P
E
W
A
R
A
DinAiniCA
i
UNIVERSITAB NEQERIYDGYAKARTA
April 2007
Bunga Rampai
Belajar dari Kartini Oleh Hendra Sugiantoro Setiap 21 April bangsa Indonesia 8 8 I a I u rs=t
dan modern menstimuiasi Kartini untuk memperjuangkan perempuan Indonesia demi memperoleh hak-hak hidup sebagaimana perempuan-perempuan Barat. Tatanan budaya yang memasung kebebasan
memperingati
perempuan, paksaan untuk menikah, bahkan harus reia
Hari Kartini,
dijadlkan perempuan/isteri kedua tidak sesuai dengan prinsip kemanusiaan Kartini. Kartini ingin memajukan kaum perempuan Indonesia dengan jaminan hidup dan kemerdekaan sebagai manusia.
hari yang ditetapkan sebagai hari besar nasionai m 0 i a I u 1
\
Keputusan Presiden
Ri
Nomor 108
Ketakjuban Luntur Ketakjuban Kartini terhadap Barat tidak bertahan lama. Seteiah mengetahui iebih jauh kehidupan masyarakat Barat, Kartini melihat sisi-sisi iemah kehidupan mereka.
Tahun 1964 Tertanggal 2 Mel 1964 oieh Presiden Soekarno. Keputusan Presiden Itu juga menetapkan Kartini sebagai Pahiawan Kemerdekaan Nasionai alas
Daiam suratnya kepada Ny. Abendanon tanggai 27 Oktober
jasa-jasanya memperjuangkan kemerdekaan, khususnya
yang paling baik,tiada taranya. Maafkan kami,tetapi apakah
bag]kaum perempuan. Di samping Kartini, Indonesia sebenarnya memiiiki banyak tokoh pergerakan wanita lainnya, di antaranya Dew!Sartika. Namun,tokoh yang satu ini kaiah popuier, meskipun hari keiahirannya, 22 Desember 1884, yang pada setiap tahunnya juga diperingati sebagai Hari Ibu. Apa yang menyebabkan Kartini lebih fenomenal dibandingkan pahiawan wanita yang lain? Kehadiran Kartini bahkan diabadikan daiam sebuah iagu denganjudui "ibu Kita Kartini" oleh WR Supratman.
Ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna. Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hai yang baik dan
KewajibanTradisi Kartini bahkan -- hanya menamatkan pendidikan formalnya sampai usia 12 tahun, yang kemudlan harus menempuh "kewajiban tradisi", yakni
hidup dalam pingitan. Meiaiui masa belajar yang relatif singkat Kartini mempeiajari bahasa Beianda, yang kemudlan dimanfaatkannya untuk sarana korespondensi dengan orang-orang Eropa. Di antara teman korespondensi Kartini itu adaiah pasangan suami istri, JH Abendanondari Beianda.
Tujuh tahun seteiah. Kartini wafat, Mr. Abendanon, yang saat Itu menjabat Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Beianda membukukan surat-surat Kartini. Buku yang diterbitkan pertama kali di Negeri Beianda pada 1911 denganjudui"DoorDuistemistotLicth" atau "Habis Geiap Terbitlah Terang" daiam bahasa Indonesia itu menjadikan pemikiran Kartini tetap terekam hinggasaatini. Sikap kritis dan kepekaan sosial tampak darl sosok Kartini yang ingin membangkitkan perempuan Indonesia dari ketertindasan budaya pada vyaktu itu. Kartini begitu mengagumi kehidupan perempuan Eropa (baca: Barat] yang mendapatkan pendidikan dan hak hidup tanpa perasaan tertekan. Keadaan masyarakat Barat yang maju
1902, Kartini berkata,"Sudah iewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar satu-satunya
indah daiam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekaii tidak patut disebutsebagai peradaban." Dari isi surattersebut Kartini mengajarkan kepada kita untuk tidak meniru secara mutlak setiap kebudayaan
yang lahir dari Barat. Emansipasi perempuan bukan berarti menjadikan Barat sebagai prototipe peradaban tanpa meiakukan proses filtrasi. Kartini mendambakan kebebasan bagi perempuan, namun tetap harus beipijak pada niiai-nilai adiluhung. Kepribadian bangsa sesuai dengan hakikat kemanusiaan perlu dipertahankan oleh perempuan Indonesia. Harapan Kartini adaiah kemerdekaan perempuan tanpa harus tercerabut dari identitas asasinya.
Prinsip kemanusiaan dan emansipasi selalu ditekankan Kartini daiam pemikiran-pemikirannya. Hamba Allah
Kartini juga mengajarkan niiai-nilai reiigius. Kartini memiiiki kesadaran bahwa dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan berusaha mengabdi kepada-Nya. Tiada kedudukan terhormat, menurut Kartini, kecuali sebagai hamba Tuhan, sebagaimana isi suratnya kepada Ny. Abendanon, 1 Agustus 1903, "ingin benar saya menggunakan geiartertinggi, yaitu hambaAliah." Kartini telah meninggaikan bumi pertiwi ini pada 13 September 1904. Harapan kita, peringatan-peringatan Hari Kartini tidak sekedar seremoniai semata, namun mampu menggali iebih daiam dan komprehensif pemikiran-
pemikiran yang dituangkan Kartini. Indonesia telah lama menanti iahimya Kartini-Kartini baru untuk membangun negeri ini. Hendra Sugiantoro, mahasiswa FIP UNY/PegiatAMK UKMFKMIP.