Volume 11 • nomor 28 Maret 2010
issn 1693-1467
P e w a r a
Dinamika universitas negeri yogyakarta
MENENGOK KOMUNITAS (BER)KESENIAN Ternyata di kampus UNY, terutama FBS banyak melahirkan komunitas seni. Dengan kelihaian dalam (ber)kesenian, mereka pun mendapat pengakuan. Prestasi ini pun turut membesarkan nama almamater.
JANGAN SISIHKAN PERMAINAN TRADISIONAL !!! Perkembangan zaman, tidak hanya mengubah gaya berpakaian; gaya berbicara, maupun perilaku hidup masyarakat (utamanya) kota, tetapi juga berimbas pada perubahan perilaku bermain. Syahdan, anak-anak begitu ceria bermain gobak sodor, ular naga, gatrik, lompat tali, petak umpet, benteng, gobak sodor, dakon, gasing, dst., tetapi kini mereka mulai ceria bermain Play Station (PS) maupun game online. Fenomena inilah yang membuat permainan tradisional, sebagai warisan budaya bangsa kian tersisih, tertinggal bahkan terlupakan. Kalah dengan permainan modern, yang notabene terlahir dari rahim budaya impor. Memang diakui permainan modern begitu praktis. Dia bisa dimainkan di mana saja dan kapan saja. Hal ini, jauh berbeda dengan permainan tradisional yang harus melihat situasi ruang dan waktu. Walau demikian, permainan tradisional sangat bermanfaat, setidaknya melatih cara hidup bersama, ketangkasan, dsb. Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk membangkitkan permainan tradisional ini? Nggak usah muluk-muluk. Yuk, kita bersama-sama sosialisasikan pentingnya permainan tradisional. Itu memang sepele, tapi itu sudah lebih dari cukup! Bukan begitu? Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • SUMBER gambar: �������� ���������������������������� cienceph.files.wordpress.com
pena redaksi
P ewa r a
Dinamika universitas negeri yogyakarta
PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Eka Wahyu Pramita. S. Pd. Mindiptono Akbar. SS. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Tien Kartika Komara Dewi, A.Md. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Didik Kurniawan, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Sugeng Sutarto, S.Pd. (Sistem Informasi) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id
Bulan Maret telah tiba. Rutunitas bu lan tiba pula. Pelbagai aktivitas dilaku kan demi menyambut Pewara Dinamika edisi maret. Terus terang saja, edisi kali ini dibuat dengan mengejar waktu, tidak heran jika tenaga yang kami kelu arkan begitu ekstra. Jika dihitung de ngan waktu, maka edisi ini dikejar da lam waktu 10 hari. Ini semua karena kesalahan kami dalam memanajemen waktu, terutama masa terbit pewara di namika edisi Februari. Kali ini kami mengangkat tema ten tang komunitas seni yang “bertaburan di lingkungan UNY, lebih khsusu di Fa kultas Bahasa dan Seni. Di rahim fakul tas inilah ditemukan ide dan kreativi tas, yang menurut catatan di lapangan, ide dan kreativitas itu telah membentuk pelbagai komunitas, yang lahir dengan ragam karakteristik. Mereka pun tidak hanya lahir begitu saja, tetapi kelahiran itu telah didorong oleh kemauan dan harapan besar untuk tidak hanya eksis di lingkungan UNY, tetapi juga di bumi Mataram dan belahan nusantara lain nya. Sementara itu, kami pula tidak me lupakan pentingnya rubrik lain. Untuk itu, baik di rubrik kabar dari luar, beri ta, cerpen, resensi media, opini, dan la innya, kami tak lupa menyajikan tulis
an-tulisan yang menarik. Tidak percaya silakan baca dan teliti. Pembaca Pewara Dinamika yang se tia, pada edisi ini, kami juga tak lupa dan malu untuk mengucapkan maaf sebesar-besarnya karena edisi ini kali, majalah kebanggaan kita bersama ter bit tidak tepat waktunya, sebagaimana yang telah direncakan. Tetapi kami pun tetap bangga karena majalah ini masih diminati dan disenangi pembaca, teruta ma sivitas akademika UNY. Untuk itu kami haturkan tabik. Karena, jika tidak, maka kami tidak akan eksis, bahkan da pat tenggelam dalam sejarah “permaja lahan” UNY. Terus terang, kami akui Pewara Dinamika harus terus dibenahi, bukan hanya perkara manajemennya, tetapi pilihan (angle) beritanya, termasuk ke salahan-kesalahan teknis lainnya ha rus juga dibenahi. Dan, ini bisa ter wujud jika pembaca turut andil dalam majalah ini, apalagi kalau bukan saran dan kritikan yang sifatnya konstruktif. Jika tidak, maka kami, Pewara Dinamika, bisa saja akan “hilang”, yang akhir nya akan “menghilangkan universitas” dari sejarah karena aktivitas dan ide nya tidak sempat tertulis. Bukan begi tu? Tabik. ����
Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 kata), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi dengan identitas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul buku (khusus Resensi Buku). Kirimkan tulisan Anda melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY. Bagi yang dimuat, honor dapat diambil di kantor Humas UNY.
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
daftar isi Volume 11 • Nomor 28 Maret 2010
l a p o r a n U ta m a
Menengok Komunitas (Ber)kesenian
Natsir/pewara dinamika
Ternyata di kampus UNY, terutama FBS banyak melahirkan komunitas seni. Dengan kelihaian dalam (ber)kesenian, mereka pun mendapat pengakuan. Prestasi ini pun turut membesarkan nama almamater. halaman 6
26
40 opini
berita
SANDAL REFLEKSI DARI KULIT DURIAN utama bagi sebagian besar masyara kat dalam menjalankan kegiatan se hari-harinya, seperti di dalam rumah, di tempat kerja, pusat perbelanjaan, tempat wisata ataupun tempat-tem pat yang lainnya...
dokumen HUMAS FMIPA
Sebagaimana diketahui bahwa san dal merupakan salah satu dari jenis sandang yang menjadi kebutuhan
Berita Lainnya • ������������������� Mie dari Buah Sukun • Kompor Cantik Berbahan Bakar Bensin • Pemilihan Mahasiswa Berprestasi • Rektor UNY Menyiidak FIK
Anak dalam Ancaman Kekerasan Kasus kekerasan terhadap anak se ring kali muncul ke permukaan. En tah mengapa, kita sering menyaksi kan berita... 45 5 46 4 1 3 26 48 48 44
bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela kabar dari luar pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi media perancang sampul: kalam jauhari
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
jendela DIBUTUHKAN BADAN ANTI STRES INDONESIA? Di dalam sistem pendidikan, atau lebih spesifik lagi sistem pembelajaran – di mana pun – pasti ada yang namanya Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM), atau Proses Belajar-Mengajar (PBM), atau yang terakhir ini lebih dipopulerkan dengan alasan student oriented adalah Proses Pembe lajaran. Yang namanya proses pembelajaran, di ma na pun, pasti mempunyai tujuan yang ingin digapai. Tujuan pembelajaran itu menuntun dilaksanakan proses pembelajaran. Proses pem belajaran itu dilaksanakan untuk mencapai tu juan pembelajaran. Tujuan ini pun bergerak dari skala yang paling sempit/spesifik sampai pada skala yang paling luas secara nasional. Un tuk itu, sebut saja ada tujuan instruksional, tu juan kurikuler, tujuan institusional, dan akhirn ya tujuan umum seperti digariskan dalam UUD 1945, tertuang pada TAP MPR, dan diperjelas dalaqm GBHN. Permasalahan yang muncul kemudian, bagai mana atau dari mana kita bisa tahu kalau tuju an pembelajaran yang kita canangkan itu terca pai oleh proses pembelajaran yang dilakukan. Jawabnya, tentu harus ada ‘evaluasi’ (:pengu kuran, penilaian, tes, ulangan, ujian, dan se bangsanya itu). Memang, dari referensi yang ada dapat dike tahui bahwa secara garis besar fungsi kegiatan evaluasi di sekolah adalah untuk mengetahui kemajuan/perkembangan siswa setelah menga lami proses pembelajaran selama jangka wak tu tertentu, untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pendekatan/metode/teknik yang dipergunakan, dan sebagai masukan untuk per baikan ke depan setelah mengetahui hasil evalu asi yang kurang/buruk, misalnya. Fungsi evaluasi itu sendiri ada bermacammacam bergantung pada tujuan/fungsinya, si fatnya, dan seterusnya. Untuk itu, kita kenal ke mudian di antaranya tes seleksi, tes diagnostik, tes penempatan (placement test), tes pengukur keberhasilan, tes formatif, tes sumatif, tes awal (pre-test), tes akhir (post-test), , teacher made test, standardized (achievement) test. Untuk yang tera khir, standardized (achievement) test sudah tentu tes yang telah mengalami proses standarisasi, yakni proses validasi dan reliabilitasi. Tes terse
but dapat digunakan pada skala sempit (suatu institusi) maupun luas (secara nasional). Jelaslah, bahwa terkait dengan program atau proses pembelajaran atau pendidikan, yang di dalamnya terjadi kesinambungan input-proses transformasi-output, maka program atau kegiat an yang bernama evaluasi – apa pun namanya – bersifat wajib ‘ain. Itu, kalau sistem yang ada diharapkan selalu tumbuh dan berkembang se cara optimal dan menerus dari waktu ke waktu sesuai arah, tujuan, sasaran, dan target yang di harapkan. Pun, itu dalam skala sempit maupun luas. Pun, itu untuk level bawah, menengah, atas, maupun tinggi. Aneh binti nyata, tatkala evaluasi itu dike nakan pada level yang sama namun dalam ska la yang luas (baca: nasional) dan tentu demi kepentingan nasional, dengan label Ujian Na sional atau apalah namanya, telah terjadi silang pendapat, pro dan kontra secara meluas yang melibatkan berbagai stakeholders pendidikan di Indonesia. Ajaibnya pula, prosesi itu telah ber dampak dan berekses yang luar biasa. ‘Survai’ menunjukkan telah terjadi ledakan dalam ang ka orang stres di Indonesia. Seolah prosesi itu sesosok hantu mengerikan yang gentayangan siap memangsa para korbannya. Dan, itu ter jadi di kalangan para siswa, para orang tua, para guru, para kepala sekolah, dan seterusn ya, dengan penyebab, pemikiran, pertimbang an, dan konsekuensi yang berbeda satu dengan yang lain. Apa pun alasannya, paling tidak ada dua hal yang perlu digarisbawahi. Pertama, prosesi itu sendiri perlu segera dievaluasi secara cermat dan akurat untuk melihat dimensi relevansi dan urgensi, sehingga ke depan dampak dan ekses yang terjadi dapat diminimalisasi. Kedua, perlu dipertanyakan apakah penyikapan negatif dari pihak-pihak yang terkait dengan prosesi itu -sampai-sampai harus ‘menderita stres’ misal nya -- bukan sesuatu yang berlebihan. Kiranya tidak perlulah sampai dimunculkan BASI (Badan Anti Stres Indonesia). Mari kita renungkan!
Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.
Manfaatkan Trotoar Dong….. Hampir seminggu ini, saya melihat perilaku pejalan kaki (terutama mahasiswa UNY) ku rang baik dan menimbulkan rasa cemas, terutama ketika mereka melintasi jalan raya antara Mrican dan Karangmalang. Ya, tepatnya jalan raya di depan gedung Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) atau depan gedung Lembaga Penelitian (Lemlit) dan/atau Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) maupun jalan raya sepanjang (menuju) UNYHotel hingga menuju ke Karangmalang. Sebenarnya, sudah ada solusi atas masalah ini, yakni telah dibangunya trotoar (sarana pejalan kaki) di sepanjang jalan tersebut. Saya yakin, siapapun menjadi senang melihat keberadaan trotoar tersebut, terkecuali mungkin sebagian dari pedagang kaki lima yang merasa digeser tempatnya. Akan tetapi, melihat perilaku pejalan kaki yang masih saja berjalan di aspal (bukan di trotoar) membuat saya waswas, terlebih melihat situasi pengen dara kendaraan yang belum tertib dan disiplin. Suatu hari saya melihat ada seo rang mahasiswa hampir saja tertabrak motor. Saya kaget. Tetapi, harus saya akui bahwa kejadian ini bukan kesala han semata pengendara kendaraan ter sebut. Mahasiswa tersebut juga pantas untuk disalahkan karena dia berjalan bukan pada tempatnya. Mungkin keja dian itu tidak akan terjadi jika kedua be lah pihak saling tertib dan disiplin. Yak ni, mahasiswa berjalan di atas trotoar yang telah dikhususkan bagi pejalan
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
kaki dan pengendara kendaraan men urunkan laju kecepatan motornya. Oleh karena itu, melalui surat pem baca ini, saya menghimbau kepada peja lan kaki agar kiranya memanfaatkan trotoar tersebut. Memang sepanjang tro toar tersebut masih ada sebagian peda gang kaki lima, tetapi jika pejalan kaki telah memanfaatkan haknya tersebut, saya yakin para pedagang perlahan-la han akan memahami hal para pejalan kaki tersebut. Jadi, mereka tidak perlu dipindahkan dengan cara paksa (apala gi gusur), tetapi kepindahan mereka didasarkan atas kesadaran bahwa troto ar tersebut hak pejalan kaki dan sangat bermanfaat bagi keselamatan manusia,
terutama sivitas akademika UNY. Dan, bagi pihak rektorat, saya meng ucapkan terima kasih atas kesadarannya melihat situasi social di daerah itu. Se moga pembangunan trotoar tersebut menjadi langkah awal kita untuk saling memahami dan menghargai hak-hak orang lain. Saya berharap kelak, fasilitas trotoar tersebut makin dipercantik. Mungkin saja dibangun pagar-pagar pembatas, seperti di UIN Sunan Kalija ga Yogyakarta. Sehingga, trotoar ini be nar-benar menjadi hak pejalan kaki dan pedagang kaki lima tidak harus berjua lan di situ. Ana Mahasiswa FISE UNY
bunga rampai Menyoal Tayangan Musik di Televisi O l e h I sti H a rdiya nti Media televisi menjadi salah satu me dia yang akrab di tengah masyarakat In donesia. Semua pemikiran, pendidikan, ataupun promosi bisa dipublikasikan secara efektif. Ironinya, tayangan tele visi akhir-akhir ini semakin meninggal kan kualitas dan lebih mengedepankan keuntungan finansial. Hal ini berdamp ak berat bagi masyarakat Indonesia. Hampir semua tayangan televisi me nyuguhkan tayangan-tayangan yang mendangkalkan dan merusak moral. Tayangan yang kini marak di televisi adalah tayangan musik yang disuguh kan sebagian besar stasiun televisi swasta, yang lagu-lagu yang tidak men didik, sebagian berisi ‘racun’. Banyak grup band baru yang bermunculan, tak ketinggalan artis-artis yang beralih pro fesi menjadi penyanyi. Seakan-akan se mua orang tak ketinggalan untuk menda patkan keuntungan besar dari pasar musik yang sedang bermain. Peker ja televisi menyedot perhatian publik terhadap musik untuk menggemukkan kantong mereka tanpa mempedulikan dampak yang terjadi. Setiap hari tayangan itu bergulir la yaknya makanan sehari-hari. Mereka berlomba-lomba untuk mengemas acara musik secara menarik, misalnya dengan kekocakan host-nya, setting panggung yang megah, banyak orang dibayar un tuk meramaikan acara sehingga terlihat bagus, diundanglah berbagai grup band yang sengaja dilejitkan dengan trik-trik tertentu, dan lain-lain. Publik akhirnya terkondisi dengan memiliki selera yang seragam atas musik, yang sebenarnya sangat terba tas dan seringkali kurang berkualitas. Masyarakat pun menggilai musik seba gai salah satu bagian dari hidup mere ka. Hampir seluruh lapisan masyarakat ikut andil dalam euforia musik Indone sia, seperti selebritis, akademisi, biro krat, ataupun masyarakat berkelas me nengah ke bawah. Berbagai jenjang
ISTIMEWA
usia menggandrungi musik, mulai dari orang tua, remaja, sampai anak-anak. Dampak yang kian terlihat, kini anakanak lebih menyukai musik orang de wasa yang lebih bertemakan cinta. Lagu anak-anak pun ditinggalkan, bahkan se makin tidak mendapatkan tempat di ha ti anak-anak. Padahal, mereka memiliki dunia tersendiri yang digambarkan le wat lagu, misalnya belajar berhitung, bermain, dan lain-lain. Ada juga tayangan kuis dengan meng uji pengetahuan tentang musik yang diperuntukkan anak-anak bernama Kids and Song (Indosiar). Parahnya, pertan yaan yang dilemparkan kepada anakanak sebagai pesertanya masih seputar lagu-lagu orang dewasa yang sebagi an besar bertemakan cinta. Secara tidak langsung, hal ini mendidik anak untuk mengenal cinta terlalu dini dan bertolak belakang dengan kehidupan anak-anak yang seharusnya. RCTI beberapa tahun belakangan ini menyuguhkan tayangan Idola Cilik. Acara ini menampung bakat dan kreativitas anak dalam menyanyi. Sayangnya, lagu-lagu yang dinyanyikan pun lagu-lagu dewasa. Pada akhirnya, kehidupan anak-anak tereksploitasi oleh bisnis musik yang tak mendidik. Mereka menjadi objek kom ersial, bukan menjadi pihak yang seha rusnya ‘terdidik’. Kehidupan kekanakan terenggut oleh pola hedonisasi, materi
alisasi, dan liberalisasi yang ditawarkan lewat euforia tayangan musik. Pertanyaannya, mengapa anak-anak cenderung menyukai lagu-lagu orang dewasa? Di samping disebabkan intens nya tayangan lagu-lagu dewasa di tele visi, penyebab lainnya adalah lagu-la gu anak kian jarang ditemukan. Amat sedikit pengarang lagu yang bersedia membuat lagu anak-anak. Selain itu, pembelajaran musik di playgrup, TK, ataupun instansi pendidikan lain masih kalah jauh dibandingkan tayangan tele visi yang dikemas menarik. Tak heran, jika anak-anak lebih mengenal lagulagu dari Peterpan, Geisha, Viera misal nya, ketimbang lagu-lagu dari Ibu Soed, AT Mahmud, ataupun Pak Kasur. Dibutuhkan semangat untuk meng hidupkan kembali lagu anak-anak. Per lu peran serta orang tua, masyarakat, dan pemerintah untuk mengenalkan kembali lagu-lagu yang sesuai dengan usia anak-anak. Tidak hanya itu, lagu anak-anak lebih dikemas secara mena rik dengan tema yang dekat dengan anak-anak, seperti persahabatan, penge tahuan alam, pelajaran berhitung, kasih sayang, dan sejenisnya. Perlu tampaknya pendampingan orang tua ketika anak-anak mulai kecan duan musik yang relatif tidak mendidik seperti itu. Selain tidak memberikan input pendidikan, tayangan musik yang tidak mendidik menyebabkan anakanak tidak berkembang sesuai usianya, atau justru merusak moral mereka. Un tuk meng-counter tayangan kuis berte ma musik, perlu ditayangkan kembali acara cerdas cermat yang mendidik dengan kemasan yang menarik. Semua itu untuk menumbuhkan semangat be lajar pada anak-anak dan memberikan pendidikan yang baik kepada mereka. Wallahu a’lam. Isti Hardiyanti mahasiswa FBS UNY
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
laporan utama
MENENGOK KOMUNITAS
(BER)KESENIAN
Ternyata di kampus UNY, terutama FBS banyak melahirkan komunitas seni. Dengan kelihaian dalam (ber)kesenian, mereka pun mendapat pengakuan. Prestasi ini pun turut membesarkan nama almamater. O l e h sismono l a ode
D
ari Barat UNY tertulislah kisah. Ini kali bukan kisah tentang hi ruk pikuk kehidupan birokrasi. Bukan juga kisah kehidupan or ganisasi kemahasiswaan, yang sifatnya formal, seperti Badan Eksekutif Maha siswa maupun Unit Kegiatan Mahasis wa. Namun, kisah ini tentang dunia (ber)kesenian mahasiswa (juga dosen). Sebuah dunia yang lebih otonom menja lankan apa yang mereka pikirkan. Seka ligus, mereka bebas berekspresi. Orangorang lebih akrab menyapanya, kisah dunia komunitas (ber)kesenian. Sepertinya, bukanlah hal yang aneh jika di kampus Ungu (baca: FBS) ini, ber deret komunitas bertebaran, bahkan di sini mereka mempunyai ruang berek sistensi. Kalaupun tidak seperti itu, ru ang mereka ini bisa dikatakan ruang pe nyaluran hobi berolah seni. Hobi yang oleh orang-orang kerap dianggap “re meh”. Terlebih, ketika mereka hanya me lihat para seniman kampus ini dari cara berpakaian. Alhasil, streotipe para seni man kampus ini dianggap “the other”.
Tapi benarkah demikian? Sepertinya label itu salah, apalagi hanya didasarkan pada penampilan fisik. Di luar dugaan kami, ternyata mereka punya segudang prestasi. Dan itu, cukup membanggakan almamater ini. Bahkan pengakuan itu, tidak hanya datang dari dunia kampus, tetapi juga di luar dunia kampus. Tak tanggung-tanggung aksi (ber)kesenian mahasiswa UNY ini, baik dalam bentuk bermain musik, menari, melukis, hing ga merupa, terus mendapat pujian. Me reka pun dipanggil “sana-sini” untuk berpanggung ataupun mendemonstra sikan keahlian tersebut. Sekaligus, di saat yang sama mereka memulai men unjukkan eksistensinya untuk terus ber karya dan (ber)kesenian. Untuk menengok lebih dalam kehi dupan komunitas itu, Pewara Dinamika edisi ini kali akan mengulasnya. Tidak hanya sampai di situ, majalah edisi ini kali juga meliput bagaimana mereka berolah seni sekaligus bagaimana mere ka mengejar prestasi yang menakjub kan tersebut.
Sebelum mengakhiri ini, kami infor masikan bahwa liputan ini lebih diuta makan pada kehidupan komunitas (ber) kesenian di kampus Ungu karena di kampus inilah secara formal bertang gung jawab untuk melahirkan segu dang seniman. Memang institusi FBS, bukanlah satu-satunya institusi yang melahirkan para calon seniman (he bat), tetapi harus diakui pula bahwa di kampus Ungu ini, mereka memulai dan mengembangkan aktivitas (ber)ke seniannya. Dengan demikian, presta si yang mereka peroleh tidak bisa dile paskan dengan sejarah keterlibatan fakultas. Dan, jika ada yang berprestasi hebat di luar komunitas di kampus Un gu ini, perlu kita akui dan pantas kita jempoli. Karena, mereka bersama komu nitas yang diulas dalam majalah ini te lah membanggakan universitas ini dan yang tak kalah pentingnya lagi, mere ka telah berbuat untuk kemajuan dunia kesenian itu sendiri. Seterusnya, baca laporan majalah ini. Tabik.
laporan utama Tak Hanya Bicara di Panggung Kompetisi Seni, kerap kali menjadi media penyampaian gagasan, namun seni juga dapat menjadi tolak ukur berprestasi. Oleh D hia n H apsa ri
P
restasi, sebuah kata yang melahirkan banyak definisi karena cara pandang dan penempatannya. Namun, kata itu menjadi begitu berarti bila dikembali kan pada pelakunya. Kamus Besar Bahasa Indo nesia (2002) mengurai kata prestasi sebagai has il yang telah dicapai. Kemudian ditambahkan pula, adanya pengukuran dan penilaian untuk menentukan standar prestasi tertentu. Menurut Dr. Rochmad Wahab, M.A., Rektor UNY, prestasi adalah capaian tertinggi yang dimiliki baik yang dilakukan perseorangan, sekelompok, maupun institusi berdasarkan po tensinya yang ditopang oleh aspek kreativi tas dan mendapat rekognisi dari masyarakat. “Prestasi yang diraih tidak harus melalui kom petisi. Capaian yang didapatkan dari hasil kre atifitas yang melampaui potensinya pun dapat dikatakan sebuah prestasi.” Prestasi ini dapat diraih dari berbagai bidang seperti kinestetik, sosial, kepemimpinan, seni, dsb. Antara satu bidang dengan bidang yang lain bisa jadi tidak dapat disamakan cara mem beri standar prestasinya. “Bidang seni tidak dapat relevan apabila dibandingkan dengan bidang olah raga, misalnya. Mereka memiliki
perbedaan. Bidang seni memiliki keunikan dan kreatifitas, bagaimana cara menyuguhkan performance, keunikannya, dsb.” Seni menjadi sesu atu yang subjektif karena berkaitan dengan cipta rasa individu yang berbeda-beda. “Belum tentu satu orang mengapresiasi keindahan sa ma dengan orang lain,” tambahnya. Pun, prestasi seni tidak harus dinilai dengan adanya kompetisi. “Bagaimana seseorang atau pun kelompok dapat meraih ekspresi tertinggi dari potensinya dan melebihi apa yang sudah dilakukan juga dapat dihargai sebagai presta si.” Pengertian ini dapat pula diterapkan un tuk keberhasilan seseorang ataupun kelompok di bidang lain. Seni memimpin, misalnya. “Pe ningkatan seseorang dalam memimpin pun da pat dikatakan prestasi dengan melihat kondisi dan situasi sosial, keadaan atau era yang ber beda, dan pertimbangan lainnya.” Prestasi da lam hal ini dimaknai sebagai personil kentek stual atau institusional kontekstual.
foto-foto:ahmad natsir dan heri p.
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
Prestasi Nonkompetisi Kesempatan berprestasi di ajang kompetisi terbuka luas terutama di bidang penelitian dan olah raga. Sebut saja ajang Program kreativi tas Mahasiswa, kompetisi karya ilmiah, atau pun ajang yang digelar tahunan oleh stake holder tertentu di bidang olah raga yang juga dapat menjadi promosi produknya. Kompetisi yang disebut terakhir itu biasanya khusus un tuk olah raga. Berbeda halnya dengan kompetisi di bidang penelitian dan olahraga, kompetisi Kompetisi di bidang seni terbilang jarang diadakan oleh instansi pemerintah. Menurut Kuswarsantyo, M.Hum, dosen Fakultas Bahasa dan Seni, kom petisi di bidang seni yang khusus untuk ma hasiswa memang tidak sebanyak kompetisi di bidang penelitian dan olah raga. “Yang di akui oleh Dikti hanya Peksiminas. Itu pun dilak sanakan setiap dua tahun sekali.” Khusus Seni Tari, ajang kompetisi tari level mahasiswa da
laporan utama
pat dikatakan hampir tidak ada. “Kalau kom petisi di tataran siswa sekolah menengah dan kejuruan justru ada.” Pada ajang Peksiminas, UNY pantas diacungi jempol. Sejak kompetisi seni ini dimulai perta ma kali, UNY mampu membawa nama DIY di tingkat nasional dan meraih juara. Bukan itu saja, kontingen UNY yang diwakili mahasiswa UNY menarik perhatian berbagai pihak dengan memenangi enam kali berturut-turut Peksimi nas, mulai dari Peksiminas I hingga Peksiminas VI. “Selama dua kami Peksiminas terakhir kita kalah karena faktor kesiapan dan kematangan peserta,” demikian ujar Kuswarsantyo. Ajang Peksiminas ini dapat dikatakan kom petisi yang paling ditunggu-tunggu karena han ya event ini saja kompetisi yang diadakan Dik ti di bidang seni. Sebelum BP7 lebur, lembaga ini mengadakan Festival Ketoprak Mahasiswa. “Hanya saja, setelah BP7 hilang, festival keto prak antarmahasiswa itu juga selesai. Setelah itu tidak ada lagi festival serupa itu yang diada kan oleh pemerintah daerah ataupun instansi lainnya.” Kompetisi yang mengkhususkan seni lebih menonjol diperuntukkan mahasiswa seni yang ada di sekolah seni ataupun institut seni seperti ISI. “Pesertanya dari ISI Jogja, ISI Solo, ISI Bali, dan ISI lainnya.” Ajang yang dinamai Pekan Kreatifitas Seni ini pun bukan kompeti si, hanya serupa festival tanpa ada penilaian dan penjurian. Sarana berkesenian mahasiswa eks-IKIP di wadahi sebuah kegiatan yang diadakan Forum FBS. Kegiatannya pun disesuaikan dengan jurus an yang ada di FBS. “Kegiatan ini serupa dengan Pekan Seni FBS yang mewadahi kreatifitas se tiap jurusan di FBS. Jurusan sastra, misalnya, mengadakan pembacaan puisi, jurusan tari mengadakan festival koreografi, dan begitu ju ga yang lainnya,” jelas dosen tari yang juga ak tif di Sanggar Bagong Kasudiharjo ini.
Kompetisi seni yang lebih sering digelar be rasal dari cabang seni tarik suara seperti Pemi lihan Bintang Radio dan Televisi, Lomba seriosa, dll. “Mahasiswa kita yang memenangi lombalomba semacam itu tidak mewakili UNY secara lembaga, tapi mewakili diri sendiri. Namun ju ga secara otomatis akhirnya juga membawa na ma fakultas dan universitas,” ungkap Herwin Yoga Wicaksono, M.Pd., Pembantu Dekan III, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Mereka yang berlomba itu pun tidak harus berasal dari background seni. Biasanya mereka yang berprestasi di bi dang seni ini akan kelihatan ketika seleksi ma hasiswa berprestasi setelah mengumpulkan data diri ke panitia fakultas. “Kita tidak tahu mahasiswa yang memiliki prestasi di bidang se ni kalau mereka tidak mengatakan. Saya sendiri baru mengetahui prestasi itu setelah membaca biodata. Ternyata banyak mahasiswa kita yang memiliki prestasi di bidang seni yang mengiku ti ajang festival, lomba, baik tingkat lokal, na sional, maupun internasional,” katanya. Mereka memang tidak banyak bicara ten tang prestasinya. “Ini bisa jadi kelebihan, tapi juga kekurangan. Kelebihan karena mereka ren dah hati dan tidak suka memamerkan capaian nya. Juga karena masih menganggap hal itu belum apa-apa. Bukankah kita tidak boleh ce pat merasa puas. Tapi juga bisa jadi kekuran gan, karena orang lain tidak banyak tahu ten tang dirinya yang seharusnya mereka dapat mempromosikan diri sendiri agar lebih dikenal spesifikasi kelebihannya,” paparnya. Begitulah
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
laporan utama orang seni, tambahnya, tidak banyak bicara ka lau tidak ditanya apa prestasinya. Selain prestasi membawa nama lembaga di berbagai event bergengsi, prestasi lain juga da pat dicapai dengan adanya peningkatan di bi dang lain. “Kita sudah memiliki orkestra yang tidak dimiliki univeritas maupun perguruan ting gi seni lainnya. Orkestra kita dimainkan oleh orang-orang sendiri, artinya tidak menyewa orang luar, peralatannya pun telah lengkap.” Orkestra yang dimaksudnya tidak lain Orkestra Violet kebanggaan Fakultas Bahasa dan Seni. “Menghidupi dan mempertahankan orkestra ini juga tidak mudah, tapi kita mampu dan dapat berbicara di kancah dunia seni musik.” Upaya mempertahankan dan meningkatkan prestasi di bidang ini juga tidak tanggung-tang gung. Jurusan seni musik kerap mengundang musisi-musisi kelas dunia untuk memberikan workshop. “Belum lama ini kami mengundang Reiko Suzuki dari Jepang, Asep Hidayat seorang selis dari Indonesia yang telah berkeliling ke berbagai negara termasuk Eropa, dan Ferdy Su makaka seorang pianis yang tinggal di Ameri ka.” Workshop ini diakhiri dengan pertunjukan musik di UNY. “Saya kira kepercayaan meng adakan workshop ini juga suatu prestasi kare na secara kelembagaan kita dinilai layak men datangkan musisi-musisi ternama tersebut,” katanya dengan ramah.
Pembuka Jalan “Seni tari dapat menjadi pembuka jalan di plomasi dan kerja sama lebih lanjut. Saya su dah membuktikan itu,” kata Kuswarsantyo yang sempat diundang mengisi workshop tari oleh Kedutaan Thailand. Ia yang berang kat dari Sanggar Bagong Kasudiardjo ini juga bergiat di keraton sebagai abdi dalem yang bertugas menyajikan tarian. Bersama sanggar Bagong Kasudiardjo, San tyo, panggilan akrabnya, melakukan pertun jukan di beberapa negara dan secara pribadi membawa nama UNY. Pada mulanya orang seki tarnya tidak percaya jika Santyo bukan berasal dari perguruan tinggi negeri. Mereka mengira Santyo berasal dari ISI yang memang pergu ruan tinggi pencetak seniman-seniman terna ma itu. Ketertarikan penikmat tari dan lembaga ter tentu kemudian mengundang Santyo mem bawakan tariannya dan berbagi ilmu dalam workshop tari. Lambat laut melalui kerja sama 10
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
yang dijalinnya secara pribadi dengan pihak penyelenggara, ia pun lantas mengajak UNY sebagai lembaga turut aktif melakukan misi ke senian di negara. “Saya sudah cukup senang sebagai pembuka jalan, meskipun secara pri badi bukan mewakili UNY. Setelah misi kese nian itu, kini UNY melakukan kerja sama lebih lanjut dengan beberapa negara seperti Thai land dan Davao University di Filipina.” Tentu saja, dengan rendah diri ia mengungkapkan, ini karena adanya kepercayaan pada personil yang kemudian berkembang menjadi keperca yaan pada lembaga. Bagaimanapun asalmulanya, entah dari per seorangan ataupun lembaga, nyatanya keseni an dapat menjadi alat diplomasi. Seperti yang dikutip dalam Kompas.com (29/10 2008), Di rektur Informasi dan Media Dep artemen Luar Negeri, Suharjono, mengungkapkan “Pendekat an kekuatan militer, embargo, intimidasi su dah bukan jaman lagi, sebaliknya pendekatan melalui budaya sangat efektif dalam berdiplo masi. Pendekatan budaya merupakan short po wer diplomasi.” Selanjutnya ia mencontohkan dengan ada nya film-film Jepang ataupun komik manga yang didalamnya mengandung budaya negara asal itu memberi pengaruh kuat terhadap ting kah laku dan pola pikir anak-anak muda. Con toh sederhana lainnya dilakukan Departemen Luar Negeri, “Saat mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri, pengetahuan seni budaya pun menjadi perhatian.” Endo Suanda, pakar Etnomusikologi, dalam makalah yang bertema Pluralisme Tantangan Menghadapi Banyak Nilai, menambahkan penge tahuan kekayaan budaya saat ini hanya seba tas imajinasi belaka, yang enak dilihat dan enak didengar. “Di kalangan birokrasi, akademisi, biro per jalanan, dan publik secara umum persepsi ten tang kesenian berbeda-beda. Padahal kesenian
laporan utama
merupakan bagian kehidupan sekaligus mewa dahi nilai-nilai kebudayaan,” paparnya. Dengan demikian, misi kesenian dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan tata nilai kehi dupan yang berpotensi sebagai alat komunika si antarbangsa dan diplomasi untuk menjalin hubungan antarnegara.
Timbal Balik Demi mendorong mahasiswa agar lebih berprestasi, pihak kampus memberikan “keis timewaan” tersendiri. Mahasiswa yang prestas inya masih berhubungan dengan bidang ilmu yang ia tekuni dapat mempengaruhi nilai mata kuliah terkait. “Mulai setahun ini, prestasi ma hasiswa dapat diakumulasikan dalam kredit, dengan catatan memiliki ekuivalensi mata kuliah mahasiswa tersebut,” ungkapnya. Misalnya saja ada mahasiswa juara silat nasi onal. Mahasiswa itu tidak perlu lagi menem puh mata kuliah yang berhubungan dengan si lat. “Secara otomatis ia akan diberi nilai sesuai dengan prestasinya. Tapi berbeda apabila ma hasiswa yang memiliki prestasi silat tersebut bukan mahasiswa Fakultas Olah Raga, karena tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang ia ambil,” papar Pembantu Dekan III FBS yang juga dosen seni musik ini. Reward ini sudah dapat dirasakan mahasis wa, Dessy Wahyu Utaminingsih misalnya. Ber sama timnya, Dessy memenangi PKM-M de ngan membuat buku panduan Bahasa Perancis untuk pedagang kaki lima. Hasil penelitiannya itu dibuat dalam format skripsi yang kemudi an diajukan dan mendapat nilai sesuai prestas inya. “Kalau mendapat emas ya, paling tidak mendapat nilai A untuk skripsi itu,” jelasnya. Langkah ini sengaja ditempuh kampus untuk mendorong mahasiswa lebih berprestasi di bi dangnya. Kendati UNY memberikan penghargaan yang menarik bagi mereka yang berprestasi, tingkat
prestasi di perguruan tinggi ini dinilai cukup fluktuatif. Sumaryadi, dosen tari FBS menga takan, “Prestasi di perguruan tinggi ataupun sekolah itu bersifat fluktuatif seiring dengan datang dan perginya mahasiswa.” Hanya saja, sebaiknya kita dapat mempertahankan presta si tersebut agar ketika merosot tidak melam paui tingkat terendah kita. Cara mempertahankan prestasi itu dapat bermacam-macam. Salah satunya dengan mem berikan kesempatan seluas-luasnya pada UKM untuk berkembang. “Kampus kita memberi per hatian luar biasa baik dari jalur UKM maupun jurusan dengan menciptakan iklim yang kon dusif dengan cara memberi kesempatan dan dana yang layak untuk UKM dan mengikutser takannya dalam berbagai event yang sesuai de ngan konsentrasi UKM tersebut.” Hal ini dibenarkan Kristian Nico, Ketua Him punan Mahasiswa Seni Rupa dan Kerajinan, “Rutin setiap tahunnya, jurusan memfasilitasi dosen dan mahasiswa bergabung dan mema merkan karya seni di lingkup kampus.” Namun, baginya, prestasi bukanlah yang paling pen ting. “Yang paling penting adalah proses dan hasilnya. Kalaupun menghasilkan prestasi, itu adalah bonus.” Jadi, harapan kami, sebagai ma hasiswa, yang paling utama untuk menjaga kuali tas prestasi tidak lain motivasi agar tetap ber semangat berusaha maju.
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
11
laporan utama Semaraknya Bermusik di Kampus Karangmalang Berjalan-jalan di kawasan kampus Karangmalang, utamanya FBS, kita dipertontonkan deretan seniman yang sedang asyik bermusik. Oleh Ariska Pra s e tyan awati
M
emasuki kawasan Jurusan Pendi dikan Seni Musik UNY di sisi utara dekanat Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), kita akan disambut oleh alunan-alunan musik yang dimainkan oleh kumpulan-kumpulan mahasiswa. Mereka berke lompok di sudut-sudut yang aman dari sengat an matahari untuk berlatih memainkan alat musik yang ada di genggaman masing-masing. Bunyi tekanan tuts-tuts piano, nyaringnya se nar-senar gitar, merdunya paduan suara, sendu nya gesekan senar biola, sangat mendominasi terciptanya alunan musik yang saling berbaur di udara, menghasilkan irama menyenangkan bagi siapa saja yang masuk, atau hanya seke dar lewat, gedung-gedung perkuliahan Juru san Pendidikan Seni Musik UNY. Para mahasiswa Pendidikan Seni Musik ter sebut bukan sedang menghabiskan waktu atau bersantai belaka. Mereka sedang mengulas teo ri yang baru saja diajarkan di ruang kuliah. “Bia sanya, kami akan berkumpul selepas jam kuliah untuk mempraktikkan teori yang baru saja kami pelajari di ruang kuliah tadi. Kami saling bertu kar pikiran antarteman. Mahasiswa Pendidikan
Seni Musik yang rajin mengikuti perkuliahan dan rajin berlatih seperti ini bisa dipastikan se tiap hari skill-nya mengalami perkembangan,” tutur Ratmaji, mahasiswa Pendidikan Seni Mu sik UNY angkatan 2007. Hal senada juga diungkapkan oleh Dra. Heni Kusumawati, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pen didikan Seni Musik. Dosen yang sudah mengajar di Seni Musik sejak 1992 ini mengatakan, “Ma hasiswa Pendidikan Seni Musik harus menyukai teori dan praktik bermusik karena kedua-duan ya saling mendukung. Selain itu, tiap maha siswa harus memperbanyak latihan dan jam terbang karena memengaruhi kemampuan ber musiknya. Mahasiswa kami tentu tidak hanya terikat pada jam kuliah saja. Di luar jam kuliah, mereka harus lihai membagi waktu untuk ber latih.” Pernyataan ini terbukti dengan riuhn ya bunyi-bunyi alat musik dan paduan suara di ruang-ruang kuliah Pendidikan Seni Musik walaupun malam telah menjelang. Menyediakan Pendidik yang Berkompeten Sesuai dengan visinya, Jurusan Pendidikan Seni Musik mampu mewujudkan pendidik mu
foto-foto:ahmad natsir/Riska/Dhian
12
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
laporan utama
sik yang kreatif dan produktif serta memiliki sikap profesional dalam bidang musik. Dengan jumlah mahasiswa sebanyak 496 orang, juru san ini memiliki kompetensi untuk menghasil kan sarjana kependidikan musik yang memiliki kemampuan dalam bidang kepenyajian musik dan kemampuan dalam bidang produksi musik kependidikan. Kondisi ini menjawab kebutuhan akan guru musik di sekolah-sekolah yang seti ap tahun mengalami peningkatan. “Banyak in stansi-instansi luar UNY yang mengirim surat untuk meminta lulusan-lulusan dari sini (Jurus an Pendidikan Seni Musik, red.),” aku Heni Ku sumawati. Bukan perkara mudah untuk menjadi maha siswa Pendidikan Seni Musik di kampus Kara ngmalang ini. Walaupun ada banyak jalur un tuk mengikuti ujian tertulis, masih ada lagi tes khusus dengan tujuan untuk menyaring caloncalon mahasiswa yang memiliki bakat ataupun kemampuan untuk bermain musik. Heni Kusu mawati menjelaskan, “Syarat mendasar untuk masuk jurusan ini adalah calon mahasiswa ha rus menguasai sedikitnya satu alat musik atau yang dinamakan dengan instrumen mayor. Penguasaan ini ditunjukkan ketika tes khusus atau tes keterampilan.” Tes khusus dilaksana kan tidak sekedar mencari mahasiswa yang pin tar bermain musik saja, melainkan menyaring calon mahasiswa yang berbakat di bidang seni musik walaupun yang bersangkutan belum ter lalu pintar bermusik. Selain syarat mutlak tersebut, peminat jurus an ini setiap tahunnya selalu bertambah, namun kuota yang ada hanya 120 orang per angkat an dari berbagai jalur penerimaan, antara lain Penerimaan Bibit Unggul (PBU), SMPTN, serta tes Nonreguler gelombang 1 dan 2. Hal ini men unjukkan padatnya persaingan. Seperti yang siang hari itu sedang dilakukan Heni Kusuma
wati didampingi sekretaris jurusan. Di ruang kerjanya, mereka tampak serius menyeleksi 134 buah dokumen-dokumen pendaftaran siswasiswi sekolah menengah atas dari seluruh In donesia yang ingin masuk Jurusan Seni Musik melalui jalur PBU, untuk meloloskan 15 orang pendaftar saja sesuai dengan perbandingan prestasi akademik dan non-akademik siswasiswi tersebut. Namun, proses penerimaan yang cukup sulit kemudian dilanjutkan proses perkuliahan yang harus serius dijalani, ternyata cukup setimpal dengan hasil lulusan dari Jurusan Pendidikan Seni Musik. Tahun 2009, banyak alumnus yang menjadi pegawai negeri sipil di seluruh Indo nesia. Banyak juga alumnus yang membuka kursus musik. Selain itu, surat dari sekolah-se kolah maupun intansi lain yang meminta lu lusan-lulusan jurusan ini terus berdatangan. Jurusan Pendidikan Seni Musik telah menyedi akan pendidik-pendidik yang berkompeten di bidang musik.
Dari Segi Kualitas Aji, panggilan akrab dari Ratmaji, yang per nah menjabat sebagai Ketua Hima Seni Musik tahun 2009 sudah mencicipi pengalaman-peng alaman membawa nama Jurusan Pendidikan Se ni Musik di tengah-tengah khalayak luar UNY. “Kami sering diundang pentas musik di luar kampus maupun di luar kota, seperti di Jakarta, Bandung, Solo, Semarang. Selain itu, kami juga mengundang kawan-kawan di luar UNY untuk pentas musik di kampus UNY. Awalnya, banyak
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
13
laporan utama yang tidak percaya kalau UNY pun memiliki ju rusan Seni Musik. Namun, setelah melihat per mainan musik kami di pentas-pentas, sejauh yang saya ketahui, tanggapan mereka luar bi asa membanggakan kami,” ujar Aji. Perhatian dosen-dosen terhadap para maha siswa pun sangat besar. Aji menjabarkan, “Da lam latihan-latihan kami sampai larut malam karena menjelang ujian, seringkali dosen-dosen menemani kami dan memantau latihan kami. Semenjak Maret 2009, dua kali dalam sebulan mahasiswa dan dosen berkolaborasi menampil kan apresiasi musik yang ditayangkan TVRI. Mahasiswa yang bermain musik, kemudian do sen yang menjadi narasumber dalam bincangbincangnya. Hal inilah yang menambah keakra ban antara dosen dan mahasiswa. Motivasi dari dosen pun tak pernah putus kami (mahasiswa) rasakan.” Heni Kusumawati yang menjabat sebagai ketua jurusan sejak November 2007 memang memprogramkan kerjasama dengan TVRI. “Ju rusan memfasilitasi mahasiswa dalam berbagai kebutuhan. Konsep apresiasi musik ini untuk mewadahi dosen dan mahasiswa dalam meng apresiasikan musik. Setidaknya, jurusan sudah mencontohkan pentingnya menjalin kerjasama
14
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
dengan pihak lain. Hal ini, seperti melalui Hima atau melalui mata kuliah Manajemen Pertun jukkan, sudah dilakukan mahasiswa kami yang sering menyelenggarakan pentas musik den gan bintang tamu orang-orang terkenal di In donesia. Jurusan Pendidikan Seni Musik mam pu melahirkan lulusan yang terampil, mandiri, dan berani bersaing. Jadi, siapa saja yang ber minat kuliah di Jurusan Pendidikan Seni Musik, silakan mendaftar dan jangan pernah takut ber saing,” himbau Ketua Jurusan yang juga sedang mempersiapkan 5 orang dosen dan 5 orang ma hasiswanya untuk dikirim ke Belanda pada Sep tember 2010 yang akan menampilkan konser kolaborasi etnis dengan diatonis.
laporan utama Tempat Kuliah Para Perupa dan Pengrajin Kehidupan seni di FBS juga melahirkan perupa dan pengrajin. Dan, mereka telah mendapat pengakuan publik. Oleh Ariska Pra s etya n awati
B
erdiri sejak 21 Mei 1964, jurusan yang juga dikenal dengan sebutan seruker –singkatan dari seni rupa dan keraji nan– ini terdiri dari dua program stu di, yaitu Pendidikan Seni Rupa dan Pendidikan Seni Kerajinan. Pendidikan Seni Rupa berkonsen trasi pada Desain Komunikasi Visual, Desain In terior, Seni Lukis, Seni Patung, Seni Grafis, Foto grafi, dan Seni Kriya. Sedangkan Pendidikan Seni Kerajinan berkonsentrasi pada Kerajinan Kayu, Kerajinan Logam, Batik, Tekstil, Keraji nan Kulit, dan Kerajinan Keramik. Kantor jurusan dan ruang-ruang kuliahnya berkumpul menjadi satu di sebelah utara Ge dung Pelayanan Akademik (PLA) FBS. Dibelah oleh jalanan dan boulevard, kawasan Seruk er tampak lebih teduh dari kawasan yang lain karena halaman-halamannya ditumbuhi ban yak pohon-pohon rimbun, seperti beringin dan ketapang. Keteduhan inilah yang setiap hari me nemani proses pembelajaran para mahasiswa Seruker, baik saat belajar teori di ruang perku liahan maupun praktik di laboratorium seni. Seruker memiliki 26 orang dosen dengan rin cian 19 dosen mengajar Pendidikan Seni Rupa dan 7 orang dosen mengajar Pendidikan Seni Ke rajinan. Semenjak sertifikasi guru marak dilaku kan, jumlah peminat Seruker meningkat setiap tahunnya. Misalnya, kelas Seni Kerajinan beber apa tahun lalu selama 5 tahun pernah memi liki mahasiswa hanya sekitar 15 orang saja, na mun sekarang sudah memiliki dua kelas. Kini, lulusan Seruker sudah tersebar luar di penjuru Indonesia, baik sebagai tenaga pendidik mau pun tenaga nonkependidikan.
yang berkualitas dan mampu berkompetisi di dunia global. “Dari awal, kami menyadarkan kepada mahasiswa bahwa Pendidikan Seni Rupa UNY ini membuka jalan, memfasilitasi, dan mencetak tenaga pendidik yang handal. Namun, akhirnya kami tetap mengembalikan pilihan ke mahasiswa masing-masing memilih profesi keguruan atau seniman setelah lulus nanti karena mahasiswa tetap harus mengem bangkan kemampuannya sendiri serta menga
Pendidikan Seni Rupa Sejak November 2007, Pendidikan Seni Rupa diketuai oleh B. Muria Zuhdi, M.Sn. Muria Zuhdi menerangkan bahwa program studi ini memi liki sistem budaya kerja yang sinergis dalam me laksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi guna menghasilkan tenaga kependidikan seni rupa
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
15
laporan utama sah kreativitasnya. Yang namanya kreativitas dalam berkesenian itu tidak bisa dilatihkan seperti sekedar keterampilan, melainkan dicari dan diasah sendiri karena sifatnya yang indi vidual. Berbeda dengan teknik yang bisa dia jarkan dalam praktik kesenirupaan. Tentu saja dibarengi dengan teori sebagai landasannya,” terang Muria Zuhdi di meja kerjanya. Ditemui Pewara di tempat berbeda, Darajati Pertiwi. Ketua Hima Seruker tahun 2009, berba gi pengalaman saat ia memimpin Hima Seruker selama 1 tahun masa jabatan. Menurutnya, ma hasiswa Seruker aktif berkarya dan mengikuti pameran-pameran baik yang diselenggarakan oleh jurusan maupun pihak luar. “Hima mem fasilitasi kawan-kawan Seruker untuk berkar ya dan memamerkannya. Kami pernah terlibat dalam pameran nasional di Jakarta dan Solo. Pameran-pameran seperti itu selalu rutin di laksanakan, sehingga tersedia ruang terbuka untuk kawan-kawan maupun dosen Seruker memamerkan hasil karyanya,” ucap mahasiswi yang kerap disapa Dara ini. Kristian Nico, mahasiswa Pendidikan Seni Rupa angkatan 2008 yang sedang menjabat Ke tua Hima Seruker tahun 2010 ini pun menim pali, “Saya bersama pengurus hima, saat ini sudah merancang banyak program kerja yang akan mewadahi aktivitas dan kreativitas maha siswa Seruker supaya bisa tetap eksis berkarya di dalam dan luar UNY.” Berbicara tentang prestasi, dosen asal Klaten ini menyatakan bahwa dalam batas-batas ter tentu, seni tidak tepat untuk dipertandingkan karena sifatnya yang relatif dan subjektif. “Jika sebuah karya seni dinyatakan oleh juri sebagai pemenang juara 1, 2, dan 3, itu dinilai dari aspek-aspek objektifnya saja, misalnya
to fo o:
ot
-f dh
a/
sk
Ri .
n ia
16
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
komposisi warna. Setiap karya seni pasti men gandung unsur subjektif yang bersumber dari kreativitas senimannya. Unsur itulah yang su lit diukur secara eksak,” ujarnya lagi. “Di Pendidikan Seni Rupa ini saya cukup bangga dengan prestasi mahasiswa kami karena secara kemampuan berkreasi dan kemampuan berapresiasi mereka bisa diandalkan. Semua ini dikarenakan mahasiswa harus bisa menghargai tahap proses dan hasil yang dicapai. Saya sela lu mengingatkan kepada para mahasiswa Seru ker untuk selalu menjaga keseimbangan belajar sebagai mahasiswa dan berkarya sebagai indi vidu yang berbakat,” tambahnya sembari meng akhiri percakapan dengan Pewara. Pendidikan Seni Kerajinan Ditemui di ruangan kerjanya, Suharto, M. Hum yang menjabat sebagai ketua program studi Pendidikan Seni Kerajinan menjelaskan bahwa visi dari program studi Pendidikan Seni Rupa adalah memiliki sistem budaya kerja yang sinergis dalam melaksanakan Tri Dharma Per guruan Tinggi guna menghasilkan tenaga ke pendidikan di bidang kerajinan yang berkua litas dan mampu berkompetisi di dunia global. Untuk mencapai visi tersebut, mahasiswa Pendi dikan Seni Kerajinan diajarkan mengonsep, membuat, menghitung, sampai menjual suatu karya seni. Tidak lupa mahasiswa juga harus menguasai metode pembelajarannya sebagai konsep pendidikannya.
laporan utama
Hampir setiap tahun, Pendidikan Seni Kera jinan selalu mendapat proyek dari pemerintah daerah (pemda) dari berbagai provinsi. Con tohnya, pada tahun 2003, Pendidikan Seni Kera jinan mendapat “titipan” 100 orang mahasiswa dari Kalimantan. 100 orang tersebut ditempa lewar perkuliahan, kemudian setelah lulus di tarik kembali oleh pemda supaya mengelola daerahnya. “Saya rasa proyek seperti ini me mang tepat dilaksanakan. Saya pernah punya pengalaman berkunjung ke Kalimantan. Bukan main sedihnya hati saya, ternyata di Kaliman tan bahan baku alamnya berlimpah ruah, seper ti kayu, damar, rotan, bahkan emas dan berlian, tetapi dikirim ke luar negeri bukan dalam ben tuk barang olahan. Sumber daya alamnya tidak seimbang dengan sumber daya manusianya. Ini baru di Kalimantan, bagaimana dengan daerah-
daerah lainnya?” aku Suharto. Pendidikan Seni Kerajinan yang bisa mere dam situasi dan kondisi tersebut karena pro gram studi ini menyiapkan tenaga-tenaga pen didik yang berkualitas. Lulusan Pendidikan Seni Kerajinan ternyata tidak selalu bekerja sebagai guru. Banyak laporan yang datang dari alum nus bahwa mereka juga bekerja di Departemen Perdagangan dan Perindustrian, di dinas pendi dikan, di bank sebagai penentu besar kredit su atu barang atau penafsir pajak suatu barang, di mall sebagai penata barang, bahkan pemilik usaha kerajinan. Terserapnya alumnus di berbagai bidang pekerjaan tentuntya bukan tanpa sebab. Saat masih di perkuliahan, mahasiswa diajarkan untuk menguasai perencanaan, legalitas, dan permodalan. Perencanaan merupakan tataran konsep, sedangkan legalitas berkaitan dengan surat ijin usaha, hak paten, lokasi pameran, dan lainnya. Kemudian, modal mencakup pa da materi kekayaan dan jaringan. “Ketiga hal tersebut harus dipegang erat oleh mahasiswa Pendidikan Seni Kerajinan. Saya ibaratkan, ma hasiswa kami pun sanggup menghitung harga pohon yang masih hidup, sehingga sayang rasa nya jika ada lulusan yang menganggur kare na kualitas lulusan Pendidikan Seni Kerajinan memiliki kualitas yang unggul,” tambah Suhar to lagi.
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
17
laporan utama
Memetik Manfaat Komunitas Komunitas adalah pengikat. Bagi mereka yang mampu mengambil manfaat, komunitas dapat menjadi stimulan, bahkan kendaraan yang membantu cepat gapai mimpi. Oleh D hia n H aps ari
“
B
Tri Ana Wulandari dan Putri Isnaeni Kurnia wati ini hanya dua orang dari sejumlah maha siswa seni tari yang dapat terserap di dunia kerja bidang seni tari di Yogyakarta maupun ko ta-kota lainnya. “Mahasiswa kita menyebar ke berbagai daerah. Mereka yang masih fokus di bidang tari terutama yang aktif di sanggar-sang gar tari umumnya dapat terserap di dunia pen didikan tari sebagai guru tari maupun menjadi penari,” jelas Kuswarsantyo, dosen tari yang ju ga aktif dalam komunitas tari Bagong kasudiar djo dan mendirikan Bale Condroradono. Sanggar tari ini secara tidak langsung juga tempat belajar mahasiswa tari selain juga me ngembangkan potensi yang dimilikinya. Mere ka memang seharusnya aktif dalam komunitas semacam sanggar tari agar ilmu tidak mandeg di perkuliahan, tapi mendapat tambahan dari adanya sharing di komunitas-komunitas dan kantung-kantung seni lainnya, tambah Santyo, panggilan akrab Kuswarsantyo.
erkat komunitas saya dapat pergi ke Jepang dalam misi kesenian bulan Oktober 2009 lalu,” ungkap Putri Is naeni Kurniawati, mahasiswa tari. Ia bersama kawan-kawannya dari Sanggar Pu jokusuman memang sengaja melakukan kerja sama pertunjukan tari di Jepang, tepatnya di Tokyo dan Fukuoka. Pengalaman hampir sama dialami Tri Ana Wulandari, mahasiswa tari yang aktif dalam Grup Tari Wisnu Murti. Ia telah bergiat di grup tari itu selama kurang lebih delapan tahun. “Sa ya masuk grup tari itu sejak masih di SMKI.” Awalnya ia mengenal grup ini dari program Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang diwajibkan sekolahnya. Perempuan yang memfokuskan diri pada seni tari sejak sekolah menengah ini memilih Tri Murti yang notabene kerap mengisi Sendratari Ramayana di objek wisata Pramban an. “Dari grup tari ini juga saya mendapat ba nyak hal. Jaringan, kawan, termasuk penghasil an,” katanya.
foto-foto: dhian dan Dokumen Humas
18
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
Saling Menghidupi Sanggar, wadah yang menampung kreativi tas dan mengembangkan ide itu, bukan sekadar menjadi suatu yang memberi pengalaman lebih dalam berkesenian. Anggota sanggar ataupun komunitas berperan menghidupkan komunitas. Lebih dari itu, kadang kala bisa jadi komunitas pun menghidupi anggotanya. Setidaknya begitulah yang dirasakan Putri, panggilan akrab Putri Isnaeni Kurniawati. Ia yang telah menjadi anggota sanggar Pujokusu man begitu lama kini tidak hanya sebagai ang gota biasa, ia bahkan mendapat penghasilan dari sanggar itu dengan mengajar menari anakanak di Dalem Pujokusuman. Alasan serupa juga dinyatakan Cilik Tri Pa mungkas, mahasiswa Sastra Inggris yang aktif di beberapa komunitas seni. “Pertama ya, aku bisa mendapat menghasilan dari komunitas itu
laporan utama
karena pementasan teater. Selain itu, mengikuti komunitas berarti dapat memperluas jaringan, baik jaringan perkawanan maupun bisnis,” ka ta gadis manis yang juga memiliki bisnis Ci lik Barbie yang sudah masuk di beberapa toko barang kerajinan dan seni. Komunitas, apapun itu, kalau digarap dengan sungguh-sungguh dapat menjadi wadah yang cukup efektif. Terlebih lagi bagi pemula yang belum mengenal dunia luar. “Mengikuti komuni tas ini dapat membuka wawasan kita dengan adanya kegiatan saling bertukar pengalaman, pun bertemu dengan orang-orang dalam komu nitas yang telah sukses di bidangnya. Paling ti dak, kedekatan itu memberi efek yang baik un tuk mereka yang ingin belajar dan berupaya menjadi orang besar,” kata Cilik. Komunitas yang telah memiliki orang-orang sukses di bidangnya akan jauh berbeda dengan komunitas yang hanya bersifat kumpul-kumpul belaka. “Kalau komunitas mau besar, ya anggo tanya harus pandai memperluas jaringan dan menggeret orang-orang besar.” Perkenalan se orang dengan dunia luar pun akan lebih mu dah karena link yang dibangun orang-orang terdahulu sudah terbentuk. Pendapat Cilik mengenai orang besar ini ju ga telah dibuktikan Putri. Sanggar yang mem bawanya menari di Jepang ini bukan sanggar yang lahir setahun dua tahun. Sanggar Pujo kusuman tempatnya bergiat didirikan oleh Siti Sutiyah, istri maestro tari almarhum Romo Sas mita Mardawa. Sanggar Pujokusuman ini ber ada di bawah Yayasan Pamulang Beksa Sasmi ta Mardawa, sebuah yayasan tari klasik yang memiliki jaringan yang luas. Ia bekerjasama dengan grup Kartika & Kusuma pimpinan Tamu
ra Fumiko mengadakan pelatihan dan pemen tasan tari di Tokyo Jepang. Jaringan ini diba ngun tentu saja dengan adanya kepercayaan dan potensi yang dimiliki sanggar tersebut. Kendati komunitas yang memiliki orangorang besar dapat memberi jalan yang lebih luas pada anggotanya maju, tidak meutup ke mungkinan komunitas tari yang masih kecilpun dapat berkembang. Hanya saja, seperti yang dikatakan Kuswarsantyo, “Mereka harus lebih terbuka dan pandai-pandai mencari kesempat an bergerak maju, dengan catatan kualitas dan potensi anggotanya dapat dipandang, sehing ga dipercaya berbagai pihak.” Banyaknya kesempatan yang dapat diraih saat ini tentu begitu menggembirakan. Terlebih lagi, UNY, khususnya Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), mulai menampakkan wajahnya di kancah dunia tari melalui mahasiswa dan dosennya yang aktif membawa nama kampus. Lantas, apa yang kita tunggu untuk maju di kancah dunia seni tari?
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
19
laporan utama Kasiyan, M. Hum.
Eksistensi Seni Lebih dari Sekadar Produksi Karya Estetik Ketika masyarakat memahami seni dari sepo tong produk seni, laju dari praktik seni tidak sebanding dengan praktik wacananya, berupa tafsir, memberikan interpretasi, pemahaman, dikaji, kemudian disosialisasikan ke masyara kat. Membaca kondisi yang sudah berlarut-la rut itu, Kasiyan, M. Hum., dosen Jurusan Pendi dikan Seni Rupa UNY, mengajak pembaca untuk membuka wacana tentang pengertian seni se cara luas dan mendalam, serta kesadaran akan berimbasnya disiplin ilmu seni terhadap masya rakat. Berikut petikan wawancara dengan Ariska Prasetyanawati dari Pewara Dinamika di ru ang kerjanya. Bagaimana seharusnya kita memandang seni? Di banyak kesempatan saya sering berbagi kepada mahasiswa, seandainya semua perguru
an tinggi seni di Indonesia bisa menghasilkan seribu seniman, tetapi tidak untuk menghasil kan satu sampai sepuluh orang pemikir seni. Itu njomplang sekali, sehingga yang terjadi di masyarakat antara wacana praktik seni tidak seimbang dengan praktik wacana. Lantas, apa implikasinya? Ya, ada kesadaran yang nyaris tidak disadari karena sudah berlangsung cukup lama bahwa seni direduksi pada titik yang ekstrim, teruta ma di ranah perguruan tinggi, bagaimana se ni disadari dan digeluti dengan porsi tak lebih dari produksi karya estetik atau membikin kar ya. Bahkan, tanpa disadari, ada pemahaman se ni adalah karya seni. Padahal tidak seperti itu. Di luar kesadaran produksi estetik, ada pilar lain yang tidak kalah pentingnya ketika kita
foto-foto:La ode dan dokumen pribadi
20
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
laporan utama mengharapkan eksistensi seni punya dimensi kemaslahatan luas seperti halnya ilmu yang la in. Seni juga harus didekati melalui riset, peneli tian, dan pengkajian. Pilar ini yang mengaitkan penerimaan seni di masyarakat yang selama ini masih sangat pincang. Permasalahan apa saja yang ada di masyara kat terkait dengan seni yang masih dipandang sebelah mata? Selama ini keluhan yang mengedepan adalah keberadaan seni di masyarakat dalam konteks apapun selalu mendapat tempat yang masih belum signifikan. Termasuk ketika dikaitkan dengan piranti kependidikan di tingkat dasar, menengah, dan tinggi, bahasa klasiknya seni tidak lebih dari sekedar pelengkap penderita. Istilahnya, daripada tidak ada di kurikulum. *** Untuk mengembalikan seni pada eksistensi nya, bagi mahasiswa Doktoral Sekolah Pascasar jana UGM ini, diperlukan tafsir secara paradig matik bagaimana formulasi disiplin ilmu seni, terutama pada jenjang perguruan tinggi kare na ini yang akan mempengaruhi tingkatan di bawahnya. Jangan salahkan masyarakat–ma syarakat awan, masyarakat kelas menengah, masyarakat terpelajar, sampai dengan masyara kat yang stakeholder bangsa ini– yang tidak ta hu seni karena orang seni sendiri tidak merasa punya kepentingan untuk memberikan ruang yang bisa ditafsir oleh masyarakat secara lebih komprehensif. Itu menjadi paket yang ironi ke tika di jenjang sekolah seni selalu dikeluhkan karena jumlah jamnya sangat sedikit dan hanya sebagai pengisi waktu kosong saja karena seni pada realitasnya disadari, digeluti, dikonstruk si dari dulu sampai sekarang, kemudian diterus kan lintas generasi nyaris tidak pernah beran jak dan berubah. Sebenarnya, bagaimana makna seni bagi ma syarakat, sehingga bisa dipahami keberman faatannya? Tidak pernah ada kehidupan dan tidak per nah ada kebudayaan tanpa disertai seni di da lamnya. Seni sangat bermakna bagi manusia dalam setting kultur masyarakat di manapun dan kapanpun, tentunya ketika seni space-nya diperluas karena substansi seni adalah kesadar an estetis. Ketika ada seseorang memakai baju dengan warna dan model tertentu, kemudian dipadupadankan dengan celana, sepatu, akseso
ris, berarti sudah masuk ketataran seni. Bahkan, seni sangat dekat dengan hal-hal yang kadang tidak kita sadari. Misalnya, teknologi. Pesawat tempur yang digunakan untuk mengangkut bom kemudian ditembakkan untuk membunuh manusia secara massif, sewaktu masih nong krong di hanggar saja orang melihatnya sudah merinding ketakutan. Penciptaan suasana itu jelas bukan karena analisis teknologi semata. Ada seni di dalamnya, seperti bentuk dan pilih an warna pesawat tempur tersebut. Seni dalam kehidupan menjadi puncak kulminasi pencapa ian apapun dan di manapun. Seni dengan mak nanya sudah menjadi bagian yang tak terpisa hkan dalam masyarakat ataupun kebudayaan. Permasalahannya adalah disadari dan tidak dis adari keberadaannya. Masyarakat paling primi tif, masyarakat paling modern, ada di belahan bumi manapun tidak akan bisa lepas dari seni dengan maknanya. Bagaimana seni dalam dunia pendidikan kita? Dalam perspektif edukatif, keberadaan dan kebermaknaan seni, jauh melampaui jika diban dingkan dengan kebermaknaannya di dimensi praksis untuk “katarsis” dan “estetisasi kehi dupan” dalam arti yang luas, yakni manakala makna pendidikan dikontekstualisasikan dalam ranah sekolah umum mulai dari jenjang pen didikan dasar sampai menengah, yang paradig manya lebih diorientasikan dalam perspektif pemaknaan “seni sebagai media pendidikan” (education through art). Artinya, segala kegiatan dan proses praksis berolah seni, semata-mata difungsikan sebagai media untuk memban tu pertumbuhan dan perkembangan segenap potensi anak didik secara optimal, terutama terkait dengan dimensi ranah emotional quotions. Melihat pentingnya dimensi seni bagi pen didikan anak-anak, maka Plato menyarankan: ‘arts should be the basis of education’.
TTL: Ponorogo, 5 juni 1968 • pendidikan: S1 Pendidikan Seni Rupa IKIP Malang (1995), S2 Pengkajian Seni Pertunjukkan dan Seni Rupa UGM (2004), S3 Pengkajian Seni Pertunjukkan dan Seni Rupa UGM (Sedang Studi)
Jika demikian orientasi seni dalam dunia pen didikan kita, apa yang paling mendesak untuk kita lakukan? Tentunya dengan mengubah paradigma pen didikan tadi, dimana kesadaran disiplin seni di pendidikan tinggi seni yang dimensinya kependidikan ini harus direvitalisasi, sehing ga konsep dan paradigma “learning with arts”, “learning through arts”, dan “learning about arts”, dapat dikembalikan pada khitahnya lagi. Bukan begitu?
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
21
kabar dari luar Delfina
Mutiara itu Bersinar Kolong Jembatan Siapa yang tidak tahu jika Kota Jakarta memiliki banyak kolong jembatan, di salah satu kawasan tepatnya di Papanggo Gang 24 Tanjung Priuk, terdapat sosok setia yang telah 10 tahun mengajar anak-anak. Berteman dengan aroma tidak sedap dan sampah, Kak Delfi biasa dia dipanggil oleh murid-muridnya tetap bertahan mengajar. Padahal bukan rahasia lagi jika kawasan itu riskan kriminalitas. “Saya dianggap gila oleh teman-teman ketika memutuskan keluar dari pekerja an lama dan mengajar di kolong jembat an,” ungkap Delfi mulai bercerita. Sebe lumnya tidak pernah terlintas dibenak
perempuan asli Flores ini akan menjadi guru, apalagi guru tanpa kelas. Ya, Delfi mengajar di tempat seadanya di ruas Gang Papanggo dengan media belajar yang juga sangat terbatas. Namun, ke
luhan itu tak lantas membuat seman gatnya luruh, karena setiap melihat se nyuman anak-anak terpetik harapan jika suatu saat mereka akan jadi orang yang pintar. Pengaruh ajaran Santo Vincesi
www.swaberita.com
22
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
kabar dari luar
www.langitperempuan.com
www.sigma.co.id
www.swaberita.com
us juga terasa di benak perempuan la jang ini. “Dia menjadikan kaum miskin sebagai majikan dan bagian hidupnya, saya sedang berusaha mengamalkan filosofi hidupnya,” ujarnya. Perlu diketahui, Delfi bukanlah tamat an Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP), melainkan lulusan diploma tiga Bina Sarana Informatika (BSI) Jakarta Pu sat. Tapi kini, sepuluh tahun berlalu hati nya telah tertambat pada bidang pen didikan. Padahal semua terjadi begitu tiba-tiba. “Semua berawal dari niat saya membantu Susteran Putri Kasih Pondok Ozanam, kebetulan waktu itu mereka mempunyai program pendidikan,” ujar Delfi sekaligus mengklarifikasi bahwa dirinya bukan suster seperti yang diberi takan di beberapa media. Ketika disinggung perihal keamanan, Delfi pun tersenyum seraya berkata “Ka lau mau cari tempat yang aman, saya pi kir tidak ada tempat yang benar-benar aman, semua kembali ke niat dalam ha ti,”. Jawaban Delfi lancar dan tanpa rasa was-was, seolah tak khawatir dengan kejadian buruk yang menimpanya saat mengajar. “Saya percaya pada warga di sini karena menitipkan anak-anak mere ka untuk saya ajar,” lanjutnya. Delfi memang sosok bersahaja yang mencoba melakukaan aktivitas luar bi asa, Apa yang dilakukan perempuan berusia 28 tahun ini bahkan tak terlin tas dalam benak kita. Cita-cita Delfi pun sederhana, dia hanya ingin anak-anak yang diajarnya bisa melanjutkan ke se kolah formal. Kebanyakan dari mereka memang tidak sekolah lantaran harus membantu orangtua bekerja menjadi pemulung. “Meski mereka bekerja, me
reka tetap harus belajar karena pada akhirnya mereka akan membantu orang tua dengan ilmu yang telah didapat,” lanjut Delfi yang saat ditemui men genakan pakaian casual.
pat mengeluh karena awalnya tidak dapat restu dari orangtuanya. Bukan lantaran tidak digaji laiknya guru-gu ru di sekolah formal, tetapi karena be gitu sayang pada Delfi dan khawatir ji ka jalan yang ditempuh Delfi sangat beresiko. Kawasan tempat Delfi menga jar rentan dengan gangguan preman,
Tidak Takut Resiko Perempuan berusia 28 tahun ini sem
Delfina sedang mengajar. mindiptono/pewara dinamika
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
23
kabar dari luar ajang permainan judi dan minuman keras, belum lagi prostitusi yang mere bak. “Orangtua saya begitu khawatir kalau saya ikut terjerumus, belum la gi anggapan negatif dari para tetang ga,” ungkapnya. Bukan Delfi kalau dia menyerah be gitu saja. Seiring berjalannya waktu Delfi tak patah arang untuk meyakinkan orangtuanya bahwa apa yang saat ini ditempuh adalah jalan hidupnya. “Seka rang orangtua sudah tidak khawatir ber lebihan seperti dulu,” ucapnya mantap. Benar, orangtua Delfi tidak perlu kha watir lagi sebab sekarang putri mereka telah membuktikan bahwa yang dilaku kannya berbuah manfaat bagi anakanak. Hal itu terbukti dengan perhatian dari pemerintah setempat yang berke nan mengunjungi sekolah alternatif itu. Belum lagi jumlah muridnya yang kian
hari kian bertambah. Tantangan tidak hanya berhenti sam pai di situ, ada lagi yang jauh lebih be rat. Kebanyakan orangtua anak-anak yang diajar oleh Delfi tidak percaya jika kegiatan belajar mengajar mereka mur ni belajar. Mereka khawatir akan diseli pi oleh anjuran yang menyerempet pa da keyakinan. “Sampai-sampai orangtua ikut mengawasi dari awal belajar sam pai selesai. Dari situ terbukti bahwa tidak ada niat untuk berceramah me ngenai keyakinan saya,” ungkap penik mat musik ini lirih. Delfi menegaskan bahwa apa yang dijalaninya murni un tuk memberikan pengetahuan. Tak her an jika murid-murid Delfi berasal dari lintas agama dan suku. Adakah Pendidikan Gratis? Diakui Delfi, selama proses belajar
mengajar yang sesekali hanya dibantu oleh satu orang suster dari Pondok Oza nam itu kerap menuai persoalan dana. “Kami hanya mendapat bantuan dari donatur,” ujarnya. Sekolah di kolong jembatan itu memang gratis, sebab ti dak ada yang mampu membayar, jangan kan untuk biaya pendidikan kebutuhan sehari-hari saja tidak mencukupi. Delfi tak bisa begitu saja mengandalkan ban tuan dari pemerintah yang hingga kini belum pernah diberikan. Adakah Delfi menyerah? Ternyata tidak dan masih bertahan hingga kini. Salah satu hal yang membuatnya se makin bersemangat ialah bahwa Delfi mengajar bukan sekadar simbol, tetapi dia benar-benar ingin mengajar dengan hati. “Kalau guru-guru yang mengajar di sekolah formal kan mengajar sesuai dengan gaji atau jumlah jam sehing mindiptono/Pewara dinamika
24
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
kabar dari luar
www.sigma.co.id
ga perhatian kepada murid berkurang. Padahal anak-anak juga butuh dipaha mi apa yang mereka rasakan,” tuturnya seraya mengajak JE bertemu dengan anak didiknya. Anak-anak yang menjadi murid Delfi berusia mulai 3-12 tahun. Kegiatan be lajar mengajar berlangsung di dua ka wasan yakni gang 24 setiap hari SeninRabu pukul 10.00-11.30 dan gang 18
setiap Jum’at-Sabtu pukul 15.00-16.30. “Kami belajar sesuai dengan kurikulum nasional dan buku-buku sekolah yang diberikan oleh donatur, bahkan di gang 24 kami belajar di lesehan karena tidak ada meja dan kursi. Makanya saya le bih sering menyelipkan permainan agar mereka makin bersemangat,” ucapnya antusias. Ketika ditanya mau sampai kapan
mengajar, Delfi belum bisa menjawab nya. “Yang jelas jika saya masih dibu tuhkan,” ungkapnya. Berpijak pada perjuangan yang akan terus dilakukan Delfi tersebut, sangat pantas jika Delfi mendapat julukan Mutiara. Meski ber ada di kolong jembatan, dirinya tetap bersinar indah dan cemerlang. Ada yang tidak setuju? Eka W. Pramita
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
25
berita HASIL PENELITIAN MAHASISWA
SANDAL REFLEKSI DARI KULIT DURIAN Sebagaimana diketahui bahwa sandal merupakan salah satu dari jenis san dang yang menjadi kebutuhan utama bagi sebagian besar masyarakat dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya, seperti di dalam rumah, di tempat ker ja, pusat perbelanjaan, tempat wisata ataupun tempat-tempat yang lainnya. Sandal dibutuhkan oleh setiap orang, dari kalangan atas hingga kalangan ba wah, usia anak-anak hingga usia tua, laki-laki maupun perempuan. Sandal ju ga diposisikan dari segi fungsi seperti sandal santai, sandal resmi, sandal se hat, dan yang lainnya sesuai segmen tasi produk. Saat ini, sandal sehat yang beredar di pasaran kebanyakan terbuat dari bahan plastik dengan model polos dan tidak terlalu mengikuti fashion. Pa dahal pemakai sandal sehat, yang bias anya memiliki tonjolan-tonjolan untuk efek pemijatan kaki, bukan semata-ma ta untuk keperluan terapi kesehatan, tetapi juga menginginkan untuk keper luan fashion. Menyadari pentingnya sandal sehat itulah, mahasiswa jurusan Pendidikan kimia FMIPA UNY, Ahmad Hanif Sidiq dan Yuni Nurfiana Wulandari serta Ach mad Rivqi Effendi, dari jurusan Akun tansi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) UNY, membuat inovasi sandal se hat. Inovasi ini dilakukan dengan me manfaatkan duri kulit durian sebagai efek pijat refleksi. Duri dari kulit duri an itu merupakan limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dan, me miliki keunikan tersendiri jika dibuat produk sandang berupa sandal. Kare na keunikannya inilah maka sandal re fleksi dari kulit durian ini berhasil lolos dalam program kreativitas mahasiswa tingkat universitas yang didanai DIKTI pada tahun 2010. Sandal ini pada dasarnya memiliki teknik pijat refleksi, yang merespon titik pusat urat-urat syaraf yang ber sangkutan dengan organ tubuh terten 26
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
foto-foto: Dokumen Pribadi
tu melalui duri durian. Bagi ketiga ma hasiswa ini, sandal refleksi terapi yang memanfaatkan duri dari kulit durian ini difungsikan untuk pijat refleksi di tela pak kaki melalui pengendoran otot-otot yang memberi efek terhadap kelancar an sirkulasi darah, kemampuan kerja or gan sebagaimana mestinya baik itu jan tung, otak, pencernaan, imunitas, dan sebagainya. Cara membuatnya pun mudah, ya kni dimulai dengan menggambar pola pada alas (sole/sol) dan spon atau kayu (midsole) sesuai sketsa, mencetaknya de ngan bantuan pisau, dan merekatkan antara sole dengan midsole. Selanjutnya merangkaikan slop pada midsole.dan
merekatkannya pada alas (sole). Kulit durian yang akan digunakan haruslah dikeringkan terlebih dahulu di bawah sinar matahari dan bagian lancipnya telah ditumpulkan. Kulit durian dipo tong sesuai pola baik berdasarkan de sain maupun manfaat kesehatan yang diinginkan. Kemudian direkatkan pada sisi midsole dan biarkan beberapa jam agar lemnya merekat. Kemudian dilaku kan pewarnaan sesuai dengan desain sandal. Untuk mode sandal yang bong kar pasang sendiri, kulit durian mau pun midsole dipaku bersama perekat yang terbuat dari kain. Dengan mengandalkan kebutuhan sandal dan kesehatan yang semakin ha ri semakin meningkat, pun halnya ke bedaan Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata terbesar kedua di Indonesia, keti ga mahasiswa ini terus mengembang kan sandal pijat refleksi ini. ”Dengan demikian usaha membuat sandal sehat yang trendy dan modis sangat menjan jikan keberlanjutannya,” tegas mere ka. Dedy Herdito
berita HASIL PENELITIAN MAHASISWA
MIE DARI BUAH SUKUN
foto-foto: Dokumen Pribadi
Indonesia memiliki masyarakat yang gemar mengkonsumsi mie, mulai dari mie kering sampai mie siap santap. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya kon sumsi mie instan dan banyaknya ru mah makan dengan bahan dasar mie, seperti mie ayam ataupun mie jawa. Ja di, tidak salah kalau mie sudah menja di makanan kedua setelah nasi. Secara umum di Indonesia proses pembuatan mie, terutama menggunakan bahan dasar tepung gandum dan juga meng gunakan bahan tepung terigu. Padahal, Indonesia adalah negara tropis dimana budidaya gandum menjadi sedikit ter kendala. Walau telah dilakukan banyak penelitian untuk mengembangkan gan dum di Indonesia, hasilnya masih be lum cukup untuk memenuhi kebutuh an gandum dalam negeri sehingga pemerintah mau tidak mau tetap harus mengekspor gandum setiap tahunnya. Banyaknya warga Indonesia yang suka mengkomsumsi mie semakin memper besar konsumsi gandum dalam negeri. Sebenarnya selain upaya budidaya gan dum di Indonesia juga dapat dilakukan upaya mencari bahan lain pengganti gan dum dalam proses pembuatan mie.
Dalam rangka mencari alternatif pengganti gandum dalam pembuatan mie inilah Zidiq Syaifuddin Aji, Emilia Dwi Oktavia, Rani Kusniati, dan Setiono Nedi Laksono dari jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY, mengkreasikan sukun sebagai bahan dasar mie. Selama ini pe manfaatan buah sukun pada umumnya hanya sebatas digoreng atau direbus. Padahal buah sukun mudah dibudidaya kan dan potensinya untuk dikembang kan menjadi sebuah usaha yang berni lai ekonomi sangat terbuka. Sukun adalah buah yang berasal dari New Guinea, Pasifik yang menyebar ke Indonesia melalui Malaysia. Pohon ini dapat tumbuh mencapai 10 meter dan dapat hidup di berbagai tempat mulai daerah pinggiran pantai sampai daerah
berketinggian 600 meter di atas permu kaan laut. Selain itu, sukun juga bisa hidup di daerah bercurah hujan ren dah sampai tinggi. Pohon yang berben tuk bulat seperti melon dapat tumbuh maksimal bila terkena cukup paparan sinar matahari. Buah ini mengandung berbagai vitamin dan mineral serta ka lori yang cukup sehingga dapat digu nakan sebagai makanan pokok. Dari hasil penelitian Balai Penelitian Pasca panen Pertanian, kandungan vitamin dan mineral pada buah sukun lebih ba nyak dibandingkan beras sehingga sa ngat memungkinkan penggunaan su kun dalam beberapa produk pangan. Menurut keempat mahasiswa ini, cara membuatnya mie sukun tidak su kar. Caranya, sukun dikupas, dicuci dan dipotong kecil-kecil, lalu dijemur atau dikeringkan menggunakan oven. Sete lah kering sukun tersebut digiling men jadi tepung sukun. Tambahkan pelbagai bumbu, seperti bawang putih, bawang merah, merica, penyedap rasa, telur, te pung tapioka, garam, dan gula. Lantas, tepung sukun dibuat menjadi adonan dan dicetak serta dikukus menjadi mie basah. Apabila menghendaki dibuat mie kering, maka mie basah tadi, digo reng lalu dioven sehingga lebih tahan lama. Bahkan mie kering juga dapat dis ajikan sebagai makanan ringan bagi anak-anak. Untuk menambah cita rasa yang lezat tambahkan bumbu aneka ra sa, seperti rasa daging ayam, rasa da ging sapi, dan sebagainya. Dedy Herdito
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
27
berita Kunjungan Kerja luar negeri
UNY RINTIS KERJASAMA DENGAN USM DAN UUM
foto: dokumen ema r
Dalam rangka meningkatkan kemitra an baik secara kuantitatif maupun uta manya kualitatif, rombongan dari UNY dipimpin oleh Pembantu Rektor II, Drs. H. Sutrisna Wibawa, M.Pd., mengunju ngi Malaysia, dalam hal ini Universiti Sains Malaysia (USM), Senin (25/2), di Penang dan Universiti Utara Malaysia (UUM), Selasa (26/2), di Sintok Kedah. Di USM rombongan UNY diterima oleh Timbalan Naib Canselor (Pemban tu Rektor) Bidang Akademik dan Antara Bangsa, Prof. Dr. Ahmad Shukri Musta fa Kamal, didampingi beberapa dekan, pimpinan bidang penelitian, kerjasama, keuangan, dan administrasi. Sebagai universitas yang dikenal dengan sebutan Campus in the Garden (Kampus di tengah Taman) USM ditu gasi ‘memelihara dan menghijaukan Pulau Penang’ yang sebagian memang agak gundul, melalui program ‘Sustainable Development through Community Participation’. USM juga memikirkan perlunya ‘uni versity ranking, tetapi itu ditempuhnya dengan internal programs yang lang sung menyentuh kepentingan masyara kat luas, baik di dalam maupun di luar kampus. Misalnya, kampanye melarang penggunaan tras kresek dari plastik dan 28
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
kertas aluminium di lingkungan kam pus. Kampanye tersebut kemudian di jadikan program masyarakat pada umumnya. Selain itu, ada pencanangan ‘non-plastic day’ (hari-hari larangan penggunaan plastik). Itulah, maka USM sejak 2008 dinobatkan sebagai ‘Universi ti Inovatif Pencipta Lingkungan Kota Se hat’. Adapun potensi kerjasama USM den gan UNY ada pada bidang-bidang peng abdian kepada masyarakat, riset sains dan ilmu humaniora, dan pengelolaan museum dan perpustakaan (yang dire alisasikan melalui pertukaran dosen, karyawan, dan mahasiswa). Sementara itu, di UUM rombongan UNY diterima oleh Timbalan Naib Can selor Bidang Akademik dan Antara Bangsa, Prof. Dr. Mustafa Ishak, didam pingi Prof. Oemar Usman bin H. Ham dan (putra Banjarmasin), beberapa dekan, pimpinan bidang penelitian, kerjasama, keuangan, administrasi, dan perpustakaan. Keunggulan utama UUM ada pada bidang manajemen, termasuk Manaje men Pendidikan (salah satu program studi yang ada di Program Pascasarjana UNY). Sebagai universitas yang banyak menjalin kerjasama dengan menyedia
kan konsultan bagi mitra industri, UUM mampu menopang 36% pembiayaan universitas, sementara universitas nege ri yang lain hanya mampu memberikan kontribusi 5-10% dana yang diterima nya dari kerajaan. Adapun potensi kerjasama UUM de ngan UNY terutama ada pada bidang Manajemen Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis, Pendidikan IPS, Pengajaran Ba hasa Asing (TESL, Applied Linguistics) dari tingkat S-1 sampai dengan S-3. Realisasi kerjasama direncanakan mela lui program pertukaran dosen, karya wan, dan mahasiswa. Rombongan dari UNY terdiri atas H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (PR II), H. Sugi rin, Ph.D. (Kepala International Office), Dra. Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK), Drs. Sumaryadi, M.Pd. (Kepala Divisi Humas Int.), Darsono, S.E. (Kasu bag Kepegawaian), Yansri Widayanti, S.Pd. (Staf International Office), Dwi Sur tiyawan, M.Si. (Pustakawan), Dra. Sri Sumardiningsih, M.Si. (Sekretaris Lem lit), Tatang M. Amirin, M.Si. (PD II FIP), Sumarjo H., M.T. (PD II FT), Rumpis Agus Sudarko, M.Si. (PD I FIK), Dr. Heru Nurcahyo (PD II FMIPA), dan Subagyo, M.Pd. (dosen FIK). sgr/myd
berita Workshop
PENYUSUNAN SILABI DAN RPP PRODI PKO
dokumen humas fik
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (PKO FIK UNY) menggelar workshop Penyusunan Silabi dan Rencana Pelaksanaan Pembe lajaran (RPP). Kegiatan yang diikuti se luruh dosen prodi PKO bertempat di ru ang sidang utama FIK UNY (23/2). Workshop ini bertujuan untuk me
nyusun pedoman perkuliahan, yang idealnya telah ada sebelum perkuliah an berlangsung. “Mengingat ini meru pakan kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 2009, maka sengaja diadakan saat sekarang. Nantinya selain masing-ma sing prodi, fakultas juga akan menye lenggarakan,” demikian diungkap Pem bantu Dekan I FIK UNY, Rumpis Agus
Sudarko MS, saat membuka kegiatan ini. Senada, Kaprodi PKO, Endang Rini Su kamti, MS, mengatakan kegiatan terse but untuk mendukung proses-proses pembelajaran Silabu dan RPP masingmasing dosen dengan mata kuliah pe gangan pokok harus tersedia. Ratnae
Pertemuan Dharma Wanita FIK
KOMPOR CANTIK BERBAHAN BAKAR BENSIN
dokumen humas fik
Ada yang beda dalam suasana pertemu an Dharma Wanita sub unit FIK, yang di gelar pada Jum`at (29/1) lalu. Dosen FIK UNY, Amat Komari, M.Si. yang tampil se bagai pembicara tidak membahas soal olahraga, justru ia menguraikan sebuah solusi baru untuk ibu-ibu rumah tangga mengenai kiat menghemat bahan bakar minyak (BBM). “Kompor ini kami peruntukkan kepa da individu yang mengalami kesulitan menggunakan minyak tanah, di sam ping mahal cara memperolehnya juga sulit. Oleh karena itu, kompor ini diran cang menggunakan bahan bakar ben sin, disamping lebih murah juga cara memperolehnya mudah,“ kata Amat da lam demonstrasinya. Bahan-bahan yang dipergunakan da lam kompor cantik berbahan bakar ben
sin ini pun sangat sederhana. Kaleng bekas biskuit, serta kaleng bekas peng harum ruang atau kaleng bekas obat se rangga atau bekas minyak wangi seba gai cerobong. Selanjutnya kaleng yang lebih kecil dilobangi pada sisi kiri dan kanan. Cerobong berlubang ditata dan direkatkan di atas kaleng besar. Penu tup kaleng juga diberi lobang sebesar diameter lobang cerobong. Direkatkan dengan cara di klem. Tahab selanjutnya, cukup mengisi kaleng roti 80% air dan 20% bensin. Tutup kaleng yang telah dipasang cerobong. Siap menyalakan cerobong dengan api dari atas. Mematikannya mudah, cukup menutup cerobong den gan kaleng bekas pengharum ruang/ minyak wangi. ratnae
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
29
berita Pelatihan
LKMM TINGKAT DASAR FMIPA UNY Organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama. Posisi, hubungan, dan fungsi setiap anggotanya diatur berdasarkan AD/ART yang telah disepakati. Seluruh kegiatan yang dilakukan setiap orga nisasi merupakan konsekuensi dari program kerja yang telah disepakati, meliputi kegiatan perencanaan, pengor ganisasian, penyusunan personalia dan pengarahan. Demikian dikatakan Drs. Eko Widodo, dalam Latihan Keterampi lan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Tingkat Dasar, yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu (13-14/3) di Ruang Sidang FMIPA UNY. Kegiatan ini dibuka Dekan FMIPA, Dr. Ariswan. Dalam sambutannya, Ariswan mengemukakan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dan keterampilan berorganisasi yang se hat, sehingga terlihat bedanya dengan mahasiswa biasa. “Setelah mengikuti
dokumen humas fmipa
pelatihan ini peserta diseyogyakan bi sa menghasilkan program kerja organ isasi mahasiswa (ormawa) yang akan direalisasikan nanti,” tegasnya. Sebenarnya, kegiatan LKMM merupa kan kegiatan tahunan serta pembeka lan bagi pengurus baru dan merupakan salah satu cara antisipasi hambatan ja lannya organisasi. Diharapkan dengan mengikuti LKMM mahasiswa bisa meng identifikasi peluang yang datangnya hanya satu kali. Selain itu, manfaat lain ikut LKMM adalah mahasiswa memiliki
keterampilan berorganisasi, yang kelak sangat bermanfaat bagi kehidupan ber masyarakat yang sesungguhnya. Pemateri pada LKMM Tingkat Dasar ini adalah Dr. Heru Nurcahyo, dengan materi Administrasi Keuangan dan Su rat Menyurat, Drs. Eko Widodo, dengan materi Dasar-Dasar Organisasi, Rahmat Nurcahyo, SS., dengan materi Retorika Keprotokolan, Retno Arianingrum, M.Si., dengan materi Perencanaan Jadwal Ker ja, dan Sabar Nurrohman, M.Pd., den gan materi tentang motivasi dan out bond. Kegiatan LKMM diikuti oleh 55 mahasiswa dari ormawa di FMIPA UNY, baik itu Himpunan Mahasiswa Matema tika, Himpunan Mahasiswa Fisika, Him punan Mahasiswa Kimia, Himpunan Ma hasiswa Biologi, Himpunan Mahasiswa Ipa, Haska, Unit Teater Sekrup, Mapala Hancala, dan BEM FMIPA. Dedy Herdito
Kompetisi
Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Bertempat di Ruang Sidang Utama FIK UNY, Sabtu (20/3), jajaran kemahasis waan FIK UNY menggelar Pemilihan Mahasiswa Berprestasi. Enam peserta tampil menyajikan makalah di hadapan dewan juri. Keluar sebagai juara perta ma, Nur Sita Utami disusul oleh Dwi Aprianto pada peringkat kedua, dan Ado Purwanto pada peringkat ketiga. “Pemilihan mahasiswa berprestasi bertujuan untuk mengetahui mahasis wa yang berprestasi setiap tahun. Me reka yang keluar sebagai juara pada tingkat fakultas akan maju di tingkat universitas untuk mengikuti babak se lanjutnya,” demikian penjelasan Pem bantu Dekan III, Agus Sumhendartin Suryobroto, M.Pd. Lebih lanjut, Agus, yang juga men jadi penanggung jawab kegiatan, men egaskan mahasiswa yang mengikuti
30
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
dokumen humas fik
kegiatan ini akan mendapatkan banyak keuntungan diantaranya mempresen tasikan makalah baik dalam Bahasa In donesia maupun dalam Bahasa Inggris. Mengingat yang diujikan dalam kegia tan tersebut bukan hanya makalah saja, namun juga Bahasa Inggris, kepribadi an, kebugaran, Indek Prestasi Kumulatif,
Porto Polio (kumpulan prestasi), maka langkah selanjutnya yang akan dilaku kan adalah pelatihan. Para juara ting kat fakultas berhak mengantongi uang pembinaan sebesar Rp.500.000,00; Rp.400.000,00; dan Rp.200.000,00 mas ing-masing untuk juara I, II, III. ratnae
berita PELANTIKAN PENGURUS BAPOMI DIY
AYO UKIR PRESTASI OLAHRAGA SEJAK MAHASISWA Mahasiswa adalah masa keemasan da lam mengukir prestasi olahraga, maka melalui Badan Pembina Olahraga Ma hasiwa Indonesia Pengurus Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Bapomi DIY), dapat digunakan sebagai wahana sharing pembinaan olahraga mahasis wa DIY sehingga dapat berprestasi di tingkat daerah, nasional, regional, mau pun internasional. Untuk itu perguruan tinggi ikut berperan menyiapkan atlit nya berprestasi. Demikian Prof. Dr. Herminarto Sof yan, yang terpilih kembali sebagai Ket ua Umum Bapomi DIY periode 2010– 2013, saat pelantikan seluruh pengurus Bapomi, bertempat di ruang sidang uta ma rektorat UNY, Jumat (19/3). Hadir pa da kesempatan tersebut, ketua KONI DIY, GBPH Prabukusumo. Pelantikan langsung dilakukan oleh Ketua Pengurus Pusat Bapomi, Dr. Hen
darman. Dalam sambutannya, Hendar man kembali menegaskan tujuan Bapo mi, yakni 1) Membina dan meningkatkan kesehatan dan kesegaran jasmani ser ta memupuk ketahanan mental, disi plin dan sportivitas mahasiswa, 2) Membina dan mengembangkan bakat dan minat mahasiswa di bidang olah raga serta mendorong permasalahan dan pemanduan bakat di perguruan tinggi, 3) Meningkatkan prestasi olah raga mahasiswa di tingkat daerah, nasi onal, dan internasional, 4) Memupuk Dokumen humas FIK
kerjasama dan mengembangkan rasa kekeluargaan antar mahasiswa Indo nesia dan internasional dalam rangka menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa serta perdamaian dunia, dan 5) Meningkatkan pembinaan olahraga melalui pendekatan ilmiah. Usai pelatikan, dilanjutkan penyerah an bendera Bapomi dari Ketua Umum lama Pengprov. Bapomi kepada Ketua PP Bapomi dan diserahkan kembali ke pada Ketua Umum Bapomi DIY terpilih, Prof. Dr. Herminarto Sofyan. Dalam kesempatan yang sama, Prabu kusmo menyampaikan apresiasi yang besar atas prestasi mahasiswa atlit DIY yang memperoleh 17 emas dalam Pekan Olahraga Mahasiswa (Pomnas) di Palem bang 2009 lalu. Dimana, 10 emasnya me rupakan sumbangan dari cabang olah raga panahan. ratnae
Kesehatan
SENAM, BERGOYANG DAN SEMANGAT Jam masih menunjukkan pukul 07.00. Namun irama musik telah mengundang pegawai FIK untuk bergoyang mengiku ti gerakan instruktur. Senam rutin Ju mat pagi kali ini memang berbeda, ti dak hanya suasananya, tetapi tempat penyelenggaraannya juga berbeda. Se jak semester genap TA 2009/ 2010, sivi tas akademika FIK tidak lagi senam di lapangan FIK Timur, akan tetapi telah pindah ke Taman Olahraga Masyarakat (TOM). Pemindahan lokasi ini, guna me nampung peserta senam yang setiap hari semakin bertambah. Tidak hanya dari pegawai, namun tidak sedikit ma hasiswa yang ikut bergabung dalam se tiap senam pagi. Setiap gerakan mulai pemasanan, in ti sampai dengan pendinginana diikuti dengan seksama. Saat senam usai, tiba lah saat bercengkerama bersama selu
dokumen humas fik
ruh pegawai sembari menikmati menu ala `angkringan`. Nasi bungkus lauk teri, bakmi, dan sambel oseng tempe, gorengan, jagung rebus, krupuk serta tak ketinggalan aneka jajan pasar dan teh panas dihidangkan.
Hhhmmmm, makan dan minum se makin terasa lezat, setelah senam mem bakar kalori tubuh. Kadang, apabila ada salah satu pegawai yang sedang mera yakan tasyakuran, menu-menu lebih istimewa. “Namun apapun menunya, yang utama adalah rasa guyupnya,” ka ta pengawai FIK. Semua menu dinikmati langsung dengan dipuluk (menyuapkan makanan langsung menggunakan tangan dan tan pa sendok). Ada yang mengambil tem pat di gazebo, beberapa tampak lese han di bawah pohon rindang. Sesekali waktu, pernah pejabat Rektorat juga bergabung senam di FIK. Setelahnya juga mendapakan suguhan serupa. “Hayo, goyang terus, tetap semangat, dan selalu bugar...,” kata seorang dari peserta senam tersebut. ratnae
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
31
berita TPI PANTAU PELAKSANAAN UN
UJIAN NASIONAL DI DIY AMAN DAN LANCAR Tim Pemantau Independen (TPI) yang dibentuk oleh Lembaga Penjaminan Mu tu Pendidikan (LPMP) dengan UNY seba gai koordinator mulai Senin (22/3) me mantau jalannya ujian nasional (UN) di tiap sekolah baik tingkat SMA/MA, SMK maupun SMP/MTs. Setiap anggota TPI merupakan para dosen PTN maupun PTS yang ada di DIY. Pada hari pertama (Senin) tim bersa ma Rektor UNY, Dr.Rochmat Wahab, M.Pd., MA., koordinator TPI dan penga was UN 2010, Moch Slamet MS, meman tau SMA/MAN yang ada di kota Yog foto-foto: heri/PEwara Dinamika
yakarta diantaranya MAN 1 Yogyakarta, SMA 1 Yogyakarta, SMA Bobkri 1 Yogya karta dll. Hari kedua tim yang terdiri atas Ketua LPMP Yogyakarta Drs. Har manto, M.Si., dan anggota tim lainnya memantau sekolah di Kabupaten Ban tul diantaranya SMA Patria Bantul, SM KN 1 Bantul, MAN Wonokromo dll. Pa da hari ketiga tim memantau sekolah di Kab.Sleman yaitu SMA Kolombo, SMK 2 Depok, dan MAN Maguwoharjo, Sedang kan hari-hari berikutnya memantau di wilayah, Kab. Kulon Progo dan Kab.Gu nung Kidul. Menurut dari hasil pantauan di se kolah yang dikunjungi di Kab.Bantul ti dak ada masalah yang berarti. Masalah tersebut diantaranya lembar jawaban jumlahnya kurang, tapi bisa diatasi de ngan lembar jawaban cadangan. Dikatakan oleh salah satu panitia ujian nasional di MAN Wonokromo, Ma wardi, pada hari pertama listrik sempat
padam sehingga agak mencemaskan jalannya ujian nasional tapi ternyata lis trik hidup kembali sehingga tidak meng ganggu jalannya ujian. Sedangkan un tuk distribusi soal tidak ada masalah. Begitu juga di SMKN 1 Bantul, sam pai hari kedua kemarin (Selasa) tidak ada masalah dalam pendistribusian soal dan tidak ditemukan penyimpangan dalam pelaksanaan ujian. Jadi bisa dika takan pelaksanaan ujian nasional di SMKN 1 Bantul berjalan lancar. Witono Nugroho
inspeksi mendadak
REKTOR UNY MENYIIDAK FIK Detik-detik menjelang pukul 07.00 pa gi, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., tiba-tiba muncul di FIK. Saat itu, (Selasa, 9/2), para pegawai baru saja memulai aktivitas di ruang masing-ma sing. Ternyata kedatangan Rektor hanya untuk melakukan inspeksi mendadak (Sidak). Sidak dimulai dari meninjau seti ap ruangan pegawai administrasi, ru angan dosen, ruang ketua/sekretaris ju rusan, hingga lab. komputer. Tidak lupa Rochmat menyidak kebersihan kamar mandi/WC putra/(i) yang berada di seti ap ruangan tersebut. Didampingi Dekan FIK, Sumaryanto, M.Kes., serta Pembantu Dekan I dan II, mantan Pembantu Rektor I UNY ini ber keliling ke setiap sudut ruang di FIK. Wisma Olahraga (Wismor) juga menja di sasaran peninjauan, di sini Rochmat
32
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
foto-foto: heri/PEwara Dinamika
sempat berdialog dengan beberapa atlit daerah, yang kebetulan sedang berada di Wismor. Demikian pula saat berada di ruang staf ahli, Rektor juga berdia log dengan mereka. Di parkiran motor dan kantin yang berada di ujung kampus FIK, tak luput
dari sidaknya, sesaat berhenti mem perhatikan penataan motor. Selanjut nya mengitari lapangan sepakbola, me ninjau stadion atletik, parkiran mobil dosen, ruang dosen senior, dan terakhir Rektor menyempatkan beberapa saat meninjau mushola FIK. Tentunya, dere
berita tan kamar mandi di belakang mushola juga ikut di`tengok`-nya. “Ke depan semua ruangan ini akan kami optimalkan untuk Wismor, me nampung para atlit daerah yang menim ba ilmu di kampus FIK. Sedangkan ke giatan administrasi akan berpindah ke gedung baru, yang rencananya akan
dibangun di kampus Kuningan,“ jelas Sumaryanto. Setelah 30 menit menyidak FIK, Rek tor menyempatkan diri melihat koleksi penghargaan FIK, yang berada di ruang lobi utama, sambil mendengarkan ara han dekan. ratnae
SOSIALISASI PMW DI FIK
JADILAH WIRAUSAHA YANG HEBAT Jangan takut mencoba. Kami akan mem berikan hadiah untuk yang menang. Ada tiga catatan yang kami sampaikan. Jangan terjebak aspek kuantitas dan lupa kualitas. Misal, ada tiga mahasiswa yang nakal, maka jangan dipukul rata seluruh mahasiswa FIK yang berjumlah 3594 mahasiswa adalah nakal. Demikian Dekan FIK UNY, Sumaryan to, M.Kes., saat membuka Sosialisasi Program Mahasiswa Wirausaha (PMW 2010), bertempat di ruang sidang uta ma FIK UNY awal Maret lalu. Lanjutnya, Image atau citra harus dikelola secara positif. “Maka di acara ini kami sam paikan, pentingnya publikasi atas kar ya. Dengan publikasi, kaberadaan sau dara-saudara akan diakui,” tegasnya. Memang, PMW bertujuan 1) Mening katkan kecakapan dan keterampilan ma hasiswa khususnya sense of bussiness sehingga akan tercipta wirausaha-wira usaha muda potensial, 2) Menumbuh kembangkan wirausaha-wirausaha baru yang berpendidikan tinggi, 3) Men ciptakan unit baru yang berbasis IPTEK, dan 4) Membangun jejaring bisnis anta ra pelaku bisnis wirausaha pemula de ngan pengusaha (terutama UKM) yang sudah mapan. Kegiatan yang diikuti oleh mahasiwa FIK yang telah duduk pada semester IV s.d. semester VI, menghadirkan penang gung jawab PMW UNY, Prof Dr. Jumadi. “Jika Saudara mau mengkuti PMW, Sau dara hendaknya memiliki minat/bakat kewirausahaan dan/atau pengalaman berwirausaha,” tegasnya. Nantinya, lanjut Jumadi, makalah
foto-foto: dokumen humas fik
Saudara boleh individu atau kelompok yang diajukan dalam proposal sesuai dengan format yang telah ditentukan. Selain itu, Saudara sanggup mengikuti seluruh kegiatan yang diselenggarakan (diklat, magang, penyusunan bussiness plan, pendirian usaha, pelaksanaan us aha, pelaporan hasil) dan sanggup me
ngembalikan modal kerja sesuai skema pengembalian yang telah disepakati (de ngan catatan saat lulus sudah lunas). Pengusul perorangan tersedia modal kerja maksimum Rp, 5.000.000,- sedang kan berkelompok maksimum mempe roleh modal Rp. 15.000.000,- s.d. Rp. 25.000.000,-, serta belum pernah men dapat modal kerja dari PMW sebelum nya. Senada, Dr. Siswoyo, pemateri pada kegiatan tersebut juga mengajak maha siswa menjadi intrerpeneur yang hebat, sembari mengajak mahasiswa menye but yel yel Entrerpeneur-semangat, enterpreneur-visioner, enterpreneur yes yes yes. ratnae
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
33
berita kunjungan
TIM ISO KUNJUNGI FIK Selama dua hari, FIK UNY menerima ta mu dari tim ISO (3-4/2). Tujuan kedatan gan tim adalah untuk melakukan migra si ISO dari versi 2000 ke 2008. Konsep ISO sendiri adalah impovement, namun karena bersamaan dengan proses mi grasi maka akan di-review dengan me tode sampling. Dari tiga prodi yang ada akan diambil sampling sebanyak dua prodi. Nantinya untuk melihat apakah telah sesuai dengan standar yang ada atau belum. Namun demikian, prodi yang tidak disampling juga wajib melak sanakan perbaikan menyesuaikan de
foto-foto: dokumen humas fik
ngan prodi lainnya. Tim diterima oleh jajaran Dekanat dan para dosen terdiri. Mereka adalah Togu Sihombing dan Bandul, yang pada hari pertama meninjau manajemen ad minitrasi dan kefakultasan dan pada hari kedua meninjau lebih lanjut ten tang dua prodi yang akan disampling. “Bukti-bukti tersebut nantinya yang akan mewakili apakah sistem masih dipelihara/ dijaga sesuai dengan stan dar ISO,” demikian Togu menjelaskan. Lanjutnya, akan ada 4 kategori temuan,
meliputi:1) Kesesuaian, yaitu untuk me lihat temuan yang mengarah pada hal positif; 2) Observasi, merupakan poten si ketidaksesuaian. Belum cukup buk ti untuk mengatakan tidak sesuai, seh ingga diperlukan obeservasi; 3) Minor, ketidaksesuaian dengan ada bukti; dan 4) Mayor, misalnya apa yang ditetapkan dalam prosedur berbeda dengan yang dilaksanakan di lapangan, atau mung kin dokumen kadaluarsa masih digu nakan. ratnae
Situs Uny
Website Sebagai Pertaubatan Informasi Dengan web baru ini merupakan jati diri baru, pertaubatan informasi yang sudah-sudah. Hari ini kita ramaikan UNY dalam gerbang organisasi yang sa dar informasi. diharapkan kita semua menjadi subjek untuk produk baru ini supaya jati diri kita ini tetap kita ba ngun bersama-sama oleh dosen, karya wan, maupun mahasiswa. Sekarang ti dak ada dosen yang tidak menghadap komputer setiap hari.Bahkan, jika ada tamu dari luar negeri biasanya muncul pernyataan bahwa mereka sebelum ber temu kita, sebelumnya sudah mengin tai kita lewat website. profil kita di baca lewat website kita siapa sih UNY itu, siapa sih YSU itu? Demikian di sampaikan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., saat
34
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
foto-foto: heri/PEwara Dinamika
meresmikan website baru UNY, Senin (29/3) di ruang sidang utama UNY. Ha dir pada kesenpatan tersebut jajaran pimpinan UNY, pengelola website, dan humas. Lebih lanjut dikatakan, website ini
jalan kalau dikawal oleh ahli IT di fakul tas masing-masing. Abstrak-abstrak skripsi, tesis, dan disertasi segera diter jemahkan dalam bahasa Inggris sehing ga menjadi informasi yang bisa di akses lebih terbuka.
berita Sementara itu, kepala Pusat Kompu ter, Herman Dwi Surjono, Ph.D., menga takan dengan web baru ini informasi tentang UNY lebih mudah di akses, se lalu update, akurat dan menarik, sangat dibutuhkan oleh sivitas akademika dan masyarakat luas. Web UNY juga harus aman dari resiko serangan hacker. Se lain itu dapat meningkatkan rangking Webometrics. Di dalam website UNY ada bebera pa alamat lain di antaranya http://staff. uny.ac.id , http://eprints.uny.ac.id, dan http://journal.uny.ac.id. Staf Site, adalah website yang menampung seluruh staff UNY (Dosen dan karyawan), semua data dasar dosen dan karyawan sudah di-up-
load di staf site, setiap staff harus harus melengkapi dengan data kegiatan Tri Darma PT (dikjar, penelitian, ppm) ser ta portofolio bagi karyawan. ”Sedangkan e-Prints adalah website yang menampung semua hasil karya dosen, karyawan, dan mahasiswa UNY.
Karya- karya tersebut bisa berupa: tulis an ilmiah atau populer, buku, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertai, hasil desain audio visual, bahan atau mate ri pembelajaran dll. Setiap staff telah dibuatkan acount dan setelah login da pat memasukkan item,” ujarnya. Herman menambahkan, e-Journal adalah Website yang berupa portal pengelolaan jurnal di lingkungan UNY secara online. Pengelolaan jurnal mulai dari pengumuman, pengiriman naskah, reviewing, editing, penerimaan, layout, hingga distribusi dilakukan secara on line.Jurnal akan dikelola oleh masingmasing pengurus jurnal. Witono Nugroho
Mahasiswa Berprestasi FIP 2010
Perlunya Menjaring Mahasiswa Berprestasi Sejak Dini Dalam rangka memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik maupun prestasi di luar kemampuan akademik, FIP menyelenggarakan pemi lihan mahasiswa berprestasi. Adapun kriteria yang digunakan dalam pemi lihan mahasiswa berprestasi tersebut meliputi prestasi akademik, prestasi ek strakurikuler, kemampuan penulisan karya tulis ilmiah, dan kemampuan da lam berbahasa Inggris. Kegiatan yang diselenggarakan pada Selasa (23/3) ini diikuti mahasiswa dari masing-masing jurusan/prodi. Acara ini dimulai pada pukul 10.00 s.d. 16.00. Adapun dewan juri dalam kegiatan ini berasal dari perwakilan dosen di ma sing-masing jurusan/prodi. Dalam acara pemilihan tersebut, pertama-tama para peserta dipersilahkan untuk mempre sentasikan hasil penulisan karya tulis ilmiah di depan para dewan juri. Kemu dian, setelah itu peserta dinilai kemam puan psikologinya dengan mengikuti sesi tes psikologi. Dan tahap terakhir para peserta diuji kemampuan dalam berbahasa Inggris. Selain berdasarkan poin ketiga tahap seleksi tersebut di atas, penilaian peser
dokumen humas fip
ta juga berdasarkan poin akademik (IPK) dan prestasi kegiatan ekstrakurikulern ya. Dari hasil penjurian tersebut, ke mudian munculah 3 (tiga) mahasiswa terbaik dengan skor nilai penjurian ter tinggi. Ketiga mahasiswa tersebut yaitu Te guh Wiyono, mahasiswa jurusan Anali sis kebijakan Pendidikan), sebagai juara I Mahasiswa Berprestasi FIP 2010, de ngan judul karya tulis ilmiah “Optima lisasi Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) melalui Self Efficiacy Training (SET) untuk Meningkatkan Kinerja Indi vidu yang Dimediasi oleh Penetapan
Tujuan (Goal Setting)”. Juara II diraih Novianto Wibowo, mahasiswa jurusan Analisis kebijakan Pendidikan, dengan judul karya tulis ilmiah “Pendidikan Al ternatif Eksperimental: Sebuah Piliha n Pendidikan yang Membebaskan”. Se dangkan, Juara III diraih Ade Putri S., mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa, dengan judul karya tulis ilmiah “Strategi Implementasi di RBM (Rehabi litasi Bersumberdaya Masyarakat) mela lui Aktivitas Workshop Basic Physiote raphy and Nursing bagi Difabel korban Gempa Bantul Yogyakarta”. didik kurniawan
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
35
berita Pelatihan
GURU IPS HARUS INTENSIF LAKUKAN KOLABORASI
dokumen humas fise
Hingga saat ini, pelaksanaan pembe lajaran terpadu dalam pelajaran IPS masih sebatas diskusi. Belum ada upaya serius para guru untuk melakukan pem belajaran secara terpadu. Padahal pem belajaran terpadu dalam IPS merupakan amanat Stándar Isi yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006. Sulitnya melaksanakan pembelajaran terpadu tersebut dikarenakan kurang intensif nya para guru IPS melakukan kolabora si pembelajaran. Demikian disampaikan Tim Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) FISE UNY, Supardi, M.Pd. saat memberi kan pelatihan pengembangan pembe lajaran IPS, di Ruang Pertemuan SMP IT Darul Hikmah Pakem Sleman Sen in (9/3). Pelatihan merupakan kerjasa ma PPM FISE UNY dengan SMP IT Darul Hikmah, dihadiri 25 guru-guru IPS di wilayah Pakem dan sekitarnya. Pelatihan diisi dengan materi strate gi pembelajaran terpadu dalam IPS oleh Supardi dan pengembangan metode dan media pembelajaran IPS oleh Tejo 36
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
Nurseto. Menurut Supardi, perlu dilaku kan koordinasi intensif antara guruguru IPS khususnya dalam satu rayon. Koordinasi ini akan lebih memudahkan kolaborasi antara guru IPS, sehingga pembelajaran IPS lebih mudah dilak sanakan melalui real teaching. “Melalui real teaching, kita tidak hanya sekedar menjadikan pembelajaran sebagai wa cana, tetapi sebagai aksi,” tegas Supar di. Ditambahkannya, memang para gu ru banyak kendala dalam pembelajaran IPS, seperti kurangnya dukungan Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah. Tapi, hal ini dapat dihadapi melalui sinergi tas para guru IPS. Sementara Tejo Nurseto, M.Pd. saat menyajikan pengembangan metode dan media pembelajaran IPS menegas kan pentingnya keberanian para guru untuk menampilkan sesuatu yang baru di depan peserta didik. Menurut Tejo, pembelajaran kita selama ini kalah oleh tontonan televisi yang banyak tidak mendidik. Salah satunya disebabkan pa ra guru yang monoton dalam menga
jar. Padahal perubahan tontonan di la yar kaca mengalami perubahan setiap waktu. Untuk itu, Tejo berpesan agar guru berusaha menjadikan kelas seba gai bagian yang menyenangkan dan ti dak kalah dengan sinetron dan enter tainment. “Jangan kita bertampang menjadi sosok menyeramkan dan menje nuhkan di depan peserta didik, tetapi tampillah dengan sosok menyenangkan dan selalu dirindukan!” tegas Tejo. Pelatihan berlangsung dari pagi sam pai sore hari menghasilkan contoh sila bus, RPP, dan praktik pengembangan metode dan media pembelajaran. Acara ditutup Wakil Kepala SMP IT Darul Hik mah, Drs. Ismoyo. Dalam sambutan pe nutupan Ismoyo berharap program PPM FISE UNY dilakukan lebih banyak kuan titasnya. “Kegiatan ini sangat penting untuk meningkatkan kompetensi para guru, terutama guru swasta. Selama ini minim kegiatan pelatihan yang dilaku kan Dinas Pendidikan khususnya untuk para guru IPS,” harap Ismoyo. MR SPD
berita diskusi
IPS DAPAT MASUK DISIPLIN PENDIDIKAN KARAKTER
dokumen humas fise
Selama ini pembelajaran IPS di Indone sia dan berbagai negara lain masih ku rang menarik. Bahkan di negara-nega ra maju pun pembelajaran IPS masih menghadapi kendala luar biasa. Salah satu penyebab utamanya adalah faktor guru. Kemampuan guru membelajarkan IPS secara bermakna, sehingga IPS men jadi mata pelajaran yang menarik dan menantang masih kurang. Pandangan tersebut disampaikan Ketua Prodi Pendi dikan IPS Pascasarjana UNY, Prof. Zamro ni, Ph.D. dalam diskusi “Menata Batang Tubuh IPS” di ruang pertemuan FISE UNY, yang dilaksanakan dalam rangka diskusi bulanan Prodi Pendidikan IPS FISE UNY Selama (9/3). Selain masalah guru, menurut Zam roni masalah lain pendidikan IPS adalah kurang tegasnya body of knowledge IPS di Indonesia. “IPS bukan merupakan se
bagai disiplin ilmu, tetapi sebagai alat untuk how to. Untuk menjadi program S-1, sepantasnya PIPS menetapkan jati diri sebagai suatu disiplin. Salah satu alternatif adalah masuk dalam disip lin Pendidikan Karakter,” tegas Zamro ni. Masih menurut Zamroni, perlunya Prodi Pendidikan IPS menata batang tu buh IPS sebagai disiplin yang tegas un tuk pengembangan akademik. Untuk menjawab tantangan di atas, Zamroni menawarkan tiga alternatif mempersipakan langkah ke depan pena taan IPS. Pertama, membangun disiplin akademik sebagai core discipline. Dasar keilmuan dalam IPS harus tegas sebagai basis keilmuan yang tidak akan hilang. Kedua, mengembangkan social efisensi, perguruan tinggi perlu merencanakan pembelajaran yang memberi pengalam an mahasiswa merancang pembelajar
an IPS. Ketiga, mengembangkan peran social reconstructivist, dengan memper siapkan mahasiswa karakter yang sen antiasa memerangi ketidakadilan di ma syarakat dengan rekayasa sosial. Ketua Prodi Pendidikan IPS FISE UNY, Saliman, M.Pd. memberikan tanggapan positif atas pernyataan Zamroni. Menu rut Saliman, bisa saja IPS masuk dalam disiplin pendidikan karakter, tetapi ha rus ditata secara jelas sehingga tidak miss match dengan Prodi Pendidikan Kewarganegaraan. “Inti Pendidikan IPS adalah Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga harus dibuat body yang mem bedakan bagaimana pendidikan karak ter dalam IPS dan dalam Pendidikan Ke warganegaraanm” tegas saliman dalam kegiatan yang diikuti seluruh dosen Prodi IPS FISE UNY. MR Supardi
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
37
berita rapat koordinasi Kemitraan 6 PT
DAMPAKNYA LUAR BIASA BAGI PENINGKATAN KUALITAS
dokumen humas fise
Rapat Koordinasi Kemitraan 6 PT kemba li digelar selama dua hari Sabtu-Ming gu (6-7 /3) di Hotel Cakra Kusuma Jl Ka liurang Yogkakarta dengan tuan rumah FISE UNY. Acara yang dibuka oleh Pem bantu Rektor III UNY, Prof. Dr. Herminar to Sofayan, dihadiri 6 PT Mitra yaitu oleh FIS , FE UNNES Semarang, FKIP ju rusan IPS UNS Surakarta, FIS UNDIKSA Singaraja, FIS dan FE UNESA Surabaya, FE dan FIS UM, Selain Pimpinan Fakul tas, Ketua Jurusan/Prodi dari 6 PT ter sebut, acara juga dihadiri Pengurus Pusat (BPP) HISPISI, dosen pengampu mata kuliah, dan 2 PT baru yang akan bergabung yaitu Universitas Veteran Su koharjo (Jurusan IPS FKIP) dan FIS UNM. Makasar. Agenda acara selain sidang 38
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
pleno juga sidang kelompok. Kelompok I membahas program kerja, pendanaan, penelitian bersama. Kelompok II mem bahas pertukaran dosen, mata kuliah dan tinjauan kurikulum. Sedangkan Ke lompok III membahas kompetensi/topik yang dipertukarkan, media pembela jaran dan kerangka bahan ajar. Tuan rumah, Dekan FISE UNY, Sardi man AM,M.Pd., dalam laporannya men jelaskan bahwa program kemitraan ini sudah berjalan lima tahun. Mulai dari dua PT yaitu UNY dan UNS Surakarta sekarang berkembang menjadi 6 PT. Bersama dengan organisasi profesi HIS PISI (Himpunan Sarjana Pendidikan Il mu Sosial Indonesia), kegiatan kemitra an terus dikembangkan. Mulai dari
pertukaran dosen, pembuatan jurnal in ternasional bersama, seminar, pelatihan untuk guru-guru IPS, pembuatan buku ajar dan yang masih terus diusahakan penelitian bersama. Lanjutnya, pertemuan kali ini keda tangan dua tamu yang ingin bergabung yaitu; Universitas Veteran Sukoharjo dan Universitas Negeri Makasar (UNM). Sardiman berharap UNM dapat menjadi “centre” bagi PT di wilayah Indonesia Tengah, seperti Universitas Negeri Jakar ta (UNJ) menjadi “centre” bagi PT di wi layah Indonesia Barat. Hal itu perlu di lakukan untuk memudahkan koordinasi dan terwujudnya berbagai kegiatan yang ada. Sardiman menegaskan kemitraan
berita
Lena Satlita
K i l as
dokumen humas fik
Utamakan Komitmen, Kejujuran, dan Loyalitas Selamat! Anda telah diyudiisum pada pagi hari ini. Ketahuilah, bahwa 80 persen keber hasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual, namun juga didukung oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Dari ketiga kecerdas an tersebut, bersikap komit, jujur, dan loyal merupakan sesuatu yang utama. Demikian ditegaskan Dekan FIK UNY, Sumaryanto, M.Kes., saat menyambut 103 mahasiswa FIK UNY yang sedang yudisium, bertempat di ruang lantai III Kampus Kuningan FIK UNY, selasa (2/2). Mereka yang diyudisium terdiri dari 60 orang mahasiswa Prodi Pendidikan Jasmani dan Rekreasi (PJKR), 11 orang mahasiswa Prodi Ilmu Kesehatan Olahraga (IKORA), 13 orang mahasiswa Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO), dan 19 orang mahasiswa Prodi D2 Pen didikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani (PGSD Penjas). Upacara yudi sium ini dihadiri anggota senat dan pejabat fakultas. Tiga peserta yang mendapatkan nilai terbaik, mewakili rekan-rekannya un tuk menerima Surat Keputusan Yudisum secara simbolis. Mereka adalah: 1) Ke mala Miftikaningrum (IKORA, IPK 3,47), Arif Purwandito (PJKR, IPK 3,44), dan Indah Fitoriyati (PKO, 3,46). ratnae
Sebanyak 4 Dosen FBS Naik Pangkat dan Jabatan
dokumen humas uny
ini dampaknya luar biasa. Setiap mata kuliah yang akan diajarkan, dirancang, dibahas oleh sedikitnya 6 dosen peng ampunya. Silabus masing-masing dicer mati bersama sehingga menghasilkan silabus yang lebih baik, media pembe lajaran dirancang yang paling tepat. Buku ajar pun disiapkan. Sampai saat ini, sudah 4 buku ajar bersama yang di hasilkan dan digunakan untuk kuliah di 6 PT tersebut, ujar Sardiman. Untuk pertemuan kali ini, Sardiman meminta semua dosen memasukkan perspektif karakter dan budaya pada semua ma ta kuliah yang ada. Perspektif ini tidak bisa ditunda lagi karena realitas menun jukkan nilai-nilai kebangsaan, nilai-ni lai moral semakin merosot. Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Hermi narto Sofyan, dalam sambutan pembu kaan mengatakan saat ini program ke mitraan sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan bersama. Karena bagaimana mungkin kita meningkatkan kualitas sesuai tuntutan zaman kalau kita hanya sendiri atau menutup diri. Kemitraan bi sa menjadi forum tukar menukar infor masi, sharing, untuk meningkatkan ku alitas dosen, kualitas pembelajaran, sekaligus peningkatan kualitas institusi dan kualitas pendidikan. Herminarto sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Kemi traan 6 PT dan HISPSI selama ini. Dosen saat ini dituntut untuk membuat Eva luasi Kinerja Dosen, dengan berbagai kegiatan yang sudah dilakukan dalam kemitraan akan mempermudah dosen dalam memenuhi tuntutan untuk me ningkatkan kualitas dirinya, ujar Her minarto. PR III, yang juga dosen Fakultas Te knik UNY juga berpesan agar hasil-has il kemitraan dapat disosialisasikan ke sekolah-sekolah. Para guru, harus ter us dipacu lewat seminar dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas dirinya. Demikian juga guru-guru yang sudah disertifikasi perlu terus dibina karena sertifikasi guru belum signifikan mem bawa perubahan pada kualitas profesi onal guru, tandasnya.
Akhirnya setelah bergelut dengan berkas-ber kas selama kurang lebih setengah bulan, Tim Pemberkas Fakultas mengusulkan 4 dosen Fakul tas Bahasa dan Seni (FBS), yang memenuhi syarat untuk naik jabatan dan pangkat. Tepat Rabu (3/3); pukul 09.00, keempat dosen tersebut diundang oleh Senat Fakultas dalam sebuah rapat yang dipimpin langsung Ketua Senat FBS/Dekan FBS UNY, Prof.Dr. Zamzani, M.Pd. Rapat ini juga diha dir Sekretaris Senat Fakul-tas, Dr. Pratomo Wido do dan 29 anggota Senat Fakultas, bertempat di Gedung PLA lantai 2. Hasil rapat senat memutuskan keempat dosen tersebut telah memenuhi syarat untuk diusulkan naik jabatan dan pangkatnya. Selesai rapat senat, bagian kepegawaian langsung membuat pengantar untuk diusulkan kenaikan jabat an dan pangkat dosen tersebut ke Rektor UNY. Adapun keempat dosen tersebut, 1) Drs. Marwanto, M.Hum., naik jabatan ke Lektor Kepala (400) dengan pangkat Penata Tk.I. /III/d; 2) Dr. Maman Surya man, M.Pd., naik jabatan ke Lektor (300) dan pangkat Penata/III/d; 3) Andy Bayu Nugroho,S.Pd., naik jabatan ke Asisten Ahli (150) dengan pangkat Penata Mu da Tk.I/III/b; dan 4) Ismadi,S.Pd., naik jabatan ke Asisten Ahli (100). Dekan FBS, Prof. Dr. Zamzani, berharap dengan kenaikan jabatan dan pang kat, keempat dosen tersebut dapat meningkatkan semangat kerja, mening katkan kualitas penelitian, meningkatkan kemampuan pengajar secara pro fesional, dan pengabdiannya kepada masyarakat, terutama pada masyarakat FBS UNY. Kartika Dewi P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
39
opini ANAK DALAM ANCAMAN KEKERASAN O l e h H e ndra S u g i a ntoro Kasus kekerasan terhadap anak sering kali muncul ke permukaan. Entah mengapa, kita sering menyaksikan berita adanya orang tua yang tega berlaku kasar dan melukai fisik anak. Anak yang semestinya mendapatkan pengasuh an dan kasih sayang orang tua, ternyata be lum menemukannya secara maksimal dalam lingkungan keluarganya. Tak hanya kekerasan fisik, anak juga sering mendapatkan kekeras an psikis, kekerasan verbal, bahkan kekeras an seksual. Munculnya kekerasan terhadap anak yang dilakukan orang tua tentu menjadi keprihatin an tersendiri. Anak yang masih dalam tahap tumbuh-kembang justru tidak mendapatkan iklim yang kondusif dari lingkungan terdekat nya. Keluarga sebagai lingkungan yang terdekat dengan anak justru menciptakan suasana yang tidak nyaman. Orang tua sering tidak terkontrol emosinya, sehingga begitu mudahnya memukul atau menampar anak. Kekerasan verbal dengan cara membentak anak pun banyak dilakukan orang tua. Tidak hanya dengan membentak dan memaki, tetapi juga dengan pernyataan-pern yataan yang merendahkan anak. Ketika orang tua mendapati anaknya bernilai buruk di seko lah misalnya, ungkapan ’anak bodoh’ sering kali muncul. Ungkapan seperti anak bodoh, anak malas, dan semacamnya, meskipun terli hat sepele, tanpa disadari justru berefek kurang baik bagi psikologis sang anak. Sikap abai orang tua dalam memelihara dan mengasuh anaknya juga merupakan bagian dari kekerasan tersendiri. Ada kalanya anak membu
Ungkapan seperti anak bodoh, anak malas, dan semacamnya, meskipun terlihat sepele, tanpa disadari justru berefek kurang baik bagi psikologis sang anak. 40
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
tuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, tetapi orang tua terlalu sibuk, sehingga kurang perhatian terhadap anak. Tak berhenti pada kekerasan fisik, psikis, dan verbal, anak ju ga sering mendapatkan perlakuan tak senonoh. Kekerasan seksual terhadap anak biasanya di lakukan orang-orang terdekat. Sebut saja, ayah tega memperkosa anaknya, kakek tega menca buli anak yang masih polos, dan seterusnya. Kekerasan seksual terhadap anak tidak hanya dilakukan orang terdekat, pun oleh orang lain yang tidak dikenal, sebagaimana banyak kita saksikan dalam pemberitaan berbagai media tentang kasus kekerasan seksual. Belum lagi, ketika kita membicarakan perdagangan anak dan anak di bawah umur yang sudah dipeker jakan. Di perempatan jalan misalnya, kita me nyaksikan anak-anak meminta-minta ataupun melakukan pekerjaan yang selayaknya tidak di lakukannya. Kasus kekerasan terhadap anak tentu saja bukan hanya catatan hitam para orang tua. Pemerintah, masyarakat, dan industri pers juga ikut menciptakan kekerasan terhadap anak. Kekerasan yang bisa disebut, misalnya sulitn ya akses kebutuhan pangan masyarakat yang sering menyebabkan anak menderita busung lapar dan gizi buruk. Kemiskinan penduduk menjadi penyebab hak-hak dasar anak untuk tumbuh-kembang kurang terpenuhi secara la yak. Hak anak untuk mendapatkan pendidikan bermutu juga sering terhambat oleh persoalan biaya sekolah yang tidak proporsional dengan tingkat pendapatan ekonomi orang tua. Kekerasan terhadap anak lainnya yang bisa diungkap adalah kurangnya perlindungan anak terhadap bahaya rokok. Tidak hanya orang tua yang merokok, orang dewasa yang merokok di sekitar anak, juga memberikan contoh perilaku merokok pada anak. Anak yang terkena asap rokok atau yang berani merokok karena men contoh orang dewasa, pasti akan berdampak pada kesehatannya. Begitu juga dengan keberadaan industri pers yang sering tidak ramah terhadap anak. Tayangan kekerasan dan kurang mengedepan kan moralitas di televisi, tentu membahayakan tumbuh-kembang anak. Berdasarkan studi psiko
opini
istimewa
logi, tayangan kekerasan mudah merasuk pada perilaku anak. Anak yang semestinya mendap atkan tayangan edukatif bagi tumbuh-kembang mereka, justru tercemari oleh tayangan-tayang an televisi yang tidak ramah kepada anak. Hal lain yang layak dikemukakan adalah ki an terasingnya lagu-lagu yang sesuai dengan perkembangan dan usia anak. Akibat gencar nya tayangan televisi, kini anak begitu mudah nya menyanyikan lagu-lagu dewasa. Padahal, sebenarnya itu tidak tepat dinyanyikan oleh anak-anak. Di lingkungan sekolah anak juga sering ti dak terlepas dari kekerasan, baik dilakukan oleh oknum guru maupun sesama siswa. Perilaku kekerasan guru terhadap siswanya beberapa kali mencuat di permukaan. Juga, tindakan ke kerasan pelajar (bullying), anak yang lemah se lalu menjadi korban dari anak yang kuat dan sok arogan. Dapat disimpulkan bahwa kekerasan terha dap anak belumlah reda dalam kehidupan kelu arga dan masyarakat pada dewasa ini. Anak se bagai generasi masa depan masih belum hidup secara aman dan mendapatkan kasih sayang sebagaimana seharusnya. Ancaman kekerasan terhadap anak masih terjadi di mana-mana. Belum lagi jika kita berbicara tentang per kembangan teknologi informasi yang selain me miliki sisi positif, juga mengandung sisi nega tif bagi kehidupan anak. Walau kondisi belum
ramah terhadap tumbuh-kembang anak, berba gai upaya tentu saja perlu dilakukan menging at anak-anak yang hidup di zaman kini adalah masa depan masyarakat, bangsa, dan negara kita. Wajah kekerasan terhadap anak akan berdam pak pada kehidupan anak di kelak kemudian hari. Jika saat ini anak hidup dalam ancaman kekerasan, ada beragam dampak yang bisa mun cul dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara di masa mendatang. Pertama, anak akan mewarisi kekerasan dalam kehidupannya kelak. Kedua, lahirnya generasi masa depan yang pe nuh depresi dan perasaan trauma akibat kek erasan yang didapatkan sejak kecil. Ketiga, kurang berdayanya potensi generasi masa de pan dalam menghadapi dinamika dan tantang an zaman. Akhirnya, pertanyaannya adalah siapa yang bertanggung jawab menciptakan kondisi kehi dupan yang ramah terhadap anak. Siapa pun harus bertanggung jawab. Orang tua, masyara kat, sekolah, pemerintah, maupun pihak-pihak lain yang menyadari bahwa anak-anak masa ki ni adalah wajah masyarakat, bangsa, dan ne gara di masa depan harus bertanggung jawab. Wallahu a’lam.
Hendra Sugiantoro aktivis Transform Institute pada UNY
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
41
opini MENULIS, KUNCI RAIH EMOTIONAL, SPIRITUAL, DAN INTELECTUAL QUOTIENT O l e h H aris Abiz a r ‘Menulis adalah seni memahat kata-kata’, demikian sebagian penulis mengatakan, walau pun sebenarnya bukan hanya memahat, tetapi mencipta nilai, dan ini yang penting. Menulis adalah mencipta kenyataan atas kenyataan yang tersembunyi, yakni menumbuhkan kebe raniaan untuk mengarungi hidup. Itulah inti hidup-berani. Ada sebuah pernyataan menarik ditulis oleh ‘Si Burung Merak’ WS Rendra, “Kesa daran adalah matahari, kesadaran adalah bumi, keberanian adalah cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.” Dengan demiki an, keberanian hidup adalah mematahkan ken yataan yang terkadang tidak menyenangkan. Menulis-keberanian untuk menaklukan ke malasan dalam melahirkan karya-karya besar yang bermakna dalam hidup, sebenarnya inti ibadah dalam ruang privat penulis-berani un tuk membuat perubahan dengan tulisan. Me mang begitulah seharusnya para penulis itu, berjuang di medan tulisan. Tulisan yang pe nuh makna mampu memadukan kecerdasan emosional, spiritual, dan intelektual yang bisa menggugah dan mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Kecerdasan emosional, spiritual, dan intele ktual adalah tiga sumber untuk mencapai keba hagian hidup. Perpaduan yang sinergis dari tiga kecerdasan tersebut tercantum dalam khasanah keilmuan. Kaitannya dengan menulis, ecerdas an emosional sebagai cermin dari relasi hubun gan antarmanusia. Tulisan akan bermakna bagi orang lain, apabila bahasanya santun, penuh dengan untaian mutiara hikmah, dan mereduk
Kesadaran adalah matahari, kesadaran adalah bumi, keberanian adalah cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. 42
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
si kata-kata yang kurang berguna, seperti um umnya diluapkan lewat pedasnya lidah. Tulisan dalam kecerdasan spiritual sebagai bentuk per enungan merupakan sebuah pemaknaan dari arti kehidupan. Tulisan juga sebagai bentuk pengabdian, pengabdian bagian dari ibadah. Kecerdasan emosional dan spiritual dilengka pi dengan kecerdasan intelektual. IQ sebagai bukti akademik adalah tulisan. Kata akan habis dikenang, tulisan akan selamanya dirasakan. Tulisan sebagai sumber-sumber yang relevan dan memberikan informasi yang sangat dibu tuhkan bagi seorang akademisi dan masyarakat umum. Oleh karena itu, perpaduan tiga sumber kecerdasan harus dioptimalkan untuk mengem bangkan jiwa menulis. Tiga sumber kecerdasan yang ditulis dengan bahasa yang begitu indah dan kaya makna akan selalu dikenang oleh orang lain dan memberikan inspirasi bagi orang lain untuk gemar menulis. Mewujudkan Masyarakat Cerdas Menulis a. EQ (Emotional Quotient) EQ merupakan kecerdasan yang paling dominan mempengaruhi dalam meraih kesu ksesan hidup daripada SQ dan IQ. Inti dari EQ adalah manusia harus punya kekuatan batin dan hati dalam rangka mengelola emosi dan membangun relasi positif. Menurut Goleman “Kecerdasan emosional adalah kemampuan ses eorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan kes adaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial”. Kaitannya dengan menulis adalah pandan gan untuk bersikap saling memberi dan keter bukaan dengan sesama. Sikap saling sebagai wujud dari rasa simpati dan empati penulis un tuk berbagi ilmu dengan masyarakat. Tulisan yang memberikan kajian-kajian yang relevan dan positif bisa menambah pengetahuan pem baca. Penulis dan pembaca bisa saling memoti vasi diri dan mengendalikan emosi. Introspeksi diri menjadi lebih baik, sehingga menulis bisa membangun karakter manusia dalam menum
opini
b. SQ (Spiritual Quotient) SQ memberikan pemahaman bagi manusia untuk mampu memaknai apa yang dikerjakan dan dihasilkan. Dengan demikian, akan terwu jud sebuah empati yang beralas pada titik priba di manusia sebagai ciptaan Tuhan. Inilah yang dikenal dengan nama God Spot. Taufik Pasiak menuliskan, “Luar biasa, bagi yang bersih hat inya, titik Tuhan ini akan kelihatan bersinar”. Menulis erat hubungannya dengan agama. Sebagai makhluk Tuhan yang paling sempur na, peran agama adalah benteng utama bagi tulisan yang dibuat. Menulis hendaknya jujur dan tidak menimbulkan hal-hal yang kontrover si. Agama tetap menjadi counter dalam mem buat tulisan. Dengan kehebatan daya pikir yang diberikan oleh Tuhan, penulis diharapkan mem berikan tulisan yang kaya makna dan mencer daskan masyarakat. Jadi, menulis tidak men jadi alat perusak tetapi menjadi rahmat bagi manusia. c. IQ (Intelectual Quotient) Daya pikir manusia yang sempurna diberikan Tuhan memunculkan ide pikiran dalam bertin dak. Ide-ide yang timbul harus diaplikasikan ke hal-hal yang positif. Ide sangat penting untuk membuat tulisan yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Ide-ide brilian yang dicurahkan dalam lantunan kalimat-kalimat bisa menggu gah dan mengubah pola pikir manusia menja di lebih baik. Informasi-informasi yang aktual dan konstruktif sangat membantu pembaca un tuk memahami isi tulisan. Tulisan-tulisan yang penuh makna membu tuhkan daya pikir yang sehat dan cerdas. Otak yang selalu mengonsumsi hal-hal positif memu
kalam/pewara
buhkan jiwa keterbukaan. Keterbukaan dalam menulis harus linier de ngan perkembangan ilmu pengehuan. Rangkai an kalimat yang ditulis sesuai apa adanya dengan fakta yang sesungguhnya disertai datadata yang relevan. Data-data tersebut memberi kan kebenaran dan solusi dari permasalahan yang ditulis. Menulis tidak menggunakan hawa nafsunya untuk memberikan data-data yang salah atau informasi yang mengundang isu-isu yang bisa mengadu-domba antarmasyarakat. Sikap kritis untuk berbagi dan keterbukaan dalam menyajikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat menjadi ciri khas dalam menulis guna menumbuhkan kecerdasan emosional.
istimewa
dahkan penulis mencari ilmu yang menghasil kan ide-ide brilian. Dalam kaitan IQ, dengan itu akan tercipta tulisan yang bernilai edukat if. Budaya mencipta inilah yang masih asing di telinga kita. Itu dikarenakan masyarakat hanya menerima dan bukan membuat. Maka, banyak membaca akan menumbuhkan jiwa penulis yang kreatif dan bermakna bagi masyarakat. Penutup Menulis dengan benar dan bermakna men jadi syarat utama upaya mewujudkan masyara kat cerdas menulis. Sebaliknya, menulis yang tidak benar dan tidak bermakna, justru bisa menimbulkan pemahaman yang salah terha dap ilmu yang dibaca. Bahkan, bisa menimbul kan perselisihan akibat tulisan itu. IQ adalah penunjang utama yang mengger akkan keberhasilan manusia, termasuk dalam daya cipta menulis. Dengan bangunan yang kuat dari EQ menulis akan menumbuhkan ra sa saling memberi dan keterbukaan antarsesa ma. IQ membantu penulis menemukan ide-ide brilian.
Haris Abizar mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UNY
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
43
resensi media
Sejuta Fantasi Ada di Percy O l e h Lin a Nur H idayati , M . M . Film ini bermula ketika Poseidon (Dewa Laut) tiba-tiba muncul dari air dengan ukuran yang jauh lebih besar daripada ukuran manusia normal untuk mene mui Zeus (Dewa Pemimpin) yang kehi langan tongkat petirnya. Zeus menu duh anak Poseidon (Percy Jackson) yang mengambil pedang tersebut. Kemara han Zeus semakin menjadi-jadi ketika Poseidon menyangkal hal itu. Zeus ke mudian memberikan waktu selama 10 hari untuk mengembalikan pedang pe tirnya. Apabila dalam waktu tersebut tongkat petir tidak kembali kepada Ze us, akan terjadi perang besar di antara para dewa. Tokoh utama dalam film ini adalah Percy Jackson, yang digambarkan seba gai seorang remaja SMA, yang mengi ra dirinya menderita disleksia. Dia ju ga tidak mengetahui bahwa dirinya merupakan keturunan dewa, sedang kan ibunya, Sally Jackson hanyalah ma nusia biasa. Meskipun keturunan dewa, Percy memiliki penampilan seperti ma nusia pada umumnya. Namun, sebagai keturunan dewa, Percy memiliki kemam puan untuk bertahan hidup di dalam air dan dapat membaca tulisan Yunani Kuno. Petualangan seru dalam film ini di mulai ketika Percy dan dua sahabatnya, Annabel (Anak dari Athena) dan Grover (Seorang Satyr atau manusia setengah kambing), pergi ke Olympus untuk me nemui Zeus dan membuktikan bahwa bukan dirinya yang mencuri tongkat pe tir itu. Dalam perjalanan itu Percy harus mencari tiga permata dan pergi ke dun ia bawah (underworld) yang merupakan kunci untuk masuk ke Olympus. Untuk mendapatkan permata itu, ternyata ti dak semudah yang dibayangkan. Pertama, Percy harus berhadapan dengan Medusa (manusia berkepala ular), yang apabila menatap dengan matanya, sia pa pun akan menjadi batu. Kedua, Per 44
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
Percy Jackson and The Lightning Thief Chris Columbus ������������������������ • Action, Adventure dan Fantasy
cy harus mengambil permata yang ter letak di tengah mahkota Athena yang ukurannya menyerupai ukuran dewa pada umumnya. Ketiga, Percy dan ka wan-kawan harus mencari permata ter akhir di sebuah klub malam di kota Las Vegas. Film yang diilhami oleh novel Rick Ri ordan ini mampu menyuguhkan cerita yang sangat menarik dengan memperk enalkan nama-nama tokoh mitos Yuna ni Kuno, seperti Zeus, Poseidon, Hades, Athena, Centaur, Kronos, dan seterusn ya. Selain penggambaran tokoh dewa Yunani yang memang klasik dan elegan, film ini juga menampilkan efek gambar yang sangat apik. Seperti, tokoh Hades yang digambarkan sebagai naga raksa sa tiba-tiba muncul dari api, serta Per cy Jackson memanfaatkan kekuatan air untuk melawan Luke (anak Dewa Hermes).
Kelebihan ketiga dari film yang disu tradarai oleh Chris Columbus ini adalah tokoh utama pemeran Percy Jackson (Logan Lerman), Annabel (Alexandra Daddario), dan Grover yang diper ankan oleh Brandon T. Jackson mampu mengimbangi permainan aktor senior sekelas Pierce Brosnan yang berperan sebagai Centaur maupun Uma Thur man (Medusa). Kelebihan lain dari film ini adalah setting cerita masa lampau namun diadaptasi seperti masa seka rang. Setting tempat di night club, Empire State Building, maupun peralatan yang digunakan oleh para tokohnya se layaknya peralatan zaman sekarang. Tak ayal lagi handphone, laptop, playstation, maupun mobil keluaran terbaru di tampilkan dalam film yang berdurasi 120 menit ini. Tentunya, efek gambar yang juga menakjubkan menambah se ru petualangan Percy Jackson menuju Olympus. Mungkin kita bisa membandingkan nya dengan film sejenis yang juga di sutradarai oleh Chris Colombus, yaitu film Harry Potter. Dari segi jenis cerita, kedua film ini sama-sama merupakan film fantasi. Setidaknya, ada hal pen ting yang akan diperoleh dari menon ton film ini, yaitu kesenangan (hiburan) dan kesempatan untuk belajar sejarah Yunani Kuno. Anda tidak perlu bersu sah-payah membuka buku sejarah Yuna ni Kuno dan menghafalkan nama-nama dewa beserta artinya. Cukup menikma ti cerita di film ini, maka secara otoma tis jalan cerita beserta nama tokohnya akan langsung terekam di otak Anda. Lantas, siapakah yang ternyata men curi tongkat petir Zeus? Dan, apa motif di balik kejadian tersebut? Ingin tahu jawabannya? Nonton sendiri donk!
Lina Nur Hidayati M.M. Dosen FISE UNY / Kadiv Promosi UNY
bina rohani Dia Datang Bersama Rembulan O l e h M uha mma d Luthfi Hidayat “Hai Orang-orang yang beriman, diwa jibkan atas kamu berpuasa sebagimana telah diwajibkan atas orang-orang se belum kamu. Supaya kamu bertaqwa.” (Al Baqarah:183). Ayat ini sungguh populer di bulan Ramadhan, dan memang hikmah yang terkandung dari setiap detil katanya sangat dalam. Puasa sudah disyariat kan semenjak dahulu kala, meskipun syariatnya berbeda. Allah menyebutkan dalam ayat tersebut “Hai orang-orang yang beriman”, bukan “Hai manusia” (Yaa ayyuhannasi). Puasa Ramdhan ada lah puasa khusus orang-orang yang ber iman, dan Allah memberikan penekanan atas orang-orang yang beriman saja agar semakin meningkatkan derajat nya menjadi orang yang bertakwa La’allakum tattaquun. Puasa atau shaum adalah menahan makan, minum, dan bersenggama dari terbit fajar hingga terbenamnya mata hari. Makan dan bersanggama adalah titik-titik kenikmatan yang dianuge rahkan Allah kepada manusia. Sebalik nya, keduanya pula yang menjadi sumber kehancuran manusia. Karena ‘makan’, Adam dan Hawa diusir dari surga ke bumi. Di Luar Tembok Mihrab (:Tempat Imam di Masjid) Ramadhan selalu hadir dengan sema ngat kebaikan yang besar. Pintu surga atau peluang kebaikan telah dibuka se lebar-lebarnya. Pintu neraka (melam bangkan kemaksiatan) telah ditutup rapat. Kedua perlambang tersebut hen daknya dapat memacu kita untuk sema kin menambah frekuensi dan kualitas ibadah dan amalan. Bayangkan, satu rakaat shalat sunnah pahalanya diseja jarkan dengan rakaat shalat fardhu, apalagi setiap amalan kecil dilipatgan dakan dengan pahala yang kita tidak pernah tahu banyaknya. Dengan semakin menghitung dan
istimewa
mengoreksi kekurangan diri, kita dapat membuat acuan tentang langkah-lang kah ke depan untuk perbaikan masyara kat. Karena Ramadhan bukan ajang un tuk meninggikan ego saja, bukan untuk menjadi ‘orang suci’ sendirian di ten gah masyarakat yang kering dari kei manan. Ramadhan adalah bulan un tuk peduli. Hamba Cemas, Belum Tentu di Tahun Depan Setiap habis Ramadhan, hamba ce mas kalau tak sampai umur hamba di tahun depan, berilah hamba kesempa tan… Lirik lagu Bimbo yang melukiskan betapa seorang yang telah benar-benar merasakan nikmat dan barakah Allah di bulan Ramadhan, niscaya berat hatinya untuk ditinggalkan oleh Ramadhan dan muncul kecemasan di hatinya, akankah umur yang tersisa bisa menjumpainya di tahun depan. “Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga… (HR Bukhari–Muslim). Beberapa indikasi orang-orang yang sengsara di bulan Ramadhan sebagai berikut.
Pertama, sebelum Ramadhan datang, ia kurang optimal melakukan “pema nasan”, seperti kurangnya ilmu tentang ibadah maupun Ramadhan, serta malas nya mengerjakan amalan-amalan su nah. Sambutan kepada Ramadhan laikn ya sebuah beban dan musibah, karena dia seolah dipaksa untuk menghentikan aktivitas destruktifnya. Yang mempri hatinkan lagi, bulan Sya’ban yang seha rusnya menjadi bulan persiapan, malah dijadikan ajang pelampiasan maksiat. Kedua, berpuasa tidak menghalang inya untuk tetap berbuat maksiat. Bagaimana seseorang yang berpuasa, namun tetap saja ia dusta, memfitnah, dsb, bahkan matanya tidak bisa dijaga dari melihat hal-hal yang haram. Ketiga, malam-malam Ramadhan tak ada bedanya dengan malam-malam lain nya. Orang yang gagal adalah orang yang tidak meningkatkan dirinya di bu lan mulia ini, menghidupkan malammalam Ramadhan dengan ibadah. Keempat, saat–saat berbuka dijadi kan saat balas dendam dengan melahap banyak makanan untuk memenuhi lam bungnya. Nilai puasa bukan hanya dari menahan makan-minum saja. Lebih da ri itu, unsur pendidikan puasa adalah latihan pengendalian nafsu dan sarana memperbesar kepekaan sosial. Kelima, ketika idul fitri tidak mem berikan bekas fitrah di hati. Menjelang Idul Fitri memperbagus lahiriah tanpa peduli peningkatan ibadah. Menjelang perpisahan dengan Ramadhan, Ya Allah, jadikanlah hamba seorang alumni teladan Ramadhan. Yaitu orangorang yang Engkau karuniai kemuliaan dan ketaqwaan. Semoga kebahagiaan tertinggi berupa pertemuan langsung dengan–Mu di surga, kelak dapat ham ba raih. Amin.
Muhammad Luthfi Hidayat mahasiswa Pendidikan Biologi UNY
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
45
cerpen
Menolong Kakek O l e h ika fe ni s etiya nin grum Pagi ini cerah. Burung-burung berkicau. Terdengar suaranya merdu sekali. Langit juga biru. Indah sekali. Setelah mandi, Rizal bersiap-siap untuk berangkat ke seko lah. Ia siapkan buku-buku pelajaran sesuai jadwal yang ada, lalu sarapan pagi. “Bu, Rizal sudah selesai siap-siap ni. Sekarang Rizal mau makan,” ucap Rizal yang masih duduk di bangku kelas 2 Se kolah Dasar. “Wah, anak Ibu hebat. Itu nasinya sudah Ibu siapin,” ja wab Ibu dengan sunggingan senyumnya. “Lauknya apa, Bu?” “Ya, biasa, Nak. Tempe goreng sama sayur sop.” “Yah, tempe lagi, tempe lagi, kapan lauknya pakai ayam goreng, Bu?” “Kan kata Bu guru, lauk tempe itu banyak gizinya. Ya su dah dimakan dulu, besok kalau ada rejeki Ibu beliin deh,” ja wab ibunya dengan bijak. Rizal mengambil piring berisi nasi yang sudah disiapkan oleh ibunya. Ia mengambil satu tempe goreng dan sayur sedikit. Rizal terlihat tidak bersemangat untuk makan. Ibu nya melihat itu. Ibu itu mendekati Rizal dan duduk di sam pingnya. “Nak, bersyukur ya kita masih bisa makan. Coba lihat anakanak jalanan di luar sana. Sudah nggak bisa sekolah karena tidak punya uang, terus sehari saja belum tentu mereka ma kan. Kalau mereka mau makan, mereka harus nyari uang du lu. Coba deh, sekarang bandingkan dengan Rizal. Rizal bisa makan, bisa sekolah, dapat uang saku. Yah, walaupun uang sakunya nggak banyak juga. Bener ‘kan?” “O, gitu ya. Bu, anak jalanan itu punya ayah dan ibu nggak?” “Ya macem-macem. Ada yang masih punya ayah dan ibu. Ada juga yang sudah nggak punya ayah atau ibu.” “Terus, mereka tinggalnya di mana, Bu?” “Biasanya sih di kolong jembatan, Nak. Kadang juga ting gal di rumah-rumah kardus.” “Maksudnya rumah kardus, Bu?” “Maksudnya, rumah yang dibuat dari kardus.” “Kasihan mereka ya.” “He-em, kasihan. Nah, makanya Rizal harus bersyukur masih bisa sekolah, bisa makan, punya ayah dan ibu, masih dapat uang saku pula.” “Betul, betul, betul,” jawab Rizal. “Makanya, nanti kalau kamu ketemu sama anak-anak jalan an atau pengemis itu, alangkah mulianya kalau Rizal mau ber 46
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
bagi dengan mereka. Pengemis juga perlu ditolong, Nak.” “Iya, Bu. Ibu guru juga sudah mengatakan, kalau ada pe ngemis alangkah baiknya kita membantunya dan mau ber bagi.” “Wah, anak Ibu memang cerdas ya.” “Iya dong, Bu.” “Ya sudah, buruan makannya dihabisin. Habis itu, Ibu antar Rizal ke sekolah.” Setelah Rizal selesai makan, Ibu langsung bergegas men gambil sepeda onthel-nya untuk mengantar Rizal ke seko lah. *** Bel tanda sekolah usai pun berbunyi. Rizal dan kawan-ka wan keluar kelas. Rizal dan Andi sudah janjian untuk pulang sama-sama. Kebetulan rumah mereka bersebelahan. “Andi, Ibu Guru tadi bilang kalau kita menolong orang dapat pahala kan?” “Iya, Zal.” “Berarti, kalau kita dapat pahala, kita bisa masuk surga dong.” “Iya, Zal.” “Wah, Rizal pingin menolong orang ni biar dapat masuk surga.” “Iya, ya, pasti enak kalau masuk surga, Zal.” Tak lama kemudian Rizal melihat kakek-kakek di pinggir jalan. Sepertinya kakek itu sedang membutuhkan pertolong an. Rizal dan Andi bergegas menghampiri kakek itu. “Kek, kakek kenapa?” Kakek itu menyahut, ”Cu, dari kemarin kakek belum ma kan. Tak ada uang untuk membeli nasi. Kakek juga sudah tidak punya rumah dan sanak saudara. Kasihanilah kakek ini, Cu.” Rizal merogoh uang yang ada di sakunya. Uang 1000 ru piah pemberian ibunya tadi pagi. “Kek, ini ada uang dari Rizal. Tapi, hanya 1000 rupiah.” “Wah, makasih ya, Cu. Cucu memang anak yang baik. Se moga jadi anak yang pintar.” “Amin,” sahut Rizal dan Andi. Tanpa disangka, Andi pun memberikan uang yang masih ia punya. “Kek, maaf ya, hanya ada 500 rupiah. Ini buat kakek. Se moga cukup buat beli nasi.” “Wah, terima kasih ya, Cu. Kalian berdua memang anak yang baik. Semoga besok kalian berdua masuk surga.” ”Amin,” serempak Rizal dan Andi.
cerpen
istimewa
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan pulang ke ru mah masing-masing. “Wah, tadi kita didoain masuk surga ya, Ndi.” “Iya, senang ya bisa masuk surga.” Sesampainya di rumah, Rizal menceritakan kejadian yang baru dialaminya itu kepada ibunya. “Wah, anak Ibu memang anak yang baik dan cerdas,” pu ji Ibu berseri-seri. “Siapa dulu dong, Rizal!”
“Eit ... ingat. Jadi anak tidak boleh som .…” “...bong,” timpal Rizal sambil tertawa. Hari ini Rizal sudah berbuat kebaikan, yakni menolong seorang kakek yang sedang dalam kesusahan. Rizal merasa senang sekali karena bisa menolong orang lain.
IKA FENI SETIYANINGRUM mahasiswa UNY, bergiat di Pena Profetik UNY
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010
47
puisi•geguritan•tembang Sajak Ani Zr Ibu sosokmu begitu anggun di mataku semangatmu masih menggebu merasuk jiwa sanubariku waktumu kau korbankan demi anak-anakmu hingga tak terhitung lagi berapa jam dalam sehari Ibu, kehadiranmu menyejukkan hati hari-harì kulalui begitu membahagiakan kau tak pernah mengeluh walau harus menopang sendiri hidup kita Ibu, anak-anakmu begitu sedih melihat saat kau berduka sukaku berbinar kala kau bahagia Ibu, sosokmu kini tiada tapi semangatmu membuatku tegar menjalani hidup seperti kaulakoni seakan kau hidup kembali dalam jiwaku
kalam/pewara
aku bangga mengenangmu aku ikhlas melepasmu aku ingin kau bahagia di alam sana dalam pelukan Sang Khaliq Bandarlampung, April 2007 Ani Zr mahasiswa UNY
poj o k ge l it i k
Kocar-kacir
kalam/pewara
48
Pewara Dinam i ka M a r e t 2 0 1 0
Umarmoyo: Di, kisruh tenan...kisruh tenan... Umarmadi: Ada apa? Umarmoyo: Pokoke situasi benarbenar kisruh... Umarmadi: Lha iya! Kenapa? Umarmoyo: Banyak warga pindah ke luar negeri. Umarmadi: Lha iya! Kenapa?
Umarmoyo: Banyak warga minta perlindungan. Umarmadi: Lha iya! Kenapa? Umarmoyo: Banyak warga minta suaka ke luar negeri. Umarmadi: Emang di negerimu ada peristiwa apa? Umarmoyo: Semua warga negara yang namanya Markus kocar-kacir mencari selamat. Umarmadi: Kenapa? Umarmoyo: Karena di negeriku ada pernyataan keras ‘Markus-markus akan dihabisi!’ Umarmadi: ..........................................? ema r '10
l ensa
KEHANGATAN DI UNY (2) Mengunjungi UNY tidak hanya melihat deretan gedung yang megah, kokoh, dan indah maupun fasilitas olahraga yang komplit. Tapi lebih dari itu, suasana kekeluargaan nan hangat itulah yang paling berkesan. Tepat pada Jumat, (6/11) UNY kedatangan tamu istimewa. Dia adalah Andi Alfian Mallarangeng, Menteri Pemuda dan Olahraga. Saat menyerahkan penghargaan dan bermain tennis, Andi tampak terus tersenyum. Sivitas akademika UNY pun tersenyum. teks: Sismono La Ode • Fotografer: Ahmad natsir ep.
Pewara Dinamika Mengucapkan
Selamat Nyepi 16 Maret 2010
universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id