Pewara Dinamika Mei 2010

Page 1

Volume 11 • nomor 30 mei 2010

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

BERTANDANG KE LUAR NEGERI Sejak tahun 2008 lalu, UNY telah mengibarkan bendera untuk siap menuju World Class University. Cita-cita luhur ini terus dimantapkan, salah satunya dengan bertandang di beberapa PT terkemuka di dunia.


Saatnya Berdebat Kejujuran!!!

Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat pendidikan dasar dan menengah tahun 2010 cukup menggetirkan rasa kemanusiaan kita. Di beberapa wilayah nusantara, para peserta UN sudah tak malu-malu (lagi) mencontek dan saling menyontek. Anehnya, sebagaimana dipertontonkan di layar kaca, para pengawas ujian tidak memedulikan hal ini, justru membiarkan fenomena yang memalukan ini. Di saat yang sama, para pengamat ataupun stakeholder pendidikan bangsa ini masih saja memperdebatkan soal substansi UN. Bukannya substansi ini tidak penting. Tetapi praktik tidak jujur saat UN adalah sesuatu yang penting dan layak untuk diperdebatkan secara serius. Ketidakjujuran saat UN adalah contoh riil dari bangkrutnya moralitas bangsa ini. Untuk mengembalikan perkara ini, sudah saatnya kita berdebat soal kejujuran dalam UN. Perdebatan ini mungkin remeh, tetapi ketemehan ini, sekali lagi: justru jauh lebih penting! Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • SUMBER gambar: matanews.com


pena redaksi

P ewa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Prawoto, S.E. PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Eka Wahyu Pramita. S. Pd. Mindiptono Akbar. SS. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Tien Kartika Komara Dewi, A.Md. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Didik Kurniawan, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Sugeng Sutarto, S.Pd. (Sistem Informasi) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Tanggal 21 akan tiba. seluruh sivita­s akademika UNY siap menjemputnya­. be­ ragam prosesi terus dihelai tanpa henti. Bahkan, perhelatan itu telah dimulai sejak sebulan yang lalu. Kesibukan di setiap penjuru universitas pun sema­kin tampak dan meruah, jauh lebih sibuk dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Sebagian sivitas akademika UNY meng­ akui kalau tingkat frustasi di H -10 berbanding lurus dengan kesibukkan (panitia). Tak kecuali bagi kami,kru redaksi Pewara Dinamika. Waktu dua minggu sebelum 21 Mei adalah waktu yg cukup melelahkan. Bagaimana tidak, majalah yang selalu ditunggu-tunggu ribuan pembacanya harus terbit pada hari itu. Hari dimana seluruh sivitas akademika UNY dan undangan lainnya, sedang merayakan upacara puncak Dies Natalis UNY ke-46. Di mana, di saat yang sama, Pewara Dinamika dihadirkan di tangan pem­baca dan kemungkinan besar turut dibaca dengan penuh seksama. Jujur, untuk edisi khusus Dies Nata­ lies UNY ini, kami sungguh kelelahan. Hari-hari kami terus diwarnai pengejar­ an narasumber, terkadang dalam sehari atau dua, kami tak memperolah informa­ si. Akan tetapi, jika kami sedang beruntung, maka dalam sehari, kami memper­ oleh lebih dari dua narasumber. Baik itu, narasumber “dadakan” ataupun na­ ra­­sumber yang telah kami rencana­kan. Malam hari pun pulang kantor adalah hal yang biasa, bahkan setelah pulang kantor (baca: di rumah), kami tetap saja bergelut dengan tulisan hingga dini ha­ri. Besoknya, hal serupa kami lakuka­n kem­ bali. Semua itu, tidak lain untuk meng­ hadirkan majalah ini di tangan Anda. Pada edisi ini kali, laporan utamanya menelisik soal kunjungan ke luar ne­ge­

ri. Kunjungan ini oleh pemangku jabatan UNY dianggap sebagai babak baru persiapan menuju World Class University. Selain itu, kami juga hadirka­n liput­ an khusus masjid Mujahiddin UNY, yang saat ini sedang direnovas­i dan pa­d­a 21 Mei 2010 nanti, rencananya akan dires­mikan langsung oleh Menteri Pendi­dikan Nasional, Prof.Dr. Muhammad Nuh. Sementara itu, rubrik-rubrik lainnya­, masih tidak jauh berbeda de­ ngan edisi-edisi sebelumnya, bedany­a, kali ini rubrik berita banyak diisi de­ngan berita seputar perayaan Dies Natalis. Kami hanya berharap majalah ini terus mendapat apresiasi positif. Olehnya itu, masukkan berupa kritik tetap kami harapkan pula. Selama ini, kritik terha­ dap Pewara telah banyak memberikan hal positif untuk identitas majalah. Sebut saja, kritik dari Prof. Suyanto, Ph,D. Dalam obrolan santai di rumahnya, sekitar Januari 2010, mantan Rektor UNY ini meminta ke saya untuk menghapus kata “Majalah” pada kalimat (baca: identitas majalah) “PEWARA DINAMIKA” Majalah Universitas Negeri Yogykarta (lihat Cover Depan dan halama­n Struktur Redaksi, pada edisi-edisi sebelum edisi Februari 2010). “La Ode, ini kan majalah, ngapain lagi menulis kata Majalah. Buku aja, nggak pernah menulis kata Buku di halaman kafernya, demikian halnya majalah-majalah lainnya. Ini namany­a pemborosan dan terlalu mengajari pembaca,” usul Pak Yanto, yang diamanahkan menjad­i Direktur Jenderal Mandikdasmen Keme­ ndiknas RI ini. Kini, mulai edisi Februari 2010, penggunaan kata ”Majalah” tersebut telah kami hapus. Akhirnya, kami pun tetap berharap agar terus mendapat masuk­ kan pembaca. Tabikku. 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010


daftar isi Volume 11 • Nomor 30 mei 2010

l a p o r a n U ta m a

Bertandang ke Luar Negeri

Riska/pewara dinamika

Sejak tahun 2008 lalu, UNY telah mengibarkan bendera untuk siap menuju World Class University. Cita-cita luhur ini terus dimantapkan, salah satunya dengan bertandang di beberapa PT terkemuka di dunia. halaman 6

34

56 opini

berita

Aksi Mikrolight Meriahkan Senam Aerobik Senam bersama ini adalah awal dari banyak kegiatan UNY dalam memeriahkan Dies Natalis ke-46 UNY. Seba­ gai tanda dimulainya acara, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. MA., didampingi Dekan...

dokumen HUMAS FMIPA

Ribuan sivitas akademika UNY pa­ g­i ini senam aerobik bersama di la­ pang­an atletik-sepakbola FIK UNY.

Berita Lainnya • Sepuluh Mahasiswa UNY Terima Beasiswa Perum Pegadaian • UNY Tambah Guru Besar Bidang Ilmu Biologi Tanah • Olimpiade Nasional MIPA

Integritas Dosen Sebagai Landasan Pembangunan Merebaknya fenomena plagiasi kar­ ya ilmiah yang dilakukan oleh akademisi perguruan tinggi (PT) sungguh memprihatinkan. 61 5 63 4 1 3 30 64 64 60

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela kabar dari luar pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi media perancang sampul: kalam jauhari

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0


jendela SUDAH SIAPKAH? ”selamat ulang tahun kami ucapkan selamat panjang umur kita kan doakan selamat sejahtera sehat sentausa selamat panjang umur dan bahagia” Bulan Mei, tepatnya 21 Mei, merupakan tanggal dan bulan yang dirasakan teramat bersejarah bagi sivitas akademika–keluarga besar– Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), sebuah kampus besar yang berada kawasan Karangmalang-Kuningan Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Betapa tidak? Tepatnya pada 21 Mei 46 tahun silam UNY–waktu itu bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta yang menerima amanah berupa perluasan mandat– ’secara medis’ dinyatakan lahir ke alam keramaian ini untuk ikut memberikan warna atas hiruk-pikuknya jagad pendidikan di Yogyakarta khususnya, Indonesia pada umumnya, dan internasional secara lebih luas lagi. Itulah pula, maka sampai sekarang 21 Mei selalu diperingati sebagai Dies Natalis kampus UNY ini. Alhamdulillah, kampus ini lahir dari rahim sejarah, bertumbuh-kembang-mekar dalam be­ laian lembut sejarah, dan segera beranjak dewasa oleh sentuhan cinta, kasih, dan sayang sejarah. Harapan siapa pun dan di mana pun– dalam skala sempit maupun skala luas–kampus UNY mampu menjadi pintu gerbang dan wahana pendidikan bagi putra-putri bangsa dan pada gilirannya mampu menghasilkan ’sarjanasarjana’ yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, para lulusan yang andal, kompeten, dan profesional. Untuk itu, tepat rasanya jika kampus ini memformulasikan visinya ”Pada tahun 2012 Universitas Negeri Yogyakarta mampu menghasilkan insan yang bernurani, cendekia, dan mandiri”. Pertanyaannya adalah benarkah UNY selama ini tidak hanya berpangku tangan menunggu orang menyapa? Mengingat, perilaku seperti

itu sekarang sudah bukan masanya lagi! Kampus akan menjadi besar jika kampus itu mau dan mampu secara proaktif membuka daun pintu dan jendela lebar-lebar, sehingga siapa pun dapat melihat, menyaksikan, mencermati, dan menikmati apa saja yang ada di dalamnya. Itu permasalahan ke dalam. Sementara permasalahan ke luarnya, segenap komponen UNY senantiasa berbenah diri, melakukan konsolidasi, meningkatkan kualitas SDM dan sarana-prasarana, semakin melebarkan sayap, dan memperluas jaringan kemitraan dengan berbagai pihak terkait, dalam skala lokal, nasional, regional, maupun internasional. Persoalan lain yang juga tidak kalah mendesaknya untuk segera dicarikan jawabannya adalah bahwa di luar tembok kampus ini–di sini, di situ, di sana, pun di mana-mana–permasalahan pendidikan kian kompleks, perubahan zaman kian cepat, perkembangan keilmuan berlari cepat sekali. Pertanyaannya adalah mampukah UNY berpacu dengan semua itu? Janganjangan ada yang justru menutup mata. Jika kita ingin kampus ini tetap dan – bahkan – semakin digandrungi orang – siapa pun dan dari mana pun – inilah sesungguhnya nyanyian kita yang berjudul ’Tantangan!’ Happy Birthday to You, Kampus Tercinta: Universitas Negeri Yogyakarta. ’Genderang Pe­ rang’ sudah ditabuh sebagai tanda berangkatnya segenap lapisan perajurit ke ’Padang Kurusetra’ bernama World Class University demi kemaslahatan umat manusia.

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Perlu Lomba Berjalan di Trotoar UNY Surat pembaca Pewara Dinamika edisi maret dan april tahun 2010 saling sahut menyahut. Secara substansi kedua surat pembaca ter­ sebut tidak berbeda; masih menyinggung persoalan trotoar. Surat pembaca edisi April sifatnya menguatkan mendapat surat pembaca sebelumnya. Sebagai mahasiswa yang sering jalan di kawasan FISE-FBS Timur-Kopma, kawasan yang dipasang trotoar, saya agak risau. Dalam kerisauan tersebut, ter­ besik tanya, kenapa hingga saat ini animo mahasiswa untuk melewati trotoar tersebut belum maksimal. Padahal, fasilitas ter­ sebut telah nyaman dan aman buat pejalan kaki. Hingga akhirnya, saya pernah mengajak salah satu kawan saya untuk ngobrol jauh soal ini, bahkan kami menyepakati untuk melakukan penelitian sederhana mengenai faktor-faktor sosiologisnya. Saya berasumsi bahwa pembangunan trotoar tersebut adalah untuk memfa­ silitasi kebutuhan mahasiswa, akan te­ tapi melihat kecenderungan sosiologis pejalan kaki tersebut, kiranya asumsi saya keliru. Kemudian, saya kembali berasumsi bahwa pembangunan trotoar dilakukan hanya untuk mempercanti­k kampus yang kabarnya telah siap me­ nuju WCU, tanpa mela­kukan penelitian akan kebutuhan maha­siswa maupun sivitas akademika UNY lainnya. Jika asumsi saya benar, saya menghimbau agar seluruh komponen maha­­ sis­­wa, terutama BEM maupun Unit Kegiatan Mahasis­wa mau bersama-sama mencar­i tahu penye­bab hal di atas.

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

Bagi UKM pene­litian, secara khusus, saya berhara­p untuk menjadi organ yang paling depan dalam me­lakukan penelitian sederhana tentang hal itu. Jika semua ormawa UNY telah mendapat jawaban atas persoalam tersebut, saya berharap agar mereka secara bersamasama segera mendesak pihak kampus, dalam hal ini rekto­rat, untuk merealisasikan hasil penelitian tersebut. Memang untuk mewujudkan hal ini, saya rasa tidak cukup hanya dengan penelitian, akan tetapi harus didukun­g oleh kebijakan rektorat dan sosialisas­i yang intensif, bahkan perlu diadakan lomba berjalan di trotoar. Lomba ini me­mang aneh, akan tetapi lomba ini

dapat digunakan sebagai media untu­k menarik perhatian sekaligus minat ma­ hasiswa ataupun sivitas akademik­a UNY untuk senang berjalan di trotoar. Jika berjalan di trotoar akhirnya menjadi prilaku hidup sivitas akademika­, ma­ka usaha mewujudkan kampus yang lebih rapi, nyaman, bukanlah hal yang sukar. Nah, jika ini dapat terwujud denga­n baik, saya berharap suatu ketika agar “mim­pi” lomba berjalan di trotoar ditiadakan. Karena, sudah tentu berjalan ditrotoar telah menjadi bagian hidup sivitas akademika UNY. Dan pad­a akhir­ nya, perdebatan surat pembaca dua edi­ si sebelumnya menjadi tuntas. ISlahuddin, mahasiswa Ft UNY


bunga rampai Saatnya Belajar dan Bergerak

P

anglima Besar Jenderal Sudir­ man adalah sosok yang luar biasa dalam menumbuhkan se­ ma­ngat juang dan rasa nasional­ isme bagi para pemuda. Dikisahkan percakapan beliau sebagai berikut. “Wahai para pemuda Muhammadiyah, ada dua pilihan penting dalam kehidupan yang kita jalani saat ini. Yang per­tama, iskhariman, yakni hidup mu­ lia. Dan, yang kedua, musyahidan, yakn­i mati syahid. Kalian memilih yang mana?” “Kalau memilih iskhariman bagaimana syaratnya?” tanya Hardjomartono. “Kamu harus selalu beribadah dan ber­juang untuk agama Islam,” jawab Su­dirman. “Bagaimana kalau memilih musyahidan?“ ”Kamu harus berjuang melawan se­ tiap bentuk kebatilan dan berjuang me­ majukan Islam,” jawab Sudirman. “Jadi semua harus berjuang?” Kehidupan kampus adalah kehidup­an yang luar biasa. Inilah tempat para mahasiswa–mahasiswa: siswa yang dibe­ ri gelar ‘maha’--menunjukkan entita­s sejatinya. Bagaimana tidak. Di sinilah ranah perjuangan kita, menemp­a segal­a idealisme, membentuk daya kritis dan kepekaan sosial, serta belajar menjadi manusia yang mandiri dan pemimpin yang berkarakter. Maka, sudah sepantasnya mahasiswa bergerak dan berju­ ang tidak hanya di bidang akademik. Tidak sekedar kuliah, perpustakan, kos, dan seterusnya yang menjadi rutinita­s sehari-hari, lebih berorientasi pada IPK cumlaude, lulus secepatnya, namun akhir­nya menjadi manusia individualistis dan terkekang oleh kepentingan pribadinya. Mahasiswa selaku agen of change sudah selaiknya mampu berpikir dan melakukan ‘manuver’ lebih jauh. Rutini­ ta­s di atas boleh jadi memang hal yang penting, namun tidak menisbikan ko-

O l e h H eru Farh a ni

kalam/pewara

drat manusia sebagai makhluk sosial. Padahal, realitas di sekitar kita –bagaimana pun--memerlukan perhati­ a­n dari orang-orang yang dianggap be­ tul-betul tulus dan memiliki idealisme­. Mahasiswa berada di wilayah itu! Mahasiswa dituntut untuk mencermati demokrasi politik, kontemplasi sosial, kepemimpinan nasional, dan pergolak­ an reformasi. Tak heran, di beberapa universita­s besar, organisasi kemahasiswaan (orma­ wa) memegang peranan penting yang mempunyai magnet daya tarik luar biasa. Di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia misalnya, setiap perekrutan pengurus baru, pendaftar dapat mencapai angka 400 hingga 600 orang per tahunnya. Tak heran kalau kemudian pengurus BEM mencapai angka 150 orang. Di Universitas Padjajaran misalnya, dana yang digelontorkan pi­ hak Rektorat untuk membiayai orma­ wa setingkat BEM Universitas mencapai angka 200 juta per tahunnya. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

sebagai salah satu universitas yang belum lama bertransformasi dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta, bahkan begitu fenomenal. Ormawa tingkat universitas di UNY bah­kan menggunakan nama Republik Mahasiswa (Rema). Bukan sekedar Repu­ blik Mimpi atau Republik Dagelan tentunya. BEM Rema UNY menggunakan sistem manajemen organisasi sebagai sebuah miniatur dari Republik Indone­sia. Sebagai contoh, penggunaan “Presiden­” untuk menyebut ketua, Dewan Per­wa­ kik­an Mahasiswa (DPM) dan Majelis Per­ mu­sya­waratan Mahasiswa (MPM) (se­ma­ cam DPR dan MPR), partai mahasiswa, adanya program pembangunan universitas, serta nama-nama departemen seperti Departemen Komunikasi dan Informatika, Departemen Keuang­an, Sekretariat Kabinet, dan seterusnya­. Hal itu merupakan sebuah proses pembelajaran politik sejak dini, membia­ sakan mahasiswa dengan proses good student university. Dengan pelaksanaan pemilihan umum mahasiswa (pemilwa), mahasiswa terlatih untuk menjadi anggota KPU, Panwaslu, bahkan pimpinan partai. Hal ini juga membuat terjadi­nya desakralisasi terhadap istilah-istilah Pre­ siden, Republik, dan sebagainya. Simpul kata, akankah kita terdiam dalam rutinitas dan menjadi orang bia­ sa. Bukankah menjadi hal yang luar biasa apabila kelak sejarah mencatat nama kita dengan tinta emasnya. Sungguh, masyarakat berharap banyak kepad­a mahasiswa. Mahasiswa yang kelak men­ jadi pejuang dan pemimpin berkarakter sejatinya muncul dari organisasi yang tersistem dengan rapi. Kepadamu wahai mahasiswa, manakah yang kalian pilih: iskhariman atau musyahidan. Jawabnya: Berjuang! HERU FARHANI Mahasiswa Sastra Indonesia UNY

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010


laporan utama

BERTANDANG KE LUAR NEGERI Sejak tahun 2008 lalu, UNY telah mengibarkan bendera untuk siap menuju World Class University. Cita-cita luhur ini terus dimantapkan, salah satunya dengan bertandang di beberapa PT terkemuka di dunia. O l e h sismono l a ode

B

eragam kunjungan ke universi­tasuniversitas di luar neger­i yang telah dilakukan para peting­g­i UNY merupakan babak baru dalam mewujudkan cita-cita luhur menu­ju World Class University. Kunjunga­n yang mencakup wilayah Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Cina, Jepang, Philipina, Bru­nei, Malaysia, dan Australia telah ba­ nyak memberikan pelajaran dalam ba­ nyak hal, mulai dari soal disiplin admi­ nistrasi, kegiatan akademik, inovasi dan budaya belajar, etika kemahasiswaan, konsep tata ruang, sampai pada proto­ koler penerimaan tamu. “Di sana sungguh inspiratif,“ ungkap Rochmat Wahab. Namun kesan pemborosan dana tern-

yata tidak mudah ditepiskan. Tak ayal, kunjungan-kunjungan tersebut juga me­nuai kritik tajam, terutama dari kalangan mahasiswa. Masih dibutuhka­n dialog yang lebih mendalam untuk menuntaskan beragam kritik yang teru­s menerpa. Guna mewujudkan ruang dialog dan memberikan beberapa perspektif, maka majalah Pewara Dinamika edi­ si Dies Natalis kali ini akan memotret kunjungan tersebut. Salah satu yang dapat dijadikan pertimbangan adalah hasil dari kunjungankunjungan tersebut. Para petinggi UNY di luar negeri telah menghasilkan beberapa Memorandum of Understanding (MoU) antara UNY dengan universitas-

universitas yang telah dikunjungi. MoU itu berkisar mengenai program pertukaran mahasiswa, kesempatan stud­i lanjut bagi dosen UNY di universi­tas luar negeri, kerja sama dalam riset dan pengembangan ilmu pengetahuan, ser­­ ta tukar-menukar informasi untuk sa­ ling memajukan. Untuk lebih jelasnya­, baca rubrik Laporan Utama majalah ini. Demikianlah sebagian isi Lapora­n Utama majalah Pewara Dinamika. Kam­i telah mencoba mengulas dengan bera­gam data yang ada. Harapan kam­i seti­daknya dapat menjadi referensi dan pen­jelasan bagi banyak kalangan. Bil­a ada yang kurang berkenan mohon diberi saran… tabik. 



laporan utama

Rektor, Ujung Tombak yang Menentukan Orang nomor satu di univeritas ini memiliki pengalaman kunjungan ke luar negeri berkaitan dengan kemajuan UNY. Pun, berbagai kerja sama dijalin demi masa depan UNY. Oleh D hian H aps ari

B

anyaknya kerja sama dengan univeritas maupun stakeholder di luar nege­ ri dapat menjadi barometer bagaimana apresiasi dunia terhadap UNY. Seperti juga yang dinyatakan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., “Kunjungan keluar negeri memang agenda penting UNY dalam rangka WCU. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka penandatangan MoU yang sudah kita

rancang antara UNY dengan berbagai perguruan tinggi di Jepang, Amerika, Filipina, dan Malaysia.” Khusus kunjungan dalam rangka penandatangan MoU ini merupakan tindaklanjut dari komunikasi dengan pihak univeritas baik melalui internet maupun media komunikasi lainnya. “Penandatangan itu meneguhkan keinginan kuat kerja sama You to you antaruniveritas.

Dokumen UNY

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0


laporan utama Dengan begitu diharapkan akan ada agenda selanjutnya sebagai follow up mewujudkan kerja sama itu.” Selain penandatangan Mou, kunjungan keluar negeri juga dilakukan dalam rangka rintisan kerja sama berdasarkan asumsi yang dimiliki UNY: Negara mana dan perguruan tinggi apa yang memang diharapkan siap melakukan kerja sama. “Rintisan ini sengaja dilakukan berdasarkan kebutuhan keilmuan yang dikembangkan di UNY. Misalnya, ke Jerman itu kita berharap dapat bekerja sama dalam bidang pendidikan teknik dan kejurusan. Demikian pula dengan Jepang, dalam bidang sosial dan sains. Cina untuk bidang bahasa dan budaya. Dengan begitu diharapkan kita dapat saling menukar informasi dan pendidikan.” Sementara itu, UNY juga menjalin kerjasama dengan Amerika dalam bidang ilmu keolahragaan dan research, serta de­ ngan Filipina dalam bidang seni dan bahasa. “Jadi itu yang kita rasakan menjadi target

program kita keluar negeri. Kerja sama yang kita jalin itu tidak hanya brand mark dalam program pendidikannya, tetapi yang penting adalah bagaimana kita sharing hasil research, sharing SDM dengan pengiriman dosen dan karyawan, dan mengundang dosen dari luar negeri untuk memberi materi kuliah di UNY, begitu pula dengan pengiriman staf yang ba­ rangkali dapat memberikan pengalaman dan me­ningkatkan kualitas penyelenggaraan pendi­ dikan kita.” Dalam bidang kemahasiswaan juga dilakukan jajaran III, termasuk pengiriman mahasiswa untuk turut sit in di kampus, maupun mendapatkan pengalaman tentang kehidupan di asramanya, tambah Rochmat.

Pengalaman Menarik Menurut Rochmat, dari beberapa negara di­kun­junginya selama menjadi Rektor UNY, Amer­ika-lah yang paling menarik. “Banyak hal bermanfaat yang dapat dipetik setelah mengun­

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010


laporan utama

jungi beberapa kampus di Amerika. Pengalaman itu baik bagi kampus kita. Kita dapat me­lakukan networking dengan mudah, tidak terlalu berbelit-belit.” Beberapa univerita­s yang dimaksud rektor tersebut antara lain North Texa­s Univer­ ity, Sam Huston State Universi­ty, dan Northern Ilinois Univerity. Masing-masing univeritas memiliki kelebih­ an tersendiri yang menarik. Northern Ilinois University, misalnya. Univeritas ini begitu terbuka untuk kerjasama dalam bidang pemahaman bahasa. “Mereka dapat sharing pengajaran bahasa dengan kita terutama yang American English, karena di UNY saat ini yang berkembang British English. Adanya American English itu dapat melengkapi pembelajaran bahasa. Sedangkan mereka juga berminat mempelajari belajar bahasa Indonesia dan budaya di Indonesia. Kita dapat sharing belajar bahasa Inggris dari sana, mereka juga dapat belajar bahasa dan budaya Indonesia. Ini yang potensial untuk kita kembangkan.” Selebihnya, mereka juga menawarkan bea-

10

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

siswa untuk dosen. “Kalau tidak salah, kita dapat mengirimkan dosen ke sana dengan rate relatif lebih murah. Dan juga dalam bidang pendidikan dan yang lain.” Selain itu, UNY juga akan mengirimkan mahasiswa dan dosen untuk sharing terutama untuk ketrampilan bahasa karena mereka memiliki keterampilan berbahasa yang kuat. Demikian juga dengan NTU yang kuat denga­n bidang pendidikan terutama guiding and conseling, dan bidang keolahragaan, sedang sam Houston State Univerity juga memiliki bagian yang menarik dalam bidang vocational education, begitu pula dengan research-nya. Selain Amerika, Rochmat juga terkesan de­ ngan univeritas di Malaysia, khususnya UTHM. “Malaysia juga sangat terbuka untuk kerjasa­ma dan helpfull termasuk memberikan beasiswa untuk mahasiswa kita. Sharing di sana benarbenar terasa. Mereka memfasilitasi mahasiswa di Malaysia, sebaliknya juga kita.” Beberapa bulan ini UNY kedatangan banyak tamu dari luar negeri, termasuk dari Malay­


laporan utama sia yang datang dengan biaya sendiri ke UNY. “Belum lama ini kita menerima kunjungan dari UTHM yang berminat belajar bagaiman­a mengembangkan asrama mahasiswa karena biasanya di Malaysia itu kan mahasiswa diasramakan. Lama-lama pemerintah terbebani mem-back up kebutuhan asrama mahasiswa, dan mulai terasa sebagain mahasiswa hidup di kos-kosan sekitar kampus.” Mereka melihat mahasiswa kita (UNY., red.) banyak yang hidup kos-kosan di sekitar kampus. “Kita dianggap memiliki pengalaman yang cukup banyak dan panjang tentang penanganan kehidupan kos-kosan di sekitar kampus, sehingga mereka (UTHM, red.) sempat mengirim semacam lurah-lurah di sekitar kampus untuk belajar bagaimana mengelola kos-kosan dengan baik.” Rencana kerjasama dengan luar negeri lainnya juga sedang dirancang. “Kita nantinya dapat co writer, co redacture, sharing jurnal inter-

national, dan bekerjasama menyusun jurnal internasional. Baik itu yang cetak maupun yang digital jurnal. Kita juga akan me-link-kan library sana dengan library kita. Yang paling penting sharing jurnal. Begitu pula sharing antara ilmu­ wan sini dan ilmuan di luar negeri mengenai research dan kerjasama dalam bidang pendidikan lainnya.” Setiap kunjungan yang dilakukan Rekto­r maupun pimpinan univeritas lainnya, diharap­ ka­n dapat meningkatkan kualitas sivitas aka­ demika di UNY. Seperti yang dinyatakan Rochmat, “Dalam rangka WCU ini kita akan semakin memperbanyak kerjasama dengan luar negeri, networking dalam bidang pendidikan, dan terbuka pada dunia luar agar mereka mengetahui bagaimana perkembangan UNY. Upaya ini juga didukung dengan adanya pembangunan insfrastruktur di UNY yang semakin berkembang,“ ungkapnya menutup wawancara siang itu di ruang kerjanya. 

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

11


laporan utama

Mengenal (Kerja) Kantor Internasional Sebelumnya, masih bernaung dengan nama Kantor Kerjasama, Humas dan Protokol atau lebih dikenal dengan sebutan KKHP. Namun, sejak Januari 2010, Kantor Internasional pun terbentuk. Oleh Ariska Pra s e tya n awati

A

walnya, KKHP-lah yang menangani semua kerjasama antara UNY denga­n pihak luar, baik di dalam negeri maupun luar negeri, sekaligus mengoordinasikan semua kegiatan-kegiatan yang ditangani humas, protokol, dan promosi. Namun, semakin berkembangnya hubungan UNY dengan pihak luar negeri karena pencanangan program WCU yang akan menjawab keinginan UNY

untuk menjadi universitas yang dikenal oleh dunia, secara organisasi, KKHP pun diubah fung­ sinya. KKHP menjadi 2 bagian yang terpisah, yakni Kantor Internasional dan Kantor Humas Promosi dan Protokol. Kantor Internasional mengampu bagian kerjasama dengan semakin banyaknya volume kegiatan yang terkait dengan kerjasama dalam dan luar negeri. Pengembangan UNY menuju

foto-foto: laode, riska dan dokumen pmk dan ukm hindu

12

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0


laporan utama WCU telah memunculkan program-program yang dirancang dan dilaksanakan oleh Kanto­r Internasional walaupun sebenarnya Kantor Internasional meneruskan hal-hal berkaitan de­ ngan persiapan WCU yang sebelumnya dita­ ngani oleh petugas khusus yang ada di bawah kendali Pembantu Rektor I. Sejak dibentuk Januari 2010, Kantor Internasional kini memiliki tiga bidang. Pertama adalah Bidang Kerjasama. Bidang kerjasama yang diko­ ordinatori oleh Sudarmadji, M. Pd., ini mengurus kerjasama UNY dengan pihak dalam dan luar negeri, seperti menyediakan MoU (Memorandum of understanding) bagi kedua belah pihak. Kemudian, bidang yang kedua adalah Bidang Internal yang ditangani oleh Dr. Marsigit. Bidang ini yang mempersiapkan bagaimana UNY secara internal dapat mengembangkan program unggulannya. Pada tahun 2009, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE) sudah mulai mengembangkan program studi (prodi) unggulannya ke kancah internasional, antara lain prodi Pendidikan Matematika (FMIPA) dan prodi Pendidikan Akuntansi (FISE). Pengembangan kedua prodi unggulan tersebut mencakup pengadaan kelas bilingual atau bilingual education. “Kelas ini mengupayakan penggunaan bahasa Inggris oleh dosen dan mahasiswa di dalam proses pembelajarannya, sehingga program yang dikatakan unggul, ya memang unggul,” ujar Sugirin, Ph.D., selaku Kepala Kantor Internasional. Setelah tahap ini berjalan baik, kemudian dilakukan penyesuaian dengan program yang sama di luar negeri dengan melakukan kunjung­ an-kunjungan ke luar negeri seperti Australia, Jepang, dan negara lainnya, sehingga diharapkan program yang dilakukan prodi Pendidikan Matematika dan prodi Pendidikan Akuntansi se­ jajar dengan apa yang dilakukan oleh luar negeri.

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

13


laporan utama

Selain kunjungan ke luar negeri, Kantor Internasional juga mengadakan kerjasama memberikan pelatihan kepada beberapa dosennya untuk mengajar bahasa Inggris yang pernah dilakukan di Australia. Kemudian, UNY meng­ Rundang dosen dari universitas di luar negeri untuk memberikan presentasi supaya programprogram yang dirancang bisa sesuai dengan standar internasional. Prinsipnya, meningkat­ kan pengembangan UNY dari dalam, sehingga prodi-prodinya “layak jual”. Dengan standa­r

14

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

yang matang di dalam UNY, secara bertahap bisa menuntun prodi-prodi UNY sejajar dengan prodi-prodi di luar negeri. Lalu, bidang yang ketiga adalah Bidang Eksternal. Di bawah penanganan Dr. Widyastuti Purbani, MA., bidang eksternal menggarap bidang-bidang yang langsung terkait dengan hubungan UNY keluar. Misalnya, unggulan UNY saat ini adalah bahasa Indonesia dan seni bagi mahasiswa asing melalui program Darmasiswa maupun KNB (Kemitraan Negara Berkembang)


laporan utama yang hampir setiap tahunnya diselenggarakan. “Pendidikan bagi orang asing ini harus terus dipromosikan keluar, sehingga sekarang ini sudah ada orang-orang dari Cina dan sebagainya datang ke UNY untuk belajar bahasa Indone­ sia,” ujar Sugirin lagi. Bidang eksternal bertugas menyiapkan sega­ la hal yang layak dikembangkan untuk melayani­ kebutuhan individu asing ataupun lembaga asing. Lembaga asing ada yang datang ke UNY untuk menekuni kursus dan pelatihan-pelatihan Bahasa Indonesia dan juga seni lantas dikembangkan di negaranya dengan membuka program bahasa Indonesia atau seni tradisional. Seperti yang sudah dilakukan negara Filipina yang tertarik mengembangkan seni tradisional Jawa untuk dikembangkan di negaranya. UNY harus terus mengembangkan programprogram kerjasama dengan pihak luar negeri karena kunjungan-kunjungan yang sudah dila­ kukan akan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan. Contohnya, universitas di Belanda dan di Jerman sudah mengajukan diri ingin melakukan semacam PPL di Indonesia. Hal ini memang sudah dibuktikan sejak 2 tahun yang lalu universitas-universitas di Eropa telah melakukan praktik lapangan di DIY. Ini menjadi peluang bagi UNY supaya semakin gencar mempromosi­ kan program-programnya. Selain hal-hal yang diperoleh pihak luar, dari hasil kunjungan-kunjungan ke luar negeri yang semakin intens dilakukan, UNY sendiri se-

dang merencanakan terealisasinya prodi bahasa Mandarin yang dinilai sangat potensial bagi lulusannya di dunia kerja. Proses ini sudah sampai pada tahap studi kelayakan dan UNY sudah memiliki partner kerjasama dengan beberapa universitas di Cina dan Taiwan yang siap membantu. “Paling tidak pada lima tahun pertama, mereka (universitas di Cina dan Taiwan) siap untuk mengirim dosen mereka ke UNY, sekaligus memberikan kesempatan dosen muda kita untuk belajar tentang pengajaran bahasa Mandarin di Cina dan Taiwan,” tutur Sugirin. *** Saat ini, UNY sudah melakukan lebih dari 10 rangkaian kunjungan kerjasama untuk merin­tis serta lebih mematangkan kerjasama UNY dengan lembaga mitra luar negeri. Sebagian besar kelompok kunjungan bertandang ke Malay­ sia, Cina, Taiwan, Filipina, Amerika, Belanda, Bel­gia, dan Jerman. “Semua kelompok sudah melaporkan hasil kunjungannya dan sebagian besar menganggap apa yang mereka lakukan tersebut bernilai positif bagi usaha mempererat dan merealisasikan program kerjasama,” ucap Widyastuti Purbani. Wujud kerjasama tersebut berupa pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, kerjasama penelitian, dan seminar bersama. Saat ini Kantor Internasional sedang me­ rancang magang staf administrasi seperti pustakawan, laboran, dan teknisi yang akan diberi kesempatan supaya bisa mengamati dan mempraktikkan administrasi di negara tujuan. 

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

15


laporan utama

Memajukan Jaringan Penelitian dan Pendidikan Tak hanya membicarakan tentang keagamaan saja, kajian kemuslimahan juga berusaha mempersiapkan seorang muslimah untuk menjadi individu yang berkarakter. Ole h D hi an H aps ari

B

erbagai upaya dilakukan demi peningkatan kualitas dosen dan mahasiswa. Salah satunya dengan memperlebar jaringan kerja sama dengan berbagai universitas, baik di dalam maupun di luar nege­ ri. Luasnya kerja sama dapat menjadi tolak ukur kualitas universitas. Semakin banyak kerja sama dengan univeritas terutama univeritas luar negeri, maka semakin besar apresiasi civitas akademika. Pun, dunia luar terhadap UNY. Jajaran birokrasipun memiliki tugas khusus melebarkan sayap UNY. Pembantu Rektor I, mi­ salnya. Prof. Dr. Nurfina Aznam, Apt yang menjadi pucuk pimpinan jajaran I ini yang mena­ ngani bidang Akademik, termasuk di dalamnya Pendidikan dan Penelitian, Ia sadar kerja sama dapat memberikan hasi­l yang lebih baik. Untuk itu, Nurfina Aznam, mengunjungi beberapa Negara seperti Jepang

dan Malaysia. Banyak yang ia pelajari dari dua Negara itu, terutama di Jepang. Dalam kesempatan kunjungannya ke Jepang, Nurfina beserta rombongan melakukan stud­i banding ke pabrik Toyota. “Kami melihat ba­ gaimana pabrik Toyota beroperasi dan memperhatikan SOP”. Semua pegawai harus menghafal lebih dari 11 SOP dan secara periodik harus di uji ulang, yang dilakukan dalam areal pabrik tersebut. Dalam kunjungan tersebut Nurfina dan rom­­ bongan juga disuguhi upacara minum teh, Cha­ nuyu, sebuah tradisi yang unik dan penuh makna. Meskipun teknologi di Jepang demikia­n maju, orang-orang Jepang tidak melupakan tradisinya. Budaya tertib, disiplin, dan menghormati hak-hak orang lain di Jepang sunggu­h luar biasa. Hak pejalan kaki untuk aman di jalan sangat dijunjung tinggi, tidak ada mobil atau­

foto-foto:dokumen pribadi dan laode

16

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0


laporan utama

pun sepeda motor (jumlahnya sangat-sa­­ngat sedikit) yang melanggar lampu merah­. Hak penduduk untuk merasa nyaman dan terhindar dari suara bising kendaraan sangat diperhati­ kan, untuk itu pemerintah membangun tembo­k setinggi enam meter di sepanjang jalan tol dari Tokyo ke bandara Narita sepanjang 180 km guna meredam kebisingan. Selama di Jepang, Nurfina dan rombonga­n mengunjungi dan sekaligus melakukan MoU dengan Aichi University. Selain itu juga me­ ngunjungi Meijo University, universitas ini se­ ring membantu mengelusidasi struktur kimia dari penelitian yang dilakukan Nurfina dan kawan-kawan.

ngan IPK 3,7. Selain dengan Jepang dan Malaysia, UNY juga sudah menjalin kerjasama dengan beberapa negara, antara lain Amerika, Jerman, Belanda, China, Thailand, dan Filipina, dengan kerjasama ini diharapkan dosen-dosen UNY akan mudah untuk studi lanjut guna meningkatkan ilmu pengetahuan, dan wawasannya guna mengha­ dapi tantangan global yang sekaligus dapat mengembangkan diri pribadi khususnya dan UNY pada umumnya. Kerja sama studi lanjut dosen di beberap­a Negara itu, menurut Nurfina, sudah berjalan

Aplikasi dalam Pendidikan Hasil kunjungan ataupun studi ke luar nege­ ri diharapkan dapat dengan cepat dan tepat dinikmati hasilnya. “Kunjungan ke luar negeri itu hasilnya bukan hanya MoU atau kerja sama kelembagaan lainnya, melainkan bagaimana kita dapat menangkap kelebihan dan kekurangan yang ada di sana kemudian menyaringnya sebelum diterapkan di UNY.” Berkaitan dengan MoU, kita sudah mulai dengan kerjasama penelitian, dan pertukaran mahasiswa S1 maupun S2 dengan beberapa universitas di Malaysia. Rencana ke depan kam­i akan mengusahakan adanya double degree dan atau transfer kredit. Khusus untuk University of Malaya, bersedia menerima lulusan UNY de­

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

17


laporan utama

lama dan telah menghasilkan beberapa dosen lu­lusan luar negeri yang berkualitas. “Dosendo­sen yang mendapat beasiswa studi ke luar negeri itu selain memiliki tanggung jawab menyelesaikan studi tepat waktu, mereka jug­a dituntut dapat menyerap ilmu pengetahuan dan budaya yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi di UNY.” Budaya yang dimaksud Nurfina antara lain budaya disiplin, tepat waktu, dan tertib. Studi di luar negeri itu, tambahnya, diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas dosen, tetapi juga bagaimana dosen yang menyerap segi positif di luar negeri sebanyak-banyakny­a

18

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

itu dapat mewarnai UNY dengan wawasan internasionalnya. Ketika ditanya lebih lanjut tentang apa yang sudah dilakukan dalam bidang pendidik­an, Nurfina mengatakan, bahwa teman-te­man termasuk dirinya yang pernah mengenyam pendidikan di luar negeri, ketika di kelas selain menyampaikan materi kuliah juga menyisipkan pengalaman-pengalamannya baik menge­ nai perkembangan ilmu pengetahuannya maupun wawasan internasional, termasuk budaya disiplin, kerja keras, profesional, dan lain-lain, sehingga dapat memotivasi mahasiswa untuk  lebih berprestasi.


laporan utama

Menjaring Kerjasama, Meningkatkan Kualitas Mahasiswa Tak hanya membicarakan tentang keagamaan saja, kajian kemuslimahan juga berusaha mempersiapkan seorang muslimah untuk menjadi individu yang berkarakter. Oleh D hia n H apsa ri

D

eretan gedung kuno berjajar. Betapa mereka mempertahankan gedun­g tua dengan arsitektur kuno itu de­ ngan baik. Perawatannya pun tent­u tidak main-main. Begitulah yang dirasakan Prof. Dr. Herminarto Sofyan ketika pertama kal­i menginjakkan kaki di Hanover, Jerman pada November 2009. Setelah terpana melihat arsitektur gedung kuno itu, ia juga memperhatikan bagaimana lalu lintas di Hanover begitu tertib. Kendaraan umum berjalan tepat waktu dan tidak ada kesan semrawut. “Memang di lalu lintas ini tida­k semrawut sebab stasiun ada di bawah tanah,” kenangnya. Selain mengunjungi Jerman, selama menja­ bat Pembantu Rektor III, ia juga berkesempa-

tan mengunjungi beberapa negara lain seperti Thailand, Malaysia, Brunai Darusalam, Australia, dan Singapura.

Merintis Kerjasama Pendidikan dan Teknologi Pada 2008, ia bersama pimpinan UNY yang lainnya dan pimpinan fakultas mengunjungi Thailand, tepatnya ke Burava University dan Institute of Technology Bangkok. Kunjungan ke Thailand ini membawa UNY pada MoU di bi­dang penelitian, pendidikan, dan kemahasiswaan. Selama seminggu rombongan UNY yang terdiri dari Rektor, PR III, Dekan FIP, FT, dan FBS, 4 dosen, dan 12 orang mahasiswa mengunjungi Malaysia dalam rangka merintis kerja sama dan undangan kelembagaan. Kunjungan itu dibuka dengan pementasan sendratari Ramayana oleh

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

19


laporan utama mahasiswa UKM Kamasetra UNY. Selain itu, Negara lain yang menjalin kerja sama di bidang kemahasiswaan dengan UNY adalah Univerisiti Tun Hussein Onn Malaysia dan Universiti Pendidikan Sultan Idris. Pada ke­ sempatan ini PR III bersama tiga dekan fakultas FIK, FT, dan FMIPA mendampingi 13 mahasiswa UNY yang studi banding ke kedua university itu. Dalam kunjungan ini PR III menindaklanjuti MoU yang sudah ditandatangani sebelum­nya. Kerja sama ini meliputi kerja sama perkuliahan, perpustakaan, dan sarana pembelajaran lainnya. “Adanya kerja sama itu memberi ke­ sempatan mahasiswa kita untuk dapat sit in di salah satu universitas itu selama 4 bulan,” pa­par Hermin. Kesempatan kedua di Malaysia, PR III membawa Pembantu Dekan III FBS, FIP, FISE, dan FMIPA ikut serta mengunjungi UTHM dan Institut Technology of Malaya (UTM). Kali ini hany­a tujuh mahasiswa yang diikutsertakan dalam kunjungan yang bertujuan untuk melihat pola kemahasiswaan di sana.

Setelah mengunjungi beberapa univeritas di Malaysia, Herminarto Sofyan, mengaku terkesan dengan adanya asrama mahasiswa yang dapat menjadi sarana pembentuk karakter mahasiswa. “Asrama mahasiswa itu mempermudah kampus melakukan koordinasi dengan mahasiswa dan proses pembentukan karakter mahasiswa dapat lebih kondusif,” terangnya. Bagian yang pertama harus dibenahi, menu­ rut Hermin, antara lain penguasaan bahasa asing dan kebiasaan yang ada di kampus. “Kita harus membenahi kebiasaan kita yang tidak tertib, tidak menepati waktu, dan kurang disiplin dalam segala hal.” Contoh sederhana, mi­ salnya, ketika di jalan kampus tidak ada yang saling mendahului . “Mereka berjalan dengan tenang, meskipun begitu tidak pernah ada yang terlambat. Semua dilakukan dengan tepat waktu dan tertib.” “Kita ini mampu dalam hal pikiran, hanya saja mindset kita yang perlu diubah. Ketika kita menghadapi kesulitan, janganlah kesulitan itu dipandang sebagai beban, tapi jadikan kesu­

foto-foto:dokumen pribadi dan laode

20

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0


laporan utama litan itu tantangan yang harus dihadapi, ditaklukan!” Semangat juang yang demikian ini yang paling diperlukan sivitas akademika UNY saat ini. Kelebihan lain yang ditangkapnya saat ber­ kunjung ke UTM Malaysia, adanya pinjaman bagi mahasiswa untuk biaya pendidikan. “Mereka dibebaskan biaya kuliah sampai mahasiswa selesai. Biaya kuliah ini dikembalikan ke Negara kalau mahasiswa yang bersangkutan sudah bekerja.” Kelebihan ini yang mungkin belum dapat diberlakukan di universitas negeri di Indonesia.

Rencana Waktu Dekat Waktu dekat ini, menurut Hermin, UNY akan mengirimkan aktivis mahasiswa ke luar nege­ri untuk memberi wawasan internasional. Negara sasaran kunjungan ini antara lain Thailan­d dan Malaysia atau Australia. “Mahasiswa yang dikirim ini berasal dari unsur BEM yang diwakili satu orang setiap fakultas ditambah satu ketua BEM pusat.” Ketua BEM (baca: Presiden BEM) ini sengaja diikutsertakan agar setiap orang yang terpilih menjadi ketua BEM setidaknya dapat menguasai bahasa internasional. “Point ini penting karena ketua BEM dapat menjadi con­toh mahasiswa lainnya, sehingga mau tidak mau setiap aktivis dituntut menguasai bahasa internasional dan berwawasan global. Mahasiswa yang akan dikirim ke jaringan kerja sama luar negeri ini dapat mengambil ma-

ta kuliah tertentu yang sama dengan di UNY ataupun transfer kredit di universitas tertentu. “Asalkan mata kuliah yang diambil itu masih berhubungan dengan mata kuliah di UNY, nilainya akan diakui di kedua universitas,” jelasnya. Hanya saja memang seleksi untuk sampai pada tahap itu lebih ketat. “Seleksi dititikberat­ kan pada penguasaan bahasa Inggris dan kemampuan akademik karena bagaimanapun bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengan­tar dalam kuliah itu bukan bahasa Indonesia. Mereka harus menyesuaikan sebelumnya.” Selain adanya program transfer kredit, UNY juga akan mengirimkan 6 mahasiswa perwakilan setiap fakultas untuk mengikuti kegiatan akademik di luar negeri. 

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

21


laporan utama

Menata UNY Bergaya Luar Negeri Dua biro yang dimiliki Universitas Negeri Yogyakarta rupanya turut berperan dalam mempersiapkan UNY menuju World Class University (WCU). Keduanya adalah Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK) dan Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan Perencanaan dan Sistem Informasi (BAAKPSI). Oleh Ariska Pra s e tyan awati

H

j. Sujariyah, M. Pd., Kepala BAUK, menjelaskan peranan BAUK dalam mempersiapkan UNY menuju WCU. Misalnya, dalam kunjungan ke luar­ negeri, BAUK berwenang mensubsidi dan me­ layani supaya keuangan bisa dipergunakan untuk kunjungan itu dengan lancar sampai pada dibuatnya laporan pertanggungjawabannya, sehingga dalam pemeriksaan tidak ada masa­ lah. Selain itu, BAUK pun turut serta dalam kunjungan-kunjungan tersebut dengan tujuan melakukan studi banding pada tataran adminis­ trasi, umum, keuangan, dan kepegawaian. Pada Januari 2010, Sujariyah bersama rombongan bertandang ke universitas di Malaysia­. Sujariyah mengaku kagum pada sisi penataan universitas di Malaysia. Sujariyah pun mence­

ritakan, “Saat masuk perguruan tinggi dari gerbang utama, mereka memiliki shop kecil yang khusus memamerkan dan menjual identi­tas universitas yang bersangkutan. Contohnya to­ pi, buku agenda, pensil, pulpen, dan kaos yang sudah tertera hardcode universitasnya. Saya sudah mengajukan ke Pembantu Rektor II dan ini sedang direncanakan untuk merealisasikan pada akhir 2010.” Selain itu, penataan pada lingkungan dinilai Sujariyah bahwa luar negeri benar-benar concern terhadap lingkungan. “Penataan jalan dan taman benar-benar mengagumkan. Masyarakat juga diajak untuk mencintai dan peduli terhadap tanaman,” tutur Sujariyah kepada Pewara Dinamika. Kunjungan-kunjungan ke luar nege­ ri juga sudah memberikan buah tangan untuk

foto-foto: Dokumen pribadi

22

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0


laporan utama

kemajuan UNY. Salah satunya yang baru saja terwujud di UNY adalah terpasangnya bergola (tambahan atap) di sepanjang trotoar yang bisa menjadi alternatif tempat berteduh. “Yang baru akan saya wujudkan adalah pengadaan tanaman hidup di dalam pot-pot kecil yang diletakkan di tiap-tiap ruangan kerja­. Ins­ pirasi ini juga saya dapat dari Malaysia. Bahkan, mereka sudah memiliki petugas khusus yang bertugas merawat tanaman-tanaman hidup tersebut,” terang Sujariyah lagi.

Kesan Kunjungan Di waktu berbeda, Rabu-Senin (3-8/2/2010), Dra. Budi Hestri Hutami selaku Kepala BAAKPSI juga mendapat kesempatan studi banding ke Malaysia bersama 14 orang lainnya. Di Malaysia, Budi Hestri Hutami dengan rombongan berkesempatan mengunjungi Universiti Putra Malaya (UPM) dan University of Malaysia (UM). Kunjungan ke UPM pada 4 Februari 2010 baru sebatas menjalin rintisan kerjasama. Selain itu, rombongan UNY juga melakukan kunjungan ke Faculty of Environmental Study (Faculty Pengajian Alam Sekitar), Vice Dean (Akademik dan Urusan Kemahasiswaan), dan Ketua Pentakbiran (Pendaftaran), serta mengunjungi Labora­ torium MIPA, Laboratorium Olah Raga, dan lainnya. Kemudian keesokan harinya, pada 5 Febuari 2010, mengunjungi UM untuk penanda­ tangan MoU dan tour kampus. MoU tersebut mencakup kerjasama berupa pemberian lulus­

an S1 yang mempunyai IP lebih dari 3,75 dari UNY yang akan melanjutkan kuliah S2 ke UM dengan fasilitas asrama dan biaya hidup. Dari kunjungan ke dua kampus tersebut, dalam laporannya, Budi Hestri Hutami dan rombongan menyatakan kesan-kesan dari kedu­a universitas tersebut. Senada dengan Sujariya­h yang melakukan kunjungan ke universitas di Malaysia sebulan sebelumnya, yang menjadi perhatian utama adalah fasilitas sarana dan prasarana yang dikelola secara apik, juga suasana kampus yang asri dan luas. 

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

23


laporan utama

Mengimplementasikan MoU Sepanjang tahun 2009, UNY sudah melakukan kerjasama dengan universitas-universitas di luar negeri. MoU pun sudah ditandatangani. Kini sedang mempersiapkan tindak lanjutnya. Oleh Ariska Pra s e tya n awati

D

itemui di ruang kerjanya selepas sholat Jumat, H. Sutrisna Wibawa, M. Pd., Pembantu Rektor II UNY, menje­ laskan ihwal kerjasama UNY dengan berbagai pihak, khususnya dengan pihak luar negeri. Sejak tahun 2009 UNY mempunyai program menjalin kerjasama dan program ini sudah dirancang untuk terus dilaksakan tahun 2010. Kerjasama yang sudah terjalin antara

pihak UNY dengan Malaysia, Cina, Taiwan, Fili­ pina, Amerika, Belanda, Belgia, dan Jerman. UNY masih terus mengembangkan kerjasa­ ma yang selama ini ada. Salah satu cara untu­k merealisasikan kerjasama tersebut adalah de­ ngan pengadaan MoU yang ditandatangan­i kedua belah pihak. Beberapa universitas lua­r negeri yang sudah ber-MoU dengan UNY adalah universitas dari Jepang, Malaysia, Filipina,

foto-foto:ahmad natsir dan laode

24

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0


laporan utama

Amerika, dan Jerman. Namun, masih ada juga yang berada di tahap awal, atau dengan kata lain merintis, dengan universitas-universitas di negara yang telah disebutkan, sehingga jika sudah ada kesepakatan dengan universitas-universitas yang dituju, maka MoU akan segera dipersiapkan dan ditandatangani. Sedangkan untuk MoU yang sudah ditanda­ tangani, sekarang ini sedang ditindaklanjuti untuk implementasinya. “Sekarang sedang dirangcang master plan untuk WCU. Dari MoU-MoU yang ada, akan diidentifikasi apa saja yang bisa segera ditindaklanjuti. Antara lain: mengi­rim dosen untuk belajar, mengirim mahasiswa untuk saling ambil SKS, penelitian bersama, mengundang dosen tamu, dan jurnal bersama­. Bahkan, dalam rangka dies natalis ini beberapa perguruan tinggi luar negeri datang ke UNY untuk merealisasikan kerjasama,” tutur Sutris­na lagi. Terkait pendanaan, Sutrisna mengatakan bahwa sejak 2009, sudah ada pengalokasian da­ na untuk WCU sekitar dua milyar rupiah. Da­na itu tentunya sudah digunakan untuk pro­gramprogram menuju WCU seperti studi bandin­g maupun pengiriman dosen untuk beberapa bu-

lan ke universitas di luar negeri. Dana sebesar itu ternyata mampu meng­ antar UNY ke ranah internasional. Contohnya, ketika Sutrisna bersama rombongan berkunjung ke Filipina dalam rangka kerjasama seni. Di kesempatan itu, mahasiswa dan dosen unjuk kebolehan dalam mementaskan pertunjukan seni di Kota Dafo, kota nomor 2 di Filipina. Pementasan itu dalam rangka hari jadi Kota Dafo, sehingga pertunjukan tersebut ditonton masyarakat banyak. Ketika ditanya harapan terhadap persiapanpersiapan yang sedang dilakukan dalam rangka UNY menuju WCU, Sutrisna mengungkapkan bahwa ia berharap di tahun 2010 ini UNY sudah mantap berbasis IT. “Perguruan tinggi di luar negeri sudah serba IT. Saya berharap 2010 ini UNY pun sudah mantap berbasis IT. Bebera­ pa tahap sudah dijalankan, seperti peningkatan kualitas bandwidth. Dan yang sedang dijajaki untuk sekarang ini adalah electronic office. Dengan electronic office, surat menyurat dilakukan melalui IT karena lebih efisien dari jumlah orang, waktu, dan tenaga,” ujar Sutrisna kepada Pewara Dinamika. 

foto-foto:dokumen pribadi dan laode

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

25


liputan khusus

Masjid Mujahiddin, Dari Renovasi ke Renovasi

Masjid Mujahidin telah mengalami dua kali renovasi. Konon, masjid Mujahidin yang kecil dan hanya satu lantai itu, kini berubah menjadi masjid yang lebih cantik, elegan, dan dapat menampung lebih banyak jama’ah, baik untuk civitas akademika UNY maupun masyarakat sekitarnya. Siapa yang tidak terpesona melihat masjid Nabawi? Masjid yang didirika­n pada 662 M ini memang memiliki begi­tu banyak pesona. Selain terdapat makam Nabi Muhammad SAW, masjid ini me­ nyimpan sejarah panjang penyebar­an aga­ma Islam di Madinah. Masjid yang awalnya hanya beratap pelepah pohon kurba yang dicampur dengan tanah liat ini telah mengalami beberapakali renovasi, sehingga kini yang tampak adalah masjid Nabawi yang bercahaya keemas­ an yang bergitu menakjubkan. Rasa kagum dan takjub ini yang dirasakan Alm. Prof. Dr. Zuchdi, yang masa itu sebagai PR II IKIP menjalankan ibadah haji dan singgah di Madinah. Seperti yang diungkapkan Prof. Darmiati Zuchdi, guru besar UNY, “Alhamdulillah 26

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

pada tahun 1993 kami berdua melaksanakan ibadah haji. Ketika itu kami memang mengagumi masjid Nabawi di Madinah yang kelihatan keemasan. Bapak begitu terkesan.” Kecantikan masjid Nabawi yang me­le­ kat dalam ingatan itu kemudia­n mengispirasi Alm. Prof. Zuchdi, sebaga­i PR II, membangun masjid Mujahidin de­ ngan menambahkan menara di kedua sisi­nya seperti masjid Nabawi di Madinah. Selain pembangunan menara kembar yang arsitekturnya kurang lebih sama dengan masjid Nabawi itu, PR II juga menambahkan pagar, menutup halam­ an masjid dengan con blok agar tampa­k lebih bersih, dan membangun beberapa kios di dekat masjid. Kios-kios yang dibangun di dekat mas­

jid ini tidak lain sebagai upaya menghidupi masjid. Sebagaimana yang dinya­ takan Prof. Darmiati Zuchdi, “Kio­s-kios itu memang sengaja dibangun harapannya agar pengelolaan masjid tidak sela­ l­u tergantung pada keuangan univeri­ tas. Pengelolaannya pun diserahkan pa­da mahasiswa.” Masjid bukan hanya sebagai saran­a ibadah, tetapi juga tempat belajar agama dan silaturahmi umat muslim IKIP, terutama sejak dibentuknya Ikata­n Per­ saudaraan Haji IKIP (IPHI) dan penga­ jian. “Selain pengajian IPHI ada jug­a ke­gi­ atan pembejaran agama Islam di mas­jid Mujahidin. Lama kelamaan pe­­nga­­ji­an bertambah jama’ahnya, sehing­ga sekitar 150 orang yang hadir­ dan berkembang bukan hanya calon jama’ah haji


liputan khusus dan haji di IKIP saja. Mahasiswa pun turut pengajian ini.” Seiring perkembangan IKIP, diadakan pula tutorial yang menjadi bagian dari mata kuliah wajib untuk mahasiswa. Dengan demikian, kegiatan di masjid pun bertambah. Masjid juga menjadi kelas tutorial pembelajaran agama Islam hingga saat ini.

Renovasi Demi Renovasi Setelah dibangun pada sekitar tahu­n 70-an, masjid Mujahidin menjad­i pusa­t kegiatan keagamaan di kampus­. Dalam perkembangannya masjid ini menye­ suaikan kebutuhan civitas akademika, sehingga mengalami beberapa renovasi dan pelebaran. Menurut Prof. Darmiati Zuchdi, renovasi pertama dilaksanakan pada 1993 dengan adanya penambahan menara di kedua sisi masjid. Sayang­nya, hingga berita ini diturunkan tida­k diketahui berapa dana yang diperlukan untuk renovasi pertama masjid Mujahidin. Menurut Ajad Sudrajat, Sekretari­s Tak­mir Masjid Mujahidin, masjid Mujahi­ din masih memiliki satu ruanga­n saja untuk kegiatan ibadah maupun kegiatan keagamaan lainnya. “Hanya ada sa­ tu saja ruangan, yang sekarang menjadi ruang tengah masjid mujahidin

itu. Selain itu hanya ada satu kamar untuk takmir.” Selanjutnya, sekitar tahun 90-an dibentuklah Lembaga Pendi­ dikanIslam Mujahidin (LPIM), sehingga kegiat­an di masjid semakin bertambah ba­­nyak. Seiring dengan berkembangny­a kegiatan di masjid, kebutuhan ruang pun ber­tambah. Melihat kebutuhan ini, diba­ngun­lah beberapa ruangan untuk mem­fasilitasi kegiatan mahasiswa dan takmir masjid. Kebutuhan itu pula yang mendasari renovasi kedua masjid Mujahidin yang dimulai pada Juni 2009 di bawah pimpinan PR II UNY, Sutrisna Wibawa. Renovasi kali ini cukup menonjol. Di samping mempercantik masjid Mujahidin dengan kubahnya yang bertulisakan asma Allah, renovasi ini mengubah Mujahidin menjadi dua lantai. Tentu saja renovasi di bagian lain pun dilakukan untuk menambah cantik masjid kampus ini seper­ ti atap, dinding masjid, tiang masjid, dan beberapa bagian lainnya. Menurut arsitek Pola Data Konsultan, Basuki Sapto Prasetyo, konsep bangun­ an masjid Mujahidin UNY simetris. “Jik­a diambil garis sumbu bangunan maka akan didapat komposisi bangunan yang sama setiap sisinya, hal tersebut menggambarkan keseimbangan antara jiwa dan raga manusia dalam beribadah.

foto-foto:ahmad natsir dan laode

Kom­­posisi masa dan orientasi terpusat­, se­hing­ga dapa­t mewujudkan analogi manusia untuk beribadah menyembah hanya satu yaitu Allah SWT.” Setiap bagian bangunan masjid Mujahidin mengandung filosofi tertentu mulai dari bentukan kaki, badan, hingga kepala masjid atau mustaka. “Filosofi ini menyerap filosofi Jawa dan Keislam­ an.” Kaki masjid mengandung filosofi rukun Islam yang diwujudkan dengan adanya lima anak tangga, sedangkan badan masjid merupakan interpretasi kebulatan iman dan Islam. Bagian kepala atau mustaka sengaja dirancang segi enam yang menginterpretasi rukun iman yang enam. Rencananya masjid Mujahidin akan segera diresmikan tahun ini oleh Men­ teri Pendidikan Nasional RI, Prof. Dr. Muhammad Nuh. Bagi Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., peresmia­n masjid bertepatan dengan upacara Di­ e­s Natalis UNY ke-46, 21 Mei 2010 me­ rupakan simbol dari kelahiran UNY yang tetap memegang teguh nilai-nila­i keagamaan. “Masjid’kan salah satu simbol pembentukkan nurani, karena citacita UNY untuk membentuk insan bernurani, mandiri, dan cendikia, maka peresmian masjid, ketika UNY sedang merayakan kelahirannya adalah hal yang tepat. Saya berharap dua tanda ini bisa berjalan senada,” tegas Rektor UNY, kepada Sismono La Ode, wartawan Pewara Dinamika. Selain itu, Rochmat berharap kemegahan dan bertambahnya kapasitas masjid Mujahiddin, jug­a ikuti dengan semakin bertambahnya jamaah masjid. Setelah itu, warga UNY dapat melaksanakan ibadah rutin seperti biasanya di masjid kampus tercinta. Selebihnya, pembangunan masjid ini membuahkan sebuah harapan mulia, “Semoga Masjid Mujahidin dapat digunakan sebagaimana mestinya. Tidak hanya sebagai fasi­ litas kegiatan keagamaan, tetapi juga memfasilitasi kegiatan positif lainnya­, baik untuk warga UNY maupun masyara­ kat sekitar,” demikian ungkap Sutrisno Wibawa, M.Pd. Dhian Hapsari

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

27


liputan khusus

Dana Besar Setimpal dengan Fungsinya

Masjid Al-Mujahidin milik UNY sudah mengalami renovasi melalui dua tahap. Masjid yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Mujahidin ini kini berdiri kokoh dengan kemampuannya menampung jamaah lebih banyak empat kali lipat dari sebelumnya. Awalnya banyak pihak yang merasa senang dengan keputusan ditutupnya Masjid Mujahidin untuk kebutuhan renovasi. Namun, berjalannya waktu, pihak-pihak tersebut yang notabene adalah orang-orang yang aktif meramaikan masjid kampus UNY ini mulai mengeluhkan belum selesainya renovasi yang dilaksanakan sejak Juni 2009. Orang-orang tersebut terdiri dari takmir masjid, jamaah Al-Mujahidin, para mahasiswa, sampai masyarakat Karang­ malang. Bagaimanapun, dengan ditutup­ nya Masjid Mujahidin, secara otomatis membuat kegiatan-kegiatan peribadahan untuk sementara dialihkan. Hal ini telah diakui H. Sutrisna Wibawa, M. Pd., selaku Pembantu Rektor II UNY. “Perta­ nyaan-pertanyaan kenapa Masjid Muja28

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

hidin belum selesai juga memang ada. Persoalannya kan ada di pendanaan,” tanggapnya. Dengan perombakan arsitektur dan pelebaran bangunan, renovasi Masjid Mujahidin memakan total biaya Rp. 6.020.000.000,00 (enam milyar dua pulu­h juta rupiah). Karena besarnya dana yang dibutuhkan, Masjid Mujahidin pun diba­ ngun melalui dua tahap. Tahap pertama menggunakan dana DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) UNY tahun 2009 sejumlah Rp. 3.100.000.000,00 (tiga milyar seratus juta rupiah) ditambah dengan sumbangan-sumbangan warga UNY yang terkumpul sebanyak Rp. 320.000.000,00 (tiga ratus dua puluh juta rupiah), sehingga total penggunaan dana pada tahap pertama sebesar Rp.

3.420.000.000,00 (tiga milyar empat ratus dua puluh juta rupiah). Kemudian pada tahap kedua, dana renovasi masjid kampus UNY ini dialokasikan dari DIPA UNY sebesar Rp. 2.600.000.000,00 (dua milyar enam ratus juta rupiah). Sesuai dengan perencanaan dan alo­ kasi anggaran dana, Masjid Mujahidin kini telah berubah wujud menjadi masjid kampus yang luas dan megah. Masjid dua lantai ini memiliki total luas bangunan 2.208 m2. Total luas ini hany­a untuk bangunan masjidnya saja, sehing­ ga apabila ditambahkan dengan luas ba­ ngunan gedung Islamic Education Center (IEC) yang masih satu kompleks dengan Masjid Mujahidin, luas bangunannya menjadi sekitar 2.600 m2. “Dengan total luas bangunan itu, Masjid Mujahidin


liputan khusus mampu menampung 3000 sampai 3500 jamaah. Sebelumnya, Masjid Mujahidin hanya sanggup menampung empat kali lipat lebih sedikit jamaah saja,” terang Sutrisna di ruang kerjanya. Untuk menampung jamaah yang jumlahnya banyak sekali menjadi latar belakang utama mengapa Masji­d Muja­ hidin harus direnovasi. Sebelum ini, jamaah shalat selalu mbludak, terutama saat pelaksanaan shalat Jumat maupun shalat tarawih di bulan Ramadhan. Bahkan, tenda pun harus didirikan untuk mengantisipasi membludakny­a ja­­­maah. Hal ini dikarenakan lantai 2 mas­jid masih diperuntukkan bagi ke­gi­ at­an-kegiatan mahasiswa, sepert­i tu­to­ rial­, kajian dan diskusi-diskusi, maupun perpustakaan. Lantai 1 yang digunakan untuk shalat pun masih terbagi menjadi empat ruang, meliputi ruang utama, sayap selatan, sayap utara, serta seram­ bi yang akan terisi penuh saat shalat Jumat dan shalat Tarawih. Namun, untuk keperluan shalat lima waktu, ruang­ an yang dipakai biasanya hanya ruang utama saja dan ditambah ruang sayap utara untuk jamaah perempuan (akhwat). Selain itu, yang juga menjadi alasa­n direnovasinya masjid yang terletak di

bagian selatan gedung Student Center ini adalah mengikuti pola bangunan di sekitar kampus yang semakin baik. “Bisa kita lihat, ruang kuliah semakin baik, lingkungan pun semakin baik, tapi ba­ ngunan ke akhiratnya kok jelek. Makanya harus menyesuaikan,“ ujar Sutrisna kepada Pewara Dinamika. Dengan segala perubahan yang terjadi pada Masjid Mujahidin, diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah seluruh warga UNY dan masyarakat sekitarnya, yaitu masyarakat Karangma­ lang karena masjid ini terbuka bagi siapa saja, sehingga masyarakat sekitar pun dipersilakan mempergunakan fasilitas ini sebaik-baiknya.

IEC: Wadah Kegiatan Mahasiswa Di beberapa perguruan tinggi, terjadi pelebaran fungsi masjid. Masjid kampus menjadi alternatif pilihan untuk mengi­ si waktu di luar kegiatan perkuliahan formal. Kenyataan di masyarakat memang masih memperlihatkan fungsinya yang sangat sempit. Masjid, secara umum, seringkali diidentikkan dengan tempat shalat bagi mereka yang meng­ aku Islam sebagai agama anutannya. Di luar itu, masjid seolah-olah tidak memiliki fungsi sosial apapun.

Optimalisasi fungsi masjid pada gilirannya dapat juga bermanfaat bagi pembinaan jamaah dan masyarakat pada umumnya, bukan saja dalam aspek kegiatan ibadah ritual, tetapi juga bagi pembinaan aspek wawasan sosial, politik, dan ekonomi, serta wawasan-wawasan lainnya sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Optimalisasi fungsi seperti inilah yang kerap terjadi di masjid-masjid kampus yang dari sisi kualitas sumber daya kejamaahannya relatif lebih maju karena mereka adalah lapisan komunitas terdidik, yaitu maha­ siswa yang sedang menempuh pendi­ dikan di perguruan tinggi. Kondisi ini nyatanya tidak luput juga untuk terus diperhatikan kampus UNY. Jika dulu masih terkonsentrasi di lantai 2, kini universitas juga membangun gedung yang diberi nama gedung Islamic Education Center (IEC). IEC terletak me­ nempel di sebelah barat bangunan masjid. IEC disiapkan bagi mahasiswa yang ingin mengasah pengetahuan keagamaannya karena gedung ini dapat digu­ nakan sebagai ruangan diskusi kajian, ruangan mengaji, serta dilengkapi de­ ngan perpustakaan masjid, yang representatif. Ariska Prasetyanawati

foto-foto:ahmad natsir dan laode

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

29


kabar dari luar Dr. Seto Mulyadi

Belajar Adalah Hak Anak

tunascendekia.org

Kedekatannya dengan dunia anak membuat dia begitu dikenal sebagai sahabat dan pendidik anak. Selalu, setiap kali berhadapan dengan anak-anak Kak Seto (sapaan akrabnya) tak lupa melemparkan senyum khas yang sudah menjadi trademarknya. Meski usia tak lagi muda ( 57 tahun), kegiatannya masih sama seperti 30 tahun silam. Dia masih rutin kelilingi Indonesia untuk segala macam kegiatan anak dan bergelut dengan problem anak. Sepertinya bagi Kak Seto, dunia anak adalah panggilan hidupnya. Ditemui di Homeschooling Kak Seto (HSKS) di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan yang asri Kak Seto banyak berkisah tentang pendidikan anak. Kunci belajar yang diyakini efektif bisa diterima anak menurut Kak Seto ialah harus menyenangkan, bukan sesuatu yang membuat anak stres. “Bagaiman­a anak menjadi nyaman di ruang belajar­ nya, kalau sekolah justru menjadi beban,” tanya Kak Seto mengawali perbincangan. Pria lulusan Doktor Bidang Psikologi Program Pasca Sarjana Univer­ 30

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

sitas Indonesia ini yakin jika proses pem­ belajaran menyenangkan maka suatu saat sekolah tidak lagi menjadi beban, justru dinantikan anak. Metode belajar yang telah diterapka­n Kak Seto ialah PAIKEM GEMBROT, kepanjangan dari Pembelajaran, Aktif, Inova­ tif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gem­ bira, dan Berbobot. Meski dikema­s non

formal namun secara kurikulum tetap berbobot karena mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan. “Tidak ha­ ny­a di dalam kelas, tetapi juga outing class dengan berkunjung ke pabrik, wi­sa­ ta pendidikan dan juga ngobrol de­nga­n dok­ter, polisi dan lain-lain,” tandasnya. Alasan mendasar Kak Seto mendiri­ kan homeschooling ialah karena belajar


kabar dari luar

media.vivanews.com

merupakan hak bukan kewajiban. “Istilah wajib belajar sebenarnya bukan ditujukan untuk anak tetapi kepada pemerintah, orangtua, dan masyara­kat

bagaimana mereka menyediakan ruang atau sarana belajar yang rama­h anak,” jelasnya. Sebab, lanjut Kak Set­o pada dasarnya anak itu senang belajar­, me­

ngapa suasana belajar itu harus dibuat stres dan monoton, belum lagi pulang dengan membawa setumpuk pekerjaan rumah. “Seperti belajar bahasa yang berjalan secara alami, tidak ada hukuman,” tambahnya. Pada akhirnya anak bisa dan paham dengan sendirinya atau berasal dari faktor internal bukan karena rayuan, dije­ wer atau diimingi-imingi hadiah. Setelah anak-anak kembali ke rumah­, barulah orangtua yang berperan menjadi sahabat atau teman yang menye­ nangkan, tidak boleh menyuruh anak dengan kekerasan atau bentakan. “Jadilah orangtua yang multiperan, bisa mengimbangi dengan kebutuhan anak, sehingga di ruangan mana pun di rumah bisa menjadi tempat yang nyaman untuk anak belajar,” tuturnya. Bentuk konkrit yang dimaksud ialah membuat hasta karya, game, simulasi dan juga mempraktikkan materi diseko­ lah dengan kehidupan sehari-hari di ru-

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

31


kabar dari luar mah. “Nah di fase itulah kemudian orangtua dituntut untuk lebih kreatif, sa­bar, memahami psikologi anak dan saling belajar,” jelasnya.

Masih Banyak Kekerasan Pada Anak Tidak semua anak-anak di Indonesia mendapat kesempatan yang sama, baik dalam hal pemenuhan kebutuhan pendidikan, ekonomi maupun afeksi. Masih banyak anak yang tidak mendapatkan kesempatan tersebut, bahkan seringkali berada dalam kondisi tidak aman dan perlu dilindungi. Menurut Kak Seto yang sudah sejak tahun 1998 menjadi Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA) sudah seharusnya anak mendapat perlindungan ketika merasa terancam atau tertekan. “Misalnya ketika anak bera­da di sekolah dan tidak merasa kenyaman­

an lagi,” katanya. Tanpa disadari banya­k orangtua yang ‘memaksa’ anak mereka untuk mengikuti kemauan orangtua, terutama dalam pilihan studinya. Wajar saja jika semakin banyak anak yang ti­ dak lagi merasa nyaman ketika belajar, ironisnya hal tersebut bisa berlangsung lama hingga anak lulus sekolah. Kondisi seperti itu masuk dalam wilayah kekerasan psikologis, Kak Set­o pun mengakui jika kekerasan psikologi­s terkadang tidak dianggap kekerasan karena tidak menimbulkan dampak nya­ ta pada tubuh anak. “Padahal dampak­ nya justru lebih berlangsung lama dan meninggalkan trauma,” ujar peraih peng­hargaan Peace Messanger Award ini. Tidak hanya kekerasan psikologis yang mendominasi kasus anak, menuru­t Kak Seto kekerasan seksual dan fisik juga masih banyak terjadi.

Berpijak pada kenyataan di lapangan­, kekerasan psikologis pada anak seringkali menimpa anak yang tinggal suatu komunitas, sekolah, pondok pesantren­, rumah singgah, panti asuhan, Lemba­ ga Pemasyarakatan (LP) anak. Kemudian ada pula penelantaran anak sepert­i kurang gizi, bekerja di bawah umur, anak yang berada di tempat eksploitasi seksual, lokasi bencana alam, dan anak yang perdagangkan. Kasus tersebut sampai saat ini menurut Kak Seto menyisakan pekerjaan rumah yang cukup panjang. Namun dibalik itu, Kak Seto masih terus menyiratkan sikap optimis untuk membenahi masalah yang menimpa anak. Pria yang kerap berbaju batik ini ingin menhadapinya dengan kerjasama baik dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, media massa, Lembaga Swasbelen.files.wordpress.com

32

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0


kabar dari luar

sekolahalamarridho.files.wordpress.com

daya Masyarakat (LSM) dan lainnya. “Semua bermula dari lingkungan terkecil dan terdekat yaitu di keluarga, jika keluarga bisa memberikan rasa nyaman dan aman pada anak, kekerasan bisa diminimalisir. Kekerasan pada anak harus dihentikan jika kita ingin generasi yang akan datang tidak gandrung kekerasan,” jelasnya. Sementara itu peran nyata yang te­ lah dilakukan oleh KPA selama ini menurut Kak Seto ialah mulai dari pemberian ceramah, seminar dan juga roadshow ke daerah-daerah, menerima pengaduan dari masyarakat dan melaporkan kepada pemerintah, somasi pada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) perihal iklan rokok dan tayangan berbau kekerasan atau yang tidak pantas ditonton anak. Kak Seto sempat menyisipkan pesan kepada semua pihak mulai dari Menteri Pendidikan Nasional, Direktur Jendral, Kepala Dinas Pendidikan guru, dan ten-

tunya orangtua benar-benar bisa menciptakan pendidikan ramah anak dan mengedepankan kepentingan dan kebutuhan anak. “Misalnya rasa tertekan karena evaluasi belajar seperti UN, jika UN tidak ditinjau kembali maka akan membebani anak padahal kondisi anak, guru, sarana belajar, dan proses pembelajaran tidaklah sama,” kritiknya.

Pernah Bercita-cita Jadi Dokter Seto Mulyadi yang kemudian dikenal sebagai Kak Seto pada awalnya bercita-cita menjadi dokter. Manusia berencana tapi Tuhan yang menentukan. Seto malah mendedikasikan hidupnya dem­i kemajuan anak-anak. Kegagal­ annya masuk ke Fakultas Kedokteran UI, membu­atnya putar haluan denga­n memasuki Fakultas Psikologi UI, atas saran dari Pak Kasur. Dua tahun kemudi­ an, ia masih membantu Pak Kasur, sambil menjadi pembantu dan pengasuh

anak di rumah Direktur Bank Indonesia, saat itu, Soeksmono Martokoesoemo. Saat masih duduk di bangku kuliah, 1983, Seto mendapat kepercayaan Ibu Tien Soeharto untuk mengetuai pelaksanaan pembangunan Istana AnakAnak di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Bahkan kelompok bermain Istana Anak-anak di yang dikembangkannya, di luar dugaan, memiliki peminat yang cukup banyak. Kini, pengembang­ an kelompok bermain yang bernaung di bawah Yayasan Mutiara Indonesia itu sudah menyebar di berbagai cabang di Jakarta dan sekitarnya. Pada 1987, Seto menikahi Deviana– yang usianya terpaut 18 tahun–gadis yang dicintainya tak lama lahirlah ke­ empat buah hatinya, Eka Putri Duta Sari, Bimo Dwi Putra Utama, Shelomita Kartika Putri Maharani, dan Nindya Putri Catur Permatasari. Eka wahyu pramitha

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

33


berita dies natalis

AKSI MIKROLIGHT MERIAHKAN SENAM AEROBIK

foto: Heri/PEwara dinamika

Ribuan sivitas akademika UNY pagi ini senam aerobik bersama di lapanga­n atletik-sepakbola FIK UNY. Senam bersama ini adalah awal dari banyak kegiatan UNY dalam memeriahkan Dies Natalis ke-46 UNY. Sebagai tanda dimulainya acara, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. MA., didampingi Dekan Fakultas Teknik dan Ketua Panitia Dies melepaskan puluhan balon udara yang berisi hadiah sebesar Rp 500.000. Hadia­h

34

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

tersebut diperuntukkan bagi yang ber­ untung menemukannya. Acara pembukaan Dies Natalis ini juga dimeriahkan dengan aksi mikrolight­ yang terbang di atas area senam sambi­l membawa spanduk bertuliskan DIES NATALIS KE-46 UNY. Mikrolight diterbangkan oleh Letkol Yulianto Hadi, mahasiswa S3 UNY, tepat pada pukul 07.45, di saat sivitas akademika UNY baru 15 menit memulai senam. Saat mikrolight

ini terbang, peserta senam langsung melihatnya sambil mendengar penje­ lasan MC mengenai profil penerbang mikrolight tersebut. Sesaat kemudian, peserta senam langsung bersorak gembira, sebagian besar dari mereka langsung bertepuk tangan. Dalam sambutannya, Rektor mengatakan, senam ini saya menganalogkan seperti kita baru berada di bumi. Ketik­a kita menjadi bayi dan menangis berarti


berita

ada gerak di situ, ada kehidupan. Dan, dengan kita melakukan senam ini berar­ ti kita telah mengguggah untuk memelihara kebugaran badan dengan baik. Karena kebugaran merupakan penanda kelahiran bayi. Kebugaran, lanjut Rektor, merupaka­n modal untuk sukses sepanjang hayat­. Dengan sehat dan bugar kita bisa melak­ sanakan tugas dengan sebaik-baiknya

dan beribadah dengan hikmat. Sehat bisa menjadi modal awal yang bisa mengantar kita hidup bahagia dunia dan akhirat. Setelah senam bersama, sebanya­k ratusan orang mengikuti uji kebugara­n yaitu dengan lari mengelilingi lintasa­n atletik sepanjang 400 m selama 12 menit­. Uji kebugaran diikuti oleh para pimpinan universitas: rektor, para pem-

bantu rektor, para dekan, pembant­u de­ kan, dosen, pegawai, dan mahasiswa. Di sela-sela uji kebugaran, Dekan FIK, Sumaryanto, M.Kes., mengatakan, sebagaimana tahun sebelumnya uji kebugaran juga dilaksanakan pada tahun ini. Dan peserta pada tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya. Hal ini karena arena untuk senam juga dilaksanakan di lapangan atletik-sepakbola sehingga lebih memudahkan bagi peserta. ”Untuk hasil dari uji kebugaran ini ada kriteria-kriteria misalnya untuk peserta laki-laki umur di atas 50 tahun jika mampu berlari sejauh 2400 m selama 12 menit maka kebugarannya sangat baik. Jika mampu berlari sejauh 20002400 m masih di atas rata-rata, sejauh 1600-1999 m kebugarannya rata-rata. Jika jarak yang ditempuh 1300-1599 m kebugarannya di bawah rata-rata dan yang di bawah 1300 m maka kebugaran orang itu buruk,” ujar Sumaryanto. Witono Nugroho

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

35


berita beasiswa

Sepuluh Mahasiswa UNY Terima Beasiswa Perum Pegadaian

HEri P/Pewara dinamika

Sebanyak 10 mahasiswa Universitas Ne­geri Yogyakarta (UNY) menerima be­ a­siswa dari Perum Pegadaian. Pene­ri­ ma­an beasiswa dilaksanakan di ruang sidang rektorat UNY, Jumat, 30/4. Beasiswa diserahkan oleh Pimpinan Perum Pegadaian wilayah Semarang yang diwakili oleh pimpinan utama pegadaia­n cabang Yogyakarta, Nirawan Hadi, SE. Ak. kepada Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Herminarto Sofyan, selanjutny­a oleh PR III diserahkan secara simbolis kepada salah satu penerima beasiswa. Dalam sambutannya, Herminarto Sof­ yan mengatakan, dengan beasiswa ini menunjukkan kepedulian Perum Pega­ daian terhadap dunia pendidikan. Dunia­ pendidikan adalah dunia yang membutuhkan kepedulian kita semua. Saat ini mahasiswa UNY yang menda­

36

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

pat beasiswa sekitar 4100 orang denga­n 23 sumber beasiswa. UNY terus berupa­ ya agar jumlah mahasiswa yang menerima beasiswa terus bertambah dengan cara kerjasama. “Untuk memperoleh beasiswa, para mahasiswa harus melalui seleksi yang sangat ketat, dengan indeks prestas­i dan penghasilan orangtua, jumlah tang­ gungan keluarga, aktivitas mahasiswa di kampus, dll. Sehingga bagi pihak pem­ beri beasiswa tidak perlu kuatir salah sasaran,” lanjunya. Alumni UNY sebagian besar atau 80% sebagai guru dari jumlah alumni yang mencapai 42 ribu. Perum Pegadaia­n ti­ dak salah memberikan beasiswa kepada UNY, karena lulusan UNY yang notabene nanti menjadi tenaga guru, me­re­ka nanti akan berinteraksi secara so­sial ke masyarakat maupun dunia pro­ fesi mereka. Mereka akan menyebarkan ‘virus-virus’ bagaimana jasa perum pegadaian terhadap mahasiswa dalam rangka membantu pendidikan. “Kepada mahasiswa, mohon beasis­ wa tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya. Penerima beasiswa harus menunjukkan pertanggungjawaban sebagai

mahasiswa yang diberi bantuan. Jangan lama-lama kuliah di UNY karena masih banyak yang menunggu baik keluarga di rumah, maupun calon mahasiswa yang akan masuk UNY,” tuturnya Sementara itu, Nirawan Hadi menga­ takan, dari pemerintah sudah menarget­ kan BUMN ada dana Community Social Responsibility (CSR). Perum Pegadaian juga dibebani dan tiap tahun harus tersalurkan untuk pendidikan. 75% nasabah pegadaian adalah mahasiswa. Para mahasiswa kalau lebaran biasanya menggadaikan TV, radio, sepeda motor pada waktu lebaran. Selain dapat uang mereka juga merasa aman. Dari pengalaman, barang dari mahasis­wa malah lebih bagus dari masyarakat lainnya. Seperti laptop yang sudah cang­gih. Witono Nugroho


berita pengukuhan guru besar

UNY TAMBAH GURU BESAR BIDANG ILMU BIOLOGI TANAH

heri P/Pewara dinamika

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menambah guru besar pada Rapat Terbuka Senat pada Senin (3/5) di ruang sidang rektorat UNY. Prof. Ir. Hieronymu­s Yulipriyanto, MS., Ph.D. dikukuhkan sebagai guru besar dalam Ilmu Biologi Tanah pada FMIPA UNY. Dalam pidato ilmiahnya yang berju­ dul ”Emisi Gas Rumah Kaca Selama Pe­ ngomposann Limbah Organik dan Stra­ te­gi Pengendaliannya”, Yulipriyant­o me­­ngatakan bahwa hasil penelitian te­ lah mem­be­­ri­kan data-data tentang emi­ si gas rumah kaca selama pengompos­an ber­ba­gai limbah organik dan metode– me­to­de untuk melakukan penelitian emi­­si gas skala lapangan maupun labo­ ra­to­rium. Bentuk–bentuk karbon dan nitroge­n

yang hilang dalam bentuk gas selama pengomposan berbagai limbah organik tidaklah netral bagi lingkungan khu­su­ nya dalam perspektif pencemara­n uda­ ra, pemanasan global dan perubha­n iklim. Oleh karena itu harus di upayaka­n agar selama pengomposan emisinya dapat dikendalikan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau pengendalian gas selama pengomposan sangat terkait pengetahuan tentang pengomposan dan model pengomposan yang digunakan di lapangan. ”Berdasarkan pengamatan di lapang­ a­n dan beberapa temuan yang di pero­ le­h selama ini, persoalan–persoala­n yang diajukan oleh masyarakat sepu­ta­ ­r pe­ngom­posan adalah bagaiman­a ca­ra mem­buat kompos yang cepat dan ba­han­bahan tambahan apa yang dapa­t mem­ per­cepat pengomposan,” lanjutnya­. Dikatakan, dari pertanyaan–pertanya­ an sederhana ini, target waktu menjadi variabel sangat penting dalam melakukan pengomposan di kalangan masyara­ kat. Berdasarkan hasil penelitian emis­i gas N2O masih bisa terjadi setelah 6 bulan pengomposan, sehingga lama wak-

tu pengomposan yang pendek emis­i gas N2O dari kompos yang dihasilkan masih berlanjut secara tak terkendali di lapangan. ”Emisi gas rumah kaca selama pe­ ngomposan dapat mengurangi kualita­s kompos yang dihasilkan dari aspek kan­­ dungan nitrogen bila yang dilepaskan ke atmosfer adalah NH3 atau N2O. De­ mikian pula adanya produksi metana dalam jumlah besar dalam daerah ana­ erob dan substrat organik yang padat. Oleh karena itu saran–saran berikut kiranya dapat dipertimbangkan apabila dalam pengomposan ingin memperoleh kualitas kompos yang sesuai dan polusi udara yang merugikan udara dapat diturunkan,” tambahnya. Witono Nugroho

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

37


berita Pelantikan pejabat

PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN UNTUK MENGHINDARI PLAGIASI

heri Purwanto/Pewara Dinamika

Kepala Perpustakaan diharapkan sekali mampu melakukan perbaikan manajemen layanan perpustakaan yang lebih efektif dan efisien, dengan memanfaat­ kan jasa ICT secara optimal. Ingat bah­ wa Library is the Heart of University. Diharapkan perpustakaan dapat dikelola le­bih baik lagi dengan membe­rikan perhatian yang tinggi terhadap adanya ke­cenderungan perbuatan plagiasi. Di uta­makan ruang tempat penyim­panan skripsi, tesis dan desertasi penjaga­any­a lebih di perketat untuk menghin­dar­i plagias di dunia akademis. Selain itu pengembangan kuali­tas dan pengab­di­ an semua staf per­pus­takaan perlu terus diupayakan. Demikian di tegaskan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.A pada upacar­a pelantikan Kepala Perpustakaan, Kepal­a Puskom, Kaprodi, dan Penyerahan SK kenaikan pangkat kepada pegawai UNY, Senin, (3/5) di Auditorium UNY. Lebih lanjut dikatakan, untuk Kepala Puskom baru, diharapkan sekali terus meningkatkan layanan ICT di UNY baik untuk kepentingan manajerial maupun kepentingan pendidikan. Karena itu, 38

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

harus terus meningkatkan koordinasi dan konsolidasi dengan berbagai pihak terkait, baik secara internal UNY maupun eksternal. Dengan begitu pertumbuhan dan perkembangan implementasi ICT sema­ kin maju pesat. Apakah untuk pengembangan sistem informasi terpadu atau penerapan SAP untuk layanan akademik dan lainnya dalam kepemimpinan universitas. Dengan begitu ICT dapat ber­ kontribusi bagi penaikan ranking UNY di antara universitas seluruh dunia dan Indonesia pada khususnya. ”Pencapaian ISO 9001:2000 untuk semua unit (fakultas, lembaga, dan bir­o yang segera disusul oleh PPs), demikian pula tahun ini akan disusul dengan ISO 17025 untuk laboratorium (FMIPA

dan FT), dapat mendorong terciptanya kultur mutu, kultur disiplin, kultur respek, dan kultur peduli yang dilandasi hati yang ikhlas,” tuturnya”. Ditambahkan Rochmat setiap karir membutuhkan sistem reward dan incentive yang memiliki nilai dan peran strategis dalam meningkatkan produktivitas kerja, baik secara personal, kolektif, maupun institusional. Di sampin­g peran strategis lainnya, terutama berke­ naan dengan menjamin tegaknya institusi dan kredibilitasnya. Dengan begitu kenaikan pangkat dan jabatan, bu­kan hanya berdampak pada jenjang karir dan perbaikan gaji dan insentif, melainkan juga dapat berdampak terhada­p ke­ mapanan tegaknya lembaga. Witono Nugroho


berita pengukuhan guru besar

KEBUGARAN DAN KESEHATAN BAGI KESUKSESAN HIDUP SEPANJANG HAYAT

Heri purwanto/Pewara dinamika

Untuk mendapatkan jalan menuju kesuksesan hidup, diberi umur panjang­, se­ jahtera, selamat di dunia dan akhirat­, ma­nusia harus memiliki konsep hidup yang kuat, yaitu melakukan olahrag­a dengan benar, mengkonsumsi makanan dengan pantas, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt, dengan cara menjalankan ibadah, suka beramal, tidak sombong dan jangan suka iri hati. Gaya hidup tersebut harus dilakukan di sepanjang hayat, ditanamkan sejak usia anak-anak, kemudian menjadi kebi­ asaan pada usia remaja, dan berlanjut terus hingga dewasa maupun di masa tua. Demikian dipaparkan Prof. Dr. Su­harjana, M.Kes., dalam pidato ilmiah­ nya yang dibacakan di depan Rapat Terbuka Senat UNY dengan agenda Pidato Pengukuhan Guru Besar, Senin, (19/4) di

ruang sidang UNY. Suharjana dikukuh­ kan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Kesehatan Olahraga pada Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNY. Lebih lanjut dikatakan, untuk menca­ pai kebugaran dan kesehatan badan, perlu meluangkan waktu untu­k berakti­ vi­tas jasmani atau berolahraga dengan ba­ik. Jalankan olahraga sesuaikan de­ ngan fasilitas yang ada, kemampuan dan kesukaan. Lakukan dua atau tiga kali seminggu, pilihlah aktivitas aerobik dan gunakan waktu 30 – 60 menit. Agar tujuan berolahraga dan kesehatan dapat tercapai, pilihlah gaya hidup yang sehat. Asupan makan hendaknya seimbang, dengan komposisi 60-70% kebutuhan energi diperoleh dari kar­bo­ hidrat, 10-15% dari protein, dan 10-25% dari lemak. Bagi orang Indonesi­a mot-

to Empat Sehat Lima Sempurna, yang terdiri atas nasi, lauk-pauk, sayuran­, dan buah-buahan, serta minum segelas susu adalah menu pilihan yang baik. Selain mengatur pola makan, jangan lupa ber­istirahat yang cukup, dan dekatkan diri pada Allah Swt, dengan cara menjalankan ibadah dan berdo’a demi kesuk­sesan hidup. “Prinsip-prinsip hidup yang menjamin kesehatan dan kebugaran tersebut, sebenarnya sudah diajarkan oleh Priyagung Sri Pakubuwana IV, seja­k beberapa ratus tahun yang lalu, melalu­i tembang Kinanthi dari Serat Wulang Reh yang ditulis sendiri oleh Sri Paku­ buwana IV, yang bunyinya sebagai be­ rikut: ”Padha gulangen ing kalbu, ing sasmita amrih lantip, aja pijer dhaha­r nendra, kaprawiran den kaesti, pesunen saliranira, sudanen dhahar lan guling”.. Berdasar syair tembang Kinanthi tersebut, ajaran yang dapat dipetik adalah untuk mencapai kesempurnaan hidup, manusia harus belajar, dan menjalankan aktivitas fisik yang baik, jauhkan kebiasaan makan dan tidur yang berlebihan,” tambahnya. Witono Nugroho

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

39


berita kompetisi guru

SEBANYAK 18 GURU RAIH PENGHARGAAN GURU AWARD

foto-foto: Heri Purwanto/Pewara dinamika

Sebanyak 18 guru dari 6 jenjang pendi­ dikan berhasil menjadi juara pada penghargaan Guru Award yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Guru Award diselenggarakan dalam rangka memeriahkan Dies Nata­ lies ke-46 UNY. Para guru memresenta­ sikan hasil inovasinya Rabu, (21/4) di aula KPLT FT UNY. Dari hasil penilaian dewan juri yang berhasil memenangkan Guru Award untuk jenjang TK, PAUD Juara I-III yaitu Kadarsih , S.Pd. (TK Negeri 2 Yogyakarta), Yatirah, S.Pd. (TK ABA Jeruksari, Wonosari), Tri Hariyatni, S.Pd. (TK Ne­ geri Pembina Yogyakarta). Jenjang SD, MI Juara I-III yaitu Moh. Durori (SD N 2 Kecila, Banyumas), Novia Nuryany, S.IP., M.Pd. (SD Muhammadiyah Sapen), Sri Haryani Wahyu L, M.Pd. (SD N Babarsari). Jenjang SMP, MTS Juara I-III yaitu 40

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

Lilik Mardiningsih, S.Pd. (SMP N 3 Sleman), Martiyono, S.Pd. (SMP N 4 Kebumen), Kisworo, S.Pd. (SMP 4 Patuk). Jenjang SMA, MA Juara I-III yaitu Vipti Retna Nugraheni, M.Ed. (SMA N 2 Wa­tes), Dra. Yati Utami Purwaningsih,­ M.Pd. (SMA N 1 Jetis Bantul), Rudy Pra­

kanto, S.Pd., M.Eng (SMA N 6 Yogyakarta). Jenjang SMK Juara I-III yaitu Giman, SST., MT (SMK N 2 Yogyakarta), Neny Mariani, M.Hum (SMK N 1 Pengasih), Drs. Sutarno (SMK N 2 Wonosari).jenjang SLB Juara I-III yaitu Suradi, S.Pd. (SLB N 2 Yogyakarta), Sri Suharyatri,


berita S.Pd. (SLB N 4 Yogyakarta), 3. Laila Nurul Hidayah, S.Pd. (SLB N 3 Yogyakarta). Penghargaan akan diserahkan kepada para pemenang pada Upacara Hari Pendidikan Nasional , Minggu 2/5 di rektorat UNY. Penanggung jawab kegiatan, Dr.Sudji Munadi, Guru Award diikuti oleh guru– guru di wilayah DIY dan Jateng. Propo­ sal yang masuk sebanyak 117 dari se­­mua jenjang yang diikuti oleh gur­ugu­ru di DIY dan Jateng diantaranya Ke­ bu­men, Banyumas, dan Purwokerto. Da­ ri proposal yang masuk lalu diseleks­i do­ku­mennya dan jadilah nominator se­ ba­nyak 39 orang. Rinciannya TK/PAUD 5 orang, SD/MI (7), SMP/MTS (7), SMA/MA

(7), SMK(6), dan SLB (6). Untuk semua jenjang ternyata merata dari semua Kabupaten/kota. Peserta kali meningkat da­ri penyelenggaraan tahun kemarin. “Selama ini guru berprestasi baru tampak kalau sekolah dari daerah untu­k me­ngikuti lomba prestasi guru baik tingkat nasional maupun lokal. Dalam

rangka Dies Natalis, UNY ingin menca­ ri guru-guru berprestasi yang sejak lama dirintis, jadi tidak dadakan, ”ujar PD 1 FT ini. Ditambahkan Sudji, penilaian diambil dari dokumen porto folio 60% dan presentasi 40%. Dari dokumen kita bisa melihat prestasi yang dicapai di sekolah dari segi penghargaan dan prestasi di­ sekolah selama dia mengajar seperti meneliti, menulis buku, karya ilmiah, artikel, dll. Lalu dia punya ide kreatif untuk inovasi pembelajaran, itu yang diutamakan. Apalagi kalau ide itu digu­ na­kan oleh semua guru, bobot nilai men­jadi bertambah. Witono Nugroho

Bakti sosial

REKTOR DONOR DARAH Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA menjadi pendonor darah pa­da Aksi Donor Darah dalam rangka Dies Natalis ke-46 UNY, di LPM UNY, Rab­u siang (5/5). Sebelum donor, Rektor meninjau pelaksanaan General Check Up dan memeriksakan kesehatan di beberapa stan kesehatan khusus yang juga dilaksanakan di LPM UNY. Dalam pemeriksaan Osterioporosis Rochmat Wahab mendapatkan hasil status normal. Sedangkan dalam pemeriksaan kesehatan kolesterol/lemak didapatkan hasil kandungan lemak dalam tubuh sedikit di atas normal, dan perbandingan berat badan dan tinggi ba­ dan hasilnya status di atas normal (men­ dekati gemuk). Sebelum melaksanakan donor darah Rochmat Wahab ke stan pijat mipi untuk dipijat urut relaksasi. Rektor mendaftar donor dengan terlebih dahulu mengisi formulir pendaf­ taran, mengisi kuesioner yang berkaitan dengan kondisi kesehatan fisik, tes darah (HB) memenuhi syarat sebagai pendonor, periksa tekanan darah (normal), barulah dilaksanakan donor. Rektor berbaring di salah satu dipan yang di­se­diakan. Bismillah... chess (pen ta­

foto-foto: heri purwanto/Pewara dinamika

jam)­ masuk ke salah satu urat tanga­n kanan Rektor, mengalirlah darah segar

dari pen ke selang kecil kemudian ke kantong darah yang ada di bawah dipan. Lima menit kemudian selesailah pengambilan darah. “Seumur hidup, baru kali ini saya me­ lakukan donor. Ini pengalaman pertama saya,” kata Rochmat Wahab, “Memang ini sudah niat saya, jadilah semua lancar, darah saya berhasil diambil,” tambahnya. Prayogo

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

41


berita studi banding

STUDI BANDING DPM UNY

dokumen humas fmipa

Dalam rangka menambah pengetahu­ an dalam mengelola organisasi kemaha­ siswaan serta menjalin hubungan de­­ngan instansi lain maka Dewan Perwa­ kilan Mahasiswa (DPM) Republi­k Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta didampingi oleh Dedy Herdito, MM selaku Humas UNY mengadakan jelajah institusi ke Mahkamah Konstitusi, DPR RI, Metro TV, dan DPM Universitas Indonesia pada Selasa hingga Jumat 4 – 7 Mei 2010. Kegiatan yang bertema “Menca­ ri jati diri good student government” ini diharapkan akan lebih memperluas wawasan mahasiswa dan mengopti­ malkan potensi dalam keorganisasian khususnya untuk pengurus DPM Re42

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

ma UNY dan diharapkan lebih memperkokoh citra UNY ada lingkup eksternal yaitu dengan terciptanya hubungan, kerjasama, atau kepercayaan dengan instansi pemerintahan maupun swasta. Di DPR RI rombongan disambut oleh Kepala Humas Dra. Ermita Ardem, M.Si. yang menjelaskan tentang Program Legislasi Nasional meliputi pembentuka­n peraturan perundang-undangan dibidang hukum, ekonomi, politik, agama­, pendidikan, ilmu pengetahuan & tekno­ logi, sosial budaya, sumber daya alam & lingkungan, pertahanan & keamanan, serta pembangunan daerah. Sedangkan peraturan perundang-undangan yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkem-

bangan jaman juga disempurnakan. Tujuan dibentuknya Program Legislasi Nasional ini adalah mengaktualisasikan fungsi hukum sebagai sarana rekayas­a sosial, instrumen penyelesaian sengke­ ta, pengatur perilaku masyarakat & sa­ rana integrasi bangsa, mewujudkan su­­pre­masi hukum serta memberikan ga­m­baran obyektif tentang kondisi umum di bidang Peraturan Perundang­un­dangan ditingkat pusat sekaligus menyusun skala prioritas penyusun­ an RUU sebagai suatu program yang berkesinambungan & terpadu sebagai pedoman bersama dalam pembentuka­n peraturan perundang-undangan dalam mewujudkan sistem hukum nasional.


berita

Selain itu juga membentuk sinergi antar lembaga yang berwenang dalam pembentukan peraturan perundang-undang­ an di tingkat pusat. Dalam kunjungan ke Mahkamah Konstitusi rombongan DPM Rema UNY disambut oleh Hakim Konstitusi Drs. H. Ahmad Fadlil Sumadi, SH., M.Hum yang menjelaskan tentang Mahkamah Konstitusi sebagai peradilan ketatanegaraan yang merupakan perubahan supremasi hukum dan konstitusi sebagai hukum tertinggi yang

berkuasa dalam mengadili pada tingkat pertama dan final pada perkara seperti menguji undang-undang, memutus sengketa kewenangan lembaga negara, memutus pembubaran partai politik atau memutus perselisihan hasil pemilu. Sedangkan peran Mahkamah Konstitusi sendiri adalah menjaga terselenggarakannya pemerintahan negara yang stabil berdasarkan konstitusi, melakukan penafsiran terhadap konstitusi, me­ lak­sanakan prinsip check and balanc­e dan menjamin perlindungan hak-hak konstitusional. Mahasiswa juga ber­ke­ sempatan mengikuti salah satu sidan­g Mahkamah Konstitusi yang membahas sebuah rencana undang-undang tentang panitia khusus. Pembentukan Mah­ kamah Konstitusi ini merupakan wujud dari amanah UUD 1945 Pasal 24 ayat 2 dan pasal 24C UUD 1945 Perubah­an Ketiga. Di Universitas Indonesia Depok rombongan disambut oleh Ketua DPM Uni-

versitas Indonesia Gilang Ramadhan. DPM Rema UI dan DPM Rema UNY sa­ ling bertukar pengalaman tentang ke­ legislatifan di kampus masing-masing. Selain kunjungan pada lembaga-lembaga tersebut tigapuluh orang anggota DPM Rema UNY yang mengikuti jelajah institusi ini berkesempatan mengikuti rekaman acara Kick Andy di Metro TV dalam episode “Kenangan dalam sebuah tragedi”. Dedy Herdito

Aksi sosial dies natalis ke-46

DONOR DARAH DAN PERIKSA KESEHATAN DIES DI LPM

foto-foto: heri purwanto/Pewara dinamika

Dalam rangka Dies Natalis ke-46 UNY, LPM UNY menyelenggarakan Aksi Donor Darah (ADD), Pemeriksaan Kesehat­ an (General Chek Up), dan Bakti Sosial pemberian sembako dan pengobatan gratis kepada masyarakat, bulan Mei 2010. ADD dilaksanakan 4 dan 5 Mei 2010 di LPM UNY. Pemeriksaan Kesehat­ an menyeluruh dilaksanakan 5 dan 6 Mei 2010 di LPM UNY. Bakti Sosial dilak-

sanakan di Kecamatan Semin Gunungkidul, 9 Mei 2010. ADD dilaksanakan atas kerjasama LPM UNY, KSR PMI Unit UNY, dan PMI Cabang Sleman, dengan Ketua Panitia dr. Laksmi Ambardini, M.Kes. Pemeriksaan Kesehatan menyeluruh (General Check Up) dilaksanakan Dharma Wanit­a Persatuan (DWP) UNY dan LPM UNY be­ kerjasama dengan Balai Laboratorium

Kesehatan Yogyakarta. Bakti Sosial untuk masyarakat yang dilaksanakan di Semin Gunungkidul berupa pembagian sembako gratis dan pemeriksaan dan pengobatan gratis. Dalam kesempatan ini LPM UNY membagikan 250 paket sembako dan menerjunkan lima dokte­r UNY serta paket obat-obatan gratis bagi yang membutuhkan. Prayogo

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

43


berita Pembukaan MTQ Tingkat Universitas

MOMENTUM MEMAHAMI KONTEKS AJARAN AL QURAN

foto-foto: heri purwanto/pewara dinamika

UNY saat ini sedang menggalakkan tema-tema strategis, bagaimana pendi­ dikan karakter bisa diimplementasikan dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter masuk dalam program 100 hari presiden waktu itu dan kementerian pendidikan nasional. Saat ini UNY sudah menyusun pandu­ an implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran yang harap­annya semua dosen dalam mengajar memperhatikan nilai-nilai moral, kepribadi­an yang akan menghasilkan sosok karak­ter mahasiswa Indonesia. Minat baca anakanak SD, SMP, SMA, perguruan tinggi relatif sangat rendah. Saya meneliti 40 sekolah tentang minat baca, dan 80% minat baca sangat rendah. Ini terbukti hasil UN saat ini jeblok. Hal ini karena mereka sudah dibudayakan tidak belajar konsep tapi belajar bagaimana mengerjakan soal. Demikian dijelaskan Pembantu Rektor (PR) III UNY, Prof. Dr. Herminarto Sofyan, saat membuka Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) mahasiswa UNY tahun 2010, yang diikuti 280 peserta, di gedung Student Center, Sabtu (8/5). 44

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

Lanjut Hermin, sekolah yang muridnya lulus UN 100% hati nurani mereka masih bicara mengangkat nilai-nilai kejujuran. Di DIY walaupun tingkat kelulusannya di bawah Bali, tapi nilai kejujuran termasuk yang paling atas. ”MTQ kali ini mempunyai momentum yang sangat strategis supaya mahasiswa tidak hanya pandai membaca secara tekstual tapi kontekstual apa yang terkandung dalam nilai-nilai Al-Qur­an maupun bisa dihayati dan diamal­kan sehingga nilai kejujuran dan disipli­n bisa diimplementasikan dalam ke­­hi­­dupan sehari-hari,” tutur Hermin. Dikatakan, peserta MTQ dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan peserta secara kuantitas semoga diikuti peningkatan secara kuali­ tas. Sehingga, pada penyelenggaraan MTQ tingkat nasional di Makasar 2011, UNY lebih berprestasi walaupun kita bukan perguruan tinggi agama. Para mahasiswa belajar agama (membaca Al-Quran atau tilawah) secara mandiri, artinya tidak khusus belajar menjadi seorang Qori. Dulu diawal-awal kita ikut MTQ ma-

hasiswa nasional pesertanya yang bisa dan yang mau. Tapi karena peminat­nya banyak, maka diadakan seleksi walau masih terbatas di internal UKK­I di Masjid Mujahidin. Tapi sekarang sudah membudaya, setiap dua tahun sekali UNY mengirimkan MTQ mahasiswa tingkat nasional yang tahun ini didesain MTQ tingkat universitas satu tahun mendahului. Hal tersebut supaya bisa lebih punya waktu untuk mempersiapkan diri. Sementara itu, panitia MTQ, Syukri Fathudin AW, MP.d, mengatakan pada penyelenggaraan MTQ tahun ini ada tambahan cabang lomba yaitu debat kandungan Al Qur’an dalam Bahasa Ara­b. Cabang yang dilombakan meliputi Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ), Musabaqoh Tartil Qur’an (MtarQ), Musaba­ qoh Hifdzil Qur’an (MHQ),Musabaqoh Syahril Qur’an (MSQ), Musabaqoh Fahmil Qur’an (MFQ), Musabaqoh Khatti­l Qur’an (MKQ), Lomba karya tulis Al Qur’­ an (LKTA), Debat Kandungan Al Qur’an dalam B.inggris (DBI), Debat Kandungan Al Qur’an dalam Arab (DBA). Witono Nugroho dan Heri Purwanto


berita jumpa pers

Spirit Pendidikan Karakter Mewarnai Dies Natalis UNY

foto: Dokumen Pribadi

Fokus kebijakan pendidikan nasional mencoba untuk mentasbihkan dan me -launching Gerakan Pendidikan Karakter. Hal ini menjadi komitmen kabinet baru atau menteri pendidikan nasional sebagai wujud tanggung jawab­nya agar bangsa lebih bermanfaat. UNY se­ba­gai perguruan tinggi merupakan ujung tombak bangsa ikut bertanggung jawab untuk menterjemahkan kebijakan itu. Terkait dengan itu, dan dalam menghadapi tantangan global yang berorientasi pada World Class University (WCU), UNY dalam Dies Natalis ke46 tahun 2010 mengambil tema “Peran UNY dalam Pengembangan Pendidikan Karakter menuju WCU”. Demikian dijelaskan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. M.A. di hadapan wartawan Media Forum UNY, di ruang Sidang Rektorat, Selasa (20/). Hadir pada kesempatan tersebut jajaran pimpinan universitas dan panitia Dies Natalis UNY. Pada bagian lain, Rektor menyinggun­g soal Badan Hukum Pendidikan (BHP). Katanya, dulu sering dimunculkan dengan

adanya BHP berarti tidak ada komersiali­ sasi, tidak ada liberalisasi. “Saya menduga justru dengan BHP dihapus akan terjadi komersialisasi/liberalisasi yang tidak bisa dikendalikan. Kepedulian terhadap anak-anak miskin semakin terabaikan,” ujarnya. Mahkamah Konstitusi (MK) mengoreksi bahwa pada UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang berhak mendapatkan beasiswa hanya yang berprestasi, tidak boleh dikait-kaitkan dengan yang tidak mampu. Katanya bila itu dimasukkan akan ada diskriminasi antara yang mampu dan tidak mampu, padahal beasiswa adalah untuk semua. ”Dalam UU BHP keberpihakan terhadap masyarakat tidak mampu itu sudah diatur jelas. Lembaga pendidikan wajib menyediakan kuota 20 persen untuk siswa yang berprestasi dan dari keluarga tidak mampu. Kalau lebih boleh tetapi kalau kurang akan kena sanksi­. Jadi keberpihakan pada yang tidak mam­ pu itu tinggi,” lanjutnya. BHP mengatur, mahasiswa tidak bo­ leh ditarik biaya pendidikan lebi­h dari

sepertiga dari total biaya pendidikan yang harus dikeluarkannya. Institus­i yang memiliki keuntungan dan jika keuntungannya itu tidak digunakan untuk perbaikan kualitas pendidikan maka dia juga akan dikenai sanksi dipenjara dan denda. Jadi, kalau dengan UU BHP akan ada kekhawatiran komersialisasi dan liberalisasi, maka hal tersebut tidak masuk akal. Justru kalau tidak ada akan ada liberalisasi dan komersialisasi. Rochmat menambahkan, sebenarnya yang berhak untuk demo bukan mahasiswa, tapi rektor. Misalnya biaya pendidikan di UNY mencapai Rp 248 M ka­ lau pemerintah hanya menyediakan 50% hanya Rp 124 M. Mahasiswa pa­ ling banyak hanya bisa ditarik Rp 83 M. UNY sudah mengumpulkan uang tahun kemarin sudah Rp 87 M sehingga UNY sudah tidak bisa lagi meminta mahasiswa. Uang sebesar Rp 41 M untuk menutupi didapat dari UNYHotel, persewaan GOR, Auditorium, kolam renang, dll sehingga tidak membebani mahasiswa. Witono Nugroho

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

45


berita pENELITIAN DODOL JAGUNG

MAKANAN ALTERNATIF PENDERITA DIABETES

foto-foto: dokumen humas fmipa

Di Indonesia penderita diabetes cukup banyak. Kebanyakan kalangan penderi­ ta diabetes hanya mengkonsumsi ma­ kanan yang monoton misalnya saja ken­ tang dan makanan lain yang dianggap rendah gula, sehingga mengalami kebosanan dengan aturan makanan yang harus dikonsumsi. Sedangkan selama ini beras menjadi makanan pokok bagi mayoritas penduduk, padahal kadar gu-

46

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

la dalam beras cukup tinggi dibandingkan jagung yang merupakan komoditas ting­gi tiap tahunnya. Namun hasil perta­ nian jagung ini belum dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kandungan gul­a da­lam jagung lebih rendah dibanding dengan beras. Oleh sebab itu mahasis­ wa jurusan biologi FMIPA UNY Syih Wahyuni, Santi Komariyah, Viki Febri Isnaeni, Dian Alyani Nurainina dan Anin­

da Munfaati mencoba untuk membuat makanan alternatif bagi penderita diabetes berupa dodol jagung. Dijelaskan oleh Syih Wahyuni, jagun­g merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk


berita beberapa daerah di Indonesia sepert­i di Madura dan Nusa Tenggara juga meng­ gunakan jagung sebagai makanan po­ kok. Selain sebagai sumber karbohidrat­, hijauan maupun tongkol jagung dapat digunakan sebagai pakan ternak, biji jagung dapat diambil minyaknya, bahkan biji jagung juga dapat dibuat tepung yang dikenal dengan maizena atau tepung jagung. Santi Komariyah me­nambahkan bahwa kandungan gizi jgung per 100 gram bahan adalah 355 kalori, protein 9,2 gr, lemak 3,9 gr, kar-

bohidrat 73,7 gr, kalsium 10 mg, dan air 12 gr. Bila dibandingkan dengan kandungan gizi beras merah dan beras putih dimana karbohidrat beras merah 75,7 gr dan beras putih 78,9 gr, protein beras merah 8,2 gr dan protein beras putih 6,8 gr, kalori beras merah 353 kal dan kalori beras putih 349 kal maka nampak bahwa kandungan kalori dan prote­in jagung lebih tinggi daripada beras sedangkan karbohidratnya lebih rendah daripada beras. Kandungan gula yang ada dalam jagung bukan berupa glukos­a

tapi fruktosa sehingga aman dan tidak menyebabkan diabetes. Fruktosa adalah jenis gula buah yang tidak dilarang penggunaannya oleh pen­­derita diabetes. Cara membuatnya, jagung dikupas kemudian disisir dan direndam selama sehari semalam sampai mengembang. Setelah itu ja­gung ditiriskan kemudian diblender hing­­ga halus. Adonan yang terbentuk lalu di­pa­naskan sambil diaduk hingga kalis­, setelah masak dikemas menggunakan plastik. Dedy Herdito

BAKTI SOSIAL

UNY BAGIKAN SEMBAKO DAN PENGOBATAN GRATIS

foto-foto: heri purwanto/pewara dinamika

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, dalam rangka Dies Natalis UNY, Lemba­ ga Pengabdian Masyarakat (LPM) UNY tahun 2010 melaksanakan Bakti Sosial berupa pembagian sembako dan pengobatan gratis. Tahun ini lokasinya di Desa Bulurejo, Semin, Gunungkidul. UNY menyediakan enam orang dokter untuk memeriksa kesehatan warga. Hadi­r dalam kesempatan tersebut PR I, Prof. Dr. Nurfina Aznam, Ketua LPM, Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro, tim dokter, dan pihak terkait. Dalam sambutannya, Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro, mengatakan, bhak-

ti sosial ini wujud kepedulian UNY dan membantu masyara­kat. Selain UNY setiap tahun mengirimkan mahasiswa KKN ke Semin, kami juga hadir langsung untuk memberika­n bantuan. Masih menurut Burhan, pada 2010 ini kami datang kembali di Gunungkidu­l setelah pada tahun 2007 kami ke Keca­ matan Kepek. Kami hadir untuk laksa­ nakan kegiatan bakti sosial yang sudah rutin dilakukan di tiga Kabupaten, yakni Bantul, Gunungkidul, dan Kulonprog­o. Sementara itu, Camat Semin yang diwakili oleh Kepala Seksi Kesejahteraa­n Sosial kecamatan Dra. Sri Astuti, menga­

takan, kami mengharapkan setiap ada penerjunan mahasiswa KKN di wilayah Semin ada pembinaan–pembinaan yang lebih baik sehingga bisa meningkatkan SDM warga Semin. Kami mengharapkan acara bakti sosial, sifatnya berkelanjut­an karena tahun ini warga kecamatan Semin yang terdaftar sebagai warga kurang mampu tercatat 5570 KK. Ibu Wasiyem, salah satu warga Se­ min mengatakan, saya gembira dengan acara bakti sosial seperti ini karena selama ini belum pernah ada di daerah­nya. Apa lagi dengan adanya pengobatan gratis, maka saya ikut berobat. Senad­a dengan ibu Wasiyem, ibu Maniyem me­ rasa senang dapat sembako gra­tis sehingga bisa membantu meringankan belanja kebutuhan rumah tangganya. ”Diharapkan acara seperti ini dilanjut­ kan untuk membantu warga yang ku­ rang mampu,” harap mereka. Witono Nugroho

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

47


berita Kejuaraan

OLIMPIADE NASIONAL MIPA

foto-foto: dokumen humas fmipa

Direktorat Akademik, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan FMIPA Universitas Negeri Yog­ yakarta menyelenggarakan Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengeta­ huan Alam Tingkat Perguruan Tinggi (ON MIPA-PT) Tingkat Regional Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengkompe­ tisikan bidang matematika, fisika dan kimia. Kegiatan yang diikuti oleh 212 peserta dari perguruan tinggi negeri dan swasta dalam lingkungan Kopertis Wilayah V DIY ini berlangsung selama dua hari pada Selasa dan Rabu 6-7 April 2010 di Ruang Seminar FMIP­A UNY. De­ ngan diselenggarakannya ON MIPA-PT

48

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

diharapkan kemampuan akademik dan wawasan mahasiswa akan meningkat serta dapat meningkatkan kecintaan para mahasiswa terhadap matematik­a, fisika dan kimia; serta pada akhirnya ajang ini diharapkan menjadi salah satu sarana promosi dalam rangka meningkatkan daya tarik matematika, fisika, dan kimia di tengah-tengah masyara­ kat. Dibuka oleh Pembantu Rektor III UNY Prof. Dr. Herminarto Sofyan, ON MIPA-PT ini juga dilaksanakan bersama­an pada 12 wilayah. Dalam seleksi tingkat wilayah akan ditentukan mahasis­wa terbaik yang berhak mengikuti se­leksi tingkat nasional yang akan dilak­sanakan pada tanggal 29 April hingga 1 Mei 2010. Seleksi nasional akan dii­kuti oleh 40 mahasiswa yang ditentukan berdasarkan pertimbangan nilai tertinggi hasil seleksi wilayah termasu­k pemenang pertama hasil seleksi tiap wilayah, juara ON MIPA-PT tahun sebe­lumnya yang masih memenuhi syarat dan pemenang Olim-

piade Sains Nasio­nal (OSN). Dalam seleksi tingkat nasional ini akan ditentukan 20 mahasiswa terbaik yang selanjutnya akan dilakukan pembinaan selama satu bulan untuk menentukan empat hingga enam mahasiswa yang berhak mewakili Indonesia dalam ajang Olimpiade Internasional ke-16 yang pada tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 25 – 30 Juli 2010 di Eropa Timur. Pada tahun 2009 pemenang dari ON MIPA-PT ini telah dikirim ke ajang olimpiade matemati­ka tingkat internasional, yaitu Interna­tional Mathematics Competition for Uni­versity Students (IMC) ke 16 di Hunga­ria dengan mem-


berita peroleh medali perak atas nama Harun Imanuel (UNAIR) dan perunggu atas nama Albert Gunawan (UGM). Sedang untuk memenuhi undangan pemerintah Iran juga telah di­ki­rim ke ajang International Scientific Olympiad on Mathematics (ISOM) denga­n memperoleh 3 perunggu atas nama Ricky Aditya (UGM), Ahmad Agung Ah­kam (IT Telkom), Mu-

hammad Arzak­i (ITB), dan International Scientific Olympiad on Chemistry (ISOC) juga mempero­leh 3 perunggu atas nama Raden Aditya, Tegar Nurwahyu Wijaya, dan Muhammad Zulkanaen yang seluruhnya berasa­l dari ITB. Tes ON MIPA-PT yang dilaksanakan da­lam dua hari ini mengujikan materi Analisis Real, Kombinatorika, Analisis

Kompleks & Struktur Aljabar, dan Alja­ bar Linier untuk bidang Matematika. Sedangkan untuk bidang Fisika diujika­n materi Mekanika Klasik, Elektrodinamika, Termodinamika, Fisika Modern dan Mekanika Kuantum. Bidang Kimia meng­ ujikan materi Kimia Fisika, Kimia Anorganik, Kimia Organik dan Kimia Anali­tik. Dedy Herdito

PROF. TILAAR Hibahkan Buku untuk MPI

UNY adalah PT yang Cepat Merespon Persoalan Pendidikan Indonesia Sejumlah 17 buku, 6 sinopsis dan bul­ letin serta booklet dihibahkan oleh Prof. Dr. H.A Tilaar, M.Sc ., Ed, guru besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) untuk Museum Pendidikan Indonesi­a (MPI) Universitas Negeri Yogyakart­a (UNY). Penyerahan buku tersebut langsung diterima oleh Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., didampingi Dekan FISE UNY, Sardiman, AM. M.Pd. dan Dekan FIP, Prof. Dr. Achmad Dardiri, Jumat (30/4) di ruang kerja Rektor UNY. Rektor UNY, Rochmat Wahab mengatakan merupakan sebuah kehormatan yang luar biasa bagi MPI bisa memperoleh hibah dari seorang guru besar Bangsa sekelas Prof. Tilaar. Menurutnya, karya-karya Prof. Tilaar sangat inspiring khususnya dalam proses pembangunan pendidikan di bangsa ini. Sebagai ungkapan rasa terimakasih buku-buku milik dan karya Prof. Tilaar tersebut akan dibuatkan rak khusus. “Nantinya akan dibuatkan pojok Prof. Tilaar, bila ada yang mencari dan membutuhkan karya-karya emas beliau bisa langsung ke MPI,” ujarnya. Mimpi kami lainnya adalah bisa memamerkan tokoh-tokoh Pendidikan Indonesia yang karyanya mendunia di MPI. Sedangkan Prof. Tilaar menyampaikan apalah artinya karya dari tokohtokoh dunia jika tidak diamankan oleh generasi muda. Pemberian buku dan karya saya untuk MPI ini sebagai pi-

foto-foto: heri purwanto/pewara dinamika

jakan dasar untuk merespon masalah pendidikan yang ada saat ini, ujarnya. Prof. Tilaar juga mengungkapkan rasa bangganya terhadap UNY, UNY sejak IKIP dulu, merupakan perguruan tinggi yang paling cepat merespon permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan. Salah satu contohn-

ya, “Universitas pertama yang membawa konsep pendidikan dasar di Sekolah Dasar adalah UNY, yang waktu itu masih IKIP,” ungkap Tilaar. Tilaar juga berpesan kepada Rochmat untuk lebih menggiatakan budaya akademis di lingkungan UNY. sari

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

49


berita Kejuaraan

LOMBA DAN SEMINAR MATEMATIKA

foto-foto: dokumen humas fmipa

Matematika bukan sekedar menghafa­l rumus melainkan pemahaman bahas­a yang memungkinkan orang untu­k meng­­ko­mu­nikasikan ide-ide dalam angka. Anda mungkin dapat melakuka­n per­ hitungan tetapi jika tidak mengerti bahasanya anda akan mengalami kesulit­an saat berkomunikasi secara matema­tis. Sebagian besar aplikas­i matemati­ka mengharuskan anda tida­k hanya me­ la­kukan secara matematis, melainka­n mengkomunikasikan matematika. Sa­ ya menemukan bahwa guru mampu me­nger­jakan persoalan matematika tetapi ketika mereka harus menjelaskan

50

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

mengapa matematika dilakukan dan bagaimana mengaplikasikannya di lain tempat, banyak guru menyadari bahwa mereka datang dari latar belakang yang tidak menduga untuk bisa mengkomunikasikan matematika dan harus meme­ riksa kembali keyakinan dan asumsi mereka tentang matematika untuk memutuskan siklus ini. Demikian diungkapkan Christie McKee dari California State Polytechnic University, Pomona, California, Amerika Serikat dalam Se­ minar Nasional bertema “Peran Pembelajaran Matematika dalam Mengintegrasikan Budi Pekerti dan Kemampuan Berpikir Logis” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Ma­ tematika (Himatika) FMIPA UNY pada Sabtu 17 April 2010 di Ruang seminar FMIPA UNY dalam rangkaian kegiatan Lomba dan Seminar Matematika (LSM) ke-18. Dibuka oleh Pembantu Dekan III FMIPA UNY Drs. Sutiman, seminar ini juga menampilkan pembicara Prof. Dr.

Utari Sumarmo dari FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang membahas tentang pengertian berfikir logis, kritis, kreatif dan budi pekerti serta mengapa dan bagaimana mengembangkannya pada siswa. LSM yang merupakan agenda rutin tahunan Himatika bertujuan melatih daya nalar dan sportivitas siswa sert­a diharapkan materi yang diberikan da­ lam lomba dapat pula digunakan seba­ gai alternatif bahan pengayaan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini dida­ sari oleh pemikiran bahwa siswa jug­a memiliki andil dalam memajukan pela-


berita jaran matematika dengan meningkat­ kan semangat kompetensi bagi banya­k siswa SMP di penjuru nusantara. Lomba Matematika tingkat SMP diikuti oleh 582 peserta dari SMP negeri maupu­n swasta dari seluruh Indonesia. Untuk menyeleksi Lomba Matematika kal­i ini Himatika bekerjasama dengan insti­ tu­si lain untuk melaksanakan seleks­i

awa­l bagi peserta pada 6 regional yaitu Bandung, Lampung, Semarang, Jakarta, Surabaya serta Yogyakarta sebagai tuan rumah yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 April 2010 lalu. Pada lomba matematika hari ini terpilih 50 orang finalis yang akan memperebutkan tropi dari Menteri Pendidikan Nasional. Pemenang Lomba Matemati-

ka ke - 18 ini adalah juara I Kevin Christian dari SMP IPK Tomang Jakarta, juara II Christopher Melky dari SMP IPK Plui­t Jakarta, juara III Richard Akira Heru dari SMP PL Dominico Savio Semarang, juara IV Kristianto wirawan dari SMP Frater Xaverius I Palembang, dan juara V Lutfi Nasirudin dari SMPN 1 Jetis Ponorogo. Dedy Herdito

forum humas uny

DEKAN FMIPA: HUMAS UJUNG TOMBAK INFORMASI Dalam rangka meningkatkan kinerj­a Humas sekaligus merupakan agend­a tahunan, Forum Humas UNY, Rabu (28/4) mengadakan kunjungan ke FMIPA dan diterima Dekan FMIPA, Dr. Ariswan didampingi Pembantu Dekan (PD) I, PD II dan PD III. Sedangkan dari Forum Humas UNY dihadir kepala Kantor Humas, Promosi, Proto­kol, Kadiv Promosi, Staf Humas Pusat, Ketua Humas FMIPA, Ketua Humas Fakultas Teknik, Humas FISE, Humas FIP, Humas LPM/Lemlit dan Redaksi Websit­e UNY. Acara yang berjalan dengan santai dan akrab diakhiri dengan ramah tamah dan foto bersama di depan Kampus FMIPA. Dekan FMIPA dalam dialog bersama Forum Humas menyatakan Humas merupakan ujung tombak informasi bagi sebuah institusi. Melalui informasi yang disampaikan media massa, diharapkan nama UNY, keunggulan-keunggulan UNY akan sangat akrab di hati masyarakat sehingga UNY menjadi universitas yang disegani dan dihormati­. Karenanya Dekan FMIPA berharap ja­ jar­an Humas UNY terus meningkat­ ka­n kinerjanya di tengah keterbatasan yang masih ada. Dekan menyadari kerj­a Humas berbeda dengan kerja menju­a­l b­arang. Kerja Humas tidak langsun­g ter­ lihat, sehingga tidak langsung dirasakan. Kondisi ini membuat Huma­s seba­ ga­­­i ujung tombak informasi kadan­g di­­­lu­pakan. Oleh karenanya kegiata­n

foto-foto: heri purwanto/pewara dinamika

mem­­­buat analisis pemberita­an medi­a massa yang bukunya pernah dibagikan dalam acara Dies Natalis, perlu teru­s dila­kukan. Melalui analisis tersebut­, kerja Humas yang terkait dengan pembe­ri­taan di media massa dapat terukur dengan jelas. Dekan juga berpesan untuk terus memikirkan dan

memperju­angkan nasib jabatan fungsional Pra­­­­na­ta Humas yang sampai saat ini ke­na­­ik­­an pangkatnya belum bisa berjala­n de­ngan semestinya. Pada kesempatan tersebut, Dekan FMIPA juga menjelaskan langkah-lang­ kah yang dilakukan FMIPA saat ini dan ke depan untuk terus memupu­k ke­ung­­ gulan dan kebanggaan sivitas akademika terhadap kampusnya. Selain teru­s meningkatkan prestasi akademi­s denga­n berbagai kegiatan ilmiah, mem­bu­ka kelas internasional, gaya kepemim­pinan pemangku amanah sampai denga­n pencitraan UNY melalui logo di seragam, sti­ ker di mobil dan sebagainya. Lena Satlita

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

51


berita Peringatan Hari Kartini

PEREMPUAN HARUS MEMBANGKITKAN GERAKAN MORAL Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini 2010, Aliansi Perempuan UNY Peduli Moral Bangsa, yang merupakan aliansi dari beberapa pengurus ormawa, melakukan demonstrasi di bebe­ rapa titik kampus UNY. Aksi yang diikuti sekitar puluhan mahasiswi ini dimulai tepat pada pukul 10.00 pagi. Mereka memulai aksinya dari FT–FISE–FIP– FMIPA–FBS-FIK, dan berakhir di depan gedung rektorat UNY. Menurut Koordinator Lapangan Aliansi Perempuan UNY Peduli Moral Bang­ sa, Yolanda Vusvitasari, aksi ini lahir atas rasa prihatin yang mendalam terhadap pelbagai masalah yang melilit bangsa ini. “Saat ini, setiap masalah bang­sa turut berdampak para perempuan. Pelecehan perempuan, eksploitasi tenaga kerja, dan perdagangan perempuan cukup marak terjadi,” kata Yolanda, saat penyampaikan orasi di depan rektorat, Rabu, (21/4). Masih menurut Yoland, rasa prihati­n pada perempuan juga muncul akibat masih rendahnya tingkat pendidikan mereka, sehingga setiap masalah yang membelit sukar untuk diselesai­ kan. Belum lagi, imbas budaya Barat yang cenderung bertentangan dengan budaya lokal membuat mereka tereksploitasi. Tidak jarang, kit­a melihat perempuan sering mengalami kekerasan fisik maupun psikis ha­nya karena cara pakaian mereka yang serba terbuka. Untuk itu, menurut para demonstran­, perlu dilakukan gerakan moral, sebagai­ mana telah diperjuangankan R.A. Kartini sebelumnya. Dan ini harus dimulai dari kampus UNY, yang notabene berbasis kependidikan. Gerakan moral ini, menurut Yoland, bisa dimulai dengan mengubah gaya hidup kebarat-baratan, berperilaku lebih sopan dalam berpakai­ an, sering beraktivitas yang positif. Tepat pada pukul 12.00, setelah para orator bergantian menyampaikan orasi­, Yolanda, yang juga mahasiswi FIP ini menyampaikan tiga Pernyataan Sikap, 52

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

foto: dokumen humas fip

yakni 1) Perempuan adalah sosok makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh agama. Dalam agama Islam, wanita yang mulia adalah wanita yang menu­ rut aurat dan memelihara kehormatan­ nya. Inilah sosok Kartini saat ini, dia men­jaga kehormatan dirinya dan berge­ rak untuk keluar dari kegelapan menuju kepada cahaya yang terang, yaitu Islam; 2) Perempuan harus mempunyai keberanian untuk melawan segala bentuk penindasan yang membuat perempuan tidak mulia. Pornoaksi dan pornografi yang melibatkan perempuan harus diberantas dari negeri ini; dan 3)

Perempuan harus kembali kepada fitrah mulianya sebagai pencetak generasi yang dengannya peradaban bangsa ini akan ditentuakan. Setelah membacakan pernyataan sikap, para demonstran masih saja me­ nung­gu kedatangan Pembantu Rektor I UNY, Prof. Dr. Nurfina Azzam, Apt., yang seyogyanya turut memberikan pernya­ taan sikap. Tapi karena Prof. Nurfina, masih sedang mengikuti rapat, para de­ monstran langsung membubarkan diri sembari membagikan beberapa leaflet kepada para wartawan. Sismono La Ode


berita Kesenian Lokal

Dosen Tari UNY ikut WORLD EXPO Shanghai 2010

foto: dokumen humas fip

Dalam rangka promosi industri dan pe­ rdagangan dunia, akan digelar WORLD EXPO 2010 di kota Shanghai Cina 1 Mei –1 Oktober 2010. Dalam kesempatan ini Drs. Kuswarsantyo, M.Hum., dosen Jurusan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yoyakarta ikut partisipasi sebagai salah satu anggota tim kesenian Kraton Yogyakarta.dan Pemda Provinsi DIY. Tim DIY akan berangkat ke Cina tanggal 16 Mei dan akan kembali tanggal 14 Juni 2010. Keikutsertaan Kuswarsantyo menja­ di satu satunya wakil UNY dalam tim yang berjumlah 25 orang, terdiri atas 10 penari, 10 pengrawit dan 5 official­. Da­ lam kesempatan EXPO Shanghai yang akan diikuti 70 negara di duni­a ini,

akan dihadirkan berbagai seni tradisi nu­san­tara. Kuswarsantyo yang dipercaya sebagai wakil manajer artistik tim DIY mendampingi R.M. Ywanjono, akan membawa sembilan repertoar yakni, Tari Sekar Pudyastuti, Tari Golek Bawaraga, Tari Klana Topeng Gagah, Beksan Janaka Suprabawati, Beksan Ano­man Yaksadewa, Beksan Werkudara Sugriwo, Srimpi Pandelori, Lawung Jajar dan Menak Rengganis Widaninggar. Semua repertoar adalah jenis tari klasik gaya Yogyakarta. Ini sesuai de­ nga­n permintaan panitia pusat di Shang­­hai, Cina. Lebih lanjut Kuswarsan­ ty­o menjelaskan bahwa tim Pemda DIY dan Kraton Yogyakarta ini akan tampil satu bulan dengan frekuenasi sehari

tampil dua hingga tiga kali. Dan tiap akhir minggu akan mengikuti karnaval di Pavilion Indonesia. Dari sembilan repertoar itu dua reper­ toar diantaranya merupakan pake­t andalan kontingen DIY yakni Beksan Menak Rengganis Widadinggar dan Beksan Lawung Jajar. Misi ini sekaligus untuk promosi budaya Yogyakarta di kawasan perdagang­ an Shanghai. Bersama kontingen DIY pada periode pertama ini akan hadir kontingen Bali dan Papua. Menurut rencana Presiden RI juga akan menghadiri Pavilion Indonesia di Shanghai dan akan disambut Gubernur DIY beserta rombongan dari Pemda Propinsi DIY. Kus

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

53


berita PENEMUAN

TAS DARI BIJI BUAH ASAM

dokumen humas fmipa

Di beberapa daerah di Indonesia banya­k tumbuh liar pohon asam yang tersebar di beberapa kebun ataupun pekarang­an. Karena masyarakat kurang mempedulikan dan kurang tertarik dengan poho­n asam tersebut mereka hanya membiarkan pohon itu hidup begit­u saja. Asam jawa (Tamarindus indica­) adalah se­je­­ni­s buah yang masam rasanya bia­s­­­a di­gu­­ nakan sebagai bumbu dalam banya­k masakan Indonesia misalnya pad­a sa­ yur asam atau kuah pempek. Sedang­kan biji dari asam jawa tersebu­t dibuang sebagai sampah karena diangga­p tida­k bermanfaat. Asam jawa terma­suk ke dalam suku Fabaceae (Legumino­sae) yang merupakan satu-satuny­a anggo­ta marga Tamarindus. Buah yang tela­h tua dan sangat masak biasa disebut asem kawak. Sri Astuti, Yuni Puspita Sari, Pri­yo Yulianto dan Dewi Permanasari memberi perhatian lebih pada biji asam jawa yang bentuknya unik bermacam-ma­cam dan

54

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

berwarna hitam mengkilat. Meliha­t ben­ tuknya yang unik ini para mahasiswa program studi Pendidikan IPA FMIPA UNY tersebut melihat ada suatu potensi lain yang tersimpan di dalam biji asam jawa yaitu sebagai produk kerajinan yang eksotik. Kegiatan ini dapat menjadi alternatif pengolahan sampah biji asam jawa sekaligus untuk meningkatkan nilai ekonomi biji asam jawa. Produk kerajinan yang dapat dibuat dari biji asam jawa antara lain kerajinan tas. Melalui inovasi baru ini biji asam jawa yang semula tidak berguna dan mengotori lingkungan, dapat dijadikan bahan pembuatan kerajin­an tas, sehingga akan meningkatkan nilai guna bahkan nilai jual bagi biji asam jawa tersebut. Sri Astuti mengatakan bahwa limba­h biji asam jawa mudah didapatkan terutama dari pedagang jamu tradisional yang masih menggunakan asam jawa dalam meracik jamu. Kerajinan tas dari

biji asam jawa ini dapat dijadikan cinde­ ramata dan produk lokal. Prospek pemasaran tas biji asam jawa cukup berpelu­ ang mengingat Yogyakarta merupakan kota yang banyak dikunjungi orang dari berbagai daerah maupun wisatawan asing. Cinderamata yang khas dan memili­ ki desain unik selalu diminati para wisatawan untuk dijadikan oleh-oleh. Tas dari biji asam jawa merupakan inovas­i baru yang unik dan khas sehingga dapat menambah variasi cinderamata khas Yogyakarta. Selain itu pembuatan tas biji asam jawa dapat meningkatkan nilai ekonomi biji asam jawa karena sela­ ma ini biji asam jawa hanya dianggap sebagai sampah yang tidak ada manfa­ atnya namun ternyata dapat berubah menjadi komoditas usaha yang menjanjikan jika diolah menjadi kerajinan tas yang eksotik, unik dan menarik sehingga berdaya jual tinggi. Priyo Yulianto mengungkapkan cara membuat tas dari biji asam ini. Pertama


berita

Dedy Herdito

Kilas Semoga Mendapatkan Jalan Menuju Kesuksesan

lpmdianns.com

biji asam jawa dibersihkan dengan air lalu diawetkan dengan merendam pada pengawet selama 2 jam, lalu dikeringkan. Jika diinginkan biji asam jawa dapat diwarnai dengan pewarna teks­til, tetapi dapat juga tanpa pewarna. Lalu dibuat 2 pola pada kain dengan le­bar 30 cm, tinggi 25 cm, dan tebal di bagian bawah 10 cm. Pola tersebut dipotong dengan disisakan 1,5 cm pad­a sekeliling pola untu­k jahitan. Busa pelapis lalu dipotong sesu­ ai ukuran pola tadi dan dijahit dengan meletakkan busa pelapis di dalam ke­du­a pola. Biji asam jawa dirangkai denga­n menyematkan pada seluruh pola yang ada. Bagian atas tas dilipat ke dalam selebar 1,5 cm kemudian jahit sepanjang lipatan sedang­kan biji asam jawa tas tadi dilipa­t secara terbalik dengan ba­gian luar tas berada di dalam lalu jahit kedua sisinya­. Setelah kedua sisi potongan itu dijahit, balik kembali hingga bagian luar nampak dan terbentuk kerangka tas. Memasang pegangan tas dari kayu atau bisa juga membuat dari biji asam jawa de­ngan cara merangkai biji asam jawa lalu dikepang. Pegangan tas dipasang di kedua sisi luar tas bagian atas dengan cara dikelim. Memotong kulit imitasi sebagai lidah penutup tas dengan ukuran panjang 12 cm dan lebar 5 cm sesuai pola atau penutup bisa menggunakan resleting. Terakhir membuat lubang kancing pada ujung lidah. Memasang lidah penutup tas tersebut di salah satu sisi bagian atas tas dengan cara dijahit tangan lalu kancing dari biji asam jawa dipasang pada bagian tas disesuaikan dengan lubang lidah penutup. Untuk finishingnya dijelaskan oleh Dewi Permanasari 1 ons belerang dila­ rutkan dalam 1 liter aquades lalu disem­ protkan pada bagian luar tas untu­k melindungi biji asam jawa dari jamur kemudian jemur supaya kering. Kemudian semprotkan melamin denga­n sprayer pada bagian luar tas. Setelah itu, Tas dari Biji Asam Jawa dikema­s da­ lam wadah plastik kemasan dan diberi label.

Rabu, (28/4); pukul 13.00 WIB, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) menyelenggarakan upacara yudisium dan pelepasan mahasiswa S1. Acara yang diikuti sekitar 80-an mahasiswa ini dimulai doa bersama dilanjutkan nyanyian Indonesia Raya dan Hymne UNY. Sesaat kemudian, pembacaan laporan yudisium oleh Pembantu Dekan I FIP UNY,Prof. Dr. Anik Ghufron dimulai. Dalam laporan tersebut Prof. Anik melaporkan jumlah peserta yudisium, IPK peserta, dan lama studi. Acara dilanjutkan dengan sambutan mahasiswa yang sukses meraih IPK tertinggi. Dalam sambutannya, peserta yudisium mengucapkan banyak terimakasih kepada fakultas baik pimpinan fakultas, dosen, maupun karyawan, yang telah banyak membantu mereka dalam menyelesaikan studi di FIP. Dalam kesempatan itu juga, Dekan FIP, Prof. Dr. Achmad Dardiri, mengucapkan selamat atas keberhasilan para peserta sehingga dapat mengikuti acara Yudisium dan Pelepasan. Dardiri juga menghimbau agar para peserta jangan sampai lupa untuk memanjatkan puji syukur atas usaha dan jerih payahnya selama ini dalam menggapai gelar Sarjana S1. Di akhir sambutannya, Dekan FIP juga mendoakan agar para alumni baru ini bisa mendapatkan jalan menuju kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebelum acara yudisium dan pelepasan ditutup, jajaran pimpinan Fakultas dan dosen mengucapkan selamat kepada peserta. Didik Kurniawan

Jezz Orchestra dalam balutan Nusantara Serangkaian acara yang diadakan jurusan pendidikan seni Musik di setiap tahunnya dijadikan acara momentum yang dinanti-nanti oleh penggemar orchestra dan orang-orang yang bergelut di dunia hiburan. Acara yang berawa­l dari tanggal 17 april dan berakhir pada tanggal 18 april 2010, diawali denga­n workshop jezz sabtu pagi, kemudian pada malam hari workshop band indi­, dilanjutkan pagi 09.00wib diadakan workshop manajemen panggung oleh Bens Leo dan Ati Ganda, pada puncak serangkaina acara tersebut diadakan consert Jezz dengan aransemen bintang tamu Idhi Prabawanto dan Agung Prasetyo. Terselengaranya keempat rangkain acara selama dua ini merupakan hasi­l kerjasama Jurusan Seni Musik dan Mahasiswa Seni Musik semester empat. Di matakuliah manajemen Pertunjukan mahasiwa dituntut untuk mempraktekkan teori dalam MSP untuk mengantur manajemen dalan rangkain acara concert dari kepanitiaan, publikasi dan pertunjukan. Acara yang menghabiskan dana hingga Rp. 20.000.000an ini sesuai dengan hasil kerja keras mahasiswa Menejemen pertunjukan yang berjumlah 114 serta pendukung acara professional yakni Idhi Prabawanto, Agung Prasetyo dan violet Orchestra. Seraingkaian lagu-lagu yang dimain kan bukan hanya lagu-lagu barat yang memang dikemas untuk jezz akan tetapi aransement ulang untuk lagu-lagu daerah nusantara, lagu-lagu yang di aransement ulang antara lain, love, spain, train, menghujam jantungku, melayang, natrure boy, jail-jali dan prau layar. Puncak acara konser ini oleh Apung Preasetyo memberikan kejutan kepada dosen-dosen musik dan alumni mahasiswa musik untuk sepontanitas memberikan peform. tika P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

55


opini INTEGRITAS DOSEN SEBAGAI LANDASAN PEMBANGUNAN KARAKTER MAHASISWA O l e h D r s . Dimyati, M . S i .

M

erebaknya fenomena plagiasi karya ilmia­h yang dilakukan oleh akademisi perguruan ting­gi (PT) sungguh memprihatinkan. PT yang di dalamnya orang-orang yang seharusnya men­jun­jung tinggi nilai-nilai kejujuran, justru berbuat sebaliknya. KOMPAS (2/2010) menjadikan berita ini headline pada empat hari berturut-turut, serta menampilkan berbagai artikel dan opini masyarakat terkait dengan masalah plagiasi yang terjadi di PT, baik yang dilakukan oleh mahasiswa (dalam membuat skripsi), dosen (dalam membuat penelitian), dan calon Guru Besar (untuk meraih jabatan GB-nya). Hilangnya kejujuran dalam pendidikan sama dengan hilangnya roh pendidikan. Mendiknas, Muhammad Nuh, menegaskan ada tiga faktor penyebab terjadinya penjiplakan di PT, yaitu rendahnya integritas pribadi dosen, ambisi mendapatkan tunjangan finansial, dan kurang ketatnya sistem di PT. Menurutnya, pendidikan karakter, budaya, dan moral mendesak diterapkan di dunia pendidikan (Kompas, 20/2/2010).

Distorsi Pendidikan Karakter di PT Bukan hal yang mudah untuk melibatkan komunitas masyarakat PT dalam diskusi pen­ ting­­nya memberikan pendidikan kepada maha­ sis­­wa yang tidak hanya mengembangkan pe­ nge­­tahuan, tetapi juga keterampilan yang di­­bu­­tuhkan dalam mengambil keputusan moral un­tuk bekal kehidupan di masyarakat. Sebagian do­sen meyakini pentingnya mahasiswa memili­ ki karakter yang kuat. Pertanyaannya, mengapa dosen tidak mendukung pembangunan karakter secara terbuka atas mahasiswanya, bahkan di antara mereka berperilaku sebaliknya. Seder­ hana, namun memiliki akar persoalan yang da­

Hilangnya kejujuran dalam pendidikan sama dengan hilangnya roh pendidikan. 56

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

lam, apakah pimpinan PT, Dekan, dan Ketua Ju­rus­an meyakini hakikat dan makna penting pen­di­dik­an karakter mahasiswa sebagai bagia­n utama dari tujuan pendidikan di PT. Pendidikan yang ditunjukkan untuk mengem­ bangkan seluruh aspek mahasiswa secara tota­l adalah tujuan utama dari pendidikan di PT. Namun, itu semua tidak dilihat sebagai tujuan uta­ ma PT, terutama yang terjadi pada universi­tas riset (UR), bahkan LPTK ’penghasil’ guru. Lage­ mann (2003), Dekan Harvard Graduate School of Education, mengatakan, laporan terbaru menye­ butkan bahwa pendidikan di universitas tela­h menjadi lebih terfokus pada pendidikan teknis dan profesional dibandingkan yang terjadi pada era 1970-an. Dikatakannya, mahasiswa lebih difokuskan secara sempit pada ”persiapan kejuruan”. Di banyak tempat dan beberapa waktu lamanya, PT telah gagal dalam misinya memberikan pendidikan kepada mahasiswa yang mampu menetapkan ”rasa salah pada diriny­a atau bersikap jujur, empati terhadap orang lain, menjadi warganegara yang baik dan efektif”, serta mampu mempersiapkan mahasiswa untuk ”berpartisipasi dalam menentukan dan meng­hadapi isu-isu di zamannya”. Munculnya berbagai model UR menciptakan situasi yang pencarian bahan dan subjek penelitian sebagai sumber pencarian pengetahuan menjadi lebih penting bagi dosen dibandingka­n meluangkan waktu untuk mendidik mahasiswa (Boyer, 1990). Waktu untuk aktivitas dosen hampir seluruhnya berada di lembaga peneliti­an, sehingga proses pembelajaran menjadi priori­ tas kedua. Bahkan, fokusnya lebih mengarah pa­da apa yang diajarkan, bukan bagaimana mem­berikan pembelajaran. Karena mengajar da­­lam rangka memperoleh gelar kesarjanaan ti­­dak mem­berikan kontribusi atas upaya mener­ bitkan tulisan dalam jurnal penelitian, mendi­ dik mahasiswa sering diletakkan pada prioritas yang rendah (Wilshire, 1990). Di sisi lain, motif ekonomi untuk mendapatkan finansial menjadikan dosen lebih berkiprah di jalur nonkependidikan di luar kampus, sehingga sering alpa dalam mendidik mahasiswanya. Manaje­


opini men sistem akademik yang buruk juga potensi dan ancaman nyata yang membuat rapuh­nya proses pendidikan karakter di PT. Lahirnya buku ”Pembentukan karakter” oleh UNY yang akan diimplementasikan dalam waktu dekat kepada dosen merupakan langkah maju dan solusi untuk mengembangkan karakter mahasiswa di UNY. Semoga, hal itu dapat dikembangkan lebih komprehensif. Mengatas­i masalah karakter di PT harus komprehensif, ti­ dak bisa sepotong-sepotong (Mendiknas, Kompas, 20/2/2010). Selain itu, penguatan integritas dosen harus menjadi prioritas bagi pengembangan karakter di PT.

Integritas Dosen: Landasan untuk Membangun Karakter Keteladanan hidup yang berbasis nilai ada­ la­h pe­menuhan kewajiban dan kebenaran mo­ ral dengan karakter yang konsisten, atau inte­ gritas. Penjelasan ini benar-benar terlepas dari agama, budaya, ras, atau etnisitas. Seseo­ran­ ­g dengan integritas perilaku yang saleh, seper­ ti menjaga janji dan menahan diri untuk tida­k berbohong, dan menipu. Ketika berada di masyarakat, dosen yang memiliki integrita­s akan dipandang sebagai model bagi suara mora­l masyarakat untuk diikuti. Dosen berintegritas menunjukkan perilaku bertanggung jawab menyediakan program aka­demik yang berkualitas dan pengalaman pendidikan yang positif. Persoalannya, bagaimana dosen sebagai teladan mengajarkan karakter dan nilai-nilai moral, kejujuran, kepercayaan, keadilan, rasa hormat, dan tanggung jawab. Itulah tantangan besar yang harus terus dikuatkan. Mengenai nilai-nilai moral tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Kejujuran; dosen menunjukkan kejujuran dengan mengatakan kebenaran dan bertindak secara terhormat. Kejujuran, termasu­k meme­ nuhi janji dan komitmen, seperti menjaga kerahasiaan catatan mahasiswa, termasu­k tidak berbohong/menipu. Dosen menunjukkan kejujuran berarti menga­takan yang sebenarnya tentang mengapa suatu tugas tidak disampaikan pada waktu­nya; menyelesaikan tugas tanpa menjiplak karya orang lain. 2) Kepercayaan; percaya kepada orang lain yang berkembang setiap kali orang tersebut memenuhi janji dan komitmennya. Dosen pada saat kuliah menetapkan dan menjunjung tinggi harapan seperti menyediakan dan meman­

kalam/pewara

du tugas tertulis dan belajar mahasiswa, maha­ siswa dapat mempercayai dosen mereka. 3) Keadilan; berhubungan erat dengan keper­ cayaan, apakah mahasiswa mendapatkan perlakukan diskriminatif atau tidak adil dari dosen. Dosen yang adil percaya pada kemampuan masing-ma­sing mahasiswa untuk belajar dan mereka men­dorong mahasiswa untuk mencapai tingka­t kemungkinan tertinggi. 4) Hormat; mengembangkan rasa hormat di dalam kampus sangat penting. Proses ini dimulai dengan cara dosen menunjukkan rasa hormat terhadap mahasiswa tanpa memandang suku, agama, gender, status sosial-ekonomi, karakteristik individu, atau kemampuan. Dosen harus luwes dalam menanggapi berba­ gai tingkat keterampilan dan kemampuan mahasiswa. Tanggung jawab; dosen yang menunjukkan tanggung jawab adalah dosen yang secara moral bertanggung jawab atas tindakannya dan memenuhi tugas-tugasnya. Dosen juga dikatakan bertindak secara bertanggung jawab apabila membantu secara optimal pengembangan psikomotorik, kognitif, dan kemampuan afektif mahasiswa. Mengadakan persiapan denga­n baik untuk setiap kelas dan memberikan umpan balik yang cepat serta konstruktif kepada para mahasiswa, membantu memfasilitasi proses pembelajaran merupakan dosen yang bertangung jawab.

Drs. Dimyati, M.Si. dosen Jurusan Pendidikan Olahraga FIK UNY

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

57


opini Sejarah dan Otoritarianisme: Tanggapan untuk V.F. Jegaut O l e h K a l am Jauh ari

D

alam Pewara Dinamika edisi April 2010 Jegaut menulis soal perdebata­n yang marak beberapa tahun lalu me­ ngenai PKI, pelurusan, dan penjungkirbalikan sejarah. Jegaut memulai tulisannya dengan argumen yang klise, namun ada benar­ nya, bahwa “semua pihak harus bisa melihat sejarah masa lalu negeri ini secara proporsional, jernih, dan objektif, tanpa mempolitisasi ... me­mosisikan peristiwa sejarah sesuai dengan keadaan riil saat itu, berdasarkan fakta yang sebenarnya”. Namun, sayangnya, apa yang ditulis­ nya malah bertolakbelakang dengan pendapat­ nya itu.

Soal Pelurusan dan Pemutarbalikan Sejarah Setelah Soeharto makzul, muncul usaha un­ tu­k mendobrak kanon sejarah Orde Baru ten­ tang peristiwa ‘65. Jika kanon yang terter­a da­­ lam kurikulum pelajaran sejarah masa orde ba­ru beranggapan bahwa Partai Komuni­s Indo­ ne­si­a (PKI) berada di balik Gerakan 30 September 1965, maka disebut “G 30 S/PKI”, kurikulu­m 2004 menghilangkan “/PKI” dan hanya menyebut gerakan tersebut dengan “G 30 S” an sich. Peng­hilangan kata “/PKI” dari “G 30 S” itu me­ nyu­lut emosi kelompok-kelompok yang tela­h meng­imani bahwa PKI, “bahaya laten” itu, meru­ pakan dalang Gerakan 30 September 1965. Sedangkan sebagian kelompok pro-penghilangan kata “/PKI”, menganggap bahwa CIA, Angkatan Darat, dan/atau Orde Baru-lah yang menjadi dalangnya, PKI justru menjadi korban. Akibatnya, aksi saling tuduh dan perbantahan yang

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa ke­dua kelompok yang berdebat itu terjebak dalam prinsip framing against the enemies yang ideologis. 58

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

penuh emosi terjadi di mana-mana. Yang satu menganggap pihak yang pro-historiografi-Orde Baru memutarbalikkan sejarah, dan yang lain berpendapat sebaliknya. Perdebatan yang emosional mengenai peris­ tiwa ’65 itu menyisakan dua hal—dari kedua belah pihak yang bertikai—yang penting untu­k dikritisi. Pertama, pihak yang pro-kanon sejarah orde baru—dan yang menjadi pemenang for­mal, sebab kurikulum 2004 kemudian dibatal­ kan—menunjukkan kecongkakannya dengan peng­gunaan kekerasan terhadap wacana-waca­ na alternatif yang berbeda dengan kanon mereka. Mereka melarang, menyita, dan membakar belasan ribu historiografi yang memiliki pers­ pektif berbeda (Kompas, 22 dan 28/5/2007, 30/4/2007). Hal ini menunjukkan kalau pihak pro-kanon ini, seperti umumnya pembela kano­ nisasi sejarah, enggan menerima kenyataan bah­wa konstruksi maupun pemaknaan masa lalu berangkat dari subjektivitas. Oleh karena itu, tidak ada kebenaran mutlak dalam setiap penjelasan dan narasi historiografis. Kedua, meskipun telah berusaha menyajikan wacana alternatif terhadap kanon sejara­h Orde Baru, pihak anti-kanon—karena bertolak dari keinginan untuk mengadvokasi korban kekeras­ an Orde Baru dan lebih memilih rekayasa mani­ pulatif daripada membangun metodologi ba­ ru—terjebak dalam prinsip framing against the enemies­. Mereka, sama seperti pihak yang prokanon, tidak mau menerima sumber dan na­rasi historis yang beragam karena dianggap dapat mengacaukan kerangka ideologis mereka­. Jika historiografi yang lama hanya memposisi­kan PKI sebagai kelompok yang harus bertanggung jawab, maka historiografi yang baru akan sa­ ngat mudah terjerumus pada konstruksi dan pe­ mak­naan yang hanya mengoper kesalah­an kepada Orde Baru, Angkatan Darat, atau CIA, serta menghapuskan realitas yang menunjuk­kan ke­ terkaitan PKI dalam peristiwa-sebagai-proses. Singkatnya, historiografi yang dihasilkan oleh kelompok ini mulai membangun wacana yang dogmatik, sehingga tidak bisa lagi dilihat perbedaannya secara konseptual dengan historio­


opini grafi yang dikritik sebelumnya (Bambang, 2006: 225-226). Perbedaan antara kanon dan yang anti hanya terletak pada siapa berperan menjadi korban dan siapa penjahat. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa ke­ dua­ kelompok yang berdebat itu terjebak dalam prin­­­sip framing against the ene­mies­ yang ideolo­ gis­. Kedua belah pihak tidak mau meliha­t suatu peristiwa secara komprehen­sif: yang satu ha­ ny­a memfokuskan kejadian pa­da masa pasc­atragedi 30 September 1965, yai­tu pembantaian ribuan (atau ratusan ribu) orang yang diangga­p komunis, dan yang lain ha­nya melihat faktafak­ta pra-kejadian, propagan­da komunis untu­k “mengganyang setan-setan kota dan desa­”, kon­ flik lekra-manikebu, bahkan peristiw­a 1948. Nah, dalam tulisannya itu Jegaut—sebagai­, se­­ per­­­ti ia tulis, sejarawan yang seharusnya me­­ nge­­­depankan aspek metodologis dibandin­g ideo­ lo­gis—bukannya berusaha kelua­r dari prinsip framing against the enemies­ dan berargume­n secara proporsional, tetapi ma­lah mundur ke belakang dengan men­dukung kanon historiografi Orde Baru dan men­dakwa lawannya.

Pengukuhan Kekuasaan Jika kita percaya pada anggapan bahwa sejarah memiliki fungsi untuk memperkokoh identitas nasional maupun kolektif, maka kit­a tidak akan terkejut bila penulisan sejarah dan klaim akan kebenaran masa lalu menjadi demikian pen­ting dan menimbulkan banyak perdebatan­. Salah satu sebab perselisihan ialah soal bagaima­ na masa lalu ditampilkan dan fakta diciptakan (Nordholt, Bambang, dan Ratna (ed.), 2008: 1). Di samping itu, tentu saja, perdebatan sering ter­jadi karena munculnya narasi yang berbeda, bahkan bertentangan, dari yang sudah ada. Adanya perbedaan pendapat mengenai apa yang terjadi pada masa lalu sebenarny­a waja­r sa­ja. Sebab, sejarah sebagai peristiwa objektif yang telah terjadi telah lewat dan tak mungki­n la­­gi dijangkau seutuhnya, sedangka­n seja­rah yang ada sekarang adalah hasil rekonstruks­i se­ ja­­­rawan yang sering disebu­t sebagai historio­ gra­­­fi. Dengan demikian, sekali lagi, konstruksi maupun pemaknaan ma­­­sa lampau selalu me­ ngandung subjektivitas­. Tampaknya pendapat yang membenarkan adanya subjektivitas dalam sejarah itu tidak mu­ da­h diterima oleh setiap orang yang ingin me­ neguhkan kekuasaannya atau membenarka­n ide­ologinya—meskipun mereka sebenarnya me­

ra­­yakannya. Mereka biasa menonjolkan peristi­ w­a-peristiwa, tokoh-tokoh, nilai-nilai, alur, dan eksplanasi tertentu yang membenarkan diri me­ reka dan menyingkirkan the other. Sikap yang despotis itulah yang justru tampak dalam tulisan seorang sejarawan yang meng­ aku pemerhati demokrasi ini. Ia menyaranka­n bahwa kata “PKI” harus menyertai frase “Gerak­ an 30 September”, tanpa memberi bukti bahwa hanya Partai Komunis itu yang menjadi arsitek atau terlibat dan tidak ada elemen-elemen lain. Sebaliknya, ia malah mengklaim bahwa “semua masyarakat Indonesia jelas-jelas tahu bahwa pemberontakan tahun 1948 di Madiun dan G-30-S tahun 1965 di Jakarta adalah noda hitam dalam se­jara­h yang semua­nya­ dipe­lo­­ po­r­i ketu­a PKI saat itu”. De­ngan ka­t­a la­in­, ia meno­lak ver­­­s­­i lain yang mun­­­­­cul di ber­­ba­­­ga­i bu­­­ ku—seperti­ te­­­­rang­­­­­ku­­m dalam Ba­yan­g­-Ba­yang PKI yang di­­ter­­bit­kan ISSAI.­ Yang lebih menge­ri­ kan lagi, ia mendu­kun­g pelarangan pe­ner­­bitan buku-bu­ku yang tida­k se­ su­ai de­ngan­ versi yang diang­gap­nya be­nar, juga “se­­­mua buku berbau pe­­­ nyebaran­ paham Marx­­­ isme, Le­nin­isme, dan Ko­mu­­nisme”. Ia bah­­ka­n menyarankan agar “Kejaksaan Agung dan Kepolisi­a­n RI se­ba­­ik­­nya tidak ragu-rag­u menin­dak tega­s penu­lis, penerbit, dan percetakan” yang mem­­publikasikan hal itu. Seorang negarawan Rusia, Krouchtjev, pernah berujar, “sejarawan adalah profesi yang ditakuti penguasa karena mereka bisa membong­ kar masa lalu dengan penjelasan yang tak ter­bantah”. Namun, sebagai penutup, saya— penulis artikel ini—ingin menambahkan bahwa kita juga jangan lupa bahwa sejarah sering digu­ nakan sebagai alat pengukuhan kekuasaan dan alat pembenaran bagi para otoritarian.

istimewa

Kalam Jauhari mahasiswa program Pascasarjana Sejarah FIB UGM

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

59


resensi media Drama Kesetiaan Seekor Anjing O l e h Lina N ur H idayati , M . M . Bermula ketika Parker Wilson (diperan­ kan Richard Gere), seorang profesor seni, secara tidak sengaja menemukan seekor anak anjing yang tersesat di sekitar stasiun kereta Bedridge, Wonsocked, Amerika Serikat. Awalnya, Sang Profesor tidak berniat untuk memelihara anak anjing tersebut. Dia justru akan mencari siapa pemilik anjing malang itu. Setelah berhari-hari mencari siapa pemiliknya, usahanya tidak kunjung membuahkan hasil. Akhirnya, Parker merawat anjing Hachi. Nama Hachi di­am­bil dari kalung yang terkait pada leher anjing itu, yang berarti angka dela­ pan atau angka keberuntungan. Hari berganti hari, Parker selalu meng­­­ajarkan banyak hal, mulai dari meng­ambil koran, berputar, berlari, dan sebagainya, minus bermain tangkap­ bola. Entah mengapa Hachi tidak mau bermain tangkap bola seperti kebanyakan anjing yang lain. Parker biasa berangkat bekerja pada­ pagi hari dan pulang pada sore hari dengan menggunakan kereta api. Sua­tu hari Parker terkejut ketika Hachi mengejarnya sampai stasiun kereta dan kemba­li lagi ke stasiun pukul 5 sore untuk menjemputnya. Mulai saat itu Hachi selalu melakukan rutinitas tersebut.­ Beberapa kawan Parker di sekitar stasiun, seperti penjaga tiket dan penjual hotdog, te­ lah mengenal Hachi. Di suatu hari Hachi menolak dan enggan mengantar Paker. Sesampainya di stasiun tiba-tiba saja Hachi muncul dan ingin mengajak Parker bermain lempar bola, sesuatu yang selama ini tak pernah dilakukan Hachi. Parker meladeninya sebentar. Betapa terkejutnya Parker, ternyata Hachi tahu­ bagaimana caranya bermain lempar bola. Namun, Parker tetap harus berangkat bekerja. Ketika Parker hendak pergi menuju pintu stasiun, Hachi seolah-olah berkata bahwa ia tidak ingin berpisah dengan Sang Profesor. Parker kemudian 60

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

HACHIKO: A DOG’S STORY Richard Gere • Lasse Hallström • Sony Pictures Entertainment, 2009 • 104 minutes

mengham­piri Hachi, lalu memeluknya, dan berkata, “Jemput aku jam 5 sore ini”. Tidak disangka, hari itu adalah per­temuan terakhir. Parker meninggal dunia akibat serangan jantung ketika ia mengajar di kampusnya. Waktu menunjukkan pukul 5. Pelui­t kereta api sudah berbunyi. Hachi sudah­ berada di tempat penantiannya. Namun sayang, hingga waktu menjelang malam tuannya tidak kunjung muncul. Setelah kematian Parker, Hachi pun tinggal bersama Andy Parker, putri Sang Profesor. Namun, Hachi tidak bisa melupakan tuannya. Hingga suatu ketika Hachi kabur dari rumah dan berlari menuju stasiun. Dia duduk di tempat biasa, untuk menunggu Parker pulang bekerja. Beberapa orang yang mengenalnya merasa iba dan juga kagum akan kesetiaan Hachi kepada tuannya. Begitulah kisah Hachi yang terus me­ nunggu kedatangan Parker di stasiu­n Bedridge hingga 9 tahun lama­nya. Ha­chi berharap ia akan melihat Parker kelu­ar dari pintu stasiun dan mengajak­nya pulang bersama. Namun, tuannya­ tak kunjung datang, dan akhirnya Hachi pun

menutup mata untuk selama­-lama­nya. Film ini diadopsi dari film Jepang yang berjudul Hachiko Monogatari yang diproduksi tahun 1987 dan diangkat­ berdasarkan pada kisah nyata. Yakni, pada 1923 lahir seekor anjing ras akita­ yang diberi nama Hachi. Pemiliknya, Profesor Hidesaburo Ueno adalah dosen Pertanian Universitas Tokyo yang tinggal di Shibuya. Masyarakat yang telah mendengar kisah kesetiaan ini membangun patung Hachi, setahun setelah­ kematian Hachi. Patung ini dibangun di lokasi persis dengan lokasi Hachi me­ nunggu Sang Profesor. Selain itu, patung Hachi juga terkenal sebagai lambang kesetiaan kota Tokyo. Bagian luar tubuh Hachi diawetkan. Hingga kini Hachi dipamerkan di Museum Nasio­nal Ilmu Pengetahuan, Ueno, Tokyo. Kekurangan dalam film ini adalah ba­ nyaknya adegan yang hampir mirip satu sama lain, bahkan beberapa adegan diu­ lang beberapa kali. Film ini mengisah­ kan jalan cerita yang sangat simpel dan cenderung membosankan pada pertengahan cerita. Namun, mendekati­ akhir cerita, emosi penonton mulai diadukaduk hingga mulai meneteskan air mata.

lina nur hidayati Dosen FISE UNY, Kadiv Promosi KHPP UNY.


bina rohani Mengepakkan Sayap Kebaikan O l e h H endra S u gi a ntoro Detik kehidupan terus melaju dalam perjalanan waktu. Waktu yang tidak berputar, namun terus menapak maju. Hari kemarin, hari ini, dan hari esok, kita terus berlari bersama waktu. Tak akan berputar. Masa lalu adalah masa lalu dan masa depan adalah esok kepastian. Jika masa kini tak berbeda dengan masa lalu, itu bukan waktu yang diputar, tapi kita yang tak beranjak atau merasa nyaman dengan masa lalu kita­. Antara keduanya tidak selamanya buruk. Nyaman dalam kebaikan, itulah keutamaan. Kebaikan yang membuat kita tidak ingin beranjak menuju keburukan. Lebih utama, kita yang teru­s mengukir kebaikan berlipat seiring waktu berjalan. Dalam perjalanan waktu juga terjadi pergantian. Mentari tenggelam untuk menampakkan malam. Ada saat gelap, ada saat terang. Itulah kehidupan kita. Kebahagiaan dan kesulitan silih berganti menerpa. Ada kegembiraan dan juga kepedihan, kelapangan hidup sekaligus kesempitan. Dua sisi kehidupan untuk menguji kita. Menguji kemampuan kita menyelaraskan keduanya, laksana keseimbangan siang dan malam. Dua sisi kehidupan sering kita perten­ tangkan. Dengan kebahagiaan kita merasakan kegembiraan. Kemudahan hidup memberikan kita keceriaan. Hidup tera­ sa indah tanpa beban menjerat. Namun, kesulitan dan kesempitan hidup bagi kita adalah kepedihan. Dengan kesulitan kita merasa hidup tidak memihak kit­a yang berhimpit kepayahan. Hidup kita seakan menyesakkan. Kita telah membedakan dua sisi, padahal antara keduanya berjalan menyatu dalam kehidup­ an. Tidak ada pertentangan karena ber­sama kebahagiaan ada kesulitan, ber­ sa­ma kesulitan ada kebahagiaan. Tak ada kehidupan tanpa siang dan malam. Di langit siang dan malam itulah kehidupan kita mengangkasa. Kadang kebahagiaan menjelma, kadang

kalam/pewara

mendera kesulitan. Bukan berarti siang adalah kebahagiaan dan malam adalah kesulitan, tapi itu untuk menegaskan bahwa kehidupan takkan meninggalkan keduanya. Untuk menegaskan bahwa kedua sisi kehidupan kita adalah kebaikan, bukankah siang dan malam selalu memberikan kebaikan bagi kehidupan. Mengangkasa di langit kehidupan tak mungkin tanpa sayap mengepak. Tanpa mengepakkan sayap tidak mungkin kita bertahan dalam pergantian siang dan malam. Banyak kita jatuh tatkala kesulitan melanda. Begitu juga, saat kita menggenggam kebahagiaan. Kita kadang lupa diri, bahkan melupakan sumber kebahagiaan. Seakan-akan kita yang menentukan, padahal takkan teraih kebahagiaan tanpa kehendak-Nya. Kita juga terjerembab dalam keputusasaan, bahkan mengambil jalan pintas untuk mengatasi kesulitan. Terhadap dua sisi kehidupan itu kita membutuhkan sayap untuk mengangkasa. Sayap kesyukuran dan sayap kesabaran. Sayap kesyukuran yang menyadarkan kita bahwa ada kekuatan-Nya di

balik kebahagiaan kita, kekuata­n yang juga mampu menambah kebaika­n pada setiap kesyukuran kita. Kebahagia­ a­n itu terus bertambah tatkala kit­a mam­­pu mensyukuri nikmat-Nya. Nik­ ma­­t pen­de­­ngaran, penglihatan, dan ha­t­i dengan melihat, mendengar, dan me­ma­­ha­mi aya­t-ayat-Nya. Nikmat ilm­u dengan meng­amalkannya. Memberi­ka­n hak orang lain dari harta kita. Men­ syukur­i kesehatan dengan menjaga­nya. Menunai­kan amanah, tekun menimba ilmu, ringan beribadah dan lain kesyu­ kuran pada setiap kenikmatan-Nya. Kita mengepakkan sayap kesabaran untuk kesulitan yang menimpa. Kesabaran dalam penderitaan dan kesempit­ an hidup untuk kita tidak berputus asa menjemput rahmat-Nya. Kita bersabar dengan tidak menjadi lemah dan tetap istiqamah dalam berjuang. Bersabar untuk berkata jujur tatkala keberhasilan hidup berada di balik kedustaan. Ti­ dak berlaku curang dalam berdagang tatkala kecurangan mampu menambah penghasilan. Tetap menjawab ’tida­k ta­ hu’ untuk ilmu yang tidak kita kuasai­. Mempertahankan kehormatan diri tat­ kala berlimpah uang di balik pekerjaan haram. Lebih-lebih, kesabaran kita untuk tetap mendirikan shalat dan tidak melupakan-Nya. Kesabaran yang meng­ undang kebaikan. Ada kebaikan, karena Allah bersama kita yang bersabar. Waktu pasti berjalan bersama dua sisi kehidupan. Dua sisi kehidupan yang merengkuh erat tak terpisahkan. Di la­ ngit mana pun kita tetap mengepakkan sayap kesyukuran dan kesabaran. Sayap kesyukuran untuk sisi kebahagiaan kita, sayap kesabaran untuk sisi kesulitan kita. Dua sisi kehidupan dan dua sayap. Adakah kita mengangkasa tanpa kedua sayap mengepak?

hendra sugiantoro mahasiswa FIP UNY

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

61


cerpen

Ah... Mbulet! O l e h Anti DW ”Sida mangkat ora, Mit, selak awan!” Bu Citra karo mbenakke sanggul. ”Adhuh ... piye ya, Bu, ngancani aku wae,” Mita isih nyoba ngrayu ibune. ”Hus, mosok Ibu ora ndhampingi bapak. Sing mantu ki Pak Barata atasane bapakmu je.’’ Mita mbesengut. ”Njagong manten ki nek ijen kok saru ya,” batine Mita. Ning kepriye maneh, sing dadi manten ki Ratna. Kanca paling cedhak. Mangka karo kulawargane ya tepung apik banget. Mosok ra teka. Mita isih guneman jroning batin. ”Ah ... ijen ya ben! Pokoke kudu teka!” ”Bu, aku budhal,” Mita pamit ibune. Swarane sepatu ngebaki omah. Thok, thok, thok! lbune mesem karo ngacungke jempol. *** Lagi wae Mita lungguh, mantene metu. Kebeneran, Mita oleh kursi barisan ngarep dhewe sing bakal diliwati manten. Pak Barata ora nyewa gedhung, jalaran daleme gedhe, tur ngarepe ana pendhapane. Mantene manglingi. Juru paese pancen wis kawentar. Yen arep maesi mesthi pasa dhisik, mula asile tansah gawe mareme sing dirias. Dhasare Ratna pancen ayu. Tekan ngarepe Mita, Ratna nyawang karo mlengeh. “Nuwun ya, Mit,” kandhane Ratna umak-umik. Mita mesem karo manthuk. “Manten kok thingak-thi­ nguk,” batine Mita geli. Pak Barata nggone mantu gedhen. Apa meneh Ratna anak mbarep. Wadon dhewe pisan. Adhine telu lanang kabeh. Mula ubarampene manten kabeh nomer siji. Pranatacaran, juru paes, sound system, pasugatan, uga hiburane jos. Manten lungguh, Gambyong metu. Paragane telu, ayu kabeh. Njogede apik tenan. Bener lan Iuwes. Mita nyawang salah sijining paraga Gambyong. Rumangsa nate tepung, ning neng endi. Mita nganti njengkerut, meksa ora kelingan. Apa meneh nalika paraga Gambyong mau mungkasi tarine Ian foto bareng manten. Kenya mau mesem karo Mita, banjur nyebut jenenge Mita komplit, ”Mitayani Citra”. Mita saya bingung. “Kae mau sapa ya?” batine Mita. Mbarengi unjukan Ian dhaharan, sugata tarine Bagong Kussudiardja, Rara Ngigel. Paragane uga telu. Mita ngerti kabeh, jalaran nunggal guru. Tari sing pungkasan Beksan Jaka Tarub-Nawang Wulan. Paraga Nawang Wulan jebul penari sing gawe penasarane Mita. Paraga Jaka Tarub priya gagah pideksa. Pakulitane resik. Alise kandel. Irunge mbangir. Brengos tipis njlarit. Paraga Nawang Wulan, piadege meh padha karo Mita. Mung kulite ora 62

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

putih, nanging ireng manis. Bar mbeksa Jaka Tarub-Nawang Wulan, pasangan penari liwat ngarepe Mita. Ana swara sing gawe Mita njondhil. ”Halo, Mita Genter,” ujare kenya mau karo ngedhepke mripat kiwa. Mita kaget setengah mati. Sebutan Mita Genter iku julukane nalika dheweke neng SMA. Sing njuluki kanca rakete, Sawitri. Mita ora nglegewa mbengok. ”Sawi.... !” klakep. Tangane Mita nutupi lambene karo klincutan, banjur nututi. Jebul kancane SMA biyen. Mita karo Witri banjur gapyuk, rangkulan kenceng banget. Nganti mrebes mili saking bungahe pirang-pirang taun ora ketemu. Ngethuprus kabar-kabaran. Mita ngrewangi Sawitri nguculi kostum. Tambah gayeng, sawise penari kabeh mIumpuk. Guyona­n rame banget. Ora nyadhar menawa ana kanca sing dilalekake. Priya bagus pideksa sing wis rampung olehe nata kostum Jaka tarub. Klambine kothak-kothak biru, ngisorane ireng. Rambute gondrong dikucir rapi. “Wit, kostume mengko balekna ya. Aku terus siaran.” “Sik, Nug, sori ya, nganti kelalen. Ketungkul ngethuprus karo cah elek iki. Rene tak tepungke!” Witri ngadeg karo nggeret tangane Mita. Nom-noman sing diundang Nug mara nyedhak ngulungke tangane. “Nugraha,” tangane nggegem tangane Mita kanthi mantep, padha karo antebe swarane. “Mita. Mitayani.’’ “Dudu, Nug. Dudu Mitayani dhing. Sing bener Mita Genter,” Witri nyelelek. “Jaman SMA awake krempeng banget, mula tak parabi Mita Genter. Saiki wae ketok ayu.’’ “Ah ... Sawi dipangan uler ki ...,” Mita abang-ireng raine ka­ro ngeculke tangane. Nugraha mesam-mesem ngemu te­ ges. “Nug, jarene Mita kepranan karo olehmu njoged. Terus, sajake saiki kepranan karo wonge. Mau klesak-klesik njaluk ditepungke,” Witri tambah klecam-klecem nganyelke. “Sawi .... !” Mita mbengok karo njiwiti Witri sakkemenge. Witri njerit-jerit. Nugraha nggleges. Terus pamitan ndhisiki. Witri karo Mita nguntabke Nugraha tekan lawang. ”Nug, puterke Mamar Berduri ya,” welinge Witri. ”Siiip!” Nugraha ngacungke jempol. Bareng Nugraha wis ora katon, Mita takon karo Witri. ”Nugraha penyiar ta, Wit?” ”Ya kae Leon Agusta sing neng RA FM. Kowe mesthi ngerti.’’ ”Ora mung ngerti, Leon Agusta ki idholaku je,” batine Mita­. Dheweke bungah banget klakon tetepungan karo penyiar


cerpen

istimewa

idholane. *** Bubar mantenan olehe kekancan bocah loro gathuk meneh. Paran-paranan. Mita seneng banget ketemu Witri. Lha menta­s wae ‘kelangan’ Ratna sing bakal diboyong menyang Surabaya. Olehe kekancan karo Nugraha uga tansaya raket. Bocah telu kompak banget. Yen ana sing oleh ordher njo­ ged, mesthi kancane loro katut. Mita gela ora isa njoged kla­ sik. Dadi ora isa njoged pasangan karo Nugraha. Dheweke mung bisa kemecer yen nyawang cah loro andhon katresnan neng jroning tarian. Wis suwe Mita gandrung swarane Leon Agusta. Bareng tepung, winih katresnan saya ngrembaka. Dheweke lan Witri kerep ngancani Nugraha siaran. Saka RA FM, Witri adate terus nyambut gawe neng mall, dadi announcer. Mita banjur diterke mulih karo Nugraha. Jagongan utawa mubeng-mubeng tanpa tujuan. *** Mita klisikan ora isa turu. Sedhih, anyel, gela, geneya Nugraha ndadak lunga barang. Mita bar ditelpon Witri, jarene Nugraha oleh panggilan neng Jakarta. Ateges bakal doh-dohan. Mangka atine Mita dikebaki blegere Nugraha. Neng ngendiendi mesthi diterke Nugraha. Emane, Nugraha durung tau ngutarakke isen-isening ati. Nanging, Mita percaya menawa Nugraha uga nyimpen rasa tresna. Yen ora, mosok gelem ngeterke neng ngendi-endi. Kacrita, Nugraha uga klisikan. Jane abot ninggalke Yogya. Apa meneh kudu ninggalke Sawitri sing ditresnani banget. Mula saben ’peye’ mesthi ngajak Witri. Jalaran dheweke isa ngesok rasa tresnane kanthi sinamudana. Arep crita karo Mita, dheweke isin. Sidane rasa tresna mung sinimpen ing telenging ati. Muga-muga Sawitri ngerti isen-isening atiku, arep blaka ora wani. Mita ora ngeterke Nugraha neng stasiun. Wedi mundhak tangise wutah. Mula dheweke telpon Nugraha, kandha yen

ora isa nguntabke merga ana acara. Jebul Nugraha sing neng omahe Mita pamitan. ”Selamat jalan ya, Nug, aja lali ro aku,” Mita alon karo ndhung­kluk. Tangane diulungke. “Mesthi ta, Mit, sesok aku mesthi kerep telpon,” Nugraha nggegem tangane Mita kenceng banget. Jantunge Mita kaya arep rontog. Mungguh ora isin, mesthi wis ngruket Nugraha. Eman, Mita ora duwe kewanen. Saungkure Nugraha, Mita dheleg-dheleg neng kamar. Mripate abang diucek-ucek. Dheweke mung isa ngarep-arep tumetese rasa tresna saka priya sing gawe ora isa turu. ”Nug, muliha nggo aku ya, Nug!” Mita ngusapi luhe. *** Nugraha lendhehan lawang sepur, nyawang Witri sing ngadeg neng sandhinge. Arep omong ora kewetu. Mula mung nyekel tangane Witri kenceng banget. Kaya ora bakal diculke. “Wit ... suk yen bayarku wis mlumpuk, kowe bakal tak boyong neng Jakarta. Awake dhewe mesthi bakal urip mulya, tur asring njoged bareng. Ngajari anake isa njoged, ben nguri-uri budayane dhewe.” Nugraha kandha sakjroning batin. Sepur mlaku alon, tangane Witri ndhadhahi Nugraha. Dheweke rumangsa kelangan pasangane njoged, kanca apikan, lan enthengan. Witri mampir nggone Mita. Arep takon geneya ora ngeterke Nugraha. Witri ora nggagas yen Nugraha tresna marang dheweke. Sak ngertine, Nugraha karo Mita. Nugraha lunga nggawa pengarep-arep bakal methuk Witri, neng Witri ora mudheng. Mita bakal nunggu tekane Nugraha, ora ngerti jebul Nugraha tresna marang Witri. Bale Asri, 2009

Anti DW mantan pegiat studi linguistik di Jurusan Sastra Indonesia FIB UGM.

P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010

63


puisi•geguritan•tembang ka

la

m /p

ew ar

a

Sajak Dewi Avivah CS Itu Sudah Biasa satu masa terlewati emosi-logika bumbu kehidupan hitam menjadi putih putih menjadi hitam itu sudah biasa

ikut menari-nari mengiringi sehingga mendapat ketenangan

hati dulu selembut sutera kini berubah berlumur darah bibir memuntahkan darah bibir menyemburkan kalam-kalam bidadari surga kini semua berubah, ya berubah menjadi bibir menyemburkan kalam-kalam syetan neraka yang akan menjerumuskan kita ke dalamnya wahai sahabatku ada apa denganmu kau menanggulkan hati untuk dicaci tahankah kamu merasakannya malaikat malam berdenting mendawai seakan memecah keheningan malam bidadari turun dari langit

seakan ikut menghibur hati yang terluka dunia panggung sandiwara segala di dalamnya fana harta-martabat fiktif belaka angkuh bukan perisai yang pantas untuk anak-cucu Adam-Hawa karena aku dan kamu adalah sahabat sejati walau badai-ombak memisahkan hanya kau sahabat sejatiku yogyakarta, 2009

Dewi Avivah CS pegiat sastra

poj o k g e l it i k

kal a

m/p

ewa

ra

SIAPA RA KARTINI?

64

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

Umarmoyo: Sekarang bulan apa, Di? Umarmadi: Mei. Kenapa? Umarmoyo: Bulan lalu bulan apa? Umarmadi: April. Kenapa? Umarmoyo: Di bulan April ada hari yang terkenal yaitu ... Umarmadi: Hari Kartini! Hari lahirnya RA Kartini. Kenapa? Umarmoyo: Tahu nggak siapa nama kecil RA Kartini? Umarmadi: Pertanyaan kuno. Maksudmu namanya Harum kan? ‘Ibu kita Kartini harum namanya’. Umarmoyo: He..he..he.. Sudah

tahu ta? Umarmadi: Ya iyalah. Nah kalau yang ini dijamin kamu mesti belum tahu, Yo. Umarmoyo: Apa itu? Umarmadi: Kartini itu meski wanita, tapi dia sangat ditakuti orang. Umarmoyo: O ya? Kenapa? Umarmadi: Diam-diam, dia itu ternyata seorang pendekar. Umarmoyo: Ah yang benar. Umarmadi: Dengar nih ... ‘Ibu kita Kartini pendekar bangsa ...’ Umarmoyo : .....................................? ema r '10


l

s en

a

SEHAT BERSAMA SENAM Jumat, (30/4) sekelompok peserta senam meramaikan hall Rektorat UNY. Yel-yel dari sekelompok orang turut meramaikan lomba yang dilaksanakan dalam rangka dies natalis ke-46 UNY. Mereka saling bersaing, dengan menampilkan keunggulan masing-masing. Tanpa terasa keringat bercucuran. Mereka tak memedulikan itu, yang penting tetap semangan dan sehat. teks: Sismono La Ode • Fotografer: heri purwanto


Ada banyak hal yang telah dilakukan UNY untuk bangsa ini. Terus pengabdi buat pendidikan adalah hal yang terbaik yang telah dan terus dilakukan UNY. Hingga kapan pun…

46 Dies Natalis

Universitas Negeri Yogyakarta

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.