Bina rohani
Kemarau: Tanda Pengingat Tuhan O l e h Ag us Ja m a ludin Kemarau tahun ini sepertinya bertam bah panjang saja. Dulu, dengan mudah kita mengamati bahwa musim hujan akan datang pada bulan-bulan -ber (September, Oktober, November, Desember). Sayangnya, tahun ini kitaharus tetap bersabar menunggu perubahan musim. Kemarau panjang ini membuat beberapa daerah dilanda kekeringan. Di ber bagai daerah bahkan air bersih menjadi barang yang lebih sulit dicari ketimbang gadget terbaru. Kemarau panjang ini bisa kita artikan sebagai tanda yang diberikan Tuhan. Dalam QS Al-Baqarah ayat 164, Allah SWT menegaskan bahwa alam semesta (kosmos) adalah “ayat-ayat-Nya”yang diperlihatkan kepada manusia. Dia ber kehendak untuk menunjukkan eksis tensinya pada manusia lewat petanda (alam), sebagai petunjuk atas adanya penanda (keberadaan Tuhan). Ibnu Arabi, sufi dari Persia, menyebutkan bahwa alam adalah cermin sekaligus bayangan Tuhan. Maka tak salah, jika kemudian ayat Al-Quran yang pertama kali turun adalah surat Al-Alaq. “Bacalah, dan Tuhan mulah yang paling pemurah.Yang mengajari [manusia] dengan perantara anqalam. Dia mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya.“ Disebutkan bahwa Allah SWT mengajarkan manusia dengan perantaraan qalam. Qalam adalah “tanda” yang bisa membuka ca krawala pengetahuan manusia, terma suk pengetahuannya tentang Tuhan. Secara umum qalam adalah alam ini. Jadi, berdasarkan ayat itu, Tuhan sebetulnya ingin memperkenalkan sekaligus meng ajarkan manusia lewat sebuah “tanda”. Ia menginginkan “tanda”-Nya dipahami dan dipelajari. Karena dengan memahaminya, tersingkaplah rahasia-rahasia-Nya. Dengan ini, memahami dan mempelajari alam sama halnya mempelajari dan memahami (ilmu) Tuhan. Dan Mempelajari (ilmu) Tuhan tergo long amal ibadah yang sangat luhur
frank melech / fantasiereise.com
dan bisa mendatangkan pahala yang berlimpah. Maka, membaca dan memahami ben cana alam berarti mempelajarigejalagejala berikut kemungkinan yang ditim bulkannya, setelah itu dicarikan solusi yang tepat untuk menanggulanginya, dan bila perlu mencegahnya. Kemarau panjang dan kekeringan adalah sekian tanda dari Tuhan yang diperlihatkan pada manusia. Semuanya untuk diketahui, dipahami, dan dipelajari. Pada ghalib nya, orang akan tertarik kepada sesuatu setelah ia melihat, merasakan, atau mendengarnya. Bagi orang yang kritis, ia akan mengamati dan mencoba untuk memahaminya, tidak serta merta ha nya dilihat dan dinilai sebagai fenomena alam biasa, apalagi sampai “menghakimi” dan “menuduh” Tuhan sebagai pihak yang “bersalah” dan bertanggung jawab. Lagi pula Allah SWT juga telah berfirman bahwa “Allah SWT akan membe rikan cobaan kepada manusia dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurang an harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-
orang yang sabar. (Yakni) orang-orang yang ketika tertimpa oleh musibah maka akan berkata: ‘Sesungguhnya semua milik Allah dan akan kembali kepadaNya’ (QS 2:155-156).” Artinya, ketika kita terkena cobaan atau ujian dari Tuhan, yang pertama kali kita tanamkan dalam hati adalah kesadaran bahwa semua yang ada di alam ini, termasuk harta dan jiwa kita, adalah milik (tanda-tanda) Tuhan yang merujuk kepada-Nya. Orang yang sabar dalam menerima cobaan adalah mereka yang bersikap kritis, aktif, dan produktif atas apa yang dialaminya. Ia akan selalu bersikap optimis dan berpandangan positif dalam menilai dan menghadapi apapun yang datang dari Allah SWT. Memang kian tahun, kemarau panjang adalah hal tak bisa dihindari. Namun demikian, bukan berarti kita ma lahmenambah beban alam dengan turut melakukan hal-hal sembrono bagi alam, bukan?
Agus Jamaludin pegiat Komunitas Teologi Bencana
P e wa ra Din a m i ka o kt o b e r 2012
41