Bunga Rampai
KORPORASl ALA ABUCEP (Bagian Pertama dari Dua Tulisan) 01eh:Adil Basuki*) Setelah lama tidak bersua, bertemulah tiga
sahabat anak petani di sebuah pasar hewan di dusun nun jauh di Sana. Orang pertama bernama Asep. Setelah tamat SD, Asep merantau ke kota menjadi pedagang yang berhasil. Orang kedua si Butet, badannya kecil otaknya gedhe. Semenjak pergi dari kampung halamannya, dia ngenger pada salah seorang ningrat, terakhir menjadi pegawai rendahan di salah satu perguruan tinggi di Kota Raja. Orang ketiga, Cecep namanya. la tlnggal di kampung sebagai petani. Meskipun berpendidikan rendah, Cecep bukanlah pemalas,tandanggawe-wya cekatan,dan bercitacita ingin menjadi yang terbaik.
Daiam perbincangan nostalgia itu, mereka menceritakan pengalamannya, maslng-masing. Dengan gaya yang cukup meyakinkan, Asep menceritakan pengalamannya sebagai pedagang yang sukses. Tldak ketinggalan si Cecep. Dia bercerita tentang keberhasilannya dalam bertani dan beternak kambing. Dia berhasil menanam singkong dengan rasa mentega dan beternak kambing yang dalam dua tahun beranak dua kali.
Kelahiran pertama beranak 2 ekor dan kelahlran kedua maslng-masing melahirkan 4 ekor. 'Tiada seorang pun yang mampu bertani dan beternak sebagaimana saya di dusun ini," aku si Cecep dengan bangganya. Tiba giliran Butet, dia bingung apa yang akan dikatakan, mengingat tidak ada pengalaman yang pantas
dibanggakan. Tapi, berkat pergaulannya dengan orang
cerdik-pandai di kampusnya, dia ingin mengambil manfaat dari kehebatan kedua rekannya untuk mempererat tali
kita membentuk sebuah "korporasi" usaha bersama kecilkecilan. Modalnya berasal dari kita bertiga, kita kelola bersama dan hasilnya kita bagi bertiga pula. Pembagian laba bergantung dari peran modal atan peran pengelolaan. Berhubung di desa, kita pilih jenis usahanya yang sesuai
dengan suasana desa kita. Untuk itu, saya menawarkan usaha peternakan kambing. Penanam modal hams setor kambing, bukan uang. Konkretnya, usaha petemakan dimulai haii ini dengan modal awal 3 ekor kambing, tandasnya.
Setuju ...! jawab Asep spontan. Baginya, uang bukan mempakan masalah. Berbeda dengan Cecep. BagI Cecep, uang adalah barang langka. Oleh karena itu, dia menawarkan diri sebagai petemak. Tldak bisa ..! Pokoknya, semua hams setor
kambing] kata ASEP berapi-api. Kalau satu di antara kita tidak menyetorkan seekor kambing, maka modal awal petemakan kambing bukan 3 ekor, tapi 2 ekor. Hal ini tidak mencerminkan kekompakan kita, Asep melanjutkan bicaranya.
Melihat suasana yang memanas di luar dugaan, Butet memutar otak mencari jalan keluar. Tiba-tiba,
temgiang kata-kata yang sering diucapkan oleh cerdikpandai dalam seminar-seminar,yaitu "win-win solution". Dia teringat pula gaya salah seorang pimplnan debat pendapat yang meredakan suasana panas yang terjadi saat Itu. Teringat kedua hal itu, maka tekadnya semakin bulat, bahwa dia hams dapat menyelesaikannya dengan baik selingsurupml Kawan.., hal itu tidak usah direpotkan, kata Butet
persababatan.
Agar persababatannya langgeng, maka ikatan hams prospektif dan kebolehan mereka, begitu pikir Butet bergaya "sok analis'. Proyeknya harus feasible, Indikator kineija dan indikator keberhasilannya harus realistik dan menantang (pikirannya semakin ngelantur menimkan seorang penceramah tentang "Strategic Planning' dalam Pelatihan LAKEP, dan Pelatihan Kewirausahaan yang
pemah dilayaninya {Butet bertugas sebagai pengedar mikrofon). Kang Butet..! Mana pengalamanmu selama ini? kata Asep dan Cecep bareng.
Sahabatku saya tidak punya pengalaman yang patut diceritakan, tapi saya punya ide, kata Butet mantap dan las-lasan menimkan gaya birokrat atasannya. Melihat
gaya Butet yang "formal", Asep dan Cecep terperangah. Mereka pun merapikan posisi duduknya dan buka telinga lebar-lebar, khawatir kata-kata Butet ada yang terlepas dari pendengarannya.
Begini .., sahabadku, Butet memulai. Melihat kehebatan kang Asep dalam berdagang, serta keprigeian dan tangan dinginnya kang Cecep, maka saya punya gagasan untuk memadukan kedua keunggulan itu.
dengan suara datar, tidak terpancing emosi. Saya punya
usul. Mendengar Butet angkat bicara, suasana sedlkit mereda.
Sahabat Asep yang lebih mampu daripada kami berdua menyetorkan 2 ekor kambing betina. Saya, seekor
jantan, sedangkan sahabat Cecep yang memelibaranya. Dengan demikian,jumlah modal awal tetap 3ekor kambing. Setuju? OK-lah, sahut Asep. Dan Cecep pun menglyakan pula. Selanjutnya, kita bahas pembagian
keutungannya. Pembagian keuntungan berwujud kambing hidup sebagaimana modal yang kita setor. Besar-kecilnya kambing dilakukan dengan undian. Pendek cerita, dicapai kata mufakat, bahwa keutungan dibagi dalam bentuk kambing hidup.
Sampailah pada penetapan formulasi pembagian keuntungan untuk dua tahun mendatang. Dengan cepat kang Asep usul agar dirinya memperoleh 1/2 dari jumlah kambing selumhnya. Hal itu didasarkan pada anggapan bahwa dirinya satu dan kambing yang dia setorkan 2 ekor,
maka wajariah jika ia mendapatkan satu-per-dua. Sahabat
Mendengar dirinya disanjung, hati Asep dan Cecep
Cecep punya usulan agar dirinya diberi 1/3 dari jumlah kambing, karena bibit-kawit yang hams dipelihara adalah 3
mongkog.
ekor.
Butet melanjutkan ucapannya. Bagaimana jlka
Lalu, bagian saya berapa? tanya Butet.
16