5 minute read

cerpen

Next Article
Bina rohani

Bina rohani

apokalips

Oleh PRima SW

Advertisement

tahari datang.

Sesiangan ini, Barat yang biasanya merayu-rayu matahari agar singgah lebih lama, memilih berpikir keras. masalah panas-dingin jadi musababnya, dan semua karena matahari, demikian pikir Barat. ia baru menyadari matahari demikian pilih kasih, ia selalu mengunjungi timur lebih dulu, memilih membuka hari di timur. maka ketika tiba bertandang Barat, cahanya hanya tinggal sisa-sisanya saja karena matahari sudah terlalu letih. apa salah Barat hingga tak dikaruniai sebanyak timur?

Barat, dengan segenap dengkinya, mulai menyusun rencana. ia susupkan anak-anaknya di antara anak-anak timur. anak-anak Barat telah biasa hidup sulit, maka cenderung licik. Berdustalah mereka bahwa Barat yang punya air tejun mengalir dari langit, punya gunung bermahkota awan, punya istana berdinding emas, dan mata air berwarna-warni dan berasa, tempat mandi dewa-dewi. timur termakan hasut, mulailah mereka membangun serupa khayalan Barat, untuk itu, alam pun dijahati: hutan ditebangi, sungai dikuras, hewan-hewan terusir dan mati, dan permata digali semua untuk lama-lama habis.

Sebulan sekali anak-anak Barat pulang membawa perca kekayaan timur: emas, intan, dan madunya. anak-anak Barat yang cerdik membangun rumah raksasa dan membuat tiruan kerajaan timur dalamnya. Bibit-bibit pohon disemai, hewan-hewan dibiakkan. mulailah tercipta negara kecil timur di Barat sementara timur sendiri semakin tak terlihat timur. Barat mulai senang tapi belum puas. Semua masih harus dilanjutkan. matahari mulanya ragu, apa yang terjadi antara para sisi. Kemudian ia cemas, melihat wajah timur tak seindah dulu, maka ia semakin lama saja menunggui sisi timur. timur jadi semakin panas, sementara Barat dinginnya makin menjadi. Namun, timur sudah kehilangan separuh hutan penyejuknya, sudah kehilangan hewan-hewan sumber makannya, sungai madu pun terpercik nila dari sumur-sumur intan yang memuntahan racun dari perut bumi yang dipendam dewa jutaan kala lampau. anak-anak timur kelaparan, timur bingung alang kepalang.

Datanglah timur menangis pada matahari. apa gerangan kau terlalu lama mengangkangi kami, hai raja cahaya? timur bertanya di antara sesenggukannya. matahari menjadi sedih, ia yang biasanya kuat lalu mulai menitikkan air mata. matahari meredup. Dunia perlahan mendingin. anila menderu semakin seru di Barat, tapi bukan masalah lagi rupanya. Barat sudah hangat dalam kungkuman istana timur buatannya yang megah. Namun Barat bosan melulu

SYaFaQ naik perlahan, lalu menyebar mewarnai horizon, pembuka sang raja siang yang mau bertandang. matahari mulai beraksi, dari condong timur. ia, perlahan tapi pasti, memanjat langit, terus-terus-terus, hingga mengangkangi bumi tepat tengah hari. Di dunia, ibu tersenyum jemurannya kering, tukang es kewalahan melayani pembeli, gadis Sma mengeluh kulitnya hitam, tukang becak menunggu tak ada yang datang, kuli panggul hanya diam karena panas atau hujan rejekinya sama saja. matahari mulai lelah, lalu putuskan untuk turun dari singgasana, naik ke peraduan, demikian manusia-manusia mengira matahari. Padahal, matahari hanya sedang menggiliri dua sisi bumi. Pelan-pelan ia luput dari satu sisi yang segera berganti kelam, untuk menerangi sisi yang lain.

Sisi-sisi itu, karena digiliri, dipoligami matahari, mulai bertikai seakan lupa mereka satu tubuh, satu bumi. Pertengkaran ini dimulai ketika mereka satu per satu beranakan manusia-manusia di wajah masing-masing. Sisi ini, kita sebut saja timur, macam Kurawa, anaknya terlalu banyak namun bodoh-bodoh. tak terlalu pandir, hanya saja sering dicurangi takdir. timur wajahnya indah, punya kerajaan kaya raya. tanahnya emas, langitnya manikam, airnya madu, dan udaranya hangat.

Barat sebenarnya cantik pula, namun lupa. anaknya tak sebanyak timur, namun terlalu pintar hingga nyaris licik, macam Pandawa yang doyan main judi. Namun ini berguna untuk Barat. Karena tanahnya gersang dan udara terlalu dingin, mereka pun miskin. anak-anak bertengkar, maka orangtua mereka yang turun tangan. Barat dan timur yang mulanya diam saja dalam iri, kini saling mencaci.

Suatu kali Barat bertandang rumah timur ketika matahari sedang di timur. ia cari muka pada matahari agar disangka ramah, matahari dan timur sama-sama polos. Sayang, timur terlalu bodoh. menyambut Barat dengan senyum, disajikannya satu per satu kekayaannya penjamu tamu. mula-mula dihidangkan daging panggang dari ternak sendiri yang melimpah, di atas pinggan emas bertahtakan intan pada pinggirannya. minumnya, Barat disilakan memilih madu sungai, air gunung, atau sari buah-buahan, semua dalam piala emas berhias mutu manikam pula. Barat bukannya tak pernah dengar akan semua ini, tapi melihatnya, baru sekali inilah.

Barat lalu pulang dengan segenap iri dengki. Barat dilanda dingin sepanjang tahun makanya tak ada hutan hijau. Semua jadi putih karena salju, jadi kering, dan hewan-hewan pun bersembunyi hingga tak bisa diburu. alih-alih sungai madu, yang ada sungai-sungai beku sepanjang waktu. anakanak Barat pucat dan kurus, yang selalu gembira ketika ma-

cerpen

istimeWa

dalam ruangan, ia ingin menghirup udara bebas. maka beranjaklah ia keluar. Baru membuka pintu istana, Barat terkagetkaget melihat langit hitam berpadu dengan puting-beliung. matahari hanya terlihat berkas-berkasnya saja. Bukankah ini masih waktunya kunjungan matahari?

Barat, dengan mantel bulu hewan timur, mahkota emas timur, dan perut yang membusung terlalu banyak minum, menyeret langkah menghampiri matahari. matahari tak sesenggukan, tak berisik, tapi matanya hampa ke arah depan saja. ia bahkan tak menyadari Barat yang tiba-tiba ada di sisinya. Di mata Barat, matahari yang merah panas menyala-nyala, kali ini lebih menyerupai bola hitam raksasa yang dingin. matahari, oh, matahari, adakah lakuku menyedihkanmu? matahari hanya bisu. matahari, sayangku, pelindungku, penghangatku, adakah kekuranganku menyenangkanmu bila kau di sini, bila demikian katakanlah…hanya diam mendingin begini, tak kaulihatkah anak-anakku meringkuk kedinginan... oh, matahari… matahari yang sebenarnya berhati baik, mulai tergugah tak tega melihat kesengsaraan anak-anak Barat karena kedinginan. Setangan biru berlapis atmosfer diusapkannya menyusut air matanya, dunia mulai hangat kembali, hujan salju reda, dan puting beliung tiada. anak-anak Barat bersorak karena matahari terperdaya kebohongan mereka. timur dan matahari kini sudah tak saling peduli. inilah saatnya bagi Barat! mulailah Barat dan anak-anaknya menyusun rencana membunuh timur. Barat lalu datang menghasut timur bahwa matahari akan selamanya tidak berkutik pada singgasananya di timur. mendengar demikian, timur ketakutan akan datangnya bencana panas yang membinasakan. maka, timur sesegera itu mendatangi matahari sambil berteriak. enyah kau dari timur! matahari merasa cukup sekali saja terhina, terburai harga dirinya, namun tidak kali ini. tapi ia tahu, tanpanya, timur akan lenyap. Semua yang hidup butuh sinarnya. matahari dilanda kebimbangan sampai akhinya Barat datang kembali. Barat, sambil menyanyi, mengasihani matahari yang disiasiakan timur. Bagaimana mungkin seorang hamba yang khittahnya digilir, berani mengusir tuannya? katanya. amarah matahari membludak kembali. Pungkasan, Barat minta matahari bercokol di Barat saja, tak usah ke mana-mana. mulai besok, syafaq akan memudar di Barat. matahari akan bermula dari Barat, dan selalu di Barat. Barat tak cemas akan kekeringan dan kepanasan, semua pohon timur dalam istana raksasanya akan dikeluarkan, dijejerkan di jalan-jalan, di hutan-hutan, dan hewan-hewan akan dilepaskan. Barat dan anak-anaknya tak sabar memulai kerajaan abadi mereka.

Syafaq baru saja mekar, belum lagi pupus, ketika seisi galaksi berguncang. matahari telah membuat bumi menyalahi orbitnya, maka semua benda langit bingung dan saling menabrak. Saturnus lantak cincinnya, Jupiter dilanda bulan-bulannya. Gunung-gunung api di mars menggelegak lalu meletus, meletuskan mars. tamatlah seteru Barat dan timur. Dunia baru saja berakhir, apokalips.

prIma sw jurnalis ekspresI Uny

This article is from: