Pewara Dinamika Mei 2011

Page 40

cerpen

Apokalips Ol e h Pr i m a S W SYAFAQ naik perlahan, lalu menyebar mewarnai horizon, pembuka sang raja siang yang mau bertandang. Matahari mulai beraksi, dari condong Timur. Ia, perlahan tapi pasti, memanjat langit, terus-terus-terus, hingga mengangkangi bumi tepat tengah hari. Di dunia, Ibu tersenyum jemurannya­ kering, tukang es kewalahan melayani pembeli, gadis SMA mengeluh kulitnya hitam, tukang becak menunggu tak ada yang datang, kuli panggul hanya diam karena panas atau hujan rejekinya sama saja. Matahari mulai lelah, lalu putuskan untuk turun dari singgasana, naik ke peraduan, demikian manusia-manusia mengi­ ra Matahari. Padahal, Matahari hanya sedang menggiliri dua sisi bumi. Pelan-pelan ia luput dari satu sisi yang segera berganti kelam, untuk menerangi sisi yang lain. Sisi-sisi itu, karena digiliri, dipoligami Matahari, mulai bertikai seakan lupa mereka satu tubuh, satu bumi. Pertengkar­ an ini dimulai ketika mereka satu per satu beranakan manusia-manusia di wajah masing-masing. Sisi ini, kita sebut saja Timur, macam Kurawa, anaknya terlalu banyak namun bodoh-bodoh. Tak terlalu pandir, hanya saja sering dicurangi takdir. Timur wajahnya indah, punya kerajaan kaya raya. Ta­ nahnya emas, langitnya manikam, airnya madu, dan udaranya hangat. Barat sebenarnya cantik pula, namun lupa. Anaknya tak sebanyak Timur, namun terlalu pintar hingga nyaris licik, macam Pandawa yang doyan main judi. Namun ini berguna­ untuk Barat. Karena tanahnya gersang dan udara terlalu di­ ngin, mereka pun miskin. Anak-anak bertengkar, maka orang­ tua mereka yang turun tangan. Barat dan Timur yang mula­ nya diam saja dalam iri, kini saling mencaci. Suatu kali Barat bertandang rumah Timur ketika Matahari sedang di Timur. Ia cari muka pada Matahari agar disangka ramah, Matahari dan Timur sama-sama polos. Sayang, Timur terlalu bodoh. Menyambut Barat dengan senyum, disajikannya satu per satu kekayaannya penjamu tamu. Mula-mula dihidangkan daging panggang dari ternak sendiri yang melimpah, di atas pinggan emas bertahtakan intan pada pinggirannya. Minumnya, Barat disilakan memilih madu sungai, air gunung, atau sari buah-buahan, semua dalam piala emas berhias mutu manikam pula. Barat bukannya tak pernah de­ ngar akan semua ini, tapi melihatnya, baru sekali inilah. Barat lalu pulang dengan segenap iri dengki. Barat dilan­ da dingin sepanjang tahun makanya tak ada hutan hijau. Semua jadi putih karena salju, jadi kering, dan hewan-hewan­ pun bersembunyi hingga tak bisa diburu. Alih-alih sungai madu, yang ada sungai-sungai beku sepanjang waktu. Anakanak Barat pucat dan kurus, yang selalu gembira ketika Ma38

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

tahari datang. Sesiangan ini, Barat yang biasanya merayu-rayu Matahari agar singgah lebih lama, memilih berpikir keras. Masalah panas-dingin jadi musababnya, dan semua karena Matahari, demikian pikir Barat. Ia baru menyadari Matahari demikian­ pilih kasih, ia selalu mengunjungi Timur lebih dulu, memilih membuka hari di Timur. Maka ketika tiba bertandang Barat, cahanya hanya tinggal sisa-sisanya saja karena Matahari sudah terlalu letih. Apa salah Barat hingga tak dikaruniai seba­ nyak Timur? Barat, dengan segenap dengkinya, mulai menyusun renca­ na. Ia susupkan anak-anaknya di antara anak-anak Timur. Anak-anak Barat telah biasa hidup sulit, maka cenderung licik. Berdustalah mereka bahwa Barat yang punya air tejun mengalir dari langit, punya gunung bermahkota awan, punya­ istana berdinding emas, dan mata air berwarna-warni dan berasa, tempat mandi dewa-dewi. Timur termakan hasut, mulailah mereka membangun serupa khayalan Barat, untuk itu, alam pun dijahati: hutan ditebangi, sungai dikuras, hewan-hewan terusir dan mati, dan permata digali semua untuk lama-lama habis. Sebulan sekali anak-anak Barat pulang membawa perca kekayaan Timur: emas, intan, dan madunya. Anak-anak Barat yang cerdik membangun rumah raksasa dan membuat tiruan kerajaan Timur dalamnya. Bibit-bibit pohon disemai, hewan-hewan dibiakkan. Mulailah tercipta negara kecil Timur di Barat sementara Timur sendiri semakin tak terlihat Timur. Barat mulai senang tapi belum puas. Semua masih harus dilanjutkan. Matahari mulanya ragu, apa yang terjadi antara para sisi. Kemudian ia cemas, melihat wajah Timur tak seindah dulu, maka ia semakin lama saja menunggui sisi Timur. Timur jadi semakin panas, sementara Barat dinginnya makin menja­di. Namun, Timur sudah kehilangan separuh hutan penyejuk­ nya, sudah kehilangan hewan-hewan sumber makannya, su­ ngai madu pun terpercik nila dari sumur-sumur intan yang memuntahan racun dari perut bumi yang dipendam dewa jutaan kala lampau. Anak-anak Timur kelaparan, Timur bi­ ngung alang kepalang. Datanglah Timur menangis pada Matahari. Apa gerangan kau terlalu lama mengangkangi kami, hai raja cahaya? Timur bertanya di antara sesenggukannya. Matahari menjadi sedih, ia yang biasanya kuat lalu mulai menitikkan air mata. Matahari meredup. Dunia perlahan mendingin. Anila menderu semakin seru di Barat, tapi bukan masalah lagi rupanya. Barat sudah hangat dalam kungkuman istana timur buatannya yang megah. Namun Barat bosan melulu


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.