>
(
w
A
B
A
DiRAiniCA UNIVERBtUI NESrU YDSttXUn
■ Jiilii2007
isaiiigisJfsS ui'^:
1
..D'j' 1
- : nr-."uif<-j ,|-L, v" pi'=
or--,,
mi
it;pr
Icrn:;
> yn|!s)!ih''3 Si^'s ■c.n}'"''fA'o
.-y^ ,
. I'm. -un"' Uj'x''
'"■/ ;Presiden'Repiiiblikind^ Kepbtus'an Presfder?' l^omdr' fahUn ^'1984' meny^akan^_bahw^^ tanggai "23 Mi''d)pOtuskari sebagai''i^an'A^ "'Nabional.
(4AN);'Jika dihitlinf'^itun^ HANsudah,berus^^
23 Jiili 2007,ini
dapat
cjjbilangaukup'xiewasa.-Per™^^ itu kita buat menjad dalam pengertiari, sudahkah
kfta yang 'mantan'anak'jnisecara.dewasaj memandang,, mensikapi, mengapresiasi, dan'^mendudukkan ;HAN itu secaraproporsional?<fiii.'^
- v. - > •".> '
• :
■ ^ ■ Kita boleh saja mengatakan bahwa pada setiap tanggai 23 Juliltuj pada setiap'HAN datang.'anak-anak Indonesia berkesempatan untuk 'merayakan hari bahagiahya'. Dalam'pengertian';'tentu sajapahak-anakahak Indonesia lldak'ham's hanya sehan dalam setahun
meWakan''atau^^menikma^^^
kalau bisa -- setiap'saatJ. Mesk^
jua' iahu'bahwa latar
belakang penetapan'hari seperti itu merhang tidak"untuk sepertiitu._ .
bengan HAN sudah tentu menjadi'pengingat bagi
kita bahwa yang namanya anak-anak indonesia itu ada, seialu ada, dan selaiu 'hams' tems meng-adal Artinya,
segala sesuatu yang hams mereka 'konsumsi' secara internai dan segala sesuatu yang harus mereka proyeksiekspresikan secara ekstemal, keduanya mesti mendapatkan porsi yang propofsional (dan profesional!). Pun, untuk aspek-aspek yang ada dalam diri anak: jasmani dan rohani, lahiriah dan batiniah, kecerdasan intelektuai
dan emosionai, aspek kognitif-afektif-psikomotorik, dan setemsnya. Pun, tidak hanya sisi kuantitifnya saja, melainkan juga sisi kualitatifnya.
Dalam kaitan dengan konsumsi anak 'ke dalam', berbagai pertanyaan pun muncul di benak kita. Sudahkah anak-anak kita mendapatkan 'tempat yang layak' ketika berada di lingkungan keluarga masing-masing? Sudahkah anak-anak kita mendapatkan 'menu-menu yang bergizi' ketika berada di lingkungan sekoiah mereka? Sudahkah anak-anak-i.kita mendapatkan '.vitamin-vitamin yang
menyehatkah''^'ketika berada'di lingkungan'masyarakat mereka? Sudahkah anak-anak kita 'kemasukan' nilai-niiai
luhur, nilai-nilai adiluhung, dan berbagai nilai tambah yang sernua itu pada gilirannya akan teramat bermanfaat bagi
kemaslahatan urnat manusia? Sudahkah ada 'jaminan' dari kita bahwa.anak-anak kita tidak akan lagi masuk daiam
komunitas 'gapipteks': ;gagap ilmu pengetahuan, gagap
teknqlogi, dan gagap sehi? Sudahkah kohsumsi-konsumsi yang; bempa 'barang tercetak' itu memenuhi kebutuhan anak-anak' lant^fan keberadaahnya yang 'dulce et utile' (menyehangkan' dan 'berguna)? Sudahkah konsumsikohsLimsi yang 'dipertunjukkan' itu merrieriuhi kebutuhan anak-anak lantaran keberadaannya yang dikemas sebagai 'tontonan',-.dengan 'tatanan', sehingga mampu m.enjadi 'tuntunan'?"
-
' ' Sementara
itu,
terkait dengan
perproyeksiekspresian anak-anak, ada permasalahanperm"asalahan''ybng muncul. di depan mata. Sudahkah
tersedia lahan.yahg cukiip kondusif bagi anak-anak untuk mengaktualisasikan diri iriereka, untuk unjuk keboiehan
'gigi' mereka, untuk rriemperformansikan hasil-hasil pengembangan potensi-pptensi ifiereka dalam tangkai ipteks masing-masing ~ baik daiam kawasan yang sempit maupun luas, dalam iingkup yang kecil maupun besar, dalam skala lokal maupun global, dan setemsnya. Sadar atau tidak, kendala hambatan, tantangan,
ancaman, dan gangguan-- untuk semua itu ternyata tidak dapat diabaikan. Yang semuanya itu terkait dengan situasi dan kondisi lingkungan keluarga, sekoiah, dan masyarakat yang so pasti teramat heterogen, pun dilihat dari sudut pandang idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan-keamanan.
Apa pun yang teijadi, kita mesti secara arif mencermati dan mengkritisi berbagai fenomena yang
nampak di permukaan. Sebab, sesu&tu yang secara sepintas tampak memfasilitasi, menyediakan berbagai kemudahan, memberikan penawaran modernisasi, saiahsalah justm dapat menjerumuskan anak-anak, yang pada gilirannya hanya akan membuahkan generasi instan yang seialu cenderung kepada instanisme, sok modern sehingga tanpa sadar kehilanganjati diri, menjadi mogo/karena serba setengah-setengah, atau malah matang sebelum waktunya. Mari kita renungkan! Atau, mau bertanya pada rumput yang bergoyang? (Red-m)