2 minute read

resensi media

Next Article
cerpen

cerpen

Urgensi Pendidikan Karakter

KeBaNYaKaN buku yang bertemakan pendidikan karakter selalu menekankan keyword kebiasaan (habit), teladan, dan character building. Barnawi dan M. arifin mampu menyajikan lebih dari sekedar kulit pembahasan pendidikan ihwal karakter. Kebijakan dan grand design pemerintah tentang pendidikan karakter di Indonesia dimunculkan penulis dalam buku ini. Menyikapi kebijakan tersebut, penulis melengkapi buku ini dengan strategi dan aplikasinya dalam pembelajaran pendidikan karakter. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter kiranya memang sangat tepat disematkan untuk buku ini.

Advertisement

Bukan kali pertamanya pemikiranpemikiran penulis buku ini dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Selain sering dimuat di berbagai surat kabar seperti Kompas, Suara merdeka, Gerbang, Rindang, dan media Pembinaan, Barnawi juga pernah menjadi pemakalah dalam indonesian’s Teacher Conference dan international Conference on Lesson Study. Kejuaraan lomba menulis bagi guru yang diselenggarakan harian Kedaulat

strategi & keBiJakan pemBelaJaran pendidikan karakter penulis: barnawi dan m. arifin • penerbit: ar-ruzz media, 2012 • tebal: 108 halaman

an Rakyat juga pernah diraihnya. Sedangkan M. arifin – partner menulis Barnawi dalam buku ini – masih aktif di berbagai kegiatan keorganisasian, salah satunya adalah sebagai kepala bidang advokasi, kajian, dan propaganda Ikatan Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Seluruh Indonesia (IMaKIPSI) 2010 s.d. 2012.

Buku terbitan ar Ruzz media ini terbilang cukup kecil dan tipis. Buku ringkas namun berisi ini kiranya sangat cocok untuk dipelajari seseorang yang sering mengantuk terlebih dahulu saat hendak membaca bukubuku tebal. Kendatipun demikian, buku setebal 108 halaman ini mengandung nilai dan manfaat yang tak sebanding dengan ukurannya. Pengkajian mengenai pendidikan karakter dapat disimak dalam buku ini. Pemaparan penulis pun menggunakan bahasa lugas yang mencakup ranah teoritis dan praktis. Kajian teoritis dalam buku ini berupa urgensi pendidikan karakter, hakikat pendidikan karakter, prinsip pendidikan karakter yang efektif, serta kebijakan dan grand design pendidikan karakter di Indonesia.

Pada kajian praktis, penulis memaparkan pengaplikasian pendidikan karakter di sekolah. Hal tersebut mencakup strategi dalam pembelajaran pendidikan karakter, kedudukan dan sifat guru, serta contoh silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Tentunya, silabus dan RPP ini yang sudah mengandung muatan pendidikan karakter. Penulis menyadari pentingnya teori manajemen yang mengajarkan bahwa setiap kegiatan apabila direncanakan dengan baik, akan membawa hasil yang baik pula. Satu analogi dengan pembelajaran yang bermuatan pendidikan karakter, apabila telah terencana dengan baik, hasilnya cenderung lebih optimal.

Oleh RINa NaVI UTaMI

Diawali dengan mengedepankan urgensi pendidikan karakter, penulis menyajikan faktafakta kemerosotan pendidikan karakter bangsa ini yang semakin memburuk. Hal ini diduga karena berbagai faktor, diantaranya adalah rendanya pemahaman filosofi teknologi. Dalam buku ini, penulis mengutip pernyataan dari Setiawan Dani (dalam Kompas, 29 September) bahwa teknologi dapat menjadi media penghancur umat manusia setidaknya karena tiga hal. Pertama, teknologi cenderung memudahkan. Hal ini cenderung menjebak seseorang menjadi sosok yang manja, tidak menghargai proses, dan hanya ingin yang serba instan. Kedua, teknologi bisa mendekatkan yang jauh, namun juga bisa menjauhkan yang dekat. Seseorang yang sangat intens dalam penggunaan teknologi dan hanya berkutat pada teknologi tanpa mengindahkan lingkungan sosial disekitarnya bisa jadi akan merasa asing di lingkungan sekitarnya tersebut. Ketiga, teknologi bisa memicu perilaku konsumtif pada penggunanya. lebih dari ketiga hal tersebut, penyalahgunaan dalam pemanfaatan teknologi kiranya juga terus menjadi momok tersendiri di kalangan remaja. Video asusila dan kekerasan remaja kian meresahkan keberadaannya. Teknologi seolah menjajah karakter anak bangsa dengan sangat halus dan yang terjajah tidak begitu merasa bahwa penjajahan sedang berlangsung.

Mengapa perlu adanya pendidikan karakter? Bukankah sudah ada pendidikan agama dan pendidikan Pancasila yang keduanya juga mengajarkan moral, etika, dan baik buruknya sesuatu? Pertanyaanpertanyaan semacam itu kadang kala muncul untuk mengoposisikan kebijakan pendidikan karakter. Namun, lagilagi penulis mampu me

rina naVi utami mahasiswa universitas muhammadiyah purworejo

This article is from: