jendela DIBUTUHKAN BADAN ANTI STRES INDONESIA? Di dalam sistem pendidikan, atau lebih spesifik lagi sistem pembelajaran – di mana pun – pasti ada yang namanya Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM), atau Proses Belajar-Mengajar (PBM), atau yang terakhir ini lebih dipopulerkan dengan alasan student oriented adalah Proses Pembe lajaran. Yang namanya proses pembelajaran, di ma na pun, pasti mempunyai tujuan yang ingin digapai. Tujuan pembelajaran itu menuntun dilaksanakan proses pembelajaran. Proses pem belajaran itu dilaksanakan untuk mencapai tu juan pembelajaran. Tujuan ini pun bergerak dari skala yang paling sempit/spesifik sampai pada skala yang paling luas secara nasional. Un tuk itu, sebut saja ada tujuan instruksional, tu juan kurikuler, tujuan institusional, dan akhirn ya tujuan umum seperti digariskan dalam UUD 1945, tertuang pada TAP MPR, dan diperjelas dalaqm GBHN. Permasalahan yang muncul kemudian, bagai mana atau dari mana kita bisa tahu kalau tuju an pembelajaran yang kita canangkan itu terca pai oleh proses pembelajaran yang dilakukan. Jawabnya, tentu harus ada ‘evaluasi’ (:pengu kuran, penilaian, tes, ulangan, ujian, dan se bangsanya itu). Memang, dari referensi yang ada dapat dike tahui bahwa secara garis besar fungsi kegiatan evaluasi di sekolah adalah untuk mengetahui kemajuan/perkembangan siswa setelah menga lami proses pembelajaran selama jangka wak tu tertentu, untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pendekatan/metode/teknik yang dipergunakan, dan sebagai masukan untuk per baikan ke depan setelah mengetahui hasil evalu asi yang kurang/buruk, misalnya. Fungsi evaluasi itu sendiri ada bermacammacam bergantung pada tujuan/fungsinya, si fatnya, dan seterusnya. Untuk itu, kita kenal ke mudian di antaranya tes seleksi, tes diagnostik, tes penempatan (placement test), tes pengukur keberhasilan, tes formatif, tes sumatif, tes awal (pre-test), tes akhir (post-test), , teacher made test, standardized (achievement) test. Untuk yang tera khir, standardized (achievement) test sudah tentu tes yang telah mengalami proses standarisasi, yakni proses validasi dan reliabilitasi. Tes terse
but dapat digunakan pada skala sempit (suatu institusi) maupun luas (secara nasional). Jelaslah, bahwa terkait dengan program atau proses pembelajaran atau pendidikan, yang di dalamnya terjadi kesinambungan input-proses transformasi-output, maka program atau kegiat an yang bernama evaluasi – apa pun namanya – bersifat wajib ‘ain. Itu, kalau sistem yang ada diharapkan selalu tumbuh dan berkembang se cara optimal dan menerus dari waktu ke waktu sesuai arah, tujuan, sasaran, dan target yang di harapkan. Pun, itu dalam skala sempit maupun luas. Pun, itu untuk level bawah, menengah, atas, maupun tinggi. Aneh binti nyata, tatkala evaluasi itu dike nakan pada level yang sama namun dalam ska la yang luas (baca: nasional) dan tentu demi kepentingan nasional, dengan label Ujian Na sional atau apalah namanya, telah terjadi silang pendapat, pro dan kontra secara meluas yang melibatkan berbagai stakeholders pendidikan di Indonesia. Ajaibnya pula, prosesi itu telah ber dampak dan berekses yang luar biasa. ‘Survai’ menunjukkan telah terjadi ledakan dalam ang ka orang stres di Indonesia. Seolah prosesi itu sesosok hantu mengerikan yang gentayangan siap memangsa para korbannya. Dan, itu ter jadi di kalangan para siswa, para orang tua, para guru, para kepala sekolah, dan seterusn ya, dengan penyebab, pemikiran, pertimbang an, dan konsekuensi yang berbeda satu dengan yang lain. Apa pun alasannya, paling tidak ada dua hal yang perlu digarisbawahi. Pertama, prosesi itu sendiri perlu segera dievaluasi secara cermat dan akurat untuk melihat dimensi relevansi dan urgensi, sehingga ke depan dampak dan ekses yang terjadi dapat diminimalisasi. Kedua, perlu dipertanyakan apakah penyikapan negatif dari pihak-pihak yang terkait dengan prosesi itu -sampai-sampai harus ‘menderita stres’ misal nya -- bukan sesuatu yang berlebihan. Kiranya tidak perlulah sampai dimunculkan BASI (Badan Anti Stres Indonesia). Mari kita renungkan!
Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi
P e wa r a Din a m i k a M a r e t 2010