2 minute read
Jendela
Estafet Kepemimpinan
Di tengah perjalanannya, ada satu lagi tonggak sejarah terpancang di tengah-tengah kampus yang terletak di Karangmalang Yogyakarta– Universitas Negeri Yogyakarta–tepatnya pada 23 April 2009. Pada tanggal, hari, dan jam sore itu, seorang putra terbaik dari UNY dilantik oleh Menteri Pendidikan Nasional di Jakarta sebagai Rektor UNY yang ke-10 untuk masa bakti 2009-2013.
Advertisement
Sebagai Rektor yang ke-10, Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. meneruskan apa yang sudah dicetuskan, dirintis, digalang, dan diperjuangkan oleh para pendahulunya–sejak kampus ini masih bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta (1964)–masing-masing Ir. Widodo (1964-1965), Ir. Samsi Tjokrodigdo (1965-1966), Drs. Sutrisno Hadi, M.A. (1966-1973), Prof. Imam Barnadib, M.A., Ph.D. (1973-1979), Drs. ST. Vembriarto (19791987), Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. (1987-1991), Prof. Dr. H. Djohar, M.S. (1991-1999), Prof. H. Suyanto, M.Ed., Ph.D. (1999-2006), dan Prof. H. Sugeng Mardiyono, Ph.D. (2006-2008).
Memang, pergantian kepemimpinan di sebuah lembaga pendidikan tinggi seperti halnya UNY adalah sesuatu yang lumrah, bahkan– menurut aturan main yang ada–harus terjadi! Sehingga, hal itu tidak perlu dipandang secara berlebihan, namun juga tidak boleh dianggap sepi. Yang pasti, kita tidak perlu ‘mencari-cari sesuatu’ dengan membanding-bandingkan satu dengan yang lain, karena–bagaimanapun dalam diri setiap orang terjadi interaksi–setiap orang tampil dengan segala plus dan minusnya. Yang pasti lagi, siapa pun yang sedang tampil, mesti selalu ingat kata-kata bijak ‘hari ini harus lebih baik daripada kemarin, esok hari harus lebih baik daripada hari ini’.
Bahwa siapa pun – baik yang ada di luar sistem UNY maupun lebih-lebih sivitas akademika UNY – berharap sesuatu, menginginkan sesuatu, mendambakan sesuatu, adalah juga wajar dan sah-sah saja. Misalnya, saya/Anda/kita/kami/mereka berharap agar pemimpin kita adalah pemimpin yang mau memberikan tuntunan dan bimbingan, tidak hanya ‘ngomong doang’ yang indah-indah dan muluk-muluk, tetapi ikut mengerjakan dan berbuat. Kita ingin memiliki pemimpin yang mau dan mampu menunaikan amanatnya dengan sebaik-baiknya.
Bahwa keluarga besar UNY berharap memiliki pemimpin yang mampu tegak berdiri di atas keadilan dan kebenaran, pantang surut ke belakang, meski banyak godaan menghalang. Kita hidup di dalam lingkungan kampus, masyarakat kampus, di situ kita memerlukan adanya saling hubungan secara baik, secara pribadi maupun antarmasyarakat sivitas akademika secara keseluruhan, dalam tugas, pekerjaan, pendidikan, pembelajaran, dan kegiatan-kegiatan sosial-akademik yang lain. Tentu, dibutuhkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya setiap kegiatan berpikir, bersikap, dan bertindak yang proporsional dan profesional. Bagaimanapun, tidak ada pilihan lain, kecuali semuanya secara pasti segera ikut cancut tali wanda, rawerawe rantas, malangmalang tuntas. Di depan sana ada tri dharma perguruan tinggi yang semakin kompleks, di depan sana ada persoalan-persoalan pendidikan yang muncul silih berganti, di depan sana ada world class university yang berdiri tegap menantang. Tantangan untuk pemimpin kita dan untuk kita semua!
drs. sumaryadI, m.pd. pemimpin redaksi