cerpea
Ucapan
Selamat Pagi Oleh RUDI INDARTO
BUJUKAN dingin malam tak bisa membuatku segera teitidur. Nikmatnya kopi tubruk di angkringan sebelah kam-
pusku membuatku malas memejamkan mata. Dengan sedikit terpaksa kubaca buku yang kemarin kupinjam dari perpustakaan. Besok pagi ujian pertamaku.07.00 wib
ruang 4D 305 begitu tertera di jadwal. Mungkin jika dari dulu aku belajar, sekarang tidak usah repot lembur sampai malam untuk menghadapl ujian. Waktu merambat
pukul 00.00 ketika televisi menayangkan acara komedi yang menunitku lebih bisa disebut tayangan "saru"-. Kututup buku yang semakin kubaca semakin aku tak mengerti. Kualihkan pandangan pada kotak sialan -yang di sebut televisi itu- ketika adegan-adegan yang semakin "lucu" tersebut ditayangkan. Iklan. Kubuka lagi lembaran-
lembaran buku yang berisi tulisan-tulisan nyaris tanpa gambar. Aku mencoba memahami tiap-tiap kalimat dalam buku itu. Menurut seorang ahli pemahaman itu adalah esensi dari membaca. Bahkan ayat pertama kitab suci agama yang aku anut pun menekankan mengenai membaca. Aku pikir malam ini akan aku coba mempraktikkannya walau hanya sejenak. Lama kutatap tulisantulisan itu namun lambat laun menyerupai gambar bantal. T^pa terasa mataku sudah terpejam.
Segelas kopi sudah di atas meja. Rokok tergeletak di atas asbak. Musik rock telah mengusir malam. Tfelevisi mulai lagi- menayangkan berita kriminal. Sinar matahari menyusup melalui jendela. Tak ada suara burung, hanya
suara knalpot memainkan nada tak enak. Hail sudah pagi. Kusambar tas dan meloncat keluar kamar. Mandi?, nanti
saja kalau mau nongkrong. Sampai perempatan tak lupa aku mampir di warung favoritku. Hidangan sambel goreng kangkung sudah menanti. Kadang aku berpikir kapan aku bisa pintar kalau tiap hari otakku hanya di beri doping kangkung. Tapi tak apalah, toh sampai sekarang otakku juga masih encer terutama dalam menyusun rencana "penyambutan mahasiswi bam" yang setiap tahim selalu memaksaku menerapkan
PC\A>ARa
iiimi
mno
permainan kick and rush layaknya liga Inggris. Seperempat jam terlewat bersama mbok Janah si penjual sambel go reng kangkung yang selalu memberi bonus pembelinya dengan cerita-cerita perang kemerdekaan."Ah, bam saja ditabung sudah hams dikeluarkan lagi". Tiba-tiba teijadi pergolakan hebat dalam pemtku. Dengan sangat terpaksa
aku merelakan sambel goreng kangkung yang bam saja kusantap imtuk diserahkan kepada yang berwajib dalam hal ini mang 2D 121 atau lebih dikenal anak-anak dengan sebutan WC.
Selesai melakukan "tapa brata" kulangkahkan kaki de ngan mantap menuju mang kelas. Thmpak mahasiswi-
mahasiswi dengan dandanan yang menumtku agak gelepotan sedang sibuk memainkan telepon genggam sambil cengar-cengir."Tumben bangun pagi Mas?" sapa salah se
orang kepadaku. Tak kujawab pertanyaan itu, toh hanya pertanyaan basa-basi pikirku. Semua mahasiswa dikelas
ini memanggilku dengan sebutan Mas. Maklum aku sudah angkatan uzur dan mungkin lebih pantas disebut kakek kelas daripada kakak kelas. Beberapa saat kemudian maha siswa yang beranggapan bahwa/eng shui tempat duduk bisa mempengaruhi prestasi mulai berdatangan. Disusul kemudian beberapa mahasiswa figuran yang Iain. Pak Sentlup masuk kelas dengan wajah yang berbinar dan tanpa basa-basi membagikan lembar soal kepada mahasiswanya."Keijakan dengan seksama dan jangan terbum-bum. Jangan tanya teman, kalau tidak bisa kosongkan saja! Kata Pak Sentlup singkat.
Sampai sekarang aku sendiri belum tahu mengapa bisa disebut Pak Sentlup. Nama aslinya Abdullah Slamet, bergelar Doktor dari sekolah luar negeri pula. Menumt para pendahuluku -kakak kelasku yang teidahulu- Pak Sen tlup alergi dengan debu,setiap musim kemarau hidimgnya selalu mengeluarkan sesuatu yang saya kira anda tahu. Sekarang semua mangan sudah ber-AC dan tertutup, debu dari luar tidak dapat masuk mangan maka selamatlah Pak Sentlup dari segala "mara bahaya". Setelah mendapat lembaran soal dan jawaban kucer-