opini MENUNTUT GURU PROFESIONAL ATAU GURU PETUALANG SAJA O l e h V i nse nsi us F J e g aut
J
anji pemerintah kita untuk meningkatkan kesejahteraan para guru di negeri ini masih sebatas retorika belaka saja, hal ini di buk tikan dengan tidak terealisasinya semua pemberian tunjangan profesi satu kali gaji po kok bagi guru yang telah lolos uji sertifikasi se lama ini. Masih ada 6000 guru yang lolos serti fikasi belum diterbitkan SK (Surat Keputusan) nya sebagai guru profesional oleh pemerintah khusunya direktur jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK). (Kompas, 3 Deseber 2010) Yang lebih memprihatinkan lagi, guru-guru yang dinyatakan lolos sertifikasi tidak otomatis tunjangan profesinya dibayarkan segera oleh pemerintah. Karena mereka harus memenuhi persyaratan jumlah jam mengajar 24 jam ta tap muka di seminggu di kelas, belum lagi per syaratan administrasi lainnya sebagai peleng kap berkasnya untuk mendapatkan surat keputusan dari pemerintah tadi. Sungguh hal ini kita sayangkan karena niat baik pemerintah dalam memperbaiki tingkat kesejahteraan guru di negeri ini masih sangat rendah komitmen nya selama ini. Suatu hal yang sangat ironis betul dan ber tolak belakang dengan komitmen pemerintah yang selama ini menggembar-gemborkan bah wa program sertifikasi sebagai jalan satu-satu nya untuk meningkatkan penghasilan para gu ru nya. Setelah mereka memiliki kualitas mengajar yang baik karena telah lolos uji ser tifikasi sehingga berhak menyandang guru pro fesional. Karena berdasarkan data tahun 2009
Sungguh hal ini kita sayangkan karena niat baik pemerintah dalam memperbaiki tingkat kesejahteraan guru di negeri ini masih sangat rendah komitmennya selama ini 36
P ewa r a Di n a mik a m a r e t 2 0 1 2
dari 201.000 guru yang di sertifikasi sebanyak 198.000 dinyatakan lolos. Dari 543.000 yang se harusnya di terbitkan SK masih ada 6000 gu ru yang belum diterbitkan SK nya. (Kedaulatan Rakyat,10 Desember 2010). Dengan alas an-alasan yang tidak ilmiah dan berkualitas diatas tadi kesannya pemerin tah menghindar dari rasa tanggung jawabnya untuk memenuhi dengan baik tuntuntan kes ejahteraan hidup para guru yang telah lolos uji sertifikasi selama ini. Karena di satu sisi pe merintah mendorong para guru untuk terus mem perbaiki kualitas mengajarnya dengan mengikuti program sertifikasi, tapi di satu sisi pemerintah masih membebani para guru yang lolos sertifikasi agar dalam tatap muka dikelas terpenuhi jumlah 24 jam per minggu. Yang menjadi pertanyaan penulis kepada pemerintah saat ini, apakah pemerintah kita lebih mengutamakan seorang guru menjadi profesional dibidangnya atau menjadi guru pet ualang saja. Kalau pemerintah fokusnya untuk menciptakan para guru yang profesional dulu dalam mengajarnya di kelas, semestinya target jumlah mengajar di kesampingkan dulu, agar para guru konsen betul dalam menyiapkan ma teri ajarnya di kelas. Mengingat tugas meng ajar adalah tugas profesional seorangpendi dik dan bukan sekedar rutinitas biasa seperti melaksanakan pekerjaan adminitrasi di kantor pemerintaha pada umumnya.. Apalagi pekerjaan mengajar adalah peker jaan yang berat bagi para guru oleh karena itu membutuhkan persiapan materi yang matang dan maksimal. Kalau guru dipaksa harus meng ajar 24 jam/ minggu dalam tatap muka di kelas, di khawatirkan hal ini dapat mengurangiterca painya nilai-nilai profesionalisme dari guru itu sendiri. Sehingga hasil akhirnya yang terjadi di negeri ini adalah lahirnya guru-guru petualang saja karena mereka berlomba keluar masuk se kolah dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain hanya untuk memenuhi secara kuantitas jumlah 24 jam mengajar sesuai dengan tuntut an pemerintah. Kalau hal-hal negatif seperti ini yang terja di dalam dunia pendidikan kita nanti lalu apa