2 minute read

JENDELA

Next Article
BINA ROHANI

BINA ROHANI

Masa Depan Bangsa

dan Pendidikan Anak Masa depan bangsa ini ada di tangan pemimpin-pemimpin bang sa ini di masa depan. Mereka ada-

Advertisement

lah anak-anak kita, anak-anak

Indonesia.

Baik-buniknya. berkualitas-tidaknya kepemimpinan mereka kelak ditentukan oleh perilaku, sikap mental, moral, semangat juang, kecerdasan, kreativitas, dan keberanian mengambil resiko-tentu dengan kalkulasi cermat dan akurat. Demikian pula, diwamai oleh sikap peduli, sensivitas, apresiasi, dan empati. Semua itu diperoleh dari pendidikan berkualitas yang me reka terima, sejak masa kanak-kanak.

Pertanyaannya, siapa yang sesungguhnya bertanggung jawab atas baik-buniknya, berkua litas-tidaknya pendidikan untuk anak-anak kita? Jawabnya, sudah tentu ya 'kita-kita' juga! Kita dalam konteks ini adalah orang tua bag! anak di lingkungan keluarga, adalah guru bagi anak di lingkungan sekolah, adalah tokoh/waiga bagi anak di lingkungan kehidupan masyarakat.

Orang tua di dalam keluarga pimya tanggung jawab besar meletakkan fundamen bagi anaknya, sehingga anaknya bisa tumbuh menjadi anak yang soleh/solihah. Di samping, sesibuk-sibuk mereka, orang tua mesti pimya waktu untuk bergaul dengan anaknya (waktu bayi jadi 'anak-nya sapi", saat anak-anak jadi 'anak nya pembantu'), mengontrol perkembangan

anaknya (bukan mengekang atau membentuk anak), dan menanamkan kepada anak bahwa hidup itu perjuangan/pengabdian/pengorbanan (jangan sampai menjadi instan). 'Orangtua'di seko lah (baca: guru) mesti menyadari bahwa tugas utamanya bukan hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Guru (ha ms bisa digugu Ian ditiru, bukan wagu tur saru) hams mampu memerankan dirinya sebagai: informator / komunikator, organisator, konduktor, motivator, katalisator, director (pengarah), pencetus idea; teacher as ago between (penengah), penyebar luas idea: fasilitator, dan evaluator yang andal. 'Orang tua' di tengah masyarakat luas (baca: tokoh/warga masyarakat) mesti mampu secara bersama-sama menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan dan pengembangan berbagai potensi anak-anak di lingkungannya, sehingga anak akhimya mampu menyeimbangkan dirinya antara sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Diciptakanlah kebersamaan untuk perilaku-perilaku positif dan bukan 'beijamaah' dalam hal-hal negatif.

Upaya ke arah 'sana' tampaknya cukup mudah diucapkan, tetapi rasa-rasanya cukup berat untuk direalisasikan, mengingat berbagai hambatan/ancaman/tantangan/gangguan di 'luar sana'-dari dalam maupun dari luar-cukup mengerikan. Dari 'dalam', betapa 'menu-menu' yangakrab dengan indera anak-anak adalah perikehidupan yang penuh dengan 'contoh-con-

toh' bmtalisme, anarkisme, vandalisme, makin lunturaya perikemanusiaan dan makin maraknya 'perikebinatangan', dst.

Dari 'luar', betapa 'menu-menu' yang dikonsumsi anak-anak sehari-hari adalah perikehidupan instanisme, membuat hidup selalu seperti di awang-awang, ketergantungan yang kian hebat, pengeroposan sikap mandiri, pendistorsian kepemilikan jatldiri, penggerogotan budaya sendiri yang mesti di-uri-uri, dst.

Kalau sudah begitu, atau begini, lantas apa yang hams kita lakukan? Jawabnya, itulah PR saya, PR Anda: PR kita bersama!

This article is from: