2 minute read

Jendela

Next Article
resensi media

resensi media

DIBUTUHKaN BaDaN aNTI STReS INDONeSIa?

DI dalam sistem pendidikan, atau lebih spesifik lagi sistem pembelajaran – di mana pun – pasti ada yang namanya Kegiatan BelajarMengajar (KBM), atau Proses BelajarMengajar (PBM), atau yang terakhir ini lebih dipopulerkan dengan alasan student oriented adalah Proses Pembelajaran.

Advertisement

Yang namanya proses pembelajaran, di mana pun, pasti mempunyai tujuan yang ingin digapai. Tujuan pembelajaran itu menuntun dilaksanakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran itu dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan ini pun bergerak dari skala yang paling sempit/spesifik sampai pada skala yang paling luas secara nasional. Untuk itu, sebut saja ada tujuan instruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional, dan akhirnya tujuan umum seperti digariskan dalam UUD 1945, tertuang pada TaP MPR, dan diperjelas dalaqm gBHN.

Permasalahan yang muncul kemudian, bagaimana atau dari mana kita bisa tahu kalau tujuan pembelajaran yang kita canangkan itu tercapai oleh proses pembelajaran yang dilakukan. Jawabnya, tentu harus ada ‘evaluasi’ (:pengukuran, penilaian, tes, ulangan, ujian, dan sebangsanya itu).

Memang, dari referensi yang ada dapat diketahui bahwa secara garis besar fungsi kegiatan evaluasi di sekolah adalah untuk mengetahui kemajuan/perkembangan siswa setelah mengalami proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu, untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pendekatan/metode/teknik yang dipergunakan, dan sebagai masukan untuk perbaikan ke depan setelah mengetahui hasil evaluasi yang kurang/buruk, misalnya.

Fungsi evaluasi itu sendiri ada bermacammacam bergantung pada tujuan/fungsinya, sifatnya, dan seterusnya. Untuk itu, kita kenal kemudian di antaranya tes seleksi, tes diagnostik, tes penempatan (placement test), tes pengukur keberhasilan, tes formatif, tes sumatif, tes awal (pre-test), tes akhir (post-test), , teacher made test, standardized (achievement) test. Untuk yang terakhir, standardized (achievement) test sudah tentu tes yang telah mengalami proses standarisasi, yakni proses validasi dan reliabilitasi. Tes tersebut dapat digunakan pada skala sempit (suatu institusi) maupun luas (secara nasional).

Jelaslah, bahwa terkait dengan program atau proses pembelajaran atau pendidikan, yang di dalamnya terjadi kesinambungan inputproses transformasioutput, maka program atau kegiatan yang bernama evaluasi – apa pun namanya – bersifat wajib ‘ain. Itu, kalau sistem yang ada diharapkan selalu tumbuh dan berkembang secara optimal dan menerus dari waktu ke waktu sesuai arah, tujuan, sasaran, dan target yang diharapkan. Pun, itu dalam skala sempit maupun luas. Pun, itu untuk level bawah, menengah, atas, maupun tinggi. aneh binti nyata, tatkala evaluasi itu dikenakan pada level yang sama namun dalam skala yang luas (baca: nasional) dan tentu demi kepentingan nasional, dengan label Ujian Nasional atau apalah namanya, telah terjadi silang pendapat, pro dan kontra secara meluas yang melibatkan berbagai stakeholders pendidikan di Indonesia. ajaibnya pula, prosesi itu telah berdampak dan berekses yang luar biasa. ‘Survai’ menunjukkan telah terjadi ledakan dalam angka orang stres di Indonesia. Seolah prosesi itu sesosok hantu mengerikan yang gentayangan siap memangsa para korbannya. Dan, itu terjadi di kalangan para siswa, para orang tua, para guru, para kepala sekolah, dan seterusnya, dengan penyebab, pemikiran, pertimbangan, dan konsekuensi yang berbeda satu dengan yang lain. apa pun alasannya, paling tidak ada dua hal yang perlu digarisbawahi. Pertama, prosesi itu sendiri perlu segera dievaluasi secara cermat dan akurat untuk melihat dimensi relevansi dan urgensi, sehingga ke depan dampak dan ekses yang terjadi dapat diminimalisasi. Kedua, perlu dipertanyakan apakah penyikapan negatif dari pihakpihak yang terkait dengan prosesi itu sampaisampai harus ‘menderita stres’ misalnya bukan sesuatu yang berlebihan. Kiranya tidak perlulah sampai dimunculkan BaSI (Badan anti Stres Indonesia). Mari kita renungkan!

drs� sUmaryadI, m�pd� pemimpin redaksi

This article is from: