan yang ber­kua­ lita­s dan mampu berkompetisi di duni­a global. Untu­k mencapai visi tersebut, mahasiswa Pendi­ dik­an Seni Kerajinan diajarkan mengonsep, mem­buat, menghitung, sampai menjual suatu karya seni­. Tidak lu­pa mahasiswa juga harus menguasai metode pembelajarannya sebagai kon­sep pendidikannya.


laporan utama

Hampir setiap tahun, Pendidikan Seni Kera­ jinan selalu mendapat proyek dari pemerintah daerah (pemda) dari ber­­­ba­gai provinsi. Con­ tohnya, pada ta­hu­n 2003, Pendidikan Seni Kera­ jinan men­da­pat “titipan” 100 orang mahasis­wa dari Kalimantan. 100 orang tersebut ditempa lewar perkuliahan, kemudian setelah lulus di­ tarik kembali oleh pemda supaya mengelola daerahnya. “Saya rasa proyek seperti ini me­ mang tepat dilaksanakan. Saya pernah punya peng­alaman berkunjung ke Kalimantan. Bukan main sedihnya hati saya, ternyata di Kaliman­ tan bahan baku alamnya berlimpah ruah, seper­ ti kayu, damar, rotan, bahkan emas dan berlian, tetapi di­kirim ke luar negeri bukan dalam ben­ tuk barang olahan. Sumber daya alamnya ti­dak seimbang dengan sumber daya manusianya. Ini baru di Kalimantan, bagaimana dengan dae­rah-

daerah la­innya?” aku Suharto. Pendidikan Seni Kerajinan yang bisa mere­ dam situasi dan kondisi tersebut karena pro­ gram studi ini menyiapkan tenaga-tenaga pen­ didik yang ber­ku­alitas. Lulusan Pendidikan Seni Kera­jinan ter­­nyata tidak selalu bekerj­a se­bagai guru. Banyak laporan yang datang dari alum­ nus bahwa mereka jug­a beker­ja di Departemen Perdagangan dan Perindustrian, di dinas pendi­ dikan, di bank sebagai penentu besar kredit su­ atu barang atau penafsir pajak suatu barang, di mall sebagai penata barang, bahkan pemili­k usaha kerajinan. Terserapnya alumnus di berbagai bidang pekerjaan tentuntya bukan tanpa sebab. Saat masih di perkuliahan, mahasiswa diajarkan untuk menguasai perencanaan, legalitas, dan permodalan. Perencanaan merupakan tataran konsep, sedangkan legalitas berkaitan dengan surat ijin usaha, hak paten, lokasi pameran, dan lainnya. Kemudian, modal mencakup pa­ da materi kekayaan dan jaringan. “Ketiga hal tersebut haru­s dipegang erat oleh mahasiswa Pendi­dikan Seni Kerajinan. Saya ibaratkan, ma­ hasiswa kami pun sanggup menghitung harga pohon yang masih hidup, sehingga sayang rasa­ nya jika ada lulus­an yang menganggur kare­ na kualitas lulusan Pendidikan Seni Kerajinan memiliki kualitas yang unggul,” tambah Suhar­ to lagi. 

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

17


laporan utama

Memetik Manfaat Komunitas Komunitas adalah pengikat. Bagi mereka yang mampu mengambil manfaat, komunitas dapat menjadi stimulan, bahkan kendaraan yang membantu cepat gapai mimpi. Oleh D hia n H aps ari

B

Tri Ana Wulandari dan Putri Isnaeni Kurnia­ wati ini hanya dua orang dari sejumlah maha­ siswa seni tari yang dapat terserap di dunia ker­ja bidang seni tari di Yogyakarta maupun ko­ ta-kota lainnya. “Mahasiswa kita menyebar ke berbagai daerah. Mereka yang masih fokus di bidang tari terutama yang aktif di sanggar-sang­ gar tari umumnya dapat terserap di dunia pen­ didikan tari sebagai guru tari maupun menjad­i penari,” jelas Kuswarsantyo, dosen tari yang ju­ ga aktif dalam komunitas tari Bagong kasudiar­ djo dan mendirikan Bale Condroradono. Sanggar tari ini secara tidak langsung jug­a tempat belajar mahasiswa tari selain juga me­ ngembangkan potensi yang dimilikinya. Mere­ ka memang seharusnya aktif dalam komunitas semacam sanggar tari agar ilmu tidak mandeg di perkuliahan, tapi mendapat tambahan dari adanya sharing di komunitas-komunitas dan kantung-kantung seni lainnya, tambah Santyo, panggilan akrab Kuswarsantyo.

erkat komunitas saya dapat pergi ke Jepang dalam misi kesenian bulan Oktober 2009 lalu,” ungkap Putr­i Is­ naeni Kurniawati, mahasiswa tari. Ia bersama kawan-kawannya dari Sanggar Pu­ jokusuman memang sengaja melakukan kerja sama pertunjukan tari di Jepang, tepatnya di Tokyo dan Fukuoka. Pengalaman hampir sama dialami Tri Ana Wu­landari, mahasiswa tari yang aktif dalam Grup Tari Wisnu Murti. Ia telah bergiat di grup tari itu selama kurang lebih delapan tahun. “Sa­ ya masuk grup tari itu sejak masih di SMKI.” Awal­nya ia mengenal grup ini dari program Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang diwajibkan sekolahnya. Perempuan yang memfokuskan diri pada seni tari sejak sekolah menengah ini memilih Tri Murti yang notabene kerap mengisi Sendratari Ramayana di objek wisata Pramban­ an. “Dari grup tari ini juga saya mendapat ba­ nyak hal. Jaringan, kawan, termasuk penghasil­ an,” katanya.

foto-foto: dhian dan Dokumen Humas

18

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

Saling Menghidupi Sanggar, wadah yang menampung kreativi­ tas dan mengembangkan ide itu, bukan sekadar menjadi suatu yang memberi pengalaman lebih dalam berkesenian. Anggota sanggar ataupun komunitas berperan menghidupkan komunitas. Lebih dari itu, kadang kala bisa jadi komunitas pun menghidupi anggotanya. Setidaknya begitulah yang dirasakan Putri, panggilan akrab Putri Isnaeni Kurniawati. Ia yang telah menjadi anggota sanggar Pujokusu­ man begitu lama kini tidak hanya sebagai ang­ gota biasa, ia bahkan mendapat penghasilan dari sanggar itu dengan mengajar menari anakanak di Dalem Pujokusuman. Alasan serupa juga dinyatakan Cilik Tri Pa­ mungkas, mahasiswa Sastra Inggris yang aktif di beberapa komunitas seni. “Pertama ya, aku bisa mendapat menghasilan dari komunitas itu


laporan utama

karena pementasan teater. Selain itu, mengikuti komunitas berarti dapat memperluas jaringan, baik jaringan perkawanan maupun bisnis,” ka­ ta gadis manis yang juga memiliki bisnis Ci­ lik Barbie yang sudah masuk di beberapa toko barang kerajinan dan seni. Komunitas, apapun itu, kalau digarap denga­n sungguh-sungguh dapat menjadi wadah yang cukup efektif. Terlebih lagi bagi pemula yang belum mengenal dunia luar. “Mengikuti komuni­ tas ini dapat membuka wawasan kita dengan adanya kegiatan saling bertukar pengalaman, pun bertemu dengan orang-orang dalam komu­ nitas yang telah sukses di bidangnya. Paling ti­ dak, kedekatan itu memberi efek yang baik un­ tuk mereka yang ingin belajar dan berupaya menjadi orang besar,” kata Cilik. Komunitas yang telah memiliki orang-orang sukses di bidangnya akan jauh berbeda dengan komunitas yang hanya bersifat kumpul-kumpul belaka. “Kalau komunitas mau besar, ya anggo­ tanya harus pandai memperluas jaringan dan menggeret orang-orang besar.” Perkenalan se­ orang dengan dunia luar pun akan lebih mu­ dah karena link yang dibangun orang-orang terdahulu sudah terbentuk. Pendapat Cilik mengenai orang besar ini ju­ ga telah dibuktikan Putri. Sanggar yang mem­ bawanya menari di Jepang ini bukan sanggar yang lahir setahun dua tahun. Sanggar Pujo­ kusuman tempatnya bergiat didirikan oleh Siti Sutiyah, istri maestro tari almarhum Romo Sas­ mita Mardawa. Sanggar Pujokusuman ini ber­ ada di bawah Yayasan Pamulang Beksa Sasmi­ ta Mardawa, sebuah yayasan tari klasik yang memiliki jaringan yang luas. Ia bekerjasama dengan grup Kartika & Kusuma pimpinan Tamu­

ra Fumiko mengadakan pelatihan dan pemen­ tasan tari di Tokyo Jepang. Jaringan ini diba­ ngun tentu saja dengan adanya kepercayaan dan potensi yang dimiliki sanggar tersebut. Kendati komunitas yang memiliki orangorang besar dapat memberi jalan yang lebi­h lu­­­as pada anggotanya maju, tidak meutu­p ke­ mung­kinan komunitas tari yang masih kecilpun dapat berkembang. Hanya saja, seperti yang dikatakan Kuswarsantyo, “Mereka harus lebi­h terbuka dan pandai-pandai mencari kesempat­ an bergerak maju, dengan catatan kualitas dan potensi anggotanya dapat dipandang, sehing­ ga dipercaya berbagai pihak.” Banyaknya kesempatan yang dapat diraih saat ini tentu begitu menggembirakan. Terlebih lagi, UNY, khususnya Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), mulai menampakkan wajahnya di kanca­h dunia tari melalui mahasiswa dan dosennya yang aktif membawa nama kampus. Lantas, apa yang kita tunggu untuk maju di kancah du­nia seni tari? 

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

19


laporan utama Kasiyan, M. Hum.

Eksistensi Seni Lebih dari Sekadar Produksi Karya Estetik Ketika masyarakat memahami seni dari sepo­ tong produk seni, laju dari praktik seni tidak sebanding dengan praktik wacananya, berupa tafsir, memberikan interpretasi, pemahaman, dikaji, kemudian disosialisasikan ke masyara­ kat. Membaca kondisi yang sudah berlarut-la­ rut itu, Kasiyan, M. Hum., dosen Jurusan Pendi­ dikan Seni Rupa UNY, mengajak pembaca untuk membuka wacana tentang pengertian seni se­ cara luas dan mendalam, serta kesadaran akan berimbasnya disiplin ilmu seni terhadap masya­ rakat. Berikut petikan wawancara dengan Ariska Prasetyanawati dari Pewara Dinamika di ru­ ang kerjanya. Bagaimana seharusnya kita memandang seni? Di banyak kesempatan saya sering berbagi kepada mahasiswa, seandainya semua perguru­

an tinggi seni di Indonesia bisa menghasilkan seribu seniman, tetapi tidak untuk menghasil­ kan satu sampai sepuluh orang pemikir seni. Itu njomplang sekali, sehingga yang terjadi di masyarakat antara wacana praktik seni tidak seimbang dengan praktik wacana. Lantas, apa implikasinya? Ya, ada kesadaran yang nyaris tidak disadari karena sudah berlangsung cukup lama bahwa seni direduksi pada titik yang ekstrim, teruta­ ma di ranah perguruan tinggi, bagaimana se­ ni disadari dan digeluti dengan porsi tak lebi­h dari produksi karya estetik atau membikin kar­ ya. Bahkan, tanpa disadari, ada pemahaman se­ ni adalah karya seni. Padahal tidak sepert­i itu. Di luar kesadaran produksi estetik, ada pilar lain yang tidak kalah pentingnya ketika kita

foto-foto:La ode dan dokumen pribadi

20

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0


laporan utama mengharapkan eksistensi seni punya dimens­i kemaslahatan luas seperti halnya ilmu yang la­ in. Seni juga harus didekati melalui riset, peneli­ tian, dan pengkajian. Pilar ini yang mengaitkan penerimaan seni di masyarakat yang selama ini masih sangat pincang. Permasalahan apa saja yang ada di masyara­ kat terkait dengan seni yang masih dipandang sebelah mata? Selama ini keluhan yang mengedepan adalah keberadaan seni di masyarakat dalam konteks apapun selalu mendapat tempat yang masih belum signifikan. Termasuk ketika dikaitkan dengan piranti kependidikan di tingkat dasar, menengah, dan tinggi, bahasa klasiknya seni tidak lebih dari sekedar pelengkap penderita. Istilahnya, daripada tidak ada di kurikulum. *** Untuk mengembalikan seni pada eksistensi­ nya, bagi mahasiswa Doktoral Sekolah Pasca­sar­ jana UGM ini, diperlukan tafsir secara paradig­ matik bagaimana formulasi disiplin ilmu seni, terutama pada jenjang perguruan tinggi kare­ na ini yang akan mempengaruhi tingkatan di bawahnya. Jangan salahkan masyarakat–ma­ sya­rakat awan, masyarakat kelas menengah, masyarakat terpelajar, sampai dengan masyara­ kat yang stakeholder bangsa ini– yang tidak ta­ hu seni karena orang seni sendiri tidak merasa punya kepentingan untuk memberikan ruang yang bisa ditafsir oleh masyarakat secara lebi­h komprehensif. Itu menjadi paket yang ironi ke­ tika di jenjang sekolah seni selalu dikeluhkan karena jumlah jamnya sangat sedikit dan hany­a sebagai pengisi waktu kosong saja karena seni pada realitasnya disadari, digeluti, dikonstruk­ si dari dulu sampai sekarang, kemudian diterus­ kan lintas generasi nyaris tidak pernah beran­ jak dan berubah. Sebenarnya, bagaimana makna seni bagi ma­ syarakat, sehingga bisa dipahami keberman­ faatannya? Tidak pernah ada kehidupan dan tidak per­ nah ada kebudayaan tanpa disertai seni di da­ lamnya. Seni sangat bermakna bagi manusi­a dalam setting kultur masyarakat di manapun dan kapanpun, tentunya ketika seni space-nya diperluas karena substansi seni adalah kesadar­ an estetis. Ketika ada seseorang memakai baj­u dengan warna dan model tertentu, kemudian dipadupadankan dengan celana, sepatu, akseso­

ris, berarti sudah masuk ketataran seni. Bahkan, seni sangat dekat dengan hal-hal yang kadang tidak kita sadari. Misalnya, teknologi. Pesawa­t tempur yang digunakan untuk mengangkut bom kemudian ditembakkan untuk membunuh manusia secara massif, sewaktu masih nong­ krong di hanggar saja orang melihatnya suda­h merinding ketakutan. Penciptaan suasana itu jelas bukan karena analisis teknologi semata. Ada seni di dalamnya, seperti bentuk dan pilih­ an warna pesawat tempur tersebut. Seni dalam kehidupan menjadi puncak kulminasi pencapa­ ian apapun dan di manapun. Seni dengan mak­ nanya sudah menjadi bagian yang tak terpisa­ hkan dalam masyarakat ataupun kebudayaan. Permasalahannya adalah disadari dan tidak dis­ adari keberadaannya. Masyarakat paling primi­ tif, masyarakat paling modern, ada di belahan bumi manapun tidak akan bisa lepas dari seni dengan maknanya. Bagaimana seni dalam dunia pendidikan kita? Dalam perspektif edukatif, keberadaan dan kebermaknaan seni, jauh melampaui jik­a diban­ dingkan dengan kebermaknaannya di di­mensi praksis untuk “katarsis” dan “esteti­sasi kehi­ dupan” dalam arti yang luas, yakni manakala makna pendidikan dikontekstualisasikan dalam ranah sekolah umum mulai dari jenjang pen­ didikan dasar sampai menengah, yang paradig­ manya lebih diorientasikan dalam perspektif pemaknaan “seni sebagai media pendidikan” (education through art). Artinya, segala kegiat­a­n dan proses praksis berolah seni, semata-mat­a difungsikan sebagai media untuk memban­ tu pertumbuhan dan perkembangan segenap potensi anak didik secara optimal, terutama terkait dengan dimensi ranah emotional quotions. Melihat pentingnya dimensi seni bagi pen­ didikan anak-anak, maka Plato menyarankan: ‘arts should be the basis of education’.

TTL: Ponorogo, 5 juni 1968 • pendidikan: S1 Pendidikan Seni Rupa IKIP Malang (1995), S2 Pengkajian Seni Pertunjukkan dan Seni Rupa UGM (2004), S3 Pengkajian Seni Pertunjukkan dan Seni Rupa UGM (Sedang Studi)

Jika demikian orientasi seni dalam dunia pen­ didikan kita, apa yang paling mendesak untuk kita lakukan? Tentunya dengan mengubah paradigm­a pen­ didikan tadi, dimana kesadaran disipli­n seni di pendidikan tinggi seni yang dimensiny­a kependi­dikan ini harus direvitalisasi, sehing­ ga konsep dan paradigma “lear­ning with arts”, “learning through arts”, dan “lear­­­­­nin­g about arts”, dapat di­kembalikan pada khi­tah­­nya lagi. Bukan begitu? 

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

21


kabar dari luar Delfina

Mutiara itu Bersinar Kolong Jembatan Siapa yang tidak tahu jika Kota Jakarta memiliki banyak kolong jembatan, di salah satu kawasan tepatnya di Papanggo Gang 24 Tanjung Priuk, terdapat sosok setia yang telah 10 tahun mengajar anak-anak. Berteman dengan aroma tidak sedap dan sampah, Kak Delfi biasa dia dipanggil oleh murid-muridnya tetap bertahan mengajar. Padahal bukan rahasia lagi jika kawasan itu riskan kriminalitas. “Saya dianggap gila oleh teman-teman ketika memutuskan keluar dari pekerja­ an lama dan mengajar di kolong jembat­ an,” ungkap Delfi mulai bercerita. Sebe­ lumnya tidak pernah terlintas dibenak

perempuan asli Flores ini akan menjadi guru, apalagi guru tanpa kelas. Ya, Delfi mengajar di tempat seadanya di ruas Gang Papanggo dengan media bela­jar yang juga sangat terbatas. Namun, ke­

luhan itu tak lantas membuat seman­ gatnya luruh, karena setiap melihat se­ nyuman anak-anak terpetik harapan jika suatu saat mereka akan jadi orang yang pintar. Pengaruh ajaran Santo Vincesi­

www.swaberita.com

22

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0


kabar dari luar

www.langitperempuan.com

www.sigma.co.id

www.swaberita.com

us juga terasa di benak perempuan la­ jang ini. “Dia menjadikan kaum miskin sebagai majikan dan bagian hidupnya, saya sedang berusaha mengamalkan filosofi hidupnya,” ujarnya. Perlu diketahui, Delfi bukanlah tamat­ an Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP), melainkan lulusan diploma tiga Bina Sarana Informatika (BSI) Jakarta Pu­ sat. Tapi kini, sepuluh tahun berlalu hati­ nya telah tertambat pada bidang pen­ didikan. Padahal semua terjadi begitu tiba-tiba. “Semua berawal dari niat saya membantu Susteran Putri Kasih Pondok Ozanam, kebetulan waktu itu mereka mempunyai program pendidikan,” ujar Delfi sekaligus mengklarifikasi bahwa dirinya bukan suster seperti yang diberi­ takan di beberapa media. Ketika disinggung perihal keamanan, Delfi pun tersenyum seraya berkata “Ka­ lau mau cari tempat yang aman, saya pi­ kir tidak ada tempat yang benar-benar aman, semua kembali ke niat dalam ha­ ti,”. Jawaban Delfi lancar dan tanpa rasa was-was, seolah tak khawatir dengan kejadian buruk yang menimpanya saat mengajar. “Saya percaya pada warga di sini karena menitipkan anak-anak mere­ ka untuk saya ajar,” lanjutnya. Delfi memang sosok bersahaja yang mencoba melakukaan aktivitas luar bi­ asa, Apa yang dilakukan perempuan berusia 28 tahun ini bahkan tak terlin­ tas dalam benak kita. Cita-cita Delfi pun sederhana, dia hanya ingin anak-anak yang diajarnya bisa melanjutkan ke se­ kolah formal. Kebanyakan dari mereka memang tidak sekolah lantaran harus membantu orangtua bekerja menjad­i pemulung. “Meski mereka bekerja, me­

reka tetap harus belajar karena pada akhirnya mereka akan membantu orang­ tua dengan ilmu yang telah didapat,” lanjut Delfi yang saat ditemui men­ genakan pakaian casual.

pa­t mengeluh karena awalnya tida­k dapat restu dari orangtuanya. Bukan lantaran tidak digaji laiknya guru-gu­ ru di sekolah formal, tetapi karena be­ gitu sayang pada Delfi dan khawatir ji­ ka jalan yang ditempuh Delfi sangat beresi­ko. Kawasan tempat Delfi menga­ jar rentan dengan gangguan preman,

Tidak Takut Resiko Perempuan berusia 28 tahun ini sem­

Delfina sedang mengajar. mindiptono/pewara dinamika

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

23


kabar dari luar ajang permainan judi dan minuman keras, belum lagi prostitusi yang mere­ bak. “Orangtua saya begitu khawatir kalau saya ikut terjerumus, belum la­ gi anggapan negatif dari para tetang­ ga,” ungkapnya. Bukan Delfi kalau dia menyera­h be­ gitu saja. Seiring berjalannya wak­tu Delfi tak patah arang untuk meyakinkan orangtuanya bahwa apa yang saat ini ditempuh adalah jalan hidupnya. “Seka­ rang orangtua sudah tidak khawa­tir ber­ lebihan seperti dulu,” ucapnya mantap. Benar, orangtua Delfi tidak perlu kha­ watir lagi sebab sekarang putri mereka telah membuktikan bahwa yang dilaku­ kannya berbuah manfaat bagi anakanak. Hal itu terbukti dengan perhati­an dari pemerintah setempat yang berke­ nan mengunjungi sekolah alternatif itu. Belum lagi jumlah muridnya yang kian

hari kian bertambah. Tantangan tidak hanya berhenti sam­ pai di situ, ada lagi yang jauh lebi­h be­ rat. Kebanyakan orangtua anak-anak yang diajar oleh Delfi tidak percaya jika kegiatan belajar mengajar mereka mur­ ni belajar. Mereka khawatir akan diseli­ pi oleh anjuran yang menyerempe­t pa­ da keyakinan. “Sampai-sampai orangtua ikut mengawasi dari awal bela­jar sam­ pai selesai. Dari situ terbukti bahwa ti­dak ada niat untuk berceramah me­ ngenai keyakinan saya,” ungkap penik­ mat musik ini lirih. Delfi menegaskan bahwa apa yang dijalaninya murni un­ tuk memberikan pengetahuan. Tak her­ an jika murid-murid Delfi berasal dari lintas agama dan suku. Adakah Pendidikan Gratis? Diakui Delfi, selama proses belajar

mengajar yang sesekali hanya dibant­u oleh satu orang suster dari Pondok Oza­ nam itu kerap menuai persoalan dana. “Kami hanya mendapat bantuan dari donatur,” ujarnya. Sekolah di kolong jem­batan itu memang gratis, sebab ti­ dak ada yang mampu membayar, jangan­ kan untuk biaya pendidikan kebutuhan sehari-hari saja tidak mencukupi. Delfi tak bisa begitu saja mengandalkan ban­ tuan dari pemerintah yang hingga kini belum pernah diberikan. Adakah Delfi menyerah? Ternyata tidak dan masih bertahan hingga kini. Salah satu hal yang membuatnya se­ makin bersemangat ialah bahwa Delfi mengajar bukan sekadar simbol, tetapi dia benar-benar ingin mengajar dengan hati. “Kalau guru-guru yang mengajar di sekolah formal kan mengajar sesuai dengan gaji atau jumlah jam sehing­ mindiptono/Pewara dinamika

24

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0


kabar dari luar

www.sigma.co.id

ga perhatian kepada murid berkurang. Padahal anak-anak juga butuh dipaha­ mi apa yang mereka rasakan,” tutur­nya seraya mengajak JE bertemu de­ngan anak didiknya. Anak-anak yang menjadi murid Delfi berusia mulai 3-12 tahun. Kegiatan be­ lajar mengajar berlangsung di dua ka­ wasan yakni gang 24 setiap hari Se­ninRabu pukul 10.00-11.30 dan gang 18

setiap Jum’at-Sabtu pukul 15.00-16.30. “Kami belajar sesuai dengan kurikulum nasional dan buku-buku sekolah yang diberikan oleh donatur, bahkan di gang 24 kami belajar di lesehan karena tida­k ada meja dan kursi. Makanya saya le­ bih sering menyelipkan permainan agar mereka makin bersemangat,” ucapnya antusias. Ketika ditanya mau sampai kapa­n

mengajar, Delfi belum bisa men­ja­wab­ nya­. “Yang jelas jika saya masih dibu­ tuhkan,” ungkapnya. Berpija­k pada per­juangan yang akan terus dilakuka­n Delfi tersebut, sangat pantas jika Delfi mendapat julukan Mutiara. Meski ber­ ada di kolong jembatan, dirinya tetap bersinar indah dan cemerlang. Ada yang tidak setuju? Eka W. Pramita

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

25


berita HASIL PENELITIAN MAHASISWA

SANDAL REFLEKSI DARI KULIT DURIAN Sebagaimana diketahui bahwa sandal merupakan salah satu dari jenis san­ dang yang menjadi kebutuhan utama bagi sebagian besar masyarakat dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya, seperti di dalam rumah, di tempat ker­ ja, pusat perbelanjaan, tempat wisata ataupun tempat-tempat yang lainnya. Sandal dibutuhkan oleh setiap orang, dari kalangan atas hingga kalangan ba­ wah, usia anak-anak hingga usia tua, laki-laki maupun perempuan. Sandal ju­ ga diposisikan dari segi fungsi seperti sandal santai, sandal resmi, sandal se­ hat, dan yang lainnya sesuai segmen­ tasi produk. Saat ini, sandal sehat yang beredar di pasaran kebanyakan terbuat dari bahan plastik dengan model polos dan tidak terlalu mengikuti fashion. Pa­ dahal pemakai sandal sehat, yang bias­ anya memiliki tonjolan-tonjolan untuk efek pemijatan kaki, bukan semata-ma­ ta untuk keperluan terapi kesehatan, tetapi juga menginginkan untuk keper­ luan fashion. Menyadari pentingnya sandal seha­t itulah, mahasiswa jurusan Pendidikan kimia FMIPA UNY, Ahmad Hanif Sidiq dan Yuni Nurfiana Wulandari serta Ach­ mad Rivqi Effendi, dari jurusan Akun­ tansi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) UNY, membuat inovasi sandal se­ hat. Inovasi ini dilakukan dengan me­ manfaatkan duri kulit durian sebagai efek pijat refleksi. Duri dari kulit duri­ an itu merupakan limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dan, me­ mi­liki keunikan tersendiri jika dibuat produk sandang berupa sandal. Kare­ na keunikannya inilah maka sandal re­ fleksi dari kulit durian ini berhasil lolos dalam program kreativitas mahasiswa tingkat universitas yang didanai DIKTI pada tahun 2010. Sandal ini pada dasarnya memiliki teknik pijat refleksi, yang merespon titik pusat urat-urat syaraf yang ber­ sangkutan dengan organ tubuh terten­ 26

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

foto-foto: Dokumen Pribadi

tu melalui duri durian. Bagi ketiga ma­ hasiswa ini, sandal refleksi terapi yang memanfaatkan duri dari kulit durian ini difungsikan untuk pijat refleksi di tela­ pak kaki melalui pengendoran otot-otot yang memberi efek terhadap kelancar­ an sirkulasi darah, kemampuan kerja or­ gan sebagaimana mestinya baik itu jan­ tung, otak, pencernaan, imunitas, dan sebagainya. Cara membuatnya pun mudah, ya­ kni dimulai dengan menggambar pola pada alas (sole/sol) dan spon atau kayu (midsole) sesuai sketsa, mencetaknya de­ nga­n bantuan pisau, dan merekatkan antara sole dengan midsole. Selanjut­nya merangkaikan slop pada midsole.dan

merekatkannya pada alas (sole). Kulit du­rian yang akan digunakan haruslah dikeringkan terlebih dahulu di bawah sinar matahari dan bagian lancipnya telah ditumpulkan. Kulit durian dipo­ tong sesuai pola baik berdasarkan de­ sain maupun manfaat kesehatan yang diinginkan. Kemudian direkatkan pada sisi midsole dan biarkan beberapa jam agar lemnya merekat. Kemudian dilaku­ kan pewarnaan sesuai dengan desain sandal. Untuk mode sandal yang bong­ kar pasang sendiri, kulit durian mau­ pun midsole dipaku bersama perekat yang terbuat dari kain. Dengan mengandalkan kebutuhan sandal dan kesehatan yang semakin ha­ ri semakin meningkat, pun halnya ke­ bedaan Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata terbesar kedua di Indonesia, keti­ ga mahasiswa ini terus mengembang­ kan sandal pijat refleksi ini. ”Dengan demikian usaha membuat sandal sehat yang trendy dan modis sangat menjan­ jikan keberlanjutannya,” tegas mere­ ka. Dedy Herdito


berita HASIL PENELITIAN MAHASISWA

MIE DARI BUAH SUKUN

foto-foto: Dokumen Pribadi

Indonesia memiliki masyarakat yang ge­mar mengkonsumsi mie, mulai dari mie kering sampai mie siap santap. Hal ini ditunjukkan dengan besarny­a kon­ sumsi mie instan dan banyakny­a ru­ ma­­h makan dengan bahan dasar mie, seper­ti mie ayam ataupun mie jawa. Ja­ di, tidak salah kalau mie sudah menja­ di makanan kedua setelah nasi. Secara umum di Indonesia proses pembuata­n mie, terutama menggunakan bahan da­sar tepung gandum dan juga meng­­ gunakan bahan tepung terigu. Padahal, Indonesia adalah negara tropis dimana budidaya gandum menjadi sedikit ter­ kendala. Walau telah dilakukan banya­k penelitian untuk mengembangkan gan­ dum di Indonesia, hasilnya masih be­ lum cukup untuk memenuhi kebutuh­ a­­n gandum dalam negeri sehingga pe­­­me­­rin­tah mau tidak mau tetap harus meng­eks­por gandum setiap tahunnya. Banyaknya warga Indonesia yang suk­a meng­kom­sumsi mie semakin memper­ besar konsumsi gandum dalam nege­ri. Sebenarnya selain upaya budidaya gan­ dum di Indonesia juga dapat dilakukan upaya mencari bahan lain pengganti gan­ dum dalam proses pembuatan mie.

Dalam rangka mencari alternatif peng­­ganti gandum dalam pembuatan mie inilah Zidiq Syaifuddin Aji, Emilia Dwi Oktavia, Rani Kusniati, dan Setiono Nedi Laksono dari jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY, mengkreasikan sukun sebagai bahan dasar mie. Selama ini pe­ manfaatan buah sukun pada umumnya hanya sebatas digoreng atau direbus. Padahal buah sukun mudah dibudidaya­ kan dan potensinya untuk dikembang­ kan menjadi sebuah usaha yang berni­ lai ekonomi sangat terbuka. Sukun adalah buah yang berasal dari New Guinea, Pasifik yang menyebar ke Indonesia melalui Malaysia. Pohon ini dapat tumbuh mencapai 10 meter dan dapat hidup di berbagai tempat mulai daerah pinggiran pantai sampai daera­h

berketinggian 600 meter di atas permu­ kaan laut. Selain itu, sukun juga bisa hidup di daerah bercurah hujan ren­ dah sampai tinggi. Pohon yang berben­ tuk bulat seperti melon dapat tumbuh maksimal bila terkena cukup paparan sinar matahari. Buah ini mengandung berbagai vitamin dan mineral serta ka­ lori yang cukup sehingga dapat digu­ nakan sebagai makanan pokok. Dari hasil penelitian Balai Penelitian Pasca­ panen Pertanian, kandungan vitamin dan mineral pada buah sukun lebih ba­ nyak dibandingkan beras sehingga sa­ ngat memungkinkan penggunaan su­ kun dalam beberapa produk pangan. Menurut keempat mahasiswa ini, cara membuatnya mie sukun tidak su­ kar. Caranya, sukun dikupas, dicuci dan dipotong kecil-kecil, lalu dijemur atau dikeringkan menggunakan oven. Sete­ lah kering sukun tersebut digiling men­ jadi tepung sukun. Tambahkan pelba­gai bumbu, seperti bawang putih, bawang merah, merica, penyedap rasa, telur, te­ pung tapioka, garam, dan gula. Lantas, tepung sukun dibuat menjadi adonan dan dicetak serta dikukus menjadi mie basah. Apabila menghendaki dibuat mie kering, maka mie basah tadi, digo­ reng lalu dioven sehingga lebih taha­n lama. Bahkan mie kering juga dapat dis­ ajikan sebagai makanan ringan bag­i anak-anak. Untuk menambah cita ras­a yang lezat tambahkan bumbu aneka ra­ sa, seperti rasa daging ayam, rasa da­ ging sapi, dan sebagainya. Dedy Herdito

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

27


berita Kunjungan Kerja luar negeri

UNY RINTIS KERJASAMA DENGAN USM DAN UUM

foto: dokumen ema r

Dalam rangka meningkatkan kemitra­ an baik secara kuantitatif maupun uta­ manya kualitatif, rombongan dari UNY dipimpin oleh Pembantu Rektor II, Drs. H. Sutrisna Wibawa, M.Pd., mengunju­ ngi Malaysia, dalam hal ini Universiti Sains Malaysia (USM), Senin (25/2), di Pe­nang dan Universiti Utara Malaysia (UUM), Selasa (26/2), di Sintok Kedah. Di USM rombongan UNY diterima oleh Timbalan Naib Canselor (Pemban­ tu Rektor) Bidang Akademik dan Antara Bangsa, Prof. Dr. Ahmad Shukri Musta­ fa Kamal, didampingi beberapa dekan, pim­pinan bidang penelitian, kerjasama, keuangan, dan administrasi. Sebagai universitas yang dikenal de­­ngan sebutan Campus in the Garden (Kam­­pus di tengah Taman) USM ditu­ gas­i ‘memelihara dan menghijaukan Pu­lau Penang’ yang sebagian memang agak gundul, melalui program ‘Sustainable Development through Community Participation’. USM juga memikirkan perlunya ‘uni­ versity ranking, tetapi itu ditempuhny­a dengan internal programs yang lang­ sung menyentuh kepentingan masyara­ kat luas, baik di dalam maupun di luar kampus. Misalnya, kampanye melaran­g penggunaan tras kresek dari plastik dan 28

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

kertas aluminium di lingkungan kam­ pus. Kampanye tersebut kemudia­n di­ ja­­dikan program masyarakat pada umum­­nya. Selain itu, ada pencananga­n ‘non-plastic day’ (hari-hari larangan peng­gunaan plastik). Itulah, maka USM sejak 2008 dinobatkan sebagai ‘Universi­ ti Inovatif Pencipta Lingkungan Kota Se­ hat’. Adapun potensi kerjasama USM den­ gan UNY ada pada bidang-bidang peng­ abdian kepada masyarakat, riset sains dan ilmu humaniora, dan pengelolaan museum dan perpustakaan (yang dire­ alisasikan melalui pertukaran dosen, karyawan, dan mahasiswa). Sementara itu, di UUM rombonga­n UNY diterima oleh Timbalan Naib Can­ selor Bidang Akademik dan Antara Bangsa, Prof. Dr. Mustafa Ishak, didam­ pingi Prof. Oemar Usman bin H. Ham­ dan (putra Banjarmasin), beberapa de­­kan, pimpinan bidang penelitian, ker­­ja­­sa­ma, keuangan, administrasi, dan per­pus­takaan. Keunggulan utama UUM ada pada bidang manajemen, termasuk Manaje­ men Pendidikan (salah satu program studi yang ada di Program Pascasarjana UNY). Sebagai universitas yang ba­nyak menjalin kerjasama dengan menyedia­

kan konsultan bagi mitra industri, UUM mampu menopang 36% pembiayaan universitas, sementara universitas nege­ ri yang lain hanya mampu memberikan kontribusi 5-10% dana yang diterima­ nya dari kerajaan. Adapun potensi kerjasama UUM de­ nga­n UNY terutama ada pada bidang Manajemen Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis, Pendidikan IPS, Pengajaran Ba­ hasa Asing (TESL, Applied Linguistics) dari tingkat S-1 sampai dengan S-3. Realisas­i kerjasama direncanakan mela­ lui program pertukaran dosen, karya­ wan, dan mahasiswa. Rombongan dari UNY terdiri atas H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (PR II), H. Sugi­ rin, Ph.D. (Kepala International Office), Dra. Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK), Drs. Sumaryadi, M.Pd. (Kepala Divisi Humas Int.), Darsono, S.E. (Kasu­ ba­g Kepegawaian), Yansri Widayanti­, S.Pd. (Staf International Office), Dwi Sur­ ti­yawan, M.Si. (Pustakawan), Dra. Sri Sumardiningsih, M.Si. (Sekretaris Lem­ lit), Tatang M. Amirin, M.Si. (PD II FIP), Sumarjo H., M.T. (PD II FT), Rumpis Agus Sudarko, M.Si. (PD I FIK), Dr. Heru Nurcah­yo (PD II FMIPA), dan Subagyo, M.Pd. (dosen FIK). sgr/myd


berita Workshop

PENYUSUNAN SILABI DAN RPP PRODI PKO

dokumen humas fik

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (PKO FIK UNY) menggelar workshop Penyusunan Silabi dan Rencana Pelaksanaan Pembe­ lajaran (RPP). Kegiatan yang diikuti se­ luruh dosen prodi PKO bertempat di ru­ ang sidang utama FIK UNY (23/2). Workshop ini bertujuan untuk me­

nyu­­sun pedoman perkuliahan, yang ide­­­alnya telah ada sebelum perku­li­ah­ a­n berlangsung. “Mengingat ini meru­ pa­ka­n kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 2009, maka sengaj­a diadakan saat sekarang. Nantinya selain masin­g-ma­ sing prodi, fakultas juga akan menye­ lenggarakan,” demikian diungkap Pem­ bantu Dekan I FIK UNY, Rumpis Agus

Sudarko MS, saat membuka kegiatan ini. Senada, Kaprodi PKO, Endang Rini Su­ kamti, MS, mengatakan kegiatan terse­ but untuk mendukung proses-proses pembelajaran Silabu dan RPP masingma­sing dosen dengan mata kuliah pe­ gangan pokok harus tersedia. Ratnae

Pertemuan Dharma Wanita FIK

KOMPOR CANTIK BERBAHAN BAKAR BENSIN

dokumen humas fik

Ada yang beda dalam suasana pertemu­ an Dharma Wanita sub unit FIK, yang di­ gelar pada Jum`at (29/1) lalu. Dosen FIK UNY, Amat Komari, M.Si. yang tampil se­ bagai pembicara tidak membahas soal olah­raga, justru ia menguraikan sebuah solusi baru untuk ibu-ibu rumah tangga mengenai kiat menghemat bahan bakar minyak (BBM). “Kompor ini kami peruntukkan kepa­ da individu yang mengalami kesulitan menggunakan minyak tanah, di sam­ ping mahal cara memperolehnya juga su­lit. Oleh karena itu, kompor ini di­ran­ cang menggunakan bahan bakar ben­ sin, disamping lebih murah juga cara mem­perolehnya mudah,“ kata Ama­t da­ lam demonstrasinya. Bahan-bahan yang dipergunakan da­­ lam kompor cantik berbahan bakar ben­

sin ini pun sangat sederhana. Kalen­g bekas biskuit, serta kaleng beka­s peng­ harum ruang atau kaleng bekas obat se­ rang­ga atau bekas minyak wangi seba­ gai cerobong. Selanjutnya kaleng yang lebih kecil dilobangi pada sisi kiri dan kanan. Cerobong berlubang ditata dan direkatkan di atas kaleng besar. Penu­ tup kaleng juga diberi lobang sebesar diameter lobang cerobong. Direkatkan dengan cara di klem. Tahab selanjutnya, cukup mengisi kaleng roti 80% air dan 20% bensin. Tutup kaleng yang telah dipasang cerobong. Siap menyalakan cerobong dengan api dari atas. Mematikannya mudah, cukup menutup cerobong den­ gan kaleng bekas pengharum ruang/ minyak wangi. ratnae

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

29


berita Pelatihan

LKMM TINGKAT DASAR FMIPA UNY Organisasi merupakan suatu bentu­k ker­jasama. Posisi, hubungan, dan fungs­i setiap anggotanya diatur berdasar­kan AD/ART yang telah disepakati. Seluru­h kegiatan yang dilakukan setiap orga­ ni­­sasi merupakan konsekuensi dari pro­gram kerja yang telah disepakati, meliputi kegiatan perencanaan, pengor­ ga­ni­sasian, penyusunan personalia dan pengarahan. Demikian dikatakan Drs. Eko Widodo, dalam Latihan Keterampi­ lan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Ting­kat Dasar, yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu (13-14/3) di Ruang Sidang FMIPA UNY. Kegiatan ini dibuka Dekan FMIPA, Dr. Ariswan. Dalam sambutannya, Ariswan mengemukakan kegiatan ini ber­tujuan untuk memberikan bekal kemam­puan dan keterampilan berorganisasi yang se­ hat, sehingga terlihat bedany­a de­ngan mahasiswa biasa. “Setelah meng­i­kuti

dokumen humas fmipa

pelatihan ini peserta diseyog­yakan bi­ sa menghasilkan program kerja organ­ isasi mahasiswa (ormawa) yang akan direalisasikan nanti,” tegasnya. Sebenarnya, kegiatan LKMM merupa­ kan kegiatan tahunan serta pembeka­ lan bagi pengurus baru dan merupakan salah satu cara antisipasi hambatan ja­ lannya organisasi. Diharapkan de­ngan mengikuti LKMM mahasiswa bisa meng­ identifikasi peluang yang datangnya hanya satu kali. Selain itu, manfaat lain ikut LKMM adalah mahasiswa memiliki

keterampilan berorganisasi, yang kelak sangat bermanfaat bagi kehidupan ber­ masyarakat yang sesungguhnya. Pemateri pada LKMM Tingkat Dasar ini adalah Dr. Heru Nurcahyo, dengan ma­teri Administrasi Keuangan dan Su­ rat Menyurat, Drs. Eko Widodo, dengan materi Dasar-Dasar Organisasi, Rahmat Nurcahyo, SS., dengan materi Retorika Keprotokolan, Retno Arianingrum, M.Si., dengan materi Perencanaan Jadwal Ker­ ja, dan Sabar Nurrohman, M.Pd., den­ gan materi tentang motivasi dan out­ bond. Kegiatan LKMM diikuti oleh 55 mahasiswa dari ormawa di FMIPA UNY, baik itu Himpunan Mahasiswa Matema­ tika, Himpunan Mahasiswa Fisika, Him­ punan Mahasiswa Kimia, Himpunan Ma­ hasiswa Biologi, Himpunan Mahasiswa Ipa, Haska, Unit Teater Sekrup, Mapala Hancala, dan BEM FMIPA. Dedy Herdito

Kompetisi

Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Bertempat di Ruang Sidang Utama FIK UNY, Sabtu (20/3), jajaran kemahasis­ waan FIK UNY menggelar Pemilihan Ma­hasiswa Berprestasi. Enam peserta tampil menyajikan makalah di hadapan dewan juri. Keluar sebagai juara perta­ ma, Nur Sita Utami disusul oleh Dwi Aprianto pada peringkat kedua, dan Ado Purwanto pada peringkat ketiga. “Pemilihan mahasiswa berprestas­i bertujuan untuk mengetahui mahasis­ wa yang berprestasi setiap tahun. Me­ re­ka yang keluar sebagai juara pada ting­kat fakultas akan maju di tingkat universitas untuk mengikuti babak se­ lanjutnya,” demikian penjelasan Pem­ bantu Dekan III, Agus Sumhendartin Suryobroto, M.Pd. Lebih lanjut, Agus, yang juga men­ jadi penanggung jawab kegiatan, men­ egaskan mahasiswa yang mengikuti

30

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

dokumen humas fik

kegiatan ini akan mendapatkan banya­k keuntungan diantaranya mempresen­ tasikan makalah baik dalam Bahasa In­ donesia maupun dalam Bahasa Inggris­. Mengingat yang diujikan dalam kegia­ tan tersebut bukan hanya makalah saja, namun juga Bahasa Inggris, kepribadi­ an, kebugaran, Indek Prestasi Kumula­tif,

Porto Polio (kumpulan prestasi), ma­ka langkah selanjutnya yang akan di­la­ku­ kan adalah pelatihan. Para juara ting­ kat fakultas berhak mengantongi uang pembinaan sebesar Rp.500.000,00; Rp.400.000,00; dan Rp.200.000,00 mas­ ing-masing untuk juara I, II, III. ratnae


berita PELANTIKAN PENGURUS BAPOMI DIY

AYO UKIR PRESTASI OLAHRAGA SEJAK MAHASISWA Mahasiswa adalah masa keemasa­n da­ lam mengukir prestasi olahraga, maka melalui Badan Pembina Olahraga Ma­ hasiwa Indonesia Pengurus Provinsi Da­erah Istimewa Yogyakarta (Bapomi DIY), dapat digunakan sebagai wahan­a sharing pembinaan olahraga mahasis­ wa DIY sehingga dapat berprestasi di tingkat daerah, nasional, regional, mau­ pun internasional. Untuk itu perguruan tinggi ikut berperan menyiapkan atlit­ nya berprestasi. Demikian Prof. Dr. Herminarto Sof­ yan­, yang terpilih kembali sebagai Ket­ ua Umum Bapomi DIY periode 2010– 2013, saat pelantikan seluruh pengurus Bapomi, bertempat di ruang sidang uta­ ma rektorat UNY, Jumat (19/3). Hadir pa­ da kesempatan tersebut, ketua KON­I DIY, GBPH Prabukusumo. Pelantikan langsung dilakukan oleh Ketua Pengurus Pusat Bapomi, Dr. Hen­­

darman. Dalam sambutannya, Hendar­ man kembali menegaskan tujua­n Ba­po­ mi, yakni 1) Membina dan meningkat­kan kesehatan dan kesega­ran jasmani ser­ ta memupuk ketahanan mental, disi­ plin dan sportivitas mahasiswa, 2) Membina dan mengembangkan bakat dan mi­nat mahasiswa di bidang olah­ raga serta mendorong permasalahan dan pemanduan bakat di perguruan tinggi­, 3) Meningkatkan prestasi olah­ raga mahasiswa di tingkat daerah, nasi­ onal, dan internasional, 4) Memupuk Dokumen humas FIK

kerjasama dan mengembangkan rasa kekelu­argaan antar mahasiswa Indo­ nesia dan internasional dalam rangka menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa serta perdamaian dunia, dan 5) Me­ningkatkan pembinaan olahraga melalui pendekatan ilmiah. Usai pelatikan, dilanjutkan penyerah­ an bendera Bapomi dari Ketua Umum lama Pengprov. Bapomi kepada Ketua PP Bapomi dan diserahkan kembali ke­ pada Ketua Umum Bapomi DIY terpilih, Prof. Dr. Herminarto Sofyan. Dalam kesempatan yang sama, Prabu­ kusmo menyampaikan apresiasi yang besar atas prestasi mahasiswa atlit DIY yang memperoleh 17 emas dalam Pekan Olahraga Mahasiswa (Pomnas) di Palem­ bang 2009 lalu. Dimana, 10 emasnya me­­­ ru­pakan sumbangan dari cabang olah­­ raga panahan. ratnae

Kesehatan

SENAM, BERGOYANG DAN SEMANGAT Jam masih menunjukkan pukul 07.00. Namun irama musik telah mengundan­g pegawai FIK untuk bergoyang mengiku­ ti gerakan instruktur. Senam rutin Ju­ mat pagi kali ini memang berbeda, ti­ dak hanya suasananya, tetapi tempat pe­­nyelenggaraannya juga berbeda. Se­ ja­k semester genap TA 2009/ 2010, sivi­ tas akademika FIK tidak lagi senam di lapangan FIK Timur, akan tetapi telah pindah ke Taman Olahraga Masyarakat (TOM). Pemindahan lokasi ini, guna me­ nampung peserta senam yang setiap hari semakin bertambah. Tidak hanya dari pegawai, namun tidak sedikit ma­ hasiswa yang ikut bergabung dalam se­ tiap senam pagi. Setiap gerakan mulai pemasanan, in­ ti sampai dengan pendinginana diikuti dengan seksama. Saat senam usai, tiba­ lah saat bercengkerama bersama selu­

dokumen humas fik

ruh pegawai sembari menikmati menu ala `angkringan`. Nasi bungkus lauk te­ri, bakmi, dan sambel oseng tempe, gorengan, jagung rebus, krupuk serta tak ketinggalan aneka jajan pasar dan teh panas dihidangkan.

Hhhmmmm, makan dan minum se­ makin terasa lezat, setelah senam mem­ bakar kalori tubuh. Kadang, apabila ada salah satu pegawai yang sedang mera­ yakan tasyakuran, menu-menu lebih istimewa. “Namun apapun menunya, yang utama adalah rasa guyupnya,” ka­ ta pengawai FIK. Semua menu dinikmati langsung dengan dipuluk (menyuapkan makanan langsung menggunakan tangan dan tan­ pa sendok). Ada yang mengambil tem­ pat di gazebo, beberapa tampak lese­ han di bawah pohon rindang. Sesekali waktu, pernah pejabat Rektorat juga berga­bung senam di FIK. Setelahnya juga men­dapakan suguhan serupa. “Hayo, goyang terus, tetap semangat­, dan selalu bugar...,” kata seorang dari peserta senam tersebut. ratnae

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

31


berita TPI PANTAU PELAKSANAAN UN

UJIAN NASIONAL DI DIY AMAN DAN LANCAR Tim Pemantau Independen (TPI) yang dibentuk oleh Lembaga Penjaminan Mu­ tu Pendidikan (LPMP) dengan UNY seba­ gai koordinator mulai Senin (22/3) me­ mantau jalannya ujian nasional (UN) di tiap sekolah baik tingkat SMA/MA, SMK maupun SMP/MTs. Setiap anggota TPI merupakan para dosen PTN maupun PTS yang ada di DIY. Pada hari pertama (Senin) tim bersa­ ma Rektor UNY, Dr.Rochmat Wahab, M.Pd., MA., koordinator TPI dan penga­ was UN 2010, Moch Slamet MS, meman­ tau SMA/MAN yang ada di kot­a Yog­ foto-foto: heri/PEwara Dinamika

yakarta diantaranya MAN 1 Yogyakarta, SMA 1 Yogyakarta, SMA Bobkri 1 Yogya­ karta dll. Hari kedua tim yang terdi­ri atas Ketua LPMP Yogyakarta Drs. Har­ manto, M.Si., dan anggota tim lainnya memantau sekolah di Kabupaten Ban­ tul diantaranya SMA Patria Bantul, SM­ KN 1 Bantul, MAN Wonokromo dll. Pa­ da hari ketiga tim memantau sekolah di Kab.Sleman yaitu SMA Kolombo, SMK 2 Depok, dan MAN Maguwoharjo, Sedang­ kan hari-hari berikutnya memantau di wilayah, Kab. Kulon Progo dan Kab.Gu­ nung Kidul. Menurut dari hasil pantauan di se­ ko­­lah yang dikunjungi di Kab.Bantul ti­ da­k ada masalah yang berarti. Masalah tersebut diantaranya lembar jawaban jumlahnya kurang, tapi bisa diatasi de­ ngan lembar jawaban cadangan. Dikatakan oleh salah satu panitia ujian nasional di MAN Wonokromo, Ma­ war­di, pada hari pertama listrik sempat

padam sehingga agak mencemas­kan jalannya ujian nasional tapi ternyat­a lis­ trik hidup kembali sehingga tidak meng­ ganggu jalannya ujian. Sedangkan un­ tuk distribusi soal tidak ada masalah. Begitu juga di SMKN 1 Bantul, sam­ pai hari kedua kemarin (Selasa) tidak ada masalah dalam pendistribusian soal dan tidak ditemukan penyimpanga­n dalam pelaksanaan ujian. Jadi bisa dika­ takan pelaksanaan ujian nasional di SMKN 1 Bantul berjalan lancar. Witono Nugroho

inspeksi mendadak

REKTOR UNY MENYIIDAK FIK Detik-detik menjelang pukul 07.00 pa­ gi, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., tiba-tiba muncul di FIK. Saat itu, (Selasa, 9/2), para pegawai baru saja memulai aktivitas di ruang masing-ma­ sing. Ternyata kedatangan Rektor hanya untuk melakukan inspeksi mendadak (Sidak). Sidak dimulai dari meninjau seti­ ap ruangan pegawai administrasi, ru­ angan dosen, ruang ketua/sekretaris ju­ rusan, hingga lab. komputer. Tidak lupa Rochmat menyidak kebersihan kamar mandi/WC putra/(i) yang berada di seti­ ap ruangan tersebut. Didampingi Dekan FIK, Sumaryanto, M.Kes., serta Pembantu Dekan I dan II, mantan Pembantu Rektor I UNY ini ber­ keliling ke setiap sudut ruang di FIK. Wisma Olahraga (Wismor) juga menja­ di sasaran peninjauan, di sini Rochmat

32

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

foto-foto: heri/PEwara Dinamika

sempat berdialog dengan beberapa atlit daerah, yang kebetulan sedang berada di Wismor. Demikian pula saat berada di ruang staf ahli, Rektor juga berdia­ log dengan mereka. Di parkiran motor dan kantin yang berada di ujung kampus FIK, tak luput

dari sidaknya, sesaat berhenti mem­ perhatikan penataan motor. Selanjut­ nya mengitari lapangan sepakbola, me­ ninjau stadion atletik, parkiran mobil dosen, ruang dosen senior, dan terakhir Rektor menyempatkan beberapa saat meninjau mushola FIK. Tentunya, dere­


berita tan kamar mandi di belakang mushola juga ikut di`tengok`-nya. “Ke depan semua ruangan ini akan kami optimalkan untuk Wismor, me­ nampung para atlit daerah yang menim­ ba ilmu di kampus FIK. Sedangkan ke­ giatan administrasi akan berpindah ke gedung baru, yang rencananya akan

dibangun di kampus Kuningan,“ jelas Sumaryanto. Setelah 30 menit menyidak FIK, Rek­ tor menyempatkan diri melihat koleksi penghargaan FIK, yang berada di ruang lobi utama, sambil mendengarkan ara­ han dekan. ratnae

SOSIALISASI PMW DI FIK

JADILAH WIRAUSAHA YANG HEBAT Jangan takut mencoba. Kami akan mem­ berikan hadiah untuk yang menang. Ada tiga catatan yang kami sampaikan. Jangan terjebak aspek kuantitas dan lupa kualitas. Misal, ada tiga mahasiswa yang nakal, maka jangan dipukul rata seluruh mahasiswa FIK yang berjumlah 3594 mahasiswa adalah nakal. Demikian Dekan FIK UNY, Sumaryan­ to, M.Kes., saat membuka Sosialisasi Pro­gram Mahasiswa Wirausaha (PMW 2010), bertempat di ruang sidang uta­ ma FIK UNY awal Maret lalu. Lanjutnya, Image atau citra harus dikelola secara positif. “Maka di acara ini kami sam­ paikan, pentingnya publikasi atas kar­ ya. Dengan publikasi, kaberadaan sau­ dara-saudara akan diakui,” tegasnya. Memang, PMW bertujuan 1) Mening­ katkan kecakapan dan keterampilan ma­ hasiswa khususnya sense of bussines­s se­­hing­ga akan tercipta wirausaha-wi­ra­ usaha muda potensial, 2) Menumbuh­ kembangkan wirausaha-wirausaha ba­­ru yang berpendidikan tinggi, 3) Men­­­ cip­­­takan unit baru yang berbasi­s IP­TEK, dan 4) Membangun jejaring bisni­s anta­ ra pelaku bisnis wirausaha pemul­a de­ ngan pengusaha (terutama UKM) yang sudah mapan. Kegiatan yang diikuti oleh mahasiwa­ FIK yang telah duduk pada semester IV s.d. semester VI, menghadirkan penang­ gung jawab PMW UNY, Prof Dr. Jumadi. “Jika Saudara mau mengkuti PMW, Sau­ dara hendaknya memiliki minat/bakat kewirausahaan dan/atau pengalaman berwirausaha,” tegasnya. Nantinya, lanjut Jumadi, makalah

foto-foto: dokumen humas fik

Saudara boleh individu atau kelompok yang diajukan dalam proposal sesuai dengan format yang telah ditentukan. Selain itu, Saudara sanggup mengikuti seluruh kegiatan yang diselenggarakan (diklat, magang, penyusunan bus­siness plan, pendirian usaha, pelaksan­aan us­ aha, pelaporan hasil) dan sanggup me­

ngembalikan modal kerja sesuai skema pengembalian yang telah disepakati (de­ ngan catatan saat lulus sudah lunas). Peng­usul perorangan tersedia modal kerja maksimum Rp, 5.000.000,- sedang­ kan berkelompok maksimum mempe­ roleh modal Rp. 15.000.000,- s.d. Rp. 25.000.000,-, serta belum pernah men­ dapat modal kerja dari PMW sebelum­ nya. Senada, Dr. Siswoyo, pemateri pada kegiatan tersebut juga mengajak maha­ siswa menjadi intrerpeneur yang hebat, sembari mengajak mahasiswa menye­ but yel yel Entrerpeneur-semangat­, enterpreneur-visioner, enterpreneur yes yes yes. ratnae

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

33


berita kunjungan

TIM ISO KUNJUNGI FIK Selama dua hari, FIK UNY menerima ta­ mu dari tim ISO (3-4/2). Tujuan kedatan­ gan tim adalah untuk melakukan migra­ si ISO dari versi 2000 ke 2008. Konsep ISO sendiri adalah impovemen­t, namun karena bersamaan dengan prose­s mi­ grasi maka akan di-review dengan me­ tode sampling. Dari tiga prodi yang ada akan diambil sampling sebanyak dua prodi. Nantinya untuk melihat apaka­h telah sesuai dengan standar yang ada atau belum. Namun demikian, prodi yang tidak disampling juga wajib melak­ sanakan perbaikan menyesuaikan de­

foto-foto: dokumen humas fik

ngan prodi lainnya. Tim diterima oleh jajaran Dekanat dan para dosen terdiri. Mereka adalah Togu Sihombing dan Bandul, yang pad­a hari pertama meninjau manajemen ad­ minitrasi dan kefakultasan dan pada hari kedua meninjau lebih lanjut ten­ tang dua prodi yang akan disampling. “Bukti-bukti tersebut nantinya yang akan mewakili apakah sistem masih dipelihara/ dijaga sesuai dengan stan­ dar ISO,” demikian Togu menjelaskan. Lanjutnya, akan ada 4 kategori temuan,

meliputi:1) Kesesuaian, yaitu untuk me­ lihat temuan yang mengarah pada hal positif; 2) Observasi, merupakan poten­ si ketidaksesuaian. Belum cukup buk­ ti untuk mengatakan tidak sesuai, seh­ ingga diperlukan obeservasi; 3) Minor, ketidaksesuaian dengan ada bukti; dan 4) Mayor, misalnya apa yang ditetapkan dalam prosedur berbeda dengan yang dilaksanakan di lapangan, atau mung­ kin dokumen kadaluarsa masih digu­ nakan. ratnae

Situs Uny

Website Sebagai Pertaubatan Informasi Dengan web baru ini merupakan jat­i diri baru, pertaubatan informasi yang sudah-sudah. Hari ini kita ramaikan UNY dalam gerbang organisasi yang sa­ dar informasi. diharapkan kita semua menjadi subjek untuk produk baru ini supaya jati diri kita ini tetap kita ba­ ngun bersama-sama oleh dosen, karya­ wan, maupun mahasiswa. Sekarang ti­ dak ada dosen yang tidak menghadap komputer setiap hari.Bahkan, jika ada tamu dari luar negeri biasanya muncul pernyataan bahwa mereka sebelum ber­ temu kita, sebelumnya sudah mengin­ tai kita lewat website. profil kita di baca lewat website kita siapa sih UNY itu, siapa sih YSU itu? Demikian di sampaikan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., saat

34

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

foto-foto: heri/PEwara Dinamika

meresmikan website baru UNY, Senin (29/3) di ruang sidang utama UNY. Ha­ dir pada kesenpatan tersebut jajaran pimpinan UNY, pengelola website, dan humas. Lebih lanjut dikatakan, website ini

jalan kalau dikawal oleh ahli IT di fakul­ tas masing-masing. Abstrak-abstrak skrip­si, tesis, dan disertasi segera diter­ jemahkan dalam bahasa Inggri­s sehing­ ga menjadi informasi yang bisa di akses lebih terbuka.


berita Sementara itu, kepala Pusat Kompu­ ter, Herman Dwi Surjono, Ph.D., menga­ takan dengan web baru ini informasi tentang UNY lebih mudah di akses, se­ lalu update, akurat dan menarik, sanga­t dibutuhkan oleh sivitas akademika dan masyarakat luas. Web UNY juga haru­s aman dari resiko serangan hacker. Se­ lain itu dapat meningkatkan rangking Webometrics. Di dalam website UNY ada bebera­ pa alamat lain di antaranya http://staff. uny.ac.id , http://eprints.uny.ac.id, dan http://journal.uny.ac.id. Staf Site, adalah website yang menampung seluruh staff UNY (Dosen dan karyawan), semua dat­a dasar dosen dan karyawan sudah di-up-

load di staf site, setiap staff harus haru­s melengkapi dengan data kegiatan Tri Darma PT (dikjar, penelitian, ppm) ser­ ta portofolio bagi karyawan. ”Sedangkan e-Prints adalah website yang menampung semua hasil karya dosen, karyawan, dan mahasiswa UNY.

Karya- karya tersebut bisa berupa: tulis­ an ilmiah atau populer, buku, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertai, hasi­l desain audio visual, bahan atau mate­ ri pembelajaran dll. Setiap staff telah dibuatkan acount dan setelah login da­ pat memasukkan item,” ujarnya. Herman menambahkan, e-Journal ada­­lah Website yang berupa portal pengelolaan jurnal di lingkungan UNY secara online. Pengelolaan jurnal mulai dari pengumuman, pengiriman naskah, reviewing, editing, penerimaan, layout, hingga distribusi dilakukan secara on­ line.Jurnal akan dikelola oleh masingmasing pengurus jurnal. Witono Nugroho

Mahasiswa Berprestasi FIP 2010

Perlunya Menjaring Mahasiswa Berprestasi Sejak Dini Dalam rangka memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik maupun prestasi di luar kemampuan akademik, FIP menyelenggarakan pemi­ lihan mahasiswa berprestasi. Adapun kriteria yang digunakan dalam pemi­ lihan mahasiswa berprestasi tersebut meliputi prestasi akademik, prestasi ek­ strakurikuler, kemampuan penulisan kar­ya tulis ilmiah, dan kemampuan da­ lam berbahasa Inggris. Kegiatan yang diselenggarakan pada Selasa (23/3) ini diikuti mahasiswa dari masing-masing jurusan/prodi. Acara ini dimulai pada pukul 10.00 s.d. 16.00. Adapun dewan juri dalam kegiatan ini berasal dari perwakilan dosen di ma­ sing-masing jurusan/prodi. Dalam acara pemilihan tersebut, pertama-tama para peserta dipersilahkan untuk mempre­ sentasikan hasil penulisan karya tulis ilmiah di depan para dewan juri. Kemu­ dian, setelah itu peserta dinilai kemam­ puan psikologinya dengan mengikuti sesi tes psikologi. Dan tahap terakhir para peserta diuji kemampuan dalam berbahasa Inggris. Selain berdasarkan poin ketiga tahap seleksi tersebut di atas, penilaian peser­

dokumen humas fip

ta juga berdasarkan poin akademik (IPK) dan prestasi kegiatan ekstrakurikulern­ ya. Dari hasil penjurian tersebut, ke­ mudian munculah 3 (tiga) mahasiswa terbaik dengan skor nilai penjurian ter­ tinggi. Ketiga mahasiswa tersebut yaitu Te­ guh Wiyono, mahasiswa jurusan Anali­ sis kebijakan Pendidikan), sebagai juara I Mahasiswa Berprestasi FIP 2010, de­ ngan judul karya tulis ilmiah “Optima­ li­sasi Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) melalui Self Efficiacy Training (SET) untuk Meningkatkan Kinerja Indi­ vi­du yang Dimediasi oleh Penetapan

Tu­­­juan (Goal Setting)”. Juara II diraih No­­vianto Wibowo, mahasiswa jurusan Ana­­lisis kebijakan Pendidikan, dengan judul karya tulis ilmiah “Pendidikan Al­ ter­natif Eksperimental: Sebuah Pilih­a­­ ­n Pendidikan yang Membebaskan”. Se­ dangkan, Juara III diraih Ade Putri S., mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa, dengan judul karya tulis ilmiah “Strategi Implementasi di RBM (Rehabi­ litasi Bersumberdaya Masyarakat) mela­ lui Aktivitas Workshop Basic Physiote­ raphy and Nursing bagi Difabel korban Gempa Bantul Yogyakarta”. didik kurniawan

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

35


berita Pelatihan

GURU IPS HARUS INTENSIF LAKUKAN KOLABORASI

dokumen humas fise

Hingga saat ini, pelaksanaan pembe­ lajaran terpadu dalam pelajaran IPS masih sebatas diskusi. Belum ada upaya serius para guru untuk melakukan pem­ belajaran secara terpadu. Padahal pem­ belajaran terpadu dalam IPS merupakan amanat Stándar Isi yang diamanatkan dalam Peratur­an Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006. Sulitnya melaksanakan pem­belajaran terpadu tersebut dikarena­ka­n kurang intensif­ nya para guru IPS me­lakukan kolabora­ si pembelajaran. Demikian disampaikan Tim Pengabdia­n Pada Masyarakat (PPM) FISE UNY, Supardi, M.Pd. saat memberi­ kan pelatihan pengembangan pembe­ lajaran IPS, di Ru­ang Pertemuan SMP IT Darul Hikmah Pakem Sleman Sen­ in (9/3). Pelatihan me­rupakan kerjasa­ ma PPM FISE UNY de­ngan SMP IT Darul Hikmah, dihadir­i 25 guru-guru IPS di wilayah Pakem dan sekitarnya. Pelatihan diisi dengan materi strate­ gi pembelajaran terpadu dalam IPS oleh Supardi dan pengembangan metode dan media pembelajaran IPS oleh Te­jo 36

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

Nurseto. Menurut Supardi­, perlu dilaku­ kan koordinasi intensif an­tara guruguru IPS khususnya dalam satu rayon. Koordinasi ini akan le­bih memudahkan kolaboras­i antara guru IPS, sehingga pembelajaran IPS le­bih mudah dilak­ sanakan melalu­i real teaching. “Melalui real teaching, ki­ta ti­dak hanya sekedar menjadikan pembelajaran sebagai wa­ cana, tetapi sebagai aksi,” tegas Supar­ di. Ditambah­kannya, memang para gu­ ru banyak ken­dala dalam pembelajar­an IPS, seper­ti kurangnya dukungan Dinas Pendidik­an dan Kepala Sekolah. Tapi, hal ini dapat dihadapi melalui sinergi­ tas pa­ra guru IPS. Sementara Tejo Nurseto, M.Pd. saat menyajikan pengembangan metode dan media pembelajaran IPS menegas­ kan pentingnya keberanian para gur­u un­tuk menampilkan sesuatu yang baru di depan peserta didik. Menurut Tejo, pembelajaran kita selama ini kala­h oleh tontonan televisi yang banyak tidak mendidik. Salah satunya disebabkan pa­ ra guru yang monoton dalam menga­

jar. Padahal perubahan tontona­n di la­ yar kaca mengalami perubahan setia­p waktu. Untuk itu, Tejo berpesan agar guru berusaha menjadikan kelas seba­ gai bagian yang menyenangkan dan ti­ da­k kalah dengan sinetron dan enter­ tai­nment. “Jangan kita bertampang men­­­ja­di sosok menyeramkan dan menje­ nuh­kan di depan peserta didik, tetapi tampillah dengan sosok menyenang­kan dan selalu dirindukan!” tegas Tejo. Pelatihan berlangsung dari pagi sam­ pai sore hari menghasilkan contoh sila­ bus, RPP, dan praktik pengembangan metode dan media pembelajaran. Acara ditutup Wakil Kepala SMP IT Darul Hik­ mah, Drs. Ismoyo. Dalam sambutan pe­ nutupan Ismoyo berharap program PPM FISE UNY dilakukan lebih banyak kuan­ titasnya. “Kegiatan ini sangat penting un­tuk meningkatkan kompetensi para guru, terutama guru swasta. Selama ini minim kegiatan pelatihan yang dilaku­ kan Dinas Pendidikan khususnya untuk para guru IPS,” harap Ismoyo. MR SPD


berita diskusi

IPS DAPAT MASUK DISIPLIN PENDIDIKAN KARAKTER

dokumen humas fise

Selama ini pembelajaran IPS di Indone­ sia dan berbagai negara lain masih ku­ rang menarik. Bahkan di negara-nega­ ra maju pun pembelajaran IPS masih meng­hadapi kendala luar biasa. Salah satu penyebab utamanya adalah fakto­r guru. Kemampuan guru membelajarka­n IPS secara bermakna, sehingga IPS men­ jadi mata pelajaran yang menarik dan menantang masih kurang. Pandangan tersebut disampaikan Ketua Prodi Pendi­ dikan IPS Pascasarjana UNY, Prof. Zamro­ ni, Ph.D. dalam diskusi “Menata Batan­g Tubuh IPS” di ruang pertemuan FISE UNY, yang dilaksanakan dalam rangka diskusi bulanan Prodi Pendidikan IPS FISE UNY Selama (9/3). Selain masalah guru, menurut Zam­ roni masalah lain pendidikan IPS adalah kurang tegasnya body of knowledge IPS di Indonesia. “IPS bukan merupakan se­

bagai disiplin ilmu, tetapi sebagai alat untuk how to. Untuk menjadi program S-1, sepantasnya PIPS menetapkan jati diri sebagai suatu disiplin. Salah satu alternatif adalah masuk dalam disip­ lin Pendidikan Karakter,” tegas Zamro­ ni. Masih menurut Zamroni, perlunya Prodi Pendidikan IPS menata batang tu­ buh IPS sebagai disiplin yang tegas un­ tuk pengembangan akademik. Untuk menjawab tantangan di atas, Zamroni menawarkan tiga alternatif mempersipakan langkah ke depan pena­ taan IPS. Pertama, membangun disiplin akademik sebagai core discipline. Dasar keilmuan dalam IPS harus tegas seba­gai basis keilmuan yang tidak akan hilang. Kedua, mengembangkan social efi­sensi, perguruan tinggi perlu merenca­nakan pembelajaran yang memberi pengalam­ an mahasiswa merancang pembelajar­

an IPS. Ketiga, mengembangkan pe­ran social reconstructivist, dengan mem­per­ si­apkan mahasiswa karakter yang sen­ antiasa memerangi ketidakadilan di ma­ syarakat dengan rekayasa sosial. Ketua Prodi Pendidikan IPS FISE UNY, Saliman, M.Pd. memberikan tanggapan positif atas pernyataan Zamroni. Menu­ rut Saliman, bisa saja IPS masuk dalam disiplin pendidikan karakter, tetapi ha­ rus ditata secara jelas sehingga tidak miss match dengan Prodi Pendidikan Ke­war­ganegaraan. “Inti Pendidikan IPS adalah Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga harus dibuat body yang mem­ bedakan bagaimana pendidikan karak­ ter dalam IPS dan dalam Pendidikan Ke­ warganegaraanm” tegas saliman dalam kegiatan yang diikuti seluruh dosen Prodi IPS FISE UNY. MR Supardi

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

37


berita rapat koordinasi Kemitraan 6 PT

DAMPAKNYA LUAR BIASA BAGI PENINGKATAN KUALITAS

dokumen humas fise

Rapat Koordinasi Kemitraan 6 PT kemba­ li digelar selama dua hari Sabtu-Ming­ gu (6-7 /3) di Hotel Cakra Kusuma Jl Ka­ liurang Yogkakarta dengan tuan rumah FISE UNY. Acara yang dibuka oleh Pem­ bantu Rektor III UNY, Prof. Dr. Herminar­ to Sofayan, dihadiri 6 PT Mitra yaitu oleh FIS , FE UNNES Semarang, FKIP ju­ rusan IPS UNS Surakarta, FIS UNDIKSA Singaraja, FIS dan FE UNESA Suraba­ya­, FE dan FIS UM, Selain Pimpinan Fa­kul­­ tas, Ketua Jurusan/Prodi dari 6 PT ter­ sebut, acara juga dihadiri Pengurus Pusat (BPP) HISPISI, dosen pengampu ma­t­a kuliah, dan 2 PT baru yang akan ber­ga­­bung yaitu Universitas Veteran Su­ ko­har­jo (Jurusan IPS FKIP) dan FIS UNM. Ma­ka­sar. Agenda acara selain sidang 38

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

pleno juga sidang kelompok. Kelom­pok­­ I membahas program kerja­, pendanaan, penelitian bersama. Kelompok II mem­ bahas pertukaran dosen, mata kuliah dan tinjauan kurikulum. Sedang­kan Ke­ lompok III membahas kompetensi/topik yang dipertukarkan, media pembela­ jaran dan kerangka bahan ajar. Tuan rumah, Dekan FISE UNY, Sardi­ man AM,M.Pd., dalam laporannya men­ jelaskan bahwa program kemitraan ini sudah berjalan lima tahun. Mulai dari dua PT yaitu UNY dan UNS Surakart­a sekarang berkembang menjadi 6 PT. Ber­sama dengan organisasi profesi HIS­ PISI (Himpunan Sarjana Pendidikan Il­ mu Sosial Indonesia), kegiatan kemitra­ an terus dikembangkan. Mulai dari

per­tukaran dosen, pembuatan jurnal in­ ternasional bersama, seminar, pelatih­an untuk guru-guru IPS, pembuatan bu­ku ajar dan yang masih terus diusaha­kan penelitian bersama. Lanjutnya, pertemuan kali ini keda­ tangan dua tamu yang ingin bergabun­g yaitu; Universitas Veteran Sukoharjo dan Universitas Negeri Makasar (UNM). Sar­diman berharap UNM dapat menjad­i “centre” bagi PT di wilayah Indonesia Tengah, seperti Universitas Negeri Jakar­ ta (UNJ) menjadi “centre” bagi PT di wi­­ la­­yah Indonesia Barat. Hal itu per­lu di­ lakukan untuk memudahkan koor­di­na­­si dan terwujudnya berbagai kegiata­n yang ada. Sardiman menegaskan kemitraan


berita

Lena Satlita

K i l as

dokumen humas fik

Utamakan Komitmen, Kejujuran, dan Loyalitas Selamat! Anda telah diyudiisum pada pagi hari ini. Ketahuilah, bahwa 80 persen keber­ hasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual, namun juga di­dukung oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Dari ketiga kecerdas­ an tersebut, bersikap komit, jujur, dan loya­l merupakan sesuatu yang utama. Demikian ditegaskan Dekan FIK UNY, Sumaryanto, M.Kes., saat menyambut 103 mahasiswa FIK UNY yang sedang yudisium, bertempat di ruang lantai III Kampus Kuningan FIK UNY, selasa (2/2). Mereka yang diyudisium terdiri dari 60 orang mahasiswa Prodi Pendidikan Jasmani dan Rekreasi (PJKR), 11 orang mahasiswa Prodi Ilmu Kesehatan Olahraga (IKORA), 13 orang mahasiswa Prod­i Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO), dan 19 orang mahasiswa Prodi D2 Pen­ didikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani (PGSD Penjas). Upacara yudi­ sium ini dihadiri anggota senat dan pejabat fakultas. Tiga peserta yang mendapatkan nilai terbaik, mewakili rekan-rekannya un­ tuk menerima Surat Keputusan Yudisum secara simbolis. Mereka adalah: 1) Ke­ mala Miftikaningrum (IKORA, IPK 3,47), Arif Purwandito (PJKR, IPK 3,44), dan Indah Fitoriyati (PKO, 3,46). ratnae

Sebanyak 4 Dosen FBS Naik Pangkat dan Jabatan

dokumen humas uny

ini dampaknya luar biasa. Setiap mat­a kuliah yang akan diajarkan, dirancang­, dibahas oleh sedikitnya 6 dosen peng­ am­punya. Silabus masing-masing dicer­ mati bersama sehingga menghasilkan silabus yang lebih baik, media pembe­ lajaran dirancang yang paling tepat. Buku ajar pun disiapkan. Sampai saat ini, sudah 4 buku ajar bersama yang di­ hasilkan dan digunakan untuk kuliah di 6 PT tersebut, ujar Sardiman. Untuk pertemuan kali ini, Sardiman meminta semua dosen memasukkan perspektif karakter dan budaya pada semua ma­ ta kuliah yang ada. Perspektif ini tidak bisa ditunda lagi karena realitas menun­ jukkan nilai-nilai kebangsaan, nilai-ni­ lai moral semakin merosot. Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Hermi­ narto Sofyan, dalam sambutan pembu­ kaan mengatakan saat ini program ke­ mi­­traan sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan bersama. Karena bagaiman­a mungkin kita meningkatkan kualitas sesuai tuntutan zaman kalau kita hany­a sendiri atau menutup diri. Kemitraan bi­ sa menjadi forum tukar menukar infor­ masi, sharing, untuk meningkatkan ku­ a­litas dosen, kualitas pembelajaran, se­kaligus peningkatan kualitas institus­i dan kualitas pendidikan. Herminarto sangat mengapresias­i apa yang sudah dilakukan oleh Kemi­ tra­an 6 PT dan HISPSI selama ini. Do­sen saat ini dituntut untuk membuat Eva­ luas­i Kinerja Dosen, dengan berbaga­i kegiatan yang sudah dilakukan dalam kemitraan akan mempermudah dosen dalam memenuhi tuntutan untuk me­ ningkatkan kualitas dirinya, ujar Her­ minarto. PR III, yang juga dosen Fakultas Te­ knik UNY juga berpesan agar hasil-has­ il kemitraan dapat disosialisasikan ke se­kolah-sekolah. Para guru, harus ter­ us dipacu lewat seminar dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas dirinya. Demikian juga guru-guru yang sudah disertifikasi perlu terus dibina karena sertifikasi guru belum signifikan mem­ bawa perubahan pada kualitas profesi­ onal guru, tandasnya.

Akhirnya setelah bergelut dengan berkas-ber­ kas selama kurang lebih sete­ngah bulan, Tim Pemberkas Fakultas mengusulkan 4 dosen Fakul­ tas Bahasa dan Seni (FBS), yang memenuhi syarat untuk naik jabatan dan pangkat. Tepa­t Rabu (3/3); pukul 09.00, keempat dosen tersebut diundang oleh Senat Fakultas dalam sebuah rapat yang dipimpin langsung Ketua Senat FBS/Dekan FBS UNY, Prof.Dr. Zamzani, M.Pd. Rapat ini juga diha­ dir Sekretaris Senat Fakul-tas, Dr. Pratomo Wido­ do dan 29 anggota Senat Fakultas, bertempat di Gedun­g PLA lantai 2. Hasil rapat senat memutuskan keempat dosen tersebut telah memenuhi syarat untuk diusulkan naik jabatan dan pangkatnya. Selesai rapat senat, bagia­n kepegawaian langsung membuat pengantar untuk diusulkan kenaikan jabat­ an dan pangkat dosen tersebut ke Rektor UNY. Adapun keempat dosen tersebut, 1) Drs. Marwanto, M.Hum., naik jabatan ke Lektor Kepala (400) dengan pangkat Penata Tk.I. /III/d; 2) Dr. Maman Surya­ man, M.Pd., naik jabatan ke Lektor (300) dan pangkat Penata/III/d; 3) Andy Bayu Nugroho,S.Pd., naik jabatan ke Asisten Ahli (150) dengan pangkat Penata Mu­ da Tk.I/III/b; dan 4) Ismadi,S.Pd., naik jabatan ke Asisten Ahli (100). Dekan FBS, Prof. Dr. Zamzani, berharap dengan kenaikan jabatan dan pang­ kat, keempat dosen tersebu­t dapat meningkatkan semangat kerja, mening­ katkan kualitas penelitian, meningkatkan kemampuan pengajar secara pro­ fesional, dan pengabdiannya kepada masyarakat, teru­tama pada masyarakat FBS UNY. Kartika Dewi P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

39


opini ANAK DALAM ANCAMAN KEKERASAN O l e h H e ndra S u g i a ntoro Kasus kekerasan terhadap anak sering kali muncul ke permukaan. Entah mengapa, kita sering menyaksikan berita adanya orang tua yang tega berlaku kasar dan melukai fisik anak. Anak yang semestinya mendapatkan pengasuh­ an dan kasih sayang orang tua, ternyata be­ lum menemukannya secara maksimal dalam lingkungan keluarganya. Tak hanya kekerasan fisik, anak juga sering mendapatkan kekeras­ an psikis, kekerasan verbal, bahkan kekeras­ an seksual. Munculnya kekerasan terhadap anak yang dilakukan orang tua tentu menjadi keprihatin­ an tersendiri. Anak yang masih dalam tahap tumbuh-kembang justru tidak mendapatkan iklim yang kondusif dari lingkungan terdekat­ nya. Keluarga sebagai lingkungan yang terde­kat dengan anak justru menciptakan suasana yang tidak nyaman. Orang tua sering tidak terkontrol emosinya, sehingga begitu mudah­nya memukul atau menampar anak. Kekerasan verbal dengan cara membentak anak pun banyak dilakukan orang tua. Tidak hanya dengan membentak dan memaki, tetapi juga dengan pernyataan-pern­ yataan yang merendahkan anak. Ketika orang tua mendapati anaknya bernilai buruk di seko­ lah misalnya, ungkapan ’anak bodoh’ sering ka­li muncul. Ungkapan seperti anak bodoh, anak malas, dan semacamnya, meskipun terli­ hat sepele, tanpa disadari justru berefek kurang baik bagi psikologis sang anak. Sikap abai orang tua dalam memelihara dan mengasuh anaknya juga merupakan bagia­n da­ri kekerasan tersendiri. Ada kalanya anak membu­

Ungkapan seperti anak bodoh, anak malas, dan semacamnya, meskipun terlihat sepele, tanpa disadari justru berefek kurang baik bagi psikologis sang anak. 40

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

tuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, tetapi orang tua terlalu sibuk, sehing­ga kurang perhatian terhadap anak. Tak berhen­ti pada kekerasan fisik, psikis, dan verbal, anak ju­ ga sering mendapatkan perlakuan tak senonoh. Kekerasan seksual terhadap anak biasanya di­ lakukan orang-orang terdekat. Sebut saja, ayah tega memperkosa anaknya, kakek tega menca­ buli anak yang masih polos, dan seterusnya. Kekerasan seksual terhadap anak tidak hany­a dilakukan orang terdekat, pun oleh orang la­in yang tidak dikenal, sebagaimana banyak kita saksikan dalam pemberitaan berbagai media tentang kasus kekerasan seksual. Belum lagi, ketika kita membicarakan perdagangan anak dan anak di bawah umur yang sudah dipeker­ jakan. Di perempatan jalan misalnya, kita me­ nyaksikan anak-anak meminta-minta ataupun melakukan pekerjaan yang selayaknya tidak di­ lakukannya. Kasus kekerasan terhadap anak tentu saja bukan hanya catatan hitam para orang tua. Pemerintah, masyarakat, dan industri pers jug­a ikut menciptakan kekerasan terhadap anak. Kekerasan yang bisa disebut, misalnya sulitn­ ya akses kebutuhan pangan masyarakat yang se­ring menyebabkan anak menderita busung lapar dan gizi buruk. Kemiskinan penduduk menjadi penyebab hak-hak dasar anak untuk tumbuh-kembang kurang terpenuhi secara la­ yak. Hak anak untuk mendapatkan pendidikan bermutu juga sering terhambat oleh persoalan biaya sekolah yang tidak proporsional dengan tingkat pendapatan ekonomi orang tua. Kekerasan terhadap anak lainnya yang bisa diungkap adalah kurangnya perlindungan anak terhadap bahaya rokok. Tidak hanya orang tua yang merokok, orang dewasa yang merokok di sekitar anak, juga memberikan contoh perilaku merokok pada anak. Anak yang terkena asap rokok atau yang berani merokok karena men­ contoh orang dewasa, pasti akan berdampak pada kesehatannya. Begitu juga dengan keberadaan industri pers yang sering tidak ramah terhadap anak. Ta­yang­an kekerasan dan kurang mengedepan­ kan moralitas di televisi, tentu membahayaka­n tumbuh-kembang anak. Berdasarkan studi psiko­


opini

istimewa

logi, tayangan kekerasan mudah merasu­k pada perilaku anak. Anak yang semestinya mendap­ atkan tayangan edukatif bagi tumbuh-kembang mereka, justru tercemari oleh tayangan-tayang­ an televisi yang tidak ramah kepada anak. Hal lain yang layak dikemukakan adalah ki­ an terasingnya lagu-lagu yang sesuai dengan perkembangan dan usia anak. Akibat gencar­ nya tayangan televisi, kini anak begitu mudah­ nya menyanyikan lagu-lagu dewasa. Padahal, sebenarnya itu tidak tepat dinyanyikan oleh anak-anak. Di lingkungan sekolah anak juga sering ti­ dak terlepas dari kekerasan, baik dilakukan oleh oknum guru maupun sesama siswa. Perilaku kekerasan guru terhadap siswanya beberapa kali mencuat di permukaan. Juga, tindakan ke­ kerasan pelajar (bullying), anak yang lemah se­ lalu menjadi korban dari anak yang kuat dan sok arogan. Dapat disimpulkan bahwa kekerasan terha­ dap anak belumlah reda dalam kehidupan kelu­ arga dan masyarakat pada dewasa ini. Anak se­ bagai generasi masa depan masih belum hidup secara aman dan mendapatkan kasih sayang sebagaimana seharusnya. Ancaman kekerasan terhadap anak masih terjadi di mana-mana. Belum lagi jika kita berbicara tentang per­ kem­bangan teknologi informasi yang selain me­ mi­liki sisi positif, juga mengandung sisi nega­ tif bagi kehidupan anak. Walau kondisi belum

ramah terhadap tumbuh-kembang anak, berba­ gai upaya tentu saja perlu dilakukan menging­ at anak-anak yang hidup di zaman kini adalah masa depan masyarakat, bangsa, dan negara kita. Wajah kekerasan terhadap anak akan berdam­ pak pada kehidupan anak di kelak kemudian hari. Jika saat ini anak hidup dalam ancaman kekerasan, ada beragam dampak yang bisa mun­ cul dalam kehidupan masyarakat, bangsa­, dan negara di masa mendatang. Pertama, anak akan mewarisi kekerasan dalam kehidupannya ke­lak. Kedua, lahirnya generasi masa depan yang pe­ nuh depresi dan perasaan trauma akibat kek­ erasan yang didapatkan sejak kecil. Ketiga, kurang berdayanya potensi generasi masa de­ pan dalam menghadapi dinamika dan tantang­ an zaman. Akhirnya, pertanyaannya adalah siapa yang bertanggung jawab menciptakan kondisi kehi­ dupan yang ramah terhadap anak. Siapa pun harus bertanggung jawab. Orang tua, masyara­ kat, sekolah, pemerintah, maupun pihak-pihak lain yang menyadari bahwa anak-anak masa ki­ ni adalah wajah masyarakat, bangsa, dan ne­ gara di masa depan harus bertanggung jawab. Wallahu a’lam.

Hendra Sugiantoro aktivis Transform Institute pada UNY

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

41


opini MENULIS, KUNCI RAIH EMOTIONAL, SPIRITUAL, DAN INTELECTUAL QUOTIENT O l e h H aris Abiz a r ‘Menulis adalah seni memahat kata-kata’, demikian sebagian penulis mengatakan, walau­ pun sebenarnya bukan hanya memahat, tetapi mencipta nilai, dan ini yang penting. Menuli­s adalah mencipta kenyataan atas kenyataan yang tersembunyi, yakni menumbuhkan kebe­ raniaan untuk mengarungi hidup. Itulah inti hidup-berani. Ada sebuah pernyataan menarik ditulis oleh ‘Si Burung Merak’ WS Rendra, “Kesa­ daran adalah matahari, kesadaran adalah bumi, keberanian adalah cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.” Dengan demiki­ an, keberanian hidup adalah mematahkan ken­ yataan yang terkadang tidak menyenangkan. Menulis-keberanian untuk menaklukan ke­ malasan dalam melahirkan karya-karya besar yang bermakna dalam hidup, sebenarnya inti ibadah dalam ruang privat penulis-berani un­ tuk membuat perubahan dengan tulisan. Me­ mang begitulah seharusnya para penulis itu, berjuang di medan tulisan. Tulisan yang pe­ nuh makna mampu memadukan kecerdasan emo­sional, spiritual, dan intelektual yang bisa menggugah dan mengubah kehidupan menjad­i lebih baik. Kecerdasan emosional, spiritual, dan intele­ ktual adalah tiga sumber untuk mencapai keba­ hagian hidup. Perpaduan yang sinergis dari tiga kecerdasan tersebut tercantum dalam khasanah keilmuan. Kaitannya dengan menulis, ecerdas­ an emosional sebagai cermin dari relasi hubun­ gan antarmanusia. Tulisan akan bermakna bagi orang lain, apabila bahasanya santun, penuh dengan untaian mutiara hikmah, dan mereduk­

Kesadaran adalah matahari, kesadaran adalah bumi, keberanian adalah cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. 42

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

si kata-kata yang kurang berguna, seperti um­ umnya diluapkan lewat pedasnya lidah. Tulisan dalam kecerdasan spiritual sebagai bentuk per­ enungan merupakan sebuah pemaknaan dari arti kehidupan. Tulisan juga sebagai bentuk peng­abdian, pengabdian bagian dari ibadah. Kecerdasan emosional dan spiritual dilengka­ pi dengan kecerdasan intelektual. IQ sebagai bukti akademik adalah tulisan. Kata akan habis dikenang, tulisan akan selamanya dirasakan. Tulisan sebagai sumber-sumber yang relevan dan memberikan informasi yang sangat dibu­ tuhkan bagi seorang akademisi dan masyarakat umum. Oleh karena itu, perpaduan tiga sumber kecerdasan harus dioptimalkan untu­k mengem­ bangkan jiwa menulis. Tiga sumber kecerdasa­n yang ditulis dengan bahasa yang begitu indah dan kaya makna akan selalu dikenang oleh orang lain dan memberikan inspirasi bagi orang lain untuk gemar menulis. Mewujudkan Masyarakat Cerdas Menulis a. EQ (Emotional Quotient) EQ merupakan kecerdasan yang paling dominan mempengaruhi dalam meraih kesu­ ksesan hidup daripada SQ dan IQ. Inti dari EQ adalah manusia harus punya kekuatan batin dan hati dalam rangka mengelola emosi dan membangun relasi positif. Menurut Goleman “Kecerdasan emosional adalah kemampuan ses­ eorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan kes­ adaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial”. Kaitannya dengan menulis adalah pandan­ gan untuk bersikap saling memberi dan keter­ bukaan dengan sesama. Sikap saling sebagai wujud dari rasa simpati dan empati penulis un­ tuk berbagi ilmu dengan masyarakat. Tulisan yang memberikan kajian-kajian yang relevan dan positif bisa menambah pengetahuan pem­ baca. Penulis dan pembaca bisa saling memoti­ vasi diri dan mengendalikan emosi. Introspeksi diri menjadi lebih baik, sehingga menulis bisa membangun karakter manusia dalam menum­


opini

b. SQ (Spiritual Quotient) SQ memberikan pemahaman bagi manusi­a untuk mampu memaknai apa yang dikerjakan dan dihasilkan. Dengan demikian, akan terwu­ jud sebuah empati yang beralas pada titik priba­ di manusia sebagai ciptaan Tuhan. Inilah yang dikenal dengan nama God Spot. Taufik Pasiak menuliskan, “Luar biasa, bagi yang bersih hat­ inya, titik Tuhan ini akan kelihatan bersinar”. Menulis erat hubungannya dengan agama. Sebagai makhluk Tuhan yang paling sempur­ na, peran agama adalah benteng utama bagi tulisan yang dibuat. Menulis hendaknya juju­r dan tidak menimbulkan hal-hal yang kontrover­ si. Agama tetap menjadi counter dalam mem­ buat tulisan. Dengan kehebatan daya pikir yang diberikan oleh Tuhan, penulis diharapkan mem­ berikan tulisan yang kaya makna dan mencer­ daskan masyarakat. Jadi, menulis tidak men­ jadi alat perusak tetapi menjadi rahmat bagi manusia. c. IQ (Intelectual Quotient) Daya pikir manusia yang sempurna diberikan Tuhan memunculkan ide pikiran dalam bertin­ dak. Ide-ide yang timbul harus diaplikasikan ke hal-hal yang positif. Ide sangat penting untuk membuat tulisan yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Ide-ide brilian yang dicurahkan dalam lantunan kalimat-kalimat bisa menggu­ gah dan mengubah pola pikir manusia menja­ di lebih baik. Informasi-informasi yang aktua­l dan konstruktif sangat membantu pembaca un­ tuk memahami isi tulisan. Tulisan-tulisan yang penuh makna membu­ tuhkan daya pikir yang sehat dan cerdas. Otak yang selalu mengonsumsi hal-hal positif memu­

kalam/pewara

buhkan jiwa keterbukaan. Keterbukaan dalam menulis harus linier de­ ngan perkembangan ilmu pengehuan. Rangkai­ an kalimat yang ditulis sesuai apa adanya de­­ngan fakta yang sesungguhnya disertai dat­ada­ta yang relevan. Data-data tersebut memberi­ kan kebenaran dan solusi dari permasalahan yang ditulis. Menulis tidak menggunakan hawa nafsunya untuk memberikan data-data yang salah atau informasi yang mengundang isu-isu yang bisa mengadu-domba antarmasyarakat. Sikap kritis untuk berbagi dan keterbukaan dalam menyajikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat menjadi ciri khas dalam menulis guna menumbuhkan kecerdasan emosional.

istimewa

dahkan penulis mencari ilmu yang menghasil­ kan ide-ide brilian. Dalam kaitan IQ, dengan itu akan tercipta tulisan yang bernilai edukat­ if. Budaya mencipta inilah yang masih asing di telinga kita. Itu dikarenakan masyarakat ha­nya menerima dan bukan membuat. Maka, ba­nyak membaca akan menumbuhkan jiwa penulis yang kreatif dan bermakna bagi masyarakat. Penutup Menulis dengan benar dan bermakna men­ jadi syarat utama upaya mewujudkan masyara­ kat cerdas menulis. Sebaliknya, menulis yang tidak benar dan tidak bermakna, justru bisa menimbulkan pemahaman yang salah terha­ dap ilmu yang dibaca. Bahkan, bisa menimbul­ kan perselisihan akibat tulisan itu. IQ adalah penunjang utama yang mengger­ akkan keberhasilan manusia, termasuk dalam daya cipta menulis. Dengan bangunan yang kuat dari EQ menulis akan menumbuhkan ra­ sa saling memberi dan keterbukaan antarsesa­ ma. IQ membantu penulis menemukan ide-ide brilian.

Haris Abizar mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UNY

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

43


resensi media

Sejuta Fantasi Ada di Percy O l e h Lin a Nur H idayati , M . M . Film ini bermula ketika Poseidon (Dewa Laut) tiba-tiba muncul dari air dengan ukuran yang jauh lebih besar daripada ukuran manusia normal untuk mene­ mui Zeus (Dewa Pemimpin) yang kehi­ langan tongkat petirnya. Zeus menu­ duh anak Poseidon (Percy Jackson) yang mengambil pedang tersebut. Kemara­ han Zeus semakin menjadi-jadi ketika Poseidon menyangkal hal itu. Zeus ke­ mudian memberikan waktu selama 10 hari untuk mengembalikan pedang pe­ tirnya. Apabila dalam waktu tersebu­t tongkat petir tidak kembali kepada Ze­ us, akan terjadi perang besar di anta­ra para dewa. Tokoh utama dalam film ini adalah Percy Jackson, yang digambarkan seba­ gai seorang remaja SMA, yang mengi­ ra dirinya menderita disleksia. Dia ju­ ga tidak mengetahui bahwa dirinya merupakan keturunan dewa, sedang­ kan ibunya, Sally Jackson hanyalah ma­ nu­sia biasa. Meskipun keturunan dewa, Percy memiliki penampilan seperti ma­ nu­sia pada umumnya. Namun, sebaga­i keturunan dewa, Percy memiliki kemam­ puan untuk bertahan hidup di dalam air dan dapat membaca tulisan Yunan­i Kuno. Petualangan seru dalam film ini di­ mulai ketika Percy dan dua sahabatnya, Annabel (Anak dari Athena) dan Grove­r (Seorang Satyr atau manusia setengah kambing), pergi ke Olympus untuk me­ nemui Zeus dan membuktikan bahwa bukan dirinya yang mencuri tongkat pe­ tir itu. Dalam perjalanan itu Percy ha­rus mencari tiga permata dan pergi ke dun­ ia bawah (underworld) yang me­ru­pakan kunci untuk masuk ke Olym­pu­s­. Untuk mendapatkan permata itu, ter­nyata ti­ dak semudah yang dibayangkan­. Pertama, Percy harus berhadapan dengan Medusa (manusia berkepala ular), yang apabila menatap dengan matanya, sia­ pa pun akan menjadi batu. Kedua, Per­ 44

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

Percy Jackson and The Lightning Thief Chris Columbus ������������������������ • Action, Adventure dan Fantasy

cy harus mengambil permata yang ter­ letak di tengah mahkota Athena yang ukurannya menyerupai ukuran dewa pada umumnya. Ketiga, Percy dan ka­ wan-kawan harus mencari permata ter­ akhir di sebuah klub malam di kot­a Las Vegas. Film yang diilhami oleh novel Rick Ri­ ordan ini mampu menyuguhkan cerita yang sangat menarik dengan memperk­ enalkan nama-nama tokoh mitos Yuna­ ni Kuno, seperti Zeus, Poseidon, Hades, Athena, Centaur, Kronos, dan seterusn­ ya. Selain penggambaran tokoh dewa Yunani yang memang klasik dan elegan, film ini juga menampilkan efek gambar yang sangat apik. Seperti, tokoh Hades yang digambarkan sebagai naga raksa­ sa tiba-tiba muncul dari api, serta Per­ cy Jackson memanfaatkan kekuatan ai­r untuk melawan Luke (anak Dewa Hermes).

Kelebihan ketiga dari film yang disu­ tradarai oleh Chris Columbus ini adalah tokoh utama pemeran Percy Jackson (Lo­gan Lerman), Annabel (Alexandra Dad­dario), dan Grover yang diper­ ankan oleh Bran­don T. Jackson mampu mengimbangi permainan aktor senior sekelas Pier­ce Brosnan yang berperan sebagai Centaur maupun Uma Thur­ man (Medusa). Kelebihan lain dari film ini adalah setting cerita masa lampau namun diadap­­tasi seperti masa seka­ rang. Setting tempat di night club, Empire State Building, maupun peralatan yang digunakan oleh para tokohnya se­ layaknya peralatan zaman sekarang. Tak ayal lagi handphone, laptop, playstation, maupun mobil keluar­an terbaru di­ tam­pilkan dalam film yang berduras­i 120 menit ini. Tentunya, efek gambar yang juga menakjubkan menambah se­ ru petualangan Percy Jackson menuju Olympus. Mungkin kita bisa membandingkan­ nya dengan film sejenis yang juga di­ su­tradarai oleh Chris Colombus, yaitu film Harry Potter. Dari segi jenis cerita, kedua film ini sama-sama merupakan film fantasi. Setidaknya, ada hal pen­ ting yang akan diperoleh dari menon­ ton film ini, yaitu kesenangan (hiburan) dan kesempatan untuk belajar sejarah Yunani Kuno. Anda tidak perlu bersu­ sah-payah membuka buku sejarah Yuna­ ni Kuno dan menghafalkan nama-nama dewa beserta artinya. Cukup menikma­ ti cerita di film ini, maka secara otoma­ tis jalan cerita beserta nama tokohnya akan langsung terekam di otak Anda. Lantas, siapakah yang ternyata men­ curi tongkat petir Zeus? Dan, apa motif di balik kejadian tersebut? Ingin tahu jawabannya? Nonton sendiri donk!

Lina Nur Hidayati M.M. Dosen FISE UNY / Kadiv Promosi UNY


bina rohani Dia Datang Bersama Rembulan O l e h M uha mma d Luthfi Hidayat “Hai Orang-orang yang beriman, diwa­ jibkan atas kamu berpuasa sebagimana telah diwajibkan atas orang-orang se­ belum kamu. Supaya kamu bertaqwa.” (Al Baqarah:183). Ayat ini sungguh populer di bulan Ramadhan, dan memang hikmah yang terkandung dari setiap detil katany­a sangat dalam. Puasa sudah disyariat­ kan semenjak dahulu kala, meskipun sya­ri­atnya berbeda. Allah menyebutkan dalam ayat tersebut “Hai orang-orang yang beriman”, bukan “Hai manusia­” (Yaa ayyuhannasi). Puasa Ramdhan ada­ lah puasa khusus orang-orang yang ber­ iman, dan Allah memberikan penekanan atas orang-orang yang berim­an saja agar semakin meningkatkan derajat­ nya menjadi orang yang bertakwa La’allakum tattaquun. Puasa atau shaum adalah menahan makan, minum, dan bersenggama dari terbit fajar hingga terbenamnya mata­ hari. Makan dan bersanggama adalah titik-titik kenikmatan yang dianuge­ rahkan Allah kepada manusia. Sebalik­ nya, keduanya pula yang menjadi sum­ber kehancuran manusia. Karena ‘ma­kan’, Adam dan Hawa diusir dari sur­ga ke bumi. Di Luar Tembok Mihrab (:Tempat Imam di Mas­jid) Ramadhan selalu hadir dengan sema­ ngat kebaikan yang besar. Pintu surga atau peluang kebaikan telah dibuka se­ lebar-lebarnya. Pintu nerak­a (melam­ bangkan kemaksiatan) telah ditutu­p ra­pat. Kedua perlambang tersebut hen­ daknya dapat memacu kita untuk sema­ kin menambah frekuensi dan kualitas ibadah dan amalan. Bayangkan, satu rakaat shalat sunnah pahalanya diseja­ jarkan dengan rakaat shalat fardhu, apalagi setiap amalan kecil dilipatgan­ dakan dengan pahala yang kita tidak pernah tahu banyaknya. Dengan semakin menghitung dan

istimewa

me­ngoreksi kekurangan diri, kita dapa­t membuat acuan tentang langkah-lang­ kah ke depan untuk perbaikan masyara­ kat. Karena Ramadhan bukan ajang un­ tuk meninggikan ego saja, bukan untuk menjadi ‘orang suci’ sendirian di ten­ gah masyarakat yang kering dari kei­ manan. Ramadhan adalah bulan un­ tuk peduli. Hamba Cemas, Belum Tentu di Tahun Depan Setiap habis Ramadhan, hamba ce­ mas kalau tak sampai umur hamba di tahun depan, berilah hamba kesempa­ tan… Lirik lagu Bimbo yang melukiskan betapa seorang yang telah benar-benar merasakan nikmat dan barakah Allah di bulan Ramadhan, niscaya berat hatinya untuk ditinggalkan oleh Ramadhan dan muncul kecemasan di hatinya, akankah umur yang tersisa bisa menjumpainya di tahun depan. “Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga… (HR Bukhari–Muslim). Beberapa indikasi orang-orang yang seng­sara di bulan Ramadhan sebagai berikut.

Pertama, sebelum Ramadhan datang­, ia kurang optimal melakukan “pema­ nasan”, seperti kurangnya ilmu tentang ibadah maupun Ramadhan, serta malas­ nya mengerjakan amalan-amalan su­ nah. Sambutan kepada Rama­dhan laikn­ ya sebuah beban dan musibah­, karena dia seolah dipaksa untuk menghen­tikan aktivitas destruktifnya. Yang mempri­ hatinkan lagi, bulan Sya’ban yang seha­ rusnya menjadi bulan persiapan, malah dijadikan ajang pelampiasan maksiat. Kedua, berpuasa tidak menghalang­ inya untuk tetap berbuat maksiat. Bagaimana seseorang yang berpuasa­, namun tetap saja ia dusta, mem­fitnah, dsb, bahkan matanya tidak bis­a dijaga dari melihat hal-hal yang haram­. Ketiga, malam-malam Ramadhan tak ada bedanya dengan malam-malam lain­ nya. Orang yang gagal adalah orang yang tidak meningkatkan dirinya di bu­ lan mulia ini, menghidupkan malammalam Ramadhan dengan ibadah. Keempat, saat–saat berbuka dijadi­ kan saat balas dendam dengan melaha­p banyak makanan untuk memenuhi lam­ bungnya. Nilai puasa bukan hanya dari menahan makan-minum saja. Lebih da­ ri itu, unsur pendidikan puasa adalah latihan pengendalian nafsu dan sarana memperbesar kepekaan sosial. Kelima, ketika idul fitri tidak mem­ berikan bekas fitrah di hati. Menjelang Idul Fitri memperbagus lahiriah tanp­a peduli peningkatan ibadah. Menjelan­g perpisahan dengan Ramadhan, Ya Allah, jadikanlah hamba seorang alumni teladan Ramadhan. Yaitu orangorang yang Engkau karuniai kemuliaan dan ketaqwaan. Semoga kebahagiaan tertinggi berupa pertemuan langsung dengan–Mu di surga, kelak dapat ham­ ba raih. Amin.

Muhammad Luthfi Hidayat mahasiswa Pendidikan Biologi UNY

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

45


cerpen

Menolong Kakek O l e h ika fe ni s etiya nin grum Pagi ini cerah. Burung-burung berkicau. Terdengar suara­nya merdu sekali. Langit juga biru. Indah sekali. Setelah mandi, Rizal bersiap-siap untuk berangkat ke seko­ lah. Ia siapkan buku-buku pelajaran sesuai jadwal yang ada, lalu sarapan pagi. “Bu, Rizal sudah selesai siap-siap ni. Sekarang Rizal mau makan,” ucap Rizal yang masih duduk di bangku kelas 2 Se­ kolah Dasar. “Wah, anak Ibu hebat. Itu nasinya sudah Ibu siapin,” ja­ wab Ibu dengan sunggingan senyumnya. “Lauknya apa, Bu?” “Ya, biasa, Nak. Tempe goreng sama sayur sop.” “Yah, tempe lagi, tempe lagi, kapan lauknya pakai ayam goreng, Bu?” “Kan kata Bu guru, lauk tempe itu banyak gizinya. Ya su­ dah dimakan dulu, besok kalau ada rejeki Ibu beliin deh,” ja­ wab ibunya dengan bijak. Rizal mengambil piring berisi nasi yang sudah disiapkan oleh ibunya. Ia mengambil satu tempe goreng dan sayur sedikit. Rizal terlihat tidak bersemangat untuk makan. Ibu­ nya melihat itu. Ibu itu mendekati Rizal dan duduk di sam­ pingnya. “Nak, bersyukur ya kita masih bisa makan. Coba lihat anakanak jalanan di luar sana. Sudah nggak bisa sekolah karen­a tidak punya uang, terus sehari saja belum tentu mereka ma­ kan. Kalau mereka mau makan, mereka harus nyari uang du­ lu. Coba deh, sekarang bandingkan dengan Rizal. Rizal bisa makan, bisa sekolah, dapat uang saku. Yah, walaupun uang sakunya nggak banyak juga. Bener ‘kan?” “O, gitu ya. Bu, anak jalanan itu punya ayah dan ibu nggak?­” “Ya macem-macem. Ada yang masih punya ayah dan ibu. Ada juga yang sudah nggak punya ayah atau ibu.” “Terus, mereka tinggalnya di mana, Bu?” “Biasanya sih di kolong jembatan, Nak. Kadang juga ting­ gal di rumah-rumah kardus.” “Maksudnya rumah kardus, Bu?” “Maksudnya, rumah yang dibuat dari kardus.” “Kasihan mereka ya.” “He-em, kasihan. Nah, makanya Rizal harus bersyukur masih bisa sekolah, bisa makan, punya ayah dan ibu, masih dapat uang saku pula.” “Betul, betul, betul,” jawab Rizal. “Makanya, nanti kalau kamu ketemu sama anak-anak ja­lan­ an atau pengemis itu, alangkah mulianya kalau Rizal mau ber­ 46

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

bagi dengan mereka. Pengemis juga perlu ditolong, Nak.” “Iya, Bu. Ibu guru juga sudah mengatakan, kalau ada pe­ ngemis alangkah baiknya kita membantunya dan mau ber­ bagi.” “Wah, anak Ibu memang cerdas ya.” “Iya dong, Bu.” “Ya sudah, buruan makannya dihabisin. Habis itu, Ibu antar Rizal ke sekolah.” Setelah Rizal selesai makan, Ibu langsung bergegas men­ gambil sepeda onthel-nya untuk mengantar Rizal ke seko­ lah. *** Bel tanda sekolah usai pun berbunyi. Rizal dan kawan-ka­ wan keluar kelas. Rizal dan Andi sudah janjian untuk pulang sama-sama. Kebetulan rumah mereka bersebelahan. “Andi, Ibu Guru tadi bilang kalau kita menolong orang dapat pahala kan?” “Iya, Zal.” “Berarti, kalau kita dapat pahala, kita bisa masuk surga dong.” “Iya, Zal.” “Wah, Rizal pingin menolong orang ni biar dapat ma­suk surga.” “Iya, ya, pasti enak kalau masuk surga, Zal.” Tak lama kemudian Rizal melihat kakek-kakek di pinggir jalan. Sepertinya kakek itu sedang membutuhkan pertolong­ an. Rizal dan Andi bergegas menghampiri kakek itu. “Kek, kakek kenapa?” Kakek itu menyahut, ”Cu, dari kemarin kakek belum ma­ kan. Tak ada uang untuk membeli nasi. Kakek juga sudah ti­dak punya rumah dan sanak saudara. Kasihanilah kakek ini, Cu.” Rizal merogoh uang yang ada di sakunya. Uang 1000 ru­ piah pemberian ibunya tadi pagi. “Kek, ini ada uang dari Rizal. Tapi, hanya 1000 rupiah.” “Wah, makasih ya, Cu. Cucu memang anak yang baik. Se­ moga jadi anak yang pintar.” “Amin,” sahut Rizal dan Andi. Tanpa disangka, Andi pun memberikan uang yang masih ia punya. “Kek, maaf ya, hanya ada 500 rupiah. Ini buat kakek. Se­ moga cukup buat beli nasi.” “Wah, terima kasih ya, Cu. Kalian berdua memang anak yang baik. Semoga besok kalian berdua masuk surga.” ”Amin,” serempak Rizal dan Andi.


cerpen

istimewa

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan pulang ke ru­ mah masing-masing. “Wah, tadi kita didoain masuk surga ya, Ndi.” “Iya, senang ya bisa masuk surga.” Sesampainya di rumah, Rizal menceritakan kejadian yang baru dialaminya itu kepada ibunya. “Wah, anak Ibu memang anak yang baik dan cerdas,” pu­ ji Ibu berseri-seri. “Siapa dulu dong, Rizal!”

“Eit ... ingat. Jadi anak tidak boleh som .…” “...bong,” timpal Rizal sambil tertawa. Hari ini Rizal sudah berbuat kebaikan, yakni menolong seorang kakek yang sedang dalam kesusahan. Rizal merasa senang sekali karena bisa menolong orang lain.

IKA FENI SETIYANINGRUM mahasiswa UNY, bergiat di Pena Profetik UNY

P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010

47


puisi•geguritan•tembang Sajak Ani Zr Ibu sosokmu begitu anggun di mataku semangatmu masih menggebu merasuk jiwa sanubariku waktumu kau korbankan demi anak-anakmu hingga tak terhitung lagi berapa jam dalam sehari Ibu, kehadiranmu menyejukkan hati hari-harì kulalui begitu membahagiakan kau tak pernah mengeluh walau harus menopang sendiri hidup kita Ibu, anak-anakmu begitu sedih melihat saat kau berduka sukaku berbinar kala kau bahagia Ibu, sosokmu kini tiada tapi semangatmu membuatku tegar menjalani hidup seperti kaulakoni seakan kau hidup kembali dalam jiwaku

kalam/pewara

aku bangga mengenangmu aku ikhlas melepasmu aku ingin kau bahagia di alam sana dalam pelukan Sang Khaliq Bandarlampung, April 2007 Ani Zr mahasiswa UNY

poj o k ge l it i k

Kocar-kacir

kalam/pewara

48

Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0

Umarmoyo: Di, kisruh tenan...kisruh tenan... Umarmadi: Ada apa? Umarmoyo: Pokoke situasi benarbenar kisruh... Umarmadi: Lha iya! Kenapa? Umarmoyo: Banyak warga pindah ke luar negeri. Umarmadi: Lha iya! Kenapa?

Umarmoyo: Banyak warga minta perlindungan. Umarmadi: Lha iya! Kenapa? Umarmoyo: Banyak warga minta suaka ke luar negeri. Umarmadi: Emang di negerimu ada peristiwa apa? Umarmoyo: Semua warga negara yang namanya Markus kocar-kacir mencari selamat. Umarmadi: Kenapa? Umarmoyo: Karena di negeriku ada pernyataan keras ‘Markus-markus akan dihabisi!’ Umarmadi: ..........................................? ema r '10


l ensa

KEHANGATAN DI UNY (2) Mengunjungi UNY tidak hanya melihat deretan gedung yang megah, kokoh, dan indah maupun fasilitas olahraga yang komplit. Tapi lebih dari itu, suasana kekeluargaan nan hangat itulah yang paling berkesan. Tepat pada Jumat, (6/11) UNY kedatangan tamu istimewa. Dia adalah Andi Alfian Mallarangeng, Menteri Pemuda dan Olahraga. Saat menyerahkan penghargaan dan bermain tennis, Andi tampak terus tersenyum. Sivitas akademika UNY pun tersenyum. teks: Sismono La Ode • Fotografer: Ahmad natsir ep.


Pewara Dinamika Mengucapkan

Selamat Nyepi 16 Maret 2010

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.