dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.
Kepanjangan Tangan dari Ustadz Yusuf Mansyur Dari pengamatan saya di mana seorang dai kondang yang terbiasa wara-wiri di televisi, lantas menyapa live para penggemarnya dengan materi ceramah dan ciri khas pem bawaannya, jumlah peserta selalu membludak. Hal ini dikarenakan penggemar bisa menatap muka, mendengarkan suara, dan melihat gerak badannya secara langsung memiliki nilai lebih mengena, sehingga ilmu yang disampaikan lebih cepat terserap. Di televisi saja sudah menarik, apalagi bisa melihat langsung dari jarak beberapa meter saja. UNY rupanya tak ingin ketinggalan. Pada 23 September lalu, dai kondang Ustadz Yusuf Mansyur hadir di Masjid Kampus Al Mujahidin atas undangan tim tutorial Pendidikan Agama Islam (PAI) UNY. Ustadz Yusuf memberikan kuliah umum dengan mengusung tema Realisasikan Pendidikan Karakter me lalui UNY Menghafal. Bisa ditebak ra mainya hadirin yang ingin menyimak ceramah beliau. Seketika Masjid Al Mu jahidin penuh sesak. Melalui surat pem baca ini, saya sebagai salah seorang ha dirin, ingin berbagi semacam intisari kepada Pembaca majalah Pewara Dina mika dari apa yang telah disampaikan Ustadz Yusuf Mansyur. Ada tantangan yang disampaikan Us tadz Yusuf, yaitu beliau mengajak setiap mahasiswa muslim semester satu harus membuat program menghafal 100 ayat Al-Baqarah dalam rentang waktu 100 hari. Program ini mulai dijalankan pa da 25 September. Nantinya, bagi maha 4
Pewara Dinamika no v e mb e r 2 0 1 1
siswa yang tuntas menghafal dan me mahami makna ayatnya, bisa dilakukan wisuda kelulusan hafalan. Sepintas me mang mirip konsep TPA (Taman Pembi naan Alquran) yang siswanya anak usia TK dan SD. Namun, menurut saya hal ini menarik untuk diteladani. Selain, se bagai tahapan yang memberi apresiasi, program ini menjadi semacam inovasi pembelajaran tutorial PAI yang tahuntahun sebelumnya kabarnya monoton, cenderung membosankan, dan terkesan memaksa sehingga peserta didik tuto rial PAI mengikuti kegiatan ini sebatas untuk mengejar nilai PAI saja. Dalam kesempatan ini, Ustadz Yusuf meyakinkan bahwa bacaan Alquran ada lah rezeki selama tidak dikotori oleh ucapan dan pendengaran. Semakin banyakhafalan, tentu banyak pula pa halanya, apalagi hal tersebut benar-be nar dikerjakan dengan niat yang tulus dan hanya untuk mendapat hidayahNya. Ustadz Yusuf juga menyadarkan
para hadirin bahwa belajar Alquran dan agama tidak perlu muluk-muluk men gundang guru ngaji yang mungkinsu sah dicari. Teman satu kelas atau satu kos yang mahir agama, bisa diberday akan, sehingga terbuka ladang dakwah bagi orang-orang sekitar. Makanya, ki ta dianjurkan mencari lingkungan yang sesuai dengan keinginan kita. Pencerahan! Itulah yang Insya Allah saya dapatkan dari ceramah ustadz mu da ini untuk memulai “hidup baru” di UNY. Harapan saya, semoga statement ini bisa menjadi pencerahan jugabagi kawan-kawan lain, terutama yang tidak sempat hadir pada acara tersebut. Ke pada tim tutorial PAI UNY, saya acung kan jempol atas inovasinya mengha dirkan dai kondang dalam format kuliah umum. Semoga tahun-tahun se lanjutnya bisa memberi inovasi yang lebih menarik lagi. Siti Romlah Khzh. mahasiswa UNY