Pewara Dinamika Oktober 2006

Page 29

P

Oktober 2006

E

W

A

R

A

Din^iiiiCA

i

UNIVERSmU NEGERIYDBYAlOUnA

Bunga Rampai

MENENGOK SEJENAK GEMPA BUMIDIY-JATENG Oleh: Hendra

Tidak ada siapa pun di atas muka bumi

ini yang mampu menandingi kekuasaan Tuhan, Penguasa Alam, yang dengan kehendak-Nya menjatuhkan ketentuan gempa bumi menggoncang wilayah DIY - Jateng, Sabtu, 27 Mel 2006, lalu. Apa yang bisa dibayangkan ketika gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR) versi BMG itu telah meluluhlantakkan ribuan bangunan. Korban jiwa pun berjatuhan hingga mencapal lebih dari 5000 orang, di samping kerugian harta benda lainnya yang tak terhltung nllainya. Penduduk yang maslh bertahan hidup seketlka itu pula meratapi kejadian alam yang memang di luarperhitungan berbagai pihak. Saat banyak kalangan memfokuskan pada antisipasi letusan Gunung Merapi, tiba-tiba dari arah selatan Yogyakarta terjadi goncangan hebatyang menghancurkan. Dari perspektif agama, musibah bencana alam merupakan ujian yang diberikan Tuhan untuk mengukurseberapa besar kualitas kelmanan seseorang. Melaiui bencana alam, manusia diperingatkan agar tidak melupakan hakekat kehidupan dan tujuan asasi dari penciptaan. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (155-156), Allah swt berfirman, "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan, berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar, (yaitu) orang-orang yang apabiia ditimpa musibah,

mereka mengatakan, "Sesungguhnya kami adalah milik AHah dan kepada-Nyalah kami

Suglantoro *) disusul tsunami yang menenggelamkan seluruh

bangunan dan lebih dari 100.000 orang meninggal dunla. Sesudah Itu, gempa berkekuatan 6,3 SR juga memporakporandakan daerah Nabire di Indonesia baglan timur. Terkait dengan gempa bumi di Yogyakarta, pengalaman tsunami Aceh bisa dikatakan menjadi perilaku masyarakat saat itu.

Ketika isu tsunami berhembus, banyak masyarakat yang langsung berlarian menuju arah utara, menghlndar dari gelombang air laut yang katanya mulai membesar dari arah selatan.

Sebagian masyarakat terdapat juga yang berlindung di masjid-masjid dengan melekatnya memori masih tegaknya sebagian masjid-masjid di negeri Serambi Mekah akibat tsunami silam.

Perilaku yang memang wajar dan memang saat itu banyak manusia yang Ingat akan Tuhannya. Bagaimana pun, manusia harus memlliki

kesadaran bahwa kematian merupakan hak prerogratif Tuhan. Meskipun berlindung di balik benteng yang kokoh, kematian tetap terjadi jika telah menjadi ketentuan. Bukankah masjidmasjid pun banyak yang retak dan roboh pasca gempa bumi akhir Mel lalu.

Setlap detik, di mana pun dan kapan pun, manusia mutlak menyadarl bahwa kehidupan di dunia hanya ibarat mampir ngombe untuk kembali menghadap Tuhan di akherat kelak. Kesadaran transendental menuntut manusia

mampu menjalankan tugas penciptaan, yakni mengokohkan ibadah hanya untuk Tuhan dan menunaikan amanah sebagai khalifah-Nya.

kembali."

Melaiui ayat tersebut manusia dituntut

meneguhkan kesabaran dalam menghadapi setlap musibah yang menimpa kehidupan. Selain itu, sudah selayaknya manusia melakukan introspeksi. Sudah jamak diketahui jika alam semesta diclptakan dalam keseimbangan dan manusia sebagai khaiifatuiiah fil ardhi berkewajiban mengeiolanya secara baik demi kesejahteraan kehidupan. Ekspioitasi alam yang tidak bertanggung jawab seringkali dilakukan manusia, sehingga merusak struktur alam. Bencana alam bisa dimaknai sebagai proses pemulihan dan penyelmbangan alam kembali pada kondisi keseimbangan semula. Gempa bumi yang terjadi di DIY-Jateng bisa dialami oleh daerah mana pun tanpa diduga. Pada akhir 2004, Aceh pun diterpa gempa berkekuatan 8,9 SR yang kemudian

Pendidikan DIY yang Terluka

Dampak gempa 27 Mel lalu juga mempengaruhi dunia pendidikan disebabkan rusaknya beberapa fasilitas. Menurut data

Bakornas per 12 Juni 2006, total gedung sekolah yang rusak akibat gempa di DIY mencapai 1.968 unit dan di Jateng mencapai 665 unit. Selain kerusakan gedung sekolah, 106 gedung Perguruan Tlnggl di wilayah DIY juga bernasib serupa. Di tengah kerusakan itulah siswa-siswa

SD hingga SLTA harus merelakan dirlnya melakukan ujian di tenda-tenda darurat. Proses

belajar-mengajar tidak bisa berjalan normal bagi anak-anak usia sekolah yang sedang berpacu prestasi untuk kenaikan kelas atau kelulusannya. Disisi lain, terdapat guru dan siswa yang masuk dalam 5000 jiwa lebih meninggal dunia terkena dampak gempa.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.