Pewara Dinamika Juli 2011

Page 1

Volume 12 • nomor 43 juli 2011

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

MARI MEmAKmURKAN PERpUSTAKAAN Perpustakaan di UNY makin menjamur, tidak hanya di tingkat fakultas, tetapi merambah hingga tingkat jurusan.


ANAK INDONESIA (INGIN) SEHAT LAHIR BATIN

Organisasi anak di bawah PBB, yaitu UNICEF, untuk pertama kali menyelenggarakan peringatan hari anak sedunia pada bulan Oktober 1953. Tanggal 14 Desember 1954, Majelis Umum PBB lewat sebuah resolusi mengumumkan satu hari tertentu dalam setahun sebagai hari anak se-dunia yaitu pada tanggal 20 November. Sejak tahun 1954 hingga hari ini, jumlah negara yang menyelenggarakan peringatan hari anak sedunia telah meningkat dari 50 menjadi 150 negara. Melalui peringatan tersebut, masalah dan problem yang dihadapi anak-anak di dunia menjadi bahan perhatian negara-negara, organisasi dan lembaga-lembaga internasional. Melalui Hari Anak 2011 ini, marilah kita hadiahkan secercah harapan dan kegembiraan kepada anak-anak di Indonesia! Dunia anak-anak harus menjadi sebuah dunia yang sehat, penuh keriangan dan semangat, bukan dipenuhi dengan pencemaran dan perang atau gangguan dan kekerasan. Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: ARISKA • prosaturripadang.wordpress.com


pena redaksi

P e wa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Lena Satlita, M.Si. PEMIMPIN PERUSAHAAN Prawoto, SE. PEMIMPIN REDAKSI Dr. Nurhadi, M.Hum. SEKRETARIS REDAKSI Dian Dwi Anisa REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Rizka, SH. Drs. Wedho Chrisnarto Tusti Handayani, A.Md. Witono Nugroho, S.I.P. Rhea Yustitie. Ariska Prasetyanawati Hayati Nupus Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, M.A. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Virga Renitasari, S.S. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Norma Chussnah, S., S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Pramushinta Putri Dewanti, S.S. (PPs) SIRKULASI Kusno, S.Pd. Suwanto Sumedi Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Karena yang tertulis akan mengabadi,­ sedang yang terucap akan berlalu. Pe­ patah inilah yang akan selalu menjadi kekuatan bagi tim redaksi untuk selalu menghadirkan Pewara ke hadapan An­ da, para pembaca sekalian. Kerja-kerja redaksi yang selalu berputar dan berku­ tat pada tahap gagas tema, reportase, penulisan, pengeditan, sampai pada pelayout-an tak dipungkiri­sering membu­ ah­kan rasa lelah dan penat untuk di­ la­­lui. Namun, tanggung jawab kami un­tuk menyajikan majalah ini guna­me­ ne­mani dan mendampingi para pemba­ ca sekalian dalam menjalankan rutini­ tas kerja, telah menjadi kekuatan ekstra bagi kami, sehingga terpacu untuk me­ nerbitkan edisi bulan ini. Dan yang ter­ penting adalah, kami ingin tetap abadi, seperti pepatah di atas. Edisi Juli 2011 ini, majalah Pewara Di­ namika menyajikan eksistensi perpusta­ kaan-perpustakaan di beberapa jurusan yang keberadaannya juga digemari pa­ ra mahasiswa. Perpustakaan-perpusta­ kaan jurusan dengan beberapa keluhan seperti penempatan yang kurang stra­ tegis, penampilan fisik yang sempit dan kusam, dan kelengkapan buku yang ku­ rang dikelola menjadi bagian yang juga dimunculkan dalam edisi kali ini. Semo­ ga menjadi masukan yang membangun karena dengan alasan apapun, nyata­ nya perpustakaan jurusan telah menja­ di pendamping bagi jalannya perpusta­ kaan fakultas maupun perpustakaan pu­sat. Terlebih dalam hal kelengkapan ko­lek­si buku-bukunya. Perpustakaan bukan lagi sebatas tem­ pat mencari, membaca, dan memin­jam­ buku saja. Perpustakaan jurusan­kini di­ sulap menjadi ruang publik in­ter­­aktif yang bisa digunakan untuk kegi­at­an se­ lain ketiga aktivitas tersebut.­Mi­sal­nya,

berdiskusi atau bermain scrable.­Per­ pustakaan jurusan­pun menjadi ajang ber­kumpul untuk melampiaskan hobi me­nonton film. Tentu saja setelah itu di­la­ku­kan diskusi untuk mengupas sari­ dari film-film yang baru selesai diton­ ton. Tahap ini yang tidak mungkin dite­ mui di tempat menonton lain, seperti­ bioskop. Mahasiswa UNY kini dihadapkan pa­ da banyak pilihan perpustakaan. Ma­ja­­ lah Pewara Dinamika sedikit memban­tu mahasiswa untuk memilih­ per­pus­ta­ka­ an mana saja yang patut dikunjungi. Ha­ rap­an­nya, budaya membaca­kian tum­ buh di kalangan mahasiswa. Kelak, UNY akan mengambil sisi positifnya jika­ma­ hasiswa menuntut kelengkapan­bukubuku di perpustakaan. Itu tandanya, ma­ha­sis­wa UNY benar-benar “lapar” akan membaca buku. Sementara, di rubrik-rubrik lain, ka­ mi tetap menampilkan berita ringan nan renyah yang kami kumpulkan dari selu­ ruh fakultas dan akan membuat­Anda, para pembaca, tersenyum bangga. Be­ ragam kegiatan diabadikan dalam pem­ beritaan yang menjadi tolok ukur UNY aktif membaur dan mentransfer ilmu-il­ mu pengetahuan terkini lewat semi­nar maupun penemuan-penemuan. Dari si­ ni­lah terukir prestasi-presatsi manis da­ ri mahasiswa UNY. Tak pernah bosan juga kami menga­ jak para pembaca untuk terlibat mera­ mai­kan majalah ini dengan mengirim­ tulisan-tulisan Anda berupa resensi, opi­ ni, cerpen, puisi, bina rohani, maupun­ surat pembaca, ke alamat redaksi. Su­ dah penasaran dengan isi Pewara Dina­ mika edisi ini? Silakan menikmati lem­ bar demi lembarnya. Semoga bisa me­nam­bah wawasan para­ pembaca. Tabik! 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

1


daftar isi Volume 12 • Nomor 43 juli 2011

l a po ra n U ta m a

Mari Memakmurkan Perpustakaan Perpustakaan di UNY makin menjamur, tidak hanya di tingkat fakultas, tetapi merambah hingga tingkat jurusan. dokumen humas

halaman 6

26

36 opini

berita

Selamatkan Budaya Melayu dengan Kongsi Bah­kan banyak yang tak tertarik pada­ keberadaan sastra Melayu klasik.­Se­ bagai contoh, Hikayat Hang Tuah. Ji­ ka dikaji lebih lanjut akan ada nilai ke­indahan yang tak kalah...

dokumen humas uny

Selama ini sastra Melayu seakan te­rus menciut di tengah kepungan­ sas­tra asing khususnya dari barat.

Berita Lainnya • Aplikasi Rute Bus Transjogja • Briket Limbah Jamur Tiram • Membentuk karakter Lewat NilaiNilai Jawa • Wadah Persatuan IndonesiaMalaysia

Hak Paten, Membanggakan atau …? Dies natalis ke-47 tanggal 21 Mei 2011 Universitas Negeri Yogyakarta kemarin diwarnai dengan satu berita­ aktual yang diangkat... 41 bina rohani 5 bunga rampai 42 cerpen 4 dari pembaca 1 dari redaksi 3 Jendela 24 Kabar dari luar 44 pojok gelitik 44 puisi•geguritan•tembang 40 resensi media perancang sampul: kalam jauhari • gambar sampul depan: istimewa

2

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1


jendela BOM MUMBAI DAN BAWANG BOMBAY Serangan bom kembali terjadi di kota Mumbai (India). Kali ini Rabu (13/7/2011) malam. Mum­ bai yang notabene kota ekonomi utama India itu digoncang tiga bom yang berselang masingmasing 20 menit. Ketiga lokasi yang dibom itu: Opera House, Zaveri Bazaar, dan Dadar yang ra­ mai dikunjungi orang. Setidaknya ada 20 orang tewas dan 130 orang luka-luka. Pengeboman kali ini mengingatkan pada pe­ngeboman di Mumbai sebelumnya, Novem­ ber 2008. Kala itu Mumbai diserang dan dibom oleh orang-orang bersenjata asal Pakistan yang menewaskan 166 warga. Akibat serangan ini, hubungan India dengan Pakistan menegang. Mumbai adalah pusat perekonomian India yang menjadi simbol kekuatan ekonomi negara­ kedua terbesar populasinya di dunia­setelah­ Chi­na. Lewat Mumbai pulalah kita dapat me­nik­ mati film-film India yang menjamur di selu­ruh dunia mengikuti peta diaspora orang-orang In­ dia di dunia, juga di Indonesia. Lewat kota ini­ lah kita bisa mengenal Sahrukh Khan, Salman Khan, Aamir Khan, Rani Mukerji, Kajol, ataupun Kareena Kapoor, dan sederet bintang film In­ dia lainnya. Kita mengenalnya sebagai Bombay dengan julukan Bollywood yang mengingat­kan pusat industri film Amerika Serikat yang berna­ ma Hollywood. Konon, produksi film Bollywood lebih banyak ketimbang film Hollywood. Kata bombay bagi para penikmat dunia kuli­ ner sudah tidak asing lagi. Selain bawang me­ rah dan bawang putih, kita masih mengenal sa­ tu lagi jenis bawang: bawang bombay. Ketiga je­nis bawang ini punya peran penyedap yang ber­beda, meski secara umum mereka menjadi pe­lengkap masakan. Mumbai dan Bombay menyaran pada kota yang sama. Hanya secara fonetis masih memi­ liki kedekatan. Mirip seperti nama kota Peking ataupun Beijing. Di Belanda ada kota yang ka­ dang-kadang diucapkan menjadi Den Hag atau The Hague. Di Jerman ada kota yang bisa dise­ but dengan Munich atau Munchen. Meski begitu, jangan sampai Anda menyama­ kan kota di Italia, Milano dengan kota Malino. Meski mirip, kedua kota itu berbeda, satu di ne­ ge­ri pizza dan satunya lagi di Sulawesi, Indo­ nesia. Begitu halnya dengan kota Dubai dan Du­ mai. Yang pertama di Jazirah Arab sedangkan­ yang kedua ada di wilayah Sumatera, Indone­

sia. Sekali lagi jangan terkecoh antara kota So­ lo dan Oslo. Terkait dengan nama-nama geografi seper­ti ini saya teringat dengan Christmast Island. Ba­ rangkali Anda tidak yakin di mana lokasi per­sis pulau ini, meski salah satunya tetangga­dekat ki­ta, di selatan Jawa. Jika Anda mengirim paket­ ke Christmast Island, Anda harus memastikan pulau yang mana karena nama­pulau Christ­ mast­ini yang satu di Samudera­Hindia­dan sa­ tunya lagi ada di Samudera Pasifik.­Jangan sa­ lah kirim. Demikian halnya dengan nama Batavia. An­ da pikir kota ini hanya ada di Pulau Jawa, nama tua kota Jakarta. Anda keliru. Jika Anda buka peta dunia atau google earth, ada empat kota Batavia di dunia. Kita tidak perlu berkecil hati jika tidak tahu­ sejumlah nama geografi di dunia. Di tahun 1980-an seorang presiden Amerika Serikat bah­ kan tidak tahu letak persis negara Granada ma­ na­kala ia dilapori oleh menteri luar negerinya bahwa kala itu telah terjadi kudeta di Granada.­ Sang Presiden berpikir negara­itu ada di wilayah Spanyol, padahal negara yang dimaksud ada­ lah Granada yang terletak di wilayah Amerika Latin. Lagi-lagi sebuah kesama­an nama yang se­benarnya berbeda. Orang Amerika kadang-kadang memang ti­­dak tahu persis geografi di luar negaranya. Ja­­ngan heran jika ada orang Amerika yang me­­na­nyai Anda dengan kalimat, “Where is In­ do­­ne­sia? Is it near Bali?” Kembali ke kasus bom Mumbai. Tiga tahun lalu, November 2008, para teroris asal Pakis­ tan itu bisa masuk kota setelah mempelajari situa­si kota Mumbai atau Bombay lewat goo­ gle earth. Google earth adalah sebuah fasilitas berupa kenyamanan untuk mempelajari geo­ grafi yang bisa dinikmati oleh orang-orang pa­ da awal milenium ketiga; sebuah fasilitas yang tidak bisa ditemui oleh generasi sebelumnya; sebuah fasilitas yang seringkali kita abaikan. Sangat jarang saya dengar para guru atau do­ sen memanfaatkan google earth untuk pem­ belajaran.

Dr. Nurhadi, M.Hum. Pemimpin Redaksi

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Butuh Perbaikan Pelayanan Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ter­ kenal sebagai salah satu kampus besar yang ada di Yogyakarta. Tiap tahunnya, ber­bo­ n­ dong-bondong calon mahasiswa men­daf­tar­ kan diri ingin menjadi bagian dari kampus besar itu. Sederet pres­ tasi juga menjadi bukti betapa terhormatnya posisi UNY di mata universitas-universitas yang ada di Indonesia. Namun sa­yang­nya prestasi tersebut kurang dibarengi itikad baik semua pe­rangkat yang ada di dalamnya. Pada ranah birokrasi misalnya, ada beberapa pela­ yanan mahasiswa di UNY terhitung masih kurang berper­ an sebagaimana mestinya. Di Subagi­ an Pendidikan FMIPA misalnya, tempat mahasiswa mengurus hal-hal terkait administrasi pendidikan. Di subagian ini, saya pernah dimarahi oleh seorang petugas. Saya sampai kaget mengapa sistem pelayanan harus dilakukan sep­

erti itu. Kasus ini membuat saya priha­ tin, meskipun saya juga paham bahwa sebagian dari mereka juga ramah dalam melayani mahasiswa. Bagi saya, pelayan­an kampus selayaknya memu­ satkan tujuan kepada kemudahan ma­ hasiswa dalam menjalani kegiatan pen­ didikan, bukan malah mempersulit atau membuat kurang nya­man. Meskipun sudah alumni, tapi saya

masih berharap kampus tercinta saya men­ja­di lebih baik lagi. Saya percaya, UNY akan menjadi lebih besar jika le­ bih ba­nyak lagi pihak yang berperan. Semoga­dengan tulisan singkat ini, ada per­u­bah­an yang lebih baik bagi ranah bi­ro­kra­si UNY, khususnya pada bagian pe­la­yan­an mahasiswa. Terima kasih. NN alumnus UNY

Pembangunan Perpustakaan FBS Luar Dalam Pembangunan di gedung Fakultas Ba­ hasa dan Seni (FBS) baru-baru ini me­ mang sangat banyak. Tentu saja, hal itu sangat membanggakan bagi civitas akademika UNY khususnya warga FBS.

Yang sangat menarik perhatian adalah pembangunan sebuah ruang untuk per­ pustakaan FBS. Ruang perpustakaan FBS saat ini tentu saja lebih layak diband­ ing sebelumnya. Dengan ukuran yang

cukup luas dan nyaman. Namun, sebai­ knya pembangunan fisik ini juga diim­ bangi dengan pembangunan kualitas di dalamnya. Semisal penambahan kolek­ si buku dan peningkatan mutu pelay­ anan. Terutama buku-buku tentang sastra, baik sastra lokal maupun sas­ tra asing. Jika hal ini dilakukan, maka pengunjung perpustakaan pasti akan semakin bertambah. Etik Wahyuni mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman

4

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1


tips tips Menjaga Buku Tetap “Sehat” O l e h Di a n D. A . Tentu banyak dari pembaca sekalian yang mengoleksi buku. Buku laiknya ma­nusia, perlu dijaga dan dirawat su­ paya tetap “sehat”. Berikut adalah tipstips merawat buku agar terhindar dari masalah bau tidak sedap, jamur, dan serangga. Pastikan rak buku mempunyai sir­ ku­lasi udara yang baik dan tidak da­ lam keadaan lembab. Hindari menyimpan buku di dalam kardus terlalu lama. Asam dalam kar­dus akan berpindah ke buku dan mem­buat buku menjadi kekuning-ku­ ningan. Jika memakai rak kayu, pastikan di­ beri lapisan supaya buku tidak ber­ sentuhan langsung dengan kayu yang juga mengandung asam. Jika memakai rak buku tertutup, usa­­hakan agar sering dibuka supaya­ sirkulasi udara tetap lancar. Jangan mengisi rak buku terlalu pe­ nuh. Posisi buku sebaiknya berdiri dan ber­ jajar ke samping. Hindari pe­ num­pukan buku. Kemudian, kelompok­ kan buku berdasarkan ukuran tinggi su­pa­ya tidak terjadi kerusakan pada pung­gung-punggung buku. Rak buku sebaiknya tidak bersentuh­ an langsung dengan dinding dan le­vel paling bawah tidak bersentuhan langsung dengan lantai agar terhindar dari genangan air dan kelembaban yang berlebihan. Lakukan perawatan berkala seperti membersihkan buku dari debu­dan merotasi posisi buku tiap dua pekan­ sekali. Untuk mengusir ngengat, mengu­ rangi bau tak sedap, menghambat pertumbuhan jamur, menyerap kelem­ baban air di udara, dan mencegah kutu dapat menggunakan cara sebagai beri­ kut: Taburlah kamper di sela buku atau di pojok rak. Taruhlah biji-biji lada putih yang dibungkus potongan kain perca.­

1 2 3 4 5 6 7 8 9

istimewa (REPRO.)

Taruhlah silica gel dalam kemasan atau dibungkus dalam plastik yang berlu­ bang. Atau dengan pengasapan untuk membunuh srangga atau jamur. Jika an­ da mempunyai AC, maka nyalakan sela­ lu dengan temperatur 20-24º C. Kerusakan buku dibagi menjadi tiga.­ Antara lain: Kerusakan ringan. Contoh: halaman­ tengah lepas, cover lepas, halaman sobek. Solusi: perbaiki menggunakan lem dan tempelkan pada bagian halam­ an yang lepas dengan jarak 3-4 mm dari pinggiran kertas. Jika cover lepas, dapat di lem kelmbali dengan mengenali jenis kertas. Jika ada lapisan mengkilat dari cover, maka buang lapisan tersebut du­ lu untuk memperkuat daya lekat lem. Rusak sedang. Contoh: beberapa ha­ laman lepas, cover sobek, staples le­ pas. Solusi: menstaples buku tersebut atau lebih baik dijahit dengan benang nilon. Untuk cover sobek dapat dibuat­ kan cover lagi menggunakan kertas BC dan cover aslinya ditempel, lebih baik lagi jika cover aslinya dicopy warna atau foto copy biasa pada kertas BC. Lebih baik lagi dapat dibor (mata bor 2 - 2,5 mm)untuk kekuatan dan keawetan

A

B

dari koleksi. Rusak berat. Contoh: semua halam­ an lepas untuk koleksi lem pung­ gung, satuan bendel lepas untuk kolek­ si jahit, hard cover lepas dan jahitan lepas, beberapa halaman buku lepas untuk buku tebal di atas 500 halaman, dll. Solusi: untuk hard cover tebal ha­ lam­an lepas semua yang bukan jahit­ an atau lem press biasa, dapat dibor dan di­ja­hit kemudian cover tadi diper­ baiki terlebih dahulu dan dilem pada bagi­an punggung buku setelah kering baru­dilem cover depan belakang dan dipress, sedangkan untuk hard covers­ harus dilepas terlebih dahulu dan dija­ hit satu per satu dengan bagian lain, hingga mennyatu, kemudian lem pung­ gung buku sampai tepi buku sekitar dengan jarak 3,4 mm, langkah beri­ kutnya dipres dengan alat atau ditindi­ hi dengan buku yang tnggi, kegunaan­ ya cepat lengket seperti dipress. Alat yang diperlukan seperti alat potong, dan alat press.

C

Dian D. A. mahasiswa FBS UNY

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

5


laporan utama

MARI MEmAKmURKAN PERpUSTAKAAN Perpustakaan di UNY makin menjamur, tidak hanya di tingkat fakultas, tetapi merambah hingga tingkat jurusan. Oleh sism o n o l a o d e

U

NY adalah lembaga pendidikan­ yang memiliki mahasiswa hing­ ga 4000-an lebih tiap tahun­nya. Ia memiliki kewajiban dalam men­didik dan menempa­calon pem­baharu masa depan itu. Tidak ha­ nya­melalui ruang-ruang pengajaran semata. Juga menekankan pada­daya je­lajah pengetahuan yang makin dekat de­ngan objek yang dikaji dalam labora­ torium-laboratorium hingga memfasil­ itasinya dengan ruang dan tempat di­ ma­ na pengetahuan itu diorganisir, di­­­trans­misikan, dan di kumpulkan, yak­ ni­­ perpustakaan. Perpustakaan tak ubahnya seperti tempat suci yang menghimpun peng­ etahuan dari masa lalu untuk masa de­ pan dan sekaligus tempat rekonstruk­ si peradaban dunia yang dimampatkan dari tiap zaman yang mewakilinya. Hal itu kian terasa saat membaca lembaran buku-buku, video, atau

film serta koleksi lain di dalamnya. Ke­ beradaan perpustakaan tidak lain dari untuk menunjukkan akan kekurangan manusia itu sendiri akan kelemahan­nya untuk mengingat semua hal. Lebih-lebih jika bicara dengan per­ kem­bangan dunia teknologi informasi­ saat ini. Era informasi saat ini telah meng­ ubah wajah ilmu pengetahuan men­jadi informasi tidak lebih dari kebu­ tuh­an informasi sesaat, yang gampang untuk dilupakan yang kemudian ditin­ dih oleh informasi berikutnya dalam ba­nyak tautan/link informasi. Dan den­ gan keberadaan perpustakaan hingga saat ini, seperti menunjukkan akan ke­ le­mah­an prediksi dan premis yang in­ gin dibangun dengan sudut pandang­ teknologi itu sendiri. Ini bukanlah pre­ mis yang skeptis akan kemampuan dan perkembangan teknologi itu sendiri. Bagi UNY justru dengan perkembang­ an teknologi informasi itu sendiri, per­ pustakaan tidak kenal dengan istilah­ ke­ting­galan zaman. Di UNY justru per­ pus­ta­kaan makin dimuliakan dengan­ ba­ ngunan tiga lantai untuk tingkat uni­versitas. Di dalamnya menghimpun­ buku, majalah, jurnal, karya tulis ilmiah, video, dan koleksi lainnya yang meng­ himpunnya dalam lintas keilmu­ an. Tidak hanya sampai di situ, di semua tingkat fakultas UNY juga memi­liki perpustakaan yang memiliki ko­lek­si untuk keilmuan jurusan-jurusan­yang

dinaunginya. Jika itu dianggap masih kurang dan belum spesifik akan koleksi kajian keilmuan yang dimilikinya, per­ pustakaan tingkat­jurusan di UNY juga sudah memfasilitasinya.­ Begitu banyaknya perpustakaan di UNY seperti menunjukkan keseriusan dalam membangun korporasi pengeta­ huan dan perpustakaan yang tidak per­ nah mau menyerah dalam upaya mem­ produksi ilmu pengetahuan itu sendiri dan keinginan yang kuat untuk mema­ jukan sivitas akademikanya. Bahkan be­ berapa perpustakaan tingkat jurusan di UNY sudah menatap masa depan akan bagaimana pengetahuan itu ditrans­mi­ sikan sesuai dengan perkembangan za­ man itu sendiri. Dalam edisi ini, Pewara Dinamika akan malaporakan hal itu un­ tuk pembaca sekalian. Salah satu perpustakaan tingkat ju­ rus­an di UNY yang sudah menginte­gra­ sikan kemajuan teknologi di dalamn­ ya adalah di Jurusan Pendidikan Bahasa­ dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan seni, UNY. Perpustaakaan yang dinamai dengan Self Access Learning Centre­(SALC) ini menggabungkan konsep perpusta­ kaan dan laboratorium. SALC tidak ha­ nya memajang buku semata, namun­ju­ ga telah melengkapi koleksinya dengan materi kuliah keterampilan seperti read­ ing, speaking, writing bahkan listening. Koleksi-koleksi tersebut bisa dinik­ ma­ti dengan menggunakan komputer


yang sudah tersedia di dalamnya. Jika belum puas dan jenuh dengan fasi­li­ tas­yang ada untuk pembelajaran ba­ ha­sa­asing, para pengunjung juga bisa “menghibur diri” dan menikmati film lewat layanan TV kabel yang tersedia.­ La­ yanan tambahannya adalah akses wifi bagi yang membawa tablet atau laptop. Kesemua layanan itu tidak hanya di­ peruntukkan bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris semata. Namun, juga terbuka untuk umum dengan persyaratan yang telah di­tentukan. Kesan yang ingin diba­ngun dalam SALC adalah bukan sekadar­per­ pustakaan dan menekankan­pada­kon­ sep­belajar mandiri untuk pengun­ jung­­ nya. Bahkan untuk pelayanan per­­pus­ta­ka­annya menggunakan sistem­ vo­lun­teer. Dengan sistem pendaftaran sukarela non profesional oleh mahasis­ wa Pendidikan Bahasa Inggris. Itulah fasiltas dan sistem layanan yang ada dalam perpustakaan di SALC Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris. Kami juga tidak menutup-nu­ tupi akan kekurangan yang ada dalam perpustakaan beberapa jurusan yang ada di UNY. Seperti perpustakaan jurus­ an Bimbingan Konseling di FIP, UNY. De­ ngan ruang yang begitu seadanya 3 x 3 meter. Namun, dengan minimnya ukur­ an­ruang tersebut, tidak membuatnya harus berkecil hati dan memiminalisir

pelayanan pada pengunjungnya. Bah­ kan di ruang yang seadanya itu keg­ iatan untuk mendukung pembelajaran mahasiswa masih bisa di fasilitasi, se­ perti adanya diskusi di dalamnya. Minimnya ukuran ruang perpustaka­ an jurusan juga dialami oleh perpusta­ kaan Jurusan Pendidikan Sejarah yang mengakomodir tiga prodi di dalamnya, yakni untuk mahasiswa Pendidikan So­ siologi, Pendidikan Sejarah, dan Ilmu Sejarah. Hal yang serupa juga demiki­ an untuk perpustakaan yang di kelola pihak Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA. Namun, perpustakaan tersebut memi­ liki pengunjung yang tidak sedikit. Ter­ utama dalam mencari referensi perku­ liahan dengan tema keilmuan­yang spe­­si­­fik dan untuk kebutuhan pengerja­ an­­tu­gas kuliah atau skripsi. Perpustakaan-perpustakaan jurusan yang ada di UNY dengan segala kele­ bihan dan kekurangannya, telah mem­ berikan kontribusi yang tidak sedikit dalam membantu kegiatan perkuliahan

mahasiswanya. Bahkan dengan kolek­ si-koleksi yang makin spesifik yang di­ miliki jurusan tersebut tidak hanya me­nerima pengunjung dari kalangan UNY. Keberadaan perpustakaan jurus­ an tersebut juga bisa dinikmati oleh pe­ngunjung dari kalangan masyarakat umum dan mahasiswa dari luar UNY. Maka melalui edisi ini kami ingin mengabarkan pada pembaca sekalian, bahwa fasilitas perpustakaan di UNY tidak kalah saing dengan kampus-kam­ pus besar lainnya. Terpenting dan perlu disadari adalah kualitas akademik juga sangat dipengaruhi oleh perpustakaan yang dimiliki sebuah kampus. Dengan jumlah perpustakaan di UNY dengan ber­bagai jenis dan layanannya,­sudah seharusnya sivitas akademika yang ada untuk memanfaatkan sebagai penun­ jang akademik. Bahkan tugas bersama kita adalah untuk memakmuran perpus­ takaan, seperti halnya upaya agar ilmu pengetahuan kian bersinar dan bergu­ na untuk semua kalangan. Tabik. 


laporan utama

Eksistensi Perpustakaan Jurusan: Lebih dari Sekadar Perpustakaan Di UNY berlimpah perpustakaan. Mahasiswa pun dihadapkan banyak pilihan. Namun, semua pilihan tetap pada satu tujuan, menunjang kualitas akademis. Dari tujuan yang diemban perpustakaan jurusan inilah terangkai harapan untuk memajukannya. Oleh A r iska P ra s e tya n awati

P

erpustakaan sebagai tempat kumpulan­ buku-buku menjadi bagian penting se­ tiap instansi pendidikan karena bisa­ men­jadi acuan peningkatan kualitas aka­demis peserta didiknya. Tidak terkecuali de­ ngan UNY. Keberadaan perpustakaan pusat dan enam buah perpustakaan fakultas, nyatanya­ tidak menghentikan langkah jurusan-jurusan di UNY menyediakan perpustakaan untuk ma­ hasiswanya. Gayung bersambut, mahasiswa pun menilai keberadaan perpustakaan jurusan sa­ngat tepat dijadikan rujukan karena selain tem­patnya lebih dekat dengan ruang kuliah, bu­ku-buku yang disajikan pun lebih spesifik. Perpustakaan jurusan tidak melulu hanya un­tuk aktivitas membaca dan meminjam buku. Self Access Learning Centre atau kita kenal de­ ngan­SALC misalnya. Tempat ini diciptakan un­ tuk mendapatkan kesan lebih dari sekedar per­

foto-foto:Riska/pwara dinamika

8

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

pustakaan. Perpustakaan ini merupakan bagian dari laboratorium jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris yang kemudian menjadi ba­ gian dari Fakultas Bahasa dan seni (FBS) UNY. Nu­ry Supriyanti, M. A sebagai penggagas ide di­di­rikannya perpustakaan ini mengungkapkan bahwa pembelajaran bahasa asing tidak cukup jika hanya dilakukan didalam kelas perkuliah­ an saja. Harus ada yang lebih dari kuliah bia­ sa, dengan belajar mandiri di perpustakaan mi­ salnya. Nury berujar bahwa kemampuan berbahasa­ asing dapat bertambah jika si pembelajar de­ ngan sadar mau belajar sendiri. Pembelajar disi­ ni bukan hanya mahasiswa namun juga terma­ suk didalamnya dosen, staf bahkan nantinya masyarakat mau datang dan belajar mandiri. Ide pendirian SALC sendiri bermula dari kun­ jung­an studi banding UNY ke salah satu lemba­ ga belajar bahasa inggris yang ada di Jakarta dan Bali. Konsepnya adalah mini laboratorium bahasa yang berbasis belajar mandiri. Orang datang kesana, ambil buku atau buka kompu­ ter dan belajar sendiri. Di dalam perpustakaan ini terdapat beberapa­ materi kuliah keterampilan seperti reading, spe­aking, writing bahkan listening yang dapat dipergunakan untuk belajar sendiri dalam seka­ li duduk. Beberapa koleksi skripsi pun ada disini untuk menambah referensi mahasiswa yang se­ dang menyelesaikan skripsi. Hampir sama den­ gan konsep SALC adalah perpustakaan program studi Bimbingan Konseling (BK) UNY. Di perpus­ takaan ini dikhususkan mahasiswa belajar ten­ tang psikologi dan sekitarnya. koleksi buku yang ada hanya satu tema, psikologi. Mahasis­


laporan utama

wa BK bisa menggunakan perpustakaan mini­ nya itu sebagai tempat belajar bahkan berdis­ kusi. SALC pun memberikan penawaran koleksi buku berbahasa inggris cukup beragam. Ada be­ berapa klasifikasi di dalamnya seperti sastra, linguistik, materi kuliah lainnya dan lain-lain. Ruang Publik yang Menyenangkan Ruang perpustakaan BK memang kecil, ru­ angan ini tidak lebih dari 3x3 meter tetapi pe­ ngun­jung bebas di sini. Tidak ada larangan me­ nger­jakan tugas di dalam perpustakaan atau bah­kan mengadakan diskusi. Lebih dari itu

SALC mempunyai penawaran yang lebih lagi, ham­pr secara rutin pengelola SALC mengada­ kan nonton film bareng. Dengan memiliki per­ angkat komputer yang lebih dari 3 yang ter­ sambung dengan internet, maka pengunjung pun bebas berselancar di dunia maya. Sebuah mesin fotokopi tua yang kerap kali ngadat juga ada di ruang SALC. Buku yang ada disana memang takdapat dipinjam keluar, ta­ pi mereka bisa mengopi-nya. Bahkan koleksi ebook dapat juga dicetak pengunjung melalui mesin printer yang juga tersedia disana. Di per­ pustakaan BK kita tidak akan menjumpai me­sin fotokopi tapi kita dapat meminjam beberapa koleksi bukunya untuk dibawa pulang dengan syarat peminjaman tidak boleh lebih dari 2 hari atau akan kena denda Rp.500,- per buku. Basis kemandirian yang diimani 2 perpusta­ kaan ini memang dimaksudkan melatih maha­ siswa unyuk belajar mandiri. Banyak sekali­ ke­un­tungan didapat, jikapun merasa bosan mem­baca atau browsing internet, pengunjung SALC juga dapat bermain kata dalam scrabble. Beberapa papan permainan scrabble memang suda disiapkan oleh pengelola. Adanya dukung­ an dari masing-masing fakultas membuat per­

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

9


laporan utama pustakaan ini tampak nyaman melayani pe­ ngunjungnya. Tidak salah jika perpustakaan jurusan men­ jadi tempat favorit mahasiswa untuk belajar dan bermain permainan edukatif. Sama halnya dengan penilaian mahasiswa Jurusan Pendidik­ an Kimia terhadap perpustakaan jurusannya. “Adanya perpustakaan jurusan sangat mem­ bantu saya dan teman-teman dalam membuat laporan-laporan penelitian. Di sini juga dise­ diakan buka pegangan dari dosen mata kuliah tertentu yang bisa dipinjam dalam jangka wak­ tu satu semester. Selain itu, bagi mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, perpustaka­ an jurusan ini merupakan tempat favorit kare­ na banyak tersedia skripsi-skripsi yang bisa di­ jadikan referani,” aku Lisa Dwiana, mahasiswa Pendidikan Kimia. Eko Febrianto yang tengah sibuk dengan tum­pukan skripsi-skripsi pun menuturkan keg­ iatannya di perpustakaan ini. “Saya biasa da­ tang ke perpustakaan ini seminggu dua kali­ un­tuk menggarap skripsi. Sekarang ini saya se­ dang mencari tambahan pembahasan untuk bab kajian teori. Menurut saya, perpustakaan ini sudah cukup ideal karena buku-buku ma­ teri yang berhubungan dengan kimia dan con­ toh-contoh skripsi lebih lengkap,” tutur Eko. Di saat bersamaan, tiga orang mahasiswi UIN Sunan Kalijaga berkunjung ke perpustakaan di lantai 3 Laboratorium Kimia ini. Mereka adalah Dewi Mayasari, Siti Lailatul hauliyyah, dan Nai­

10

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

li Hikmah. Ketiga mahasiswi Pendidikan Kimia UIN Sunan Kalijaga ini yang bermaksud men­ cari referensi skripsi ini menilai perpustakaan Jurdik Kimia ini sudah tertata dan patut di­ kunjungi. “Walaupun letaknya bisa dikatakan kurang strategis karena terletak di lantai tiga dan posisinya terlalu memojok di sudut paling selatan, perpustakaan ini sangat pas bagi siapa saja yang ingin belajar. Hanya dengan biaya ad­ ministrasi seribu rupiah saja, kami sudah men­ dapat ilmu-ilmu yang lebih sekedar uang terse­ but. Tidak salah rupanya kakak-kakak tingkat kami di UIN memperkenalkan dan menyaran­ kan kami untuk datang ke sini,” ungkap para mahasiswi semester 6 ini. Penuturan senada juga diutarakan Febriyana Muryanto, mahasiswa yang datang ke perpus­ takaan Jurusan Pendidikan Sejarah untuk me­ nyumbangkan buku menjelang akhir statusnya sebagai mahasiswa UNY. “Saya termasuk se­ring­ datang ke perpustakaan ini. Koleksian su­dah sangat bisa meng-cover kebutuhan saya akan referensi-referensi. Namun, ruangan ini ter­lalu gelap dan kurang lebar, sehingga agak kurang nyaman untuk menampung tiga prodi. Lalu, se­ baiknya setiap petugas memakai identi­tas di­ ri agar pengunjung bisa menyapa atau seke­ dar mengetahui namanya,” terang Mahasiswa Pendidikan Sosiologi ini. Pengurus Pun Berbicara Namanya Garnis Herlina, S. Pd.. Alumnus ju­


laporan utama

rusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, pro­ gram studi Bimbingan Konseling (BK) UNY ini sejak Desember 2009 resmi menjadi pegawai kontrak di mana dia pernah menuntut ilmu ke­ guruan konseling dulu. Jurusan pendidikan BK menempatkan Garnis sebagai salah satu labo­ ran. Laboran BK menangani hal yang berbau konseling, pemberian bimbingan oleh ahli kon­ seling kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis. Buku adalah salah satu me­ dia yang digunakan seorang laboran BK dalam kegiatan konseling tersebut. Maka dari itu tam­ bahan tugas Garnis adalah menjaga buku-buku yang merupakan salah satu inventaris labora­ torium jurusan tersebut yang juga sebagai me­ dia terapi. Adalah perpustakaan BK tempat Garnis men­ jaga buku-buku, perpustakaan ini dibuka setiap hari dari jam 07.00 sampai dengan 15.30 wib. Bisa dibilang perpustakaan ini lain dari biasan­ ya, perpustakaan yang dimiliki jurusan BK ini salah satu fungsinya adalah untuk terapi. Kare­ na memang pendirian perpustakaan ini adalah salah satu syarat dari standar operasional peng­ adaan laboratorium konseling yang dimiliki ju­ rusan ini. “Sebenarnya buku-buku ini adalah ba­gian dari terapi pustaka tetapi mahasiswa lebih sering menyebutnya ruang perpustakaan BK daripada ruang terapi pustaka,” terang Gar­ nis. Tidak ada larangan siapa saja yang boleh membaca buku di perpustakaan ini, hanya saja­ kebanyakan pengunjung adalah mahasiswa BK dan dosen BK sendiri, tambahnya. Tidak jarang mahasiswa BK atau psikologi dari kampus UAD juga UII sering datang ke perpustakaan ini. Siam Rubiyanti, S.Ip., pegawai perpustakaan Jurdik Kimia pun menyarankan, “Pada dasar­nya perpustakaan ini ada untuk menunjang re­fe­ren­ si yang dibutuhkan mahasiswa, sehing­ga per­ pustakaan jurusan ini bisa menjadi rujukan.

Dari perpustakaan ini, mahasiswa seharusnya­ lebih banyak menelusur buku-buku dari dalam dan luar kimia. Saya pun menyarankan supaya mahasiswa rutin mengunjungi berbagai per­ pustakaan yang ada di dalam maupun luar UNY.” Namun, saran ini terganjal dengan fakta yang dikuak Zulkarnain, M.Pd., Kepala Labora­ torium dan Perpustakaan Jurusan Pendidikan­ Sejarah. Zulkarnain mengaku prihatin dengan­ kondisi fisik dari perpustakaan Jurdik Sejarah yang lebih pantas disebut “museum”. “Ruang­ an­nya sempit untuk menampung tiga program studi sekaligus. Sangat memprihatinkan! Setia­p hari, keluhan-keluhan terus mengalir dari ma­ hasiswa terkait kurang nyamannya perpus­ takaan. Jurusan sudah menyampaikan keluhan ini ke fakultas, hanya sepertinya belum diper­ hatikan. Kondisi sangat memprihatinkan seper­ ti ini, namun tetap dikunjungi banyak orang. Makanya orang terkaget-kaget karena promo­ si dari mulut ke mulut terkesan ‘mewah’ tapi fisiknya seperti ‘museum’,” tutur Dosen seja­ rah Tata Negara ini. Harapan pun tersimpul dari Zulkarnain yang selalu menerima keluh kesah dari para maha­ siswa dengan kondisi perpustakaan yang tidak nyaman. Pertama adalah fasilitas fisik supaya lebih dipersiapkan dan nyaman untuk menam­ pung 3 program studi, yaitu Pendidikan Seja­ rah, Ilmu Sejarah, dan Pendidikan Sosiologi. Lalu, yang kedua adalah penyiapan tenaga ad­ ministrasi. Adanya seorang pegawai diharap­ kan bisa lebih menarik kunjungan mahasiswa dan tidak mengganggu aktivitas mahasiswa. 

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

11


laporan utama Dari Imbauan sampai Harapan Perpustakaan jurusan telah diminati mahasiswa. Namun, di balik itu semua, ada harapan yang terangkai untuk mengembangkannya. Oleh A r iska P ra s e tya n awati

D

i mana pun lokasinya dan apapun­sta­ tusnya, perpustakaan telah­menja­ di kebutuhan mahasiswa untuk me­­nun­jang kegiatan akademiknya.­ Per­­pus­ta­kaan adalah sarana wajib yang harus di­mi­liki setiap instansi pendidikan. Wajar rasa­ nya­melihat keberadaan perpustakaan yang tum­pah ruah di UNY. Setelah Perpustakaan­Pu­ sat­dan perpustakaan di tiap-tiap fakultas, ma­ hasiswa kini bisa juga meluangkan waktunya untuk mengunjungi perpustakaan yang disedi­ akan jurusannya masing-masing. Tentunya de­ ngan fasilitas yang berbeda-beda. Tengok saja Perpustakaan Jurdik Kimia yang digawangi Siam Rubiyanti, S.Ip. sebagai pengu­ rusnya. Walaupun tampak sepi karena sebagian besar mahasiswa sedang berlibur, Siam Rubi­ yanti tetap tekun melayani aktivitas mahasiswa di perpustakaan ini yang tampak sibuk meng­ garap skripsi. Di perpustakaan ini memang me­nyediakan beragam skripsi yang berkaitan de­ngan kimia, baik pendidikan maupun ilmu mur­ninya. Selain itu, tersedia juga kolokium, laporan praktik lapangan, dan buku-buku refe­ rensi yang lebih spesifik dibanding buku-buku yang ada di perpustakaan pusat atau fakultas. Buku-buku tersebut kebanyakan diperoleh dari instansi-instansi yang bekerjasama dengan Jur­ dik Kimia. Tak hanya berkaitan dengan buku saja, per­ pustakaan yang tampak rapi dan tertata ini melayani fotokopi dan menyediakan CD pem­ belajaran berisi lampiran-lampiran skripsi pen­ didikan yang juga dibuat oleh mahasiswa Pro­ di Kimia dan Prodi Pendidikan Kimia, sehingga bisa di-copy. “Pada dasarnya perpustakaan ini ada untuk menunjang referensi yang dibutuh­ kan mahasiswa, sehingga perpustakaan jurus­ an ini bisa menjadi rujukan. Dari perpustakaan ini, mahasiswa seharusnya lebih banyak mene­ lusur buku-buku dari dalam dan luar kimia. Sa­ ya pun menyarankan supaya mahasiswa rutin­ mengunjungi berbagai perpustakaan yang ada di dalam maupun luar UNY,” imbau Siam Rubi­ yanti.

12

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

Jurdik Sejarah Punya Cerita Secara kuantitas dan kualitas isi, Perpusta­ kaan Jurdik Sejarah patut berbangga dengan keberadaan perpustakaannya. Kondisi ini dise­ babkan tingginya antusias kedatangan tamuta­mu dari luar UNY, bahkan luar Pulau Jawa karena perpustakaan ini memiliki banyak bukubuku langka yang sudah tidak ada lagi di pasar­ an. Kemudian ada juga temuan-temuan maha­ siswa tentang metodologi, tentang metode dan media pembelajaran yang dinilai unggul, se­ hingga banyak dicari universitas lain. “Tidak pernah ada promosi dari jurusan. Mungkin dari mereka sendiri yang menyebarkan tentang per­ pustakaan Jurdik Sejarah UNY dari mulut ke mu­lut kepada rekan-rekannya,” aku Zulkarnain, M.Pd., Kepala Laboratorium dan Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah. Namun, poin yang terpenting dari eksistensi perpustakaan Jurdik Sejarah adalah pernyataan dari para mahasiswanya yang mengaku sangat terbantu, terutama untuk mengerjakan tugas akhir atau skripsi. Perpustakaan ini memang menyimpan skripsi-skripsi dan juga tesis-tesis­ sumbangan dari dosen dalam dan luar UNY. Lantas, bagaimana dengan kualitas fisiknya? Kondisi inilah yang berulangkali disayangkan Zulkarnain, M.Pd. Menurutnya, kunjungan dari mahasiswa dan tamu-tamu dari luar UNY tidak sebanding dengan kondisi fisik perpustakaan yang berada di lantai 1 tersebut. “Ruangannya­ sem­pit untuk menampung tiga program studi


laporan utama sekaligus. Sangat memprihatinkan! Setiap hari, keluhan-keluhan terus mengalir dari mahasis­ wa terkait kurang nyamannya perpustakaan. Ju­rus­an sudah menyampaikan keluhan ini ke fa­kul­tas, hanya sepertinya belum diperhatikan.­ Kondisi sangat memprihatinkan seperti ini, na­ mun tetap dikunjungi banyak orang. Makanya orang terkaget-kaget karena promosi dari mu­ lut ke mulut terkesan ‘mewah’ tapi fisiknya se­ perti ‘museum’,” tutur Dosen sejarah Tata Ne­ gara ini.

foto-foto:Riska/pwara dinamika

Harapan yang Tersimpul Zul­karnain menilai bahwa perpustakaan ini merupakan pengorbanan mahasiswa yang se­ cara sukarela mengelola isinya. Semua isinya me­mang hasil karya mahasiswa, mulai dari alat peraga lewat tugas mata kuliah, buku-buku­ sumbangan mahasiswa baru dan mahasiswa yang akan wisuda, serta pengelolaan yang dihan­dle mahasiswa tetapi tetap ada campur ta­ ngan dari pihak jurusan. Dalam hal pengelola­ an yang ditangani mahasiswa sebagai tenaga ad­mi­nistrasi, tidak ada honor tersedia selain uang transport dengan jumlah tidak seberapa. Dari hasil penyaringan warga Jurdik Sejarah, baik mahasiswa maupun dosen, Zukarnain me­ nyimpulkan dua harapan untuk mengembang­ kan perpustakaan jurusan yang juga aset UNY ini. Pertama adalah fasilitas fisik supaya lebih dipersiapkan dan nyaman untuk menampung 3 program studi, yaitu Pendidikan Sejarah, Il­ mu­Sejarah, dan Pendidikan Sosiologi.­“Banyak­ pilihan perpustakaan tentu semakin baik un­ tuk mahasiswa dengan catatan jika dikelola se­ cara profesional. Salah satu keluhan mahasiswa adalah buku-buku mata kuliah sejarah dan sosi­ ologi yang dicari di perpustakaan pusat maupun fakultas kurang lengkap. Nah, perpustakaan ju­ rusan ini sifatnya membantu. Atau bisa saja nanti solusinya menghilangkan perpustakaan jurusan dengan catatan perpustakaan fakultas dan pusat memberikan fasilitas yang lebih me­ madai untuk menampung buku-buku yang di­ perlukan mahasiswa secara lengkap sebagai konsekuensinya,” ujar Zulkarnain. Terry Irenewati, M.Hum. selaku Ketua Juru­ san Pendidikan Sejarah pun memperkuat state­ ment tersebut. Menurutnya, jurusan sudah se­ ring mengusulkan untuk pelebaran ruang. “Memahami kondisi lahan yang memang sudah pa­dat, kami mengusulkan pelebaran ke arah atas. Tapi belum ada tanggapan lebih lanjut.

Ha­rap­an kami, perpustakaan yang sudah ada sejak tahun 1980-an ini bisa mewadahi kebu­ tuhan dari tiga prodi yang bernaung di bawah Jurusan Pendidikan Sejarah. Syukur kalau bisa sendiri-sendiri karena lebih lengkap untuk sara­ na belajar mahasiswa juga,” harap Terry Irene­ wati dari meja kerjanya. Lalu, yang kedua adalah penyiapan tenaga administrasi. Adanya seorang pegawai diharap­ kan bisa lebih menarik kunjungan mahasiswa dan tidak mengganggu aktivitas mahasiswa. Ke­ter­batasan pendanaan memaksa jurusan me­ ner­junkan 6 orang mahasiswa untuk mengelo­ la perpustakaan ini. Namun, seringkali saat te­ naga administrasi yang berstatus mahasiswa tersebut harus kuliah, sehingga perpustakaan terpaksa ditutup 1-2 jam. “Jangan pandang sebelah mata perpus­ta­ka­ an ini. Isinya sudah oke. Walaupun komputer­ nya sudah usang, manajemen pola-pola penga­ tur­annya sudah tertata setara perpustakaan pu­sat. Itu semua hasil kerja mahasiswa. Namun fisiknya masih belum memadai. Rak-rak bu­ku­­ nya saja bekas. Kami ambil rak-rak yang su­ dah­tidak terpakai lagi di ruang kelas. Tembok­ yang baru dipoles, catnya pun dari sumbangan kawan-kawan mahasiswa. Prasangka saya, ki­ ta akan mendapatkan jauh lebih baik dari ini. Bagaimanapun, jurusan kami adalah jurusan tertua. Sekarang mungkin diprioritaskan jurus­ an yang lain dulu, baru kemudian jurusan Pen­ didikan Sejarah yang diperhatikan. Mudah-mu­ dahan prasangka baik saya ini benar adanya,” harap Zulkarnain lagi. 

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

13


laporan utama Belajar dan Bermain di Perpustakaan Siapa tak kenal dengan kata perpustakaan, tempat di mana kita bisa menemukan banyak buku. Buku apa saja bisa ditemukan tergantung pengklasifikasian buku yang ada di perpustakaan tersebut. Sekarang perpustakaan mempunyai penawaran lebih. Agar pengunjung perpustakaan tak cepat bosan, maka ada banyak kreasi kegiatan di dalamnya. Oleh Rh e a Y ustiti e

Lebih dari Membaca Buku ”Dana yang dimiliki perpustakaan ini me­ mang tidak banyak, tapi kami berusaha mem­ buat kesan perpustakaan ini akan lebih dari cukup,” lanjut Nury. Tahun 2007, perpustakaan ini resmi dibuka. Awalnya hanya ruang yang diberikan oleh FBS untuk pendirian perpus­ takaan. ”Itupun letaknya kurang strategis, di ge­dung C. 13 lantai 3 FBS. Demi menciptakan kesan lebih dari perpustakaan, maka bebera­ pa dosen yang peduli dengan berdirinya ruang sumber belajar ini mengumpulkan dana untuk memasang TV kabel sebagai salah satu media belajar di sana,” tambahnya. Pengunjung tentu saja tak dipungut biaya jika hendak menonton siaran televisi yang hampir di seluruh kanalnya berbahasa Inggris. Tidak hanya itu, ada beberapa kamera pe­ ngin­tai atau CCTV terpasang di ruangan ini se­ bagai pelengkap didirikannya perpustakaan yang berbasis belajar mandiri. Layar televisi LCD plus alat pembesar gambar pun terpasang di sana. Hal ini semata-mata untuk kenyamanan pengunjung. Pengunjung yang kebanyakan ma­ hasiswa pun dapat duduk di sofa yang empuk. Motto mengedepankan pelayanan pengunjung adalah sesumbar mereka. Perpustakaan semacam ini tidak hanya satu. 14

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

foto-foto:rhea/pewara dinamika

S

ebagai contoh adalah perpustakaan pe­ nunjang laboratorium bahasa Inggris­ di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), SALC atau Self Access Learning Centre.­ Per­pus­ ta­­kaan ini dipenuhi buku berbahasa Inggris.­ Nu­ry Apriyanti, M.A., perintis dan penggagas per­pustakaan ini memang bermaksud membu­ at lebih dari sekedar “perpustakaan”.

Di FBS sendiri selain bahasa Inggris juga ada perpustakaan yang dikelola sendiri oleh Jurus­ an Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia­ (PB­SI). Hampir sama tema buku yang ada di 2 ruang perpustakaan ini, sastra, linguistik, ke­ te­ram­pilan bahasa, filsafat, bahkan beberapa ko­leksi skripsi. Hanya saja perpustakaan PBSI lebih sering terlihat tutup daripada buka. Hal ini sangat disayangkan mengingat minat baca mahasiswa di perpustakaan ini lumayan tinggi. Selain di FBS, perpustakaan semacam ini juga ada di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) tepatnya di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, program studi Bimbingan Konseling (BK). Per­ pustakaan mandiri ini memang banyak di UNY namun rupanya di FIP, ini adalah satu-satunya perpustakaan yang dikelola jurusan, sedangkan jurusan lain belum memilikinya. Perpustakaan yang dikelola BK ini memang difungsikan se­ bagai penunjang perkuliahan. ”Jangan pernah mengharap mendapat buku dengan bermacammacam tema di sini. Hanya ada satu tema yaitu psikologi, mulai dari novel, buku kuliah, waca­ na, sampai koleksi skripsi temanya hanya satu


laporan utama

itu,” jelas admin perpustakaan BK yang berna­ ma Garnis Herlina. Banyak Kegiatan Ruang perpustakaan BK memang kecil, tidak lebih dari 3x3 meter, tetapi pengunjung bebas beraktivitas di sini. Tidak ada larangan menger­ jakan tugas di dalam perpustakaan atau bah­ kan mengadakan diskusi. Lebih dari itu, SALC mempunyai penawaran yang lebih lagi, ham­ pir secara rutin pengelola SALC mengadakan nonton film bareng. Dengan memiliki perang­ kat komputer yang lebih dari 3 yang tersam­ bung dengan internet, maka pengunjung be­ bas berselancar di dunia maya. Sebuah mesin fotokopi tua yang kerap kali ngadat juga ada di ruang SALC. Buku yang ada di sana memang tak dapat dipinjam keluar, ta­ pi mereka bisa meng-copy-nya. Bahkan, koleksi e-book dapat juga dicetak pengunjung melalui mesin printer yang juga tersedia disana. Di per­ pustakaan BK kita tidak akan menjumpai mesin fotokopi, tapi kita dapat meminjam beberapa koleksi bukunya untuk dibawa pulang dengan syarat peminjaman tidak boleh lebih dari 2 ha­ ri atau akan kena denda Rp500,00 per buku. Basis kemandirian yang diimani 2 perpusta­ kaan ini memang dimaksudkan melatih maha­ siswa unyuk belajar mandiri. Banyak sekali­ ke­un­tungan didapat, jikapun merasa bosan mem­baca atau browsing internet, pengunjung SALC juga dapat bermain kata dalam scrabble. Beberapa papan permainan scrabble memang suda disiapkan oleh pengelola. Adanya dukung­ an dari masing-masing fakultas membuat per­ pus­takaan ini tampak nyaman melayani­pe­ ngun­­jungnya.

Herlina sebagai pegawai kontrak untuk men­ jaga koleksi buku-bukunya. Sebagai konsekue­ nsi dari pegawai kontrak maka Garnis menda­ patkan gaji sebagai imbalannya. Saat ditanya nominal gajinya, dengan tersipu-sipu Garnis berkata bahwa selama ini gaji yang diterima lebih dari cukup untuk hidup di kota pelajar ini. Perempuan berkacamata ini mengeluhkan sem­ pitnya ruang perpustakaanya tapi disamping itu dia mengaku sangat senang dan menikma­ ti melihat mahasiswa ramai-ramai datang dan belajar disana. Sangat berbeda dengan BK, SALC menerap­ kan sistem volunteer atau pendaftaran sukarela­ dalam pengelolaan SALC. Ada 2 shift yang di­ ber­lakukan dalam mengelola SALC, jam 08.0012.30 dan 12.30-15.30 WIB. Kebanyakan volun­ teer berasal dari mahasiswa pendidikn bahasa inggris sendiri. Ada beberapa yang kebetulan saat itu ada di SALC seperti, Siti Nurjanah, Rys­ tem Lantha Oky, Rika Lutfa, Risa Aprianasalam

Admin dan Sistem Keanggotaan BK menetapkan perempuan bernama Garnis

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

15


laporan utama juga Dewi Nurwidiati dan semuanya adalah mahasiswa pendidikan Bahasa Inggris. Mere­ ka semua dengan sukarela tanpa dibayar men­ gelola perpustakaan ini. Banyak keuntungan menjadi volunteer, mereka lebih mudah men­ gakses internet, lebih murah jika mau fotokopi­ dan print. Apalagi senantiasa bertemu pengun­ jung baru maka haraan mereka dapat lebih be­ lajar bersosialisasi. Tidak ada larangan untuk siapa saja yang boleh masuk dan belajar di perpustakaan ini. Semua lapisan mahasiswa, staf, dosen bahkan masyarakat umum bebas membaca dan berma­ in disana. Hanya saja untuk masalah peminjam­ an buku perpustakaan BK mensyaratkan yang bo­leh meminjam buku adalah mahasiswa BK UNY saja untuk yang lainnya hanya diperke­ nan­kan membaca di tempat. Tidak ada sistem member atau keanggotaan untuk bergabung di perpustakaan BK. Sedikit berbeda, SALC menerapkan sistem member untuk mereka yang mau bergabung dengan SALC. Cukup membayar Rp20.000,00 member mempunyai kesempatan satu tahun be­bas akses di SALC. Tak bergabung menjadi member pun tak apa, pengelola menyebutnya guest atau tamu untuk mereka yang non-mem­ ber. Siapa saja pun bebas belajar mandiri disi­ ni, bahkan ketika wawncara akan berlangsung SALC kedatangan tamu yang hendak belajar di­ sana dari SD Negeri Sumyang, Jogonalan, Kla­

16

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

ten.­Disana mereka dipandu Umar, ketua SALC menonton tayangan berbahasa inggris dan ke­ mudian mereka belajar bersama-sama. Nury Supriyanti, ibu perintis SALC sendiri­ berharap penuh agar nantinya perpustaan ke depan lebih baik, lebih besar, atau bisa juga­di­ tempatkan di tempat yang lebih strategis. Bera­ da di lantai 3 memang kendala besar bagi SALC sendiri. ”Pengunjung banyak yang mengeluh­ kannya, tetapi bagi kami berusaha memberikan pelayanan prima, mampu membantu belajar mandiri adalah semangat kami,” imbuh Nury. Semoga banyak dosen atau pendidik yang mau memperhatikan perkembangan belajar maha­ siswanya agar nantinya ilmu tidak sia-sia,” lan­ jutnya. Siapa mau bergabung? Silahkan lang­ sung datang ke perpustakaan-perpustakaan ini. Selamat belajar dan bermain dalam per­ pustakaan! 


laporan utama Belajar Mandiri di Perpustakaan Apalah artinya perpustakaan jika tidak kita gunakan untuk membaca. Akan mubadzir sekali jika koleksi buku-buku yang ada di masing-masing perpustakaan tak dibaca. Beberapa tahun belakangan masing-masing jurusan atau program studi yang ada di UNY ramai mendirikan perpustakaan jurusan. Bukan tanpa sebab perpustakaan didirikan di beberapa jurusan. Di kampus yang sarat tujuan mencetak pendidik yang unggul ini, perpustakaan adalah salah satu medianya. Ternyata kegiatan didalamnya tidak hanya membaca atau meminjam buku saja. Oleh Rhe a Y ustiti e

P

erpustakaan adalah salah satu tempat­ sumber belajar bagi mahasiswa. Ham­ pir semua mahasiswa memerlukan per­ pustakaan untuk menyelesaikan ma­ka­lah­nya, sekedar membaca atau mencari tam­bahan referensi untuk skripsi mereka. Iden­ tiknya, mahasiswa yang rajin datang ke perpus­ takaan adalah mahasiswa yang dikenal dengan sebutan mahasiswa kupu-kupu, kuliah-perpus­ takaan-kuliah-pulang. Sampai pada style ratara­ta pengunjung perpustakaan yang identik tak

begitu menarik, berkaca mata, pendiam, necis, bahkan bisa dibilang nerd. Tapi tidak untuk be­ berapa perpustakaan yang baru saja didirikan. Mengacu pada cara belajar mandiri atau self acces learning-lah perpustakaan-perpustakaan ini didirikan. Self Access Learning Centre atau ki­ ta kenal dengan SALC misalnya. Tempat ini di­ cip­takan untuk mendapatkan kesan lebih dari se­kedar perpustakaan. Perpustakaan ini meru­ pakan bagian dari laboratorium jurusan Pendi­ dikan Bahasa dan Sastra Inggris yang kemudian

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

17


laporan utama menjadi bagian dari Fakultas Bahasa dan seni (FBS) UNY. Nury Supriyanti, M. A sebagai peng­ gagas ide didirikannya perpustakaan ini meng­ ungkapkan bahwa pembelajaran bahasa asing tidak cukup jika hanya dilakukan didalam ke­ las perkuliahan saja. Harus ada yang lebih dari kuliah biasa, dengan belajar mandiri di perpus­ takaan misalnya. Belajar Mandiri Nury berujar bahwa kemampuan berbahasa­ asing dapat bertambah jika si pembelajar de­ ngan sadar mau belajar sendiri. Pembelajar disi­ ni bukan hanya mahasiswa namun juga terma­ suk didalamnya dosen, staf bahkan nantinya ma­syarakat mau datang dan belajar mandiri. Ide pendirian SALC sendiri bermula dari kunjun­ gan studi banding UNY ke salah satu lembaga belajar bahasa inggris yang ada di Jakarta dan Bali. Konsepnya adalah mini laboratorium ba­ hasa yang berbasis belajar mandiri. Orang da­ tang kesana, ambil buku atau buka komputer dan belajar sendiri. Konsep yang digunakan SALC di UNY hampir sama dengan Self Access Centre (SAC) yang ada di UNS. Hanya bedanya jika di UNY, SALC berdiri dibawah birokrasi fakultas sedangkan di UNS laboratorium SAC ini langsung berada dibawah Universitas. UNS menganggarkan dana untuk keberlangsungan SAC langsung dari universitas sedangkan di UNY, SALC mendapat dana hibah dari beberapa penyalur dana hibah kompeti­ si untuk kelangsungan kegiatan-kegiatannya. Bagian yang sama adalah pada perpustakaan ini didalamnya terdapat beberapa materi kuli­ ah keterampilan seperti reading, speaking, wri­

ting bahkan listening yang dapat dipergunakan­ untuk belajar sendiri dalam sekali duduk. Bebe­ rapa koleksi skripsi pun ada disini untuk me­ nam­ bah referensi mahasiswa yang sedang me­­nye­lesaikan skripsi. Hampir sama dengan konsep SALC adalah perpustakaan program stu­ di Bimbingan Konseling (BK) UNY. Di perpus­ta­ ka­an ini dikhususkan mahasiswa belajar ten­ tang psikologi dan sekitarnya. koleksi buku yang ada hanya satu tema, psikologi. Mahasis­ wa BK bisa menggunakan perpustakaan mini­ nya itu sebagai tempat belajar bahkan berdis­ kusi. SALC pun memberikan penawaran koleksi buku berbahasa inggris cukup beragam. Ada be­be­rapa klasifikasi di dalamnya seperti sastra, linguistik, materi kuliah lainnya dan lain-lain.

foto-foto:Rhea/pwara dinamika

18

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

Manajerial Nury Supriyanti hanya merintis dan meran­ cang adanya SALC ini, sedangkan untuk peran manajerial Nury tidak termasuk didalamnya. Adalah Siti Mu’minatun yang diberi mandat se­ bagai kepala manajer dalam sistem kepenguru­ san SALC. Siti tidak sendiri karena dibawahnya ada manajer pelaksana yang disusun melalui proses volunteer, pendaftaran sukarela non pro­ fesional oleh mahasiswa pendidikan baha­sa ing­ gris. Ada Umar, mahasiswa pendidikan­Bahasa Inggris 2007 yang dipercaya Siti Mu’minatun dkk untuk merawat SALC. Sangat berbeda dengan yang ada di SALC, pro­di BK menggunakan sistem pengangkatan pegawai kontrak 2 tahun yang dibayar untuk­ me­ rawat perpustakaannya. Garnis Herlina, S. Pd adalah alumni prodi BK yang kemudian mela­lui seleksi diangkat menjadi pegawai kon­ trak di perpustakaan tersebut. Namun ada hal yang sama disini, manajerial utama perpus­ takaan ini adalah langsung dari jurusan terkait dan berada dibawah fakultas masing-masing. Jika SALC berada di Fakultas Bahasa dan Seni


laporan utama maka perpustaan BK ada di Fakultas Ilmu Pen­ didikan yang sama-sama berada dibawah kam­ pus calon pendidik, UNY. Keanggotaan Siapapun boleh masuk di perpustakaan ini, tanpa terkecuali. Perpustakaan BK misalnya, tidak melarang siapa saja yang mau belajar di sana. Hanya saja ada peraturan khusus jika mau meminjam buku di perpustakaan tersebut.­Di­ wajibkan mereka adalah mahasiswa BK UNY yang masih aktif menjadi mahasiswa. Lama pe­min­jaman adalah 2 hari, dengan ketentuan mengembalikan lebih dari dari 2 hari harus siap membayar denda Rp.500,- per buku. Berbeda dengan perpustakaan BK, SALC me­ nawarkan sistem keanggotaan. Hal ini tidak diharuskan tapi disarankan karena tidak ada ruginya bergabung menjadi member SALC tam­ bah Umar, manajer SALC. Cukup membayar Rp.20.000,- mahasiswa sah menjadi member­ SALC selama 1 tahun. Gratis untuk member­ yang hendak mengakses internet melalui kom­ puter SALC. Bahkan fotokopi atau print out yang dilakukan member akan lebih murah ji­ ka dibandingkan guest (sebutan non-member). SALC buka setiap Senin sampai Jumat antara jam 08.00-15.30. Tak Cuma Membaca Basi sekali jika di dalam perpustakaan kita ha­nya diwajibkan untuk membaca saja. SALC

me­­na­warkan lebih dari itu, ada program rutin­ non­ton film bareng disini, film yang dipilih­ti­ dak sembarangan ungkap Dian Mudita, salah satu admin SALC yang kebetulan juga maha­ siswa Pendidikan Bahasa Inggris. ”Siapa pun boleh ikut menonton apalagi mereka yang mau mengeluarkan uang minimal Rp.2000,- untuk menonton film tersebut. Fasilitas menonton TV dengan saluran TV kabel pun ada disini. Ada pula akses wifi yang memudahkan mahasiswa­ mengakses internet, bahkan untuk mereka yang tidak memiliki laptop dapat memakai kom­puter yang tersedia di SALC. Cukup murah­ jika mengakses melalui SALC apalagi bagi mere­ ka yang sah menjadi member,” tambah Dian Mu­dita. Begitu pula di perpustakaan BK, mahasiswa dapat bertanya-tanya seputar perkuliahan de­ ngan admin perpustakaan, Garnis yang kebetul­ an juga alumni BK. Ruang diskusi dan membaca sangat dibuka lebar disana. Terapi pustaka atau terapi melalui media bukulah mereka menye­ but kegiataan di perpustakaan BK. Jika perpustakaan BK mempunyai harapan untuk menambah jumlah koleksi buku mereka­ maka begitu juga dengan SALC. Nury sebagai perintis tentu saja berharap perpustakaan­ber­ basis belajar mandiri ini dimanfaatkan­seba­ikbaiknya oleh mahasiswa juga UNY pada­umumn­ ya. Harapan utamanya pula adalah pe­nambahan koleksi materi ajar yang mampu­mem­bantu proses pembelajaran mandiri tersebut. 

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

19


laporan utama Wadah Favorit Mahasiswa Mahasiswa UNY dihadapkan pada banyak pilihan untuk berkunjung ke perpustakaan. Ada perpustakaan pusat, perpustakaan fakultas, dan kini jurusan pun berlomba-lomba memfasilitasi perpustakaan jurusan untuk mendukung proses pembelajaran mahasiswanya. Nilai plus pun ditorehkan mahasiswa akan keberadaan perpustakaan jurusan. Oleh A r iska P ra s e tya n awati

D

itemani Lisa Dwiana, mahasiswi Pen­ didikan Kimia, Pewara bertandang­ ke Perpustakaan Jurusan Pendidikan Ki­mia. Lisa Dwiana bersedia mem­ perkenalkan perpustakaan jurusannya karena menurut Lisa, perpustakaan tersebut layak di­ jadikan wadah belajar, terutama bagi mahasis­ wa dari Jurdik Kimia. “Adanya perpustakaan ju­ rusan sangat membantu saya dan teman-teman dalam membuat laporan-laporan penelitian.­Di sini juga disediakan buka pegangan dari dos­ en mata kuliah tertentu yang bisa dipinjam da­lam jangka waktu satu semester. Selain itu, bagi yang sedang mengerjakan skripsi, per­pus­ ta­kaan jurusan ini merupakan tempat favorit karena banyak tersedia skripsi-skripsi yang bi­ sa dijadikan referani,” aku Lisa Dwiana yang se­ dang bersiap memasuki jenjang semester 3 ini.

foto-foto:Ariska/pwara dinamika

20

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

Namun begitu, bukan berarti bagi Lisa Dwi­ ana perpustakaan jurusannya menjadi tem­pat yang tergolong nyaman untuk selalu dikun­ju­ ngi. “Hanya sayang, ruangnya kecil dan panas. Apalagi posisinya di lantai tiga dengan anakanak tangga yang tinggi. Saya lebih memilih me­min­jam buku ketimbang membaca buku di si­ni. Namun, dalam keadaan mendesak, per­ pus­­ta­ka­an ini tetap menjadi alternatif pilih­an karena dekat dengan ruang kuliah. Kele­bih­an­ nya adalah koleksi bukunya sudah spesifik dan lengkap, serta ditata dengan rapi dan teratur. Apalagi tersedia mesin fotokopi yang bisa di­ gu­nakan setiap saat, sehingga tetap menjadi tem­pat favorit mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia,” ujarnya. Setelah Lisa tenggelam dengan aktivitas ber­ bu­ru buku yang tertata apik di rak-rak,­Pe­wa­ ra pun berkesempatan menanyai Eko Febrianto yang tengah sibuk dengan tum­puk­an skripsiskripsi. Eko Febrianto yang juga ma­ha­sis­wa­ Pendidikan Kimia ini sedang menggarap skrip­ si. “Saya biasa datang ke perpustakaan ini se­ ming­ gu dua kali untuk menggarap skripsi. Se­ka­rang ini saya sedang mencari tambahan pem­ba­has­an untuk bab kajian teori. Menurut saya, perpustakaan ini sudah cukup ideal ka­ re­na buku-buku materi yang berhubungan de­ ngan kimia dan contoh-contoh skripsi lebih leng­kap,” tutur Eko sembari mengutak-atik lap­top-nya. Rujukan Mahasiswa Luar Di saat bersamaan, tiga orang mahasiswi UIN Sunan Kalijaga berkunjung ke perpustakaan di lantai 3 Laboratorium Kimia ini. Mereka adalah Dewi Mayasari, Siti Lailatul hauliyyah, dan Naili


laporan utama

Hikmah. Ketiga mahasiswi Pendidikan Kimia UIN Sunan Kalijaga ini yang bermaksud mencari referensi skripsi ini menilai perpustakaan Jurdik Kimia ini sudah tertata dan patut dikunjungi. “Walaupun letaknya bisa dikatakan kurang stra­te­gis karena terletak di lantai tiga dan po­ si­si­nya terlalu memojok di sudut paling selatan, perpustakaan ini sangat pas bagi siapa saja yang ingin belajar. Hanya dengan biaya administrasi seribu rupiah saja, kami sudah mendapat ilmuilmu yang lebih sekedar uang tersebut. Tidak salah rupanya kakak-kakak tingkat kami di UIN memperkenalkan dan menyarankan kami un­ tuk datang ke sini,” ungkap para mahasiswi se­mester 6 ini. *** Pewara pun beranjak dari kawasan FMIPA menuju ke FISE, tepatnya ke Laboratorium Jur­ dik Sejarah. Laboratorium yang merangkap perpustakaan ini tampak lebih lengang. Hal ini cukup dimaklumi karena kondisi perkuliahan yang sedang libur. Adalah Febriyana Muryanto, mahasiswa yang datang ke perpustakaan ini untuk menyumbangkan buku menjelang akhir statusnya sebagai mahasiswa UNY. “Saya ter­ masuk sering datang ke perpustakaan ini. Ko­ leksian sudah sangat bisa meng-cover kebutuhan saya akan referensi-referensi. Namun, ruangan ini terlalu gelap dan kurang lebar, sehingga agak kurang nyaman untuk menampung tiga prodi. Lalu, sebaiknya setiap petugas memakai identitas diri agar pengunjung bisa menyapa atau sekedar mengetahui namanya,” terang Mahasiswa Pendidikan Sosiologi ini. Perpustakaan Jurdik Sejarah memang me­ nam­pung tiga prodi (program studi) sekaligus.

Antara lain: Prodi Pendidikan Sejarah, Prodi Il­ mu Sejarah, dan Prodi Pendidikan Sosiologi. Febriyana menjelaskan bahwa antara ilmu so­ si­ologi tidak bisa dipisahkan dari ilmu sejarah. Begitu pun sebaliknya. Penjelasannya adalah sa­lah satu metode yang digunakan dalam so­ siologi adalah metode historis. Dalam hal ini para sosiolog selalu memberikan persoalan se­ jarah kepada ahli sejarah, sehingga ilmu seja­ rah dipengaruhi oleh perkembangan sosiologi. Oleh karena itu, antara sejarah dan sosiolo­ gi mempunyai pengaruh timbal balik. Kedua­ nya mempelajari kejadian dan hubungan yang dialami masyarakat. Sejarah mempelajari pe­ ristiwa masa silam, sejak manusia mengenal peradaban. Peristiwa-peristiwa itu kemudian dihubungkan satu sama lain sehingga dipero­ leh gambaran menyeluruh pada masa lampau serta mencari sebab terjadinya atau memper­ kuat tersebut. Selain itu, sosiologi juga memer­ hatikan masa silam, tetapi terbatas pada peris­ tiwa yang merupakan proses kemasyarakatan dan timbul dari hubungan antarmanusia dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Karena alasan inilah Febriyana menyarankan kepada rekan-rekannya di Pendidikan Sosiologi untuk rutin mengunjungi perpustakaan Jurdik Sejarah. “Jangan segan datang kemari karena ba­gai­ma­na­pun ilmu sosiologi tidak bisa lepas da­ri ilmu sejarah, sehingga referensi yang ki­ ta dapat dari sini bisa menunjang kualitas aka­ demik kita mengingat lengkapnya buku-buku yang dimiliki perpustakaan ini,” pesan Febriya­ na kemudian. 

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

21


laporan utama

Garnis Herlina, Setiaku untuk Buku-buku Bagi Garnis pekerjaan menjaga buku-buku di laboratorium BK merupakan media terapi. Oleh Rh e a Y ustiti e

G

arnis Herlina, S. Pd adalah perempu­ an kelahiran Pacitan 5 Oktober 1986. Garnis alumni Universitas Negeri Yog­yakarta (UNY) tahun 2009. Dia be­la­jar di jurusan Psikologi Pendidikan dan Bim­bing­an, program studi Bimbingan Konse­ ling (BK). Kecintaanya pada UNY tidak hanya sampai saat dia lulus kuliah. Selesai kuliah pada tahun 2009 perempuan berkacamata ini menco­ ba mencari peruntungan dengan melamar se­ bagai pegawai kontrak di almamaternya yang tercinta, UNY. Akhirnya, terhitung sejak Desem­ ber 2009 dia resmi menjadi pegawai kontrak dimana dia pernah menuntut ilmu keguruan konseling dulu. Jurusan pendidikan BK menempatkan Garnis­ sebagai salah satu laboran. Jangan pernah mem­ bayangkan laboran ini sama dengan yang di­ker­ ja­kan laboran medis, kimia, atau bahkan fi­si­ka. Laboran BK menangani hal yang berbau kon­

se­ling, pemberian bimbingan oleh ahli konse­ ling kepada seseorang dengan mengguna­kan metode psikologis. Buku adalah salah satu me­ dia yang digunakan seorang laboran BK dalam kegiatan konseling tersebut. Maka dari itu tam­ bahan tugas Garnis adalah menjaga buku-buku yang merupakan salah satu inventaris labora­ torium jurusan tersebut yang juga sebagai me­ dia terapi. Adalah perpustakaan BK tempat Garnis men­ jaga buku-buku, perpustakaan ini dibuka se­ tiap hari dari jam 07.00 sampai dengan 15.30 wib. Bisa dibilang perpustakaan ini lain dari biasanya,­perpustakaan yang dimiliki jurusan BK ini salah satu fungsinya adalah untuk­terapi.­ Kare­na­memang pendirian perpustakaan ini ada­­lah­salah satu syarat dari standar operasio­ nal­­­peng­adaan laboratorium konseling yang di­ miliki jurusan ini. ”Sebenarnya buku-buku ini adalah bagian dari terapi pustaka tetapi maha­ siswa lebih se­­ring menyebutnya ruang per­ pustakaan BK da­ri­­pada ruang terapi pustaka,”­ terang Garnis.

foto-foto:Rhea/pwara dinamika

22

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

Bebas Membaca Tidak ada larangan siapa saja yang boleh mem­baca buku di perpustakaan ini, hanya saja­ kebanyakan pengunjung adalah mahasiswa BK dan dosen BK sendiri, tambahnya. Tidak jarang mahasiswa BK atau psikologi dari kampus UAD juga UII sering datang ke perpustakaan ini. Sis­ tem keanggotaannya tidaklah sulit, semua bi­ sa menjadi peminjam di ruang terapi pustaka­ ini. Tidak ada member atau keanggotaan dalam sistem peminjaman buku disini, semua bebas datang dan membaca. Buku boleh dipinjam de­ ngan syarat meninggalkan Kartu Tanda Maha­ siswa (KTM) atau kartu identitas lainnya seper­ ti KTP atau SIM. Peraturan meminjam tersebut tidak berlaku untuk mahasiswa diluar UNY. Mereka hanya bo­


laporan utama leh membaca ditempat. Apalagi untuk koleksi skrip­si yang ada disini, jelas tidak boleh keluar­ dari ruangan ini, silahkan catat yang perlu tan­ pa memfoto juga,” jelas perempuan asli Pacitan­ ini. Tidak ada penarikan uang untuk bergabung dengan perpustakaan ini alias gratis. Hanya sa­ ja yang harus diperhatikan adalah jangan sam­ pai mengembalikan buku lebih dari dua hari jika tidak mau dikenai denda Rp. 500,- per buku­ nya. ”Perpustakaan ini selain difungsikan sebagai salah satu metode terapi juga sebagai media pe­ nunjang perkuliahan. Maka koleksi pa­ling ba­ nyak buku yang ada di perpustakaan ini hanya khusus seputar psikologi saja,” imbuh Garnis.­ Koleksi skripsi pun juga dari jurusan BK saja tidak ada satupun dari jurusan lain.

foto-foto: dokumen humas unY

Masih Banyak Kekurangan Mantan mahasiswa BK angkatan 2005 ini mengaku senang menjadi bagian dari labora­to­ ri­­um­BK. ”Saya dapat membaca buku yang ada disini semau saya,” tambahnya. ”Sayang­seka­ li­­koleksi buku yang ada disini sangat sedikit, mes­kipun buku yang ada disini khusus seputar bidang psikologi saja, tapi menurut saya juga­ masih terlalu sedikit,” lanjut­Garnis. Perem­puan berkerudung ini menambahkan bahwa selama ini buku yang ada di rak-rak perpustakaan mer­ upakan hibah dari dosen atau bisa buku hadi­ ah, sering juga berasal dari pembelian insiden­ tal oleh jurusan BK. ”Ada anggaran khusus pengadaan buku tapi tidak besar jika dibandingkan dengan perpus­ takaan pusat. Apalagi anggaran yang ada harus juga dibagi-bagi dengan anggaran perawatan perpustakaan. Perpustakaan ini cukup muda,­ baru tahun 2008 perpustakaan ini dibuka­mes­ kipun laboratorium BK sudah ada sejak 2006. 3 tahun sudah perpustakaan ini ada, senang seka­ li melihat mahasiswa rajin membaca buku disi­ ni bahkan mengadakan diskusi disini,” ungkap­ nya. Garnis tidak hanya sekedar menjaga buku tapi dia juga mengajak mahasiswa BK membuat kelompok diskusi yang bisa membantu perkuli­ ahan, rencananya mulai ajaran baru kelompok diskusi ini akan mulai berdiskusi. Perempuan yang dikenal ramah ini mencoba berkeluh kesah dengan kendala yang dihadap­ inya yaitu sempitnya ruang perpustakaan ini. Antusias mahasiswa yang datang ke perpusta­ kaan sangat besar namun sangat disayangkan ruangan ini tak mampu menampung lebih dari

10 orang. Sebelah ruang perpustakaan ada juga­ ruang-ruang lain yang digunakan dalam me­ nunjang perkuliahan BK tapi ruang perpusta­ ka­an ini bisa dibilang sempit sekali. Sebelah perpustakaan adalah ruang kelas untuk prak­ tek kuliah, tiap-tiap ruangan hanya dipisahkan dengan tripleks. Jelas sekali tak boleh ribut jika­ ada di ruangan ini. Maka Garnis mengungka­ pkan dengan nada sedikit memohon agar ru­ angan ini bisa diperlebar sehingga mahasiswa dapat leluasa membaca juga belajar di perpus­ takaannya ini. Sudah hampir 2 tahun perempuan kelahiran­ 1986 mengelola ruang ini. ”Ada rasa cinta yang tak mampu saya ungkapkan,” aku Garnis. Bah­ kan jika per Desember 2011 nanti ada tawaran perpanjang kontrak, Garnis bersedia mengelo­ la perpustakaan ini lagi. Melihat minat baca di perpustakaan ini lumayan tinggi maka Garnis­ berharap bahwa suatu saat perpustakaan ini lebih dari sekedar terapi pustaka yang mulanya­ hanya syarat pelengkap sebuah laboratorium BK saja. Lebih dari itu harapnya pula ada penambah­ an koleksi buku bertema psikologi lebih ban­ yak lagi. Perpustakaan ini nantinya lebih ramai mahasiswa yang ingin belajar entah itu dengan membaca atau berdiskusi. Bahkan bisa juga ma­ hasiswa BK mulai menerapkan belajar mandiri di perpustakaan ini. ”Ya, harapan saya semoga­ didengar dan mahasiswa pun setuju,” pungkas­ Garnis di akhir wawancara dengan Pewara. 

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

23


kabar dari luar Pengelolaan Arsip

Berkembang Ikuti Kemajuan Teknologi

dokumen pribadi

Manajemen pengelolaan arsip terus­ ber­kembang mengikuti kemajuan tek­ no­logi yang ada di masyarakat. Jika du­ lu arsip dikenal hanya dalam bentuk­ teks­tual dan audio visual, saat ini sudah­ dikenal juga arsip dalam bentuk elek­ tronik. Kemajuan Teknologi Informasi (TI) memberikan kemudahan untuk mel­ akukan kegiatan pengumpulan sejum­ lah alat bukti perjalanan sejarah terse­ but. “Jadi sekarang itu sudah jamannya dengan komputer dan TIK (Teknologi In­ formasi dan Komunikasi). Sudah tidak jamannya lagi misalnya dengan buku agenda atau kartu kendali. Sekalipun itu arsip masuk desa,”papar Kepala Arsip Nasional HM Asichin SH dalam seminar Kearsipan Terintegrasi dengan Perkembangan Teknologi Informasi be­ berapa waktu lalu. Kemajuan TI telah mampu memban­ tu manajemen arsip secara dinamis yak­ ni pengelolaan arsip secara efektif dan efisien. Termasuk diantaranya kebutuh­ an untuk perawatan dan penyusutan arsip sesuai perkembangan yang terja­ di. Namun demikian, pengelolaan de­ ngan teknologi harus diikuti dengan ke­ bijakan pengelolaan. Masalah pengamanan seperti­ sis­tem­ pengamanan terhadap akses, lega­litas pembuktian dan penggunaan­ ter­ha­dap­ 24

P ewara Di n amik a J un i 2 0 1 1

media, kondisi lingkungan, pe­ nyim­ pang­­­an dinilainya menjadi­ rawan­ de­ ngan­perkembangan psikososial­ma­ sya­­ra­kat. “media kertas tetap penting se­­lain media elektronik karena masalah otentisitas pembuktian di persidangan misalnya,” tandasnya. Meski sudah ada peraturan perun­ dangan UU Informasi dan Transaksi Elek­tronik (ITE) maupun UU Keterbuka­ an­Informasi Publik (KIP), keberadaan ar­sip menurutnya tetap bersifat terbu­ ka. Hal tersebutlah yang harus menda­ patkan penyikapan secara arif, karena­ keterbukaan arsip tetap menuntut peng­gunaan yang sesuai tempat dan ke­ je­las­an lembaga yang dapat memanfa­ atkan secara hukum yang berlaku. Lebih lanjut dituturkannya, arsip me­miliki peranan paling penting dari semua asset yang dimiliki oleh negara.­ Arsip menjadi waqrisan nasional dari generasi ke generasi yang perlu untuk dipelihara dan dilestarikan keberadaan­ nya. Mengutip sebuah ungkapan, ting­ kat keberadaban suatu bangsa dapat di­ lihat dari pemeliharaan dan pelestarian arsip. Praktisi Pengelola Arsip Drs Macho­ med Effendi menegaskan, keberadaan arsip elektronik sangat mendukung kebutuhan efisiensi dan efektifitas pe­ ngelolaan arsip. Sejumlah kegiatan se­­­

per­ti duplikasi, pengiriman, pemrose­ s­ an, penyimpanan dan penemuan kem­bali arsip dalam rangka pengem­ bangan maupun penyusutan lebih mu­ dah dilakukan. Dengan fasilitas TI, kegiatan terse­ but dapat dilakukan secara mudah den­ gan system yang sudah tersusun secara otomatis. “Disamping itu tentu kita bi­ sa mengklasifikasi arsip yang kompleks dan bermacam-macam dalam berbagai format dan media penyimpanan dilaku­ kan oleh mesin,” tutur pengelola arsip salah satu perguruan tinggi tersebut. Kendati demikian, meski menawar­ kan sejumlah kemudahan yang bertu­ juan memenuhi kebutuhan efisien dan efektifitas, karena teknologi adalah­cip­ taan manusia, dipastikannya juga me­ miliki keterbatasan. Sehingga penggu­ naannya untuk mengelola arsip tetap perlu untuk memikirkan mengenai jang­ka waktu atau usia dari teknologi yang dimanfaatkan. Selain itu, factor keterbukaan namun bertanggungjawab sesuai aturan terha­ dap penggunaan arsip juga menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam pengelo­ laan arsip. “Arsip bersifat terbuka, na­ mun pemanfaatannya harus tepat, baik dari sisi waktu, tempat maupun aturan yang berlaku,” tandasnya. maha deva


kabar dari luar Anak Hiperaktif

Perhatian Orang Tua Jadi Alat Terapi Anak yang memiliki kecenderungan hi­peraktif, memiliki image negatif di masyarakat seperti kurang pintar. Hal tersebut dikarenakan, anak hiperaktif dinilai tidak memiliki kemampuan un­ tuk mengontrol perilaku melebihi ratarata anak pada umumnya. Perilaku hiperaktif juga cenderung memberikan kerugian baik pada diri sen­diri ataupun orang lain yang ada di sekitarnya. “Semua itu karena penga­ ruh ketidakmampuan untuk mengon­ trol perilaku,” sebut Psikolog Anak Dr MH Adiyanti dalam diskusi apakah anak saya hiperaktif. Hiperaktivitas secara mendasar me­ miliki tiga gejala utama yakni in aten­ si atau ketidakmampuan memusatkan perhatian. Impulsivitas atau kemam­ puan untuk bereaksi secara cepat tanpa­ harus berpikir panjang dan hiperaktivi­ yas atau kemampuan melakukan aktivi­ tas fisik secara berlebihan diatas ratarata orang seusia. Kondisi tersebut sering kali muncul karena faktor fisiologis dan neurologis dari ibu saat mengandung. Konsumsi obat tertentu menjadi penyebab mun­ culnya sikap hiperaktif pada anak terse­ but. Namun demikian, jika penyebab dari obat tidak terbukti, maka perilaku tersebut dapat pula muncul akibat pola­ asuh yang salah. “Karenanya, orang tua dan guru di se­ko­lah harus mampu mengatur pola ko­mu­ni­kasi dengan anak secara baik. Kebiasaan bertindak kasar dan bersua­ ra keras pada anak sebaiknya dihindar­ kan,” tandasnya. Dokter Spesialis Anak dr Ratih SPA mengatakan, hiperaktif terjadi akibat adanya gangguan dalam upaya pemu­ sat­an perhatian dan aktivitas. Hal ter­ se­but menimpa antara empat hingga enam persen anak usia sekolah. Semen­ tara untuk usia dewasa, kasus­nya ter­ catat antara dua hingga empat persen. Hasil evaluasi kasus yang terjadi di masyarakat, hiperaktif cenderung mun­

dokumen pribadi

cul pada anak laki-laki. “Lebih seri­ng ter­jadi pada laki-laki dibandingkan wa­ ni­ta. Umumnya pada anak sebelum usia 7 tahun,” tandasnya. Dari analisa yang dilakukannya, fac­ tor penyebab munculnya sikap hiperak­ tif pada anak ada tujuh macam, yakni genetik, diet gula dan zat pengawet, po­ la asuh yang buruk, masalah keluarga, sekolah yang tidak efektif, adanya pen­ garuh rokok dan alkohol saat kehamilan serta adanya perlukaan di otak. Kasus hiperaktif dapat diketahui de­ ngan mengenali gejala yang muncul­ dari anak seperti perilaku mudah frustasi, menangis, overaksi dan cepat marah. Kondisi lain yang juga harus diperhatikan adalah rasa percaya diri rendah, sulit berteman, sulit beradap­ tasi dan kurang matang secara sosial.

Penanganan terhadap anak hiper­ aktif dapat dilakukan dengan terapi kon­se­ling dan obat. Namun demikian perananan orang tua dan sekolah seba­ gai lembaga pendidikan juga memiliki fungsi penting dalam hal penyembuhan anak hiperaktif. “perlu ada peran orang tua dan sekolah dalam memberi pendi­ dikan yang baik pada anak,” tegasnya. Sementara upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar anak tidak menja­ di hiperaktif adalah, perilaku menghar­ gai anak apa adanya, memberikan per­ hatian dalam hal waktu komunikasi yang lebih serta penggunaan tutur bi­ cara yang lembut dan positif. “Namun hal ini juga harus diikuti dengan sikap tidak mentolerir perilaku yang tidak sesuai,” tandasnya. sugianto

P e wara Din a m i ka j u n i 2011

25


berita Kongsi UNY dan UKM

Selamatkan Budaya Melayu dengan Kongsi

foto-foto dokumen humas FBS

Selama ini sastra Melayu seakan terus­ men­ ciut di tengah kepungan sastra­ asing­khususnya dari barat. Bahkan ba­ nyak yang tak tertarik pada kebera­da­ an sastra Melayu klasik. Sebagai contoh, Hikayat Hang Tuah. Jika dikaji lebih lan­ jut akan ada nilai keindahan yang tak ka­lah pada karya sastra ini dibanding sastra barat gubahab William Shakes­ pare. Kemirisan inilah yang mendasari dia­ dakannya seminar bertema “Masa De­ pan Pengkajian Indonesia Jawa-Mela­ yu”.­Seminar yang berlangsung pada Selasa, 5 Juli 2011 di Gedung Pusat La­ yanan Akdemik (PLA) ini dihadiri oleh Prof. Ding Choo Ming dari Universiti Ke­ bangsaan Malaysia (UKM) dan Prof. Dr. Su­minto A. Suyuti dari Fakultas Bahasa­ dan Seni, Universitas Negeri Yogyakar­ ta (UNY). Prof. Ding Choo Ming mengungkap­ kan bahwa globalisasi memang mem­ buat dunia semakin indah dan menarik. Namun, keindahan tersebut seakanakan hanya dimiliki kebudayaan barat. 26

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

Ia juga berpendapat sebaiknya pengka­ jian budaya Jawa- Melayu tidak hanya dilakukan secara multidisipliner mela­ inkan juga secara interdisipliner. Pada sesi selanjutnya, Prof. Dr. Su­ minto A. Sayuti menjelaskan penting­ nya melakukan pemahaman terhadap humanisme klasik dan positivisme his­ toris untuk menunjang pembangunan ketahanan budaya. Guru Besar FBS UNY ini juga melontarkan istilah regio-loka­ lisasi, yakni transfer, adaptasi, medan perkembangan yang berkenaan de­ngan nilai pengetahuan, teknologi, dan nor­ ma-norma perilaku dari dan untuk kon­ teks regional dan lokal. “Kongsi Indo­

nesia-Malaysia yang dimaksud berada dalam konteks ketahanan budaya di ting­kat regional dan lokal sekaligus, se­ hingga kita bisa berbicara di hadapan­ “ba­rat” secara egaliter dan berani,” je­ lasnya. Seminar ini berlanjut pada 6 Juli­ 2011 dengan Diskusi Implementasi Ran­ cang­an MoU UNY-UKM di Ruang Si­dang Lantai II Rektorat UNY yang diha­diri Pembantu Rektor I dan Pembantu Rek­ tor II UNY. Dalam diskusi kali ini diba­ has mengenai rencana program dan ke­gi­atan yang diharapkan dapat dilak­ sanakan sebagai bentuk kerjasama an­ tara UNY-UKM. Disepakati pula bahwa pada 18 Juli­ akan ada penandatanganan MoU antara­ UNY dan UKM. “Tujuan Seminar­ini me­ mang untuk mencari arah MoU dan pro­ gram apa saja yang dapat dilakukan­ un­tuk melihat masa depan pengkajian­ Ja­wa-Melayu,” tutur Venny Indria Eko­ wati, S. Pd, panitia seminar yang juga do­sen Pendidikan Bahasa Jawa FBS UNY. dian


berita teknologi Informasi

Aplikasi Rute Bus Transjogja Juni Susanto, mahasiswa jurusan Pen­ didikan Teknik Informatika Fakultas Tek­nik Universitas Negeri Yogyakarta menciptakan aplikasi rute bus Transjog­ ja dan informasi wisata kota Yogyakar­ ta berbasis J2ME sebagai penyelesaian skripsinya. Aplikasi ini merupakan sua­ tu sistem yang dikembangkan pada mo­ bile phone yang berisi tentang informasi rute bus Transjogja dan tempat wi­sa­ ta di Kota Yogyakarta yang dapat­di­ akses tanpa tergantung dengan­ko­nek­ si internet. Santo, sapaan akrabnya, menjelas­ kan latar belakang pembuatan aplikasi ini karena beberapa media yang mem­ berikan informasi tentang rute bus Trans­jogja dan tempat wisata di Yogya­ kar­ta memiliki banyak kekurangan, di­ antaranya informasi tentang rute bus Transjogja yang masih menggunakan media cetak yang kurang fleksibel. Selain itu sistem berbasis website ju­ ga belum tersebar merata di Yogyakar­ ta. Padahal, para pengguna jasa Trans­ jogja dan wisatawan yang datang ke kota Yogyakarta sangat membutuh­ kan informasi rute bus Transjogja dan tempat wi­sata di Kota Yogyakarta baik wisata­alam, wisata sejarah, wisata edukatif, wisata kuliner mau­pun wisa­ ta budaya. Fungsi kerja aplikasi ciptaanya terdi­ ri dari dua menu, yang pertama adalah informasi tentang rute bus Transjogja yang mana berfungsi untuk menunjuk­ kan info rute, list trayek bus Transjogja untuk rute 1A, 1B, 2A, 2B, 3A, 3B, 4A dan 4B yang dapat dipilih untuk mengeta­

dokumen humas fise

hui rute yang dilewati, terdiri dari list tempat atau halte yang dilewati oleh se­ buah trayek bus yang dipilih oleh peng­ guna aplikasi. Menu yang kedua adalah Info wisata,­ Menu info wisata terdiri dari list jenis wisata yang dapat dipilih sesuai kebu­ tuhan user. Jenis wisata yang ada dalam aplikasi ini adalah wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata­kuliner,­ dan wisata umum. Setelah memilih jenis wisata yang diinginkan kemudian akan ditampilkan list wisata yang ada di kota Yogyakarta sesuai jenis yang dipi­

lih dan juga dilengkapi dengan gam­ bar­objek wisata dan keterangan sing­ kat­untuk objek yang dipilih. Untuk pengembangan aplikasi cip­ta­ annya, mahasiswa yang gemar bermain gadget ini ingin aplikasinya dikembang­ kan khususnya untuk informasi wisa­ ta, dapat ditambahkan wisata belanja, wisata pemancingan, dan area juga le­ bih diperluas misalkan diseluruh Yogya­ karta dan juga dengan menambahkan lokasi keberangkatan dan tujuan yang lebih lengkap pada menu cari jalur. haryo

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

27


berita SEMINAR NASIONAL

membentuk karakter lewat nilai-nilai Jawa Adigang, adigung, adiguna lan ojo du­ meh. Ungkapan Jawa tersebut tentu sa­ ja sering kita dengar. Namun, tak sedikt yang tidak tahu makna apa yang ter­ kandung didalamnya. Ungkapan diatas mengajarkan kita agar tidak sombong dan tidak merehkan orang lain saat ki­ ta berkuasa, karena apa yang dimiliki dapat hilang sewaktu-waktu. Itulah sekelumit pembahasan tentang nilainilai luhur yang terkandung pada ung­ kapan Jawa pada seminar nasional “Re­ vitalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa Dalam Membentuk Generasi Berkarakter”. Seminar yang berlangsung di Ruang Abdullah Sigit, Fakultas Ilmu Pendidi­ kan UNY ini dibuka secara resmi oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. MA pada 23 Juli 2011. Sri Sultan Hamengkubuwono X da­ lam keynote speech yang dibacakan oleh Joko Dwiyanto, M.Hum., mendefinisi­ kan bahwa karakter berasal dari baha­ sa latin “kharakter” yang bermakna alat untuk menandai, mengukir, atau me­

mahat. Dengan pengertian tersebut­ dapat dikatakan bahwa membentuk generasi berkarakter adalah proses mengukir atau memahat jiwa sebuah generasi­dengan sedemikian rupa se­ hingga berbentuk unik, menarik yang dapat membedakannya dengan orang lain. Pesan le­luhur Jawa dalam serat wu­ langreh me­nyebutkan bahwa keluarga adalah wa­dah pendidikan pergaulan, watak, norma sosial, tata krama, aga­

ma dan pendidikan tentang baik bu­ ruk. Tugas keluarga adalah anggalu­ wentah (mendidik) anak (pamardi siwi) dengan seba­ik-baiknya. Maka upaya un­ tuk membentuk generasi berkarakter dimulai dari keluarga kemudian ling­ kungan sekolah. Sementara itu, Ir. Yuwono Sri Suwito, MM menyampaikan tentang implemen­ tasi nilai-nilai budaya Jawa dalam pen­ didikan karakter. Penjelasannya dimulai­

foto-foto: dokumen humas FIP

28

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1


berita dengan menyampaikan tentang kearif­ an lokal Yogyakarta yang terkan­dung dalam nilai-nilai budaya Jawa Yog­ya­ kar­ta diantaranya hamemayu hayu­ ning­bawana, dudu sanak dudu kadang yen mati melu kelangan, asih ing sesame, wani ngalah luhur wekasane, aja dumeh, adigang, adigung, adiguna dan masih banyak lagi. Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan kepada generasi muda un­

tuk regenerasi bangsa yang tidak hanya mengenal nilai-nilai tetapi juga mema­ hami dan menghayati dan mengamal­ kan nilai-nilai luhur budaya Jawa. Bambang Saptono, M.Si selaku ketua pelaksana dalam sambutannya meng­ harapkan seminar ini dapat bermanfaat dalam menggali potensi dan memaha­ mi nilai-nilai Jawa yang berkarakter. zulfa

SEMINAR

MGMP Cilacap-PBSI Sharing Ilmu Rabu (20/7), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), HIMA PBSI, dan Tim MGMP (Musyawarah Guru Ma­ ta Pelajaran) Cilacap mengadakan se­ mi­nar pengajaran Bahasa Indonesia di Cine Club FBS UNY. Acara yang diikuti ku­rang lebih 60 guru Bahasa Indonesia SMA se-Cilacap ini menghadirkan­Prof. Dr. Suminto A. Sayuti dan Kastam­Syam­ si, M.Ed. sebagai pembicara. Seper­ ti­yang kita ketahui, jurusan PBSI FBS UNY memiliki banyak Guru Besar yang dira­sa mampu membagi ilmu tentang ba­ha­sa dan sastra kepada para peserta. “Banyaknya Guru Besar yang dimiliki ju­rusan PBSI, seperti Prof. Dr. Suminto dan Pak Kastam diharapkan dapat mem­ fasilitasi akan ‘kehausan informasi’ dari para peserta,” terang Arda Sedyoko se­ laku Ketua Panitia dan Ketua HIMA PBSI. Ditanya tentang mengapa harus UNY, Arda menjawab, “Karena UNY di­ ang­­ gap memiliki SDM yang mampu mem­ fasilitasi para peserta dan juga seba­gai acara nostalgia karena ternyata­ banyak guru Tim MGMP Kabupaten Ci­ lacap yang dahulunya alumni PBSI.”

foto-foto dokumen humas fbs

Selain menjadi perancang kegiatan,­ HIMA PBSI kali ini juga turut menyu­ guh­kan penampilan Teater Mishbah, se­ bu­ah komunitas teater mahasiswa PBSI, sebagai wujud kepedulian dan apre­siasi mahasiswa terhadap sastra. Penampi­

lan ini juga dimaksudkan sebagai con­ toh bahwa pengajaran bahasa dan sas­ tra tidak melulu tentang buku dan teks, namun juga dapat dilakukan dengan seni, kuis, dan lain-lain. Febi & Nunggal

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

29


berita YUDISIUM

Dua Mahasiswa FISE Raih Banyak Prestasi

dokumen humas fise

“Susah Terlalu Banyak Gagasan Brilian Kita Terbuang Ke Tong Sampah bernama LUPA Tulislah!” inilah motto hidup dari Epi Suhaepi Mahasiswa Jurusan Pendi­ dikan Kewarganegaraan dan Hukum (PKnH) sehingga Epi selalu rajin untuk me­ngirimkan hasil buah pemikirannya tersebut di sejumlah media massa ce­ tak wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jakarta diantaranya; Kedaulatan Rakyat, Harian Jogja, Jogja Raya, Mera­ pi, Suara Merdeka, Tribun Jogja, Merapi dan Suara Karya. Dalam mengirimkan hasil pemikiran kita memang dibutuh­ kan perjuangan jadi jangan pernah pu­ tus asa kalau belum dimuat di koran, ucap Epi saat ditemui di sela-sela upa­ cara Yudisium Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakar­ ta (FISE UNY) periode 28 Juli 2011 di Ru­ ang Ki Hajar Dewantara FISE UNY. Yudi­ 30

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

sium diikuti 204 orang peserta. Dengan termuatnya tulisan di sejum­ lah koran tentunya akan mendapatkan honor tulisan tersebut dari media cetak­ dan Universitas. Dari honor yang diper­ oleh saya mampu membayar kuliah­sen­ diri sehingga mulai tahun ke 3 kuliah di FISE UNY sudah tidak meminta uang dari orang tua. Dengan begitu saya bi­ sa meringankan beban orang tua juga,­ ucap Epi yang sehari-hari orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta di rumah­ nya dengan membuka warung. Pria yang bercita-cita sebagai Cen­ dekiawan Muslim Indonesia ini pernah mengukir prestasi diantaranya; Juara II LKMM FISE UNY bidang Pendidikan 2010, Paper terbaik LKMM FISE UNY 2010, Juara II Lomba Artikel PBSI FBS UNY 2011, Juara I Lomba Artikel Pendi­ dikan tingkat Mahasiswa Se-DIY 2011,

Juara 1 Lomba Artikel KOPMA UNY 2011 dan Pemenang Harapan Lomba Esai Tingkat Nasional Minda Media Group. Selain itu Epi juga aktif berorganisasi diantaranya; HIMA PKnH, UKMF JM Al Islah FISE UNY, KOSSA, KBY DIY, KAM­ MI UNY, BEM FISE dan BEM REMA UNY. Lain halnya dengan Panji Kusuma Mahasiswa Jurusan Akuntansi FISE UNY yang diyudisium saat itu, juga mempu­ nyai berbagai prestasi yang pernah di­ raihnya diantaranya; Juara II Menyanyi Keroncong PEKSIMINAS (Pekan Seni Ma­ hasiswa Tingkat Nasional) 2008, Juara I Campursari Se-Jateng 2009, Juara I Cam­ pursari Se-DIY 2010, Juara I Menyanyi Keroncong PEKSIMINAS 2010, Juara I Bintang Radio Kategori Lagu Pop Se-Ja­ teng 2010 dan Juara I Lomba Jinggle Bo­ drex Se-Jawa 2011. Isti


berita English for Holidays

KEGIATAN LIBURAN YANG EDUKATIF DAN FUN

foto-foto dokumen humas FBS

English for Holidays (EFH) adalah pro­ gram tahunan Jurusan Pendidikan Ba­ hasa Inggris FBS UNY dan telah ber­ langsung selama 14 tahun. Ajang ini menyediakan lingkungan dan aktivi­ tas bernuansa Bahasa Inggris yang mendekatkan peserta de­ngan alam se­ lama liburan akhir semester. Program terbuka untuk siswa TK, SD, SMP, hing­ ga SMA dan bertujuan untuk menyedia­ kan kegiatan yang tepat bagi kelompok masyarakat tertentu: anak dan remaja. “Di samping sebagai program libur­an anak yang meaningful, EFH juga mem­ fasilitasi mahasiswa Jurusan Pendi­dik­

an Bahasa Inggris yang mengambil ke­ las English for Children untuk latihan mengajar,” ungkap Nurhidayantoro, M,Pd., Ketua Panitia EFH 2011. Nurul, salah satu orang tua yang mendampingi anaknya mengikuti EFH, menuturkan, “Kebetulan kami baru saja datang dari Inggris, dan di EFH ini pa­ ra teacher mengunakan Bahasa Inggris sehingga saya bisa mengenalkan Indo­ nesia kepada anak saya yang masih be­ lum bisa berbahasa Indonesia.” Pada tahun 2011 ini, EFH mengusung tema “Getting Closer to Nature” dengan nuansa cheerfulness, friendliness, dan

care. Rangkaian kegiatan pun disusun secara matang sejak tanggal 27 Juni-9 Juli 2011. Para peserta diajak bermain sambil belajar dalam kegiatan Campus Grand Tour, Class Activities, Outbond, Ak­ si Go Green dengan penanaman pohon oleh peserta, Barbecue, Field Trip dan di­ akhiri dengan penampilan kreasi seni dalam Closing Ceremony. “We go to museum, library, and it’s fun,” ujar Farrel, peserta EFH dari SD Tumbuh Yogyakarta. Siswa kelas 6 ini juga menambahkan, “We learn English and it’s great!”. Diyan

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

31


berita penemuan

BRIKET LIMBAH JAMUR TIRAM

dokumen humas FMIPA

Jamur merupakan tanaman saprofit­ yang biasa hidup di tanaman-tanaman­ yang sudah lapuk. Seiring dengan per­ kem­bangan ilmu pengetahuan dan tek­­ nologi pertanian, manusia telah mam­pu membudidayakan jamur dengan­me­di­ um-medium tertentu untuk­diman­fa­ atkan sebagai bahan makanan ka­re­na nilai gizinya dan jamur dapat tum­buh pada sepanjang waktu seperti ja­mur­ti­ ram (Pleurotes sp.), jamur kuping­(Auri­ cularia polytricha), dan jamur­merang­ (Vol­variella volvacea). Jamur­ini sudah­ ti­ak asing lagi di sebagian besar ma­ sya­rakat Indonesia dan dimanfaatkan gi­zinya untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh. Perkembangan pengelolaan budida­ ya jamur di Indonesia dilakukan dengan­

32

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

memanfaatkan media alami dan media buatan. Budidaya jamur selain meng­ hasilkan keuntungan yang besar ini ju­ga tidak membutuhkan tempat yang lu­as, teknologi budidayanya mudah di­ pe­lajari dan resiko kegagalannya ren­ dah. Di sisi lain, permintaan pasar terus­ meningkat karena semakin banyak saja masyarakat yang menyukai jamur. De­ ngan tingginya permintaan konsumen terhadap jamur tiram maka semakin ba­ nyak pula limbah media jamur tiram yang dihasilkan. Limbah media jamur tiram ini mena­ rik­perhatian sekelompok mahasiswa­ fa­ kultas MIPA, Universitas Negeri­ ­Yog­­ya­­karta yaitu Tursina Ratu dari pro­ di­­­ pen­­didikan fisika dan Nursina­ Sari da­ri pro­di pendidikan IPA, serta Briyan Su­­mar­­tono dari prodi pendidikan meka­ tro­­ni­ka FT UNY yang menangkap pelu­ ang­­memanfaatkan limbah ini menjadi­ bri­ket. “Kami melihat banyak sekali limbah­ media jamur tiram yang tidak diman­ faatkan” kata Tursina Ratu. Potensi­lim­ bah gergaji media jamur tiram sebagai­ sumber energi alternatif sangat­melim­ pah namun belum terolah karena ku­

rangnya pengetahuan dan keterampil­ an masyarakat, imbuhnya. Berawal dari hal tersebut, mereka akhirnya mengadakan pelatihan pe­ man­­fa­atan limbah media jamur tiram­ di kelompok agribisnis jamur desa Wi­ji­ rejo, Pandak Bantul. Dipilihnya desa Wi­ ji­rejo karena desa ini merupakan sen­tra­ budidaya jamur. Dan limbah media­ja­ mur tiram menjadi permasalahan ter­ sen­diri, yaitu pencemaran lingkungan. “Selama ini media tanam yang meru­ pakan campuran serbuk gergaji terse­ but hanya dibakar, hal ini akan menim­ bulkan pencemaran udara. Adanya pe­la­tih­an membuat briket dari limbah me­dia jamur tiram ini diharapkan dapat me­nam­bah keterampilan masyarakat se­lain merupakan solusi pemenuhan


berita ke­bu­tuh­an energi alternatif dengan har­ ga terjangkau,” ujat Tursina. Briyan Sumartono menjelaskan cara membuat briket ini, pertama kali bahan baku disiapkan yaitu limbah media ja­ mur tiram dan dibersihkan dari ma­te­ri­ al­-material yang tidak berguna­seperti­ batu, plastik serta material logam lain­ nya kemudian dimasukkan dalam drum yang telah diberi lubang-lubang kecil

bagian dasarnya dan melaku­kan karbo­ nisasi (pengarangan) dengan menyala­ kan­api tungku dimana munculnya asap di dalam drum menandakan pemba­kar­ an dimulai. Setelah semua bahan dalam drum sudah menjadi arang segera di­ ngin­ kan dengan cara menyiram air hing­ga bara dalam arang mati. Arang di­ke­lu­ar­kan dari drum lalu dihaluskan dan diayak. Siapkan perekat dengan ca­

ra memanaskan larutan kanji yang te­ lah dicampur dalam air kemudian cam­ pur­kan bahan ke dalam larutan perekat dengan perbandingan 600cc cairan lem dan 1 kg bubuk arang kering. Adonan dicetak sesuai dengan alat cetak bisa menggunakan pipa pralon atau dengan cetakan press lalu briket yang baru dice­ tak dijemur dan briket siap digunakan. Dedy Herdito

SUKMALINDO KE-4

WADAH PERSATUAN INDONESIA-MALAYSIA

dokumen humas FIK

Rektor Universitas Negeri Yogyakar­ ta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA membuka secara resmi Festival Olahra­ ga Mahasiswa Indonesia Malaysia (FO­ MIM) atau Sukan Malaysia Indonesia (SUKMALINDO) pada upacara pembuka­ an SUKMALINDO ke-4 bertempat di Ge­ dung Olahraga Universitas Negeri Yog­ ya­karta (25/7) “SUKMALINDO memiliki fitrah seba­ gai instrumen dan media untuk mem­ bangun persahabatan dan perdamaian para pelajar terutama di tingkat pergu­ ruan tinggi sebagai calon pemimpin ne­ gara dan bangsa di masa depan. Kare­ na itu kami berharap bahwa misi utama event ini lebih mengedepankan persa­ habatan dan perdamaian perlu dijaga

oleh semua pihak,” ujar Rochmat Wa­ hab dalam sambutannya. Lebih lanjut Rochmat berharap agar SU­MALINDO ke-4 dapat memfasilitasi pe­­ngem­bang­an bakat dan kecerdasan­ ki­nes­tetik, sehingga para atlet dapat me­ngem­bang­kannya secara optimal,­ se­­ hing­­ga dapat menjadi­atlet yang sangat­

dibutuhkan oleh kedua negara.­Selain itu mampu membangun cultural­ un­ der­stan­ding di antara bangsa Malay­sia­ dan Indonesia sehingga­memudahkan­ da­lam membangun jaring­an yang me­ mang sangat dibutuhkan untuk meng­ ha­ dapi berbagai tantangan di masa men­datang. Lima cabang olahraga yang dipertan­ dingkan meliputi, bola voli putra dan pu­tri, sepak takrow putra, bulutangkis pu­tra putri, hoki putri, futsal putra. Tam­pak pula hadir pejabat dari Dirjen Dik­ti dan Kementrian Pengajian Malay­ sia dalam upacara pembukaan yang di­ tandai dengan service bola voli oleh Rek­tor UNY. ratnae

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

33


berita KPB BIONIC UNY

2nd Annual Baluran-PLN Birding Competition 2011 Pada tanggal 13-17 Juli 2011 kemarin, Ke­ lom­ pok Pengamat Burung BIONIC (KPB BIONIC) Universitas Negeri Yogya­ karta mengikuti “2nd Annual Ba­luranPLN Birding Competition 2011” yang diselenggarakan oleh Taman Nasional­ Baluran Situbondo. Diikuti sekitar­64 tim dari beberapa Universitas, Taman Na­si­o­nal, bahkan peserta dari luar ne­ ge­ri, diantaranya UNAS, UI, IPB, ITB, UIN Sunan Kalijaga, ITS Surabaya, UNY, UGM, UNNES Semarang, UNAIR, UNJ, UNDIP, UNM Malang, PPBJ, TN Karimun Jawa, TN Alas Purwo, Bali Barat Natio­nal Park, TN Gunung Merapi dan dari nega­ ra Cheko. Acara ini sebelumnya telah­ diadakan pada tahun 2010 dan kem­ bali diadakan pada tahun ke-2 oleh Ta­ man Nasional Baluran di tahun 2011, se­ lain bertujuan menyerukan konservasi­ juga­menjadi ajang berkumpul panga­ mat burung dari seluruh Indonesia. KPB BIONIC sendiri menurunkan 11 tim un­ tuk mengikuti event ini berjumlahkan 33 orang mahasiswa biologi. Karakter habitat Taman Nasional Ba­ luran sendiri sangat beragam menjadi­ kan jenis burung yang ada juga bera­ gam. Iklim yang sangat kering karena karena curah hujan yang sangat rendah­ (antara 900-1600 mm/tahun) menjadi­ kan kawasan ini didominasi oleh tipe hu­tan musim dengan pepohonan yang tidak terlalu rapat. Ada beberapa loka­ si yang menjadi spot pengamatan anta­ ra lain Savana Bekol, Hutan Ever Green, Pantai Bama dan jalur baru pengama­ tan seperti Balanan, hutan Mantingan, bukit Talpat. Jika kita melewati jalur Sa­

34

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

Foto-foto dokumen humas FMIPA

vana Bekol maka kita akan melihat sa­ vana yang luas membentang, teman teman sering menyebutnya afrikanya Indonesia. Jalur Hutan Evergreen yaitu hutan yang konon katanya pohon akan tetap hijau meski pada musim kema­ rau disini kita akan bertemu banyak je­ nis burung semak ataupun pelatuk, ke­ tika sesampainya di Pantai Bama kita akan disambut segerombolan Macaca dengan pe­ri­lakunya berusaha merebut makanan yang kita bawa, di pantai ini kita juga bisa snorkling, karena struk­ tur pesisir pantai yang landai dan ba­ nyak ikan hias serta biota laut seperti bintang laut, bin­tang mengular, kerang dan lainnya. Jika kita menyusuri jalur baru seperti Ba­lanan, di ujung Bala­ nan kita akan di­su­guhi pemandangan tebing pantai yang indah dengan laut yang biru. Se­la­ma 5 hari mengikuti lom­ ba banyak pe­ng­alaman baru yang kami

dapat. Be­be­rapa jenis Burung yang ber­ hasil kami temui seperti: Cucak Kutilang­ (Pyc­­no­notus aurigaster), Merbah Ceruk­ cuk (Pycnonotus goiavier), Sepah Kecil (Pericrocotus cinnamomeus), Kangkareng­ Perut-putih (Anthracoceros albirostris), Punai Gading (Treron vernans), Cekakak Sungai (Halcyon chloris), Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis), Raja udang Bi­ ru (Alcedo coerulenscens), Dederuk­ Ja­wa­ (Streptopelia­ bitorquata), Layang­layang Loreng (Hirundo striolata),­ Bentet Kela­bu


berita

Abdu Rohman

K i las FT sebagai Penyelenggara Sertifikasi Kompetensi Guru SMK

dokumen humas FT

(Lanius schach), Kacamata Biasa (Zoste­ rops palpebrosus), Bondol Jawa (Lonchu­ ra leucogastroides), Gelatik Jawa (Pad­ da­ orizyvora), Bondol Peking (Lonchu­ra pun­c­tulata), Bondol Haji (Lonchu­ra­ ma­ ja), Kipasan Belang (Rhipi­du­ra ja­va­ni­ ca),Cangak Laut (Ardea sumatrana), Ke­ kep Babi (Artamus leucorynchus), Cabai Ja­wa (Dicaeum trochileum), Perenjak Ja­ wa (Prinia familiaris), Kapasan Kemiri­ (Lalage nigra), Caladi Tilik (Dendrocopus moluccensis), Layanglayang Asia (Hirun­ do rustica), Walet Linchi (Collocalia lin­ chi), Srigunting Kelabu (Dicrurus leuco­ phaeus), Gagak Hutan (Corvus enca), Ayam hutan Merah (Gallus gallus), Ge­ mak Loreng (Turnix suscicator), Ayam hutan Hijau (Gallus varius), Merak Hijau (Pavo muticus), Alap alap Capung (Mi­ crohierax fringillarius), Srigunting Hi­tam (Dicrurus macrocercus), Elangular­Bido (Spilornis cheela) dan masih banyak la­ gi. Sedangkan list data Taman Nasional­ Baluran tercatat kurang lebih 171 je­ nis burung. Jika kita berkunjung di Ta­ man Nasional Baluran anda akan disam­ but dengan panorama keindahan alam padang savana, disore hari menikmati matahari terbenam dan dipagi harinya anda akan dimanjakan dengan sunri­ se, jangan lupa juga untuk melihat Bu­ rung Merak Hijau (Pavo muticus), bu­ rung yang terkenal dengan keindahan bulu bulunya yang tidak terlalu sulit un­ tuk kita temui serta Banteng yang se­ karang statusnya terancam punah kare­ na perubahan iklim faktor lingkungan dan manusia. Serangkaian acara perlombaan yang dilaksanakan seperti lomba pengama­ tan burung, cerdas cermat, kuis, foto­ grafi dan lomba hiburan bongkar pa­ sang tenda. Juri pada lomba BBC 2011, diantaranya Riza Marlon yaitu seorang fotografer Wildlife yang kerap disapa Bang Caca, Karyadi Baskoro seorang do­sen UNDIP yang konsisten dengan konservasi dan biodiversity Indonesia yang akrab disapa Pak Bas, Iwan Setia­ wan seorang yang konsisten juga ten­ tang konservasi indonesia dan bebera­ pa juri lokal.

Sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor­ 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) serta Peraturan Pemerintah RI No­ mor tahun 2008 Tentang Guru dinyatakan bahwa guru adalah pendidik professional, guru harus memiliki keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu. Hal tersebut yang mendasari penye­ lenggaraan program sertifikasi kompetensi keahlian guru SMK yang mana un­ tuk meningkatkan profesionalitas guru yang dilaksanakan di Fakultas Teknik UNY mulai tanggal 20 Juni 2011. Program ini adalah rintisan pembinaan guru produktif SMK yang dikelola oleh Dit.PPTK Dikmen, Subdit guru SMK. Penunju­ kan Fakultas Teknik UNY karena dianggap sebagai lembaga yang telah mence­ tak guru-guru SMK yang tersebar diseluruh pelosok nusantara. Menurut Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNY, Dr. Sudji Munadi, Guru-gu­ ru yang menikuti program ini merupakan guru yang telah direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten dan Dit PPTK Dikmen, tambahnya. Dosen dari jurusan Teknik Mesin ini juga menjelaskan bahwa pelaksanaan sertifika­ si kompetensi dilakukan dengan metode pendidikan dan pelatihan, bimbing­ an teknis, uji kompetensi dan pendalaman materi. Untuk uji kompetensi ter­ diri dari tiga materi yakni uji kompetensi keahlian, uji kompetensi mengajar praktik bidang keahlian, dan uji kompetensi pengetahuan pedukung kompe­ tensi keahlian. Sedangkan yang bertindak sebagai instruktur yang bertugas menyampaikan materi teknologi pembelajaran berasal dari dosen di lingkung­ an Fakultas Teknik UNY sehingga jika sebelum ujian kompetensi berlangsung para guru masih ada kekurangan dalam persiapan akan mendapat bimbingan teknis dari instruktur yang bersangkutan. Sedangkan untuk Assesor diambil dari kalangan dosen Fakultas Teknik UNY yang dipandang sebagai senior dan memiliki kompetensi yang diujikan sehingga mampu memberikan penilaian secara objektif, lanjutnya. haryo

Tari Gambyong Meriahkan Welcome Party Sukmalindo ke-4 Nuansa merah putih memenuhi ruang auditorium Universitas Negeri Yogya­ karta dalam acara Welcome Party Festifal Olahraga Mahasiwa Indonesia-Ma­ laysia atau SUKMALINDO ke-4 pada 24 Juli 2011. Tiga ratus round table yang tersedia terisi penuh oleh seluruh kontingen Malaysia dan Indonesia. Tari Gam­ byong persembahan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni disuguhkan di peng­ hujung acara. Sebelumnya, acara didahului dengan makan malam bersama, dilanjutkan sambutan selamat datang dari Rektor UNY, Sambutan dari Wakil Malaysia dan Pengurus Pusat Bapomi DIY. Rektor UNY, Prof. Dr. Rocmat Wahab, M.Pd., Ma dalam sambutannya mem­ berikan apresiasi dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh kon­tingen. “Kami harap SUKMALINDO ke-4 atau Festifal Olahraga Mahasiswa Indonesia-Malaysia akan didukung oleh seluruh atlit, pelatih, juri dengan men­ junjung tinggi fair play, sportivitas, dan respek antar sesama, sehingga semua rangkaian pertandingan dapat dinikmati dengan baik, bahkan bisa menjadi contoh bagi terselenggaranya pertandingan olahraga yang menjunjung ting­ gi nilai-nilai utama olahraga,” tegasnya. ratnae

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

35


opini HAK PATEN, MEMBANGGAKAN ATAU …? O l e h D r. Da s S a l i rawati , M. S i

D

ies natalis ke-47 tanggal 21 Mei 2011 Universitas Negeri Yogyakarta kema­ rin diwarnai dengan satu berita ak­ tual yang diangkat, yaitu semakin ba­nyaknya peneliti UNY yang sudah terdaftar hasil penelitian dan penemuannya sebagai HA­ KI (Hak Atas Karya Intelektual) yang dibuktikan dalam selembar kertas sertifikat. Rasanya bang­ ga sebagai salah satu warga UNY, karena saat ini UNY melesat jauh ke depan, bahkan tidak ka­lah dengan Universitas ternama di Yogyakar­ ta yang negeri tetapi tidak negeri (UGM kalau dipanjangkan tidak mengandung kata negeri, bukan?). Hal ini tidak terlepas dari usaha keras seluruh civitas akademika UNY dan SDM yang semakin mantap (banyak profesor dan doktor bermunculan setiap bulan). Pertanyaannya ke­ mudian, sebenarnya HAKI atau hak paten terha­ dap apa yang kita temukan itu membangga­kan bagi yang meraihnya atau sebalik­nya, meng­ ingat ilmu itu milik Tuhan, bukan milik manu­ sia? Ilmu Adalah Milik Tuhan Alam semesta ini diciptakan Tuhan Yang Ma­ ha Esa memang untuk manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan sebagai khali­ fah di muka bumi. Manusia diberi akal pikiran agar dapat berkembang pengetahuannya dan dapat menyibak semua ilmu yang menjadi ra­ hasia Tuhan. Dalam Al-Qur’an Allah menegas­ kan bahwa ilmu merupakan bekal utama un­

Otak yang diberikan Tuhan dengan cuma-cuma ini akan dimanfaatkan atau tidak, sangat tergantung pada manusia itu sendiri, tetapi yang jelas yang harus kita ingat otak yang kita miliki berasal dari Tuhan! 36

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

tuk meneliti dan menguasai alam semesta ini (QS. Al-Rahman (55): 33). Otak yang diberikan Tuhan dengan cuma-cuma ini akan dimanfaat­ kan atau tidak, sangat tergantung pada manu­ sia itu sendiri, tetapi yang jelas yang harus kita ingat otak yang kita miliki berasal dari Tuhan! Pertanyaannya kemudian, apakah kecerdas­ an yang kita miliki dan ternyata dapat kita gu­ nakan untuk menemukan satu dari milyaran ilmu Tuhan itu karena hasil usaha dan perju­ ang­an kita sendiri tanpa campur tangan Tu­ han? Jika ya, berarti ketika kita mene-mukan il­ mu tersebut, maka kita dapat mengatakan ilmu itu milik kita sendiri. Namun jika jawabannya tidak, berarti kita mengakui bahwa kita ha­nya­ lah perantara Tuhan dalam menemukan il­mu tersebut untuk dapat dimanfaatkan oleh se­lu­ ruh umat manusia. Bukan-kah Al-Qur’an yang luar biasa hebatnya itu juga diturunkan oleh Al­ lah SWT melalui pe-rantara Nabi besar Mu­ham­ mad SAW dan Nabi-pun tidak pernah menghak paten-kan Al-Qur’an sebagai milik beliau? Dalam QS Al-Kahf (18): 110, Allah berfirman, “Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguh­nya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa”. Fir­ man tersebut menunjukkan bahwa Nabi Mu­ hammad sebagai junjungan dan teladan ba­ gi umat Islam di seluruh dunia saja hanyalah perantara Tuhan bukan pemilik Al-Qur’an. Dalam QS Al-Baqarah (2): 147, Allah berfir­ man­“kebenaran itu adalah dari TuhanMu, se­­ bab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orangorang yang ragu”. Secara tersirat ayat ter­­se­­but mengandung makna bahwa semua yang benar pastilah berasal dari Allah, sehingga­kita tidak boleh meragukannya, karena kebenar­an dari Allah bersifat mutlak. Sedangkan ilmu yang di­te­mu­kan manusia tidaklah demikian, hanya ber­si­fat tentatif, relatif, dan terbuka. Tentatif artinya kebenarannya hanya sementara. Seba­ gai contoh, sebelum tahun 2006 Pluto adalah planet yang diakui keberadaannya. Andai kata yang menemukan Pluto meng-hak-paten-kan penemuannya, lalu bagaimana jadinya setelah tahun 2006 ternyata dunia tidak mengakui ke­


opini beradaannya? Relatif, artinya kebenaran ilmu yang ditemu­ kan manusia dapat ditinjau dari berbagai aspek­ atau sisi. Dari satu sisi memang benar, sisi lain lagi juga benar, tetapi ada kemungkinan ada sisi yang berbeda yang memandang ilmu tersebut menjadi tidak benar. Sebagai contoh, Niels Bohr mengatakan bahwa elektron mengelilingi inti pada orbit (kulit atom) yang tetap (stasioner) dengan energi tertentu. Jika ditinjau dari atom Hidro-gen yang digunakan untuk eksperimen, dia tentu benar karena Hidrogen hanya memi­ liki satu elektron, tetapi bagaimana untuk atom berelektron banyak, apakah konsep Niels Bohr tetap benar? Bahkan Niels Bohr sendiri masih ragu, sampai-sampai dia memberi nama kulit atomnya dengan inisial K, L, M, N, dan seterus­ nya, bukan A, B, C, D, dan seterusnya, karena dia tidak yakin bahwa kulit atom yang dia te­ mukan adalah yang paling dekat keberadaan­ nya dari inti. Namun demikian dia mendapat ha­diah Nobel, tetapi Nobel tidak sama dengan hak paten! Terbuka, artinya bahwa ilmu yang ditemu­ kan kita terbuka untuk diteliti ulang oleh orang lain kebenarannya. Hal ini mengandung arti kebenaran ilmu yang kita patenkan tidaklah benar mutlak, tetapi kapan saja dapat gugur dan digantikan kebenaran lain yang lebih da­ pat dipertanggungjawabkan. Sebagai contoh, dulu tanaman mahkota dewa dianggap dapat menyem­buhkan penyakit hipertensi, tetapi ter­ nya­ta sekarang diketahui malah dapat berba­ haya, karena mengandung senyawa yang bera­ cun bagi tubuh. Ketika seseorang menemukan senyawa X dalam suatu bahan alami dipaten­ kan dapat menjadi obat anti kanker, tetapi apa­ kah sebelum mematenkan sudah benar-benar meneliti secara klinis dan laboratoris senyawa tersebut tidak menimbulkan kerusakan organ lain atau memiliki efek samping? Dan apakah memang benar-benar terbukti menyembuhkan kanker? Berapa orang yang telah sembuh dari kanker dengan mengonsumsi senyawa terse­ but? Jika Tuhan yang kaya akan ilmu saja mem­ biarkan umat-Nya memanfaatkannya, mengapa kita manusia sebagai umat-Nya “berani” menghak-i milik Tuhan? Dalam kehidupan, kita diwajibkan saling to­long menolong dan membantu satu den­ gan yang lain, termasuk memberikan ilmu; bentuk­pertolongan orang berilmu terhadap yang membutuhkan. Ketika kita memiliki ilmu

istimewa

le­bih tinggi dari orang lain, sesungguhnya su­ dah merupakan pahala bagi kita. Seperti fir­ man Allah dalam QS. Al-Mujadilah (58): 11 yang menyatakan, “Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antara kamu dan orangorang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerja­ kan”. Ayat ini mengandung makna bahwa ki­ ta yang diberi ilmu sudah diangkat derajatnya lebih tinggi dari mereka yang tidak berilmu, mengapa kita ragu untuk memberikan semua ilmu yang kita miliki pada orang lain. Bukankah memberikan ilmu yang bermanfaat termasuk shodaqoh jariyah? Pahalanya mengalir sepan­ jang masa sampai kita di akhirat nanti. Nabi Muhammad SAW mengingatkan kepa­ da kita, “Carikan untukku orang-orang yang le­ mah, maka (ketahuilah) bahwa sesungguhnya kalian mendapat kemenangan dan rizki sema­ ta-mata lantaran mereka yang lemah diantara­ kalian (HR. Abu Daud).” Pengertian orang-orang lemah di sini bukan hanya lemah harta,­tetapi­ juga lemah ilmu. Jadi, jika kita merasa hebat dan dapat menemukan suatu ilmu­baru­yang bermanfaat untuk orang banyak (terma­ suk­ orang-orang lemah), mengapa kita harus mem­ perjual-belikan lewat hak paten? Jika ilmu ki­ ta dapat diaplikasikan untuk menyejahterakan­ orang banyak, hal itu merupakan aliran pahala­ yang tak ada hentinya. Bukankah sesungguh­ nya milik Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi ini?

Dr. Das Salirawati, M.Si dosen Pendidikan Kimia, FMIPA, UNY

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

37


opini Pustaka (dan) Pendiri Bangsa O l e h S uda rya nt o, S . Pd .

B

ulan Juni diidentikkan dengan Bulan Bung Karno. Apa pasal? Pada bulan ter­se­but, tokoh proklamator asal Blitar­ itu lahir (6 Juni 1901) dan wafat (21 Ju­ ni 1970). Tak hanya itu, pidatonya tentang Pan­ casila sebagai ideologi bangsa, dipublikasikan­ pada 1 Juni 1945. Alhasil, Juni menjadi bulan is­ timewa bagi bangsa ini guna mengenang man­ tan presiden pertama RI itu. Apa yang menarik dari ketokohan Bung Karno selain ia dikenal se­ bagai sosok negarawan sejati? Dalam sebuah liputannya, majalah Tempo per­nah memberikan tamsil Bung Hatta seba­ gai “sebuah buku yang tak pernah tamat diba­ ca”. Menurut penulis, tamsil serupa juga layak­ disematkan pada diri Bung Karno. Semasa mu­ danya, Bung Karno merupakan sosok yang ge­ mar membaca. Karenanya, tak aneh jika pidato-­ pidatonya disimak, selalu berisikan referensi dan inspirasi yang cerdas, hidup, serta memu­ kau publik. Meski usianya baru 15 tahun, Bung Karno re­ maja pergi ke Surabaya. Di kota itu, ia indekos di tempat HOS Cokroaminoto, pendiri Sarekat Islam (SI). Dari Pak Cokro-lah, ia belajar banyak hal, termasuk kecintaannya pada buku. Nyaris tiap hari ia habiskan di perpustakaan di kota tersebut. Di sana, beragam literatur/bacaan ia lahap satu demi satu. Hal itu dilakukannya de­ mi meluaskan cakrawala pemikiran, visi, serta­ misinya tentang Indonesia yang merdeka. Dalam pidatonya di Taman Raden Saleh, Ja­ karta, Bung Karno berkata jelas: “Indonesia

Alhasil, beragam pustaka yang merupakan wasiat para pendiri bangsa ini, seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan HB Jassin kini mangkrak, tinggal menanti-nanti disantap rayap dengan lahap. 38

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

yang kita cita-citakan bukan Indonesia merde­ ka-merdekaan, bukan Indonesia Merdeka bone­ ka, akan tetapi adalah kemerdekaan yang ber­ daulat.” Jika disimak cermat, perkataan ini bu­kan semata-mata terlahir karena kecerdasan Bung Karno sebagai negarawan sejati, tetapi ju­ga terlahir dari pertumbuhan intelektualnya yang tercerap dari beragam pustaka. Namun sungguh ironis, koleksi pustaka Bung Karno di perpustakaan pribadinya tidak terawat­ baik. Menyusul pula perpustakaan Bung Hatta di Jalan Adisucipto, Yogyakarta yang telah la­ ma “tiarap”. Belum lagi perpustaka­an terleng­ kap seperti PDS HB Jassin, yang kini mengalami kondisi “hidup enggan mati tak mau”. Bahkan, info termutakhir, majalah sastra Horison akan segera “tutup buku” karena negara tidak mau membiayanya lagi. Pertanyaannya, apakah negara saat ini meng­­alami krisis keuangan sekaligus krisis ni­ lai? Tentu, kita amat prihatin jika dugaan itu be­ nar adanya. Negara kini telah berjalan dengan logikanya sendiri, sementara masyarakat pe­ nge­lola pustaka kian terabaikan. Alhasil, bera­ gam pustaka yang merupakan wasiat para pen­ diri bangsa ini, seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan HB Jassin kini mangkrak, tinggal menantinanti disantap rayap dengan lahap. Padahal, dari beragam pustaka itu kita dapat belajar dari sejarah atau pengalaman di masa silam. Melalui karya-karya sastrawan yang ter­ simpan di PDS HB Jassin, misal, kita dapat me­ nyimak indahnya mozaik kehidupan Indonesia di masa silam dan masa depan. Lewat buku Di Bawah Bendera Revolusi karya Bung Karno, misal­ lainnya, kita dapat melacak ide atau gagasan bri­lian tentang keindonesiaan yang memesona­ peneliti asing. Betapa bangganya kita tatkala negeri ini ba­ nyak dilirik oleh peneliti asing, seperti Benedict Anderson, Greg Barton, Greg Fealy, hingga Ian L. Betts. Mereka semua terkagum-kagum akan keindahan pesona Indonesia, baik alamnya, si­ kap hidupnya, maupun para pendiri bangsanya. Bahkan, ada sebagian dari mereka yang berhasil­ meraih gelar doktor melalui risetnya tentang In­donesia. Tentunya, mereka dapat terbantukan­ berkat pustaka-pustaka yang ada. Karenanya, sungguh ironis jika bangsa ini


opini tidak mau dan mampu menjaga pustaka-pusta­ ka milik para pendiri bangsa ini. Bukankah kita pernah kecolongan tatkala Belanda mengang­ kut semua artefak budaya milik kita ke neg­ erinya nun jauh di sana? Adalah ironis, jika kita ingin­belajar sastra Jawa, misalnya, justru kita ha­rus ke Belanda dan belajar kepada orang Be­ landa, yang sejatinya bukan “pemilik sah” arte­ fak budaya tersebut. Kondisi kian parah, ketika pemerintah seolah­ tidak peduli dengan perpustakaan-perpus­ta­ kaan milik pendiri bangsa ini. Alasannya­se­lalu klise: ketiadaan dana! Padahal, sejatinya­yang terjadi ialah ketiadaan komitmen pemerin­tah pada artefak-artefak kebudayaan itu. Bila ini tidak dipedulikan, sinyalemen Milan Kundera akan nyata. Bahwa, negeri ini akan mengidap “penyakit lupa” dengan kondisi yang demikian­ akut. Tak ada pilihan lain bagi masyarakat sipil, kecuali terus-menerus menggedor pintu kesa­ daran pemerintah guna lebih memerhatikan pelbagai perpustakaan milik para pendiri bang­ sa ini. Kini, tak hanya Bung Karno, Bung Hat­ ta, dan HB Jassin yang memiliki perpustakaan pribadi. Syafii Maarif, Azyumardi Azra, Gus Dur, Goenawan Mohamad, Ajip Rosidi, ialah sederet nama yang memiliki koleksi ratusan, bahkan mungkin ribuan buku. Nama terakhir yang cukup menginspirasi, se­pe­ngetahuan penulis, telah memiliki perpus­ takaan pribadi di Magelang. Sepulangnya­dari Jepang, Ajip membawa satu kontainer yang ber­­isi koleksi buku-bukunya. Selama ia menja­ di dosen tamu di Universitas Chiba, Tokyo­, ia begitu berjasa dalam memperkenalkan khasan­ ah kesusastraan Indonesia berikut pernak-per­ niknya, hingga orang Jepang terkagum-kagum pada negeri ini. Untuk itu, ada dua hal yang dapat kita per­ buat. Pertama, kita perlu menumbuhkan kesa­ daran bahwa membaca itu penting! Membaca tidak saja membuat yang membaca jadi pintar dan cerdas, tetapi juga dapat mencapai derajat kemuliaan. Di dalam diri Bung Karno, kita da­ pati adanya kecerdasan yang bersinergi dengan kemuliaan. Terlepas dari kekurangannya, Bung Karno tetap berjasa kepada negeri ini dengan beragam pustakanya. Kedua, kita perlu tetap membuka katup ke­sa­dar­an kepada masyarakat luas, terlebih pe­me­rin­tah, agar tetap berkomitmen dalam me­mu­puk kegiatan literasi (membaca-menulis-­

h.a. Notosoetardjo (repro.)

diskusi) di kalangan kaum muda. Selain itu, komitmen dapat diwujudkan ke dalam kebijak­ an publik, seperti pemangkasan pajak kertas, penyediaan buku-buku murah dan terjangkau,­ serta penumbuhan kesadaran melek litera­ si melalui perpustakaan keliling bagi orang umum/awam. Memang, anggaran demi pemenuhan pen­ cerdasan masyarakat ini cukup tinggi, bahkan setara dengan pelunasan hutang negara ini. Na­ mun, selama pemerintah memiliki komitmen untuk merawat perpustakaan dan demokrati­ sasi informasi melalui buku, selama itu pula pemerintah akan terhindar dari kutukan Kunde­ ra. Bahwa “mudah saja menghancurkan sebuah bangsa, dengan menghancurkan arsip-arsipn­ ya”. Semoga kita tidak bermimpi seburuk itu!

Sudaryanto guru MAN Yogyakarta III

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

39


resensi media Perempuan Indonesia Taklukkan Puncak Tertinggi Eropa Oleh IK H WA N TAU F I K Berdiri di atas ketinggian 5.642 mdpl­ (me­ter di atas permukaan laut), suatu­ tem­­pat tertinggi di belahan bumi Ero­ pa.­­Menikmati pengalaman pertama men­jejakkan kaki di padang bersalju. Meng­hayati desahan-desahan alam pe­ nuh aroma putih salju yang mewangi.­ Te­ gar menghadapi dinginnya salju yang menusuk-nusuk hingga tulangbe­­lu­­lang. Tetap semangat melewati cu­ ram­­nya tebing dan terjalnya jalan yang seolah menantang maut. Mensyu­kuri anu­ge­rah kesempatan untuk bisa me­ nik­­mati pemandangan dengan nuansa alam yang tak ada duanya, maha karya­ Sang Pencipta alam semesta. Begi­tu­lah buku kisah pendakian ke puncak­ter­ ting­­gi di Eropa ini dituturkan. Setidaknya, laporan perjalanan mer­ upakan karya tulis nonfiksi yang berisi­ kebenaran nyata dan lugas. Namun,­ Nung­ky Irma Nurmala Pratikto mampu­ menuliskannya dengan gaya bahasa yang renyah namun tetap memukau. Bu­ku yang melaporkan kisah pendakian enam perempuan Indonesia ke puncak Gu­nung Elbrus (5.642 mdpl), puncak ter­tinggi di Eropa ini sangat inspiratif. Wanadri Women Series Expedition, be­ gitulah nama ekspedisi yang digawangi­ Nungky Irma Nurmala P., Sudriwati Fitri (Wawat), Maria Jeanindya, Indriani Se­ tiawati, Nisa Fadilatul Rohmah, dan Tat­ty Djahrab. Keenamnya merupakan pen­daki wanita yang turut bergabung di Wanadri dari beberapa generasi. Penulis menuturkannya secara run­ tut­dengan menyertakan foto-foto­hasil dokumentasinya. Pembaca seolah­ikut merasakan suasana pendakian ter­ se­­but. Dinginnya salju, curamnya te­ bing,­­dan terjalnya jalan yang mereka­ 40

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

PEREMPUAN MERAH PUTIH Kisah Pendakian ke Puncak Gunung Elbrus, Tertinggi di Benua Eropa Penulis: Nungky Irma Nurmala Pratikto • Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2011 • Tebal: 123 + xvi halaman

la­­lui memang benar adanya dilihat da­ ri­foto-foto yang turut bercerita begitu­ apik dari peristiwa demi peristiwa. Pe­ nulis juga turut berbagi pengalaman pertamanya menaiki chairlift dan cable way. Dengan dibumbui puisi-puisi yang begitu menyentuh hati, penulis mampu menggetarkan jiwa-jiwa pembacanya. Bagi penulis, buku ini tidak sekedar mengemas cerita dan puisi perjalanan saja, namun ada pesan khusus yang ingin­disampaikan kepada kaum perem­ pu­an, bahwa kegiatan apa pun dapat di­ lakukan oleh kaum perempuan, terma­ suk kegiatan olahraga di alam terbuka, yaitu mendaki gunung. Hal tersebut te­ lah dibuktikan oleh keenam perempuan Indonesia tersebut. Tidak tanggung-tanggung, buku se­ te­bal 123 halaman ini seluruhnya dice­ tak di atas kertas glossy. Hal ini sangat­ mendukung isi buku yang banyak ber­ cerita dari gambar ke gambar hasil je­ pret­ an selama perjalanan. Peristiwa de­mi peristiwa menjadi terekam lebih sempurna karena foto hasil dokumenta­ sinya terkesan lebih hidup. Keputusan untuk dicetak seluruhnya di kertas glos­ sy ini juga membuat buku kelihatan leb­ ih mewah dan eksklusif. Tentunya, hal ini tidak akan terwujud tanpa adanya­

layout yang bagus. Layout dengan meng­ ambil background dari lanskap Gu­nung Elbrus yang dibuat transparan­kiranya cukup menyempur­nakan eksklusifitas dan kemewahan buku ini. Pendakian yang dilakukan pada 16 s.d. 28 September 2010 lalu tentunya tidak terus berjalan mulus seperti apa yang telah direncanakan. Banyak peris­ tiwa menegangkan yang cukup mem­ bu­ru nafas para pendaki wanita ini. Be­ lum lagi peristiwa mengharukan yang harus mengikhlaskan salah satu anggo­ ta pendakian untuk tidak melanjutkan perjalanannya. Salah satu anggota itu terkena AMS (Acute Mountain Sicknees) sa­at melakukan proses aklimatisasi ha­ ri keempat di atas ketinggian 4.650 md­ pl. Terlihat ada rasa yang berkecamuk di hati para pendaki. Lagi-lagi, penulis mampu menceritakannya dengan baha­ sa yang memukau. Membaca buku ini, pembaca tidak akan merasa bosan dan jenuh. Pasalnya, buku ini tidak melulu menceritakan per­ istiwa dengan untaian kata demi kata. Namun, di antaranya disisipkan gam­ bar-gambar yang mendukung apa yang sedang diceritakan penulis. Selain itu,, sajak-sajak yang memesona juga turut mengiringi pembaca. Praktis, pembaca akan dimanjakan jika mengikuti cata­ tan keberhasilan dalam perjalanan pen­ dakian ini.

Ikhwan Taufik mahasiswa Pendidikan Teknik Mekatronika UNY


bina rohani Duit Pembawa Syirik O l e h I bnu S a nt os o, M. H um . Bismillahirrahmanirrahim. Jika banyak ulama yang berpendapat bahwa dukun adalah salah satu faktor penyebab seseorang menjadi musyrik adalah wajar dan jelas sebab ada dalil naq­linya (baik Al-Qur`an maupun ha­ dits nabi) dan dilihat dari sudut mana­ pun dukun pasti bersifat negatif atau ti­dak ada segi positifnya dalam Islam. Lain ceritanya dengan duit, secara fung­ sional duit adalah netral karena bukan mahluk yang berkehendak sehingga ti­ dak mungkin dia mempengaruhi sese­ orang untuk menjadi baik atau buruk. Te­tapi karakternya yang memiliki ba­ nyak fungsi dalam kehidupan manusia seakan-akan eksistensinya bagaikan te­ na­ga dahsyat yang mampu membawa ma­nusia ke tempat yang bahagia atau ke penjara ketika di dunia; ke surga atau ke neraka ketika di akhirat kelak. Faktor penentu relasi antara duit dan manusia bukan terletak pada duit teta­ pi sebetulnya terletak pada sikap manu­ sia itu sendiri terhadapnya. Jika sikap­ nya sesuai dengan tuntunan Al-Qur`an dan hadits nabi maka sikap itulah yang akan menempatkannya dalam kebaha­ giaan sedangkan jika berlawanan de­ ngan kedua tuntunan tersebut maka da­pat dipastikan ia akan memperoleh ke­seng­sa­raa­n tak berkesudahan. Sikap Positif Sikap positif yang dituntunkan­dalam Islam ialah mencari duit sebanyak-­ba­ nyak­nya dengan tujuan untuk menja­ lan­­kan syariat Islam mulai dari me­ ne­­ gakkan shalat, puasa, zakat, dan me­­nu­­nai­kan ibadah haji. Duit yang kita peroleh kita gunakan­ un­tuk menegakkan shalat dan agar sha­ lat kita dapat khusuk, yaitu dengan meng­u­sa­ha­kan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kekhusukan. Un­tuk mencapai kekhusukan kita perlu­ ilmu, tempat (masjid/musholla), paka­ ian (yang layak untuk shalat mengha­ dap Allah), dan suasana yang tenang

se­juk. Untuk tujuan seperti itulah duit kita belanjakan. Demikian juga dengan puasa, puasa­ agar dapat diamalkan dengan baik ju­ ga­membutuhkan duit untuk mencari ilmu,­makanan yang halal, sampai pada amal­an sunat seperti memberi sedekah dan makanan berbuka. Zakat dan haji dua kewajiban yang memotivasi setiap muslim untuk men­

kpk.go.id

cari duit sebab keduanya mensyaratkan sejumlah duit agar bisa melaksanakan­ nya. Tapi jangan lupa sebaik-baik bekal terutama dalam melaksa­nakan ibadah haji bukanlah duit tetapi taqwa. Sikap Negatif Sikap negatif yang dilarang dalam Is­ lam dalam mencari duit meliputi cara pemerolehannya, penggunaannya, dan sikap atau motifasi pemerolehannya. Cara pemerolehan yang dilarang da­ lam Islam meliputi cara yang jelas-jelas diharamkan seperti mencuri, manipu­ lasi, korupsi dan berbagai variannya,

serta cara-cara yang dilaknat oleh Allah­ seperti raswah, suap, sogok, gratifika­ si, komisi, penipuan, dan berbagai cara yang berpotensi merugikan orang lain. Duit hasil dari cara pemerolehan yang haram ini bisa berdampak buruk bagi­ siapapun yang mengkonsumsinya. Apa­lagi kalau digunakan dalam ben­ tuk makanan karena baik secara lang­ sung maupun tidak langsung sama sa­ ja memasukkan sesuatu yang dibenci oleh Allah ke dalam tubuh yang akhir­ nya menjadi bagian dari tubuh sese­ orang. Jika sebagian dari tubuh sese­ orang sudah terkontaminasi dengan sesuatu yang dibenci oleh Allah maka dampak selanjutnya adalah tubuh dan pikiran orang tersebut menjadi imun atau kebal terhadap kemaksiyatan dan jauh dari Allah. Penggunaan duit yang dilarang ada­ lah penggunaan untuk kemaksiyatan, baik secara syari’ah maupun secara so­ sial. Secara syari’ah seperti main judi, berzina, dan pembelian barang haram seperti minuman keras, sedangkan se­ cara sosial seperti memberi duit untuk memprofokasi pertengkaran, perusak­ an, teror, dan sebagainya. Sikap atau motif pemerolehan yang sangat diharamkan dan tak terampuni oleh Allah adalah sikap atau motif yang bisa mengarah kepada sikap syirik, yai­ tu sikap yang menganggap duit sebagai sesuatu yang dapat menentukan sega­ la-galanya. Dalam masyarakat, pernah muncul kepercayaan bahwa nasib sese­ orang sangat ditentukan oleh dua D, ya­itu dukun dan duit. Sikap dan motif pemerolehan duit seperti inilah yang dapat menghantarkan seseorang ke pen­jara dan neraka. Ya Allah, jauhkanlah kami dari sikapsikap yang negatif seperti di atas. Amin, Ya Robbal Alamin.

Ibnu Santoso, M. Hum. dosen Bahasa dan Sastra Indonesia UNY

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

41


cerpen Alisa Adalah “Tuhan” O l e h M is a Fa h r is “Permainan gitarmu mati,” komentar dosenku suatu ketika. “Apa? Mati? Aku sudah memainkannya dengan bagus kan? Kok?” batinku. “Di kelas ini kau perempuan satu-satunya, saya tahu kau mampu mengimbangi kawan-kawanmu. Jadi, berusahalah! Dan, pandai-pandailah mencari kawan. Jika kau berkawan dengan yang maju, maka kau akan ikut maju. Sebaliknya, jika­ kau berkawan dengan yang tak punya gairah hidup, ya kau tidak akan berkembang. Saya kira cukup itu saja” “Eggh, ya, Pak” Mata kuliah paling menyita waktu di semester tiga ini ada­ lah Praktek Individu Gitar. Aku mulai diperkenalkan dengan interpretasi, serupa dengan penjiwaan. Mati-matian aku ber­ latih repertoar-repertoar (semacam list lagu) yang dijadikan tugas. Begitulah, tapi aku harus menjalani ini. Kalau namaku­ bukan Alisa, pasti sudah menangis darah dengan repertoarrepertoar yang waktu ujian harus dihafal semua itu. “Permainan gitarmu mati” Kata-kata itu kembali terngiang. Hah, mati? Ah, seperti apa sih interpretasi lagu yang benar? Bukankah tiap orang bedabeda? Kenapa hanya aku yang dicap mati? Kenapa kawankawanku tidak? Apa bedanya? Atas kejadian itu, aku langsung merasa paling lemah di antara kawan-kawanku. Dosenku terus mendorongku untuk berusaha menjiwai sebuah repertoar. “Aku harus bisa,” geramku. Aku baru sadar beberapa saat kalau gitar telah kuceng­ keram bagian lehernya. Tok. Tok. Tok. Ketika pintu kubuka muncullah sesosok periang yang su­ dah membikin janji denganku siang ini. Maria namanya. Tuju­ annya menemuiku, tak lain adalah untuk membantu menye­ lesaikan masalahku. “Itulah teman,” katanya. “Jadi apa permasalahan yang mau kau ceritakan?” sam­ bungnya setelah kami mengarah pada perma­salahanku. Aku ceritakan semua yang terjadi tentangku. Menurut dosen, lagu pada zaman romantik (akhir abad 18) seperti La­ grima sudah seharusnya dimainkan dengan penuh perasaan. “Wah, aku rasa kau butuh seseorang untuk dicintai de­ngan tulus, sehingga ketika kau memainkan lagu itu, kau akan sela­ lu mengingat wajahnya dan akan termehek-mehek­karena­ nya he he,” kupikir Maria hanya menyindirku. Memangnya cinta yang tulus itu seperti apa? Aku berka­ li-kali jatuh cinta tapi rasanya pengalaman cintaku hanya nafsu belaka. Masalah jaga image, menolak status jomblo. “Alisa, kurasa kau lebih baik berkonsultasi pada seniormu” Senior? Kuhadirkan bayang-bayang seniorku. Aku tengah 42

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1 1

mencari kepastian akan sosok yang bisa dipilih untuk berkon­ sultasi. Sebentar kemudian Maria melihatku menggeleng. “Hey, kalau mau menjadi sempurna kan kau harus berpro­ ses dulu,” protes Maria. Tepat, tiga malam berikutnya, aku ditemani Maria mene­ mui seseorang di sebuah café. Kami akan bertemu dengan Fayrus, senior Maria di sebuah forum kepenulisan. Kami sampai di café favorit yang menyenangkan pandang­ anku terhadap dominasi bambu yang membentuk dindingdindingnya dengan jerami- jerami di atapnya. Aku dan Ma­ ria memilih tempat duduk paling ujung di sisi luar. “Sebentar lagi Fayrus datang demi kau,” seloroh Maria sambil tersenyum riang. “Yee… demi kau juga kali,” protes­ ku. Memangnya aku siapa? Kami berdua memesan minuman. Aku pilih Cappuccino sementara Maria memesan Lemon Tea. Beberapa saat kemudian muncullah seorang lelaki berpos­ tur tegap dengan hem kotak-kotak dan jaket hitam di luarn­ ya. Mimik mukanya terlihat lega ketika Maria menoleh. La­ lu kami pun berjabatan tangan dan kuucapkan sepatah kata singkat, yaitu menyebut namaku. Dia memperkenalkan diri­ nya sebagai Fayrus. Di meja kaca melingkar berkaki merah itu ada empat tem­ pat duduk yang berukir elegan. Jadi, hanya ada satu tempat duduk kosong di meja kami. Seorang pramusaji mengham­ piri kami tapi Fayrus sedang tak ingin memesan sesuatu. “Fayrus bekerja sebagai penulis jurnal, artikel, dan seka­ rang sedang menulis buku. Hati-hati… banyak teman-te­ man perempuan di forum kita yang jatuh hati padanya he he…,” kata Maria menggambarkan Fay­ rus tempo hari. Pikiranku mendarat dan menepi kembali ke suasana taman café de­ ngan­kepulan asap rokok yang warawiri menganggu Maria. Dengan berbasa-basi kutanya­ kan perihal kesibukan Fayrus, ma­nu­ sia­yang duduk di hadapan­ku. Aku ceritakan semua mas­a­lah­ ku­­ dan juga pernyataan ko­nyol­ Ma­­ria yang kebenarannya masih ku­p er­t anyakan.


cerpen Be­tul­­kah aku harus bisa mencintai dulu sebelum bermain gitar? Dan ia lalu mencecarku dengan pertanyaan-pertanyaan­ yang tak kuduga akan merongrong kembali masa laluku. “Berapa kali pacaran?” Pertanyaan pembuka yang membuat shock, bukan? “Apa motivasi kau pacaran?” “Prestasi? Apa pacaran adalah sebuah prestasi?” “Berarti kalau enggak pacaran kita enggak punya prestasi­ dalam hidup? Karena kau akan merasa bodoh dan malu kalau dilecehkan secara status dan disingkirkan lingkunganmu yang semacam itu?” “Setelah putus, kau frustasi. Pantaskah kau kecewa den­ gan mereka kalau dirimu saja tak tulus mencintai mereka?” Aku kaget dengan pernyataannya barusan. Menusuk. Pan­ danganku beralih ke Maria yang sibuk membaca majalah. Ke­tika kuberbalik ke Fayrus, ternyata laki-laki itu masih saja­ melihatku. “Apakah kau mencintai gitarmu?” “Tentu saja” “Kenapa kau bilang gitarmu mati?” “Jika gitar adalah manusia, maka kaulah Tuhannya. Seper­ ti Tuhan memberi nyawa pada manusia. Dengan nyawa kita­ hidup. Gitarmu seperti manusia yang mati, tidak punya ruh sehingga sekuat apapun kau memainkannya, orang yang men­dengarnya akan bilang bahwa gitarmu mati. Itu karena kau tidak memberinya nyawa. Kau harus punya cinta. Sep­ erti Tuhan punya cinta, dengan itu Dia menghidupkan ma­ nusia yang bisa makan, minum, bahkan mencintai dari jenis mereka yang lainnya. Akhirnya, mereka berkembang dan be­ ranak pinak. Itulah cinta, dia mengalir terus tiada habisnya.” “Gitarmu tak akan menjerumuskanmu jika cintamu tulus.­ Dia akan mengikutimu bahkan tanpa kau sadari dia akan bernyanyi untukmu saat kau sedih.” “Tuhan itu dekat jika kita mendekati-Nya, Dia pun jauh jika­kita menjauhi-Nya. Apa bedanya dengan gitar?” Baik, baik, baik. Saat itu aku kelihatan begitu bego di depan Fayrus. Aku benar-benar terguncang meladeni pertanya­an­ nya. Seakan-akan otakku benar-benar dicuci olehnya. Dia meng­ambil yang layak untuk diluruskan dan membuang yang tak berguna dari otakku. Nuraniku seakan menggeliat­ karena seringnya aku membiarkan perasaan leleh karena ber­ hasil diobrak-abrik olehnya. Dia benar-benar merusak tataran pemikiranku yang selama ini kuanggap sempurna. “Mencintai seseorang berarti menjadi teman untuk saling bertumbuh.” Ah, apalagi ini? Pada saat otakku sedang bekerja menyuci­ kan diri, dan perasaanku tengah teraduk-aduk dia mengata­ kan itu. Aku tahu itu dalam sekali maknanya tapi butuh be­ berapa menit untuk mencernanya. Bertumbuh? Menjadi teman? Ah, harus jawab apa untuk menunjukkan bahwa aku sebenarnya mengerti. Susah juga berhadapan dengan lelaki dewasa seperti Fayrus. Dia berbe­ da. Aku sampai terbata-bata. Aku ini seperti anak kecil yang

digilas habis-habisan dengan gayanya yang superior. Untung saja aku tidak mau konsultasi dengan senior yang masih di kampus. Bisa-bisa aku dijadikan bulan-bulanan mereka. *** Dua hari kemudian… Hening di ruanganku latihan sore ini. Ini ruangan tem­ pat kuliah Praktik Individu Gitar yang juga jadi favoritku ka­ rena dengan kaca-kaca yang menutupi hampir seluruh per­ mukaan dinding ini aku bisa latihan sambil berkaca melihat posisi duduk dan posisi penjarianku. Aroma sore kali ini mekar begitu semerbak. Bunga-bunga di taman depan ruangan ini bergoyang-goyang seperti se­ dang menghinaku. Sebuah kebetulankah pertemuanku dengan Fayrus? Me­ nga­pa Fayrus yang dipilih Maria untuk menemuiku? Apakah kebetulan itu memang bisa diyakini? Aku lebih yakin bahwa semua ini bukan kebetulan. Ini semua adalah skenario Tuhan. Semalaman aku tak bisa tidur setelah bertemu dengan Fay­ rus. Aku tahu dia bukan orang sembarangan. Percuma aku mendebatnya karena aku pasti kalah. Dari energi yang dia pancarkan kala menghakimiku, aku tahu dia sedang membe­ ri kekuatan untukku. Seperti inilah kira-kira yang aku pahami dari kata-kata Fayrus, “Mencintai seseorang berarti menjadi teman untuk saling bertumbuh.” Aku mulai mendekati gitarku. Aku yakin­ kan bahwa aku mencintainya dan menjaganya dengan­baik. Kalau mengikuti realita yang selama ini menggangguku tinggal mengganti saja kata “seseorang” dengan “gitar”. Keti­ ka gitar ini telah melahirkan suaranya yang cantik dengan getaran-getaran dawai yang kusentuh dengan kejujuran, ku­ yakinkan bahwa dia percaya padaku sepenuhnya. Aku tak akan menyakitinya dan selalu memperhatikan dia saat aku senang dan sedih. Dia adalah temanku sekarang. Semakin lama dia mengikutiku, semakin dia bersedia mem­bantuku berkembang. Aku percaya Fayrus mewarisi sifat pengasih Tuhan yang mencintainya. Maka, aku ingin diperhatikan olehnya seperti Tuhan memperhatikanku. Dan, satu kesensitifan yang harus kuterima sejujurnya adalah bahwa kini perasaanku selalu berbunga-bunga tiap mengingat Fayrus. Astaga, sekelebat bayangan tertangkap di kaca, membuat­ ku ngeh kalau dentingan gitarku membasahi kerongkongan sore tanpa aku sadari kapan ini dimulai. “Alisa, masih latihan? Rajin sekali. Besok saya harus meli­ hat kemajuanmu. Saya tahu kau mampu” “Bb.. baik, Pak!” bahuku terangkat dengan nafas tertahan sambil menyembunyikan kekikukanku. Ah, melamun saja aku ini. Pak dosen baru saja menantang­ ku. Ayo temanku, kita harus latihan!!

Misa Fahris mahasiswa Pendidikan Seni Musik UNY

P e wara Din a m i ka j u l i 2011

43


puisi•geguritan•tembang Sajak-sajak Lelakibudiman Rindu ku membuka tidur dalam mata yang mulai mengabur pasrah resah berbaur hambur ku menutup mimpi dalam tatap yang mulai sepi tembang kenang sembunyi bunyi

istimewa

Mengalir Iri Berhembus Pana

rumahhijau, 06 Oktober 2010, dinihari aku iri ... kepada air yang tak bisa ditusuk dan tak terlukai aku terpana ... kepada udara yang bisa menelusup kemana saja Bilangan Gejayan, 21 Februari 2009

lelakibudiman staf pengajar FISE UNY istimewa

pojok ge l it ik

Aku Jadi Malu Umarmoyo: Ujian semesteran sudah usai, Di.

44

P ewara Di n amik a J ul i 2 0 1kalam/pewara 1

Umarmadi: Iya. Kenapa? Umarmoyo: Ya koreksilah! Umarmadi: Gak masalah ta? Umarmoyo: Gak masalah bagaimana? Umarmadi: Kayak gak tahu aja. Soal ujiannya dari tahun ke tahun itu-itu saja kan? Umarmoyo: Ssssstttt ... jangan keraskeras! Umarmadi: Kunci jawabannya dari waktu ke waktu ya hanya itu-itu kan? Umarmoyo: Sssssttt ... tenang dulu. Itu bagus! Umarmadi: Kok bagus? Umarmoyo: Ya iyalah. Itu namanya konsisten. Umarmadi: Apaan? Umarmoyo: Sssssttt ... dengar nih.

Kemarin, awalnya aku bahagia, akhirnya aku malu sendiri. Umarmadi: Kenapa? Umarmoyo: Dari sekian banyak lembar jawaban yang saya koreksi, ada satu yang membuat aku bangga. Umarmadi: Kenapa? Umarmoyo: Karena tidak ada satu pun jawaban yang salah. Umarmadi: Terus ... kenapa harus malu? Umarmoyo: Setelah saya perhatikan, ternyata yang saya koreksi itu kunci jawaban. Umarmadi: ..........................................? ema r '11


le

nsa

“MENYATUKAN” INDONESIA-MALAYSIA DALAM SUKMALINDO Sekitar 250 orang kontingen Festifal Olahraga Tahunan MALAYSIA-INDONESIA (SUKMALINDO) datang di UNY. Mereka disambut dengan Welcome Party di Auditorium. Para atlit, pelatih, tim kesenian serta panitia SUKMALINDO ke-4 siap bertanding beberapa cabang olahraga: Bolavoli, sepak takrow, bulutangkis, hoki, dan futsal. Tak penting siapa yang menang dan siapa yang kalah. Yang terpenting adalah Indonesia dan Malaysia kembali merajut silaturahmi. teks : Sismono La Ode • Fotografer: Heri Purwanto


Selamat Hari Anak 2011

detikpos.com

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.