jendela
Masa Depan Bangsa dan Pendidikan Anak
Masa depan bangsa ini ada di tangan pemimpin-pemimpin bang
sa ini di masa depan. Mereka adalah anak-anak kita, anak-anak
hanya mengajar,tetapijuga mendidik.Guru(ha ms bisa digugu Ian ditiru, bukan wagu tur saru) hams mampu memerankan dirinya sebagai:informator / komunikator,organisator,konduktor,
Indonesia.
motivator,katalisator,director(pengarah),pen-
Baik-buniknya. berkualitas-tidaknya kepemimpinan mereka kelak ditentukan oleh perilaku,sikap mental,moral,semangatjuang,kecer-
cetus idea; teacher as ago between (penengah), penyebar luas idea: fasilitator, dan evaluator yang andal. 'Orang tua' di tengah masyarakat luas(baca: tokoh/warga masyarakat) mesti mampu seca-
dasan, kreativitas, dan keberanian mengambil
resiko-tentu dengan kalkulasi cermat dan akurat. Demikian pula, diwamai oleh sikap peduli, sensivitas, apresiasi, dan empati. Semua itu
diperoleh dari pendidikan berkualitas yang me reka terima, sejak masa kanak-kanak. Pertanyaannya, siapa yang sesungguhnya bertanggungjawab atas baik-buniknya,berkua litas-tidaknya pendidikan untuk anak-anak kita? Jawabnya,sudah tentu ya 'kita-kita'juga! Kita dalam konteks ini adalah orang tua bag!anak di lingkungan keluarga, adalah guru bagi anak di lingkungan sekolah, adalah tokoh/waiga bagi anak di lingkungan kehidupan masyarakat. Orang tua di dalam keluarga pimya tang-
gung jawab besar meletakkan fundamen bagi anaknya,sehingga anaknya bisa tumbuh menjadi anak yang soleh/solihah. Di samping,sesibuk-sibuk mereka,orang tua mesti pimya waktu untuk bergaul dengan anaknya(waktu bayi jadi'anak-nya sapi", saat anak-anak jadi'anak nya pembantu'), mengontrol perkembangan anaknya (bukan menge-
kang atau membentuk anak),dan menanamkan kepada anak bahwa hidup itu
perjuangan/pengabdian/pengorbanan (jangan sampai
menjadi instan).
ra bersama-sama menciptakan iklim yang kon-
dusif bagi perkembangan dan pengembangan berbagai potensi anak-anak di lingkungannya, sehingga anak akhimya mampu menyeimbangkan dirinya antara sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Diciptakanlah kebersamaan untuk perilaku-perilaku positifdan bukan 'beijamaah' dalam hal-hal negatif. Upaya ke arah 'sana'tampaknya cukup mudah diucapkan, tetapi rasa-rasanya cukup berat untuk direalisasikan, mengingat berbagai hambatan/ancaman/tantangan/gangguan di'luar sana'-dari dalam maupun dari luar-cukup
mengerikan.Dari'dalam', betapa'menu-menu' yangakrab dengan indera anak-anak adalah perikehidupan yang penuh dengan 'contoh-contoh' bmtalisme,anarkisme,vandalisme,makin
lunturaya perikemanusiaan dan makin maraknya 'perikebinatangan', dst.
Dari'luar', betapa'menu-menu'yang dikonsumsi anak-anak sehari-hari adalah perikehidupan instanisme, membuat hidup selalu seperti di
awang-awang, ketergantungan yang kian hebat, pengeroposan sikap mandiri,pendistorsian kepemilikan jatldiri, penggerogotan budaya sendiri yang mesti di-uri-uri, dst. Kalau sudah begitu, atau begini, lantas apa
yang hams kita lakukan? Jawabnya, itulah PR saya, PR Anda: PR kita bersama!
'Orangtua'diseko lah (baca: guru) mesti menyadari bahwa tugas utamanya bukan
t
Drs, SUMARYADI, M.Pd.
Pemimpin Redaks
PEWARA DINAMIKA MARET 2008