7 minute read
opini
MeNUNTUT gUrU PrOFeSiONAl ATAU gUrU PeTUAlANg SAJA
Oleh ViNSeNSiUS F JegAUT
Advertisement
Janji pemerintah kita untuk meningkatkan kesejahteraan para guru di negeri ini masih sebatas retorika belaka saja, hal ini di buktikan dengan tidak terealisasinya semua pemberian tunjangan profesi satu kali gaji pokok bagi guru yang telah lolos uji sertifikasi selama ini. Masih ada 6000 guru yang lolos sertifikasi belum diterbitkan SK (Surat Keputusan) nya sebagai guru profesional oleh pemerintah khusunya direktur jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK). (Kompas, 3 Deseber 2010)
Yang lebih memprihatinkan lagi, guruguru yang dinyatakan lolos sertifikasi tidak otomatis tunjangan profesinya dibayarkan segera oleh pemerintah. Karena mereka harus memenuhi persyaratan jumlah jam mengajar 24 jam tatap muka di seminggu di kelas, belum lagi persyaratan administrasi lainnya sebagai pelengkap berkasnya untuk mendapatkan surat keputusan dari pemerintah tadi. Sungguh hal ini kita sayangkan karena niat baik pemerintah dalam memperbaiki tingkat kesejahteraan guru di negeri ini masih sangat rendah komitmennya selama ini.
Suatu hal yang sangat ironis betul dan bertolak belakang dengan komitmen pemerintah yang selama ini menggembargemborkan bahwa program sertifikasi sebagai jalan satusatunya untuk meningkatkan penghasilan para gurunya. Setelah mereka memiliki kualitas mengajar yang baik karena telah lolos uji sertifikasi sehingga berhak menyandang guru profesional. Karena berdasarkan data tahun 2009 dari 201.000 guru yang di sertifikasi sebanyak 198.000 dinyatakan lolos. Dari 543.000 yang seharusnya di terbitkan SK masih ada 6000 guru yang belum diterbitkan SK nya. (Kedaulatan Rakyat,10 Desember 2010).
Dengan alas analasan yang tidak ilmiah dan berkualitas diatas tadi kesannya pemerintah menghindar dari rasa tanggung jawabnya untuk memenuhi dengan baik tuntuntan kesejahteraan hidup para guru yang telah lolos uji sertifikasi selama ini. Karena di satu sisi pemerintah mendorong para guru untuk terus memperbaiki kualitas mengajarnya dengan mengikuti program sertifikasi, tapi di satu sisi pemerintah masih membebani para guru yang lolos sertifikasi agar dalam tatap muka dikelas terpenuhi jumlah 24 jam per minggu.
Yang menjadi pertanyaan penulis kepada pemerintah saat ini, apakah pemerintah kita lebih mengutamakan seorang guru menjadi profesional dibidangnya atau menjadi guru petualang saja. Kalau pemerintah fokusnya untuk menciptakan para guru yang profesional dulu dalam mengajarnya di kelas, semestinya target jumlah mengajar di kesampingkan dulu, agar para guru konsen betul dalam menyiapkan materi ajarnya di kelas. Mengingat tugas mengajar adalah tugas profesional seorang pendidik dan bukan sekedar rutinitas biasa seperti melaksanakan pekerjaan adminitrasi di kantor pemerintaha pada umumnya..
Apalagi pekerjaan mengajar adalah pekerjaan yang berat bagi para guru oleh karena itu membutuhkan persiapan materi yang matang dan maksimal. Kalau guru dipaksa harus mengajar 24 jam/ minggu dalam tatap muka di kelas, di khawatirkan hal ini dapat mengurangi tercapainya nilainilai profesionalisme dari guru itu sendiri. Sehingga hasil akhirnya yang terjadi di negeri ini adalah lahirnya guruguru petualang saja karena mereka berlomba keluar masuk sekolah dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain hanya untuk memenuhi secara kuantitas jumlah 24 jam mengajar sesuai dengan tuntutan pemerintah.
Kalau halhal negatif seperti ini yang terjadi dalam dunia pendidikan kita nanti lalu apa
opini
istimeWa
yang bisa kita harapkan dari type guru yang petualang tadi. Karena pemerintah mengutamakan kuantitas jam mengajar sesuai dengan target sehingga profesionalisme seorang guru di abaikan dengan sendirinya. Dengan demikian penerapan sertifikasi yang dinilai banyak pihak tidak dapat menjamin peningkatan para guru di negeri ini memang benar adanya.
Akhirnya persoalan tetap menjadi rumit dalam dunia pendidikan kita karena ternyata sampai hari ini masih ada 6000 guru yang belum diterbitkan SK nya oleh pemerintah dengan berbagai macam alasan tidak proporsional dan profesional sekali. Penulis mengharapkan khususnya Kemdikbud untuk lebih fokus dulu dalam target akhirnya menjadikan para guru kita lebih profesional dalam tugas mengajar, bukan sebaliknya mengarahkan para guru kita menjadi pendidik petualang saja dalam dunia pendidkan kita, karena hal ini akan merugikan pengetahuan anak didik kita sendiri.Apabila tujuan akhir dari program sertifikasi guru dan dosen selama ini hanya targetnya mengajar sebanyakbanyaknya para guru untuk lolos sertifikasi tanpa didukung dengan imbalan tunjangan profesi yang memadai maka pada akhirnya para guru berlabelkan sertifikasi tapi dalm jiwa guru itu sendiri tidak punya kualitas yang teruji dan terukur nantinya. Tentunya hal ini sangat tidak punya kredibel penampilan guru tersebut di tengah masyarakat kita.
Penulis mengharapkan kepada pemerintah kita untuk tidak keras kepala dengan dengan menerapkan aturan 24 jam mengajar bagi guru yang telah lolos sertifilasi hanya dengan imingiming guna mendapatkan tunjangan sertifikasinya yang besarnya satu kali gaji pokok. Para guru jangan dipaksakan mengikuti semua tuntutan pembuat sertifilasi karena hal itu bisa mempengaruhi hasil akhir dari kualitas mengajar guru nanti di kelas karena konsentrasi mereka tidak fokus lagi. Mengingat tenaga dan pikiran para guru tersebut terkuras habis pada halhal yang sifatnya teoritis saja karena pemerintah lebih mementingkan kuantitas bukan pada kualitas waktu mengajar guru itu sendiri.
VinsensiUs F JegaUt anggota komite rekonstruksi pendidikan (krp) provinsi dIy
opini
KeTiKA KebebASAN PelATih SePAKbOlA DirAMPAS
Oleh SiNggih WiCAKSONO
Anda pernah mendengar nama Fabio Capello ? Pria kelahiran San Canzian d’isonzo pada 18 Juni 1946 ini merupakan pelatih sepakbola legendaris asal italia. Pria yang juga akrab disapa Don Fabio ini pernah merebut beberapa gelar bergengsi selama karir kepelatihan profesionalnya. Diantaranya 7 kali juara SerieA, 2 kali juara la liga, serta sekali liga Champions. Tidak hanya itu, sebagai pemain Capello pun pernah merebut 4 kali juara SerieA, dan 2kali juara Coppa italia. bersama gli Azzurri, Capello tercatat memilki 32 international caps dengan 8 buah gol dicetaknya. rabu (8/2) lalu, publik sepakbola dunia dikejutkan oleh berita yang berasal dari inggris. Fabio Capello, pelatih Tim Nasional Sepakbola inggris, resmi mengundurkan diri dari jabatannya. Capello mengundurkan diri setelah melakukan pertemuan dengan Ketua FA David bernstein dan Sekjen Alex home. Alasannya, Capello kecewa dengan FA atas pencopotan ban kapten tim dari lengan bek John Terry, menyusul kasus rasisme Terry atas bek Queens Park rangers (QPr), Anton Ferdinand.
Pengunduran diri Capello tentu saja merugikan The Three lions. Piala eropa 2012 tak lama lagi akan dihelat. Parahnya, kini Timnas inggris tanpa seorang pelatih dan juga tanpa kapten tim. Sebenarnya rio Ferdinand didaulat untuk mengisi pos kapten tim. Tapi ia menolaknya. Mungkin hal ini disebabkan karena rio merupakan kakak kandung Anton Ferdinand, korban rasisme John Terry. entah bagaimana nantinya jika rio dan Terry diduetkan di jantung pertahanan The Three lions.
Sementara itu, posisi Capello diisi sementara oleh Stuart Pearce. Kandidat utama pelatih ada pada diri harry redknapp, dengan nama beken macam Jose Mourinho, guus hiddink, dan roy hodgson menjadi kandidat lain. Alasannya mudah, sudah lama publik inggris menginginkan pelatih yang berasal dari inggris atau inggris raya. Namun, sepertinya redknapp sendiri belum memikirkan posisi pelatih Timnas inggris, setidaknya sampai akhir musim. redknapp sendiri dapat dibilang sedang dalam masa jayanya saat ini bersama timnya Tottenham hotspurs.
Kita menuju ke dalam negeri. Kala itu, Selasa 13 Desember 2011, Pelatih Timnas U23 indonesia, rahmad Darmawan, mengajukan surat pengunduran dirinya ke PSSi. Surat pengunduran diri pelatih yang juga merupakan perwira TNi Angkatan laut ini ditujukan kepada Sekretaris Jendral (Sekjen) PSSi Tri goestoro, diserahkan melalui perantara eddy Syahputra, teman rahmad yang berprofesi sebagai agen pemain dan pelatih. gosip beredar bahwa pelatih kelahiran Metro, lampung 26 November 1966 ini kecewa dengan keputusan Persatuan Sepakbola Seluruh indonesia (PSSi) yang melarang rahmad memanggil pemain yang bermain di kompetisi indonesia Super league (iSl), sebuah kompetisi yang “katanya” ilegal.
Dari kedua contoh kasus tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kedua pelatih tersebut mengundurkan diri karena ada pihak yang ikut campur. Memang benar, baik FA maupun PSSi merupakan pihak yang memperkerjakan mereka, yang juga berarti sebagai atasan mereka. Namun demikian, seharusnya baik FA maupun PSSi tidak mencampuri urusan teknis. Serahkan urusan teknis kepada pelatih. Serahkan urusan pemilaihan pemain dan kapten tim kepada pelatih. Seorang pelatih sepakbola mempunyai kebebasan.
Kita kembali ke masa lampau, saat Florentino Perez menjadi Presiden real Madrid untuk kali pertama. Kala itu Florentino Perez terlalu mencampuri urusan teknis. Pembelian pemain bintang menjadi kesukaannya, padahal pemain
opini
WWW.metrotVneWs.com rage.com.mY
bintang tersebut tidak dibutuhkan oleh pelatih. Malah pemain yang sebenarnya dibutuhkan oleh pelatih dijual olehnya. hasilnya? Miskin prestasi. Kesalahan Perez tak sampai disitu saja. Pada akhir musim 20062007, Perez memecat pelatih yang sebenarnya berhasil membawa real Madrid merengkuh gelar la liga. Siapa nama pelatih itu? lagilagi Fabio Capello. Capello dianggap tidak bisa menampilkan permainan sepakbola yang indah. ironisnya setelah pemecatan itu, nama rival mereka, barcelona, semakin berkembang dengan sederet prestasi dan permainan menawannya. Seharusnya sebagai Presiden Klub, Perez lebih mengurusi urusan nonteknis, misal sponsorship, TV Revenue, gaji pemain, dan banyak aspekaspek lain dalam bisnsis olahraga. Sementara itu, biarkan urusan teknis kepada pelatih.
Pelatih yang baru saja membawa Zambia menjadi juara Piala Afrika 2012, herve renard, belum lama ini berkata, “I’m a choosen one”. Jose Mourinho pun bernah berkata, ”I’m a special one”. Ya, mereka benar, seorang pelatih sepakbola merupakan seorang yang terpilih dan spesial, yang mempunyai kebebasan untuk melakukan sesuatu dalam tim. Ya, seorang pelatih melakukan sesuatu tiada lain untuk menghardirkan prestasi untuk tim itu sendiri.
singgiH Wicaksono mahasiswa prodi pJkr