Pewara Dinamika Mei 2010

Page 58

opini INTEGRITAS DOSEN SEBAGAI LANDASAN PEMBANGUNAN KARAKTER MAHASISWA O l e h D r s . Dimyati, M . S i .

M

erebaknya fenomena plagiasi karya ilmia­h yang dilakukan oleh akademisi perguruan ting­gi (PT) sungguh memprihatinkan. PT yang di dalamnya orang-orang yang seharusnya men­jun­jung tinggi nilai-nilai kejujuran, justru berbuat sebaliknya. KOMPAS (2/2010) menjadikan berita ini headline pada empat hari berturut-turut, serta menampilkan berbagai artikel dan opini masyarakat terkait dengan masalah plagiasi yang terjadi di PT, baik yang dilakukan oleh mahasiswa (dalam membuat skripsi), dosen (dalam membuat penelitian), dan calon Guru Besar (untuk meraih jabatan GB-nya). Hilangnya kejujuran dalam pendidikan sama dengan hilangnya roh pendidikan. Mendiknas, Muhammad Nuh, menegaskan ada tiga faktor penyebab terjadinya penjiplakan di PT, yaitu rendahnya integritas pribadi dosen, ambisi mendapatkan tunjangan finansial, dan kurang ketatnya sistem di PT. Menurutnya, pendidikan karakter, budaya, dan moral mendesak diterapkan di dunia pendidikan (Kompas, 20/2/2010).

Distorsi Pendidikan Karakter di PT Bukan hal yang mudah untuk melibatkan komunitas masyarakat PT dalam diskusi pen­ ting­­nya memberikan pendidikan kepada maha­ sis­­wa yang tidak hanya mengembangkan pe­ nge­­tahuan, tetapi juga keterampilan yang di­­bu­­tuhkan dalam mengambil keputusan moral un­tuk bekal kehidupan di masyarakat. Sebagian do­sen meyakini pentingnya mahasiswa memili­ ki karakter yang kuat. Pertanyaannya, mengapa dosen tidak mendukung pembangunan karakter secara terbuka atas mahasiswanya, bahkan di antara mereka berperilaku sebaliknya. Seder­ hana, namun memiliki akar persoalan yang da­

Hilangnya kejujuran dalam pendidikan sama dengan hilangnya roh pendidikan. 56

Pewara Dinam i ka m ei 2 0 1 0

lam, apakah pimpinan PT, Dekan, dan Ketua Ju­rus­an meyakini hakikat dan makna penting pen­di­dik­an karakter mahasiswa sebagai bagia­n utama dari tujuan pendidikan di PT. Pendidikan yang ditunjukkan untuk mengem­ bangkan seluruh aspek mahasiswa secara tota­l adalah tujuan utama dari pendidikan di PT. Namun, itu semua tidak dilihat sebagai tujuan uta­ ma PT, terutama yang terjadi pada universi­tas riset (UR), bahkan LPTK ’penghasil’ guru. Lage­ mann (2003), Dekan Harvard Graduate School of Education, mengatakan, laporan terbaru menye­ butkan bahwa pendidikan di universitas tela­h menjadi lebih terfokus pada pendidikan teknis dan profesional dibandingkan yang terjadi pada era 1970-an. Dikatakannya, mahasiswa lebih difokuskan secara sempit pada ”persiapan kejuruan”. Di banyak tempat dan beberapa waktu lamanya, PT telah gagal dalam misinya memberikan pendidikan kepada mahasiswa yang mampu menetapkan ”rasa salah pada diriny­a atau bersikap jujur, empati terhadap orang lain, menjadi warganegara yang baik dan efektif”, serta mampu mempersiapkan mahasiswa untuk ”berpartisipasi dalam menentukan dan meng­hadapi isu-isu di zamannya”. Munculnya berbagai model UR menciptakan situasi yang pencarian bahan dan subjek penelitian sebagai sumber pencarian pengetahuan menjadi lebih penting bagi dosen dibandingka­n meluangkan waktu untuk mendidik mahasiswa (Boyer, 1990). Waktu untuk aktivitas dosen hampir seluruhnya berada di lembaga peneliti­an, sehingga proses pembelajaran menjadi priori­ tas kedua. Bahkan, fokusnya lebih mengarah pa­da apa yang diajarkan, bukan bagaimana mem­berikan pembelajaran. Karena mengajar da­­lam rangka memperoleh gelar kesarjanaan ti­­dak mem­berikan kontribusi atas upaya mener­ bitkan tulisan dalam jurnal penelitian, mendi­ dik mahasiswa sering diletakkan pada prioritas yang rendah (Wilshire, 1990). Di sisi lain, motif ekonomi untuk mendapatkan finansial menjadikan dosen lebih berkiprah di jalur nonkependidikan di luar kampus, sehingga sering alpa dalam mendidik mahasiswanya. Manaje­


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.