Pewara Dinamika Mei 2011

Page 1

Volume 12 • nomor 41 mei 2011

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENDIDIKAN KARAKTER:

MULAI DARI DIRI SENDIRI HINGGA UNTUK SEMUA Gema pendidikan karakter di UNY semakin keras. Pelbagai usaha terus dilakukan untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut.


47 TAhuN MENgABDI uNTuK NEgERI

Sudah 47 tahun kami menyemai generasi negeri. Kami tidak akan lelah mengevaluasi dan merefleksikan diri dan akan selalu memperbaiki diri serta memberikan yang terbaik. 47 tahun bukanlah akhir, tiada kata akhir, kami akan terus mengabdi bagi negeri ini…. Selamat Dies Natalis UNY ke-47! Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • foto: mindiptono akbar


pena redaksi

P e wa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Lena Satlita, M.Si. PEMIMPIN PERUSAHAAN Prawoto, SE. PEMIMPIN REDAKSI Dr. Nurhadi, M.Hum. SEKRETARIS REDAKSI Dian Dwi Anisa REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Rizka, SH. Drs. Wedho Chrisnarto Tusti Handayani, A.Md. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Hayati Nupus Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, M.A. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Virga Renitasari, S.S. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Norma Chussnah, S., S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Pramushinta Putri Dewanti, S.S. (PPs) SIRKULASI Kusno, S.Pd. Suwanto Sumedi Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

kalam/pewara

Selamat berjumpa kembali dengan kami, Pewara Dinamika edisi Mei 2011. Ra­sa­nya waktu tidak mau menunggu dan terlalu cepat melesat. Baru saja re­ dak­si menggarap edisi April, tiba-tiba kami diburu deadline edisi Mei. Mungkin akhir-akhir ini, diantara pem­­baca banyak yang menonton­ siaran­ lang­sung UNY di Jogja TV. Beberapa­pe­­ ja­­bat kampus sudah berkali-kali tam­pil di stasiun televisi ini. Tahukah an­da?­ Bahwa program tersebut adalah pro­ gram­yang konsepnya diramu secara ma­tang di meja Humas, Promosi,­dan Pro­to­kol Universitas Negeri Yogyakarta­ (HPP UNY). Program itu merupakan lang­kah nyata untk mempromosikan­ UNY yang berdasar pada pendidikan­ka­ rakter. Namun, bukan hanya HPP yang mengalami perkembangan. Adapun­ per­kem­bangan di bidang Pendidikan Pe­ng­a­jaran adalah peningkatan mutu­

sum­ber daya manusia, peningkatan la­ yan­an akademik, dan kualitas kelemba­ ga­an. Beberapa perkembangan UNY di beberapa bidang akan dibahas lengkap­ disini. Dan juga ditulis semenarik­ mung­­kin. Semua tersedia di rubrik la­ por­an utama. Untuk rubrik selain laporan utama, kami juga suguhkan tulisan-tulisan yang dikemas secara apik. Diantaranya­ dua opini, resensi buku, bina rohani, cerita pendek, dan puisi. Semua itu merupakan rubrik kiriman dari pembaca setia Pewara Dinamika. Tak ketinggalan, Umarmadi dan Umarmoyo akan membuat lengkungan di bibir anda pada rubrik Pojok Gelitik. Untuk menuntaskan rasa penasaran anda,maka sila membuka lembar-lembar berikutnya. Selamat menikmati ha­ sil­kerja keras kami! 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

1


daftar isi Volume 12 • Nomor 41 mei 2011

l a po ra n U ta m a

Pendidikan Karakter: Mulai Dari Diri Sendiri Hingga Untuk Semua Gema pendidikan karakter di UNY semakin keras. Pelbagai usaha terus dilakukan untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut. dokumen humas

halaman 6

24

32 opini

berita

GERMANISTIK CAKUP ASPEK LINGUISTIK DAN INTERKULTURAL ba­­­ha­sa Jerman saja, melainkan ju­ga­ di­bekali dengan pengetahuan ten­­ tang­­bahasa Jerman secara lebih kom­­­pre­­­hen­sif yang mencakup aspek li­ngu­is­tik dan aspek interkultural.

dokumen humas uny

Melalui pembelajaran Germanis­ tik,­mahasiswa tidak hanya dibekali­ de­­ngan kemahiran/ketrampilan ber­­

Berita Lainnya • Ajang Curhat Jurusan Manajemen • FIP Mencetak 14 Mahasiswa Cumlaude • Konstruksi Limbah Cair Sebagai Penggerak Turbin • Ujicoba Teleconference

Membangun Karakter melalui Olahraga? Sudah empat belas tahun yang lalu, tepatnya tahun 1997 (namun masih terbesit dalam benak penulis) ketika Rektor ITB waktu itu Profesor Wiranto Arismunandar... 37 bina rohani 5 bunga rampai 38 cerpen 4 dari pembaca 1 dari redaksi 3 Jendela 40 pojok gelitik 40 puisi•geguritan•tembang 36 resensi media perancang sampul: kalam jauhari

2

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1


jendela

SENJA DI KAIMANA Ada satu lagi kecelakaan pesawat di negeri ini. Persisnya pada Sabtu (7/5/2011) di Kaimana,­ Papua Barat yang menimpa pesawat Merpati MA-60 dengan kode penerbangan MZ8968. Semua penumpangnya, 27 orang, tewas termasuk pilot dan kopilotnya yang ditemukan terje­ pit di kokpit pesawat yang terhunjam ke air la­ut pukul 13.45 WIT. Sudah banyak kecelakaan pesawat semacam ini, baik karena kesalahan teknis (karena kerusakan mesin), human eror, maupun cuaca. Hingga tulisan ini disusun, belum diketahui faktor­ apakah yang menyebabkan pesawat MA-60 bi­ kinan Cina itu menukik ke laut, beberapa ratus meter sebelum mencapai Bandara Kaimana. Kecelakaan pesawat tidak hanya monopoli Indonesia. Di belahan dunia lain juga banyak ter­catat kecelakaan pesawat, termasuk pesawat­ yang jatuh karena sabotase atau karena teroris, apalagi ketika masa perang. Akan tetapi, tampaknya kecelakaan pesawat terbang di Indonesia termasuk relatif tinggi. Kecelakaan pesawat Merpati MA-60 di Kai­ ma­na kali ini menjadi sorotan media karena pe­ sa­wat bikinan Cina itu belum bersertifikasi­FAA, sebuah lembaga sertifikasi bagi pesawat terbang yang dikeluarkan pihak Amerika. Sejum­ lah analis menyayangkan mengapa Merpati­ meng­gunakan pesawat tersebut. Mengapa ti­ dak menggunakan pesawat-pesawat yang telah­ bersertifikasi FAA atau malah buatan Indonesia sendiri yang juga mampu bikin pesawat. Persoalannya berkembang manakala ditengarai pembelian pesawat asal Cina tersebut ter­ kait dengan orang-orang di pemerintahan yang memiliki kepentingan tertentu dengan ca­ra melakukan mark up untuk pembeliannya.­Hingga kini dugaan adanya KKN tersebut belum terbukti. Kasusnya masih bergulir. Dan tampaknya­ nanti akan terlupakan dengan munculnya beri­ ta heboh lainnya. Kita seringkali mudah melupakan suatu peristiwa yang baru saja kita lalui dan kemudian berulang pada tragedi yang serupa. Kecelakaan transportasi, baik pesawat, kapal, kereta api, maupun kendaraan darat, sering menjadi berita­ utama media massa karena banyaknya korban tewas ataupun tragisnya kecelakaan terse­

but.­Dan kecelakaan semacam itu seringkali­ di­se­babkan oleh kelebihan muatan ataupun ketidaklayakan armada sebagai sarana transportasi. Kecelakaan pesawat di Medan beberapa tahun lalu konon karena kelebihan muatan berupa durian di bagasi pesawat. Barangkali kita termasuk bangsa yang suka menerabas. Jangan-jangan, mentalitas suka menerabas ini berawal dari bangku seko­lah­manakala sebagian guru membiarkan berkembang­nya karakter penerabas. Bukankah pemal­suan dokumen berawal dari kebiasaan mencotek di sekolah yang ditoleransi? Kecelakaan pesawat di Kaimana itu tampak­ nya bakal berlalu dengan berjalannya waktu. Ada banyak persoalan yang perlu dibenahi di negeri ini, mulai dari masalah korupsi hingga permasalahan rebutan kursi. Kaimana, lokasi kecelakaan, barangkali sebuah nama yang asing.­Kota kecil itu bakal mudah dilupakan seandainya almarhum Alfian tidak menyanyikan­ nya. Pada tahun 1970-an, lagu “Senja di Kaimana” begitu populer melintasi zaman. Kini, ke­ti­­ka kecelakaan pesawat itu terjadi, kita me­ ra­sa­didekatkan kembali oleh lagu itu. Kecelakaan pesawat kali ini mengingatkan kembali suara merdu penuh vibrasi almarhum Alfian. //Kan kuingat slalu/ Kan kukenang slalu/ Senja indah/ Senja di Kaimana// Seiring surya/ Meredupkan sinar/ Dikau datang/ Ke hati berde­ bar// Kau usapkan tangan halus mulus/ Di luka nan parah penuh debu// Senja di Kaimana/ Dan kasihmu dara/ Dalam jiwa/ Sampai akhir masa// Banyak lagu-lagu Alfian yang mengingatkan kita akan sebuah memori terhadap kota-kota tertentu seperti: “Semalam di Cianjur”, “Senja­ di Pantai Sanur”, Sebiduk di Sungai Musi”, “Semalam di Kota Bogor”, atau “Sungai Kahayan”. Mengenang sebuah memori adalah salah satu cara melawan lupa, agar tidak terperosok dalam lubang yang sama, agar bisa tampil lebih baik di kemudian hari. Termasuk dengan merayakan hari kelahiran atau hari jadi sebagaimana­ yang dilakukan UNY pada tanggal 21 Mei ini.

Dr. Nurhadi, M.Hum. Pemimpin Redaksi

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Bangga pada Pewara Dinamika Semakin hari, saya semakin salut dan bang­ ga saja pada majalah tercinta Pewara Dina­ mika ini. Kalau saya perhatikan, semakin kesini Pewara Dinamika semakin berkualitas saja. Baik dari segi isi maupun tampilan. Hal ini berbeda dengan Pewara Dinamika yang terbit pada saat saya masih kuliah dulu. Dari segi tampilan saja sangat jauh berbeda, apalagi isi. Tampilan yang sekarang sangat menarik dan nyaman dipandang mata. Foto-foto yang disajikan cukup fotografis dan mampu mewakili isi cerita. Dari segi isi, rubrikasi mencakup beragam tema dalam satu majalah. Meski begitu tetap tidak meninggalkan kedetailan isi berita, terutama melalui rubrik laporan

Rubrik-rubrik lain menyajikan berita yang informatif dan memperkaya pengetahuan.

utama. Rubrik-rubrik lain menyajikan berita yang informatif dan memperkaya pengetahuan. Gaya penulisan juga sudah jauh lebih baik dan enak untuk dibaca. Semoga Pewara Dinamika ke depan lebih baik lagi. Terima kasih. Veronica alumnus UNY

Stadion Baru Kurang Lampu Sebelumnya, saya ingin mengucapkan selamat pada UNY yang telah memba­

ngun sebuah stadion baru dengan waktu yang tak terlalu lama. Namun sa­

Sebelumnya, saya ingin mengucapkan selamat pada UNY yang telah membangun sebuah stadion baru dengan waktu yang tak begitu lama. 4

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

yang­­nya, di sepanjang jalan stadion ti­dak diberi lampu penerangan yang cu­ kup. Bahkan penerangan hanya didapat­ dari lampu-lampu mobil yang berseliweran di sepanjang Jalan Colombo. Hal ini membuat saya selalu was-was ji­ka melewati stadion baru khususnya pada­malam hari. Keadaan gelap gulita­ membuat saya terburu-buru dan khawatir rawan kejahatan dan rawan kecelakaan. Semoga pihak kampus bisa se­ gera mengupayakan dipasangnya lam­pu yang memadai di sepanjang stadion baru UNY. Etik Wahyuni mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman


tips tips Sekolah Bermodal Jaringan Internet O l e h Di a n D. A .

istimewa

Anda tentu sudah sangat akrab dengan­ sekolah konvensional, dimana guru dan sejumlah murid duduk berhadapan di dalam sebuah ruangan yang biasa dise­ but kelas. Didalamnya terjadi proses belajar oleh siswa dan mengajar oleh guru. Apakah anda juga sudah akrab de­ ngan­ sekolah online? Sekolah online ada­lah metode pembelajaran akademis­ yang dilakukan menggunakan media in­­ter­net. Program yang ditawarkan pun be­ra­gam, mulai dari tingkat sekolah­da­ sar­hingga universitas. Laiknya sekolah konvensional, seko­ lah online juga menyediakan beberapa pogram study, antara lain musik, ilmu alam, ilmu sosial, tata busana, musik dan bahkan sekolah puisi. Keuntungan­ lain dari sekolah lain adalah tidak ber­ gan­­ tung waktu dan tempat seperti­ yang dijadwalkan di sekolah-sekolah kon­­­ven­­si­­onal. Sekolah online bisa dilakukan kapan­ saja dan dimana saja. Selain itu, siswa

di­ja­min pula dapat menguasai bidang ilmu yang dipilihnya dengan karena in­­truk­­si yang diberikan menggunakan­ in­truk­si yang mudah. Keuntungan lain ada­lah penghematan kertas karena se­ ko­­­lah ini hanya bermodal seperang­kat kom­puter dan koneksi internet. Namun, siswa sekolah online tidak da­pat berinteraksi langsung dnegan se­ sa­ma siswa sekolah online itu ataupun dengan pengajar. Selain itu, siswa juga susah terbiasa dengan sekolah online ka­rena sudah kenal dan terbiasa dengan sekolah online. Dan biaya yang dbutuhkan untuk sekolah online biasanya lebih mahal daripada sekolah konvensional. Berikut beberapa referensi website yang menyediakan jasa sekolah online: www.elearners.com: situs ini untuk orang yang berminat melanjutkan program diploma atau sarjana.­Disini tersedia beberapa program studi­mulai­ science hingga tata busana. Program­stu­ di yang ada di website­ini merupakan­

1

tu­run­an langsung dari univer­si­tas-uni­ ver­sitas di Amerika. www.sessions.com: di dalam situs ini tersedia program desain. Penjurusannya meliputi desain grafis, web de­sain, multimedia dan digital arts. www.berkleemusic.com: situs satu ini khusus untuk peminat musik. Pelajaran yang diberi mulai dari teknik vokal, gitar, biola dan alat musik lain. www.onlineschoolofpoetry.com: situs khusus untuk pembelajaran puisi. Pengajar di situs ini merupakan para pengajar yang berpengalaman di bi­ dang­penulisan puisi. Di dalamnya tersedia workshop gratis penulisan puisi. Sekolah online bisa menjadi solusi un­tuk orang-orang yang tidak mempu­ nyai waktu banyak. Jangan khatir, karena diakhir sekolah, setiap siswa akan mendapatkan sertifikat kelulusan.­

2 3 4

Dian D. A. mahasiswa FBS UNY

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

5


laporan utama

PENDIDIKAN KARAKTER:

MULAI DARI DIRI SENDIRI HINGGA UNTUK SEMUA

Gema pendidikan karakter di UNY semakin keras. Pelbagai usaha terus dilakukan untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut. Oleh s i s m ono l a od e

D

engan apa ulang tahun diraya­ kan?­Akan banyak jawaban yang dari pertanyaan yang be­ gi­tu­ring­kas itu. Namun, UNY dalam Dies Natalis yang ke-47, akan terus mem­per­baiki dan menge­va­ luasi diri da­lam memberikan layanan yang terbaik­pada segenap sivitas akademikanya, pada masyarakat, dan akan terus memberikan pengabdian yang terbaik bagi bangsa. Kesemuanya itu diusung dalam tema, “Pendidikan Karakter untuk Semua”. Dalam tahun ini, UNY resmi menggunakan dan menerapkan tema itu da­lam tiap unit/lembaga yang dimiliki.­Ini bukan kali pertama tema itu dimunculkan.­ Sebelumnya, pada 2008 UNY su­dah me­ ne­­rap­kan­ pen­di­

dikan karakter sebagai landas­an pondasi dalam pembangunan­mentalitas anak bangsa. Sebuah usaha dalam mengupayakan perbaikan bangsa yang dalam banyak media sebagai bang­sa yang selalu dirundung masalah yang begitu berkelindan. Terlalu banyak orang pintar di negeri ini, namun tidak memiliki karakter dalam menjalankan amanah, tidak jujur, tidak memiliki in­te­gritas, tidak memiliki sopan-santun, dan yang lainnya. Hingga bangsa ini masih jauh dari kata adil, makmur, dan sejahtera bagi seluruh warga negaranya. Penerapan pendidikan karakter­ini bukan semata nilai budaya timur yang dilestarikan. Bukan juga sebagai­bentuk­ dominasi budaya tertentu.­Bahkan pen­ di­dik­an karakter melebihi batas-ba­tas kebudayaan terjauh sekalipun.­ Ba­­gai­ ma­na mungkin pembangunan sebuah bang­sa tanpa memiliki nilai-nilai ke­ju­­ jur­an bagi aparatnya? Bagaimana­mung­ kin keadilan sosial dan ketentraman­bisa tercapai, bila­tidak memiliki toleransi dan saling menghormati. Pada intinya pen­didikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk pribadi yang luhur

sebagai modal dalam kehidupan. Dan UNY tidak akan muluk-muluk da­ lam mengupayakan itu melalui pendidikan karakter, model pendidikan­yang mengusung dan menjunjung tinggi­ni­ lai moral, kejujuran, sopan santun,­integritas, visioner, memiliki­daya saing, dan yang lainnya. Dari kesemuanya itu akan bermuara pada­implemen­ta­ si­­an­­nya dalam bentuk kehidupan­ yang ber­mar­tabat dalam kehidupan. Bentuk­ penerapan langsung pendidikan karakter, UNY memulainya pada lembagalem­baga dan unit yang ada di UNY. Da­ lam edisi ini akan kami haturkan pada pembaca sekalian. Humas, Promosi, dan Protokol (HPP) adalah salah satu ujung tombak UNY dalam manajemen komunikasi yang bertujuan untuk meningkatkan brand image UNY dengan membangun relasi yang baik dengan pihak internal maupun eksternal. Lembaga inilah sebagai pintu gerbang informasi UNY dalam ben­ tuk komunikasi dua arah untuk membangun pengertian, kepercayaan, dan dukungan publik. Dalam penyebar­ an informasi pendidikan karakter, lem-


baga inilah yang menguarkan akan kesungguhan UNY sebagai garda terdepan pembangunan karakter, sekaligus sebagai ciri khas dan keistimewaan UNY sebagai leading in character education. Selanjutnya adalah bidang Bidang­ Pen­didikan dan Pengajaran. Bidang yang fokus dalam kajian kurikulum, tenaga pengajar, dan hal terkait akade­mik­ lainnya. Bidang ini menggaris­bawahi jika pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang menghasilkan out­ put yang berkarakter. Tentang hal ini, Prof. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., selaku Rektor UNY, pernah mengatakan, bahwa Prestasi Kumulatif (IPK) bukan satu-satunya acuan kelulusan seorang mahasiswa. Masih ada moralitas yang akan mempengaruhi kelulusan tersebut. Ungkapan itu tidak main-main, karena UNY pernah menahan kelulusan seorang mahasiswa selama setahun. Penahanan itu dilakukan karena mahasiswa tersebut diketahui mencuri buku di perpustakaan. Jelaslah sudah moralitas seperti apa yang diinginkan UNY terhadap lulusannya. Begitupun de­ngan tenaga pendidiknya yang akan

terus ditingkatkan kemampuannya de­ ngan pendidikan lanjut. Kemudian bidang II, bidang yang ter­ kait dengan administrasi dan umum. Dalam visinya mendukung penerapan pendidikan karakter, bidang ini membentuk kultur untuk menopang pelaksanaan pendidikan karakter itu sendiri.­ Terutama bagaimana menerapkan di­­sip­ lin pada seluruh karyawan dan ke­ikh­ lasan dalam bekerja serta mendu­kung dalam bentuk fasilitas dalam pe­lak­sa­ naan pendidikan karakter itu sen­diri. Sedangkan bidang III, bidang yang dekat dengan kemahasiswaan. Dalam tag line-nya dalam menyokong pendi­ dik­an karakter, bidang ini tidak akan ber­hen­ti dalam mendampingi dan mem­ beri semangat pada mahasiswa. Ter­u­ta­ ma dalam pengembangan kemam­pu­an intelektual, keseimbangan emosi, dan penghayatan spiritual mahasiswa; pe­ ngem­bangan mahasiswa sebagai ke­ ku­at­an moral dalam mewujudkan ma­­ sya­­rakat madani yang demokratis,­ ber­­ke­­­­a­­dil­an, dan berbasis pada par­ti­si­ pa­­si publik; dan peningkatan­dan aktu­ a­li­sa­si diri mahasiswa.

Terakhir dalam liputan kami adalah lembaga Kantor Internasional (KI). Implementasi pendidikan karakter di KI di­ se­suaikan dengan peran dan tugas yang dijalankan unit ini. Fokus pada internasionalisasi sivitas akademika UNY, sebagai pintu masuk dan mesin pendorong kolaborasi antara insan UNY dengan mitra kerja di universitas, lembaga, industri dalam maupun luar negeri. Pe­ ne­rapan pendidikan karakter dimulai dari sikap para karyawan dalam lemba­ ga ini, yakni respecting others dalam tiap pelayanannya, baik saat pelayanan da­ lam telepon hingga internet. Itulah liputan kami kali ini, bagaimana penerapan pendidikan karakter da­ lam lembaga dan unit yang ada di UNY. Pada akhirnya itu adalah awalan saja, menerapkan dan transfer nilai-nilai pen­­­di­dik­an karakter kita panggul bersa­ ma-sama. Daripada terus merutuki­akan kondisi bangsa ini, mari kita memu­ lainya dari diri-sendiri,­kemudian lingkungan terdekat, dan diteruskan dalam kehidupan yang lebih luas. Jika itu berjalan, itulah makna pendidikan karakter untuk semua. Selamat membaca. 


laporan utama

UNY: Centre of Excellent Pendidikan Karakter Usia 47 rupanya menjadi pemantik bagi UNY untuk semakin menegaskan penerapan pendidikan karakter yang sudah digaung-gaungkan UNY sejak tahun 2008 lalu. Lewat tema dies natalis, Pendidikan Karakter untuk Semua, UNY terus berusaha “menyadarkan” berbagai kalangan akan pentingnya karakter yang bermoral Oleh Ar i sk a P ra s e t ya n awat i

P

8

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

foto-foto:dokumen humas UNY

endidikan” dan “karakter” adalah­ dua kata yang paling sering diseru­ kan UNY yang baru saja ber-Dies Na­talis ke-47 pada 21 Mei kemarin.­ Ten­tu saja hal ini berkaitan dengan tema yang dies natalis yang diusung UNY, yaitu Pendidik­an Karakter untuk Semua. Dengan tema Pendi­dik­ an Karakter untuk Semua, UNY akan terus me­­ ngem­­bangkan pendidikan karakter untuk mem­­ bangun peradaban bangsa. Karena­itu, mas­­al­ ah pendidikan karakter menjadi­tema sen­tral­­bagi proses humanisasi­ atau pembelajar­an se­la­ma ini di UNY. Peringatan­dies natalis inipun menjadi momentum refleksi bagi UNY guna­mengu­ atkan konsistensi dalam menerapkan­pendidik­ an karakter untuk semua. Seperti yang disampaikan Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., bahwa dies na­ ta­lis merupakan agenda besar yang sangat pen­ ting bagi UNY. Pasalnya, dies natalis merupakan sarana untuk dapat mengingatkan kembali pencapaian dan prestasi yang telah diraih se­ bu­ah universitas setiap tahunnya. Selain itu, dies natalis juga dapat menjadi sebuah mo­ti­va­ si dalam mencapai segala hal yang belum ter­ ca­pai. “Dies natalis menjadi refleksi diri untuk ber­cermin apa saja kemajuan yang berhasil ka­ mi capai selama ini. Sekaligus sebagai sarana eva­lu­as­ i. Minimal yang terabaikan segera di­se­ le­saikan, kalau memang itu penting dan harus diselesaikan. Lewat dies natalis ini, kami bisa menentukan target yang hendak dicapai UNY di masa datang,” tegas Rochmat Wahab di ha­ dapan para awak media.

Refleksi diri yang bagaimana sebenarnya yang dimaksudkan? Kita ingat bahwa UNY su­ dah­menerapkan pendidikan karakter pa­da tahun 2008. Saat itu ditekankan kepada dosen dan mahasiswa bahwa Indeks Prestasi Komulatif (IPK) bukan satu-satunya acuan kelulusan seorang mahasiswa. Masih ada moralitas yang akan mempengaruhi kelulusan tersebut. Seka-


laporan utama mengeksistensikan dirinya lewat pendidikan ka­rakter yang tidak hanya untuk sivitas akademika di UNY saja, melainkan juga untuk seluruh instansi pendidikan dan para tenaga pendidik di seluruh Indonesia demi peradaban bangsa. Benar-benar Pendidikan Karakter untuk Semua.

dar mengingat, UNY pernah menahan kelulus­ an seorang mahasiswa selama setahun padahal yang bersangkutan sudah melalui tahap yudi­ sium. Penahanan ini dilakukan lantaran mahasiswa tersebut kedapatan mencuri buku di perpustakaan. Sudah jelas tampaknya moralitas seperti apa yang diinginkan UNY terhadap lulusannya. Seiring berjalannya waktu, pendidikan ka­ rak­ter di UNY sudah bisa diterima sivitas akademikanya, seperti mahasiswa, dosen, dan pe­ gawai administrasi. Ajang dies natalis ke-47 ini menjadi semacam penegasan bahwa UNY terus­

Pendidikan Karakter ala UNY Ketika dunia pendidikan mampu menghasilkan manusia jujur, visioner, disiplin mampu be­kerja sama, bertanggung jawab dalam bekerja, adil dan peduli, maka bangsa ini dapat berjaya. Misi inilah yang digemakan kemendiknas di ta­hun 2010 melalui pendidikan nasional­ yang men­ca­nang­kan pembangunan karakter bangsa­dengan empat nilai inti, yaitu jujur, cerdas, tang­guh, dan peduli. UNY sebagai lembaga pendidikan menyadari akan andilnya sebagai motor penggerak yang terus menyerukan dan menyosialisasikan pendidikan karakter. Hal ini karena perguruan tinggi merupakan lembaga akademik dengan tugas utamanya menyelenggarakan pendidikan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni. Tujuan pendidikan, sejatinya­tidak ha­nya mengembangkan keilmuan, tetapi juga

Tampak Rektor UNY sedang menjamu Menteri Negara Pemuda dan Olahraga dan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X.

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

9


laporan utama

Para undangan perayaan Dies Natalis UNY ke47 bertemakan "Pendidikan Karakter untuk Semua."

10

membentuk kepribadian, kemandirian, kete­ ram­pilan sosial, dan karakter. Oleh sebab itu, berbagai program dirancang dan diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, terutama dalam rangka pembinaan karakter. Program pembinaan karakter yang dirancang dan diimplementasikan UNY dirangkum dalam sebuah konsep matang bernama grand design pendidikan karakter di UNY. Grand design pendidikan karakter di UNY memiliki sifat komprehensif, sistemik, dan perlu didukung oleh kultur yang positif serta fasilitas yang mema­ dai. Sifat komprehensif selain dari metode dan strategi yang digunakan dalam pendidikan­ka­ rakter, juga dari segi aktor (semua komponen yang berperan dalam proses pendidikan karakter), yakni pimpinan lembaga, pendidik, subjek­ didik, dan tenaga administrasi, termasuk pustakawan. Pendidikan karakter di UNY adalah dalam rang­ka transformasi dan pembudayaan nilai-ni­ lai moral dasar. Ada banyak nilai karakter atau akhlak mulia yang harus diimplementasikan dalam kehidupan shari-hari dalam berba­gai aspek kehidupan manusia, baik dalam berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia, maupun dengan alam sekitarnya. Jika nilai-ni­ lai tersebut bisa dan terus diimplementasikan

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

dalam kehidupan manusia, maka akan tercipta kehidupan yang bermartabat. Berdasarkan Seminar dan Lokakarya Restruk­ turisasi Pendidikan Karakter di UNY pada tahun­ 2008, dihasilkan 16 pilihan nilai-nilai target yang akan dikembangkan di UNY. Nilai-nilai target tersebut adalah ketaatan beribadah, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, etos kerja, kemandirian, sinergi, kritis, kreatif dan inovatif, visioner, kasih sayang dan kepedulian, keikhlas­ an, keadilan, kesederhanaan, nasionalisme, dan internasionalisme. Pada tahun pertama, tahun 2010, implementasi pendidikan karakter di UNY yang terintegrasi dalam pembelajaran berbagai mata kuliah dan pengembangan kultur universitas diintegrasikan 6 nilai dari 16 nilai tersebut, antara lain: ketaatan beribadah; kejujuran; kedisiplinan; tanggung jawab; kepedulian; dan kerjasama. UNY memiliki komitmen untuk melaksanakan­ dan mengawal pembentukan karakter bangsa­ Indonesia. Hal ini sesuai dengan­tugas dan tang­ gung jawab yang diemban­sebagai lembaga­ peng­hasil tenaga pendidik dan kependidikan untuk semua jenjang pendidikan dan tenaga nonkependidikan dalam berbagai bidang kehi­ dupan. Menurut Rochmat Wahab, pembangun­ an karakter dalam dunia pendidikan menjadi tema pokok dan misi UNY. “Pendidikan karak-


laporan utama ter memang pekerjaan bersama antara lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Tetapi, lembaga pendidikan tetap berada di depan sebagai leader. Sedangkan, indikator kesuksesan pendidikan karakter apabila peserta didik mampu menjadi insan yang solutif menyelesaikan persoalan hidup secara mandiri, menjadi manusia yang independen, dan bersedia belajar seumur hidup. Pencapaian ini yang kami target­kan lewat visi misi UNY yang sekarang ini berubah menjadi menghasilkan manusia yang bertakwa, mandiri, dan cendekia,” ulas Rochmat Wahab kepada sebuh media lokal. Buku Besar Pendidikan Karakter Sebagai salah satu upaya penguatan pendi­ dikan karakter, saat ini UNY sedang mendorong penerbitan buku pendidikan karakter­oleh se­ti­­ ap guru besar di masing-masing fakultas.­Da­ lam buku besar tersebut, akan dituliskan ba­gai­ mana metode pendidikan, pengajaran, sistem evaluasi pendidikan karakter yang diterapkan di UNY. Melalui buku ini, UNY ingin berbagi ke masyarakat luas tentang pendidikan karakter yang sebenarnya. Buku-buku pendidikan karakter dalam berbagai bidang implementasi itu akan disebarluaskan ke sejumlah unsur ma­ syarakat. “Di usia yang sudah matang ini, UNY berharap dapat menguatkan diri sebagai centre

of excellent pendidikan karakter di Indonesia. Apalagi UNY sudah komitmen dengan pendidikan karakter sejak tahun 2008, bahkan­pendidikan karakter sudah diterapkan secara sistematis dalam kurikulum pendidikan­di kampus ini. Maka, kami mengupayakan pengembangan pendidikan karakter bagi semua pergu­ ruan ting­gi. Salah satu caranya dengan me­ner­bitkan buku besar pendidikan karakter,” ujar Rochmat Wahab lagi. Penerbitan buku besar pendidikan karakter ini bukan tanpa alasan dan tujuan yang berarti. UNY ingin menghasilkan model pendidikan karakter yang disertai pengembangan kultur universitas yang terdokumentasikan dengan menarik. Model ini dirancang dan dilaksanakan dengan harapan dapat menjadi referensi implementasi pendidikan karakter di berbagai perguruan tinggi yang lain sebagai implementasi Pendidikan Karakter untuk Semua. Buku besar model pendidikan karakter ini diharapkan menjadi salah satu alternatif yang dapat dijadian acuan dalam pengembangan pendidik­ an karakter di perguruan tinggi lain, sehingga perguruan tinggi lain terdorong untuk terus mengembangkan model-model pendidikan karakter lain yang lebih efektif di lembaganya sendiri. Diolah dari Berbagai Sumber

Poster mantan menteri pendidikan RI. Menjadi salah satu media pembelajaran tentang penting mengingat jasa para tokoh yang telah berjasa dalam bidang pendidikan nasional.

Sejumlah mahasiswa sedang melakukan penelitian.

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

11


laporan utama Bidang Pendidikan dan Pengajaran

Lebih Berkualitas dan Berkarakter Nilai Keberhasilan yang ingin dicapai dalam bidang Pendidikan dan Pengajaran (Dikjar) menyangkut pada peningkatan sumber daya manusia, peningkatan layanan akademik, peningkatan kualitas kelembagaan, dan program pendukung bidang Dikjar. Oleh Ar i sk a P ra s e t ya n awat i

L

angkah-langkah yang digunakan bidang­ Dikjar untuk meningkatkan dan memberdayakan lini-lini di UNY dengan­pelbagai macam cara. Langkah­pertama yang dicapai adalah peningkatan kualitas­do­ sen. Dosen berkarakter dianggap akan mempe­ nga­ruhi kualitas peserta didiknya, yaitu mahasiswa. Dosen berkarakter menjadi parameter dari kualitas. Oleh karena itu, secara berkesi­ nambungan, melalui bidang Dikjar, UNY terus berusaha meningkatkan kualitas dosen. Untuk memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa dosen yang mengajar di program diploma atau sarjana harus memiliki kualifika­si akademik minimum magister, maka UNY telah melakukan upaya menghabiskan dosen berpendidikan S1 dengan mendukung program studi lanjut. Dukungan yang diberikan berupa penye­ diaan dan sosialisasi buku panduan studi lanjut, juga dilakukan pemantauan secara rutin ter­­hadap dosen yang sedang menempuh studi­ lanjut.

foto-foto:heri p/pwara dinamika

12

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

Saat ini jumlah dosen di UNY sebanyak 1.056 orang. Dari jumlah tersebut yang berkualifika­ si S1 sebanyak 138 orang (13%) termasuk yang sedang menempuh S2, berpendidikan S2 seba­ nyak 764 orang (72%) termasuk yang sedang menempuh S3, dan berpendidikan S3 sebanyak­ 154 orang (15%). Atau dosen berkualifikasi S2/ S3 sebanyak 918 orang (87%). Kondisi sampai de­ngan April 2011, dosen yang sedang studi lanjut berjumlah 276 orang. Studi lanjut S2 seba­nyak 112 orang (103 orang di dalam negeri­ dan 9 orang di luar negeri), studi lanjut S3 seba­ nyak 164 orang (147 orang di dalam negeri, 17 orang di luar negeri). Selain itu, peningkatan kualitas dosen juga­ dilakukan melalui pelatihan Pengembangan Ke­ terampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti), Applied Approach (AA), pelatihan kreativitas,­ pembekalan bagi dosen baru, pelatihan dan se­ minar metodologi penelitian, workshop penyu­ sunan silabi dan bahan ajar, workshop penyu­ sunan perangkat pembelajaran untuk kelas in­ter­na­si­onal, dan pelatihan penulisan karya il­miah, serta beberapa seminar regional, nasi­ o­nal maupun internasional. Kenaikan pangkat dosen tetap menjadi perhatian UNY, terutama pada dosen yang telah lima tahun belum mengajukan kenaikan pangkat atau jabatan fungsional. Ada juga program Fasilitasi Guru Besar yang menjadi pemacu untuk meraih jabatan akademik tertinggi. Kemudian, untuk peningkatan jumlah guru besar, te­rus ditingkatkan pola perekrutan yang terjad­wal, pemberdayaan Tim Fasilitasi, penerbitan buku panduan, dan sistem monitoring yang teratur. Disamping itu, forum dialog antara Pimpinan UNY dengan para calon Guru Besar (S3 Lektor Kepala minimal 550 dan S2 Lektor Kepala minimal 700) tetap dilaksanakan setiap awal tahun. Dalam rangka pemberdayaan dosen S2/S3,


laporan utama setiap tahunnya dosen yang baru saja lulus S2/ S3 diberi kesempatan untuk menulis artikel untuk jurnal. Selain itu, mereka telah banyak yang dilibatkan di berbagai tim pengembang/ tim khusus. Sebagai penunjang untuk meningkatkan wawasan dosen dan pengelola, PPs UNY telah memberangkatkan 14 orang dosen melaksanakan kunjungan ke luar negeri. Negara-negara yang dikunjungi adalah Belanda (4 orang), Australia (6 orang), Malaysia dan China­ (4 orang) dengan kunjungan selama 7 hari de­ ngan waktu yang berbeda. Bentuk penyemangat dalam peningkatan ku­ alitas dosen yang dilakukan bidang Dikjar adalah Pemilihan Dosen Berprestasi berprestasi tingkat universitas tahun 2011 yang diikuti oleh 6 orang dosen dan telah diseleksi oleh 6 fakultas yang ada di UNY. Proses seleksi dosen berprestasi Tahun 2011 sedang berlangsung. Kepada do­ sen berprestasi tingkat universitas diberikan piagam penghargaan dan uang pembinaan. Bagi dosen berprestasi I tingkat UNY berhak diikutsertakan dalam seleksi dosen berprestasi tingkat nasional. Mahasiswa Berkarakter = Mahasiswa Berkualitas Sebagai universitas yang yang sedang mengusung tema dies “Pendidikan Karakter untuk se­mua”, UNY terus berupaya “menyadarkan” mahasiswa supaya berkarakter. Misalnya, tahap­ yang ditempuh pertama kali adalah dengan­mewajibkan semua mahasiswa baru UNY mengikuti pelatihan ICT selama seminggu di tingkat uni­versitas, dan diteruskan praktik di fakultas­ masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk membekali para mahasiswa baru agar lebih si­ ap menggunakan jasa komputer, sehingga dapat mendukung keberhasilan studinya, dan untuk melakukan registrasi yang harus mereka lakukan sendiri melalui Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) berbasis website. Di samping itu, mahasiswa baru dibekali dengan materi Elearning, internet, Peraturan Akademik UNY, dan Perpustakaan UNY. Untuk memperlancar kegiatan ini, buku Panduan ICT yang berisi panduan pelaksanaannya dan materi yang akan disampaikan setiap tahun selalu dilakukan penyempurnaan. Dalam sistem perkuliahan, demi merespon perkembangan ilmu, teknologi, dan seni yang semakin pesat, maka dilakukan pengembangan kurikulum. Hal ini ditempuh karena substansi kurikulum selalu berkaitan dengan ilmu, tek­no­

logi, dan seni yang berkembang saat ini. Dimensi humanisme, religi, dan interpreunership juga dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kurikulum ini. Untuk sementara, masih diberlakukan 2 kurikulum di UNY. Mulai semester gasal Tahun Ajaran 2009/2010 sudah diterap­ kan Kurikulum Tahun 2009 ini untuk semua ma­ ha­sis­wa baru jenjang S0 dan S1, sedangkan mahasiswa lama masih menggunakan kurikulum­ tahun 2002. Lantas, sebagai bentuk apresiasi dan kepe­du­ lian terhadap mahasiswa berprestasi di bidang akademik, UNY terus memberikan penghargaan­ atas kualitas mahasiswanya. Pemberian penghargaan kepada mahasiswa berprestasi akademik (cumlaude) dilakukan untuk lebih meningkatkan kualitas lulusan, dan menginformasikan lulusan berprestasi kepada pemerintah daerah­ dan sekolah asal. Acara ini selalu diselenggara­ kan menjelang pelaksanaan wisuda pada seti­ ap periode. Sebelumnya diadakan sarasehan mahasiswa­ yang lulus cumlaude dengan pimpinan UNY. Pada sarasehan ini seluruh mahasiswa diminta un­tuk memberikan masukan dalam bentuk ma­ ka­lah. Beberapa perwakilan mahasiswa ter­se­ but diminta untuk mempresentasikan ma­ka­lah­ nya. Masukan-masukan mahasiswa, baik yang bersifat kritikan maupun masukan terhadap kemajuan UNY akan ditindaklanjuti oleh pimpinan UNY. Beragam upaya yang telah ditempuh UNY, dalam tulisan ini khususnya bidang Dikjar, untuk menerapkan pola pendidikan berkarakter akan terus berkesinambungan demi menghasilkan mahasiswa dan dosen yang Bertakwa, Mandiri, dan Cendekia. 

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

13


laporan utama Humas, Promosi, dan Protokol

“Mengumbar” UNY yang Berkarakter Sebagai pintu gerbang informasi UNY, Humas, Promosi, dan Pro­tokol atau disingkat HPP, mengambil peran penting dalam menjadikan UNY sebagai pilihan tempat kuliah yang menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan mandiri. Lantas, bagaimana peran KHPP sebagai kepanjangan tangan UNY untuk menyebarkan gaung “Pendidikan Karakter untuk Semua” ke tengah masyarakat luas? Oleh Ar i sk a P ra s e t ya n awat i

S

ebagai universitas yang sedang gencar mengusung tema “Pendidikan Karakter untuk Semua”, UNY yang telah melaksanakan Dies Natalis ke-47 saat ini terus melakukan sosialisasi. Hal ini dikarenakan UNY memiliki tujuan untuk memberikan kontribusi dalam mengembangkan pendidikan ka­ rakter bangsa sekaligus menjadikan eksistensi­ UNY semakin tinggi. Atas kondisi ini, bidang Hu­mas, Promosi, dan Protokol (HPP) memiliki

andil besar dalam menyosialisasikan UNY kepa­ da masyarakat luas. Program HPP merupakan sebuah kegiatan manajemen komunikasi yang bertujuan untuk meningkatkan brand image UNY dengan membangun relasi yang baik dengan pihak internal maupun eksternal. Untuk itulah HPP dianggap sebagai pintu gerbang informasi UNY. Kegiatan HPP adalah komunikasi dua arah untuk membangun pengertian, kepercayaan, dan dukung­

foto-foto:dokumen humas

14

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1


laporan utama an publik. “Inti dari kegiatan HPP adalah membangun­ image positif yang berkesinambungan, sehing­ ga­tercipta reputasi institusi yang membanggakan,” terang Kepala HPP, Lena Satlita, M.Si. ke­pada Pewara. Lebih rinci, tugas HPP adalah me­ ngomunikasikan, mempublikasikan, dan mem­pro­mosikan semua hal yang akan, sedang,­ dan telah dilakukan UNY, yang perlu diketahui masyarakat, termasuk upaya-upaya dan ko­ mitmen UNY dalam menerapkan pendidikan karakter. Tema “Pendidikan Karakter untuk Semua” sudah menjadi materi untuk mempromosikan UNY kepada masyarakat, baik di dalam dan luar negeri. Tahun ini, untuk membedakan kampus UNY dengan kampus lainnya, dalam sosialisasi UNY di media televisi, HPP “mengumandang­ kan” ciri khas, keistimewaan, dan keunggul­ an dari UNY dengan mengangkat pendidikan karakter sebagai keistimewaan UNY. “Cara yang kami (HPP) pakai untuk menunjukkan ciri khas, keistimewaan, dan keunggulan dari UNY de­ ngan mengangkat pendidikan karakter sebagai­ keistimewaan UNY adalah dengan membuat slogan Leading in Character Education, sehingga program acara televisi tersebut kami namakan ‘Bersama UNY, Leading in Character Edu­ cation’. Slogan inilah yang kami bawa dalam semua bentuk promosi UNY,” ulas Lena Satlita. Program acara televisi yang termasuk agenda sosialisasi bersama UNY di Jogja TV ini adalah salah satu bentuk promosi (dari sekian ba­nyak bentuk) yang dilakukan HPP. Program acara ini merupakan format baru sosialisasi UNY yang bertajuk “Bersama UNY, Leading in Character Education” dan digelar dari bulan April sampai dengan Juni 2011. Acara ini menam­pilkan Pani­tia Penerimaan Mahasiswa Baru, Pasca Sarjana, Rektorat UNY, seluruh fakultas (FIK, FBS, FIP, FISE, FT, FMIPA), LPM, dan Lemlit. Untuk semakin menguatkan kredibilitas UNY, dalam acara ini juga dihadirkan testimoni dari para alumni dan mahasiswa asing yang berkuliah di UNY. Selain itu, untuk menyemarakkan acara dibuat jingle UNY yang menjadi ciri khas acara tersebut. Sebagai hiburan, ditampilkan pula karya kreativitas dan prestasi mahasiwa.

kualitas positif yang dimiliki seseorang yang membedakan seseorang daripada yang lain­, juga bisa membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Dengan begitu, tentu saja karakter menjadi faktor penting, sehingga perlu dibangun (character building) yang dimulai dari kelu­ arga, sekolah (lembaga pendidikan) dan lingkungan (masyarakat), sehingga menghasilkan karakter yang terpuji (unggul). Namun, Lena Satlita pun menyayangkan bah­wa selama ini pendidikan di Indonesia (khususnya sejak masa Orde Baru) lebih menekan­ kan pada penguasaan materi, melatih kecerdas­ an intelektual semata, sehingga pada realitas saat ini, kita dihadapi sebuah kenyataan, yaitu banyak perilaku yang tidak terpuji “terpampang” setiap hari. Misalnya, tidak disiplin, tidak tertib, semau diri sendiri, tidak peduli dengan

Pendidikan Karakter (Benar-benar) untuk Semua Menurut Lena Satlita, karakter dapat diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan/ kepribadian, akhlak atau budi pekerti, suatu

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

15


laporan utama lingkungannya, tidak punya etika/etiket, sopan santun, korupsi dalam berbagai bentuk, buda­ ya menerabas, anarkis, lemahnya kemandirian, tidak punya jati diri bangsa, dll. Kondisi ini tampaknya sudah tidak bisa ditolerir lagi. “Menurut hemat saya, tidak ada kata lain la­gi, selain harus ada gerakan nasional yang ‘me­mak­sa’ untuk kembali menjadi manusia­In­ do­­nesia yang berkarakter, baik melalui pembela­ jar­an pendidikan karakter di sekolah, termasuk perguruan tinggi, dan cara-cara lain antara lain pengondisian di lingkungannya. UNY sudah lebih awal dari perguruan tinggi lain melaksanakan pendidikan karakter dan sudah­sa­ at­nya harus lebih berani mencanangkan­diri sebagai Leading in Character Education yang tercermin dalam semua aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi dan dalam pelayanannya pada publik eksternal maupun internal. Sebagai perguruan tinggi yang ‘core bisnisnya’ pendidikan, sudah seharusnya UNY punya komitmen yang sangat kuat dalam hal pendidikan karakter. Untuk menjadi pribadi dan bangsa yang unggul, dasarnya adalah Pendidikan Karakter. Saya kira itulah yang dijanjikan UNY. Dengan pribadi yang unggul, dengan penguasaan IPTEK, tamatan UNY dapat mewarnai, dapat menjadi pio­ nir, di manapun ia berada,” jelas Lena Satlita lebih rinci lagi. Rupanya sosialisasi tidak habis sampai pada ranah wacana saja. Dalam hal mengampa-

16

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

nyekan UNY yang berpendidikan karakter, sebagai Kepala HPP, Lena Satlita kerap mengajak dan mengingatkan para staf Humas untuk terus memahami konsep pendidikan karakter dan memiliki karakter yang kuat. Menurutnya, seo­ rang pejabat atau petugas HPP dapat melayani publik sebagai wakil institusinya. Apa yang ia katakan dan lakukan akan menyangkut pada nilai diri dan citra organisasinya. Oleh kare­na itu, pejabat atau petugas Humas harus menjadi sumber kredibilitas: dapat dipercaya, beritikad baik, serta bersikap, dan berperilaku terpuji (good moral dan good manner). HPP sebagai profesi juga memiliki Etika Profesi dan Kode Etik (Code of Conduct) yang intinya berisi pedoman tentang Personal and Professional Integrity, Con­ duct towards Clients and Employers, Conduct to­ wards the Public and the Media, Conduct towards Colleagues. “Oleh karenanya, sebelum pendidikan karakter dikumandangkan oleh pemerintah atau di UNY, kami yang melaksanakan fungsi-fungsi kehumasan sudah menerapkannya dalam aktivitas kami, yaitu mempunyai integritas, selalu berbicara benar dan jujur, menerapkan etika, etiket, sopan santun dalam melayani publik eksternal dan internal. Upaya untuk memantapkan dan memelihara hal tersebut, kami rutin mengadakan pelatihan kehumasan, diskusi forum humas, dan tentunya saling mengingatkan,” tambah Lena Satlita. 


laporan utama Kantor Internasional

Respecting Other Penting Diterapkan Sebagai ujung tombak hubungan internasional, Kantor Internasional memiliki peran penting dalam ikut menyelenggarakan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dilakukan dengan memahami dan melakoni watak yang yang dinilai baik, tidak sekadar lips service atau bunga bibir. Oleh D h i an H aps a r i

I

mplememtasi pendidikan karakter di Kantor Internasional (KI) disesuaikan dengan peran dan tugas yang dijalankan unit ini. Me­­ nurut Dr. Widyastuti Purbani, M.A. Ke­­pa­­la Kantor Internasional UNY, KI memiliki fokus pada internasionalisasi sivitas akademika­ UNY, sebagai pintu masuk dan mesin pendo­ rong­kolaborasi antara insan UNY dengan mitra kerja di universitas, lembaga, industri dalam maupun luar negeri. “Fokusnya adalah internasionalisasi pendidik, internasionalisasi tenaga­ kependidikan, internasionalisasi kurikulum dan proses pembelajaran, dan internasionalisasi ma­­hasiswa.” Internasionalisasi yang menyangkut pendi­ dik dan tenaga kependidikan meliputi pening-

katan wawasan internasional melalui studi lanjut, kursus, magang, kunjungan ilmiah, penelitian kerjasama internasional, peningkatan kemampuan berkomunikasi internasional, diseminasi keilmuan dengan berpartisipasi, dan menjadi penyelenggara seminar internasional. Internasionalisasi untuk mahasiswa melipu­ ti peningkatan kompetensi berbahasa internasional, pertukaran mahasiswa dengan universi­ tas mitra, pemberian layanan mahasiswa in­ter­­na­si­o­nal di UNY, pengiriman mahasiswa UNY di universitas mitra luar negeri. Dalam hal ini Kantor Internasional juga memfasilitasi­ Program Beasiswa Darmasiswa RI, Program Beasis­ wa KNB (Kemitraan Negara Berkembang), Program Kemitraan Universitas-Universitas, serta

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

17


laporan utama program individu yang khas, sesuai permintaan mahasiswa. Berkaitan dengan perannya itu, unit ini ikut serta menyelenggarakan pendidikan karakter yang lebih memfokuskan diri pada pelayanan yang baik dan bagaimana mencitrakan sebagai universitas yang berkepribadian. Pendidikan ka­rakter yang diterapkan dalam unit ini memberi arti penting karena paling staf-staf yang ada di unit ini serta sivitas akademika yang terlibat akan berhubungan langsung dengan mitra UNY baik secara langsung maupun melalui media komunikasi seperti internet dan telepon. Membangun Karakter Karakter sesuai dan mendukung peran KI itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kerja. “Ada beberapa watak penting yang kami tekankan untuk selalu dikembangkan di unit ini.” Beberapa hal yang paling pen­ ting, menurutnya adalah bagaimana kita dapat menghargai budaya sendiri dan budaya bangsabangsa lain, menghargai perbedaan, dan hidup secara harmonis saling tolong-menolong kendatipun kita berbeda. “Untuk bisa berdiri sejajar dengan mitra la­in pertama-tama kita harus mengenali diri­sen­di­ ri, percaya diri dan memiliki kebanggaan terhadapnya. Di hadapan bangsa lain kita tidak bo­ leh inferior, minder atau rendah diri, sehing­ga mereka tidak punya selera untuk belajar dari kita. Kita mesti gali potensi dan daya tarik yang kita miliki dan kita komunikasikan itu semua pada mitra kerja kita. Misalnya kita punya mo­ dal budaya ramah- tamah, sifat gotong-royong dan toleransi yang besar, kita punya jiwa dan

foto-foto:heri p/pwara dinamika

18

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

kemampuan seni yang baik, kita cukup kreatif pada bidang-bidang tertentu, kita punya kemampuan mendidik yang membanggakan. Itu semua harus kita kenali, tajamkan, dan tunjuk­ kan kepada mereka sebagai ciri khas kita”. “Selain itu sebagai pemberi layanan yang baik, kita harus menghormati orang lain, tapi yang paling penting adalah, kata Wied panggilan akrab perempuan yang juga dosen di Fakultas Bahasa dan Seni ini di kantornya, kita harus memahami dan menghargai orang lain. Semua itu dapat diwujudkan kalau kita sudah memiliki kesadaran menghormati perbedaan dan dapat beradaptasi di mana kita berada, tidak egois dan merasa paling benar atau paling ampuh. Misalnya saja ada mahasiswa dari Eropa yang datang ke kampus hanya memakai kaos, celana pendek dan sandal jepit, karena di negaranya itu hal yang biasa. Tentu kita tidak setuju de­ ngan sikap itu. Tapi kita tidak bisa langsung marah dan menggertaknya. Dengan modal memahami, staf kami akan dengan sabar menjelaskan dan memperingatkan dengan baik bagaimana seharusnya dia berpakaian di kampus UNY ini.” Dari sikap respecting others itu ternyata kita­ ju­ga belajar dari mahasiswa atau dosen asing yang datang ke UNY. “Kalau kita cermati., keba­ nyakan mahasiswa dari China atau Korea memi­ li­ki disiplin, ketekunan, dan kerja keras yang lu­­ar biasa bagus, sehingga rata-rata mereka ber­­ha­­sil dengan baik dan tepat waktu.” Dari si­­kap membuka diri dan mencoba memahami itu kita juga mendapatkan pembelajaran yang ba­ik dari mereka. Pemberian layanan dan hospitality yang baik dengan selalu tersenyum, menanggapi siapapun dengan ramah, dan menyapa termasuk dalam sikap respecting other. “Kadang-kadang kita perlu mengingatkan para staf di KI, atau sivitas akademika yang tengah bekerja sama


laporan utama dengan mitra tentang arti penting pelayanan dan hospitality ini agar mitra kita betah bekerja sama dengan kita. Nilai disiplin juga kami tekankan di KI ini dengan bagaimana disiplin menyelesaikan tugas. “Disiplin ini dapat mencerminkan sikap hidup kita.” Tugas-tugas administrastif yang dikerjakan dengan rapi dan tepat waktu akan mencerminkan pelayanan yang baik. Pelayanan yang baik dan profesional akan memudahkan program-program internasionalisasi yang kita rintis. Selain itu, nilai-nilai seperti kejujuran, keter­ bukaan, dan tanggung jawab mendapat tempat­ penting diterapkan dalam menjalankan peran KI sebagai pembuka pintu go Internasional untuk UNY. Sikap jujur diterapkan dalam bekerja dan ber­­ga­ul dengan sesama. Watak jujur kami te­ kan­­kan di kantor Internasional ini karena kami­ banyak berurusan dengan keuangan, baik itu program Internasionalisasi. Kejujuran­itu menjadi perhatian kita. Keterbukaan dan kejujuran­ tetap kita tekankan. Harus terus terang kalau pekerjaan belum selesai agar teman lain bisa me­nolong. Transparansi ditekankan. Kalau kamu mau dibayar sesuai harus menunjukkan kinerjanya. Menjaga Nilai-nilai Upaya untuk menjaga nilai-nilai yang baik

di­la­ku­kan dengan berbagai macam cara antara la­in yang paling mudah adalah merasa bangga akan hasil karya bangsa sendiri seperti batik, tenun, asesoris cipta karya bangsa kita. “Batik­ dapat mengingatkan bagaimana kita sebagai orang Indonesia yang memiliki kebangggan dan kepribadian yang tertuang dalam motifmo­tif batik yang lahir dari buah pikiran dan ta­ngan terampil anak-anak bangsa kita.” Lebih­ dari itu kita harus selalu saling mengingatkan untuk bersikap ramah pada siapapun yang kita temui, baik itu mitra UNY, karyawan, dosen UNY, maupun mahasiswa. Secara khusus pembangunan karakter­seba­ ik­­nya sesuai pula dengan kekhasan UNY sebagai universitas pencetak tenaga kependidikan.­ “Mendidik itu tidak sekadar mentransfer ilmu, tapi juga bagaimana membangun karakter yang baik,” ungkapnya. Mendidik­itu bagaimana­kita menghargai ilmu, tambahnya. Gerakan pendidikan karakter yang dicanang­ kan­UNY mulai tumbuh di mana-mana.­­“Saya me­­lihat gerakan pendidikan­ karakter sudah­ tum­buh di semua unit di universitas­ini. Ha­ rap­­­an­­nya­ pendidikan karakter­ itu diim­ple­men­­ tasikan di semua­bidang, tidak sekadar lips ser­ vice, tidak sekadar­wacana. Bagaimana­pun ki­ta sedang bersama-sama tumbuh,­ se­hing­ga apa­­ pun itu harus saling mengingatkan demi ke­ba­ ik­an bersama,” paparnya­mengungkapkan­upa­ ya­membangun pendidikan karakter­di UNY. 

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

19


laporan utama bidang administrasi umum dan keuangan

Kultur Pendukung Pendidikan Karakter Pengadaan sarana-prasarana yang memadai dan didukung lingkungan kampus yang hijau merupakan salah satu cara bidang II untuk mendukung tercapainya pembentukkan pendidikan karakter dalam diri sivitas akademika UNY. Oleh D h i an H aps a r i

K

aryawan, baik tenaga pendidik­ ma­­u­­pun tenaga administrasi­ hing­­ga semua staf di bagian-ba­gi­­­ an lain di UNY memiliki tang­gung­­ jawab memberikan pelayanan yang baik ser­ta memiliki karakter yang baik, “demikian­diung­ kap­kan Sutrisna Wibowo, M.Pd., Pembantu­Rektor II. Pendidikan karakter yang dikembangkan di bidang II ini memang berhubungan dengan pelayanan. Tidak heran apabila nilai yang paling ditekankan dalam pendidikan karakter antara lain nilai tanggung jawab, kedisiplinan, dan ke­jujuran. “Kejujuran itu penting karena kerja-­ ker­ja di bidang II ini juga berkaitan de­ngan ke­ uangan. Mereka yang sudah menanamkan­sikap jujur, tanggung jawab, dan disiplin, tidak akan mungkin berbuat yang tidak baik.” Sikap yang rata-rata ditekankan dalam pen­­­ di­dik­an di semua bidang adalah disiplin, na­­ mun Sutrisna agaknya memiliki pendapat sen­ di­ri mengenai sikap disiplin. “Disiplin itu ti­­dak sekadar dilaksanakan karena pengawasan atas­ an. Sikap disiplin itu harus dilandasi de­ngan ke­ ikh­lasan.” Disiplin dapat diwujudkan secara sederhana dengan kehadiran yang tepat waktu.­ “Kalau sudah diatur jam kerjanya dimu­lai jam 7, ya jam 7 sudah harus ada di tempat ker­ja. Sudah datang dan siap bekerja di kantor.” Seiring dengan visi UNY sikap ketaatan ber­i­badah dan keikhlasan juga memiliki peran penting dalam pendidikan karakter yang diterapkan bidang II. “Penanaman nilai-nilai untuk pendidikan karakter ini juga menuju visi UNY yang bernurani, cendekia, dan mandiri,” papar Sutrisna di ruang kerjanya. Ketaatan ibadah dan keihlasan itu akan menjadikan karyawan UNY bekerja karena ibadah dan ikhlas. “Nilaini­lai itu dapat meningkatkan etos kerja. Selain itu karyawan juga dibawa bagaimana menjadi karyawan yang visioner.” 20

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

Pengembangan Pendidikan Karakter Banyak upaya dilakukan Sutrisna untuk me­ ngem­bangkan pendidikan karakter di bidang II khususnya dan karyawan UNY pada umumnya termasuk dosen. Beberapa nilai penting yang ditekankan Sutrisna dalam pengembangan pendidikan karakter dilakukan dengan peraturanperaturan yang wajib dilaksanakan karyawan di semua bidang. Kedisiplinan, misalnya. Nilai disiplin itu da­ pat dikembangkan dengan kultur kesehari­an. “Datang tepat waktu, tidak menunda pekerja­ an, memproses surat-surat dengan cepat­se­su­ ai kebutuhan, dan lain-lain.” Yang paling pen­ ting bagaimana keikhlasan itu tumbuh dalam diri masing-masing karyawan untuk bekerja­de­­ ngan disiplin sehingga kedisiplinan itu dilan­­ dasi keikhlasan. Kalau sudah berjalan, ke­di­sip­ lin­an itu akan dengan sendirinya mendu­kung sikap hidup pribadi yang bersangkutan dan tempatnya bekerja, tambah Sutrisna menjelas­ kan bagaimana mengembangkan disiplin­yang dilandasi keikhlasan. Selain disiplin, Sutrisna menekankan nilai tang­gung jawab. “Kultur tangggung jawab di­ kem­bang­kan dengan memperjelas tugas pokok dan fungsi atupoksinya dengan mengacu pada­


laporan utama tridaharma. Misalnya saja dosen. Kita sosialisa­ sikan dan himbau kalau pekerjaan dosen tidak hanya mengajar saja. Dalam mendidik itu me­ ngandung unsur membimbing, tidak hanya meng­­ajar. Di sela-sela mengajar harus juga men­di­dik mahasiswa.” Tanggung jawab diwujudkan dengan dis­ kripsi kerja oleh seorang pegawai. Standar mini­ malnya pegawai tertentu harus ikut kegiat­an yang menjadi kewajibannya ditambah­kegiatan lain yang mendukung. Standar itu tercantum dalam deskripsi kerja. “Alat untuk mengem­ bang­kan nilai tanggung jawab ini tidak lain pe­nilaian kinerja.” Nilai-nilai di atas itu dapat upayakan de­ ngan peraturan karyawan dan diukur. Salah satu alat yang dapat mengukur kemajuan kedisiplinan dan tanggung jawab, menurut Sutrisna, presensi. “Presensi wajah itu cuma alat untuk mencapai tujuan. Presensi sebagai alat membuktikan tingkat kedisiplinan dan tanggung jawab karyawan. Apakah sikap disiplin itu sudah dimi­liki atau belum. Penilaian hanya cara, tapi yang kita bidik itu bagaimana kedisiplinan dan tanggung jawab menjadi kebiasaan dalam kehidupan kerja.”

foto-foto: dokumen humas unY

Mengadaptasi Budaya Jawa Sebagai pribadi yang tidak lepas dari kultur jawa, Sutrisna mengadaptasi nilai-nilai budaya jawa yang dapat diterapkan dalam pengembangan pendidikan karakter di wilayah kerja.­ “Dua nilai yang saya kembangkan dari budaya jawa antara lain hormat, Toleransi, dan kasih sayang.” Rasa hormat pada sesama senantiasa tumbuh dalam budaya jawa. “Kita mengenal yang namanya unggah ungguh. Bagaimana bersikap pada sesama, bagaimana dengan orang tua. Kalau orang jawa diwujudkan dengan bahasa.” Kalau berbicara dengan sesama memakai bahasa jawa ngoko alus. “Tetap ada rasa hormat­ pada sesama dengan menggunakan kata halus. Minimal saya ingin mengembangkan ngoko alus untuk bersikap dengan orang lain.” Lebih dari itu, Sutrisna juga mengembangkan nilai kasih sayang dan toleransi. “Nilai kasih sayang­dan to­leransi itu seiring. Setelah menghargai itu ada kasih sayang. Sesungguhnya nilai menghor­ma­ ti, toleransi, dan kasih sayang itu satu kesatu­ an.” “Menurut saya nilai-nilai itu universal. Dite­

rapkan dimanapun dan dikapanpun akan tumbuh. Persoalannya kan cara. Nilai-nilai itu perlu dilakukan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.” Namun mewujudkan nilai-nilai itu kadang kala menemui hambatan. “Tentu ini persoalannya di budaya. Perlu waktu untuk mewujudkannya karena ada pihak yang motif­ nya prestasi atau motif-motif lainnya seperti yang ada di dalam teori x dan teori y. Ada yang mengarah ke positf ada yang kontrapordukstif.” Solusi lain yang diusahakan diantaranya mem­bangun fasilitas yang mendukung. “Kami mendukung pendidikan karakter dengan fasili­ tas. Pembangunan masjid, ruang-ruang pertemuan yang mendukung, dan lain-lain.” Upaya lain, menurut Sutrisna, berdasarkan pengalam­ an pendidikan karakter itu tidak dilaku­kan de­ ngan pemaksaaan, tapi menciptakan kultur yang mendukung pendidikan karakter. “De­ ngan menumbuhkembangkan kultur yang baik atau pembiasaan yang baik pendidikan karakter akan semakin baik.” Ada baiknya pula, para pemimpin memberi tauladan yang baik. “Pemimpin itu bukan ha­ nya di rektoriat, tapi juga di fakultas sampai ke semua bidang, baik karyawan, dosen, maupun mahasiswa. Pemimpin menunjukkan sikap yang baik sesuai dengan pendidikan karakter. “Contohnya meja harus bersih sebelum pulang­ kerja. “Pemimpin itu sebaiknya juga datang le­­bih awal dan pulang terakhir. Pulang tidak boleh meninggalkan meja dalam keadaan kotor,” tutup Sutrisna di ruang kerjanya setelah shalat maghrib. 

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

21


laporan utama bidang kemahasiswaan

Mendampingi dan Memberi Semangat Melalui bidang kemahasiswaan, UNY terus menggodok soft skill dan hard skill mahasiswa menuju pembentukkan mahasiswa berkarakter. Oleh D h i an H aps a r i

P

endidikan karakter yang dikembangkan­ oleh Bagian III berpedoman pada arah­ an yang diberikan Direktur jenderal Pen­didikan Tinggi. Arahan itu antara la­in pengembangan kemampuan intelektual,­ keseimbangan emosi, dan penghayatan spiri­ tu­al mahasiswa; pengambangan mahasiswa se­­ba­gai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani yang demokratis, berkeadil­ an,­dan berbasis pada partisipasi publik; dan peningkatan dan aktualisasi diri mahasiswa. “Bila diperhatikan arah pembimbingan mahasiswa tidak lain pembentukan kapasitas dan jati diri mahasiswa yang antara lain diwujudkan dalam sikap, perilaku, kepribadian, dan ka­ rakter yang terpuji,” ungkap Prof. Herminarto­ Sofyan, Pembantu Rektor III. Pembimbingan itu salah satunya dilakukan di kampus melalui dosen dalam proses pembelajaran. “Dalam konteks pembelajaran, faktor pendi­ dik, peserta didik, sarana dan prasarana, dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Pembelajaran tidak hanya membekali pengetahuan dan ketrampilan, tetapi yang le­ bih mendasar adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan.”Mahasiswa sebagai peserta didik mempunyai berbagai ragam potensi dan untuk mengembangkannya diperlukan pembinaan secara continue dan ke­ tersediaan sarana prasarana serta fasilitas pendukung lainnya. Implementasi Pendidikan Karakter Implementasi pendidikan karakter dilaksa­ nakan dalam berbagai macam kegiatan kuriku­ ler, kegiatan kokurikuler, dan ekstrakurikuler. “Pelaksanaan pendidikan karakter mengacu pada pedoman implementasi pendidikan karakter dan pengembangan kultur UNY 2010. Pendidikan karakter bersifat komprehensif, sistemik, didukung kultur yang positif, serta fasilitas

22

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

yang memadai,” papar Herminarto. Pelaksanaan pendidikan karakter, menurut Hermin, dilaksanakan dengan bertahap. “Tidak bi­sa dicapai seperti kita membuka telapak tangan. Harus dilaksanakan bertahap dan memerlukan waktu serta dukungan berbagai pihak.” Tahap pertama disebut sebagai tahap pengenalan. “Sasaran pada tahap ini mahasiswa semester pertama dan kedua. Program utamanya success skill yang bertujuan memberi motivasi. Materi yang diberikan berisi pengenalan diri, pengenalan nilai moral, kepribadian, dan metode belajar di perguruan tinggi.” Tahap kedua dinamai tahap penyadaran. Target tahap ini mahasiswa semester ketiga­dan keempat. Mereka perlu mengembangkan­kreativitas kemahasiswaannya melalui organisa­ si­ ma­ha­sis­wa. “Melalui kegiatan ini tumbuh ke­ sa­­dar­an pentingnya membekali diri dengan berba­ gai kemampuan untuk menghadapai masa­depan yang penuh kompetitif.” Dalam tahap ini tidak lain tahap untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin. Pelaksanaan kepemimpinan yang sebenar­ nya ada di tahap keempat yang disebut sebagai­ tahap pertumbuhan. “Program utama tahap ini kegiatan yang berdampak pada pengembang­ an jiwa kepemimpinan, kewirausaha­an, dan pe­­ning­katan produktifitas­ dengan inovasi­ ba­ru.” Mahasiswa yang ada di semester­V-VI diharapkan­sudah mulai meningkat kemam­ pu­an­nya dan berani mengambil resiko seperti­ misalnya mengikuti program kewirausahaan atau menjadi pemimpin organisasi mahasiswa. Tahap terakhir, tahap pendewasaan. Tahap ini berguna untuk mahasiswa semester VII-VIII. Program utama diarahkan pada pembentukan sikap dan kesiapan mahasiswa setelah lulus untuk memasuki lapangan pekerjaan atau menciptakan peluang kerja. “Penahapan program pem­binaan kemahasiswaan diharapkan dapat


laporan utama nya kegiatan seminar, penelitian dan penulis­ an karya ilmiah, minat kesenian dan olahraga. Mereka yang memiliki potensi dalam bidang tertentu pun akan menjadi lebih berprestasi. Upaya membangun karakter yang religious dilakukan dalam kegiatan tutorial agama, diskusi keagamaan, bedah buku keagamaan, dan kegiatan keagamaan lainnya. “Sekarang sudah banyak fasilitas yang dibangun untuk peribadatan agama atau diskusi agama sebagai upaya pendalaman pengetahuan dan penghayatan.” menjangkau sasaran seluruh mahasiswa baik Di samping itu apresiasi terhadap keberhasmelalui kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ilan baik di bidang akademik maupun nonakaeks­trakurikuler. Mahasiswa nantinya memili­ki demik pun diperlukan sebagai wujud komitmen­ bekal kemampuan akademik, kepribadian yang lembaga dalam usaha pencapaian visi mengkuat, jiwa kemandirian, serta kemampuan lain hasilkan lulusan yang bertaqwa, mandiri,­dan yang menjadi ciri kepribadian yang mempu­nyai cendekia. Terakhir, katanya, semua bidang tidak karakter bagus.” terkecuali mendorong dan saling mengingatkan untuk selalu berbuat baik serta mengemUpaya Pengembangan Karakter bangkan potensi yang dimilikinya. “Upaya dan Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan­ keberhasilan tiap tahap dimonitoring dan die­ ka­rakter mahasiswa yang unggul antara lain valuasi.” me­ngem­bangkan kurikulum bersifat holistik­ “Indikator keberhasilan pengembangan ka­ yang dapat mengembangkan kompetensi ma­ rakter ini dapat dilihat dari lulusannya yang ha­­siswa dalam bidang kecerdasan spiritual,­ berhasil meraih prestasi, banyak mahasiswa emo­si­o­nal, kinestetik, dan intelektual. “Upaya­ yang mengikuti UKM, banyak kegiatan yang ini diwujudkan dalam kegiatan perkuliahan­ di­selenggarakan mahasiswa. Sebaliknya kalau oleh dosen-dosen yang terkait mata kuliah kegiatan mahasiswa sepi, tidak ada mahasiswa ter­­ten­­tu.” berprestasi atau mahasiswa berprestasi menuSelain itu, upaya lain dilakukan melalui jalur run itu berarti perlu ditingkatkan lagi pengemkokurikuler dan ekstrakurikuler seperti misal- bangan pendidikan karakter di kampus.” 

foto-foto: dokumen humas unY

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

23


berita Yudisium

FIP MENCETAK 14 MAHASISWA CUMLAUDE Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum selaku Dekan FIP meyudisium para mahasiswa sekaligus mengucapkan selamat­ atas kelulusan ini. Menurut Beliau me­ ru­pakan suatu kebanggaan bagi FIP atas capaian para mahasiswa yang mam­pu

dokumen humas fip

Jum’at (27/05/2011), para mahasiswa­ ber­gembira karena akan sah me­nyan­ dang­­ gelar sarjana pendidikan­ se­te­lah­ mengikuti prosesi yudisium. Pada ge­lar­ an Yudidium periode 27 mei 2011 ini, FIP berhasil meluluskan 105 maha­sis­ wa, yang diantara meraih predikat cumlaude sebanyak 14 mahasiswa. Mahasiswa peraih IPK tertinggi adalah Hayat Restu Utami dari Program Studi PGSD. Yudisium yang berlangsung di Ruang Abdullah Sigit dihadiri oleh Dekan, Pem­­bantu Dekan I dan III, para kasubag­ dan para kajur untuk menyak­sikan mahasiswa yang telah berhasil menyelesaikan studinya di FIP UNY.

meraih predikat “cumlaude” mau­pun pre­dikat “sangat memuaskan”, se­hing­ ga­Beliau juga memberi apresiasi­penuh atas prestasi ini. Disamping itu, Beliau juga sangat berterima­kasih ke­pa­da­para mahasiswa yang telah percaya kepada FIP dalam menunjang studi mereka, meski dalam menjalankan semua pela­ yanan mungkin masih ada kekurangan. Harapan terbesar seletah purna studi di FIP, para lulusan mampu mengamal­kan ilmu yang telah diperoleh dan pesan beli­au bahwa para­lulusan harus senan­ tiasa berdoa di­ser­tai usaha untuk meraih sebuah kesuksesan.­ zulfa

Pengukuhan guru besar Pratomo widodo

GERMANISTIK CAKUP LINGUISTIK DAN INTERKULTURAL

foto-foto: dokumen humAs uny

Melalui pembelajaran Germanistik, ma­ha­sis­wa tidak hanya dibekali dengan­ kemahiran/ ketrampilan berbahasa Jerman saja, melainkan juga dibekali de­ ngan pengetahuan tentang bahasa Jerman secara lebih komprehensif yang men­cakup aspek linguistik dan aspek in­ter­kultural. Hal tersebut dijelaskan Prof. Dr. Pratomo Widodo, M.Pd., pada Pidato Pengukuhan Guru Besar UNY yang berjudul Germanistik dan Profe­ si­o­nalitas Guru Bahasa Jerman, Rabu­ (18/5) di Auditorium UNY. Pratomo Wi­ do­do dikukuhkan sebagai Guru Besar bi­dang Pembelajaran Germanistik pada­ Fakultas Bahasa dan Seni UNY dan me­ 24

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

ru­pakan guru besar pertama untuk prodi Pendidikan Bahasa Jerman UNY. Lebih lanjut dikatakan, pendidikan ba­­gi calon guru bahasa Jerman hen­dak­­ nya juga memperhatikan hal-hal­di atas, sehingga tidak hanya aspek ke­ma­­­hir­an berbahasa saja yang dijadi­kan­­ perha­ti­ an utama, melainkan juga­ as­pek-as­pek­ lain yang mendu­kung pengu­asaan ke­ trampilan yang diperlukan untuk dapat­ mengajarkan kemampuan­komunikasi lintas budaya bagi para siswanya. Ketrampilan komunikasi lin­tas budaya ter­ sebut dapat dipero­leh melalui pembelajaran Germanistik, yang di antaranya men­cakup pe­nge­ta­hu­­an bahasa (lingu­

istik) dan komuni­ka­si interkutural.Kemampuan untuk meng­­ka­ji wacana lin­ tas budaya seperti­di atas perlu dimi­liki oleh (calon) guru­ba­ha­sa Jerman, karena­ melalui kajian-ka­ji­an semacam itu da­ pat­diketahui ke­te­patan suatu tuturan. Dengan de­­mi­­kian, konflik yang mungkin timbul­sebagai akibat dari perbe­ daan bu­daya dapat dicegah, atau paling tidak di­mi­nimalisir. Kajian-kajian dalam bidang­etnolinguistik, sosiolinguistik, dan prag­ma­tik juga sangat membantu­ untuk men­­je­­laskan dan sekaligus men­ cegah mun­culnya konflik dalam komunikasi ba­hasa lintas budaya. witono Nugroho


berita Komunikasi

“Ajang Curhat Jurusan Manajemen”

dokumen humas fise

Jumat, 20 Mei 2011, eks ruang dosen Ju­ rus­an Manajemen tampak pemandang­ an tidak biasa. Karpet digelar dan sound system dipasang. Rupanya Himpunan Mahasiswa (HIMA) Jurusan Manajemen­ akan menyelenggarakan ‘Share and Care’. Acara ini merupakan acara rutin­ yang diselenggarakan Hima setiap­ta­ hun­­yang dihadiri oleh mahasiswa­dan do­sen Jurusan Manajemen. Dalam penjelasannya, Sabtya Sukma Arwachyntia, ketua panita menjelaskan bahwa sebelum menyelenggarakan acara ini, Hima sudah melakukan survei. Sur­vei dilakukan pada 80 orang maha­ sis­wa Jurusan Manajemen dari berba­gai­­ angkatan. Survei deskriptif itu me­­­­­nyang­­­­ kut tanggapan mahasiswa ter­­­ha­­­dap ki­­ nerja dosen, karyawan dan ku­­­a­­li­­tas sarana dan prasarana pembela­ jar­ an. Tidak jauh berbeda dengan hasil sur­ vei tahun lalu, kualitas saran dan prasarana pembelajaran menjadi sorot­an paling tajam. Sebanyak 58% responden menganggap sarana tidak baik. Ke­las tidak baik, area parkir dan perpus­takaan

yang dianggap kurang memadai. Selain itu, mahasiswa juga berharap dosen mem­­berikan transparansi nilai saat uji­ an­dan tugas sehingga­mere­ka dapat me­­la­kukan evaluasi. Dr. Suharno, selaku PD III, dalam sambutannya merasa ‘iri’ dengan keber­ samaan mahasiswa dan dosen Jurusan­ Manajemen yang dianggap mampu ber­ in­teraksi dengan baik. Keakrab­an ini ditunjukan dengan jumlah dosen yang ha­dir dalam acara tersebut. Pada­kesem­ patan yang sama mahasiswa dapat menyampaikan kritik dan saran dengan santun. Kritik tersebut juga ditanggapi positif oleh dosen sehingga dapat digu-

nakan untuk pengembangan jurusan. Buktinya, ketika Lies Endarwati, M.Si (Ketua Jurusan Manajemen) memberikan tanggapan, beliau memuji perhatian mahasiswa terhadap kondisi lingkungan di jurusan dan fakultas. Beliau menyampaikan, jika surat keputusan­ pendirian Fakultas Ekonomi sudah di­ sah­kan maka perkuliahan akan dipindahkan ke gedung baru. Melalui cara itu diharapkan masalah saran dan prasarana akan teratasi. Soal transparansi nilai, dosen memang berkewajiban untuk menunjukan hasil pembelajaran pada mahasiswa. Hal itu sudah disosialisasikan pada dosen. Pertemuan sore itu berlangsung ha­ ngat dan akrab karena antara dosen dan mahasiswa dapat menyampaian persoalan pembelajaran. Di masa depan program ini tetap akan menjadi agenda tahunan yang menjadi ciri khas Jurusan Manajemen. Keterbukaan dan komunikasi adalah salah satu cara memperbaiki kualitas pendidikan. dyna

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

25


berita Perkuliahan

Ujicoba Teleconference Prodi S2 Teknologi Pembelajaran PPs UNY menyelenggarakan ujicoba perku­ liahan dengan teleconference dengan mengambil tema ‘E-learning dan Video­ Con­ference’ pada Kamis (26/05/2011) pukul 09.00–11.00 WIB. Acara ini ber­ lang­sung di Aula PPs dengan narasumber Kepala Puskom UNY, Herman Dwi Sur­jono, Ph.D. Acara dibuka oleh Direktur PPs, Prof. Soenarto, Ph.D., yang me­nyambut baik adanya ujicoba tersebut dan mengharapkan bahwa nantinya di PPs kegiatan serupa akan terselenggara secara rutin. Pada kesempatan tersebut, Kaprodi S2 TP, Prof. Dr. Abdul­ Gafur, juga­menyampaikan bahwa te­ le­con­ference me­ru­pa­kan angin segar di dunia pendidik­an dan apabila diguna­ kan, maka efisiensi dalam beberapa hal dapat tercapai, di antaranya adalah­dapat berkomunikasi dengan pihak lain manakala dibutuhkan tanpa perlu ha­ rus­berada di lokasi yang sama.

Pada kegiatan tersebut Kepala Pus­ kom UNY, sebagai narasumber utama,­ menyampaikan banyak hal seputar e-le­ arning dan video conference (vidcon),­ mu­­­ lai dari perangkat keras dan lunak­yang diperlukan, pengoperasian, hing­ga­ man­­faat yang diperoleh dari pengguna­ an­­kedua hal tersebut. Beliau­mengemu­ kakan bahwa e-learning memung­kinkan terjadinya pembelajaran di mana saja. Tiga komponen harus ada dalam e-learn­ ing, yaitu komponen infrastruktur yang berupa peralatan, sistem dan teknologi, serta konten/isi. Selama ini tidak ada masalah berarti dalam pe­nye­diaan komponen pertama dan kedua.­Dalam hal konten, masalah yang cukup sering muncul terutama mengenai bagaimana mengimplementasikan TI secara tepat dalam pembelajaran. Saat ini di UNY ter­sedia layanan e-learning dari Puskom yang dapat diman­faatkan baik oleh do­ sen­maupun mahasiswa. Layanan ini di­

kembangkan sejak tahun 2006 dan pada tahun 2010 kemarin mendapatkan penghargaan dari Kemendiknas sebagai­ situs program pembelajaran terbaik per­tama berbasis Web. Lebih lanjut Kepala Puskom UNY men­je­las­kan mengenai video conference­ yang memungkinkan terjadinya interaksi dua arah secara real time antara dua atau lebih pihak di lokasi yang ber­be­da sehingga dapat dimanfaatkan­ untuk perkuliahan, rapat, maupun se­ mi­nar jarak jauh. Dengan vidcon audio-­ video akan ditransfer menggunakan pe­ rangkat khusus. Saat ini UNY memiliki 10 perangkat vidcon yang dibeli sejak­ tahun 2008. Meskipun telah tersedia be­ be­rapa tahun, perangkat ini ternyata jarang dimanfaatkan. Untuk­menggu­ na­kan vidcon, juga harus tersedia­ja­ ring­­ an internet dengan kecepatan mi­ni­mal 256kbps. Apabila kecepatan in­ ter­net kurang dari itu, maka yang ter­ja­

foto-foto: dokumen humas PPs

26

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1


berita di adalah koneksi yang tidak stabil­yang menyebabkan pergerakan video yang kurang smooth sehingga putus-putus dan terkesan kurang natural. Kegiatan itu dihadiri oleh sekitar 40 peserta, dari pe­ngelola PPs UNY hingga mahasis­wa S1 dan S2 TP. Respon yang diberikan­peser­ta cukup beragam, mulai dari per­ta­nya­an-pertanyaan teknis se­per­ti ba­gaimana menampilkan bebe­

rapa layar sekaligus, hingga ke hal-hal non-teknis misalnya bagaimana­pendi­ dik­an karakter tetap dapat diaplikasikan dalam per­kuliahan yang menggunakan vidcon.­ Oleh narasumber, per­­ta­nyaanpertanya­an tersebut­dikupas­tuntas sehingga di akhir acara para peserta­dapat mem­ peroleh berbagai­wawasan ba­ru yang berguna bagi mereka. Titik S

PENDIDIKAN KARAKTER

PENJAS DAN OLAHRAGA BELUM DIIMPLEMENTASIKAN Demikian dijelaskan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Dr. Andi A. Ma­l­ larangeng pada pidato Dies Natalis ke47 UNY, Sabtu (21/5) di Auditorium UNY. Hadir pula pada kesempatan tersebut Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X serta tamu undangan lainnya. Lebih lanjut dikatakan, tantangannya­ terletak dalam struktur­program olahra­ ga bagi anak-anak dan kurangnya­mo­ del yang baik dari pelatih, yang umumnya berfokus hanya pada pengembangan keterampilan fisik dan teknik dasar da­ lam pembinaannya, dan ekspektasi­di lapangan pun masih tertuju­pada­skill development, serta mengabaikan­pe­ ngem­bangan moral, social, dan psi­ko­ lo­­gis. Justru di wilayah moral, social, dan psikologis itulah anak-anak lebih ba­nyak terpengaruh­oleh pengalaman olahraganya. Kelemahan­masih terasa­ dalam hal fasilitas dan penunjang pro­ ses belajar mengajar. Banyak guru Penjas dan olahraga selama ini sudah pesi­mistis untuk bisa mencapai tujuan ku­ri­ku­lum dan tujuan instruksional,­ ka­­re­­na tidak tersedianya alat di seko­ lah­­­­nya.­ Bah­kan akhirnya, ketiadaan alat dan fasilitas ini dijadikan alas an un­tuk berkelit dari keharusan menga­ jarkan­­­ beberapa komponen kurikulum yang­ penting. “Jikapun peralatan tersedia, alat dan fasilitas itu masih hadir dalam bentuk­ nya yang formal dengan standart baku dari masing masing cabang olahraga­ nya. Dari sisi pedagogis, peralatan for-

Heri P/Pewara dinamika

mal tersebut tidak memihak pada mayo­ ritasanak, karena kemampuan anak yang berbeda tidak turut diperhatikan­ dari sisi pengadaannya,” terangnya. Dikatakan, saya mengharapkan agar Lembaga Pendidikan Tinggi Olahraga­ (LPTO) di Indonesia mampu terus mem­ per­­­bai­ki kandisi dan kompetensi­ dari para pendidik karakter melalui perbaik­ an dan penyempurnaan program, baik kurikulum maupun SDM pengajarnya.­ Hal tersebut agar harapan membina dan mempersiapkan generasi muda yang berkarakter dapat segera diwujud­ kan melalui olahraga. Sementara­itu, Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., dalam pidatonya mengatakan, UNY tidak hanya menghasilkan lulusan yang pintar saja, tapi juga bertaqwa dan mandiri. Hal tersebut karena tidak sedikit dewasa ini dijumpai para sarjana dan ahli masih terlibat perbuat­

an yang kurang terpuji. “Para insan terdidik hadir di tengah masyarakat seharusnya menjadi problem solver, bukan menjadi problem ma­ ker. Dengan berkomitmen tinggi terhadap nilai-nilai moral dan karakter yang baik, segala persoalan di Negara kita, bah­kan dunia akan dapat diselesaikan dengan baik sehingga tercipta negara makmur dan penuh ampunan,” tambah­ Rektor. witono

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

27


berita pendidikan matematika

LOMBA DAN SEMINAR nasional

foto-foto: dokumen humas PPs

Ada apa di tahun 2021? Persaingan. Itu yang menjadi beban banyak orang tua masa kini. Pada saat itu anak-anak akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai negara di seluruh dunia. Untuk memenuhi tuntutan kualitas sumberdaya manusia di tahun 2021 dibutuhkan orang yang senang belajar, terampil menyelesaikan ma­ salah, komunikator yang efektif, be­ra­ni mengambil resiko, jujur dapat di­per­caya dan dapat diandalkan serta penuh perhatian, toleransi dan luwes. Demikian diungkapkan Ir. Bekti Herma­ wan, M.Kom dari Lembaga Pendidikan Matematika Islam Malang dalam Seminar Nasional bertema “Peran ICT Untuk Mendukung Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika (Himatika) FMIPA UNY pada Sabtu 16 April 2011 di Ruang seminar FMIPA UNY dalam rangkaian kegiatan Lomba dan Seminar Matematika (LSM) ke-19. 28

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

Lebih lanjut Bekti Hermawan mengatakan bahwa matematika 100% lahir dari olah pikir manusia yang terlahir sebagai refleksi dan kontemplasi atas tata aturan alam semesta. ”Proses pembelajaran matematika jika kita pandang adalah proses pembentukan rasa kecintaan dan penghayatan manusia sebagai akal budi ketimbang sebagai pro­ses teknis mekanis dimana sekian rumus harus dihafalkan dan dikuasai hanya untuk mendapatkan nilai ulangan.” kata Bekti. Dibuka oleh Pembantu Rektor III Univeristas Negeri Yogyakarta Prof. Dr. Herminarto Sofyan, seminar ini juga menampilkan pembicara Dr. Ir. Onno W. Purbo dari Surya Institute yang membahas tentang aplikasi di Linux berbasis Linux dan Open Source dengan nama IPTEKNUX yang dapat digunakan untuk pembelajaran matematika baik di tingkat SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi bahkan untuk melakukan penelitian. ”Tantangan terbesar saat ini adalah memberitahukan pada seluruh

sekolah dan guru di seluruh Indonesia akan keberadaan software tersebut” kata Onno W. Purbo, ”Selain itu juga perlu mengintegrasikan aplikasi matematika dalam proses belajar matematika dan membuat buku pegangan dan latihan­ serta modul” tutupnya. LSM yang merupakan agenda rutin­ tahunan Himatika bertujuan melatih­ daya nalar dan sportivitas siswa serta­ diharapkan materi yang diberikan da­ lam lomba dapat pula digunakan sebagai alternatif bahan pengayaan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa siswa juga memiliki andil dalam memajukan pelajar­ an matematika dengan meningkatkan semangat kompetensi bagi banyak siswa SMP di penjuru nusantara. Lomba­ Matematika tingkat SMP diikuti oleh 428 peserta dari SMP negeri maupun swasta dari seluruh Indonesia. Untuk menyeleksi Lomba Matematika kali ini Himatika bekerjasama dengan perguruan tinggi lain untuk melaksanakan se-


berita leksi awal bagi peserta pada 10 regional yaitu Lampung, Bandung, Banten, Jakarta, Cirebon, Purwokerto, Semarang, Surabaya, Malang serta Yogyakarta sebagai tuan rumah yang telah dilaksanakan pada tanggal 9 April 2011 lalu. Pada lomba matematika hari ini terpilih 53 orang finalis yang akan memperebutkan tropi bergilir dari Presiden Republik Indonesia. Pemenang Lomba Matemati-

ka ke - 19 ini adalah juara I Henry Jaya­ kusuma dari SMP PL Domenico Savio Se­marang, juara II Edwin Suyitno dari SMP Kalam Kudus Surakarta, juara III Christa Lorenzia dari SMP Santa Lourensia Jakarta, juara IV Jonathan Muliawan W dari SMP IPK Sunter Jakarta Utara, dan juara V Abdurrahman dari SMP Semesta Semarang. Dedy Herdito

dialog budaya

pentingnya budaya lokal Jumat (27/5), Unit Kegiatan Mahasiswa­ Fakultas (UKMF) Penelitian LIMLARTS bekerja sama dengan komunitas Studi­ Budaya menyelenggarakan dialog budaya bersama Prof. Dr. Suminto A. Sa­ yu­ti. Dialog yang diselenggarakan di gedung IKM FBS lantai tiga ini bertemakan “Budaya sebagai Sarana Mahasiswa Membentuk Karakter Kebangsaan“. Turut hadir Dekan FBS Prof. Dr. Zamzani, M. Pd. dan Pembantu Dekan III, Herwin Yoga Wicaksono, M. Pd beserta peserta dialog dari berbagai universitas di Yogyakarta. Dalam dialog ini, Budayawan Suminto A. Sayuti menyampaikan pentingnya multikulturalisme sebagai pembentuk karakter kebangsaan Indonesia. Menurutnya, Indonesia adalah bangsa yang telah mengakui pluralisme namun di sa­at yang sama pengakuan ini justru berpotensi menihilkan kelompok yang berbeda. Olehnya itu, pluralisme­perlu digerakkan menjadi multikuluralisme dengan adanya penanaman sikap­untuk memberikan ruang sekecil apapun­ bagi yang berbeda. Sebagai contoh perwujudan sikap ini adalah dosen yang akhirnya tidak lagi menjadi adigang, adi­­gung, adiguna­ (membang­gakan ke­ ku­­at­­an, kekuasaan, dan kepandaian)­ dan mahasiswa tidak lagi merasa ber­ hak­untuk mengklaim segalanya se­ hing­­­ga yang terjadi adalah “tegur sapa”­ an­tara mahasiswa dan dosen. Pada kesempatan ini, Guru Besar Ba­ hasa Sastra Indonesia UNY ini meng­

dokumen humas fbs

ungkapkan perlunya tiga hal yang dila­ku­kan mahasiswa untuk Mengindo­ nesiakan Budaya yakni bergerak dalam level global, loyal pada lokalitas, dan individualitas yang total. Selain itu, Suminto menegaskan tentang perlunya individualisasi pada mahasiswa yaitu si­kap menjaga aspek-aspek kebudayaan na­mun masih memiliki kedaulatan diri (self-sovereignty) sehingga bisa menghadapi realitas dalam diri, lingkup lokal, maupun global. “Mahasiswa yang menjadi sovereign individual adalah individu yang yang bi­ sa hidup dalam lokalitas dan kebuda­ya­ an. Namun, kecenderungan yang terjadi adalah mahasiswa yang cenderung an­tilokal. Mahasiswa cenderung menggunakan pemikiran Barat ketimbang pemikiran lokal. Padahal, kebudayaan Barat tidak selalu sesuai dengan karakter Indonesia,” ungkap mantan Dekan FBS ini.

Untuk itu, Suminto mengajak maha­ siswa untuk menengok kembali keka­ya­ an lokal, misalnya melalui filosofi ke­pe­ mim­pinan Jawa dalam gamelan. Le­wat filosofi inilah, menurutnya, kita­bi­sa meneladani kedudukan pemain gen­ dang sebagai pemimpin dalam per­tun­ jukan gamelan. Sebagai pemim­pin,­pemain gendang duduk di antara pe­ma­in lainnya, ikut bermain musik dan memakai pakaian yang sama­de­ngan­pemain lainnya. Ini menyimbolkan­pe­ mim­pin yang melebur bersama yang di­pim­pinnya. Jauh berbeda dengan fi­lo­ sofi kepemimpinan pertunjukan musik barat, misalnya melaui kepemimpinan dirigen dalam sebuah orkestra, dimana dirigen menggunakan pakaian yang berbeda dan berdiri paling depan untuk mengatur pemain lainnya. Ini menyimbolkan model kepemimpinan yang bersifat mengatur. Febi

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

29


berita penemuan

LIMBAH CAIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN Bangunan bertingkat merupakan gaya bangunan yang sangat populer di abad modern. Hal tersebut disebabkan­karena populasi manusia yang terus ber­ tam­bah sehingga pendirian bangun­an bertingkat dianggap sebagai sebu­­ah­solusi mengatasi keterbatasan lahan.­Ba­ ngunan-bangunan bertingkat­juga­me­ ru­pa­kan bangunan dengan konsum­si energi yang tinggi. Dalam realita ini ho­ tel, apartemen, dan perkantoran men­ ja­di bangunan yang sangat menco­lok. Menurut penelitian untuk biaya operasional, alokasi biaya pembelian energi mencapai persentase yang sangat tinggi yaitu 30%. Data di atas tentunya sa­ ngatlah wajar. Dapat dipandang secara awam kebutuhan listrik hotel, apartemen, dan gedung perkantoran untuk memberikan kenyamanan bagi penghuni atau pengguna jasa hampir setiap ruangan menggunakan AC, penggunaan lift, dan pemakaian lampu tanpa kenal waktu. Mencermati kasus diatas, perlu adanya energi alternatif untuk memberikan penghematan penggunaan energi khususnya listrik. Hal ini menjadi perhatian Janu Arlinwibowo, mahasiswa jurusan pendidikan matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang menggagas ide mengenai

Foto-foto dokumen humas FMIPA

lim­bah cair dari bangunan bertingkat yang jumlahnya sangat banyak seba­ gai­penggerak turbin pembangkit lis­ trik. Hal itu diwujudkan dalam karya tu­lis berjudul ”Inovasi Konstruksi Saluran Limbah Cair Bangunan Bertingkat dalam Pengoptimalan Laju Limbah Cair Sebagai Energi Penggerak Turbin” dan diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Tingkat Mahasiswa S1 Teknik & Masyarakat Umum dengan­ Tema “Energi Terbarukan untuk Indus­ tri Konstruksi“ yang diselenggarakan da­lam rangka memperingati ulang ta­ hun­PT Hutama Karya yang ke 50. Pada acara StakeHolder Gathering PT Hutama Karya di Hotel Gran Melia Jakarta tanggal 29 Maret 2011 karya tulis ini di­ 30

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

nobatkan menjadi juara ketiga kategori umum dengan hadiah lima juta rupiah. Adapun para juaranya adalah Juara 1: Remi Fitriadi Kurnia (PT Hutama Karya), Juara 2: Mevandita Widi D (PT Hutama Karya), Juara 3: Janu Arlinwibowo (FMIPA UNY) dan Juara Harapan 1: Satriyo Kri­do Wahono (LIPI). Saat ditanya kenapa dalam lomba karya tulis Hutama Karya ini memilih kategori umum dan bukan kategori mahasiswa, “Karena kategori mahasiswa hanya khusus untuk fakultas teknik, kalau mahasiswa MIPA masuk dalam kategori umum” jelas­ Janu. Menurut Janu, model pembuangan­ limbah cair sangat meresahkan, apalagi­ dengan volume yang sangat besar untuk


berita Kilas

dokumen humas fbs

Kubjungan UNP

bangunan bertingkat tinggi de­ngan­aktivitas padat seperti hotel, apar­te­men, dan kantor. Limbah cair yang me­ngan­ dung banyak unsur kimia­berbaha­ya sa­ ngat berpotensi untuk­ menimbul­kan­ dampak buruk bagi ling­kung­an. Oleh karena itu dibutuhkan ino­vasi sis­tem­ pembuangan sekaligus pengoptimal­an­ fungsi limbah dengan cara memanfa­ at­kan laju limbah cair sebagai energi penggerak turbin mikrohidro menggu­ nakan dua paralon. “Paralon A sebagai kontrol jika volume limbah cair dalam kondisi kritis, juga difungsikan untuk media alir air hujan sebagai energi tambahan untuk pemutar turbin, sedangkan Paralon B sebagai aliran keluar uta­ma limbah cair yang melalui dasar tampungan atau absorben zone lalu mengalir ke bawah dan memutar turbin.” kata Janu. Sebelum dialirkan limbah cair diendapkan terlebih dahulu se­hing­ga zat berbahaya dapat terpe­ rang­kap pada dasar tampungan yang di­be­ri zeolit dan arang aktif yang ter­ bu­at dari tempurung kelapa, kayu, dan batubara. Turbin yang diputar limbah cair tersebut dihubungkan dengan poros generator listrik. Sehingga hasil keluaran (output) dari generator tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga listrik pada bangunan bertingkat. Pembangkit listrik yang bersumber dari tenaga air ini mempunyai dua unsur terpenting sebagai pertimbangan da­ lam­pro­ses pembangkitan yaitu debit air dan tinggi jatuh air. Dedy Herdito

Kamis, 26 Mei, FBS mendapat kunjungan rombongan studi banding dari Universitas Negeri Padang (UNP) Jurusan Sendra­ta­ sik dalam rangka Road Studi Banding dan Student’s­Show. Sebanyak 196 mahasis­ wa dan dosen UNP disambut oleh Prof. Dr. Zamzani, M.Pd, Dekan FBS, disertai PD II dan PD III. Selain itu ada juga Heni Kusumawati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Seni Musik, dan Ni Nyoman Seriati, M. Hum, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari. Selain bertukar pengalaman dengan pihak FBS UNY, mahasiswa Jurusan Pen­ didikan Sendratasik UNP dan Juruan Pendidikan Seni Tari didukung mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Musik juga menyuguhkan tarian. Mahasiswa FBS UNY menampilkan Tari Golek Ayun-Ayun yang gerakannya lemah gemulai, sedangkan mahasiswa UNP mempersembahkan tari Piriang Basiginjai, tari Rentak Melayu serta komposisi Musik Darek Sangketo dan Batoboh.Pada akhir­acara, ditutup garapan ciamik dari Inilah Ansamble Gitar FBS UNY. Mereka membawakan tiga buah lagu komposisi dari lagu-lagu Nusantara seperti AmparAmpar Pisang dan Suwe Ora Jamu dalam alunan gitar. febi

Open House Galang Sembako Open house kali ini sudah bagus, tapi tinggal adanya pemaksimalan di beberapa titik. Diungkapkan juga kalau kegiatan ini mempunyai banyak manfaat, salah satunya mahasiswa umum dapat mengakses kondisi Ormawa yang ada di FIK. Terlepas dari kekurangan yang ada kita harus mengapresiasi kegiatan ini dan harapannya untuk ke depan akan lebih baik Demikian Ketua BEM FIK, Zam zam Adnan FE mengatakan di sela-sela pen house BEM FIK (17/3). Hari itu BEM dan Hima PKO tetap membuka stand yang sama seperti di hari pertama. Namun khusus Hima PGSD Penjas dan PJKR Bersubsidi berbeda dengan hari pertama. Untuk hari kedua ini Hima PGSD Penjas membuka bazar buku, pin dan sticker, sedangkan Hima PJKR Bersubsidi mulai menghimpun sembako dan uang untuk baksos. Memasuki hari ketiga Hima IKORA mengadakan bazar minuman sehat dan PKO mengadakan atraksi olahraga. Akan tetapi hari terakhir ini untuk Hima PGSD Penjas tidak membuka stand. Sedangkan untuk lembaga lainnya relatif sama acara hari ter­akhir ini dengan apa yang ditampilkan dihari kedua. Ngadino

Tim FIP meraih juara III kejuaraan antar unit di UNY Senin (09/5/11) bertempat di hall serbaguna FBS UNY, dilangsungkan babak semifinal kejuaraan bulutangkis antar unit di UNY dalam rangka Dies Natalis UNY ke-47. Pertandingan semifinal tersebut dilangsungkan mulai pukul 08.00 WIB, dengan menggunakan dua line lapangan sekaligus. Tim bulutangkis FIP UNY harus menghadapi favorit juara, tim FIK UNY. Dengan modal semangat dan kerja keras, tim FIP UNY memberikan perlawanan sengit, meski demikian, akhirnya seperti yang sudah diprediksi semua orang bahwa akhirnya tim FIK UNY yang berhak maju ke babak final. Tim bulutangkis FIP UNY pun harus mengakui keunggulan lawannya 2 (dua) game langsung. Dan pada akhirnya tim FIP UNY harus puas dengan meraih gelar juara III. DIDIK

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

31


opini MEMBANGUN KARAKTER MELALUI OLAHRAGA? O l e h D r s . D i m yat i , M . S i .

S

udah empat belas tahun yang lalu, te­ pat­nya tahun 1997 (namun masih terbesit dalam benak penulis) ketika­Rektor­ ITB waktu itu Profesor Wiranto­Arismunandar sebagai keynote speaker dalam Semi­nar Nasional tentang Olahraga dan Pendidik­an Jas­ mani di IKIP Bandung (sekarang UPI Bandung), menyatakan bahwa setelah mahasiswa ITB diwajibkan menempuh mata kuliah umum (MKU) olahraga, lima tahun kemudian terjadi peruba­ han sikap dan perilaku positif pada mahasiswa ITB. Fakta empiris ini menguatkan kajian teori­ tis yang terungkap dalam berbagai literatur. Ba­ron Piere de Coubertin, penggagas Kebangkitan Olympiade Modern mengatakan tujuan akhir olahraga dan pendidikan jasmani terle­ tak­dalam peranannya sebagai wadah­unik pe­ nyem­pur­na­an karakter, dan sebagai­ wahana­ un­tuk memiliki dan membangun­kepri­badian ku­at, karakter baik, dan sifat mulia (Lutan, 2001). Para profesional dan akademisi mengakui­ perkembangan karakter merupakan tujuan utama pendidikan di perguruan tinggi yang dapat diperoleh melalui pendidikan umum dan (khususnya) keikutsertaaan dalam aktivitas olahraga (Oelstrom, 2003). Berdasarkan fakta tersebut setidaknya ada dua pertanyaan mendasar yang perlu dijawab: (1) siapa paling berperan dalam olahraga sebagai fenomena sosial yang dapat membangun karakter? dan (2) strategi apa yang dapat dite­ rapkan agar olahraga dalam konteks sosial dapat mengembangkan karater? Olahraga dapat Membangun Karakter? Ernest Hemingway, penulis Amerika terkenal mengatakan olahraga menunjukkan

Berbagai kajian teoritis menunjukkan bahwa olahraga dapat mengembangkan karakter. 32

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

bagaimana cara menang dengan kejujuran dan olahraga juga menunjukkan bagaimana kalah secara terhormat (Gill, 1982). Gagasan ini diterima pelaku dan masyarakat olahraga. Atas dasar alasan ini pula mengapa olahraga menjadi penting. Namun, keadaan dinamis dunia olahraga seba­gai­fenomena sosial terus berkembang sehing­ga mengharuskan semua pelaku olahraga untuk terus belajar tentang kejujuran, serta mengajar­kan pendidikan moral dan karakter. Vince Lombardi, pelatih s epak bola berpengaruh di Amerika, mengatakan bahwa kemenangan bukan segalanya, kemenangan hanya suatu hal paling pokok (O’ Brien, 1987). Begitu pula perilaku bintang sepak bola dunia asal Argen­tina, Diego Maradona yang melakukan gol ”tangan Tuhan” ketika menjadi pemain dan berperilaku buruk setelah pensiun, menjadi pecandu sex bebas dan obat terlarang. Dalam konteks lain, banyak pemimpin dan pejabat di negeri ini telah menjadikan olahraga sebagai bagian dari kehidupannya tetapi tetap berperi­ laku tidak sportif dan dzolim, bahkan mereka tidak risih menjadikan olahraga sebagai alat untuk mencari dan mempertahankan kekuasa­ an. Fenomena pelaku olahraga semacam itu, ten­tunya menimbulkan pertanyaan, apakah be­ tul olahraga itu memiliki nilai moral sebagai­ sa­ra­na pendidikan dan pembentuk karakter? Da­patkah olahraga menjadi fasilitas untuk me­ ngem­bangkan karakter? Berbagai kajian teo­ ritis menunjukkan bahwa olahraga dapat me­ nge­ mbangkan karakter. Akan tetapi, dalam ta­taran praktis, fakta menunjukkan olahraga­ ti­dak selamanya dapat membangun karakter. Men­dis­ku­sikan kesenjangan antara tataran teo­ retis dan praktis, sulit dicapai titik temu. Da­ lam­banyak hal khusus, tidak mudah mendidik orang melalui olahraga, adanya syahwat persaingan yang berorientasi pada keharusan untuk menang merupakan akar penyebabnya. Di sisi lain, proses perkembangan karakter­ seseorang dipengaruhi faktor khas yang ada pa­­ da individu itu sendiri (faktor bawaan/na­ture)­ dan faktor lingkungan (nurture) di ma­na­ in­­di­


opini vidu­ ber­sang­kutan tumbuh dan berkembang.­ Fak­tor­bawaan dapat dikatakan­berada di lu­ ar­­ jangkau­an masyarakat dan individu­ un­tuk­ mem­­­pengaruhinya. Sedang­kan­­­ faktor ling­ kung­­an­ merupakan faktor yang berada­ pada­ jang­kauan masyarakat dan ndividu.­ Jadi,­ usa­ha­ pembentuk­an karakter­ seseo­rang dapat­ dila­ku­ kan­masyarakat atau individu­sebagai bagian da­ri lingkungan melalui­rekayasa faktor lingkungan. Peran Pelatih dalam Pembentukan Karakter Sheilds & Bredemeier (1995) menyatakan ling­­­kung­an olahraga melambangkan nilai kebu­ da­ya­­an, tempat orang mencari pengalaman­dan belajar tentang niali-nilai yang dianut ma­sya­ra­ kat. Olahraga sebagai faktor lingkungan merupakan sarana pembangun karakter yang tidak bisa lepas dari peran pelatih dalam memgembangkan substansi, proses dan suasana yang menggugah dari lingkungan olahraga itu sendiri. Hansen, dkk., (2003) menyatakan pelatih me­miliki peran pokok dalam membantu atlet­ mengembangkan potensi­yang dimiliki­nya. Pe­ la­tih merupakan figur sentral pembentuk­ka­ rak­ter atlet. Nike menegaskan “Coaches are, first and foremost, teachers; they are among the most influential people in a young athlete’s life. Be­ca­ use coaches are such powerful role models, young athletes learn more from them about character than about athletic performance”. Pelatih de­ngan sikap­ dan berbagai perilaku yang di­tam­­­pil­kan­ nya­memegang peran penting dalam membangun karakter atlet. Pendekatan dan Strategi Pembangunan Karakter me­ la­lui Olahraga Berbagai pendekatan akan membantu pe­ la­­tih dalam mengembangkan karakter atlet. Pen­ting bagi pelatih memperoleh pengetahuan tentang berbagai pendekatan itu. Boyer (1990) menegaskan lebih penting lagi, pelatih harus mampu menggabungkan dan menerapkan semua dasar-dasar pendekatan pada berba­gai ke­ sempatan dalam upaya mengembangkan ka­ rak­ter atlet. Berbagai teori pendidikan moral dan per­ kem­bangan karakter sebagai produk penelitian­ bidang olahraga telah banyak dihasilkan, seba­ gi­an besar terfokus pada pendekatan bersifat­ praktis. Pendekatan ini lebih menekankan ka­ rakteristik psikologis dan sosiologis dalam program pembinaan atlet, terutama atlet remaja. Ada dua bagian pendekatan. Pertama, konsep

teoritis terkait dengan pendidikan moral: (1) pendekatan penalaran moral yang didasarkan pada teori belajar sosial (Bandura), dan (2) pilih­ an penemuan hasil penelitian perkembangan moral (Bredemier & Sheilds). Kedua, teori terkait dengan penerapan aspek pegembangan karakter. Pertimbangan kritis dalam pembangunan karakter diikuti penekanan dalam implikasi­ praktis untuk mengajar dan melatih (We­inberg dan Gould). Weinberg dan Gould (2003) lebih lan­jut menekankan peranan pelatih dan guru pendidik­ an jasmani secara po­si­tif dapat mempengaruhi perilaku dan per­kembangan karakter. Ada tiga­ pertimbang­an pokok dalam mengembangkan karakter yang harus dilakukan pendidik:­(1) pen­di­­dik harus memiliki peranan gan­da,­ ti­dak ha­nya berhasil dalam me­mu­­sat­­kan pada­ pro­ses tapi­ juga­ harus ber­ha­sil­ dalam pe­la­jar­an­ mo­­ ral;­­ (2) pen­­di­­­dik ha­rus­ mem­buat ling­­kung­an pe­nge­­ta­huan de­ngan me­­musatkan­ per­ha­­tian pada­ide-ide peserta­didik; agar tu­juan ini dapat berha­sil­­ dengan baik, pendidik­ ha­­rus­ ba­nyak menyediakan waktu­untuk­diskusi­dan observasi pada proses transfer­dan penyama­rataan ideide peserta­didik; dan (3) pendidik harus me­ ru­­muskan seperangkat tujuan­ yang realis­tis sepanjang proses belajar. Harapan­akan hasil­ yang dicapai harus mengacu pada tingkat kemampuan mereka.­Le­bih lanjut dikatakan oleh­nya, ada enam strategi yang dapat­dipakai­selama me­ngelola aktivi­ tas­ olahraga. Strategi ter­se­but­ didasarkan­ pa­da­teori belajar sosial dan te­o­ri struktural perkembangan moral. Ke­e­nam strategi itu: (1) men­definisikan sportivitas terkait dengan kepentingan pelatih; (2) memperkuat dan mendorong perilaku sportif dan memberi­ sanksi dan cegah perilaku tidak spor­tif;­ (3) mem­be­ri­ contoh­ perila­ku baik atau tepat; (4) membawa atlet berpikir rasional; (5) mendisku­s ikan dilema moral;­dan (6) membangun dan memilih dilema­ moral ketika di kelas dan la­ tih­an praktik di lapangan.

ka

la

m/

pe

wa r

a

Drs. Dimyati, M.Si. dosen Jurusan Pendidikan Olahraga FIK UNY

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

33


opini Seksisme Bahasa Oleh Dian D. A

S

uatu kali seorang anak dan bapaknya ber­ jalan-jalan di sebuah objek wisata.­Saat perjalanan pulang, sebuah mobil­melaju kencang kemudian menabrak dua orang tadi. Si bapak meninggal di tempat sedangkan si anak dalam kondisi kritis­dan segera dibawa oleh orang di sekitar TKP (tempat kejadian perkara) ke sebuah rumah sakit. Setelah tiba di rumah sakit, anak tersebut dibawa ke kamar operasi karena lu­ ka yang sedemikian parah. Saat seorang dokter be­ dah memasuki ruang operasi, ia terkejut sembari berkata „Oh anakku, apa yang terjadi padamu?“ Adakah yang janggal dari satu paragraf­di atas? Apa yang terlintas di pikiran Anda­se­ sa­at setelah membaca satu paragraf di atas? Kebanyakan orang akan menjawab „Ti­­dak mung­kinlah! Bapaknya kan mati di tempat.“ Atau ada juga yang beranggapan bahwa si dokter bedah adalah bapaknya yang dulu­ atau si dokter bedah hanya salah melihat orang (yang dikira anaknya). Ini bukan hanya­ isapan jempol. Nyatanya, ketika­penulis­me­ ngetes beberapa orang secara acak untuk menganalisa cerita tersebut, hasilnya dapat dikatakan sembilan dari sepuluh orang men­ jawab dengan jawaban-jawaban tadi. Lalu apa jawaban dari satu orang yang tersisa? Jawabannya adalah “ Si dokter tadi­

Robin Lakoff, pakar sosiolinguistik, menulis dalam bukunya Language and Women’s Place, bahwa perempuan mengalami diskriminasi bahasa dalam dua hal, pertama dalam hal bagaimana mereka diajar untuk berbahasa, dan yang kedua dalam hal bagaimana bahasa pada umumnya memperlakukan perempuan. 34

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

adalah ibu si anak.” Dan itulah jawaban­ yang tepat! Di sini, kebanyakan orang masih memolakan pikirannya bahwa dokter adalah­ pekerjaan yang lumrah untuk laki-laki, bukan­ perempuan. Dan di dalam pikiran itulah, ka­ ta-kata bias gender mulai tumbuh subur dan tumbuh wajar. Banyak contoh kata lain yang juga bias gender. Wartawan, mahasiswa, putra, sauda­ ra. Sederet kata barusan memiliki arti yang dapat digunakan oleh semua jenis kelamin, perempuan dan laki-laki. Wartawan misal­ nya, dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indo­ nesia) berarti orang yang pekerjaannya men­ cari berita untuk mengisi surat kabar dan majalah (jurnalis). Di sini jelas sekali bahwa wartawan adalah seseorang (tanpa pelabel­ an perempuan atau laki-laki) yang bekerja sebagai jurnalis. Namun, toh akhirnya dibuat sebuah padanan yang khusus untuk diguna­ kan oleh perempuan. Akhirnya terciptalah wartawati, mahasiswi, putri, dan saudari. Tidak semua kata dapat dicari padan­ an de­ngan mengganti suku kata terakhir. Hanya untuk lelucon saja jika orang mema­ sangkan pen­jahat-penjahit, pengusaha-pen­ gusahi. Un­tuk kata yang tidak bisa diganti imbuhan se­per­ti dokter, pengacara, polisi akhirnya di­tam­bah kata perempuan/wani­ ta dibelakang.­Dan akhirnya, kita kenal isti­ lah dokter perem­puan, pengacara perempu­ an dan polisi wanita. Robin Lakoff, pakar sosiolinguistik, menu­ lis dalam bukunya Language and Women’s Place, bahwa perempuan mengalami diskri­ minasi bahasa dalam dua hal, pertama dalam hal bagaimana mereka diajar untuk berbaha­ sa, dan yang kedua dalam hal bagaimana ba­ hasa pada umumnya memperlakukan per­ empuan. Pernyataan Lakof ini agaknya tidak berlebihan jika melihat konteks paragraf aw­ al tadi. Bagaimana perempuan dan laki-laki dari sekolah dasar sudah diajari kata-kata yang makna dan penggunaanya menyembu­ nyikan peran wanita. Bahkan Dale Spender dalam Man Made Language menyatakan pernyataan yang le­ bih keras. Bahwa, bahasa telah dimanfaatkan­ ke­­lompok yang dominan (dalam hal ini laki-


opini

istimewa

la­ki) untuk menekan kaum perempuan. Ba­ nyak­kata yang menunjukkan ideologi patri­ a­kat dan sering tidak menampakkan­peran perempuan. Tak jarang ditemukan pula ka­ ta-kata yang sangat mengedepankan perem­ puan yang identik dengan dunia domestik. Nah, sekarang apa yang terlintas di kepala Anda jika membaca cerita berikut? Suatu kali seorang anak dan ibunya pergi ber­ belanja ke sebuah pasar swalayan. Saat perjalan­ an pulang, sebuah mobil melaju kencang kemudi­ an menabrak dua orang tadi. Si ibu meninggal di tem­pat sedangkan si anak dalam kondisi kritis­

dan segera dibawa oleh orang di sekitar TKP (tem­ pat­kejadian perkara) ke sebuah rumah sakit. Sete­ lah tiba di rumah sakit, anak tersebut dibawa ke ka­mar operasi karena luka yang sedemikian pa­ rah. Saat seorang dokter bedah memasuki ruang operasi, ia terkejut sembari berkata „Astaga! Luka­ nya begitu parah!“ Di belakangnya seorang per­ awat pingsan setelah sebelumnya berteriak „Oh Anakku, apa yang terjadi padamu?“

Dian D. A pegiat Komunitas Cinta Baca

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

35


resensi media Mencari Kerja itu Gampang! Oleh Hayati N upus Siapa bilang mencari kerja itu mudah! Coba tengok, tiap tahunnya, ratusan ribu sarjana lulus dalam kondisi bingung tak tahu harus mengaktualisasikan diri di mana. Puluhan kali surat lamaran dilayangkan namun belum satu pun da­ tang panggilan untuk wawancara kerja, apalagi untuk diterima bekerja. Berbulan-bulan menunggu, hasil tak kunjung­ tampak sampai datang tahun berikut­ nya di mana bertambah lagi jumlah pen­cari kerja yang baru usai mengecap­ pendidikan di universitas. Belum lagi jika ditambah sejumlah karyawan yang di-PHK dari pekerjaan. Kondisi ini semakin diperparah dengan kenyataan bah­wa persentase jumlah tenaga kerja­ dengan jumlah lapangan kerja yang ada tidak seimbang bahkan berkurang tiap tahunnya. Jadi mencari kerja itu sulit? Ah, ti­ dak! Banyak juga pelamar yang begitu­ me­­ngirim surat lamaran langsung­wa­ wan­cara dan diterima kerja. Bahkan­tak sedikit yang tanpa melewati mekanisme­ surat lamaran namun bisa turut berkarya di suatu lembaga, dengan­skill dan na­ma baik yang telah ia punya tentu­ nya. Jadi, intinya, mencari kerja itu su­ sah-­ susah gampang, atau gampanggam­pang susah. Kemampuan akademis yang baik ti­ dak menjamin seseorang dapat de­ngan­ mudah memperoleh pekerjaan.­ Apa­­la­gi jika kemampuan itu tidak di­ba­re­ngi skill dan pengalaman yang memadai. Dibutuhkan strategi khusus untuk menghadapi dunia kerja. Buku berlabel Mudah Mencari Kerja: Pedoman Praktis Bagi Para Pencari Kerja ini membantu pencari kerja memecahkan persoalan-persoalan yang pasti akan ditemui ketika mencari kerja. Bab pertama buku ini mengajak ki­ta­ untuk mengenali potensi yang ada da­ lam diri kita. Untuk mengenali berbagai potensi yang dimiliki, pertama­kita harus mengenali tipe kepribadian kita. 36

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

Mudah Mencari Kerja: Pedoman Praktis Bagi Para Pencari Kerja Penulis: Eki Daniswara • Penerbit: ONCOR Semesta Ilmu, 2010 • Tebal: 80 halaman

Secara umum, tipe kepribadian manusia dibagi menjadi 6 macam; konven­sional, sosial, investigatif, artistik, re­ a­ listis dan pengusaha. Dari masing-ma­sing tipe ada jenis-jenis pekerjaan yang cocok sesuai dengan karakter tipe tersebut. Misalnya, tipe konvensional­yang cenderung bersikap hati-hati, mengikuti arus, metodis, efisien, cermat,­praktis, dan tidak imajinatif. Tipe semacam ini cocok bekerja menjadi resepsionis, sekretaris, juru tulis, operator kompu­ ter, akuntan, dan sebagainya. Pada bab 2 kita diajak untuk menentukan karier. Setelah mengenali potensi yang kita miliki, langkah selanjutnya adalah memilih karier apa yang kita inginkan, perusahaan yang cocok dengan kapabilitas dan potensi kita, serta memilih jabatan apa yang ingin kita tempati. Bab ini menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kita­memilih­ pekerjaan, kiat menyusuri iklan lowong­ an kerja dan menjelaskan informasi-in-

formasi apa saja yang perlu kita ketahui tentang perusahaan yang akan kita tuju. Bab berikutnya akan membimbing kita untuk menulis surat lamaran kerja dan curriculum vitae. Hal paling menentukan dari keseluruhan proses mencari kerja adalah wa­ wancara. Kemampuan akademik sangat baik, ditunjang dengan skill dan peng­ alaman memadai, akan sia-sia bila pada­ proses wawancara ia tidak mampu me­ yakinkan pewawancara. Artinya ia gagal. Proses wawancara memang tidak mudah, karena dari situ perusahaan bisa mengenal seperti apa persisnya diri kita berikut kapabilitas dan kepribadian kita. Proses wawancara mengandalkan hal-hal yang spontan dan kadang-kadang dengan pertanyaan di lu­ar perkiraan. Bab terakhir dari buku ini menjelaskan hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan sebelum wawanca­ ra dan apa yang boleh serta tidak boleh dilakukan ketika proses wawancara. Buku praktis mencari kerja memang ba­nyak, buku ini salah satunya.

Hayati Nupus mahasiswa Matematika UNY


bina rohani Belajar Ikhlas Ol e h Ni r ma l a

istimewa

Hidup di dunia tidak akan luput dari ke­sengsaraan. Berbagai cara dilakukan­ oleh manusia untuk menghindari­ke­ seng­­saraan tersebut, namun tidak ada yang berhasil. Para nabi mengajar­kan kepada umatnya bahwa kesengsara­an tidak bisa diusir tetapi bisa diatasi yakni dengan keiklasan (selalu bersikap iklas). Apapun masalah dan sebesar apa­ pun musibah yang diberikan Allah s.w.t. kepada kita, harus kita hadapi dengan penuh iklas. Iklas memberikan rasa aman dan nya­man pada semua suasana. Dengan­ iklas pertolongan akan selalu ada. Meski­ demikian, tidak serta merta iklas bisa menghilangkan kesengsaraan. Dengan iklas, kesengsaraan tidak terasa sakit. Maka di setiap langkah dan perbuatan dalam pengabdian kemanusiaan, kita ha­rus peduli pada sesama­dan juga menerima apa pun pemberian dari Allah s.w.t., baik kerugian, kecelaka­an, coba­an,­musibah, maupun sakit. Halhal­ter­se­but harus dihadapi dengan pe­ nuh­ iklas. Sesungguhnya iklas itu sendiri meng­ ajarkan kita untuk bersabar. Wajib­nya umat manusia di dunia ini harus memperbaiki niat dalam segala perbuatannya dan berusaha keras untuk selalu

ikh­las dalam beramal dengan niat. Karena beramal merupakan salah satu perbuatan yang nantinya akan menjadi penyelamat di akhirat kelak. Mengenai iklas didasari niat, Allah­ s.w.t. berfirman, ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan per­ hi­as­­an­nya, niscaya kami berikan ke­pa­ da­mereka balasan pekerjaan mereka­di dunia dengan sempurna dan mereka­di dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sia­ lah apa yang telah mereka kerjakan (QS. Hud: 15-16).” Suatu contoh, ada seorang pedagang yang setiap harinya berpenghasilan cukup banyak dengan keuntungan besar. Karena keadaan pasar yang kurang memihak alias sepi konsumen (gagal panen), si pedagang mengalami kerugian terus menerus. Dengan kerugian ini dia akhirnya bangkrut dan sangat menderita serta putus asa. Di dalam penderitaan dan keputusasaannya ini, akhirnya si pedagang merasa hidupnya sudah hancur dan menjadi pengangguran. Setelah menganggur cukup lama da­

tanglah seorang kakek. Tanpa kata kakek tersebut mengajaknya ke sungai. Di sungai dia menemui pemilik perahu yang kerjanya menyeberangkan pedagang satu ke yang lain. Pemilik perahu tersebut kakinya buntung akibat kecelakaan karena tulang kaki yang sudah hancur maka dia harus diamputasi. Kakek itu berbicara kepada si penganggur, “Kamu hanya kehilangan harta bendamu, harusnya kamu bersyukur karena tubuhmu masih utuh itu. Kamu merasa sengsara itu karena kamu tidak ikhlas, sadarlah, Nak.” Cerita tersebut salah satu dari banyak contoh yang bisa membuka mata kita untuk mensyukuri segala nikmat Allah, bawasannya kita harus selalu melihat segala sesuatu di bawah kita. Saat kita mampu mengiklaskan segala keadaan yang kita alami, secara tidak langsung kita sudah menerima hikmah dari keadaan tersebut. Baik buruknya tergantung pada diri kita sendiri mengartikannya. Oleh karena itu, selalu bersabarlah dalam menjalani cobaan yaitu de­ngan ikhlas dan berfikir positif.

Nirmala staf KHPP UNY

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

37


cerpen

Apokalips Ol e h Pr i m a S W SYAFAQ naik perlahan, lalu menyebar mewarnai horizon, pembuka sang raja siang yang mau bertandang. Matahari mulai beraksi, dari condong Timur. Ia, perlahan tapi pasti, memanjat langit, terus-terus-terus, hingga mengangkangi bumi tepat tengah hari. Di dunia, Ibu tersenyum jemurannya­ kering, tukang es kewalahan melayani pembeli, gadis SMA mengeluh kulitnya hitam, tukang becak menunggu tak ada yang datang, kuli panggul hanya diam karena panas atau hujan rejekinya sama saja. Matahari mulai lelah, lalu putuskan untuk turun dari singgasana, naik ke peraduan, demikian manusia-manusia mengi­ ra Matahari. Padahal, Matahari hanya sedang menggiliri dua sisi bumi. Pelan-pelan ia luput dari satu sisi yang segera berganti kelam, untuk menerangi sisi yang lain. Sisi-sisi itu, karena digiliri, dipoligami Matahari, mulai bertikai seakan lupa mereka satu tubuh, satu bumi. Pertengkar­ an ini dimulai ketika mereka satu per satu beranakan manusia-manusia di wajah masing-masing. Sisi ini, kita sebut saja Timur, macam Kurawa, anaknya terlalu banyak namun bodoh-bodoh. Tak terlalu pandir, hanya saja sering dicurangi takdir. Timur wajahnya indah, punya kerajaan kaya raya. Ta­ nahnya emas, langitnya manikam, airnya madu, dan udaranya hangat. Barat sebenarnya cantik pula, namun lupa. Anaknya tak sebanyak Timur, namun terlalu pintar hingga nyaris licik, macam Pandawa yang doyan main judi. Namun ini berguna­ untuk Barat. Karena tanahnya gersang dan udara terlalu di­ ngin, mereka pun miskin. Anak-anak bertengkar, maka orang­ tua mereka yang turun tangan. Barat dan Timur yang mula­ nya diam saja dalam iri, kini saling mencaci. Suatu kali Barat bertandang rumah Timur ketika Matahari sedang di Timur. Ia cari muka pada Matahari agar disangka ramah, Matahari dan Timur sama-sama polos. Sayang, Timur terlalu bodoh. Menyambut Barat dengan senyum, disajikannya satu per satu kekayaannya penjamu tamu. Mula-mula dihidangkan daging panggang dari ternak sendiri yang melimpah, di atas pinggan emas bertahtakan intan pada pinggirannya. Minumnya, Barat disilakan memilih madu sungai, air gunung, atau sari buah-buahan, semua dalam piala emas berhias mutu manikam pula. Barat bukannya tak pernah de­ ngar akan semua ini, tapi melihatnya, baru sekali inilah. Barat lalu pulang dengan segenap iri dengki. Barat dilan­ da dingin sepanjang tahun makanya tak ada hutan hijau. Semua jadi putih karena salju, jadi kering, dan hewan-hewan­ pun bersembunyi hingga tak bisa diburu. Alih-alih sungai madu, yang ada sungai-sungai beku sepanjang waktu. Anakanak Barat pucat dan kurus, yang selalu gembira ketika Ma38

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

tahari datang. Sesiangan ini, Barat yang biasanya merayu-rayu Matahari agar singgah lebih lama, memilih berpikir keras. Masalah panas-dingin jadi musababnya, dan semua karena Matahari, demikian pikir Barat. Ia baru menyadari Matahari demikian­ pilih kasih, ia selalu mengunjungi Timur lebih dulu, memilih membuka hari di Timur. Maka ketika tiba bertandang Barat, cahanya hanya tinggal sisa-sisanya saja karena Matahari sudah terlalu letih. Apa salah Barat hingga tak dikaruniai seba­ nyak Timur? Barat, dengan segenap dengkinya, mulai menyusun renca­ na. Ia susupkan anak-anaknya di antara anak-anak Timur. Anak-anak Barat telah biasa hidup sulit, maka cenderung licik. Berdustalah mereka bahwa Barat yang punya air tejun mengalir dari langit, punya gunung bermahkota awan, punya­ istana berdinding emas, dan mata air berwarna-warni dan berasa, tempat mandi dewa-dewi. Timur termakan hasut, mulailah mereka membangun serupa khayalan Barat, untuk itu, alam pun dijahati: hutan ditebangi, sungai dikuras, hewan-hewan terusir dan mati, dan permata digali semua untuk lama-lama habis. Sebulan sekali anak-anak Barat pulang membawa perca kekayaan Timur: emas, intan, dan madunya. Anak-anak Barat yang cerdik membangun rumah raksasa dan membuat tiruan kerajaan Timur dalamnya. Bibit-bibit pohon disemai, hewan-hewan dibiakkan. Mulailah tercipta negara kecil Timur di Barat sementara Timur sendiri semakin tak terlihat Timur. Barat mulai senang tapi belum puas. Semua masih harus dilanjutkan. Matahari mulanya ragu, apa yang terjadi antara para sisi. Kemudian ia cemas, melihat wajah Timur tak seindah dulu, maka ia semakin lama saja menunggui sisi Timur. Timur jadi semakin panas, sementara Barat dinginnya makin menja­di. Namun, Timur sudah kehilangan separuh hutan penyejuk­ nya, sudah kehilangan hewan-hewan sumber makannya, su­ ngai madu pun terpercik nila dari sumur-sumur intan yang memuntahan racun dari perut bumi yang dipendam dewa jutaan kala lampau. Anak-anak Timur kelaparan, Timur bi­ ngung alang kepalang. Datanglah Timur menangis pada Matahari. Apa gerangan kau terlalu lama mengangkangi kami, hai raja cahaya? Timur bertanya di antara sesenggukannya. Matahari menjadi sedih, ia yang biasanya kuat lalu mulai menitikkan air mata. Matahari meredup. Dunia perlahan mendingin. Anila menderu semakin seru di Barat, tapi bukan masalah lagi rupanya. Barat sudah hangat dalam kungkuman istana timur buatannya yang megah. Namun Barat bosan melulu


cerpen

istimewa

dalam ruangan, ia ingin menghirup udara bebas. Maka beranjaklah ia keluar. Baru membuka pintu istana, Barat terkagetkaget melihat langit hitam berpadu dengan puting-beliung. Matahari hanya terlihat berkas-berkasnya saja. Bukankah ini masih waktunya kunjungan Matahari? Barat, dengan mantel bulu hewan Timur, mahkota emas Timur, dan perut yang membusung terlalu banyak minum, menyeret langkah menghampiri Matahari. Matahari tak sesenggukan, tak berisik, tapi matanya hampa ke arah depan saja. Ia bahkan tak menyadari Barat yang tiba-tiba ada di sisinya. Di mata Barat, Matahari yang merah panas menyala-nyala, kali ini lebih menyerupai bola hitam raksasa yang dingin. Matahari, oh, Matahari, adakah lakuku menyedihkanmu? Matahari hanya bisu. Matahari, sayangku, pelindungku, penghangatku, adakah kekuranganku menyenangkanmu bila kau di sini, bila demikian katakanlah…hanya diam mendingin begini, tak kaulihatkah anak-anakku meringkuk kedinginan... oh, Matahari… Matahari yang sebenarnya berhati baik, mulai tergugah tak tega melihat kesengsaraan anak-anak Barat karena kedi­ nginan. Setangan biru berlapis atmosfer diusapkannya menyusut air matanya, dunia mulai hangat kembali, hujan salju reda, dan puting beliung tiada. Anak-anak Barat bersorak karena Matahari terperdaya kebohongan mereka. Timur dan Matahari kini sudah tak saling peduli. Inilah saatnya bagi Barat! Mulailah Barat dan anak-anaknya menyusun rencana mem­bunuh Timur. Barat lalu datang menghasut Timur bahwa Matahari akan selamanya tidak berkutik pada singgasananya­

di Timur. Mendengar demikian, Timur ketakutan akan datangnya bencana panas yang membinasakan. Maka, Timur sesegera itu mendatangi Matahari sambil berteriak. Enyah kau dari Timur! Matahari merasa cukup sekali saja terhina, terburai harga dirinya, namun tidak kali ini. Tapi ia tahu, tanpanya, Timur akan lenyap. Semua yang hidup butuh sinarnya. Matahari dilanda kebimbangan sampai akhinya Barat datang kembali. Barat, sambil menyanyi, mengasihani Matahari yang disia-­ siakan Timur. Bagaimana mungkin seorang hamba yang khit­ tahnya digilir, berani mengusir tuannya? katanya. Amarah Matahari membludak kembali. Pungkasan, Barat minta Matahari bercokol di Barat saja, tak usah ke mana-mana. Mulai besok, syafaq akan memudar di Barat. Matahari akan bermula dari Barat, dan selalu di Barat. Barat tak cemas akan kekeringan dan kepanasan, semua pohon Timur dalam istana raksasanya akan dikeluarkan, dijejerkan di jalan-jalan, di hutan-hutan, dan hewan-hewan akan dilepaskan. Barat dan anak-anaknya tak sabar memulai kerajaan abadi mereka. Syafaq baru saja mekar, belum lagi pupus, ketika seisi galaksi berguncang. Matahari telah membuat bumi menyalahi­ orbitnya, maka semua benda langit bingung dan saling menabrak. Saturnus lantak cincinnya, Jupiter dilanda bulan-bulannya. Gunung-gunung api di Mars menggelegak lalu meletus, meletuskan Mars. Tamatlah seteru Barat dan Timur. Dunia baru saja berakhir, apokalips.

Prima SW jurnalis EKSPRESI UNY

P e wa ra Din a m i ka M e i 2011

39


puisi•geguritan•tembang Sajak Latif Pungkasniar Kematian Yang Melegenda ; Ganesh Berbicara tentang mati Berarti bicara tentang kehilangan Seperti apa kematian yang ideal bagi kita Kematian yang melegenda Ucapmu di sela sela hujan yang menguyur tubuh gigil kita Kematian yang terkenang Tambahmu dari gemeratakan gigi kita yang menahan maut Seperti Isa Seperti Muhammad Eli Eli lama Sabakhtani Ummati... ummati... ummati.... Kata terakhir orang yang jadi legenda Tergaung sampai lama

istimewa

Latif Pungkasniar

Jogja, 140509

anggota LPPM Kreativa

pojok ge l i t ik

Andhap Asor

ka

la

m

/p

ew ar

a

Umarmoyo: Di, tahu apa itu andhap asor? Umarmadi: Tahu dong, andhap asor itu lembah manah. Umarmoyo: Indonesianya? Umarmadi: Rendah hati. Bukan rendah diri lho, itu 40

P ewa r a Di n a mik a m e i 2 0 1 1

minder wardeg. Umarmoyo: Rendah hati! Maknanya? Umarmadi: Menjalankan tugas dengan sepenuh hati atas dasar kebersamaan dan sebagai amanah. Umarmoyo: Terus? Umarmadi: Ketika dipuji atau disanjung tidak tinggi hati. Ketika diterimakasihi tidak lupa diri, justru mengembangkan budaya terima kasih. Ketika dikritik tidak sakit hati, apalagi dendam, melainkan segera berbenah diri. Umarmoyo: Terus? Umarmadi: Tidak mau menonjolkan

diri, meski kesempatan itu ada. Umarmoyo: Terus? Umarmadi: Tidak pernah menganggap dirinya selalu paling benar. Umarmoyo: Terus? Umarmadi: Tidak serta-merta menganggap salah orang lain yang pendapatnya berbeda dari dirinya. Umarmoyo: Ruar biasa. Omongomong, kamu kan pejabat di institusi itu. Sudah mengamalkan semua itu tadi apa belum? Umarmadi: Ya ... ya ... ya ... sudah ... eh ... belum. Umarmoyo: ............................? ema r '11


l

e ns

a

KEBERSAMAAN DALAM OUTBOND Bermain di alam terbuka membuat suasana outbond makin seru. Para karyawan BAAKPSI UNY tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Mereka terus larut dalam permainan itu. Tawa dan canda pun silih berganti. “Kami hanya berharap agar kebersamaan ini terus berlangsung, kapan pun dan di mana pun,” ungkap M. Rodhi, salah satu peserta outbond. teks : Sismono La Ode • Fotografer: MINDIPTONO AKBAR


Leading in Character Education

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id

teks dan ide: Sismono la ode

Jauh sebelum gaung pendidikan karakter menggema, UNY telah memulainya. Slogan (lama) "Cendekia Mandiri dan Bernurani" adalah salah satu bukti.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.