Pewara Dinamika Oktober 2012

Page 1

Volume 13 • nomor 56 Oktober 2012

issn 1693-1467

l e a d i n g

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

i n

c h a r a c t e r

e d u c a t i o n

TAWURAN, KOk BANGGA? Fenomena tawuran pelajar/mahasiswa akhir-akhir ini cukup menyita perhatian publik, tidak terkecuali UNY. Bagaimanapun budaya ini tak layak ditiru apalagi dibanggakan.


KETIKA HP MENGALAHKAN BUKU

Bukan rahasia umum lagi kalau sebagian dari anak bangsa lebih membutuhkan HP dibanding membaca buku. Fenomena ini terjadi hampir di seluruh kawasan Nusantara. Budaya membaca buku yang seharusnya menjadi ikon bangsa yang beradab, kini hampir sirna di tangan sebagian anak bangsa yang lebih nikmat merayakan indahnya "ber-HP-ria". Memang HP itu penting, tapi jauh lebih penting membaca buku. Bukan begitu? Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • gambar: Kalam jauhari


pena redaksi

P e wa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Wakil Rektor I) Dr. Moch. Alip, M.A. (Wakil Rektor II) Sumaryanto, M.Kes. (Wakil Rektor III) Prof. Suwarsih Madya, Ph.D. (Wakil Rektor IV) PENASEHAT Drs. Setyo Budi Takarina, M.Pd. (Kepala Biro UPK) Dra. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AKI) PEMIMPIN UMUM Dr. Anwar Effendi, M.Si. PEMIMPIN PERUSAHAAN Supandi, S.I.P. PEMIMPIN REDAKSI Dr. Nurhadi, M.Hum. SEKRETARIS REDAKSI Dian Dwi Anisa REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S, M.A. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Rizka, SH. Tusti Handayani, A.Md. Dedi Herdito, M.M. Uswah R. Nirmala, A.Md. Khairani Faizah, S.Pd. Ariska Prasetyanawati Rhea Yustitie Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, M.A. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FIS) Isti Kistiyananingsih, S.Pd. (FE) Witono Nugroho, S.I.P. (FMIPA) Virga Renitasari, S.S. (FBS) Haryo Aji Prambudi, S.S. (FT) Anton.Suyadi, S.S. (FIP) Pramushinta Putri Dewanti, S.S. (PPs) Binar Winantaka, S.Pd. (LPPMP) Cahyono Adi Widagdo, S.E. SIRKULASI Kusno Hidayat, S.Pd. / Suwanto Sumedi / Maryono / Mujiman ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id.

Tak terasa kita sudah memasuki bulan ke sepuluh di tahun 2012 ini. Ya, Oktober. Banyak peristiwa besar di Indone­ sia yang terjadi di bulan ini. Salah satunya adalah Sumpah Pemuda. Waktu itu, begitu gegap gempita para pemu­da­ memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan dari kolonialisme bangsa asing. Betapa rakyat Indonesia, khusus­nya pemuda, jengah dan muak atas kon­disi nusantara yang terus merunduk­pada bangsa asing. Lantas, perhimpunan pemuda dari seluruh nusantara men­ deklarasikan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 di Jakarta. Dalam konggres, para pemuda menyepakati untuk bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Para pemuda ini juga meng­ aku berbangsa yang satu, bangsa Indo­ nesia. Tak ketinggalan, para pemuda­ ber­sumpah menjunjung bahasa persa­ tuan, bahasa Indonesia. Semangat berjuang memang masih terpatri kuat dalam diri pemuda masa­ kini. Sayangnya yang menjadi landasan penyema­ngat sudah bukan lagi melawan bangsa asing­yang merendahkan Indonesia, namun semangat “berjuang” atas nama sekolah (baca: tawuran). Ta­ wuran terkadang dipicu karena hal- hal sepele. Bahkan beberapa pelaku mengaku tidak tahu alasan mengapa terjerumus dalam lakon tawuran. “Meneruskan tradisi,” me­reka bilang. Miris memang, mereka tak tahu apa yang mereka pertahankan­hingga tetes darah penghabisan. Tragedi pertengahan

September lalu menjadi contoh nyata yang membuat diri bergidik ngeri. Betapa tidak, dua orang pe­lajar Sekolah Menengah Atas di Jakarta tewas saat sedang “berjuang”. Sedikit sia-sia, karena dua pelajar yang terbilang pintar harus direnggut nyawanya dengan cara yang tak beradab. Kami, awak redaksi Pewara Dinamika, turut prihatin atas kemalangan yang menimpa seluruh korban tawuran. Karena itulah kami memilih tema tawuran untuk melengkapi rubrik laporan utama di Pewara Dinamika edisi Oktober 2012. Akan dipaparkan bagaimana awal mula tawuran berasal, penyebab, solusi, dan kisah dari korban serta keluarga korban. Tak ketinggalan sebuah tulisan tentang deklarasi pemuda masa kini, yang menyatakan bahwa anti tawuran dan anti kekerasan. Melalui semangat pemuda-pemuda ini, kita seperti dii­ ngatkan kembali pada momentum 28 Sep­tember 1928. Semangat untuk terus­ membawa bangsa Indonesia menuju­ kedamaian dan ketentraman. Untuk rubrik lainnya masih sama seperti edisi-edisi sebelumnya. Pemba­ ca bisa menikmati berita-berita internal UNY, opini-opini, cerpen, puisi, humor, serta menikmati foto-foto di rubrik Lensa. Akhirnya, inilah hasil jerih payah kami. Semoga pembaca setia Pewara Dinamika bisa menikmati edisi kali ini. Lagi-lagi, kami masih membutuhkan saran dan kritik supaya menjadi koreksi kami. Selamat membaca. Tabik! 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

1


daftar isi Volume 13 • Nomor 56 oktober 2012

l a po ra n U ta m a

Tawuran, Kok Bangga? jabarnews.files.wordpress.com

Fenomena tawuran pelajar/mahasiswa akhir-akhir ini cukup menyita perhatian publik, tidak terkecuali UNY. Bagaimanapun budaya ini tak layak ditiru apalagi dibanggakan. halaman 6

24

36 opini

berita

Stadium General Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi UNY lam.­Keunggulan sistem ekonomi ini ialah penyertaan variabel non-eko­no­ mi seperti moral, sosial, politik, dan agama dalam asumsi dasarnya...

dokumen humas uny

Kegagalan sistem konvensional me­mun­culkan permintaan sistem al­ter­natif, yaitu sistem ekonomi Is­

Berita Lainnya • Inovasi Olahan Pangan Mahasiswa UNY • Menghidupkan Tradisi Lewat Software • Mengabdi untuk Pendidikan Lewat SM-3T • Ramai-Ramai Mencipta Robot

Yang Menang adalah “Kotak”, Bukan “Jokowi” SEHARI sebelum pemilihan DKI-1 beberapa teman mem-bbm saya me­­la­ lui broadcast message. Mereka me­ ngirim pesan yang sama... 41 bina rohani 5 bunga rampai 42 cerpen 4 dari pembaca 1 dari redaksi 3 Jendela 16 Liputan khusus 44 pojok gelitik 44 puisi•geguritan•tembang 40 resensi media perancang sampul: kalam jauhari

2

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2


jendela

SERAGAM YANG BERAGAM Dalam pemilihan gubernur DKI sekitar bulan-bulan lalu, para pendukung Jokowi-Ahok memilih memakai seragam kota-kotak untuk identitas mereka. Seragam itu muncul dari kalangan bawah, dari para pendukung, bukan dari perintah atasan. Sebetul­ nya seragam itu tidak hanya kotak-kotak, tetapi kotak-kotak dengan warna putih, merah, dan hitam dalam gradasi nuansa warna. Kemenangan Jokowi-Ahok dalam pemilihan ter­ sebut tentu saja tidak ditentukan karena seragam kotak-kotak itu. Ada berbagai aspek mengapa kandidat asal Solo dan Belitung, yang notabene bukan orang Jakarta ini, bisa memenangkan pilkada ibukota tersebut. Kelompok kotak-kotak itu mampu mengalahkan kelompok seragam baju warna putih yang diusung oleh kelompok Foke-Nara dalam putaran terakhir pilkada. Tulisan ini tidak membahas tentang pemenangan tersebut, apalagi lewat kajian analisis sosial politik. Tulisan ini hanya akan sedikit mengupas tentang fenomena seragam kotak-kotak yang belum pernah dipakai oleh partai politik yang ada, bahkan oleh kandidat lain dalam sejarah sebuah pilkada. Seragam itu tidak biasa. Tampilannya seolah me­nentang kemapanan. Para pendukung JokowiAhok memakainya tanpa disuruh dan dengan sendirinya mereka mengenakannya dengan se­ nang hati. Beda jika seragam itu “dipaksakan” kepada anak buah. Selain institusi semacam tentara, pemakaian seragam seringkali dianggap sebagai bentuk “kontrol terhadap kepatuhan”. Oleh karenanya, seringkali juga pemakaian seragam ini men­ dapatkan “perlawanannya” sendiri-sendiri. Bukan hal yang asing jika ada seseorang yang ingin tampil beda terhadap seragam yang dikenakannya. Bisa dengan model jahitan yang berbe­ da, tambahan asesoris, corak atau warna yang sedikit beda, atau sejumlah penyamaran seragam tersebut. Beda dengan kepatuhan berseragam yang muncul dari bawah, berdasarkan kesepakatan bersama. Saya teringat bagaimana panitia syawalan pada sebuah fakultas di UNY dengan suka rela memakai ba­tik yang sama tanpa diperintahkan oleh atasannya. Kemauan berseragam batik yang mereka kenakan serupa dengan pemakaian seragam kotak-

kotak yang dipakai para pendukung Jokowi-Ahok. Seragam itu adalah wujud kebersamaan, wujud sebuah identitas. Tentu saja, seragam yang dikenakan para panitia syawalan itu tidak sama persis. Masih ada variasi dari seragam itu, ada semacam ruang berbeda dari sebuah kebersamaan. Saya juga teringat ketika beberapa bulan yang lalu ditugaskan untuk mengajar bahasa Indonesia di sebuah universitas terkemuka di Chiang Mai, Thailand. Awalnya saya terkejut karena para mahasiswa di sana harus mengenakan seragam hitam-putih, celana dan rok mereka harus berwarna hitam dan baju atau bagian atasnya berwarna putih. Tampaknya para mahasiswa di Indonesia lebih diuntungkan karena mereka dibebaskan dari pemakaian seragam. Di Indonesia hanya siswa SD— SMA yang diwajibkan pakai seragam. Tidak hanya seragam hitam-putih, para mahasiswa baru di Chiang Mai itu juga diharuskan me­ ngenakan tulisan tertentu (yang tidak bisa saya baca karena ditulis dengan huruf Thai) yang harus­ dikalungkan. Lamanya tidak main-main, setahun penuh mereka harus kalungkan benda itu. Ketika­ keluar kampus pun, ketika berbelanja di pasar so­ re, mereka masih mengenakan seragam hitam-putih itu lengkap dengan kertas yang dikalungkan. Kadang-kadang malah ada yang dilengkapi dengan muk plastik yang juga turut dikalungkan. Meski demikian, dari sekian mahasiswi tampaknya rok yang mereka kenakan cukup beragam. Ada yang panjangnya semata kaki. Ada yang sebetis, selutut, sepaha, bahkan ada yang jauh mendekati pangkal paha. Tidak hanya itu. Belahan roknya pun cukup beragam. Yang menarik tentu saja rok yang sudah mini itu masih ditambah belahan yang cukup tinggi. Menarik sih, maaf, tampak seksi. Rupanya mereka mampu mengatasi keseragaman itu menjadi sesuatu yang beragam, menjadi sesuatu yang lebih menarik. Meski demikian, tidak pernah saya temui pandangan apalagi ucapan para lelaki yang berbau melecehkan terhadap tampilan rok mini berbelahan tinggi tersebut.

Dr. Nurhadi, M.Hum. Pemimpin Redaksi

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Saatnya Mengatur Parkir di UNY Seiring dengan tuntutan kebutuhan pe­ ning­katan layanan akademik dan adminis­ tra­tif, UNY terus berupaya menyediakan sa­ran dan prasarana untuk memenuhi tuntutan tersebut. Salah satu upaya yang dila­ kukan yakni dengan membangun gedung-gedung baru di lahanlahan yang tersisa di antara gedung-gedung yang sudah ada. Pem­­bangunan gedung-gedung itu juga disesuaikan dengan jumlah­ mahasiswa UNY yang setiap tahun semakin bertambah. Tampak beberapa tahun terakhir ini bermunculan gedung-gedung baru di UNY, mulai dari rektorat, fakultas dan lembaga. Pembangunan gedung-gedung tersebut menjadi sebuah keharusan dalam rangka meningkatkan efektivtas kegi­ atan akademik dan admistratif, khusus­ nya pelaksanaan kegiatan pembelajaran bagi mahasiswa. Namun, di sisi la­in, pembangunan gedung-gedung itu menyisakan persoalan, yakni tentang­ pengaturan parkir kendaraan. Sejumlah lahan yang dulunya dapat digunakan sebagai tempat parkir, sekarang telah berubah menjadi gedung-gedung baru­. Akibatnya, saat ini parkir kendaraan menjadi kurang tertib dan tidak tertata dengan rapi. Apalagi dengan semakin bertambahnya jumlah kendaraan, sisasisa lahan kosong yang ada di wilayah kampus sudah tidak mampu menampung luapan kendaraan, khususnya sepeda motor mahasiswa. Agar keadaan tidak semakin parah, perlu segera dipikirkan dan ditetapkan kebijakan pengelolaan perparkiran di UNY. 4

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

Seingat saya, majalah Pewara Dinamika, Volume 12, Nomor 46, Oktober­ 2011 pernah mengangkat laporan uta­ ma­tentang perparkiran dengan tajuk­ “Saatnya Mengatur Parkir di UNY”. Setelah satu tahun berselang, tampaknya masalah perparkiran belum dapat ditemukan solusi yang tepat. Program­portal elektronik yang diujicobakan sejak tahun lalu juga belum jelas kelanjutannya. Kebijakan untuk membebaskan wli­ayah-wilayah tertentu dari parkir kendaaran, kini juga tidak efektif. Seperti jalan di utara gedung rektorat, dulu pernah dibebaskan dari parkir ken­ daaraan agar lalu lintas berjalan lancar. Akhir-akhir ini sering terjadi kemacet­ an, karena sisi utara dan sisi selatan digunakan untuk parkir. Melihat kondisi tersebut, sekali lagi, perlu segera dibuat kebijakan yang tepat untuk mengelola parkir di wilayah kampus UNY. Jika tidak segera dikelola, sangat mungkin terjadi, lima atau sepu-

luh tahun mendatang, setiap sudut di kampus UNY dipenuhi kendaraan yang diparkir dengan sembarangan. Kondisi tersebut tentu memunculkan kerawan­ an, utamanya tingkat pencurian kenda­ raan akan juga meningkat. Harapannya, dalam waktu dekat ma­­s­­a­­lah parkir di kampus akan segera ter­­a­ta­si, salah satunya Fakultas­ Ilmu­ Pen­di­dik­an, fa­kul­tas ini berencana mem­ ba­­ngun gedung parkir bertingkat­yang lebih representatif. Satu hal yang pasti, masalah parkir merupakan tanggung­semua war­ga kampus. Betapa­pun hebat­ nya kebijakan­pengelolaan dari pihak universi­tas­-fakultas,­ tanpa­ disertai­ kesadaran warga­kampus­tentang­penting­ nya tertib­parkir, dipastikan­kebijakan itu tidak akan berhasil­secara maksimal. Semoga,­harapan menjadikan kampus UNY yang sejuk, nyaman, dan tertib segera terwujud. Laila Widjaya Pembaca Pewara


tips-tips

Mengatasi Kecanduan Si Ponsel Pintar O l e h Dwinin g sih I ndri Y Kemunculan ponsel pintar seperti Blackberry, Android, atau iPhone memang bisa membuat mobilitas menjadi lebih mudah. Jangan salah, sepositif apapun, smart phone juga memiliki dam­pak lain yang bisa merugikan. Sa­ lah satunya yaitu minimnya interaksi sosial dengan orang lain secara langsung. Selain itu, smart phone membuat penggunanya merasa ketergantungan. Apakah Anda tidak bisa jauh-jauh dari ponsel atau smart phone walau seme­ nit saja? Mungkin saja Anda sudah termasuk orang yang mengalami kecanduan smart phone. Dalam sebuah penelitian dinyatakan­ bahwa melihat layar secara konstan mem­buat Anda menjauh dari orang. An­da menjadi orang yang terhindar da­ ri berinteraksi dengan dunia nyata. Sa­ lah satu penyebabnya karena pengguna tidak pernah tahu kapan akan mendapat email, SMS, atau pesan sehingga me­reka terus mengecek ponselnya untuk mencari kesenangan. Bagaimana ji­­ka Anda sudah terlanjur kecanduan smart phone? Bagaimana mengatasinya­ agar bisa “kembali” ke dunia nyata? Si­ mak tips berikut untuk lepas dari kecanduan smart phone. Kurangi Pemakaian Smartphone se­ca­ra Bertahap. Ponsel dan smart phone tetaplah benda yang sangat ber­ gu­­na­sehingga tidak mungkin untuk ti­­ dak menggunakannya sama sekali. Bah­­kan tiba-tiba tidak memakai smart phone dari yang semula kecanduan bisa le­bih merusak secara psikologis. Untuk melawan kecanduan, disarankan untuk mematikan handset beberapa menit sehari, kemudian lebih lama pada hari-hari berikutnya. Tahu Tempat Menggunakan Ponsel. Seseorang harus tahu dan menyada­ ri kapan harus tidak menggunakan pon­ sel. Seperti saat sedang berkenda­ra­karena bisa memecah konsentrasi dan bi­sa beresiko berujung pada kece­laka­

1

2

an­­. Atau mungkin pada acara-acara res­ mi­, meeting atau pertemuan penting­ bah­kan saat sedang berkumpul dengan­ keluarga. Perbanyak Berbicara secara Lang­ sung­. Esensi perbincangan di dunia­ nya­ ta tak dapat digantikan dengan obrol­­an via ponsel atau berkirim pesan. Bertatap muka memberi lebih banyak pe­mahaman terhadap apa yang dirasa­ kan­lawan bicara dan bagaimana res­ pon­yang tepat. Komunikasi dengan ba­­nyak melibatkan bahasa tubuh dan hu­bung­an yang nyata tak akan terjadi hanya dengan percakapan via ponsel. Sering Olahraga. Banyak-banyaklah­ berolahraga dan tinggalkan ponsel­ Anda. Olahraga bisa membuat perasaan senang dan mengobati depresi yang mung­­­kin terjadi akibat penggunaan smart phone yang berlebihan.

3

4

5

Ukurlah Pemakaian Ponsel. Seorang­ pengguna ponsel mungkin tidak me­­­nya­dari betapa banyak waktu yang me­­re­ka pakai untuk menggunakannya dan apa saja yang telah mereka lewatkan. Padahal momen terbaik terjadi di dunia nyata, seperti serunya berbincan­ g-bincang bersama orang-orang terde­ kat. Gunakan dengan Bijaksana. Tidak da­pat dibantah, ponsel bermanfaat ba­gi kehidupan. Banyak aplikasi yang berguna untuk membantu hidup lebih baik atau sebagai sarana berkomunikasi­ dengan rekan yang jauh. Akan tetapi, alangkah baiknya untuk menggunakan ponsel dengan bijaksana sampai dalam taraf tidak mengganggu kehidupan sosial pengguna.

6

Dwiningsih Indri Y mahasiswa UNY

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

5



Menelisik Kronik Tawuran Darah muda, darahnya para remaja Yang selalu merasa gagah, tak pernah mau mengalah Masa muda, masa yang berapi-api Yang maunya menang sendiri, walau salah tak perduli, Darah muda.. (Lirik lagu “Darah Muda” yang dipopulerkan oleh Rhoma Irama) Ol e h Pratin a I k htiya rini


Laporan utama

S

Sejumlah mahasiswa terlibat aksi lempar batu saat tawuran antara mahasiswa Fakultas Fisipol dan Fakultas Teknik Universitas Hasanudin di Jl. Perintis Kemerdekaan, Makasar.

iapa yang tak tahu lirik lagu tersebut? Lagu lawas yang dinyanyikan oleh Ro­ ma Irama itu, masih cukup terkenal di te­linga masyarakat Indonesia hingga sa­at ini. Benar, yang berdarah muda selalu me­ ra­sa gagah dan tak mau mengalah. Mereka di­ gam­bar­kan sebagai kawanan manusia yang be­ gi­tu semangat, tapi egois. Lirik lagu bergenre dang­dut ini agaknya masih kontekstual dengan realitas sekarang ini. Kontekstual, karena hing­ ga kini gambaran tentang kawula muda masih terlihat sama seperti dendangan lagu Rhoma Irama tersebut. Apa yang disebut dengan kawula remaja­ten­ tu sangat mudah untuk dikenali. Seperti­yang ada dalam lirik Darah Muda, remaja yang di­ gam­bar­kan emosional, pada dasarnya me­mang­ demikian. Sabda para ahli psikologi mem­be­ ri­kan gambaran secara umum, bahwa siapa yang dimaksud dengan remaja adalah me­re­ ka­yang berada dalam periode peralihan anakanak menuju dewasa. Seperti Monks yang ahli psi­kologi, menjelaskan remaja sebagai masa­di­ sa­at seseorang berkembang dengan menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkem­ bang­an psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa. Dari paparan Monks, maka tak mengheran­ kan bila remaja bersifat labil karena sedang men­cari jati diri, sehingga memiliki banyak per­­ma­­sa­­lah­­an. Dunia pendidikan menamai permasalahan tersebut dengan sebutan kenakalan­ remaja. Tafsir Kartono seorang ahli Sosiologi mengatakan, kenakalan remaja atau juvenile deliquency lebih dilihat sebagai suatu pesakitan sosial atau patologi sosial. Salah satu­pemantikn-

hai-online.com

ya adalah bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, para adolensence (bahasa latin untuk remaja) mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Lain halnya dengan Kartono, John W. Santrock, yang seorang ahli psikologi pendidikan lebih tegas lagi dalam mengejawantahkan istilah kenakalan remaja.­Ia berpandang­an jika kenakalan remaja itu, kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadilah tindakan kriminal. Kenakalan remaja pun mempunyai banyak­ bentuk. Tak melulu bersifat agresif dan des­ ktruk­tif, sebenarnya ada kalanya kenakalan remaja bersifat kreatif. Sayang, tren kenakalan remaja yang sedang membahana di kota-kota besar Indonesia adalah tawuran, yang sifatnya tak hanya desktruktif, tapi anarkis. Pada kesempatan kali inilah, Tim Pewara Dinamika meng­ angkat isu hangat tentang tawuran yang sedang menampar dunia pendidikan.

3.bp.blogspot.com

8

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

Jejak-Jejak Tawuran Menapaki arti kata tawuran, bisa dimulai da­ ri pengertian yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tawuran menurut KBBI yang di­tulis Alwi., dkk tahun 2008 dimaknai sebagai perkelahian massal atau perkelahian beramai-ramai. Sesuai dengan maknanya, tawuran tentu terjadi sejak zaman dulu kala. Bahkan sa­­at berperang melawan penjajah pun, perju­ ang­an tersebut juga bisa dinamakan dengan “tawuran”. Namun, seiring dengan waktu yang ber­jalan, kata tawuran lebih identik dengan perkelahian yang terjadi diantara siswa seko­ lah yang tentu bersifat negatif. Penelusuran kata tawuran yang mudah ditemukan, nampaknya tak demikian dengan penelusuran sejarahnya. Sangat sulit untuk melacak kapan terjadi tawuran antar pelajar untuk pertama kali di Indonesia. Setiap wilayah atau daerah sudah pasti memiliki banyak sekolah dan karakteristik siswa yang berbeda. Seperti Ja-


Laporan utama

karta Selatan misalnya, sejak tahun 1970-an te­ lah terjadi tawuran antara siswa SMK maupun SMA. Menukil pendapat Dosen Psikologi Universitas Indonesia, Winarini Wilman, yang diambil dari artikel Kompas, 26 September 2011, diketahui bahwa fenomena tawuran pelajar di Jakarta sudah terjadi selama puluhan tahun. Dari kacamata psikologis, tawuran merupakan perilaku kelompok. Ada sejarah, tradisi, dan cap yang la­ ma melekat pada satu sekolah yang lalu terin­ dok­trinasi dari siswa senior kepada juni­ornya. Itulah yang membuat sejarah tawuran tak begitu saja bisa digeneralisir. Winarini yang sempat menulis disertasi berjudul ”Student Involvement in Tawuran: A Socialpsychological Interpretation of Intergroup Fighting among Male High School Students in Jakarta”, tahun 1996-1997, juga menemukan adanya fe­ no­mena “Basis” (Barisan siswa) yang terdiri atas 10-40 siswa. Mereka bersama-sama pergi­dan pu­lang sekolah naik bus umum. Basis itu terbentuk berdasarkan keyakinan bahwa mereka­ akan diserang oleh sekolah musuh bebuyutan mereka. Basis ini rupanya juga masih terjadi di tahun-tahun belakangan ini.

Tak jauh berbeda dengan Jakarta, Yogyakar­ ta yang menyandang predikat kota pelajar pun memiliki cerita mirip mengenai sejarah kemun­ culan tawuran. Seperti yang diungkapkan oleh Sukarman, Wakasek SMA N 6 Yogyakarta, ta­ wur­­an itu seperti kasus yang laten, tersembunyi. Bila tak bisa jeli melihatnya, sekolah bisa­ ke­colongan. Tawuran ada karena lahir geng atau dalam ungkapan Winarni, disebut basis. Di­­ta­­nya mengenai sejarah tawuran di Yogyakarta secara umum, Sukarman mengaku tak tahu persis. Yang jelas, tawuran ada sudah sejak dulu. Setiap sekolah di Yogyakarta pasti memiliki kelompok atau geng yang selalu bersiap siaga berperang dengan kelompok sekolah lain. Di institusi tempatnya mengabdi misalnya, Sukarman tak menutupi bahwa ada geng yang dulu­ nya sering melakukan tawuran. Geng tersebut dikenal dengan nama GNB (dibaca: geneb). Me­ rujuk dari penjelasan inilah, maka tak heran bi­la sejarah kemunculan tawuran sulit untuk di­­ge­­ne­ra­lisir. Pemantik Tawuran Bila sejarah tawuran sulit untuk diuraikan, ma­ka tak demikian dengan faktor penyebab me­­le­­dak­nya suatu tawuran. Penyebab tawuran secara umum ditengarai karena dua faktor. Pertama, adalah faktor yang berasal dari diri si remaja. Kedua, faktor yang berasal dari luar diri si remaja. Keduanya pun saling memengaruhi satu sama lainnya. Faktor internal remaja, adalah pemantik ta­ wuran yang bermuara dari penjelasan ilmu psikologi. Secara tak langsung, faktor dalam di­ ri remaja seperti perubahan biologis dan sosio­

Tawuran antar pelajar di Jakarta. Keberadaan polisi di arena tawuran tak selalu menakutkan bagi para pelajar. Foto ini membuktikan bahwa pelajar tetap baku hantam meski polisi telah berada di dekat mereka.

foto-foto: dokumen Humas UNY

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

9


Laporan utama

Sejumlah siswa SMA N 1 Padang diangkut truk polisi karena diduga akan tawuran.

logis harus memaksa remaja untuk melaluinya. Kegagalan saat melalui kedua fase tersebutlah yang pada akhirnya membuat jiwa remaja menjadi labil mudah dipengaruhi. Faktor kedua, eksternal atau yang faktor berasal dari luar remaja adalah pemantik tawuran yang diusung oleh disiplin ilmu sosial. Faktor eksternal ini, menjelaskan bagaimana sumbu­ tawuran bersumber dari lingkungan sosial sis­ wa yang tak kondusif. Klasifikasi lingkungan sosial sendiri terdiri dari keluarga, teman sebaya, dan tentunya masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Dari berbagai faktor yang ada, sumbu api ta­ wuran justru terletak di dalam lingkungan ke­ luarga. Menurut Fatur Rachman, dosen Psikolog UNY mengungkapkan bahwa saat ini, bila terjadi kebocoran pada celah-celah kenakalan remaja seperti tawuran hulunya adalah masalah di dalam keluarga. Peran keluarga saat ini, sudah­ sangat minim dan sedikit. Orang tua selalu me­mi­li­ki dalih kesibukan sehingga tak sempat memberikan perhatiannya terhadap anakanak­nya. Dimulai dari fungsi keluarga yang sudah tak beres tersebut, menurut Fatur, anak-anak te­ lah mengalami kebingungan. Jika lingkungan­ keluarga saja sudah tak mampu memberikan­ pe­ngantar kehidupan yang menyenangkan bagi si remaja, maka bisa dipastikan pula bahwa keberadaan siswa di tempat lain akan berma­ salah. “Keluarga itu tempat pertama, di mana anak mengalami interaksi atau sosialisasi. Jika di lingkungan pertama saja mereka tak bisa melaluinya, bagaimana dengan keadaannya di luar?” Papar Fatur Rachman yang mengaku

manadonews.com

10

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

gapaibintang.files.wordpress.com

memiliki seorang anak yang juga masih berse­ kolah. Menanggapi tentang penyebab tawuran, Mus­ni Umar seorang sosiolog, yang juga mantan Ketua Komite SMA 70 Jakarta mengungkapkan bahwa peran media massa juga ikut memengaruhi terjadinya tawuran. Tulisan Musni Umar yang diunggah melalui detik.com 25 September 2012, mengungkapkan kalau tawuran yang terjadi di kalangan siswa juga dikarenakan oleh pengaruh media massa. Musni me­ nyalahkan pemerintah yang tak mampu memberikan tayangan-tayangan yang bernuansa edukatif. Mengamini ucapan Musni, Fatur Rachman juga mengungkapkan hal yang senada. Baginya, perilaku remaja yang mencerminkan ke­ ke­rasan tidak lain juga akibat dari tontonan yang disajikan oleh stasiun televise saat ini. Dia menyebutkan bahwasanya pemerintah se­ha­ rusnya memeberdayakan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dan LSF (Lembaga Sensor Film). Me­ lalui kedua lembaga tersebutlah, menurut Fatur, tayangan televisi bisa memberi arti positif bagi anak-anak di Indonesia. Sementara itu, Sander Diki Zulkarnaen yang mewakili KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) mengungkapkan pendapat tentang penyebab ledakan tawuran, dengan mendakwa sekolah. Dalam sebuah artikel di website resmi KPAI www.kpai.com Sander menghakimi pihak sekolah, yang terlalu berjibaku kepada peningkatan nilai akademik semata. Menurutnya sekolah harusnya menyajikan lingkungan yang nyaman, aman untuk siswa, dan tidak mengekang ekspresi mereka. 


Laporan utama Tawuran antar warga di Makasar. Wajah pemuda berkaus biru yang riang sembari melemparkan batu menunjukkan bahwa tawuran, bagi sebagian masyarakat kita, adalah suatu yang menyenangkan.

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

11 detik.com


Laporan utama

Ironi Kota Pelajar Tawuran yang marak terjadi bukan saja disebabkan oleh tingkat kenakalan anak, tapi juga akibat pengaruh yang didapat dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan yang lebih makro seperti Negara. Oleh N isrin a M uth a h a ri

M

Aksi vandalisme geng sekolah yang mewarnai sebuah tembok di sudut Kota Yogyakarta.

inggu siang, April 2011, Aditya Wilana Pratama menghembuskan­ nafas terakhirnya di Rumah Sakit­ Panti Rapih. Pelajar SMA Tiga Maret (Gama) ini mengalami luka pada dada kiri­ nya akibat sabetan clurit yang dilayangkan oleh pelajar SMA Bopkri 2, dua jam sebelumnya­. Se­ kira pukul 12.00 WIB hari itu, lima motor rombongan pelajar dari SMA Gama lewat di depan Toko Kado Kita Jalan Prof. Yohanes Sagan. Mereka berpapasan dengan pelajar dari SMA Bopkri­ 2 sebanyak dua puluh orang. Setelah ditanya da­ri mana mereka berasal, tanpa sebab jelas rom­bongan dari SMA Gama langsung saja dise­ rang. Sial juga tak dapat dielakkan lagi bagi Belfa­ K. Yudianto, pelajar SMA Negeri 8 Yogyakarta­ itu mendapat dua jahitan di telinga kirinya se­ telah terkena lemparan dari kelompok pelajar yang melintas di depan sekolahnya. Pada akhir bulan Mei tahun ini pun, pengumuman kelulusan diwarnai dengan aksi tawuran antara SMK Piri dengan SMA Muhammadiyah 2. Tawuran memang tidak memakan korban jiwa, namun

nisrina/pewara

12

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

puluhan siswa diamankan oleh aparat kepolisian. Tawuran terjadi sekitar 30 menit dan langsung membubarkan diri ketika petugas mele­ pas tembakan peringatan ke udara. Dalam aksi tawuran tersebut, aparat kepolisian juga meng­ amankan belasan senjata tajam berupa linggis dan gir motor. Tiga kasus tawuran di tahun 2011 dan 2012 ter­sebut hanyalah secuil kasus yang sempat di­ pu­bli­kasikan media online ketika pembaca me­la­ ku­kan pencarian di laman mesin pencari.­Meng­ ingat banyaknya sekolah di Kota Yogyakar­ta yang dikenal sebagai kota rujukan­belajar, ada­ lah­ironis jika kemudian kota ini menduduki pe­­ringkat kedua setelah Ibukota Jakarta dalam bab tawuran pelajar. Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga DIY, Baskara Aji, maraknya tawuran yang terjadi di Kota Yogyakarta karena kota ini memiliki banyak sekolah dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Di samping itu kondisi sosial di masyarakat Yogyakarta juga lebih beragam. Data yang dilansir oleh sebuah situs berita online (Jogja Riot), setidaknya saban sekolah mene­ ngah atas ataupun kejuruan di Kota Yogyakarta­ memiliki geng pelajar. Stemsa, Voster, Vascal, Morenza, Stepiro, dan XTM adalah salah satu bagian dari geng pelajar di sekolah menengah ke­ juruan Yogyakarta. Sedangkan di sekolah me­ne­ngah atas, ada nama-nama geng macam SMC, Roever, GNB, Ganza, REM, Oestad, Ranger,­ Grixer, Respect, RIB, dan Regazt. Nama-nama geng tersebut hanyalah sebagian dari sekian ba­nyak geng pelajar yang menghuni setiap sekolah di Yogyakarta. Berawal dari Vandalisme Aksi tawuran tak melulu dimulai dari adu mu­lut. Bagi mereka para remaja yang tergabung­ di geng pelajar, aksi vandalisme bukan saja sebuah coretan-coretan tanpa arti. Vandalisme


Laporan utama

Kajur Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling UNY, Fathur Rahman, M.Si.

nisrina/pewara

lewat coretan-coretan di tembok bertuliskan nama geng merupakan buah eksistensi keber­ adaan mereka. Sebagaimana diungkapkan oleh Rahmat, pelajar sekolah menengah kejuruan yang juga menjadi anggota geng pelajar, menurutnya hanya gara-gara tulisan gengnya dicoret oleh geng musuh tawuran bisa terjadi. “Ka­sus tawuran pelajar di Yogyakarta memang kerap terjadi dan biasanya terjadi di akhir pekan­atau malam minggu, ”ungkapnya. Ia bahkan mence­ ritakan bahwa siang kemarin salah seorang temannya menjadi korban hantaman gir motor da­ri geng musuh dan akhirnya sampai masuk Rumah Sakit Bethesda. Diakui oleh Rahmat tawuran terjadi biasa­ nya karena buah dendam yang terus dipupuk terhadap sekolah lain tanpa sebab jelas. “Semisal ketika bertemu dengan pelajar dari sekolah la­in yang dianggap musuh di jalanan, kita bisa­ saja langsung menyerang meski yang bersangkutan tidak terlibat dalam geng dan tidak mela­ kukan kesalahan sama sekali, ”tuturnya. Rasa bangga pada diri sendiri muncul ketika berha­ sil melukai pelajar dari sekolah yang dianggap musuh. Menurut pelajar kelas tiga tersebut, untuk ma­suk dalam sebuah geng tidak melulu dengan­ paksaan, pun ketika keluar dari geng tidak ada paksaan sama sekali. Ia bercerita dari 29 anak di kelasnya, hampir 20-an anak yang masuk geng di sekolahnya. Tentu kondisi tersebut berbe­dabeda di setiap kelas dan setiap sekolah. Bagi­nya, ikut dalam sebuah geng adalah­wujud­solidaritas bersama teman-temannya dan wujud rasa bangga membawa nama geng sekolah. Geng pelajar yang masih hidup di Yogyakarta tak jarang memang memiliki struktur, ada ketua, ben­ da­ha­ra, sie acara, sie mancing-mancing rusuh, dan sie tawuran. Bahkan alumni yang telah lulus dari geng pelajar masih mendapat tanggung jawab untuk mengawasi aksi tawuran setahun setelahnya. “Polanya setelah lulus akan digantikan oleh adik kelas dibawahnya, ”ujar Rahmat.

Faktor Kompleks Menurut Kajur Psikologi dan Konseling FIP, Fathur Rahman, fenomena geng pelajar dipahami sebagai remaja dalam suasana psikologis yang sifatnya storm and strees. Usia di mana me­re­ka mengalami badai-badai perkembangan, suasana tersebut biasanya akan menimbulkan letupan-letupan emosional. “Faktor keterikat­ an­dengan kelompok sangat kuat, karena usia remaja selalu mengidentikkan diri mereka de­ ngan­kelompok. Jadi apapun nilai di kelompok akan diidentifikasikan ke dalam dirinya, hingga sulit membedakan nilai individual dan nilai kelompok, ”ucapnya lebih lanjut. Fathur Rahman menangkap kesan bahwa ma­s­alah tawuran adalah masalah yang terjadi­ pa­da diri anak saja. Padahal jika dilihat secara­ ke­se­lu­ruhan masalah tawuran ibarat sebuah ling­ kar­ an, diakuinya memutus mata rantai tawuran tersebut memang susah. Dalam teori­ psikologi sosial ada lingkaran-lingkaran yang mempengaruhi pola perkembangan anak, se­ per­ti contohnya lingkaran dalam keluarga. Yang menjadi pertanyaan, sampai sejauh mana­keta­ hanan keluarga untuk bisa membentengi anak? Anak sebagai pusat lingkaran sebenarnya di­ pe­ng­aruhi oleh orang tua. Namun orang tua juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat yang lebih besar. Dan lingkungan masyarakat dipenga­ruhi pula oleh sistem politik, ekonomi, sosial negara dan bahkan media di tingkat yang lebih makro. “Jika tawuran terjadi, dari si anak memang ada kontribusi. Tapi faktor lingkungan juga berkontribusi banyak terhadap kepribadian anak yang sering melakukan tawuran belakangan ini, ”imbuhnya. 

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

13


Laporan utama

Tragedi Alawy: Duka Keluarga, Duka Indonesia Tidak ada keheningan di depan makam Alawy. Semua kerabat menangis, beberapa histeris. Bahkan Ayah almarhum, Tauri, sempat tak sadarkan diri ketika jenazah Alawy mulai dikebumikan. Bukan tanpa alasan khusus mereka menangisi kepergian Alawy dengan histeris. Pasalnya, Alawy Yusianto adalah seorang pelajar ibukota yang tewas saat “bertempur” melawan sekolah lain. Kejadian ini berlangsung pada akhir September lalu dan meli­ batkan dua Sekolah Menengah Atas di Jakarta, SMA 6 dan SMA 70. Oleh D i an Dwi Anis a

K

epergian yang mendadak membuat orang tua Alawy sulit untuk meneri­ ma kenyataan bahwa putra 16 ta­ hun­­nya sudah tiada. Pagi sebelum ta­wuran berlangsung mereka tak mendapati sedikitpun prasangka akan terjadi hal buruk. Memang satu ada yang berbeda, Alawy lupa men­cium tangan mereka sebelum bersekolah. Padahal biasanya Alawy tak pernah lupa akan kebiasaannya itu. Sayang­nya, itu adalah kali pertama dan terakhir­kealpaan Alawy mencium tangan ibu bapaknya.­Seperti dinukil dari Tabloid Nova, Endang, ibunda Alawy masih shock dengan kepergian putra yang mahir bermusik

itu, “rasanya masih se­perti mimpi Alawy pergi dengan cara begini.” Siang 24 September 2012, Tauri menerima te­le­pon dari salah seorang guru SMA 6. Disebut­ kan bahwa Alawy mengalami kecelakaan. Se­ geralah Tauri seorang diri menemui putranya. Sesampainya di Rumah Sakit Muhammadiyah, ia mendapati banyak polisi dan wartawan ber­ ke­ru­mun. Ia terkesiap, perasaannya mulai tak karuan. Sepintas ia meragukan keselamatan­ anaknya. Awalnya Tauri diajak bercakap-ca­ kap oleh guru-guru SMA 6, belakangan baru ia diberitahu bahwa Alawy sudah terbaring di ka­mar jenazah. Terburu-buru ia menuju ruang

om

antaranews.c

istimewa

nisrina/pewara

14

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2


Laporan utama

Deklarasi Anti Tawuran Selimut duka tidak hanya merundung keluarga dan kerabat Alawy melainkan juga seluruh bumi Indonesia, terutama pelajar. Berbagai aksi belasungkawa dilangsungkan. Mulai dari doa bersama hingga penolakan kekerasan dan anti tawuran. Seperti yang dilakukan oleh ratusan pelajar sekolah menengah di lereng Gunung

data.tribunnews.com

jenazah dan histeris melihat anaknya sudah terbujur kaku dengan satu luka di ulu hatinya. “Saya lihat Adek (panggilan keluarga untuk Alawy) sudah tak pakai seragam, hanya celana­ pendek biru. Saya tidak lihat luka lain selain yang ada di ulu hatinya. Saya histeris dan langsung memeluk jasad Adek,” kisah Tauri. Tauri tak pernah sanggup membayangkan bagaimana Alawy meregang nyawa karena panjang luka tusuknya itu mencapai 7 cm. Tauri bimbang, ia berat hati mengabarkan­ ke­matian anaknya pada istrinya. Namun cepat atau lambat, ia harus segera mengabari kondisi­ anaknya. Endang sama histeris mendengar kabar­kematian Alawy. Sampai saat ini pun ia masih merasa tidak percaya pada nasib­na­ has­yang dialami anaknya. Endang tak pernah­ dendam. Ia hanya berharap, Alawy adalah korban terakhir dari tawuran yang marak terjadi di kalangan pelajar sekolah menengah. “Saya tidak tahu mengapa Adek ditusuk. Kami tidak dendam, juga tidak ingin membalas tindakan pelaku. Saya hanya ingin menghimbau temanteman Alawy untuk berhenti tawuran. Lebih ba­ ik mereka melakukan kegiatan positif. Saya ha­ rap Alawy adalah korban terakhir,” ujar orang tua Alawy legowo.

Merapi, Yogyakarta. Deklarasi yang berlang­ sung pada 29 September 2012 ini didahului de­­ngan pembacaan doa untuk korban-korban­ tawuran. Untuk selanjutnya, pembacaan dekla­ rasi anti kekerasan dan anti tawuran. Para siswa serentak mendengarkan isi dekla­ rasi yang berisi lima pernyataan anti tawuran. Pertama, prihatin atas maraknya perkelahian pelajar umumnya di Indonesia dan khususnya­ di lereng Merapi. Kedua, menolak dengan keras segala bentuk kekerasan dan tawuran antar pe­ lajar dalam bentuk dan alasan apapun. Ketiga, minta jaminan keamanan bagi berlangsungnya kegiatan belajar kepada semua pihak yang berkepentingan. Keempat, mendukung setiap­ penyelesaian permasalahan dan tindakan ke­ kerasan dengan cara bijak, terdidik, sesuai norma hukum yang berlaku. Kelima, mengajak ke­pada seluruh pelajar Indonesia agar mem-

Para siswa SMAN 70 Jakarta mengusung karangan bunga untuk Alawy Yusiantoputra, korban tawuran.

com lazuardi birru.

nisrina/pewara

kompas.co

m

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

15


Laporan utama

Tawuran antar siswa di Jakarta. Gear sepeda motor yang dikaitkan pada ikat pinggang merupakan senjata andalan dalam tawuran.

bingkai persaingan dan perbedaan dalam suasana kebersamaan untuk mewujudkan generasi emas yang cemerlang, gemilang, dan terbilang. Setelah pembacaan deklarasi di halaman Ba­ lai Desa Pakembinangun, Pakem, ratusan pelajar tersebut lantas menandatangani spanduk sepanjang 100 meter sebagai pernyatan resmi bahwa mereka mendukung penuh isi dari deklarasi tersebut. Memang belum tercatat dalam sejarah, bahwa pernah terjadi tawuran di daerah Pakem. Dilansir dari antaranews.com bahwa menurut Agus Santosa, Kepala Sekolah SMAN 1 Pakem, menyatakan bahwa deklarasi ini adalah satu upaya pencegahan sebelum meletusnya tawuran. Selain itu deklarasi anti­ke­ kerasan dan anti tawuran itu merupakan bentuk keprihatinan menyaksikan serangkaian ak­­si kekerasan pelajar yang terjadi di Indonesia­. “Kita ingin menunjukan kepada sekolah-seko­ lah diseluruh Indonesia bahwa pelajar di lereng Merapi ternyata bisa kondusif. Kenapa yang lain tidak bisa?” imbuhnya. Langkah pencegahan yang digunakan oleh sekolah-sekolah Yogyakarta ternyata juga­me­ ma­cu sekolah lain untuk mengadakan deklar-

asi serupa, Bandung dan Jakarta misalnya. Di Bandung, deklarasi diikuti oleh perwakilan dari 271 sekolah menengah. Dalam penyelenggara­ an deklarasi, Kepala Dinas Pendidikan, Oji Mahroji menyatakan bahwa sistem pendidikan yang kondusif membutuhkan dukungan dari pi­hak sekolah, pelajar, guru, dan pemerintah. Penyelenggaraan di Jakarta cukup terlambat namun tetap menjadi tumpuan optimisme publik atas terbebasnya Jakarta dari tawuran. Jumat, 5 Oktober 2012, sekitar 120 siswa dari 58 sekolah menengah menghadiri deklarasi anti tawuran di SMA 54 Jakarta. Muhammad Hatta, Majelis Pertimbangan Pusat Gerakan Pelajar, mengatakan bahwa deklarasi ini diadakan sebagai aksi prihatin pada kondisi sistem pendidikan di Indonesia. Seperti dikutip dari kompas. com Hatta mengungkapkan bahwa tawuran dipengaruhi oleh bebeerapa faktor, antara la­ in ketidakmampuan sistem pembelajaran dan evaluasi pendidikan dalam memberikan ruang berkembang nalar peserta didik. “Jadi tawurantawuran ini merupakan ekspresi kegelisahan dan ketegangan yang ada di masyarakat terutama kaum muda,” tuturnya. 

1.bp.blogspot.com

16

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2


Laporan utama

Meretas Tawuran Lewat Ruang Sosial Menciptakan ruang-ruang sosial bagi pelajar kiranya efektif sebagai langkah preventif mencegah tawuran pelajar. Oleh N isrin a M utha h a ri

M

inggu itu ada pemandangan ber­ beda di Desa Wisata Candran, Ke­­ bo­­na­gung, Imogiri, Bantul. Pu­­­luh­­­ an pelajar sedang asyik meng­­i­­ku­ti lukis caping, praktik menanam pa­di­,­dan lomba perahu naga, puluhan pelajar­tersebut adalah gabungan dari empat sekolah­menengah atas di Kota Yogyakarta. Mereka­sedang­mengikuti­ pelatihan pencegahan tawuran yang diseleng­ garakan oleh Pusat Studi­Pancasila. Empat puluh pelajar dari SMA Bopkri I, SMA Muhammadi­ yah 1, SMA Sang Timur, dan MAN II Yogyakarta digabung menjadi satu untuk meng­ikuti pelatihan. Sebagaimana dilansir dari Suaramerdeka. com­, melalui kegiatan tersebut para peserta­di­ man­tap­kan karakter dan kepribadiannya menjadi kader bangsa. Nantinya setelah kemba­li ke sekolah, mereka dapat menjadi pioneer dan membawa pengaruh karakter kepemimpinan yang baik di kalangan seusia mereka. “Pelajar­ diharapkan mampu belajar dari masyarakat, oleh masyarakat, dan bersama masyarakat. Dimensi sosial budaya yang telah menjadi tata nilai merupakan kearifan lokal yang menjadi bagian dari proses pendidikan yang dilakukan,’’ ujar Heri Santoso panitia kegiatan. Selain itu, dari kegiatan tersebut diharapakan agar pelajar memiliki kepekaan sosial, rasa­ cin­ta tanah air, mandiri, jujur, bertanggung jawab, dan dapat bertindak positif untuk kontribusi pada bangsa. Harapan lainnya dari segi­ kemasan kegiatan yang menyenangkan, diha­ rapkan terjadi harmonisasi peran masyarakat dan tujuan pendidikan dalam membentuk karakter dan kepribadian pelajar yang berlandaskan pada semangat kebangsaan. Pelatihan yang diadakan oleh Pusat Studi Pancasila tersebut tentu hanya secuil dari banyaknya usaha preventif tawuran pelajar oleh berbagai kalangan dalam menghadapi frekuensi tawuran yang semakin meningkat. Sebelumnya Kementrian Pendidikan dan Ke­ bu­dayaan telah merumuskan sejumlah solusi­

Rektor Universitas Hasanudin, Prof. Idrus A Paturusi, didampingi petugas keamanan, berupaya melerai mahasiswanya (dari Fisipol dan Teknik) yang tengah tawuran di halaman perpustakaan.

praktis jangka pendek untuk mengatasi­tawur­ an pelajar yang terus berulang. Menteri­pendi­ dikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, memberi ujaran untuk mengajak bersama-­ sama­­ polisi melakukan sweeping dengan frekuensi­ yang lebih sering. “Para sopir metromini dan mikrolet juga harus bisa diajak kerja sama,­kalau­ ada yang membawa barang mencuriga­kan, harus dirazia, ”ucapnya. Ia juga menambahkan bahwa kepala sekolah dan guru harus lebih mencermati perilaku anak didiknya de­ngan jeli, karena persoalan sosial yang melatarbelakangi kehidupan anak didik perlu diamati dengan saksama agar melakukan pendamping­an efektif. Solusi jangka pendek lainnya yang disampai­ kan Muhammad Nuh, jajarannya akan mengu­

Polisi melakukan razia di senjata tajam di sejumlah jalan raya di Jakarta guna mengantisipasi tawuran.

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

17


Laporan utama

vivanews.com

rus dispensasi bersama dengan dewan dan ko­ mite sekolah untuk lebih sering melakukan per­temuan guna melihat langsung apa yang terjadi di lapangan dalam waktu dekat. “Sedangkan untuk urusan sanksi sekolah belakangan, karena pada dasarnya sekolah tidak bisa dibebani tanggung jawab 100 persen, meski tidak boleh lepas tanggung jawab juga, ”ujarnya. Solusi jangka menengah juga telah disiapkan­ oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, lewat Dirjen Dikmen Kemendikbud, Hamid Muhammad, solusi jangka menengah yang direkomendasikan ialah perlu penguatan pendidikan karakter oleh kepala sekolah dan guru. Pendidikan karakter tidak harus masuk di setiap pelajaran, namun diperlukan kepedulian dari guru jika melihat adanya ketidakdisiplinan pada anak didik hendaknya segera ditegur. “Teguran juga jangan hanya menunggu guru bimbingan dan wali kelas, agar tidak terjadi pembiaran yang memupuk tradisi kekerasan di sekolah, ”ucapnya. Mencegah tawuran. Polisi mengadakan razia di salah satu SMK di Cirebon yang diduga akan tawuran.

18

Dari Hulu ke Hilir Menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Badriyah Fayumi, sekolah ramah anak harus bisa menjadi solusi bagi penyelesa-

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

ian kasus tawuran. Seperti diberitakan dalam Harian Kompas (19/10), Badriyah mengungkapkan jika sekolah harus menjadi rumah besar di mana anak didik, guru, serta orangtua bersentuhan dan tak ada kekerasan serta diskrimi­nasi. “Sebuah sekolah yang menumbuhkembang­kan dan mendengarkan pendapat anak, ”ucapnya. Sedangkan menurut Kajur Psikologi dan Bim­ bingan UNY, Fathur Rahman, sekolah juga harus bisa membangun budaya bagaimana bisa saling mengapresiasi dan mendorong nilai-nilai positif yang harus ditradisikan. Di sekolah unggulan, bercermin dari luar negeri, mereka berusaha untuk membangun komunikasi siswa dan orang tua lewat parenting program. Jika kedekatan terjalin dengan baik maka ketika suatu


Laporan utama

saat timbul masalah, akan cepat pula penyelesaiannya. Selain membangun pemahaman di level se­ ko­lah, Fathur Rahman meyakini jika tawuran bisa dikurangi dengan membangun lagi ruang-ruang sosial yang bisa menyalurkan energi­ anak ke arah positif. Semua solusi menurutnya ada plus minus. Jika pemerintah ingin mengefektifkan sebuah kebijakan, pendekatan yang di­lakukan hendaknya bukan hanya dari sudut pandang anak, tapi juga dari lingkungan-lingkungan sosial lain. “Di dalam lingkungan kelu­ arga harus dibangun budaya, jika kita menginginkan kebajikan dalam diri orang lain kita juga harus membangunnya pada diri kita sendiri dulu. Kultur juga terkait dengan pembiasaan,

pendidikan tidak bisa direduksi pada pembelajaran di level kelas tapi juga pembiasaan di dalam aktivitas hidup sehari-hari,” ujarnya. Dalam level yang lebih luas, lingkungan masyarakat juga mempengaruhi tingkat emosi­se­ orang anak. Persoalan di lingkungan masyarakat salah satunya adalah kepemimpin yang ti­­­dak jelas. Figur pemimpin di masyarakat­itu se­per­ti apa? “Jangan-jangan masyarakat seka­ rang­­ nggak punya simbol kepemimpinan, pe­ mim­­­pin nggak ada gaungnya, dan pekerjaan pe­­mimpin cuma dijadikan rutinitas biasa. Atau jangan-jangan masyarakat sudah ada pada le­vel apatis, ”ucapnya. Menurut Fathur, kita seperti­ kehilangan kepemimpinan di dalam masyarakat. “Dulu kita punya figur-figur terten­tu yang bisa mendorong warganya,­kalau perlu ngontrol ke setiap rumah satu per satu,” imbuhnya. Pada level makro, pemerintah juga perlu­ meng­­atur regulasi bagi media. Pemerintah ti­ dak­boleh kalah dengan media yang memiliki­­ modal-modal besar, karena media sering me­ nayangkan acara sekenanya saja hingga ta­yang­­ an-tayangan yang bersifat edukatif menjadi minim. “Membenahi semuanya pun harus dimulai dari hulu ke hilir, ”ujar Fathur mengakhiri ceritanya. 

Polisi melakukan pengejaran tersangka penusukan dalam tawuran di Universitas Negeri Makasar.

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

19


Laporan utama SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA

Langganan Tawuran, Kini Berprestasi Dulu sekolah ini jagonya tawuran. Musuh bebuyutannya pun terhitung tak sedikit. Sekarang, sekolah ini dijuluki sebagai “The Research School of Indonesia.” Bagaimana kisahnya?

T

Oleh P ratin a I k htiya rini

Wakasek SMA N 6 Yogyakarta, Sukarman, S.Pd. Salah satu guru yang berani mengubah sistem dalam sekolah untuk memutus mata rantai tawuran.

ak salah lagi, sekolah yang dimaksud adalah SMAN 6 Yogyakarta. Sekolah­ini dulunya sarang para pelaku tawuran. Namun sejak tahun 2004 statusnya­te­ lah­berubah menjadi salah satu sekolah unggul­ an di Kota Yogyakarta. Untuk menghilangkan­ra­ sa penasaran, Senin (15/10) pagi kami putuskan­ untuk bertandang ke Jalan­Cornelius Si­man­­ jun­tak 2 Yogyakarta. Saat memasuki gedung­ yang asri, kami dipertemukan dengan Sukar­ man yang tak lain adalah Wakasek Siswa untuk mem­­bagi ceritanya tentang sekolah ini. Pagi yang mendung kala itu, tak membuat Sukarman menjadi dingin dalam menyambut kedatangan kami. Dengan wajah yang sumringah, lelaki berkulit sawo matang itu antusias, dalam menceritakan sejarah kelam sekolahnya. Benar, sejarah yang membuat SMAN 6 Yogyakarta sempat dicap sebagai salah satu sekolah biangnya tawuran. Menurut pawang siswa ini, sekolah yang lahir pada 27 Oktober 1949 dulunya sangat sering terlibat serangan tawuran antar sekolah. “Saya menyaksikan sendiri dan para alumni pun mengakuinya,” tandasnya. Dengan sebuah pena dan kertas ia gambar­ kan asal muasal, mengapa di sekolah tempat­nya mengabdi, dulu sering terjadi tawuran. Pa­par­

foto-foto: pratina/pewara

20

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

an pertama Sukarman, adalah menguak kisah tentang MOS (Masa Orientasi Siswa) lima hari yang dulu dilaksanakan di SMAN 6 Yogyakar­ta. Baginya, kegiatan MOS yang seharus­nya bertujuan mengenalkan siswa baru kepada lingkung­ an baru sekolah, justru telah disalahgunakan. Siapa pelakunya? Tak lain adalah sekelompok siswa kelas 2 dan 3 atau kelompok senior. Entah bagaimana ceritanya, menurut Sukarman, setiap kali penyelenggaraan MOS berlangsung (sejak tahun 1994), kelompok siswa tersebut selalu meminta otonomi waktu. Jika tak di­pe­nuhi, akan terjadi gelombang demo. “Maklum, dulu sekolah ini sangat suka berdemo, apaapa yang tak sesuai dengan kehendak siswa, pasti UUD (Ujung-ujungnya demo)” kenang Sukarman. Otonomi waktu yang diminta oleh sekelompok siswa tersebut pun cukup misterius. Mereka yang juga mengaku sebagai panitia MOS, membawa junior-juniornya ke sebuah aula besar di sekolah. Di momen itulah, ada proses penanaman doktrin. “Tak hanya sebatas doktrin, mereka memaksa adik-adiknya untuk mengikuti kelompok tersebut. Jika ada yang menolak?­ Pecahan kaca runcingpun dihunuskan ke mukanya,” tambah Sukarman dengan menggebu. Yang lebih mengerikan, saat otonomi waktu itu berlangsung, mereka menuntut tak boleh ada campur tangan dari para guru, karyawan atau bahkan kepala sekolah. Maka tak menghe­ rankan bila kontrol sekolah waktu itu masih be­gitu lemah. GNB Singkatannya, Geneb Sebutannya Sukarman yang sejak tahun 1980 telah menjadi guru Fisika di SMAN 6 Yogyakarta, membeberkan bahwa kelompok misterius yang disebut-sebut tadi bernama GNB. Inilah kelompok laten yang sering tawuran. Ia mendakwa demikian, karena sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang kelompok-kelompok yang ser-


Laporan utama

Buah Kesabaran Setelah bercerita panjang lebar, Sukarman menghela nafas panjang. Dengan tersenyum ia mengatakan bahwa semua yang telah dilaku-

Piala-piala yang diperoleh siswa-siswa SMA N 6 Yogyakarta. Terpajang di etalase yang terletak di depan pintu masuk utama. Bukti prestasi siswa-siswa yang dianggap badung.

foto-foto: dokumen Humas UNY

ing membuat onar di jalanan. Coretan-coretan bertuliskan GNB memang ditengarai sering mun­cul di tembok-tembok jalanan. Dan tentu­ bukan hal kebetulan, jika tulisan GNB juga mun­ cul, pada atribut-atribut yang dikenakan se­ke­ lompok siswa yang mengaku panitia MOS. Dari data yang diperoleh melalui siswa-sis­ wa yang masih duduk di kelas satu misalnya, memang benar bahwa GNB sering mengajak mereka jalan. “Sesampainya di jalan, adik-adik kelasnya ini dibenturkan dengan siswa sekolah lain. Mereka yang sudah senior kalau tawuran berada di barisan kedua dan ketiga. Jadi garda terdepannya adalah para juniornya.” Tambah Sukarman. Berbekal temuan-temuannya tersebut, pada akhirnya ia berani menentang kelompok siswa GNB tersebut. Dengan dibantu oleh guru lainnya, ia mencoba untuk menghentikan kegiatan­ MOS yang awalnya lima hari menjadi tiga hari. Selain itu, menghapus juga otonomi waktu. Alhasil, Sukarman justru diadu dengan Pembina OSIS, dan akhirnya malah OSIS yang membubarkan diri. Halangan-halangan tersebut tak me­ runtuhkan niat Sukarman dan guru lain yang ingin menyudahi atau memutus rantai tawuran di sekolahnya. Imbas dari bubarnya OSIS, menuntut Sukar­ man­untuk berbicara kepada seluruh siswa di sekolahnya terutama para anggota GNB. “Selama­ 5,5 jam saya bicara tanpa henti­kepada­anakanak. Saat itu saya bilang kalau pembicaraan­ ini belum akan diakhiri jika anak-anak belum pa­ham maksud arah pembicaraan ini. Tidak la­in untuk membubarkan GNB.” Lanjut Sukarman, tanpa rasa malu menceritakan buram­nya kondisi sekolahnya saat itu.

kan tidak lain karena perannya sebagai guru. Lelaki berkaca mata ini mengaku, kalau salah satu kunci keberhasilan dalam mengubah budaya okol menjadi akal di SMAN 6 Yogyakarta, adalah kesabaran tingkat dewa. Wujud kesabaran itu, berupa sikap para guru yang berusa­ ha tidak melakukan kekerasan baik fisik maupun verbal kepada siswa-siswanya. “Kami para guru selalu berusaha tenang dalam menghadapi siswa-siswa. Berusaha tak misuh-misuh (mengumpat) juga. Kami percaya jika kekerasan hanya akan padam dengan kesabaran,” terang Sukarman sambil memuji sikap para teman-teman seperjuangannya. Selain kesabaran, tindakan nyata yang dila­ kukan pihak sekolah dalam membangun kultur­ sekolah bebas tawuran adalah melalui perubahan sistem. “Saya menyehatkan sekolah ini me­lalui dua hal. Pertama, satukan dulu pandangan antara guru, karyawan, dan orang tua. Kedua, Organisasi Siswa (OSIS) disterilkan dari pengaruh luar. Setelah semuanya beres, dibuatlah komunikasi yang terbuka diantara kedua­ nya.” Jelas Sukarman. Cara lain yang ditempuh sekolah terkait penghentian aksi tawuran, adalah dengan membredel semua atribut GNB dan merepresi keberadaannya. Namun demikian, Sukarman dan pihak sekolah tak memungkiri, jejak-jejak GNB yang masih ada hingga saat ini. Pengawalan, komitmen kerja para guru, dan kesabaran telah membuahkan hasil yang membanggakan bagi SMAN 6 Yogyakarta. Predikat sekolah berbasis penelitian pertama di Indone­ sia pun akhirnya diraih. Semua yang telah dira­ ih, merupakan bukti bahwa sekolah yang ter­ kenal dengan anak-anak badung, bisa berubah menjadi sekolah tempatnya para peneliti muda. 

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

21


Laporan utama Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd, M. A.

Andil UNY Membangun Karakter Yang Bermartabat TTL: Jombang, 10 Januari 1957 • Pendidikan: S2 Elementary Education (Major) and Gifted Education (Minor) College of Education University of Iowa, USA; S2 Bimbingan dan Penyuluhan IKIP Bandung; S3 Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia • Karier/Jabatan: PR I UNY tahun 2006-2010; Rektor UNY 2009-2013.

22

Akhir-akhir ini tawuran kian marak. Tidak ha­nya terjadi di kalangan pelajar sekolah menengah, juga merambah pada universitas. Puncaknya, pada September lalu dua siswa Sekolah Menengah Atas di ibu kota dan seorang mahasiswa di Makassar menjadi korban meninggal dunia. Mau tidak mau, harus diakui bahwa tawuran kerap terjadi karena kurangnya rasa menghormati dan menghargai terhadap sesama. Para pelajar tidak jarang terli­bat konflik­ hanya berdasar alas­an se­pe­le, bahkan seba­ gai pem­buktian ek­sis­tensi diri. Para­pe­lajar ta­ di­ se­perti ter­om­ b a n g -­­a m­b i n g da­­lam penca­ ri­an­ identitas yang kurang ber­ka­rak­ter.

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

UNY me­­mi­liki­ komitmen­­ un­tuk melak­sana­ kan­ dan mengawal­ pem­ben­tukan karakter bang­sa Indonesia. Hal ini sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban sebagai lembaga penghasil­tenaga­pendidik dan ke­ pendidikan untuk semua­jenjang pendidikan dan tenaga non kependidikan dalam berbagai bidang kehidupan.­Pendidikan karakter yang sudah ditanamkan pada semua sivitas akademik UNY diharapkan mampu ditularkan di dunia luar supaya rasa menghargai sesama bisa semakin tinggi. Berikut petikan wawancara reporter Pewara Dinamika, Dian Dwi Anisa de­ ngan Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd, M. A., tentang peran UNY untuk membangun insan berkarakter dan bermarta­ bat yang mampu terhindar dari tindak ke­kerasan di dunia pendidikan seperti ta­ wuran. Bagaimana Bapak memandang ta­wur­an yang akhir-akhir ini makin ma­rak terjadi? Tawuran itu ada di mana-mana. Bi­ sa terjadi antar siswa, mahasiswa, pe­ jabat, atau bahkan pembicara di forum ter­tentu. Tawuran sendiri di­­pan­tik oleh dua faktor, ya­itu internal dan eksternal. Secara internal ka­rena­ adanya­­ per­­be­­ daan­­ an­tar masing-masing­ in­dividu. Me­­mang­ ma­­nusia­ itu unik, tidak ada yang sama satu sama­lain namun­ini juga­ha­ rus dibarengi­de­ ngan sikap­saling meng­hargai. Seki­ ra­nya perbeda­an­ itu tidak bisa­ di­ba­­ re­ngi dengan kemam­puan­ ber­ adap­ta­si­maka jurang perbedaan akan semakin melebar. Pada akhirnya tidak ada rasa saling menghargai antar sesama dan berujung­pada konflik. Jika individu tidak bisa beradaptasi dan tidak mampu menghargai sesama, maka potensi konflik mulai muncul dari tataran yang


Laporan utama ma, Pancasila, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia. Secara non akademik contohnya bisa dipantau dari kegiatan eks­ tra­kurikuler. Misalnya, UNY mengadakan pentas kolaborasi yang diisi oleh unit-unit kegiatan mahasiswa. Jika ada kegiatan seperti ini maka rasa saling menghormati akan muncul sendirinya. Atau bisa saja antar asrama daerah mengadakan kegiatan bersama. Dari sini, rasa respek terhadap sesama mulai dipupuk. Jadi jangan sampai berkonflik hanya karena alasan berbeda suku, beda agama, beda paham, ataupun beda daerah. Bekal apa saja yang diberikan pada mahasiswa untuk terjun ke mengurangi kekerasan di dunia pendidikan? Semua yang mahasiswa alami di kampus adalah bekal bagi mahasiswa. Contoh terkecil, tempat-tempat UNY dibuat sebersih mungkin dan tidak ada coretan. Contoh lain adalah pe­ ri­hal berpakaian dan kerapihan secara tampil­ an. Tidak hanya itu, UNY juga mengembangkan model komunikasi yang baik dan santun, pemberian fasilitas dan materi. Harapan saya mahasiswa akan menata sekolahnya masingmasing dengan cara yang dicontohkan UNY. Mereka akan menularkan kebiasaan baik yang berkarakter di lingkungannya sehingga rasa sa­ ling menghargai makin terasa. 

paling rendah, semisal tataran verbal seperti mengolok-olok. Sebenarnya boleh saja meng­ olok-olok teman asal ada konvensi atau kesepakan bersama bahwa olok-olok tersebut hanyalah sebuah candaan yang tidak serius. Tetapi harus tetap dikontrol juga. Siapa tahu ketika diolok-olok, dia dalam keadaan yang tidak bersahabat. Bisa saja hal sepele seperti ini justeru jadi pemicu konflik. Untuk faktor eksternal sendiri dipengaruhi dimana orang tersebut tinggal. Mulai dari ling­ kungan keluarga, kampung, lingkungan ma­sya­ rakat, organisasi, bahkan sekolah. Jika di dalam lingkungan tersebut sorang anak sudah sering meilihat konflik, maka secara tidak langsung dia akan belajar dari pengalaman-pengalamannya itu. Apa saja upaya yang dilakukan UNY untuk mengimplementasikan pendidikan karakter da­ lam menghadapi maraknya kasus tawuran dan kekerasan did unia pendidikan? Pendidikan karakter adalah internalisasi ni­ lai-nilai keagamaan dan kebangsaan. Agama apapun yang dianut oleh semua sivitas akademik UNY mencoba untuk memasukkan nilainila agama dan kebangsaan di bidang akademik dan non akademik. Secara akademik akan kita masukkan dalam kurikulum. Contohnya adalah diadakannya mata pelajaran pendidikan­aga-

foto-foto: dokumen Humas UNY

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

23


berita Stadium General Ekonomi Islam FE UNY

Indonesia digadang-gadang sebagai pencetus ekonomi Islam

foto-foto: dokumen humas fe

Kegagalan sistem konvensional­me­ mun­­ culkan permintaan sistem alter­ na­­tif,­yaitu sistem ekonomi Islam. Ke­ ung­ gulan sistem ekonomi ini ialah pe­nyer­taan variabel non-ekonomi se­ per­ti­moral, sosial, politik, dan agama­ da­lam asumsi dasarnya. Pembangunan­ ekonomi tidak hanya ditujukan pada­ kesejahteraan umum namun pada kesejahteraan spiritual masyarakat. Hal tersebut disampaikan M. Makhlani, Ph.D., Islamic Development Bank (IDB) Field Representative for Indonesia, da­ lam Stadium General Fakultas Ekonomi UNY Kamis, 20 September 2012. IDB merupakan lembaga yang telah berkecimpung dalam pengembangan ekonomi Islam selama beberapa tahun dan mengembangkan sistem ekonomi Islam tumbuh dan berkembang di Indonesia. 24

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

Stadium General ini dibuka oleh Wakil Rektor II UNY, Dr. Muh. Alip dan dihadi­ ri Dekan, Wakil Dekan I, II, dan III serta kurang lebih 300 orang mahasiswa dan dosen Fakultas Ekonomi UNY. Dalam presentasinya Makhlani me­ nyampaikan bahwa peradaban Barat yang digawangi oleh Amerika diperkirakan akan runtuh dan digantikan oleh ekonomi Islam yang kini berkembang di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan­ berbagai krisis ekonomi yang telah terjadi di Barat, seperti krisis Amerika serta krisis Yunani dan Eropa yang menye­ babkan tingkat pengangguran di Eropa menjadi 25%. Selain itu bertambahnya jumlah orang Eropa yang memeluk Islam atau sekitar 10% juga turut berpengaruh. Gaya hidup hedonis yang banyak­ di­anut oleh orang Barat juga mulai dit-

inggalkan. Banyak yang mulai melirik budaya Islam yang mengutama­kan ke­ sejahteraan bersama. Indonesia digadang-gadang sebagai­ pencetus ekonomi Islam, dimana poten­ si Indonesia untuk menjadi negara besar terbuka lebar. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kelompok negara, seperti G20 dan APEC. Selain itu, Indonesia menja­ di lahan ideal berkembangnya sistem ekonomi Islam karena, pertama, Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia. Kedua, pengalaman pemba­ ngunan Indonesia sudah pernah­meng­ adopsi sistem sosialis dan kapita­lis.­Hal ini menjadi aset untuk membangun sistem perekonomian Indonesia yang berdasarkan pada agama dan kepribadian budaya. Ketiga, bangunan konstitusi


berita negara dan ideologi ekonomi Pancasila sudah sejalan dengan ekonomi Islam. Keempat, perkembangan ke­lem­bagaan ekonomi Islam dan perundangan yang cukup marak da­­lam 10 tahun terakhir. Tidak hanya Indonesia yang me­ ngem­­­bangkan ekonomi Islam, nega­ra­­­ lain se­perti Malaysia juga me­ngem­ bangkan ekonomi Islam,­namun­ sebatas pasar uang dan pasar modal. Ada 3 subsistem eko­ M. Makhlani, Ph.D., nomi Islam menurut Makh­ Islamic Development Bank (IDB) Field lani: per­tama subsistem eko­ Representative for nomi­ Is­am yang ber­basis Indonesia. eko­nomi mone­ter­ bebas riba. Kedua, subsistem ekonomi Is-

lam ekonomi keuangan publik, dan ketiga, subsistem ekonomi Islam yang berbasis perdagangan /komoditas. Dalam akhir presentasinya, Makhlani menyampaikan peran perguruan ting­­gi dalam perkembangan ekonomi­Islam. Perguruan tinggi hendaknya men­­jadi bagian dalam pengembangan un­dangundang perekonomian. Perguru­an tinggi tidak hanya sebagai pembahas, tetapi harus memberikan sumbang pemikiran dalam pengembangan undang-undang­ perekonomian, karena perguruan tinggi sebagai jalur akademis memiliki kemampuan untuk membangun negara. lina

prestasi

Mahasiswa UNY juara OSN Pertamina

Mahasiswa FMIPA UNY kembali menorehkan prestasi setelah berhasil menjuarai Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2012 untuk provinsi dan regional Yogyakarta. Mahasiswa tersebut yaitu Doni Bowo Nugroho juara I bidang Fisika, Ikhfan Febriyana juara I bidang Matematika, Kintan Limiansi juara III bidang Biologi, dan Muya Faritza Avisiena juara III bidang Matematika. Pada final provinsi dan regional Yog­ yakarta yang dilaksanakan di kampus UII Yogyakarta, Senin (8/10) UNY mengi­ rimkan 10 peserta yang berhasil lolos seleksi tahap pertama. Wakil Dekan III FMIPA UNY, Suhando­ yo, MS., mengatakan juara I tiap bidang akan berkompetisi di tingkat nasional mewakili provinsi yang akan dilaksa­ nakan 26-30 November 2012. “Kami bersyukur para mahasiswa berhasil menorehkan prestasi ini, semoga mampu berprestasi seperti di OSN Pertamina ini seperti tahun lalu. Dan kami akan terus membimbing mahasis­wa supaya terus berprestasi baik di ting­ kat­nasional maupun internasional,­” lan­jutnya. Doni, juara I Bidang Fisika mahasis­ wa angkatan 2011 ini mengatakan, ikut serta di OSN mula-mula hanya un­

foto-foto: dokumen humas fmipa

tuk­tes kemampuan pribadi saja, dan tidak tidak menyangka akan lolos­selek­ si. Bahkan membuat dalam membuat makalahnya yang berjudul Pemanfaat­ an Photovoltaic - Wind Turbine Hybrid System Untuk Rumah Tangga diselesaikan dalam waktu tiga hari. Sementara itu, Ikhfan, juara I bidang Matematika, menjelaskan bahwa OSN kali ini kadalah keikutsertaannya yang

kedua setelah tahun 2011 lalu hanya masuk sembilan besar provinsi. “Pada sesi presentasi saya mempresentasikan Analisis Dampak Pengoperasian FSO Aberkha Terhadap Lifting Mi­nyak di PHE WMO Melalui Pendekat­ an Algoritma Dijkstra. Semoga nanti mampu berprestasi di tingkat nasional,” harapnya witono

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

25


berita Inovasi

Menghidupkan Tradisi Lewat Software Banyak kaum muda sekarang yang le­ bih menggandrungi budaya-budaya pop dari pada budaya tradisional. Arus budaya pop yang tak bisa dibendung, tak lain karena semakin berkembangnya­ du­nia teknologi. Tantangan dunia tek­ no­logi telah memaksa mahasiswa berprestasi UNY, untuk menciptakan ino­ vasi-inovasi baru. Berikut ini adalah be­­be­rapa karya mahasiswa UNY yang telah berhasil menciptakan penemuan bidangan teknologi komputer. Penemu­ an-penemuan tersebut, rupanya sangat berguna untuk menghidupkan kembali tradisi-tradisi yang mungkin telah dilupakan. Software Wayang Wayang, tak hanya sebuah boneka khas Indonesia. Ia adalah kehidupan itu sendiri. Kehidupan yang diambil da­ri perjalanan kisah masyarakatnya. Wa­ yang­memang identik dengan kata­kulit dan Jawa. Namun, wayang­sendiri­telah men­jadi ruh disebagian­besar­wilayah indoenesia, bukan­hanya­Jawa. Keagung­ an wayang, rupanya­menyisakan­kekhawatiran. Bukan sesuatu yang dilebihlebihkan­, kekhawatir­an yang dimaksud tak lain adalah lunturnya semangat para pemuda­Indonesia untuk melestarikan keberadaan wayang. Tantangan teknologi telah menginspirasi kelompok mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari FT UNY untuk mengkombinasikan perkembangan software aplikasi pada java de­ ngan aspek budaya wayang. Puppet­ comics mobile adalah produk yang te­lah berhasil diciptakan oleh kelompok­mahasiswa yang beranggotakan Fera Zul­

pun pada tahap pengujian oleh pengguna, dapat disimpulkan bahwa software ini layak untuk dikembangkan karena apresiasi yang cukup tinggi. Namun, da­ lam hal interaktivitas ma­sih perlu perbaikan dan peningkatan agar dapat meng­hasilkan produk yang lebih baik lagi,” tu­tup Fera mengakhiri perbin­ cang­annya.

karnain, Aqimi Dinana, Nafngan Fi­­tri­­ ansah, dan Fadli Rozaq. “Software yang dinamakan ‘Mobile Comics Puppet’ ini menyediakan dua menu bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, di sinilah sejarah perkembangan wa­­ yang­ dimulai kembali,” jelas­ Fera, se­ba­­­ gai ketua kelompok. Selain itu, soft­ware­ juga berisi mengenai­ barbagai­ ma­­cam seri-seri cerita wayang serta­pe­no­koh­ an­nya. Dari data yang telah­kami him-

Digitalisasi Aksara Jawa Belajar aksara Jawa bukanlah perka­ ra­mudah. Banyak orang yang mengaku se­bagai pribumi Jawa, namun­buta aksara Jawa. Ini bukanlah hal yang mengherankan. Saat ini orang-orang cende­ rung memilihkan anaknya me­­ma­­hami tulisan latin. Maka tak he­ran­­­­­­ bila aksa­ra Jawa sudah mulai diting­galkan.­ Kenyataan tersebutlah yang mendo­ rong Deni Kurniadi, mahasiswa Pendi­ dikan Teknik Informatika FT UNY me­ ngem­­bangkan media pembelajaran­ in­­ter­­aktif pada mata pelajaran bahasa­ Ja­­wa. Pada­tahap awal, media pembela­ jar­­­­an yang dikembangkan ini dibatasi pada pokok bahasan pengenalan aksara Ja­wa untuk­siswa kelas IV SD berbasis software. “Animasi yang menarik­serta­ ada­­nya­ con­toh pengucapan melalui suara menjadi keunggulan media karsa­ saya ini”, ungkap mahasiswa asal Kulon­ Progo ini. Lebih­lanjut, mahasiswa ang­ katan­2008 ini menjelaskan bahwa me­ dianya­memuat kumpulan­materi­yang berkaitan dengan­ pengenalan­ ak­sa­ra­ Jawa. “Me­nu utama­terbagi­menjadi: pendahuluan, materi, evaluasi,­referensi, profil, dan tombol keluar,” jelas Deni. Untuk tahap pengembangan, media­ ini masih perlu diperbanyak animasi­ dan contoh gambar. Harapannya, de­ ngan media pembelajaran ini siswa akan tertarik dan senang belajar bahasa­ Jawa, khususnya huruf Jawa. Pada gi­lir­ annya nanti, bahasa Jawa bukan lagi­ menjadi mata pelajaran yang menakutkan bagi siswa. PRATINA

26

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2


berita Program Pengabdian Sarjana Pendidikan

Mengabdi untuk Pendidikan Lewat SM-3T

foto-foto: dokumen humas UNY

Terdepan, tertinggal, dan terluar. Tiga jargon yang dikumandangkan oleh SM3T UNY, menantang para sarjana mahasiswa yang telah lulus menjalankan pendidikannya. Program SM-3T sendiri adalah Program Pengabdian Sarjana Pendidikan untuk berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T. Selama satu tahun seba­gai penyiapan pendidik profesional yang akan dilanjutkan dengan Program Pendidikan Profesi Guru. Mengharukan. Pada tanggal 14 September­ Suasana pelepasan 2012 te­lah­dilaksanakan se­ peserta SM-3T oleh rang­kaian tes seleksi yang keluarganya di sekitar harus dilalui para calon pelinau Kalimantan Timur. bud Prof. Suyan­to, Ph.D. “Peserta yang Auditorium UNY. serta. Serangkaian tes meliSetelah pengumuman ke­ lulus tes online seba­nyak 204 orang dari puti wawancara dan tes keselu­lus­an maka peserta yang 9 LPTK negeri maupun swasta” kata­ hatan yang berlang­sung­di Ruang lolos audisi SM-3T, akan di­i­kut­ Wa­­kil Rektor I UNY. “Setelah mela­lui ta­ Sidang Utama Rektorat­UNY. Jumlah pe­ ser­ta­kan dalam kegiatan pra­kon­di­si hap wawancara, tes kesehatan dan praserta yang lulus tes online­ di UNY se­ba­ yang bekerjasama dengan AAU agar kondisi di AAU Yog­ya­karta yang meme­ nyak 204 orang dan yang hadir­meng­ me­reka lebih siap diterjunkan­dalam nuhi syarat dibe­rang­katkan seba­nyak ikuti tes wawancara sebanyak­180 wi­layah baru dengan materi Kepramu­ 168 orang”. Peserta SM3T UNY tahun orang. Mereka terdaftar­sebagai ma­ kaan. 2012 ini akan ditempatkan selama seha­­sis­­wa yang memiliki spesi­fi­kasi da­ Pelepasan peserta SM3T sendiri di- tahun di kabupaten Ngada NTT seba­ lam bidang program studi PGSD, Bim­ laksanakan di Auditorium UNY Rabu nyak 44 orang, ka­bupaten Ende NTT 41 bing­­an Konseling, Pendidikan Bahasa 10 Oktober 2012, dan dilakuorang, kabu­paten Gayolues NAD 52 Inggris, Pendidikan Bahasa Indonesia, kan oleh Dirjen Pendidikan orang dan kabupaten Mali­nau Pendidikan Seni, Pendidikan Matemati- Dasar (Dikdas) KemdikKaltim 31 orang. Pelepasan Suyanto, Dirjen ka, Pendidikan Kimia, Pendidikan Fisika, pe­­serta SM-3T selain dihadiri­ Dikdas Kemdikbud, Pendidikan Biologi, Pendidikan IPA, Penoleh Rektor UNY beserta sememberi ceramah dalam pelepasan didikan Sejarah, Pendidikan Geografi, genap jajarannya juga diikuti peserta SM-3T. PP­KN, Pendidikan Jasmani dan Pendi­ oleh segenap orang tua peserdikan Ekonomi. ta dan keluarga untuk melepas Wilayah sasaran untuk UNY ada 4 putra putri­nya yang akan mengka­­bupaten yaitu Ngada dan Ende di Nu­ abdi di daerah terdepan, terluar dan sa Tenggara Timur, Gayolues Nanggroe­ tertinggal Indonesia. Aceh Darussalam dan lokasi baru di MaPRATINA

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

27


berita kunjungan

MGMP SEJARAH KLATEN BERKUNJUNG KE FIS UNY

foto-foto: dokumen humas fis

Puluhan guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MG­ MP) Sejarah Kabupaten Klaten berkunjung ke Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY), Kamis (20/9/2012). Rombongan disambut oleh Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah, Koordinator Prodi IPS, dan dosen Jurusan Sejarah di Ruang Ki Hajar Dewantara, FIS UNY. Dalam sambutan selamat datang­ nya, Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNY, M. Nurrohman, M.Pd, mema­ parkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki FIS UNY salah satunya telah me­ miliki laboratorium IPS terpadu di desa wisata Plempoh, Bokoharjo, Pramban­ an, Sleman yang bekerjasama dengan­

28

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

kantor Taman Wisata Candi (TWC) Bo­ robudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Dinas Purbakala Provinsi DIY. “Melalui laboratorium ini mahasiswa bisa menggali aspek-aspek sejarah, geografis, dan sosial kemasyarakatan dengan melakukan tracking di sekitar Candi Boko. Selain itu, mahasiswa juga bisa tinggal di rumah penduduk sekitarnya sehingga para mahasiswa bisa menghayati dan merasakan langsung kehidupan yang sesungguhnya,” paparnya. Nurrohman menambahkan, FIS UNY juga memiliki laboratorium sejarah­de­ ngan berbagai koleksi bu­ ku sejarah yang lengkap sehingga pa­ra mahasiswa­ dapat memanfaatkannya sebagai bahan­

referen­si guna menambah­pengetahuan dalam bidang sejarah. Selain laboratorium sejarah, FIS UNY juga memiliki labo­ ratorium micro teaching. Labo­ratorium ini dipakai untuk praktek mengajar para mahasiswa sebelum mereka diterjunkan ke sekolah untuk mengajar­dalam program KKN PPL. Suasana­da­lam labo­ ratorium ini didesain sedemikian rupa sehingga me­nye­ru­pai kon­disi di seko­ lah. Hal ini ber­tu­ju­an agar ke­ lak saat diter­­jun­kan ke seko­lah mahasiswa sudah siap dan ti­ Nurrohman, M.Pd. dak gagap ketika menerima cindera mata dari perwakilan mengikuti proMusyawarah Guru Mata gram KKN PPL. Pelajaran (MGMP) Sejarah Kabupaten Klaten


berita Lanjut Nurrohman, keunggulan FIS UNY lainnya adalah pengembangan pen­didikan karakter. Praktik pendidikan karakter sudah terlihat di FIS UNY, salah satunya melalui banner yang terpasang di lingkungan FIS UNY untuk meng­ingatkan warga FIS UNY agar sela­ lu memiliki kepribadian atau karakter yang baik. Dengan adanya pendidikan­ karakter tersebut, FIS UNY mampu

meng­hasilkan lulusan yang cerdas dan memililiki karakter yang baik. Dalam kesempatan yang sama pembina MGMP Sejarah Kabupaten Klaten, Suyatno, S.Pd., berharap dengan kunjungan tersebut para guru dapat menambah wawasan tentang FIS UNY da­­lam mengembangkan laboratorium, khu­susnya laboratorium sejarah. Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua

MGMP, Agus Waryanto, S.Pd., “Semoga kunjungan ini dapat membekali para guru dengan pengetahuan tentang la­ bo­ra­torium beserta cara pengembang­ annya dan menambah informasi pen­ ting lainnya sehingga setelah kembali ke sekolah guru-guru dapat mengapli­ kasikan wawasannya di sekolah ma­ sing-­masing,” jelasnya. Eko

Iccie 2012

Pendidikan Semakin Kompleks Pada era globalisasi saat ini banyak perubahan yang sangat cepat dan bersifat paradoks, terutama dalam bidang pendidikan. Kerjasama antara ahli­pen­ didikan dan praktisi pendidikan dari seluruh dunia sangatlah diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Hal ini yang mendorong diadakannya seminar inter­ nasional yang membahas tentang­trend pendidikan terkini di seluruh­dunia­ atau International Conference on Current Issues in Education (ICCIE 2012). Prof. Dr. kir­annya pada seminar ini. Pada acara ini, Rektor UNY, Prof. Dr. Soddiq A. Kuntoro, M.Ed. sebagai­penggagas ICCIE mengangkat 3 tema yai- Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., berkesem­ patan menjadi keynote speaker. tu Studi Komparatif: Isu Global dan Beliau memaparkan menge­ Lokal,­Isu Agama dan Moral dalam nai Cur­rent Issues in Educa­ Dunia­Pendidikan, dan Sosiokultion (Isu Terkini tentang­ tural da­lam Pendidikan. Dalam Pen­­­di­dikan). Dalam pre­ acara ini hadir­ahli pen­didikan sen­­­­tasi­nya, beliau menye­ dari berbagai negara se­per­ti Ma­ butkan lima faktor penting­ laysia, Filipina, Belanda, Jepang, dalam pendidikan yaitu­ Bang­la­desh, Singapura, Iran, sekolah, keluarga,­ India, Pakis­tan, Taiwan, ko­mu­nitas, lem­ Nigeria,­ Afgha­nistan, baga keaga­ma­­ dan tentu saja Indo­ an, dan me­dia nesia yang turut massa.­ Pen­­di­ mem­­berikan kontribusi serta pemi­

Ahli pendidikan dari Belanda. Selain dari Belanda dan Indonesia, seminar ini dihadiri oleh para pakar pendidikan dari 11 negara lain.

dikan ditujukan untuk­meningkat­kan seseorang menjadi manusia­seutuh­nya. Oleh karena itu, pendidikan yang terintegrasi secara komprehen­sif sangatlah diperlukan. Dalam kesimpulannya beliau me­nye­­­ butkan bahwa sistem pendidikan­me­ mi­­liki tanggung jawab untuk mencipta­ kan insan yang menjaga kearifan lokal sekaligus memiliki perspektif global. Untuk pendidikan yang lebih baik, kita memerlukan demokratisasi pendidik­an, pendidikan multiculturalim, dan pendi­ dik­­­an perdamaian. Kita membutuhkan­ pen­didikan yang lebih kreatif dan e-edu­ ca­tion. Konferensi internasional ini dilaksa­ nakan di Rektorat UNY selama dua hari dari tanggal 15-16 September 2012. Se­ minar ini merupakan rangkaian Dies Na­talis UNY ke-48. Acara ini merupakan kolaborasi dari jurusan Filsafat Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan dengan program S3 Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana, UNY. ant

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

29


berita prestasi

MAHASISWA UNY MERAIH JUARA III LKTI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

30

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

foto-foto: dokumen humas UNY

Tim Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang terdiri dari Sri Nuryanto (mahasis­ wa dari Jurusan Pendidikan Ekonomi FE UNY), Yusron Mubarok (mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif FT UNY), dan Arif Yoga Pratama (dari Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY) berhasil meraih juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional (LKTITN) di Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan. Lomba Karya Tulis Ilmiah ini diselenggarakan oleh Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM PENA) Universitas Muhammadiyah Makassar dalam rangka memperingati milad Universitas Muhammadiyah Makassar yang ke49 dengan tema “Membangun Genera­si Muda Bangsa Berbasis Pendidikan Ka­ rak­ter”. Kompetisi karya tulis ilmiah ini diselenggarakan pada tanggal 18— 20 September 2012. Karya tulis ilmiah ini dibimbing oleh dosen pendamping Adeng Pustikaningsih SE, M.Si. dari Jurusan Pendidikan Akuntansi FE UNY. Tim ini menyajikan karya tulis dengan judul “Upaya Penanaman Nilai Pendidikan Karakter Melalui SmartPreneur Mobile Application Berbasis Android Sebagai Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran Kewirausahaan untuk Siswa SMK Kelas X”. Kompetisi karya ilmiah ini diikuti oleh 15 kelompok yang terdiri dari universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Adapun kelima belas kelompok itu terdiri dari 7 tim dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), 2 tim dari Universitas Brawijaya Malang, 2 tim dari Universitas Negeri Padang, Uni­versitas Negeri Jambi, Universitas Ne­geri Semarang (UNNES), Universitas Muhammadiyah Malang, dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Nuryanto selaku ketua tim karya tu­ lis ini menjelaskan bahwa program aplikasi ini tidak hanya dapat digunakan­ dengan menggunakan handphone saja,­

tetapi dapat juga dijalankan pada komputer dengan cara mendownload sebuah emulator (Youwave, Android SDK, dan Android Virtual Device (AVD) Manager). Aplikasi SmartPreneur ini dibuat melalui sebuah program App Inventor­ yang telah disediakan oleh Google Cor­ po­ration dan ditujukan bagi para pe­ ngem­bang (developer) aplikasi berbasis android. SmartPreneur Mobile Application Berbasis Android ini sangat tepat di­gu­na­kan dalam media pembelajaran­ siswa, khususnya untuk membentuk ni­ lai karakter siswa, karena memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran secara kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Selain itu, nilai karakter melalui media pembelajaran SmartPreneur Mobile Application Berbasis Android ini dapat­ membentuk karakter kemandirian.­Ar­ tinya, ketika siswa memiliki aplikasi­ini, hal itu dapat dimanfaatkan sebagai­sumber belajar mandiri yaitu sumber belajar yang dapat digunakan­oleh sis­wa kapan pun dan di mana pun ketika siswa itu membutuhkannya. Selanjutnya, aplikasi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media belajar mandiri sebagai sarana salah satu contoh un­tuk menumbuhkan semangat jiwa ke­wira­ usaha­an sis­wa. Apa­b­i­la apli­kasi yang di­

Sri Nuryanto (Pendidikan Ekonomi), Yusron Mubarok (Teknik Otomotif), dan Arif Yoga Pratama (Kimia).Peraih juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional (LKTITN)

kembangkan oleh guru dapat dimodifikasi oleh siswa untuk berbagai topik atau ma­teri yang dipelajari di sekolah, media hasil pengembangan ini dapat digunakan sebagai sarana berwirausaha. Adapun bentuk usahanya adalah me­ la­lui sistem download prabayar yang ha­rus dilakukan oleh pemakai media tersebut. Semakin banyak pengunduh­ aplikasi media tersebut, profit/laba yang diperoleh pengembang media (sis­wa) akan semakin besar. Cara inilah yang dapat dilakukan oleh guru dalam menanamkan karakter mandiri sekaligus melatih jiwa entrepreneurship pada siswa, khususnya pada siswa SMK kelas X pada mata pelajaran Kewirausahaan. Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu agar para siswa dapat menerap­ kan nilai-nilai pendidikan karakter melalui SmartPreneur Mobile Application Ber­basis Android pada Mata Pelajaran Kewi­ra­u­sa­ha­an yang dapat memberikan nilai karakter kemandirian yang ku­at dan tangguh dalam hal pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta melatih jiwa berwirausaha yang mampu menghadapi persaingan glo­bal di era sekarang ini. nur


berita prestasi

RIOSA OKTAF TIANTARAPUTRA JUARA BINTANG RADIO TINGKAT DIY

foto-foto: dokumen humas UNY

Riosa Oktaf Tiantaraputra, mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta berhasil meraih juara pertama kategori lagu hiburan putra dalam final Pemilihan Bintang Radio Indonesia dan ASEAN 2012 tingkat provinsi DIY di Auditorium RRI Gejayan, Jumat (7/9/2012) dan berhak maju mewakili DIY dalam Grand Final Nasional Bintang Radio Indonesia dan ASEAN. Judul lagu yang dibawakan kelompok putra, “Butiran Debu” Rumor, “Pergi Untuk Selamanya” Magna Charta, “Terbalas Dusta” Febrian, “Bukan Rayuan Gombal” Judika, dan “Hilang Naluri” Once. Pada acara ini, Riosa menyanyikan lagu milik Febrian berjudul “Terbalas Dusta”. Pria kelahiran Yogyakarta 20 tahun yang lalu ini menjelaskan bahwa sejak babak penyisihan hingga final, panitia menyediakan 5 lagu dan peserta memilih salah satu di antaranya. “Tetapi pada babak final peserta menyanyikan salah satu dari kelima lagu tersebut yang diambil dengan cara undian. Otomatis saya harus menguasai kelima lagu tersebut,” kata Riosa. Dibandingkan dengan berbagai kompetisi menyanyi yang diikutinya selama ini, Riosa

mengatakan bahwa Pemilihan Bintang Radio Indonesia ini lebih berat karena pesertanya diikuti kategori umum dengan usia maksimal 30 tahun. Pemilihan Bintang Radio yang dimulai sejak 1957 ini merupakan kompetisi seni olah vokal yang legendaris, suatu pencarian bakat dengan mengutamakan kemampuan profesional bernyanyi. Radio Republik Indonesia secara konsisten menyelenggarakan pemilihan Bintang Radio pada setiap tahunnya dan telah melahirkan bintang-bintang dunia hiburan tarik suara yang ikut andil menorehkan banyak prestasi di

Riosa Oktaf Tiantaraputra, mahasiswa Pendidikan Seni Musik, membawa piala, dalam acara penyerahan tropi juara di gerung Radio Republik Indonesia RRI

dunia musik Indonesia. Tahun ini RRI bekerjasama dengan industri rekaman berlabel Nagaswara, kembali menggelar ajang Kompetisi Bintang Radio Indone­ sia dan Assosiation of South East Asia Nation (ASEAN) secara serentak di 64 stasiun RRI di seluruh Indonesia dalam ti­ga kategori yakni Lagu Pop Indonesia­, Lagu Keroncong, dan Kategori­Internasional. Puncak final nasional akan berlangsung di Medan, Sumatera Utara, pada 4-10 Oktober 2012 mendatang. Dedy

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

31


berita prestasi mahasiswa

Inovasi Olahan Pangan Mahasiswa UNY

32

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

foto-foto: dokumen humas UNY

Lupakan sejenak kasus korupsi dan pe­nye­le­wengan beras bersubsidi yang dilakukan oleh oknum-oknum Bulog.­ Lu­pakan juga tentang bagaimana bu­ ruk­nya kualitas beras bersubsidi­yang masih dibawah standar. Dari warna­nya yang kuning, butiran-butiran­yang pecah, dan baunya yang masih apak, beras bersubsidi­memang tidak Tim Program layak­untuk dikonsumsi. NaKreativitas Mahasiswa mun persoalan beras de­ngan Penelitian (PKMP) gambaran­seperti di atas dapat UNY sedang dipecahkan oleh No­ vi Astari­ melakukan ujicoba. dan Ingge Septia Cah­ya­di­(Prodi Fisika), Ikhlasul Amal­­da­ri (Prodi dibersihkan, dipotong, di­ Matematika), Hesty Par­­buntari (Prodi pe­ras, dan ditambahkan gu­ Pend. Matematika Internasional), serta la. Campuran ekstrak jeruk dapat di­ Noviana Kusumawati Ningrum ( Prodi tam­bah dengan sari pandan atau sari Pendidikan Adm. Perkantoran). daun suji dan dimasak dalam suhu tingLewat Program Kreativitas Mahasis­ gi sampai mengental dan keras. Lalu wa Penelitian (PKMP), mereka berhasil angkat dan tiriskan sampai suhu turun memanfaatkan asam sitrat dalam jeruk untuk selanjutnya dihaluskan menjadi nipis (citrus aurantifolia) sebagai alter- serpihan dan bubuk siap pakai. natif peningkatan kualitas beras berSelain inovasi olahan pangan yang subsidi. Jeruk nipis, diakui oleh Novi As- dilakukan oleh peserta PKMP, dua mahatari merupakan jenis buah yang sering siswa Jurusan Fisika Eza Ria Friatna­dan digunakan oleh sebagian masyarakat Arry Darmawan juga tergerak untuk Indonesia untuk menghilangkan kotor­ melakukan penelitian terhadap olah­­an an pada peralatan dapur seperti piring,­ pangan lain yaitu daun salam. Me­­­­re­ka gelas, dan sendok. “Sebagai bahan pem- mengembangkan penelitian ter­­ha­dap bersih alami, jeruk nipis dapat diguna- daun salam sebagai permen yang berkan pada bahan makanan karena kan­ guna untuk menyembuhkan mag. Se­la­ dungan yang ada dalam jeruk nipis ma ini pemanfaatan daun salam yang se­bagai pembersih adalah asam sitrat, be­lum sampai pada taraf opti­mal, pada ”ungkap Novi. Kandungan asam sitrat akhirnya hanya membuat ke­ba­nyak­an di dalam jeruk nipis menurut Novi juga masyarakat memanfaat­kan daun salam berfungsi mencegah pertumbuhan bak- sebatas untuk tambahan bumbu dapur. teri dan jamur sehingga mampu men- Padahal melalui inovasi, daun salam jugawetkan makanan. ga bermanfaat sebagai obat mag yang Ingge menambahi, bahwa pada prin­­ diharapkan dapat menjadi pengganti sipnya asam sendiri bersifat sebagai­pe­ obat mag berbahan kimia. larut sehingga mampu digunakan sebaDaun salam yang mengandung mi­ gai pembersih yang mengubah kondisi nyak atsiri (sitral eugenol), tanindan fla­ awal beras yang dimasak (bersifat alka- vonoid dengan kromatogramafi lapis­ li) menjadi bersifat asam lemah. “Selain tipis, disimpulkan bahwa minyak atsiitu asam sitrat pada jeruk nipis mampu ri daun salam dari seskuiterpen lakton membuat rasa segar pada masakan, ” mengandung fenol. Menurut Eza, konucap Ingge. Proses pembuatannya me­ sentrasi terkecil minyak atsiri mampu nurut Ingge cukup mudah, jeruk nipis yang menghambat pertumbuhan E.Coli

adalah 40%, sedangkan terhadap S. Are­ us sekira 5%. Uji mikrobiologi dengan metode cakram juga menunjukkan bah­ wa ekstrak etanol daun salam dapat­ meng­hambat bakteri E.Coli, Vibrio Cha­ era, Salmonelasp. Selain itu ekstrak da­ un salam juga memiliki efek menurun­ kan kadar gula (hipoglikemik) dan asam lambung penyebab mag. Dalam uji coba tersebut, menurut Eza Ria, mereka menggunakan uji tetesan­ daun salam terhadap cairan buah belimbing wuluh pengganti cairan asam lambung. ”Penggantian metode ektrasi­ dilakukan karena dengan ektraksi bahan cairan daun salam akan tercampur dengan bahan kimia sintetis yang sebaiknya tidak layak konsumsi dan me­ ngurangi kandungan dari daun salam,” tambah Eza Ria. Sementara itu metode uji tetesan daun salam akan lebih akurat, ini dikarenakan cairan daun salam yang diperoleh dengan cara direbus sehingga senyawa organik akan lepas dan masuk ke dalam air. Permen yang mereka buat merupa­ kan alternatif obat mag yang dapat me­ netralkan pH asam lambung. Herbal­ candy yang telah dikonsumsi akan me­ nye­rang fungsi lambung, sehingga ti­ dak perlu khawatir untuk makan- makanan pedas dan asam. Kelebihan dari herbal candy adalah praktis dan mudah dibawa kemanpun ketika mag kambuh. NISRINA


berita prestasi mahasiswa

Ramai-Ramai Mencipta Robot

Taufiqurrohman Noor dan Hendry Setyo Prabowo adalah dua mahasiswa Prodi Teknik Elektro Fa­ kul­tas Teknik yang sedang menciptakan­ tugas akhir. Dalam tugas akhir yang me­re­ka buat, mereka menciptakan robot otomatis penari Klono Topeng gaya Yogyakarta. Robot tersebut dapat bekerja secara otomatis untuk melakukan berbagai gerakan yang terdapat dalam tarian Klono Topeng. “Robot otomatis penari Klono Topeng gaya Yogyakarta dibentuk sesuai dengan bentuk tubuh manusia, dengan tinggi 55cm, lebar 10 cm, terdiri dari 1 kepala, 2 tangan, 1 ba­ dan robot, dan 2 kaki,”ungkap Hendry Taufiq menjelaskan, bahwa setelah­ musik dibunyikan robot akan melakukan gerakan salam pembuka diikuti­de­ ngan gerakan tanjak kanan dan seblak­ sampur. Pada lintasan seblak, robot ha­ rus dapat berjalan maju diikuti­dengan gerakan seblak yaitu gerakan­ta­ngan kanan atau kiri membuka sambil me­ ngibaskan sampur. Pada lintasan trecek, robot melakukan gerakan kaki trecek kanan atau kiri. Dan dilanjutkan dengan gerakan tanjak kanan, yaitu robot melakukan sebanyak 5 kali gerakan. Setiap gerakan memiliki kecepatan waktu yang berbeda-beda. “Gerakan klat bahu, gerakan ngurai rikmo, gerakan berhias, gerakan nimang, gerak laku bambangan, gerakan ulap dilakukan secara bergantian kemudian, ” ujar Taufiq.

foto-foto: dokumen humas UNY

Robot penari Klono Topeng (kiri) dan robot pendeteksi bom (tengah) ciptaan mahasiswa Fakultas Teknik.

Taufiqurrohman Noor dan Hendry Setyo Prabowo, sang pencipta robot penari Klono Topeng (kanan).

Sedangkan pada ge­­rak­­an penutup, robot­ ti­ dak melakukan gerakan apapun,­namun­ tetap dalam keadaan on sehingga­semua motor servo yang ada pada robot tidak bekerja. “Robot penari Klono Topeng terdiri dari dua bagian, yaitu mekanik dan elektronik. Pada bagian mekanik terdiri dari kerangka robot dan gearing pada servo, sedangkan bagian elektronik terdiri dari kontroler utama­ dan kontroler paket pada masing-ma­ sin­g servo,” imbuh Taufiq. Robot penari Klono Topeng tidak sen­­­­di­rian, di Fakultas Teknik ada juga­ robot yang berguna untuk mela­cak bom dan dikendali­kan secara manual oleh komputer jarak jauh. Sekelompok­mahasiswa Jurusan Pendididkan Teknik Elektro memasang kamera di sisi atas robot yang berfungsi merekam keada­ an­sekitar robot. Pema­sangan ka­mera ini diharapkan dapat mempermudah pen­­ca­rian benda yang dicurigai sebagai­ bom. Robot pelacak ini tak serta­merta­ mencari bom. Fungsi utama dari robot ini adalah mendeteksi ada­nya benda yang dicurigai sebagai bom pada radius­ 100–200 meter. Doni Ermawan, Dedi Hermawan, Endro Tri Nugroho, Hasnanto Riantiarno dan Hadi Sutrisno adalah sekelompok mahasiswa yang menciptakan robot de­­ teksi ini. Motor penggerak, motor ser­­ vo sebagai lengan penjepit benda­yang

terdeteksi sebagai­bom, pe­ ngenda­li, kamera,­ sensor, con­ troller,­ dan software (perangkat­ lu­nak)­ ­­ yang di­ gu­­na­kan untuk­ mendukung­ proses­kon­­trol, adalah sebagian suku cadang yang bisa diperoleh di dalam ne­ geri. Mo­­­tor peng­gerak yang berfungsi­ seba­gai­kaki robot adalah bahan yang paling­mahal dan vital. Selain kekuatan­ uta­ma­nya pada motor­ penggerak, ke­ku­ atan lain robot ini terletak pada kamera yang dilekatkan di bagian atas robot. Gambar-gambar yang tertangkap kamera ini nantinya diproses dan dikontrol melalui software di notebook. “Sementara ini, robot memiliki kelemahan belum mampu mendeteksi keberadaan bom dalam skala besar yang diletakkan­dibeberapa ruang tertentu karena belum peka terhadap sensor dinding,” ucap Doni. Robot tersebut, menurut Hadi renca­ nanya masih akan lebih dimodifikasi­ bentuknya agar terlihat lebih baik dari sebelumnya. “Bentuk menye­rupai mobil perang layaknya sebuah tank ini akan terus dipertahankan, ha­nya ditam­bah beberapa fasilitas tambahan­yang mendukung komunikasi dan kontrol­terhadap robot yang lebih maksimal, ” papar Hadi. Selain itu, kedepannya mereka ingin menambahkan sensor logam pada robot ini sehingga akurasi dalam mendeteksi benda yang diduga bom menjadi lebih baik. NISRINA

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

33


berita mahasiswa berprestasi

Temuan Kami Adalah Prestasi Kami

Kiri: alat pemarut kelapa temuan PKM-T yang diberi nama Scirtec. Kanan: alat pendeteksi gempa, Early Earthquake Warning System temuan dari tim PKM-KC.

Sudah bukan jaman­nya lagi mahasiswa hanya duduk mendengarkan­do­ sen mengajar dan meraih­ indeks prestasi (IP) setinggitingginya. Mahasiswa UNY pun berlomba-lomba membuat kar­ ya­se­ hingga berprestasi. Karya-karya­ ter­se­­ but antara lain adalah alat pendeteksi gempa sederhana, modifikasi­alat pe­ marut kelapa, berbagai olahan buah sa­­lak, alat pengusir wereng sederhana dan alat penyaring air sederhana. Tim PKM-KC (Program Kreativitas­ Ma­­­­­ha­­­sis­­wa Karya Cipta) UNY yaitu Asep Abdul Syukur, Rahmat Hidayat,­ dan Muh. Nana Aviciena berhasil­mem­ buat­ Early Earthquake Warning System.­ Alat ini berfungsi sebagai Alat peringat­ an­ gempa dini sederhana ber­basis­mi­

foto-foto: dokumen humas ft

krokontroler­ atmega­8 nu bahwa Scirtec adalah suatu alat pade­ ngan output suara rut dengan berbagai fungsi. Scirtec (si­­rine). Alat ini merupa- da­pat memarut kelapa tanpa melepas kan alat pendeteksi gem- tempurung. Secara ekonomi, alat ini pa bumi sederhana yang di­ me­miliki banyak keuntungan seperti pro­duktifitas meningkat dikarenakan buat secara mandiri. Selain itu, tim PKM-T UNY (Program hemat dan cepat. Disamping itu ada juga temuan Kreativitas Mahasiswa Tekhnologi) berhasil membuat modifikasi alat pemarut berupa olahan buah salak (Salacca zalackelapa. Janu Arlinwibowo dari Jurusan ca). Produk olahan tersebut diantara­nya Pendidikan Matematika FMIPA, Briyan selai salak, keripik salak, sirup salak, Sumartono dari Jurusan Mekatronika bakpia salak, dan lain-lain. Bahkan kulit­ FT, dan Ingge Septia Cahyadi dari Ju- salak bisa diolah sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi. Empat maharusan Pendidikan Fisika FMIPA. Alat tersebut mereka namai siswa UNY yang terdiri atas Muhamad Ridwan (FIP), AsrinScirtec (Semi Circle Grated Kiri: hasil kreasi kulit ingsih Suryandari (FMIPA), Coconut) yaitu modifikasalak Zalacraft, milik Widiyas Tantri (FIP), Zalsi alat pemarut kelapa mahasiswa UNY. Kanan: zuli Fachrur Rohmanu tanpa pelepasan temEza Ria Friatna dan purung. Dikatakan Ja­ (FBS). Tekstur kulit buah Milatul Cholifah dengan alat pemberantas hama wereng cokelat, Lugens Elektronic Frequency (LEF).

foto-foto: dokumen humas

34

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2


berita

nur

Kilas FMIPA UNY dan PTRKN Batan Kerjasama Reaktor Nuklir

dokumen himas fmipa

yang bergerigi menyerupai kulit ular menjadikan kulit salak memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Produk olahan kulit salak ini mereka namakan ZalacCraft. Produk-produk yang akan dihasilkan dalam wirausaha ZalacCraft diantaranya yaitu tas cantik, tas laptop, dan dompet. Tidak hanya itu, masih ada temuan da­ ri bidang pertanian yaitu, sebuah alat pemberantas hama wereng cokelat (Nilaparvata lugens) yang ramah lingkungan disebut Lugens Elektronic Frequency (LEF). Prinsip kerjanya menggunakan frekuensi getaran bunyi untuk mengusir hama. Penemunya adalah Eza Ria Friatna dari jurusan pendidikan fisika dan Milatul Cholifah dari jurusan pendidikan biologi. LEF aman digunakan karena tidak merusak struktur fisiologi tumbuhan dan tidak menyebabkan populasi hama meningkat. LEF tidak membunuh serangga pemangsa dari serangga perusak sehingga tidak merusak rantai makanan. Temuan selanjutnya berupa penya­ ring air sederhana. Alat ini dihasilkan­ oleh Bambang, Dedik Sumaryanta,­ dan Alfian Syahril Mustofa, mahasis­ wa Teknik Mesin UNY. Proyek akhir ini dibawah bimbingan dosen FT UNY, Jarwo Puspito, M.Pd., ini berfungsi untuk menyaring air kotor yang terdapat di lingkungan masyarakat menjadi air bersih yang layak digunakan untuk ke­ perluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci hal-hal lain sedangkan untuk diminum tentu tetap memerlukan pro­ ses perebusan agar lebih aman. Selain itu, alat ini dapat juga digunakan untuk sirkulasi air yang digunakan untuk kolam ikan dengan tujuan menjadikan derajat keasaman (pH) netral sehingga tidak perlu mengganti air. Temuan mereka ini adalah buah pres­ tasi mereka. Proses kreatif sangat diperlukan disini. Harapan ke depan agar mahasiswa UNY selain mereka terus men­coba berinovasi dan bisa menemukan temuan lainnya yang lebih berguna bagi bangsa. Selamat berkarya dan meraih prestasi!

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNY menjalin kerjasama dengan Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir – Badan Tenaga Nuklir Nasional (PTRKN BATAN) dan Universitas Diponegoro Semarang dalam bidang reactor nuklir. Penandatanganan MoU dilaksanakan Kamis (20/9/2012) di FMIPA UNY. MoU ditandatangani oleh Dr. Setyanto, M.Sc, (dari PTRKN Batan), Dr. Hartono (Dekan FMIPA UNY), dan Sapto P. Putro, PhD (dari UNDIP). Sebagai bentuk kerjasama, PTRKN BATAN menyerahkan Reactor Physics Computer Codes ke UNY dan UNDIP Semarang. Dalam sambutannya, Dr. Hartono mengatakan, semoga dengan kerja sama ini, yang terkait dengan tenaga nuklir dapat tersosialisasi dengan baik dan lebih banyak yang mengenal. Lebih spesifiknya bisa meningkatkan para dosen­ ­untuk penelitian. Dampaknya akan mengajak mahasiswa untuk penelitian. Dan jika mahasiswa sudah tersebar, maka program ini akan lebih membumi. Masyarakat awam sudah terlanjur takut dengan nuklir, padahal manfaatnya sangat banyak. Sehingga dengan sosialisasi yang intensif, mimpi untuk memanfaatkan nuklir yang lebih luas bisa terealisasi. witono

Model Decision Support System untuk Perguruan Tinggi PPs UNY kembali meluluskan seorang doktor dari Prodi PEP pada Sabtu (22/9/2012). Dr. Adrian berhasil menjadi doktor ke-148 di PPs UNY dengan di­ ser­­tasi yang berjudul “Model Decision Support System untuk Pengembangan Program Studi di Perguruan Tinggi”. Di hadapan dewan penguji yang terdiri dari Wardan Suyanto Ed.D., Prof. Dr. Wuradji, Prof. Dr. Noeng Muhadjir, Herman Dwi Surjono, Ph.D., Prof. Dr. Yoyon Suryono, dan Prof. Djemari Mardapi, Ph.D., Adrian memaparkan tujuan dari penelitiannya, yakni untuk menghasilkan model program pendukung pengambilan keputusan (Decision Support System), yang dapat membantu pimpinan Perguruan Tinggi dalam pengambilan keputusan guna pengembangan sebuah program studi, juga untuk mengevaluasi hasil implementasi data base manajemen sistem dengan Decision Support System. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development (R&D) atau Penelitian Pengembangan, dengan menekankan surveying, terhadap kesiapan komponen pendukung se­perti perguruan tinggi, pangsa pasar, dan prosedur pendirian/pengembangan perguruan tinggi melalui studi literatur, dalam penerapan DSS nantinya dan dianalisis menggunakan analisis SWOT. Sinta

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

35


opini

opini

PeMenangnya Bukan “Jokowi“, Tetapi “Kotak-KOTAK” O l e h S ismono L a O d e

S

ehari sebelum pemilihan DKI-1 bebe­ ra­pa teman mem-bbm saya melalui broadcast message. Mereka mengirim pesan yang sama. Begini pesannya, “Kubu Fo­ke protes ke KPU dan Panwaslu karena Pilkada DKI dinilai tidak fair. Panitia cenderung mendukung calon tertentu. Dasar laporannya: (1) ta­plak meja yang digunakan semua bermotif kotak-kotak, tidak ada yang bermotif kumis; (2) meja juga bentuknya kotak, tidak ada yang berbentuk kumis; (3) bilik suara bentuknya kotak, tidak ada yang bentuknya kumis; (4) yang se­lalu disebut kotak suara, bukan kumis sua­ra; (5) minumannya pun cuma ada teh kotak, ti­dak ada teh kumis.” Sebelumnya, beberapa teman­ saya mengirimkan gambar mantan orang yang paling berpengaruh di tanah air, Soeharto yang memakai baju kota-kotak. Anehnya pesan “Kotak” ini dikirimkan oleh be­berapa teman yang bukan dari DKI. Mereka tidak memiliki hak suara, bahkan tidak memiliki kaitan emosial dan kultural dengan warga­ Jakarta yang sedang menggelar hajatan akbar lima tahunan, Pemilihan DKI 1. Ternyata, pesan ini menjadi fenomena broadcast message di BBM beberapa pemilik BlackBerry pada H-1 dan H pe­milihan DKI-1. Bahkan, seorang teman dari Su­lawesi Tenggara mengirimkan pesan yang sama dengan menambahkan dua item, yakni: (6) makanan yang dibagikan nasi kotak, bukan nasi kumis; (7) kue/snack yang disiapkan juga berbentuk kotak, bukan kumis.

Bagi saya, yang menarik dalam pemilihan DKI-1 adalah perang ikon, antara “Kotak” dan “Kumis” bukan siapa pemenang di antara dua kandidat ini, dan kayaknya fenomena Kotak lebih seksi untuk dikaji. 36

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

Bagi saya, yang menarik dalam pemilihan DKI-1 adalah perang ikon, antara “Kotak” dan “Ku­­­mis” bukan siapa pemenang di antara dua kandidat ini, dan kayaknya fenomena Kotak le­ bih­seksi untuk dikaji. Bukan hanya karena­ba­ nyak kalangan yang terpesona dengan kemun­ culan sosok Jokowi, akan tetapi fenomena ini te­lah menjelma menjadi budaya populer, se­per­ ti awal kemunculan slogan ”change” yang turut membawa Obama menjadi Presiden Amerika Serikat. Lihat saja pemakaian baju kotak-kotak sea­ kan-akan menjadi petanda dukungan terhadap Jokowi. Saya pun ketika memakai baju kotakkotak dianggap bagian dari pendukung Jokowi. Padahal, saya telah memakai baju tersebut sebelum Jokowi maju sebagai calon gubernur DKI. Baju bermotif kotak-kotak pun mulai digandrungi kawula muda. Mereka memakai baju kotak-kotak di mall, pasar, dan di pelbagai helatan lainnya. Kelihatanya mereka bangga memakai baju ini dan tidak merasa risih. Mungkin akan jauh berbeda jika mereka memakai baju dengan ikon lambang partai ataupun wajah tokoh tertentu. Seolah-olah mereka menunjukkan bahwa inilah identitas mereka yang serba keren ataupun modis, dan belum tentu mereka adalah pendukung Jokowi-Ahok. Pada titimangsa inilah, “kotak-kotak” telah menjadi budaya populer yang sifatnya massal­. Sadar ataupun tidak, fenomena ini telah menyediakan ruang ekspresi bagi kalangan tertentu untuk mendefinisikan dirinya secara be­ bas­. Orang-orang yang tidak memiliki­kaitan emosi­ al dan kultural pun dilibatkan untuk men­dukungnya. Mereka biasanya mengutara­ kan ekspresinya dengan turut serta menuliskan status “Ayo dukung Kotak-kotak” pada profil BB ataupun jejaring sosialnya. Lebih jauh fe­no­ mena ini sukses menciptakan subkultur baru dalam tatanan masyarakat Indo-nesia. Di mana, sebagian dari mereka hanya sekadar menonjolkan identitas, tanpa terlibat dalam nalar berpikir politis. Sesungguhnya cara pikir seperti ini adalah efek dari media massa. Media massa sebagai instrumen budaya populer sukses mengubah


opini opini simbol-simbol yang sesungguhnya “kurang ber­­makna, bahkan tidak bermakna” menjadi petanda yang lebih bermakna, bahkan berharga. Dalam perspektif industri budaya, budaya populer merupakan budaya yang lahir atas kuasa media. Di sinilah media memiliki peran yang sangat signifikan dalam mempermainkan citra setiap ikon/budaya yang akan ditransformasikan kepada masyarakat umum. Lantas apakah yang dimaksud budaya po­ pu­ler? Williams (1983) memberikan empat makna yakni: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri”. Dari ke­ empat makna tersebut, budaya populer le­bi­h kerap didefinisikan sebagai aktifitas atau praktik-praktik sosial yang bisa menyenangkan orang dan disukai oleh orang la­­­in. Dalam tahap yang lebih ja­­­uh budaya populer mampu­ meng­­giring alam pikir manusia­ sesuai kehendak. Segala apa yang citrakannya melalui­media akan berdampak pada psikogis khalayak, en­­tah itu orang tua, remaja, ataupun anakanak. Bagi me­reka yang tidak memiliki kesadar­ an kritis akan meniru mentah-mentah apa yang di­sam­paikannya. Dengan demikian, fenomena orang-orang di luar Jakarta turut mempopulerkan ikon kotak­­ kotak, sesungguhnya tidak harus dipandang se­­bagai dukungan politik kepada pasangan Jo­­ kowi-Ahok. Akan tetapi fenomena ini meru­pa­kan fenomena budaya populer, di mana­orang-orang sedang terpesona oleh kepandaian­Jo­ ko­ wi dan timnya dalam mempermain­kan ikon ini. Akhirnya, kemenangan Jokowi-Ahok bukan­ lah kemenangan partai pendukung Jokowi atau­­­­pun Jokowi itu sendiri, tetapi merupakan­ ke­­­me­­nang­an budaya populer melalui ikon ko­ tak-­­kotak. Saking kuatnya fenomena kotak-ko­­­­tak ini, kekuatan koalisi partai politik dan or­­ga­­­ni­­sa­si sosial pendukung Foke-Nara tidak mam­­­­pu melawannya, meskipun mereka disim­bol­­kan­­ seperti gajah yang siap menginjak semut­.

kal

am

ra wa

/ pe

Sismono La Ode, S.S., M.A. Rekdatur Pelaksana Pewara Dinamika UNY; alumnus Program Studi Kajian Budaya dan Media Sekolah Pascasarjana UGM

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

37


opini

opini

Menggugat Bahasa (Per)satu(an)* O l e h D i a n D . Anis a Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita. Tanah air pasti jaya untuk slama-lamanya. Indonesia pusaka, Indonesia tercinta. Nusa bangsa dan bahasa kita bela bersama. (L. Manik, Satu Nusa, Bangsa, dan Bahasa.)

T

ak asing dengan sebait lagu di atas? Ten­tu saja! Itu adalah lirik lagu nasional yang tak jarang dinyanyikan kelompok paduan suara saat upacara ben­dera. Lagu yang wajib dihafal oleh anakanak Sekolah Dasar. Lagu tadi kurang lebih bertujuan menumbuhkan jiwa nasionalisme yang gegap gempita. Tapi, mari jenak kita membaca ulang lirik lagu ciptaan Liberty Manik itu. Adakah Anda merasa janggal? Atau Anda justru tak menemukan sedikit pun keanehan dalam lagu tersebut? Liberty Manik menciptakan lagu ini sekitar tahun 1940-an. Beberapa belas tahun sesudah peristiwa bersejarah, Sumpah Pemuda. Ia se­ per­ti terinspirasi oleh pernyataan para pemuda nasionalis kala itu. Lantas, ia ciptakanlah lagu “Satu Nusa, Bangsa, dan Bahasa” itu. Namun, adakah lagu tersebut berdiri di koridor yang dicita-citakan para pemuda saat pertama kali tahun 1928? Berikut isi dari Sumpah Pemuda. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, Tanah Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, Bangsa Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjun­ djung bahasa persatoean, Bahasa Indonesia. Memang, para pemuda nasionalis jaman itu mencita-citakan tanah air dan bangsa yang satu, Tanah Air dan Bangsa Indonesia. Namun ti­ dak dengan bahasa Indonesia. Tampaknya, para­ pemuda begitu sadar akan bahasa di wilayah

Namun, butir ketiga dari Sumpah Pemuda tampaknya mengalami banyak kekeliruan penafsiran. 38

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

In­donesia yang luar biasa banyak. Mereka tidak menutup mata bahwa akan menjadi pekerjaan yang sulit untuk menyatukan (baca: menye­ra­­ gamkan) seluruh warga negara Indonesia dalam berbahasa Indonesia. Maka dibuatlah butir ketiga, menjunjung bahasa Indonesia seba­gai bahasa persatuan. Bahasa yang digadang­-gadang mampu mempersatukan seluruh­rakyat Indonesia dengan segala kemajemukan bahasanya. Namun, butir ketiga dari Sumpah Pemuda­ tam­­paknya mengalami banyak kekeliruan pe­ naf­­­siran. Bukan hanya dalam lagu “Satu Nusa­ Sa­tu Bangsa”, bahkan tokoh bahasa yang begitu ter­ke­nal telah memelintir (entah dengan sengaja atau tidak) isi butir ketiga. Adalah Su­ tan­Takdir­Alisjahbana, penggagas majalah Pu­ d­jang­ga Baru, yang juga menafsirkan bahasa­ In­­do­­ne­sia sebagai bahasa persatuan sebagai ba­ ha­sa yang satu. “Tetapi dua tahun sesudah itu, jaitu pada tanggal 28 Oktober 1928 pada Konggres Pemuda di Djakarta, pemuda-pemuda Indonesia te­ lah bersumpah, bahwa berbangsa satu bangsa Indonesia, bertanah air satu tanah air Indonesia, berbahasa satu, bahasa Indonesia.” Fatalnya, Presiden Soeharto juga membuat­ kekeliruan perihal penafsiran butir ketiga Sum­ pah Pemuda. Dalam Pidato Kenegaraan Presi­ den Republik Indonesia, di depan Sidang DPR pa­da 16 agustus 1972 ia berujar sebagai berikut. Sungguh, kita dan generasi-generasi jang akan datang berterima kasih kepada pemim­ pin-pemimpin dan generasi-generasi terdahulu jang telah melahirkan Sumpah Pemuda pada tahun 1928: Mengaku berbangsa satu, Bangsa Indonesia. Mengaku bertanah air satu, Tanah Air Indo­ nesia. Mengaku berbahasa satu, Bahasa Indonesia. Dalam pidato yang sama, Soeharto juga ber­ ujar bahwa diperlukan adanya pembakuan bahasa Indonesia sebagai proses pembinaan bahasa. Memiliki bahasa nasional mengharuskan­ ada­­nja ketjintaan kepada bahasa nasional­itu; dan ketjintaan kepada bahasa nasional meng­ha­ rus­kan adanja pembinaan jang teratur.­Bahasa itu hidup dan berkembang. Tanpa pembinaan,


opini opini hidupnja tanpa arah. Melalaikan pem­bi­na­an sama buruknja dengan membiarkan­bahasa jang kita tjintai ini rusak. Tidak perlu disangsikan lagi, pembinaan ba­ha­sa nasional kita adalah mutlak; malahan,­ ia merupakan bahagian daripada pembinaan bang­sa kita. Pembinaan Bahasa Indonesia ada­ lah tanggung jawab nasional; bukan hanja­ men­dja­di beban pemikiran ahli-ahli bahasa, bu­­kan hanja urusan Departemen Pendidikan dan Ke­budayaan. Langkah-langkah jang penting adalah pembakuan bahasa kita; jang meliputi pembakuan tata bahasa, pembakuan: peristilahan dan pembakuan edjaan. Pembakuan edjaan kita dahulukan, karena pembakuan edjaan ini merupakan landasan bagi pembakuan tata bahasa dan pembakuan peristilahan. Pembakuan ini merupakan langkah yang diambil pemerintahan kala itu untuk pembinaan bahasa Indonesia. Namun anehnya, mengapa pembinaan ini harus berwujud pada pembaku­ an sistem tata bahasa (ejaan dan peristilahan)? Karena ini bukan perkara gampang! Mengubah sistem di sebuah negara yang besar bukanlah pekerjaan membalikkan tangan, walau kenya­ ta­ annya pekerjaan ini berhasil. Pembakuan yang kita kenal sekarang dengan Ejaan Yang Di­ sem­purn­akan (EYD) melahirkan kecurigaan pada beberapa pihak. Maka tak salah jika terlahir­ praduga adanya rencana besar di balik peng­ ubahan ejaan ini. Menurut Benedict Anderson, pembakuan eja­ an adalah bagian dari rencana besar pemerin­ tah rezim Orde Baru untuk menyebarkan­virus amnesia nasional. Bahasa Indonesia yang diha­ rapkan mampu menjadi pemersatu disalahgunakan sebagai alat untuk menyatukan (baca: me­­nye­ragamkan) pola pikir. Amnesia (sejarah) bahasa Indonesia memang sistemik karena terjadi lama dalam dunia pendidikan dan ditambah oleh faktor-faktor politik, sosial, ekonomi, dan kultural. Dengan penggantian ejaan menjadi EYD ma­ ka kita akan menjadi tidak terbiasa dengan eja­ an yang digunakan dalam sejumlah dokumen lama, aset sejarah sebelum Orde Baru. Generasi mendatang secara perlahan akan buta terhadap sejarah-sejarah bangsa. Selain itu, banyak dokumen ataupun buku-buku lawas berejaan Soewandi dan edjaan Van Ophuijsen yang terancam tidak mengalami cetak ulang. Bahkan­ Soeharto dalam pidatonya menyebutkan bah­

kapatudjeng / 2.bp.blogspot.com (repro. kalam / pewara)

wa tidak ada anggaran khusus dalam menyelenggarakan Edjaan Yang Disempurnakan. Dokumen-dokumen ini lama kelamaan hanya akan menjadi kitab kuno nan usang, yang tak memiliki nilai ketertarikan untuk dibaca. Maka adalah benar cita-cita Soeharto untuk hidup tertib dan sejahtera bermodal bahasa Indonesia dengan EYD yang baik dan benar. Karena masyarakat akan terbiasa lupa pada seja­ rah­nya, sejarah yang memuat keboborokan­dan kemajuan rezim-rezim Orde Baru dan sebe­lum­ nya. * Tulisan ini mengacu pada tulisan-tulisan yang dimuat di majalah Basis Nomor 05-06, Tahun Ke-60, 2011, antara lain: Wahyu Adi Putra Ginting dan Wahmuji: Paridogma Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar, Retno Iswandari: Jejak Bahasa Indonesia, dan Wahyu Adi Putra Ginting: Kamus Kita Orang Punya.

Dian D. Anisa mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman UNY

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

39


Resensi Media

Partikel: Bicara Fungi, Menjelajah Bumi Ol e h T usti Rentang waktu 8 tahun bukan­ lah­jeda­yang singkat untuk­la­hir­ nya sekuel ke­ empat Supernova, Partikel. Dee, sapa­an­akrab De­ wi­­ Lestari, seolah menghimpun­ “ener­gi” untuk dimuntahkan da­ lam­buku yang lumayan tebal di­­ban­ding pendahulunya, 493 ha­­lam­­an. Partikel adalah karya ke-4 Dee, sebelumnya telah lahir sekuel pertama Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh, sekuel ke­dua Akar, dan sekuel ketiga Petir. Dee telah bertransfor­ masi dengan wajah­lain. Kali ini Dee kembali ke alam. Zarah Amala, sang tokoh, putri dari seorang ahli mikrobiologi yang berotak cemerlang, eksentrik, dan pe­mu­ja fungi, Firas. Dari ke­cil Zarah tidak pernah me­nge­nyam pendidikan formal seperti­ layak­nya anak seusianya­ . Pendi­ dik­­an itu ia dapatkan da­ ri “sekolah alam” bersama ayahnya. Zarah dibiarkan tumbuh bersama alam, belajar dari tumbuhan, bermain dengan fungi. Tentu pola asuh yang tidak lazim, memicu polemik dengan orang sekitar. Terlebih, Firas bersikap eksentrik sejak dia menemukan “dunianya” di bukit Jam­bul. Bukit Jambul dianggap sebagai tempat yang angker dan memiliki aura mistis oleh warga sekitar. Dan seketika Firas raib. Kehilangan ayah menjadikan episode kehidupan Zarah berubah. Perjuangan menemukan kembali ayahnya menjadi sebuah perjalanan penuh emosional dan spiritual. Berbekal kamera kiriman dari orang tak dikenal, Zarah berhasil melanglang ke Kalimantan berikatan dengan seekor orang utan, dan hidup menyatu dengan alam. Tak cukup hanya itu, melalui kejelian “mata elang”-nya, Zarah berhasil menjadi wildlife fotografer dan menapaki hidupnya di London. Zarah menemu40

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

Bukan Dewi Lestari kalau karyanya tidak didukung dengan literatur maupun hasil riset. Seperti halnya ketika Dee berceloteh tentang fungi, mikrorganisme yang dipercaya sebagai orang tua dari alam ini. Fungi­ memiliki resistensi yang tinggi terhadap gempuran bencana ma­ha dahsyat. Terjangan astero­id te­lah­ meluluhlantakkan­bumi beserta isi­ nya tapi tidak untuk fungi. Fun­gi menyiapkan bumi­untuk di­­hu­ni dengan kedigdayaanya­ “me­remuk” batuan menjadi ta­ nah. Melalui fungi, Dee menco­ ba menggarap lebih dalam lagi menjadi bagian menarik la­in­ nya pada buku ini. Dee me­­ mun­culkan isu ten­­tang UFO, Shamanisme­ (ke­­per­­ca­­ya­­an yang bisa men­jem­­ba­tani an­ tara manusia dan roh), dan portal antar-dimensi­. Membaca Partikel se­perti mengarungi jalan pi­­kir Dee yang melompat-lom­ pat energik, nyaris tidak bisa berhen­ti Supernova, Partikel melumat keping demi keping. Seperti Penulis: Dee (Dewi Lestari) • menikmati es krim yang ingin segera Penerbit: Bentang Pustaka, 2012 • Tebal: vii menandaskannya tapi sayang mele+ 493 halaman watkan setiap lelehannya. Setiap epik kan sisi lain dari hidupnya, kema­panan ditata dengan apik, mengikat dan pehidup, persahabatan, percintaan, dan nuh dengan pesan tersirat. Dee yang piju­­ga pengkhianatan. Pada bagian ini awai mengolah kata demi kata, memDee seperti ingin menampilkan sisi sen- bentuk plot yang mengaduk rasa, naik timentil dan romantisme layaknya sine- sarat gelora dan terjun menukik tajam. Dalam salah satu nukilan, “Semua tron remaja. Ajaibnya, bagian Zarah di London ini menghabiskan hampir sepa- pertanyaan selalu berpasangan de­ngan mu, ro dari tebal buku. Akan tetapi, dari se­ jawaban. Untuk keduanya berte­ kian berlikunya perjalanan Zarah, mu­a­ yang dibutuhkan cuma waktu.” Seperti­ Partikel yang memberi jawaban dengan ranya adalah pencarian ayahnya. Pada Partikel Dee mengolah sinergi­ memberi ruang bertemu untuk Bodhi manusia dengan alam. Hidup berdam­ dan Elektra, tokoh Akar dan Petir pada ping­an dengan alam itu berarti­tidak buku sebelumnya. Akhirnya, selamat meng­­usik dan ber­laku baik terhadapnya.­ menjelajah bersama Partikel. Bukan men­jadi manusia­sera­kah yang mencera­but paksa kehidupan­lalu memTusti biarkan alam berhenti “bermetabolis­ staf Humas UNY me” tanpa pernah dibenahi.


Bina rohani

Kemarau: Tanda Pengingat Tuhan O l e h Ag us Ja m a ludin Kemarau tahun ini sepertinya bertam­ bah panjang saja. Dulu, dengan mudah­ kita mengamati bahwa musim hujan­ akan datang pada bulan-bulan -ber (September, Oktober, November, Desember).­ Sayangnya, tahun ini kita­harus tetap bersabar menunggu perubahan musim. Kemarau panjang ini membuat beberapa daerah dilanda kekeringan. Di ber­ ba­gai daerah bahkan air bersih menjadi barang yang lebih sulit dicari ketimbang gadget terbaru. Kemarau panjang ini bisa kita artikan­ sebagai tanda yang diberikan Tuhan. Da­lam QS Al-Baqarah ayat 164, Allah SWT menegaskan bahwa alam semes­ta (kosmos) adalah “ayat-ayat-Nya”­yang diperlihatkan kepada manusia. Dia ber­ ke­hen­dak untuk menunjukkan­ eksis­ tensinya pada manusia lewat petanda (alam), sebagai petunjuk atas adanya pe­nanda (keberadaan Tuhan). Ibnu Arabi, sufi dari Persia, menyebutkan bahwa alam adalah cermin sekaligus bayangan Tuhan. Maka tak salah, jika kemudian ayat Al-Quran yang pertama kali turun adalah surat Al-Alaq. “Bacalah, dan Tuhan­ mulah yang paling pemurah.­Yang meng­­ajari [manusia] dengan perantara­ an­qalam. Dia mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya.“ Disebutkan bahwa Allah SWT mengajarkan manusia dengan perantaraan qalam. Qalam adalah “tanda” yang bisa membuka ca­ krawala pengetahuan manusia, terma­ suk pengetahuannya tentang Tuhan. Secara umum qalam adalah alam ini. Jadi, berdasarkan ayat itu, Tuhan sebetulnya ingin memperkenalkan sekaligus meng­ ajarkan manusia lewat sebuah “tanda”. Ia menginginkan “tanda”-Nya dipahami dan dipelajari. Karena dengan memahaminya, tersingkaplah rahasia-rahasia-Nya. Dengan ini, memahami dan mempelajari alam sama halnya mempelajari dan memahami (ilmu) Tuhan. Dan Mempelajari (ilmu) Tuhan tergo­ long amal ibadah yang sangat luhur

frank melech / fantasiereise.com

dan bisa mendatangkan pahala yang ber­lim­pah. Maka, membaca dan memahami ben­ cana alam berarti mempelajari­geja­lagejala berikut kemungkinan yang di­tim­ bulkannya, setelah itu dicarikan solusi yang tepat untuk menanggulangi­nya, dan bila perlu mencegahnya. Kemarau panjang dan kekeringan adalah sekian tanda dari Tuhan yang diperlihatkan pada manusia. Semuanya untuk diketa­hui, dipahami, dan dipelajari. Pada ghalib­ nya, orang akan tertarik kepada sesuatu setelah ia melihat, merasakan, atau mendengarnya. Bagi orang yang kritis, ia akan mengamati dan mencoba untuk memahaminya, tidak serta merta ha­ nya dilihat dan dinilai sebagai fenomena alam biasa, apalagi sampai “menghakimi” dan “menuduh” Tuhan sebagai pihak yang “bersalah” dan bertanggung jawab. Lagi pula Allah SWT juga telah berfirman bahwa “Allah SWT akan mem­be­ rikan cobaan kepada manusia de­ngan sedikit ketakutan, kelaparan, ke­ku­rang­ an harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-

orang yang sabar. (Yakni) orang-orang yang ketika tertimpa oleh musibah maka akan berkata: ‘Sesungguhnya semua milik Allah dan akan kembali kepadaNya’ (QS 2:155-156).” Artinya, ketika kita terkena cobaan atau ujian dari Tuhan, yang pertama kali kita tanamkan dalam hati adalah kesadaran bahwa semua yang ada di alam ini, termasuk harta dan jiwa kita, adalah milik (tanda-tanda) Tuhan yang merujuk kepada-Nya. Orang yang sabar dalam menerima cobaan adalah mereka yang bersikap kritis, aktif, dan produktif atas apa yang dialaminya. Ia akan selalu bersikap optimis dan berpandangan positif dalam menilai dan menghadapi apapun yang datang dari Allah SWT. Memang kian tahun, kemarau panjang adalah hal tak bisa dihindari. Namun demikian, bukan berarti kita ma­ lah­menambah beban alam dengan tu­rut melakukan hal-hal sembrono bagi­ alam, bukan?

Agus Jamaludin pegiat Komunitas Teologi Bencana

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

41


cerpen

Janji Bapak O l e h Aufa nnuh a I hs a ni eberapa ratus meter setelah kalian melewati gerbang retribusi, tempat orangorang membayar biaya masuk wisata Kaliurang, di kanan jalan akan ada jalan se­tapak. Jalan itu sempit saja. Jarang ada orang-orang melewatinya. Tapi jika kalian kebetulan ada dalam perjalanan ke lereng Merapi, singgah­ lah barang sebentar. Sebab di sini akan aku kisahkan tentang kesetiaan seorang lelaki. Dan di tempat itulah aku kini. Orang Jawa biasa menyebutnya tongeret, serangga sebesar ibu jari yang berisiknya sedang kudengar. Di hadapanku jurang yang dalam. Saat tiba di sini tadi aku masih tetap saja tertegun memandang ketinggian yang mengerikan itu, meski tempat ini tak asing lagi buatku. Bapak beberapa kali mengajakku kemari, dulu sekali. Sebiji pinus jatuh dengan seratus kali kecepatan selara. Aku menoleh. Seorang ibu berkaos dan bersarung berada beberapa meter dari tempatku. Bukan, bukan. Ia bukan wanita itu. Mungkin ibu itu penduduk sekitar sini. Ia memandangiku sesaat, sadar sedang aku perhatikan. Dan ya, ia memang bukan dia. Ibu itu sedang mencari kayu bakar tampaknya. Jalannya makin dekat ke arahku. Namun pandangnya tertuju pada tempat-tempat di mana ada kayu tergeletak. ia pun terus berjalan. Ini ganjil. Seolah kayu-kayu yang ia dapatkan berada antara aku dan ia. Ketika jarak di antara kami semakin dekat, mau tak mau ia mesti menyapa. Dan mesti­kubalas pula senyumnya. “Sendirian, Mas?” ia bertanya. “Nggih, Bu.” “Dari tadi kok saya lihat sampeyan duduk di sini terus. Ati-ati, Mas. Jangan ngalamun di sini. Ndak baik,” katanya. “Ah, mboten kok Bu…. Saya sedang menunggu seseorang.” Aku tak ingin memperpan­jang percakapan dengannya. Tapi masih saja ia bertanya. “Nunggu pacarnya ya?” Aku hanya tersenyum. Ibu itu menjauh. *** Aku mengalihkan pandangan ke pohon-pohon pinus. Hamparan rumput tempat kita duduk. “Kami berangkat esok Kamis. Tiket sudah dipesan. Dan Ayah mengambil pesawat pertama yang terbang hari itu,” katamu. “Kita ndak mungkin ketemu lagi?” Sebuah tanya yang aku sudah membajakan hati dengan jawaban yang paling buruk. “Aku ndak tahu….” 42

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

Saat itu ingin kupeluk kamu. Mungkin sambil menahanmu untuk tidak pergi. Tapi tak mungkin. Lingkungan pesantren tempat kita belajar bahkan melarang santri-santri untuk seke­ dar bercakap dengan lawan jenisnya. Dan kamu, sayangnya, adalah anak dari salah satu pengasuh pondok. “Kenapa Malaysia?” tanyaku. “Ayah dapat beasiswa S3 di sana, dan setelahnya diminta untuk menjadi tenaga pengajar di universitas yang sama. Aku ndak tahu berapa lama. Mungkin, dan mungkin sekali akan sampai hitungan tahun,” katamu. Isak tangis itu reda sejenak. Kamu menjelaskan alasan-alasan yang begitu be­ rat,­yang mungkin tak bisa kamu terima ketika pertama kali mendengarnya. Sekilas kemudian aku terkenang pertemuan pertama kita di perpustakaan. Kamu sedang mencari buku yang telah habis terpinjam. Aku belum mengenalmu kala itu. Kelas putra dan putri terpisah. Dan perpustakaan adalah satu-satunya tempat di lingkungan pesantren di mana dua lawan jenis bertemu. “Harno,” kamu memecah lamun kenangan itu. “Aku ndak mau kita makin berlarut saling menyukai. Ayah juga mungkin ndak akan setuju, dan aku bakal jauh dari kamu. Makanya, kupikir kita bisa selesaikan di sini. Semuanya.” Aku diam. Dan mungkin itu yang paling baik. Kamu Laila Isnaini, anak Gus Taqim, putra tertua Kyai Sholeh. Seorang Kyai biasanya akan menikahkan putra atau putrinya dengan anak dari Kyai lain. Sedang aku cuma anak seorang petani lereng Merapi. Kita tak mungkin bisa saling suka. Ada perbedaan yang besar. Dalam pelajaran fiqh bab nikah ada satu istilah bernama kufu’, kesepadanan derajat antara seseorang dengan calon mempelainya. Kita berpisah sore itu dengan satu janji: sepuluh tahun lagi kita akan bertemu di tempat yang sama. Kita akan saling mengenang masa lalu bukan sebagai kekasih, namun sebagai orang dewasa yang hendak bertukar kabar dan berita. Jika pertemuan di tahun 1981 tak terlaksana, maka sepuluh tahun atau sepuluh tahun berikutnya. Sore itu, 2 Januari, geri­ mis yang menegaskan hujan menepis kesangsian bahwa tak akan ada pertemuan kembali denganmu. *** Sebentar lagi mungkin aku akan pergi ke mushola atau mas­jid terdekat dan sekalian beli camilan. Rolasan, orang Jawa biasa menyebutnya. Tapi rolasan hanya berlaku ketika seseorang sedang bekerja, sementara aku? Ah, tak apa. “Me­ nunggu” kan juga kata kerja. Terlebih aku memang diajari Ba­pak untuk selalu sembahyang pada waktunya. Ah ya, tadi aku bilang kalau Bapakku pernah mengajakku


cerpen ke tempat ini. Beberapa tahun sekali jika kubuat jeda antara kunjungan satu dengan setelahnya. Ada Kaliurang dan Kalikuning, sebenarnya, wisata yang buatku lebih menarik dibanding tempat ini. Kalian bisa menemukan tempat macam ini di mana saja di sepanjang jalan menanjak, dengan pinus yang lebih lebat atau rumput yang lebih luas. Hanya saja, semasa kecilku dulu Bapak tak pernah menjelaskan mengapa tempat ini begitu sering kami, dan ha­nya kami berdua, selalu kunjungi. Ya, selalu hanya kami berdua, tak pernah ada orang lain. Ratih, adikku yang terpaut dua tahun itu, tak pernah diajak. Juga Mbak Sari, apalagi Ibu. Sejauh aku mengingat, jika telah sampai di tempat ini, Bapak biasanya akan menyuruhku duduk beralas rumput di sampingnya. Lalu ia bercerita: masa kecilnya dulu, kehidupan pesantrennya, atau betapa ia ingin jadi seorang petani namun pendidikan membuatnya menjadi seorang guru. Usiaku kini 27 tahun. Kenangan akan Bapak dan apa yang dikisahkannya masih terekam jelas dalam ingatan. Bertahun rentang usia di antara kami tak lantas membikin semacam sekat yang memisah definisi seorang sahabat. *** Ketika mengambil air wudhu di mushola itu seseorang tiba-tiba saja memanggil, “Galih!”. Aku menoleh. Bapak berpeci itu memang kukenal. “Kamu Galih, kan?” ia bertanya lagi. “Nggih, Pak.” “Wah, wah, njanur gunung kamu ada di sini. Sama siapa?­ Keluargamu sehat?” Aku menyambut uluran tangan­nya. Dia Pak Hasan, teman Bapak sesama guru di SMA tempat­ nya mengajar. Pak Hasan telah menjadi karib bagi Bapak sejak menjadi guru. Ia mengampu Fisika dan Bapak mengajar Bahasa Indonesia. Aku heran bagaimana dua bidang studi yang hampir tidak berhubungan itu dapat membuat mereka akrab dan nyaman mengobrol satu sama lain. Ah, mungkin karena rumah Pak Hasan memang di dekat mushola ini. Dan tiap kali Bapak mengajakku kemari selalu disempatkannya untuk bertamu ke rumah Pak Hasan. “Sendiri saja, Pak. Ya, Alhamdulillah. Ibu dan Adik sementara memang mengungsi di rumah saya di Condong Catur. Rumah di Cangkringan baru akan direnovasi bulan depan,” terangku. “Hmmm, ya, ya.” Ro­ man­ mukanya berubah­

sejenak kemudian. “Saya minta maaf, ndak bisa melayat Bapakmu tiga minggu yang lalu. Menyesal sejadi-jadinya, memang. Tapi waktu itu saya sedang membantu keluarga meng­ ungsi juga. Ah, Bapakmu itu, kangen saya sama dia,” katanya. Aku hanya tersenyum. Dan ya, siapa yang tak akan kangen pada Bapak, orang yang tak pernah berbuat salah pada siapa pun? Orang yang selalu lembut pekertinya dan mengerti suasana hati setiap orang. “Oh ya,” Pak Hasan melanjutkan. “Kemarin saya ke makam Bapakmu. Kok ada kembang di atas kuburannya. Apa kamu barusan ziarah juga?” “Ndak, Pak. Saya terakhir kali ke makam tiga hari yang lalu, dan cuma berdoa saja.” “Lha, lalu siapa yang nabur kembang ya? Baru, kok. Belum layu,” ia masygul nampaknya. Setelah itu kami berjamaah. Hanya ada tujuh orang di su­ rau kecil ini. Kebanyakan bercelana jeans. Yang bersarung ha­ nya si imam dan Pak Hasan. *** Ada selalu hal-hal yang tak bisa dinalar oleh akal manusia ketika bencana tiba. Bapak berada di rumah. Ratih dan Ibu sedang dalam perjalanan ke Bandung, menengok Mbak Sari. Bapak bilang ia hanya berdiam di kolong kasur ketika awan panas itu tiba-tiba datang. Tim SAR tiba tiga hari kemudian. Seminggu Bapak dirawat di Sardjito, beberapa hari di rumahku. Dan pada Kamis pagi ia sudah pergi. Seakan ada sasmita, pada malam sebelum ia melepas raga, berceritalah ia padaku tentang Laila. Tentang janji yang kemudian ia titipkan padaku. Bapak memang tak pernah bicara sedikit pun mengenai Laila. Pernikahannya dengan Ibu selama lebih dari tiga puluh tahun tak pernah diusiknya dengan membuka setitik rahasia. Aku tak tahu bagaimana kemudian Bapak benar-benar mengubur rahasia itu. Empat puluh tahun lamanya Bapak berusaha menetapi janjinya, dan empat puluh tahun juga ia ingin percaya kalau orang yang ditunggunya akan datang. Bapak memintaku untuk tak bercerita kepada siapa jua, pun pada Ibu. Ia tak mau Ibu punya kesan lain terhadapnya selepas ia mangkat. Aku tak tahu apakah Bapak benar-benar mencintai Ibu. Sebab selama ini pula aku tak pernah melihat keduanya bertengkar. Kukira akan perih rasanya bila menjadi Bapak. Sebab kini matahari sudah jauh di ufuk barat. Spion motorku memantulkan jingga hingga biasnya jatuh di kejauhan. Angin sebentar-sebentar berhembus sepoi, dan shalawat pengantar adzan maghrib sayupnya masih dapat kudengar. Mataku kembali basah, sebab tak yakin akan ada sepuluh tahun lagi untuk tak sia-sia kutunggu.

Aufannuha Ihsani Jurnalis Ekspresi

P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012

43


puisi•geguritan•tembang Puisi-Puisi Fajar Irawati

Hanya untukmu Kuucapkan selamat ulang tahun Semoga rahmat dan barokah-Nya Selalu melimpahimu

Kado kecil untuk ibu

Sajak Rindu

Sejuknya embun pagi Mengingatkanku akan nasihatmu Kata-kata bijak engkau balut dengan kelembutan Memadamkan panasnya gejolak hatiku Di saat menemui terjalnya perjalanan

Kutulis sajak ini Ketika engkau berada jauh dariku Sebagai penghulu rasa rinduku Yang berkali menghampiri ketika datang sepi Kutulis sajak ini Ketika batin mempertanyakan kehadiranmu Dan berharap engkau kan cepat kembali Disini aku menggenggam erat janjimu Serta menjaga kepercayaanmu kepadaku

Hangatnya sinar mentari pagi Ingatkanku akan kasih sayangmu Kasih sayang yang tulus Yang tak terhingga nilainya Yang tak akan terbatas oleh apapun Seperti dunia yang tidak berufuk Ibu… hatimu bening, melebihi beningnya tetes embun di setiap do’a yang engkau panjatkan hanyalah kemuliaan untuk putra putrimu yang engkau pinta kepada kepada-Nya

Kutulis sajak ini Ketika hujan memayungi Terucap doa dalam hati Semoga Tuhan selalu menyertai Di setiap langkah kakimu

Fajar Irawati

Ibu… Ku kirimkan kado kecil ini

mahasiswa UNY

pojok ge l it ik JADI BUDAK LAGI Umarmoyo: Di, perbudakan telah kembali lagi. Umarmadi: Lho sekarang kan zaman merdeka. Umarmoyo: Iya. Tapi perbudakan mulai merajalela kembali. Umarmadi: Maksudmu? Umarmoyo: Bangsa kita, laki-laki perempuan, anakanak orang tua, remaja dewasa, pekerja anak sekolah, petinggi perendah, semua sudah diperbudak oleh HP. Umarmadi: Betul itu! Umarmoyo: Kemarin saya hampir dita­brak sepeda motor, 44

P ewa r a Di n a mik a o kt o b e r 2 0 1 2

gara-gara pengendaranya sambil sms-an. Umarmadi: Penyakit! Umarmoyo: Kemarinnya lagi ada mobil srempetan, garagara pengemudinya nyopir sambil asyik telpon-telponan. Umarmadi: Parah! Umarmoyo: Para mahasiswa calon pemimpin bangsa juga sama saja! Umarmadi: Gimana ceritanya? Umarmoyo: Sekarang nggak ada lagi mahasiswa di kampus kok ke sana ke mari pegang buku, terus duduk baca buku. Tapi ‘nimang-nimang’ HP. Bahkan, di ruang

kuliah pun konsentrasi mahasiswa ke HP lebih tinggi daripada ke dosennya. Umarmadi: Gila! Mau jadi apa mereka? Eit, tapi yang saya saksikan tidak kalah hebohnya lho. Umarmoyo: Gimana? Umarmadi: Waktu itu pas ada upacara resmi ‘peresmian sesuatu’ di suatu kantor. Nah, ketika pejabat di kantor itu sedang berpidato menyampaikan laporannya, ealah, petinggi dari pusat yang dilapori itu malah ....... asyik sms-an. Umarmoyo: .......................??? ema r '12


l

s en

a

BERSATU TANPA SEKAT Kini UNY tidak hanya diminati mahasiswa dalam negeri. Para mahasiswa asing dari pelbagai negarapun mudah ditemui di UNY. Mereka tidak hanya belajar satu ataupun dua mata kuliah, seperti bahasa Indonesia, budaya Indonesia, tetapi lebih dari itu, mereka pun belajar melebur menjadi bagian dari sivitas akademika UNY, tanpa harus memandang asal-usul mereka. Selamat menjadi bagian dari UNY. teks : Sismono La Ode • Fotografer: HERI PURWANTO


dgreetings.com

Selamat Datang di Kampus

TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.