bina rohani Mengepakkan Sayap Kebaikan O l e h H endra S u gi a ntoro Detik kehidupan terus melaju dalam perjalanan waktu. Waktu yang tidak berputar, namun terus menapak maju. Hari kemarin, hari ini, dan hari esok, kita terus berlari bersama waktu. Tak akan berputar. Masa lalu adalah masa lalu dan masa depan adalah esok kepastian. Jika masa kini tak berbeda dengan masa lalu, itu bukan waktu yang diputar, tapi kita yang tak beranjak atau merasa nyaman dengan masa lalu kita. Antara keduanya tidak selamanya buruk. Nyaman dalam kebaikan, itulah keutamaan. Kebaikan yang membuat kita tidak ingin beranjak menuju keburukan. Lebih utama, kita yang terus mengukir kebaikan berlipat seiring waktu berjalan. Dalam perjalanan waktu juga terjadi pergantian. Mentari tenggelam untuk menampakkan malam. Ada saat gelap, ada saat terang. Itulah kehidupan kita. Kebahagiaan dan kesulitan silih berganti menerpa. Ada kegembiraan dan juga kepedihan, kelapangan hidup sekaligus kesempitan. Dua sisi kehidupan untuk menguji kita. Menguji kemampuan kita menyelaraskan keduanya, laksana keseimbangan siang dan malam. Dua sisi kehidupan sering kita perten tangkan. Dengan kebahagiaan kita merasakan kegembiraan. Kemudahan hidup memberikan kita keceriaan. Hidup tera sa indah tanpa beban menjerat. Namun, kesulitan dan kesempitan hidup bagi kita adalah kepedihan. Dengan kesulitan kita merasa hidup tidak memihak kita yang berhimpit kepayahan. Hidup kita seakan menyesakkan. Kita telah membedakan dua sisi, padahal antara keduanya berjalan menyatu dalam kehidup an. Tidak ada pertentangan karena bersama kebahagiaan ada kesulitan, ber sama kesulitan ada kebahagiaan. Tak ada kehidupan tanpa siang dan malam. Di langit siang dan malam itulah kehidupan kita mengangkasa. Kadang kebahagiaan menjelma, kadang
kalam/pewara
mendera kesulitan. Bukan berarti siang adalah kebahagiaan dan malam adalah kesulitan, tapi itu untuk menegaskan bahwa kehidupan takkan meninggalkan keduanya. Untuk menegaskan bahwa kedua sisi kehidupan kita adalah kebaikan, bukankah siang dan malam selalu memberikan kebaikan bagi kehidupan. Mengangkasa di langit kehidupan tak mungkin tanpa sayap mengepak. Tanpa mengepakkan sayap tidak mungkin kita bertahan dalam pergantian siang dan malam. Banyak kita jatuh tatkala kesulitan melanda. Begitu juga, saat kita menggenggam kebahagiaan. Kita kadang lupa diri, bahkan melupakan sumber kebahagiaan. Seakan-akan kita yang menentukan, padahal takkan teraih kebahagiaan tanpa kehendak-Nya. Kita juga terjerembab dalam keputusasaan, bahkan mengambil jalan pintas untuk mengatasi kesulitan. Terhadap dua sisi kehidupan itu kita membutuhkan sayap untuk mengangkasa. Sayap kesyukuran dan sayap kesabaran. Sayap kesyukuran yang menyadarkan kita bahwa ada kekuatan-Nya di
balik kebahagiaan kita, kekuatan yang juga mampu menambah kebaikan pada setiap kesyukuran kita. Kebahagia an itu terus bertambah tatkala kita mampu mensyukuri nikmat-Nya. Nik mat pendengaran, penglihatan, dan hati dengan melihat, mendengar, dan memahami ayat-ayat-Nya. Nikmat ilmu dengan mengamalkannya. Memberikan hak orang lain dari harta kita. Men syukuri kesehatan dengan menjaganya. Menunaikan amanah, tekun menimba ilmu, ringan beribadah dan lain kesyu kuran pada setiap kenikmatan-Nya. Kita mengepakkan sayap kesabaran untuk kesulitan yang menimpa. Kesabaran dalam penderitaan dan kesempit an hidup untuk kita tidak berputus asa menjemput rahmat-Nya. Kita bersabar dengan tidak menjadi lemah dan tetap istiqamah dalam berjuang. Bersabar untuk berkata jujur tatkala keberhasilan hidup berada di balik kedustaan. Ti dak berlaku curang dalam berdagang tatkala kecurangan mampu menambah penghasilan. Tetap menjawab ’tidak ta hu’ untuk ilmu yang tidak kita kuasai. Mempertahankan kehormatan diri tat kala berlimpah uang di balik pekerjaan haram. Lebih-lebih, kesabaran kita untuk tetap mendirikan shalat dan tidak melupakan-Nya. Kesabaran yang meng undang kebaikan. Ada kebaikan, karena Allah bersama kita yang bersabar. Waktu pasti berjalan bersama dua sisi kehidupan. Dua sisi kehidupan yang merengkuh erat tak terpisahkan. Di la ngit mana pun kita tetap mengepakkan sayap kesyukuran dan kesabaran. Sayap kesyukuran untuk sisi kebahagiaan kita, sayap kesabaran untuk sisi kesulitan kita. Dua sisi kehidupan dan dua sayap. Adakah kita mengangkasa tanpa kedua sayap mengepak?
hendra sugiantoro mahasiswa FIP UNY
P e wa r a Di n a m i k a m e i 2010
61