Pewara Dinamika September 2011

Page 1

Volume 12 • nomor 45 september 2011

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

LEBIH RAPI, BErSIH, TErJANGKAU, DAN REPrESENtAtIF!


MArI JADIKAN DONOr DArAH SEBAGAI GAYA HIDUP ANDA!

Hingga saat ini, Indonesia masih membutuhkan stok darah hingga 4 juta kantong darah per tahun. Jumlah ini, oleh Palang Merah Indonesia diyakini sebagai stok aman dari semakin meningkatnya kebutuhan akan darah. Untuk mencapai target tersebut, maka upaya mendukung Aksi Donor Darah sebagai Gaya Hidup Masyarakat Indonesia adalah penting. Memang tidak mudah untuk merealisasikan hal ini karena gerakan kebudayaan seperti ini membutuhkan proses panjang dan keseriusan terus-menerus tanpa henti. Cara yang paling Mudah untuk memulainya adalah mencoba menjadi pendonor darah. Kita tidak boleh takut karena mendonor darah berarti kita telah melakukan dua hal sekaligus: Menyehatkan Badan dan Beramal ibadah! Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • foto: istimewa


pena redaksi

P e wa r a

Dinamika universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Wakil Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Wakil Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Wakil Rektor III) PENASEHAT Hj. Sujariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) PEMIMPIN UMUM Lena Satlita, M.Si. PEMIMPIN PERUSAHAAN Prawoto, SE. PEMIMPIN REDAKSI Dr. Nurhadi, M.Hum. SEKRETARIS REDAKSI Dian Dwi Anisa REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Lina Nur Hidayati, M.M. Rizka, SH. Drs. Wedho Chrisnarto Tusti Handayani, A.Md. Witono Nugroho, S.I.P. Dhian Hapsari.SS. Ariska Prasetyanawati Hayati Nupus Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Heri Purwanto, SIP. REPORTER Ratna Ekawati, M.A. (FIK) Nur Lailly Tri W., A.Md. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Virga Renitasari, S.S. (FBS) Noor Fitrihana, M.Eng. (FT) Norma Chussnah, S., S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Pramushinta Putri Dewanti, S.S. (PPs) SIRKULASI Kusno, S.Pd. Suwanto Sumedi Sudarman Sri Widodo Maryono ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Akhirnya September tiba. Bulan yang kami tunggu-tunggu untuk segera menyelesaikan tugas yang tertunda di bulan agustus. Itu artinya, kami harus si­ ap-siap menghadapi tantangan baru. Tan­tangan yang bisa dibilang tidak mudah. Yakni, menyelesaikan sesuatu yang tertunda dan memulai sesuatu yang baru. Apalagi kalau bukan segera menerbitkan majalah Pewara Dinamika dan me­rencanakan penerbitan Pewara Dinamika edisi selanjutnya. Kami harus akui bahwa setelah melewati liburan panjang, stamina para­ kru redaksi juga turut berkurang. Mungkin karena mereka terlalu lama kami menikmati liburan di kampung halaman­masing-masing. Nah, ketika memulai mengerjakan kerja-kerja redaksi, rasa­nya kami masih menikmati liburan. Tapi apa boleh buat, kami harus berkewa­jiban dan bertanggung jawab untuk te­­tap menerbitkan majalah ini. Jika tidak, maka­pembaca di­ pas­­tikan akan kecewa! Dan hal ini pantang buat kami. Pembaca Pewara Dinamika yang kami banggakan, untuk edisi ini kali, September 2011, kami mengangkat tema tentang Taman Kuliner Karangmalang. Taman kuliner ini merupakan solusi yang dilakukan universitas untuk merelokasi para pegagang yang sebelumnya berjualan di sepanjang jalan depan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (FISE). Ke­­ber­­a­daan para pedagang di di sini, me­­mang sangat membantu mahasiswa un­tuk sekedar “mengisi perut”. Akan te­ tapi tidak sedikit pula dari mahasiswa

UNY dan sivitas akademika UNY lainnya­ yang memprotes akibat semakin sempitnya ruang bagi pejalan kaki di te­ ngah semakin meningkatnya volume ken­ daraan bermotor yang melintasi sepanjang jalan tersebut. Sementara itu, untuk rubrik lainnya,­ kami tetap menampilkan tema-tema yang identik dengan universitas, yakni:­ “humanis, religi, cendikia”. Mungkin per­nyataan ini agak berlebihan, tetapi­ Anda bisa membuktikannya dengan terus membaca rubrik-rubrik tersebut. Jika dirasa kurang sesuai, kami tetap membuka ruang kritik melalui rubrik surat pembaca. Kami berharap, agar edisi ini kali men­­dapat sambutan hangat, tidak ha­ nya­­dari pihak rektorat, tetapi juga dari pi­hak sivitas akademika UNY lainnya maupun pembaca di luar kampus Karangmalang. Karena, sambutan hangat tersebut adalah air bagi dahaga kami bahkan darah bagi tubuh kami. Ya, kami harus jujur soal itu. Sebagaimana kami telah tuliskan di atas, mengelola majalah bukanlah hal yang mudah. Bisa dikata, gampanggampang susah. Kadang kami bahagi­a, terharu, wdan kadang pula kami terhanyut oleh campur-aduk bahagia-terharu. Meskipun demikian, mengerjakan Pewara Dinamika adalah se­buah tanggung jawab sosial yang ha­rus dihadapi dengan penuh tanggung jawab pula. Akhirnya, selamat membaca Pewara Dinamika edisi ini kali. Terima kasih atas dukungannya selama ini. Mohon maaf jika masih ada yang kurang. Tabik! 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

1


daftar isi Volume 12 • Nomor 45 september 2011

l a po ra n U ta m a

Taman Kuliner Karangmalang: Lebih Rapi, Bersih, Terjangkau, dan Representatif! heri p/pewara dinamika

Dulu menolak dipindahkan, sekarang berterima kasih kepada UNY. halaman 6

24

32 opini

berita

Tes Ekuivalensi TOEFL Menuju Kualitas WCU nun­­jukan keseriusan UNY dalam visi menuju World Class University (WCU). Hal ini terlihat dengan dilaksanakannya tes ekuivalensi TOEFL pada 2425 September 2011...

dokumen humas uny

Program Pembantu Rektor I UNY da­lam pengembangan kemampuan­ berbahasa Inggris mahasiswa me­

Berita Lainnya • Daun Binahong Pencegah Diabetes • Ada Sang Penemu TVRI Di Fakultas Teknik UNY • Cegah Plagiasi Karya Ilmiah dengan Lokakarya

Rambu-Rambu Seni Me­ nurut Pandangan Islam Secara alamiah manusia membutuh­ kan rasa keindahan sehing­ga segala sesuatu yang berhubungan dengan seni mudah menarik minat... 37 bina rohani 5 bunga rampai 38 cerpen 4 dari pembaca 1 dari redaksi 3 Jendela 22 Kabar dari luar 40 pojok gelitik 40 puisi•geguritan•tembang 36 resensi media perancang sampul: kalam jauhari

2

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1


jendela HAK VETO Pada Jumat (23/9/2011) jam 11.30 waktu Amerika Serikat atau Sabtu (24/9/2011) waktu Indonesia, Mahmud Abbas berpidato pada Sidang Majelis Umum PBB. Dalam pidatonya, presiden Palestina itu sekaligus mengajukan proposal kemerdekaan Palestina. Ban Ki Moon (Sekjen PBB) melanjutkan proposal tersebut kepada Dewan Keamanan PBB. Abbas mendesak agar jawaban proposal ten­ tang kepastian pengakuan kemerdekaan Pa­les­ tina diperoleh dalam tempo dua minggu. Ke­ti­ka artikel ini ditulis, keputusan tentang pengakuan kemerdekaan Palestina belum diketa­hui. Meski telah mendapat dukungan 126 negara, Palestina belum tentu mendapatkan haknya. Di Dewan Keamanan PBB yang terdiri atas 15 negara (dengan 5 negara sebagai anggota tetap yang memiliki hak veto), masih ada sejumlah negara yang belum jelas menyatakan dukungannya. Amerika Serikat sendiri tampaknya sudah siap pasang badan berada di belakang negara­ Israel guna menggagalkan pengakuan kemer­ de­kaan itu dengan hak vetonya. Inilah sebuah hak istimewa yang dimiliki Amerika Serikat sebagai pemenang Perang Dunia II bersama Inggris, Perancis, Rusia, dan China. Amerika Serikat seringkali menggunakan hak veto ini untuk membatalkan rancangan keputusan PBB yang tidak menguntungkan negaranya dan negara “tuannya”: Israel. Hak veto jelas-jelas merupakan hak khusus yang membuat posisi para pemenang Perang Dunia II yang terdiri atas lima negara itu bera­ da dalam posisi yang dominan. Lewat hak veto inilah sebenarnya terjadi ketimpangan dalam relasi antaranggota PBB. Tidak ada kesejajar­an dan kesetaraan jika melihat hubungan antar­ negara dalam PBB. Inilah yang membuat Amerika Serikat pada khususnya menjadi hegemonik dan dominan pasca Perang Dingin, pasca me­ mudarnya posisi Rusia (juga China) dalam de­ ka­de akhir abad XX dan awal abad XXI. Bagaimana sebuah negara seperti Amerika Se­ri­kat dan empat negara lainnya bisa memba­ talkan sebuah rancangan resolusi atau keputusan PBB dengan hak vetonya? Orang bisa ber­ ko­mentar apa saja terhadap kekuatan yang di­mi­li­ki para pemegang hak veto. Orang bisa me­nga­ta­kan betapa tidak adilnya relasi negarane­gara anggota PBB. Apa pun alasannya, inilah

yang menjadi sistem PBB. Sebuah sistem yang tidak bisa ditolak negara mana pun di dunia saat ini, manakala tidak ada pilihan lain. Dalam kasus pengajuan pengakuan kemer­ dekaan Palestina, tampaknya tidak akan mudah selama Amerika Serikat dapat dikendalikan oleh Israel. Bisa jadi, negara yang diduduki Israel ini hanya diakui sebagai negara peninjau di PBB yang tidak memiliki hak suara seperti Taiwan atau Vatikan. Selama ini Israel sering di­selamatkan dari berbagai sanksi PBB berkat hak veto Amerika Serikat. Mungkin tidak banyak orang Indonesia yang tahu kalau negara kita pernah keluar dari keang­ gotaan PBB pada masa pemerintahan­Soekarno sebagai bentuk protes atas pengakuan negara “boneka” Malaysia pada awal 1960-an.­Indonesia adalah negara yang berani keluar­dari keanggotaan PBB meski akhirnya masuk kembali. Sistem PBB yang memberikan hak veto kepa­ da lima negara pemenang Perang Dunia II jelasjelas mengusik rasa keadilan dan kesetara­an antarnegara anggotanya. Jika memang masing-­ masing negara dipandang secara sederajat, se­ha­rus­nya mereka sama-sama memiliki hak suara yang sama. Dan keputusan diambil berda­ sarkan suara terbanyak seperti sistem demokrasi yang selama ini diyakini sebagai sistem yang selalu didengung-dengungkan. Akan tetapi, dengan adanya hak veto, sistem demokrasi yang memandang satu negara memilki satu hak suara terganjal oleh negara yang secara historis diberi hak menolak rancangan apa pun yang disodorkan PBB lewat Dewan Keamanannya. Kini tidak ada lagi protes terhadap kepemilikan hak veto tersebut. Hal ini sudah menjadi sistem yang terterima sebagai sebuah keniscayaan. Dalam berbagai sistem demokrasi, keber­a­ daan seperti hak veto seringkali muncul dalam sejumlah varian dengan berbagai bentuk penyesuaian. Hak semacam ini merupakan sebu­ ah privilege yang dimiliki oleh pihak dominan (baca penguasa) yang seakan-akan menjadi sebuah sistem yang tidak bisa terhindarkan oleh para subaltern.

Dr. Nurhadi, M.Hum. Pemimpin Redaksi

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

3


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Proses Pembuatan Ijazah di UNY Tanggapan atas ”Bagaimana Kabar Ijazah” oleh Agung Isdiyanto Satriya Rahayu yang dimuat pada Pewara Dinamika Agustus 2011.

(I) Kami mohon maaf jika proses Perbaikan Ijazah di Rektorat selama ini dinilai lambat (ka­mi memberikan perkiraan waktu peng­ ambilan ijazah yang sudah diperbaiki ke­pada yang bersangkutan kurang lebih 2 minggu) hal ini dikarenakan proses tersebut di atas terkait dengan berbagai pihak. (II) Perlu kami sampaikan kronologi Alur Proses Pembuatan Ijazah dan Perbaikan Ijazah sebagai berikut: (1) Foto copy ijazah yang salah diterima petugas loket—disampaikan ke petugas pembuat ijazah—ijazah dibuat. (2) Ijazah perbaikan jadi—ditempel foto—disampaikan ke kurir untuk dibawa ke Fakultas. (3) Ijazah diterima petugas Fakultas untuk disahkan Dekan—Me­nunggu berita pengesahan ijazah dari Fakultas. (4) Kurir mengambil ijazah yang disahkan Dekan Fakultas—Ijazah dibawa ke­ sekretariat Rektor untuk­mendapat pe­

nge­ sahan Rektor—Menunggu Berita Pe­ngesahan ijazah oleh Rektor lewat Se­ kretaris Rektor. (5) (a) Kurir membawa ijazah yang sudah disahkan Rektor — Ijazah dibubuhkan Cap—Siap diambil. (b) Petugas loket menghubungi kontak person pengambil ijazah. (III) Ijazah Perbaikan Sdr. Agung Isdiyanto Satriya Rahayu telah diambil pada minggu ketiga Agustus 2011 oleh teman yang bersangkutan. Sebelumnya petugas loket telah­ meng­hu­bu­ngi nomor kontak person 085292953081 milik teman ybs kerena­sesuai kesepakatan

bersama antara Sdr. Agung ISR, temannya dengan petugas loket, temannya inilah yang akan mengambil ijazah tsb di atas. (IV) Kami mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran Sdr. Agung Isdiyanto Satriya Rahayu lewat majalah Pewara Dinamika tersebut, dan tentu saja kami akan berkoordinasi lagi antara Rektorat dan Fakultas agar ke depan proses perbaikan ijazah dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Hormat kami. Biro AAKPSI UNY

Butuh Solusi Terbaik untuk Persoalan Parkir di UNY Persoalan parkir menjadi masalah tersendiri di pelbagai kam­pus,­terma­ suk di UNY. Obrolan seputar parkir terjadi kantin hingga berbagai media di UNY. Tidak mengherankan tema parkir sudah membosankan, sama­bosannya de­ngan keseharian saya yang selalu “berji­baku” mendapatkan “secu­ il” tempat parkir. Belum lagi kurang tang­gapnya­ sebagian­ tukang parkir 4

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

yang seolah enggan meng­arahkan para pengendara, sehingga para pengendara dituntut mandiri dan eks­­tra berhati-hati karena jikapun ada tem­pat kosong, bisa dipastikan­lokasi­itu terjepit. Tersenggol sedikit,­deretan motor tersebut bisa terja­tuh­­ serentak. Kon­disi ini sudah saya dan teman-teman rasakan terutama sejak dimulai­nya semester ganjil ini. Meskipun saya menyadari

bahwa pihak kampus sudah berusaha maksimal dengan membangun tempat parkir yang representatif. Hanya saja di beberapa tempat, kondisi yang sama alami masih saja terjadi. Lewat Surat Pembaca Pewara saya meminta kepada pihak kampus untuk terus mencari solusi terbaik soal parkir ini. Terima kasih! M. Saputra mahasiswa UNY


tips tips Tips Merawat Jilbab Ol e h A DE

istimewa

Jilbab, salah satu busana yang akhirakhir ini menjadi pilihan banyak kaum hawa. Busana yang berfungsi sebagai­ penutup aurat ini juga mengalami mo­ di­fi­kasi besar-besaran. Sehing­ga, ka­um muda tak lagi canggung mengena­kan­ nya. Dipadu dengan berba­gai ma­cam model, jadilah jilbab gaul. Untuk perawatan jilbab pun jangan dilaku­kan sembarangan karena beda jenis kain, beda pula perawatannya. Supaya kua­li­tas jilbab tetap terjaga, ikuti rambuberikut. Polyester. Perawatan jilbab berbahan polyester biasanya lebih gampang. Jilbab jenis ini harus dicuci dengan tangan. Hindari penggunaan mesin cuci. Untuk hasil, boleh di seterika boleh tidak. Asal tidak mengunakan setrika bersuhu tinggi. Katun. Perawatan jilbab berbahan katun justru lebih mudah dibanding bahan polyester. Tidak perlu terpaku

1 2

pada pencucuian tradisional (menggunakan tangan), kita bisa memanfaatkan mesin cuci. Penjemuran pun dilakukan seperti baju-baju biasa. Untuk catatan, jangan menyeterika dengan suhu yang terlalu panas. Salah-salah, hanya akan membuat jilbab menjadi keriting. Sutra. Sutra, bahan bagus dan juga­ mahal. Namun, dengan perawatan yang salah, jilbab berbahan sutra hanya akan awet dalam waktu sekejap. Diperlukan ketelatenan dalam merawat jilbab berbahan sutra ini. Jangan sampai salah cuci dan seterika. Jilbab berbahan sutra harusnya dicuci secara dry clean. Bisa pula dicuci dengan cara bia­ sa asal tidak direndam terlebih dahulu. Cucilah dengan shampo atau sabun cair yang lembut. Selain itu, jemurlah jilbab sutra di tempat yang teduh dan terhindar dari matahari langsung. Jika jilbab sutra terlihat sangat kusut boleh

3

disetrika. Hindari suhu terlalu tinggi karena akan menyebabkan jilbab sutra menggelembung. Keluhan garis-garis pada jilbab saat diseterika pun menjadi masalah ter­sen­ diri. Nah, berikut cara untuk menghin­ dari masalah tersebut: Jangan lipat jilbab saat di setrika. Ben­tangkan jilbab di atas meja sete­ rika tanpa harus dilipat. Tempatkan jilbab yang sudah disetrika pada gantungan (hanger). Jika terpaksa harus melipat jilbab dan menaruh dalam tumpukan, usa­­ hakan tumpuk jilbab sesuai dengan­je­ nis bahan. Supaya jilbab berbahan tebal tidak tumpang tindih dengan jilbab yang berbahan tipis.

1 2 3

ADE mahasiswa FBS UNY

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

5


laporan utama

TAMAN KULINER KARANGMALANG

LEBIH RAPI, BErSIH, TErJANGKAU, DAN REPrESENtAtIF! Dulu menolak dipindahkan, sekarang berterima kasih kepada UNY. Oleh s i smon o la ode

A

ksi protes yang dilakukan sebagian kelompok mahasiswa ter­ha­dap rencana relokasi para­ pegagang di sepanjang gedung de­kanat FIS dan FE sudah ber­ akhir. Kala itu, para pengkritik menganggap pemindahan para pedagang kaki lima tersebut merupakan bentuk penggusuran universitas yang tidak berpihak kepada rakyat kecil. “Jika­ mereka­digusur, kemanakah mereka harus men­ca­ri,”demikianlah salah satu­ pernyataan para pengkritik terha­dap rencana universitas untuk merelokasi para pe­dagang. Pada mulanya, protes tersebut mendapat sambutan baik dari para pedagang dan stakeholder pedukuhan Ka­ rangmalang. Akan tetapi, setelah uni­­­ver­­si­tas menyampaikan rencana re­­ lo­ka­si­nya dengan konsep yang lebih­ ba­­ ik,­ter­tata, bersih, dan tidak jauh da­ri tem­pat berdagang semula, maka se­mua­ pe­da­gang merasa ter-

haru, kaget,­senang,­bahagia, bahkan mereka berulang-ulang­mengucapkan berterima ka­sih pada UNY. Tepat pada 21 Juli 2011, relokasi ter­ sebut diresmikan oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. dan Direktur Institusional Banking Bank Mandiri, Abdul Rachman, dengan nama Taman Kuliner Karangmalang. Acara yang disambut suka cita para pedagang, ma­ syarakat, mahasiswa, dan sivitas akademika UNY lainnya, juga dihadiri Bupati Sleman, Sri Purnomo. Dalam kesempat­ an tersebut, Sri Purnomo menyambut baik inisiatif UNY untuk merelokasi pe­ da­gang dengan cara-cara yang kreatif, humanis, dan solutif. Demikian halnya para pedagang, mereka tidak menyangka kalau tempat mereka mencari nafkah jauh lebih baik dan representatif dibandingkan tempat semula. Jika dahulu mereka harus berjualan di tenda-tenda yang harus di­ bongkar-pasang tiap kali membuka dan menutup jualan, kali ini mereka berjual­ an di tempat yang permanen, rapi, dan jauh dari kesan kumuh. Meski lebih kecil, suasana berjualan seperti dahulu tidak hilang. Para pembeli tetap merasa nyaman untuk makan di Taman Kuliner Karangmalang ini. Bahkan, kelancaran air dan tersedianya WC umum membuat para pedagang dan pembeli lebih asyik menikmati hidangan kuliner yang tersaji, seperti tongseng, lele goreng,

ayam goreng, tempe penyet, nasi go­­ reng, es dawet, dan sajian kuli­ner lainnya yang tak kalah enaknya. Tidak hanya itu, berjualan di Taman Kuliner Karangmalang yang jaraknya hanya sekitar kurang lebih 50 meter da­ri tempat semula membuat para pe­ langgan tidak kesulitan untuk mencari langganan mereka. Meski tiap harinya­ mereka dipungut biaya sekitar Rp. 2000 bagi yang berjualan di siang hari dan Rp. 5000 bagi mereka yang berjualan di malam hari, tidak membuat para peda­ gang keberatan karena biaya administrasi dukuh ini telah berlangsung sejak mereka berjualan di tempat semula. Lagi pula, biaya tersebut akan digunakan untuk kesejahteraan warga Karangmalang. Tidak terasa telah kurang lebih tiga bulan lamanya mereka mencari nafkah di Taman Kuliner Karangmalang. Suka duka pun telah mereka lewati. Dalam su­asana hati yang nyaman dan tetap berkomitmen untuk menjaga kerapian­ dan kebersihan taman kuliner, para pe­ dagang tetap berharap agar rencana pemasangan kanopi di depan kios-kios mereka siap direalisasi segera sehingga jika terik matahari di siang hari ataupun hujan datang suasana menyantapi hidangan taman kuliner tetap nya­ man dan mengasikkan. “Sambil kami me­nunggu, kami mengucapkan terima kasih UNY!” 



laporan utama

Taman Kuliner Karangmalang: Titik Pusat yang Diidamkan Siang menjadi tempat favorit mahasiswa, malam yang semarak dengan lampu pun tak kalah ramainya. Itulah Taman Kuliner Karangmalang. Tempat bersantap yang baru saja diresmikan pada 21 Juli 2011 ini menjawab kerisauan banyak pihak atas isu penggusuran para PKL di kawasan UNY. Oleh Ar i s k a P raset ya n awati

K

eseriusan UNY terhadap keberlanjut­ an PKL ditegaskan dalam penandata­ ngan prasasti peresmian Taman Ku­li­ ner Karangmalang pada 21 Juli 2011 oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., dan Direktur Institusional Banking­ Bank Mandiri, Abdul Rachman, yang mewakili Bank Mandiri sebagai mitra kerjasama dengan UNY. Acara ini juga dihadiri oleh Bupati Sleman, Sri Purnomo, jajaran petinggi Bank Mandiri dan

UNY, serta warga Karangmalang dan para PKL sebagai calon penghuni los-los mungil berwarna orange tersebut. Prosesi ini semakin mematangkan keduduk­ an prasasti Taman Kuliner Karangmalang berwarna hitam itu, serta mematahkan rumor yang sudah lama berkembang bahwa UNY dianggap tidak peduli terhadap keberadaan para PKL, padahal para PKL sudah berperan besar memenuhi kebutuhan pangan mahasiswa-ma-

Pegawai keuangan sedang melakukan aktivitas kerja.

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

foto-foto:Riska dan Rhea/pewara dinamika

foto-foto:heri p/pwara dinamika

8


laporan utama

hasiswi UNY yang jumlahnya puluhan ribu, terutama saat makan siang dan makan malam. Rumor yang menyatakan bahwa UNY tidak akan segan-segan menyingkirkan para PKL demi ter­ cip­ta­nya kerapihan, kebersihan, dan kenya­man­ an di wilayah akademik sudah terbantahkan. Istilah yang lebih tepat adalah menggeser dan merelokasikan para pedagang ke satu titik pusat, yaitu Taman Kuliner Karangmalang, bukan menyingkirkan mereka dari UNY. “Penataan PKL di lingkungan kampus diperlukan untuk mendukung kegiatan perkantoran dan akademik yang nyaman, bersih dan sehat, sehingga dapat menjamin aktivitas sivitas akademika UNY serta kebutuhan kampung Karangmalang dan Mrican. Setelah Taman Kuliner Karangmalang ini berfungsi, diharapkan jalan di lingkungan kampus sudah bersih dari PKL kare­ na semua PKL di lingkungan kampus telah­difasilitasi di taman kuliner ini dan terbagi da­ lam­kelompok pedagang siang dan malam,” ung­kap­­Wakil Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa, M.Pd., dalam sambutan tertulisnya yang dibaca­ kan oleh Kepala BAUK, Sujariyah, M.Pd.

saluran air. Untuk menyiasati masalah tersebut beberapa pedagang menambahkan tempat duduk di pinggiran atau emperan warung. Namun, tidak perlunya bongkar pasang tenda kaki lima sangat memudahkan pedagang ber­ju­alan di taman kuliner. Mereka tak perlu mem­bawa tenda kemudian memasangnya di sore hari dan membongkarnya di malam hari saat dagangan mereka habis. Nugroho pemilik gerobak bakwan kawi berkali-kali menyampaikan terima kasih untuk UNY karena sudah diberi tempat mencari nafkah. Selain itu, sekarang dia tak harus repot keliling dan cari air ke sana-ke mari untuk mencuci peralatan makan. “­ UNY menyediakan kapling yang lengkap,” tambahnya. Selain ada tempat sejenis dapur untuk mencuci juga ada kamar mandi umum untuk kepentingan umum. Air mengalir dengan lancar di taman kuliner tersebut. Penataan pedagang serapi mungkin memang diharapkan untuk membuat nyaman pembeli. Langganan masing-masing penjual pun dengan mudah menemukan penjual yang hendak dihampirinya. Tempatnya yang strategis di pinggir jalan membuat mudah dijangkau

mahasiswa baru FBS sedang melancarkan aksi yel-yel.

(Masih) Ada Kekurangan, juga Ada Kelebihan Tempat yang disediakan sekarang memang­ cukup sempit jika dibanding luas kaki lima yang lalu. Tapi hal ini tidaklah menjadi masalah pa­sal­ nya di tempat yang tertata rapi para peda­gang punya segudang harapan ke depannya. Jumadi sebagai ketua paguyuban pedagang­ta­man kuliner mengatakan bahwa ada pemun­dur­an 1 meter ke belakang dari rencana pemba­ngunan. Hal ini dilakukan karena pihak pemborong tidak mau mengambil resiko besar membangun sebuah bangunan diatas saluran air. Sempit tidak masalah daripada membuat masalah di masa yang akan datang karena membangun di atas

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

9


laporan utama Ma­kan­an yang dijual pun beragam. Ada nasi de­ ngan lauk pauk telur dadar, tempe, tahu, ayam,­ dan bebek, yang semuanya bisa disiapkan­da­ lam sajian goreng atau bakar. Pedagang dan Pembeli Terwadahi Tidak akan ada yang akan menyangkal kalau UNY bukannya tak mempunyai tujuan memindahkan warung-warung kaki lima dari de­ makan adalah salah satu kebutuhan pokok mapan­FE ke pinggir jalan kampung karangma- nusia untuk bertahan hidup. Wajarnya kita­akan lang. Hal ini bertujuan agar kampus tampak­ makan 3 kali dalam sehari. Kalaupun un­tuk­ in­dah dalam hal tata letaknya. Tarif tiap ta­hun­ menghemat bolehlah makan 2 kali dalam seyang ditetapkan bersama dirasa tidak mem­be­ hari seperti yang dilakukan kebanyakan maharat­kan beberapa pemilik kapling. Meskipun­ada siswa indekost. Begitu pula yang terjadi de­ngan juga yang merasakan keberatan karena dengan­ mahasiswa UNY, jarang dari mereka memasak adanya penetapan tarif tiap tahun­maka dia makanannya sendiri. Kalaupun memasak, kebanyakan dari mereka hanya akan memasak naharus menaikkan harga jual dagangannya. Bagi beberapa penjual, berbagi cerita jumlah si dan lauknya beli di warung-warung. Rina Yunita, mahasiswa UNY jurusan penpenghasilan mereka adalah hal yang tabu. Tak jarang dari mereka menyembunyikan nominal didikan Fisika mengatakan tempat yang sekapendapatan yang mereka peroleh setiap hari­ rang meskipun kalau siang hari panas menye­ nya. Hal ini sebatas karena pedagang yang ma­ ngat tapi makan di sini lumayan nyaman. Rina suk ke wilayah menengah kecil ini rawan dije­ yang ditemui sedang membeli es degan di wa­ rat­kewajiban pajak yang tentu akan melilit rung Mr. D’ Gun juga sempat mengeluhkan tenme­reka. Meski begitu ada pula yang blak-blakan tang parkir, penataan perkirnya masih semra­ ber­cerita jumlah penghasilan yang didapatnya. wut bahkan untuk penjaga parkirnya belum Nur misalnya, pemilik Warung Nur’s yang begitu terkoordinasi, kadang bayar kadang juga­ me­nempati kapling paling selatan taman kuli­ tidak. Kalau sekadar beli makan atau minum ner­UNY ini tiap harinya merambah keuntung­ dibawa pulang ke kost nyaman-nyaman saja,­ an kotor Rp 500.000,00 sampai Rp 800.000,00. tapi menurut Yunita taman kuliner terlalu sempejalan kaki. Harganya pun terjangkau untuk kalangan mahasiswa.

10

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1


laporan utama pit jika harus menampung konsumen yang hen­dak jajan. Kepindahan ke taman kuliner me­mang ide yang cukup bagus, tata letak peda­ gang kaki lima lebih teratur. Hunian Baru Harus Dipelihara! Itulah pesan yang disampaikan Sudarman selaku Kepala Dukuh Karangmalang yang dipercaya UNY untuk mengoordinir pengelolaan Taman Kuliner Karangmalang. Prinsipnya yang selalu mengedepankan kesejahteraan lingku­ ngan, membuatnya mendukung penuh pendirian Taman Kuliner Karangmalang karena para PKL tidak akan digusur, melainkan lebih tertata dan terfasilitasi. UNY sudah mempersilakan kampung Karang­ malang untuk mengelola Taman Kuliner­Karangmalang supaya bisa mewadahi kepentingan­para pedagang. Dari hasil pengamatan­Sudarman dan masukan-masukan para pedagang, ada beberapa hal yang sekiranya­bisa menjadi penunjang kenyamanan tempat berdagang tersebut. Sebut saja perlu adanya penambahan kanopi secara seragam untuk mengantisipasi panas dan hujan yang tentu akan mengganggu penju­al dan pembeli.­Jika para pedagang sendiri yang dibiarkan membuat, tentu Taman Kuliner Ka-

rangmalang ini akan terlihat kumuh dan berantakan. Usul pengadaan kanopi ini sudah disampaikan ke UNY. Kemudian, untuk los paling selatan yang pa­ ling luas dibanding los lainnya sudah diusulkan­ untuk dibuatkan mushola, sehingga kebutuhan­ ibadah para pedagang terpenuhi. Usul ini pun sudah disetujui pihak UNY, sehingga dalam wak­tu dekat kanopi dan mushola akan segera di­se­dia­kan. Usulan terakhir adalah pengadaan surat perjanjian kontrak dilakukan setiap ta­ hun,­bukan sepanjang masa. Jadi, kalau ada per­gan­ti­an pedagang, otomatis harus ganti su­rat­pernyataan, sehingga mudah dalam hal pe­man­tauan. Sudarman terus berpesan supaya kebersihan lingkungan, kerapihan,dan keindahan harus te­rus dijaga. “Jangan lagi ada pedagang yang meng­ubah bentuk fisik bangunan tanpa izin dengan menyingkirkan keran cuci tangan pembeli dengan alasan losnya sempit. Saya harap para pedagang jangan selalu mengejar keuntungan saja, melainkan harus juga memperhatikan kesejahteraan lingkungan. Kalau warung kita bersih, enak, dan kesehatannya terjamin, pasti pelanggan mahasiswa akan sering da­ tang,”­tutur Sudarman kepada Pewara. 

Rektor UNY (kanan) menyaksikan Wakil Rektor III berjebat tangan dengan mahasiswa baru UNY.

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

11


laporan utama

Di Taman Kuliner Kita Punya Harapan Beberapa penghuni kapling baru taman kuliner berbagi cerita tentang penghasilan yang mereka dapat. Namun tidak semua berani menceritakannya. Oleh R hea Yust i t i e

B

UNY bukannya tak mempunyai tujuan memindahkan warung-warung kaki lima dari de­ pan FE ke pinggir jalan kampung karangmalang. Hal ini bertujuan agar kampus tampak indah dalam hal tata letaknya. Tarif tiap tahun yang ditetapkan bersama dirasa tidak memberatkan bagi beberapa pemilik kapling. Meski­ pun ada juga yang merasakan keberatan karena dengan adanya penetapan tarif tiap tahun maka dia harus menaikkan harga dagangannya.

agi beberapa penjual, berbagi cerita jumlah penghasilan mereka adalah hal yang tabu. Tak jarang dari mereka­ menyembunyikan nominal pendapat­ an yang mereka peroleh setiap harinya. Meski­ begitu ada pula yang blak-blakan bercerita jumlah penghasilan yang didapatnya. Nur misalnya, pemilik Warung Nur’s yang menempati kapling paling selatan taman­kuli­ ner­UNY ini tiap harinya merambah keuntung­an­ kotor Rp. 500.000 sampai Rp. 800.000.­Ma­kan­ an yang dijual pun beragam. Ada nasi de­ngan lauk pauk telur dadar, tempe,­tahu,­ayam,­dan bebek, yang semuanya bisa disiapkan­dalam sajian goreng atau bakar. Ragam­harganya pun berkisar dari Rp. 4000 sampai­Rp. 7500 per por­ si­nya. Warung Nur’s memang mendapat tempat yang strategis. Posisinya yang paling pinggir membuat warung ini diproyeksi bertahan lama. Kepindahannya dari warung tenda kaki lima depan FE tidak membuat langganan sehari-harinya sulit menemukaannya. Ditambah de­­ngan penyebaran informasi melalui jeja­ring sosial, Facebook membuat warung Nur’s mudah ditemukan.

foto-foto:Riska dan Rhea/pwara dinamika

12

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

Kanopi belum terpasang Salah satu pedagang yang menjajakan es degan misalnya, Sadi yang dikenal mahasiswa UNY sebagai Mr. Degan harus menaikkan es degannya per gelas menjadi Rp. 2000, 00 pada­ hal sebelumnya Rp. 1500, 00. Ini dilakukan Sadi karena tuntutan membayar kapling tiap tahunnya. Sadi memang merasa senang dengan adanya pemindahan lokasi ini di samping merapikan, tempat sekarang dirasa lebih bersih mes­ki­pun dia harus membayar lebih mahal. Sa­di menem­pati kapling bagian tengah yang men­ja­ja­kan dagangannya pada siang hari. Bisa­ di­pas­ti­kan Sadi akan merasakan panas yang be­gi­tu terik kalau siang menjelang. Sadi juga me­na­gih janji pemborong bangunan taman kuliner­yang menjanjikan pemasangan kanopi bagian­atap yang berfungsi melindungi dari panas atau hujan. Halangan Sadi hanya datang saat musim hujan, musim kemarau Sadi gunakan baik-baik untuk meraup keuntungan. Tiap-tiap gelas es degan dia jual Rp. 2000,00 dan hampir 40 buah kelapa muda dapat dijualnya hampir setiap hari. Sadi pun menata keuangannnya dengan rapi untuk membayar Rp. 2500,00 per harinya untuk iuran kampung dan mengumpulkan uang tiap hari untuk membayar uang sewa kapling. Keuntungan kotor yang diperolehnya rata-rata Rp. 100.000 tiap harinya. Kalau musim hujan tiba, 40 buah kelapa muda tidak akan habis, rencananya Sadi menambah dagangannya de­


laporan utama

ngan bakso atau mie ayam sehingga lebih bervariasi nantinya. Terima kasih pada UNY Agak sama dengan Sadi, Nugroho pedagang­ Bakwan Kawi mengeluhkan tentang kanopi yang belum terpasang. Selebihnya Nugroho me­ nyampaikan terima kasihnya kepada universitas juga bank Mandiri yang sudah peduli pada pedagang semacam mereka sehingga mereka­ mendapat tempat yang layak untuk berdagang.­ Jumlah harga sewa yang harus dibayarkan­pertahunnya tidak dirasa memberatkan bagi Nugroho. Menurutnya ini setimpal dengan­fasili­ tas yang dia dan pedagang lain da­­pat­kan. Setiap harinya Nugroho menyiapkan 500 bu­ tir bakso juga bakwan dan ini semua hampir setiap harinya terjual. Ditanya mengenai nomi­ nal keuntungan tiap harinya, Nugroho penjual bakwan kawi asal Wonosari ini tak mau meng­ aku. Kapling bakwan kawinya di sebelah utara,­ per porsinya dia jual Rp. 4000,00 atau bisa juga tergantung pembelinya. Jika pembeli minta tiap porsi Rp. 2000,00 Nugroho pun dengan senang hati melayani. Kapling bakwan kawi berjualan tiap hari dari pukul 09.00 sampai dengan 18.00 WIB. Hambatan Nugroho berjualan hanya satu yaitu masa liburan mahasiswa. Dia mengaku bahwa mahasiswa adalah sumber penghasilan terbesarnya, jika masa liburan tiba maka Nugro­ho harus siap merugi. Kalaupun tak mau merugi, Nugroho akan meneruskan berju­ alan Bakwan Kawi keliling kampung untuk menutup pengeluarannya.

masakannya tiap porsi Rp. 1000,00. Dulu Ju­ ma­­di menjual per porsi sate Kambingnya Rp. 11.000,00 sekarang untuk menutup biaya pe­ nge­luaran tiap porsi dijualnya Rp.12.000,00. Seharinya, Jumadi menyiapkan 1 ekor kambing­ dan 3 kepala kambing. Tidak ada rencana kenaikan harga lagi selagi harga kambing per ekor­ nya tidak naik. Peminat masakan Jumadi bisa dibilang sangat tinggi. Meskipun saat ini masih dalam adaptasi langganannya sewaktu berjualan di depan FE dulu ke kompleks kapling Taman Kuliner. Warung sate kambing ini berjual­ an dari jam 17.00 sampai 22.00 WIB. Ditanya alasan kenapa tidak mau bicara pen­ dapatannya, Jumadi menjawab bahwa dulu­sewaktu berjualan sate di jalan Solo tahun­19821996 dia terus diburu petugas Dinas­Penda­patan Daerah (Dipenda) untuk dimintai­biaya pajak kon­ sumen. Memang membayar pajak­konsumen adalah kewajiban bagi pedagang­untuk­ dibayarkan pada negara lewat Dipenda. Namun Jumadi mengaku kalau dia keberatan untuk membayarkan pajak, pengeluaran sudah cukup banyak jika harus ditambah membayar pajak akan sangat memberatkan untuk pedagang kecil semacamnya,” ungkap Jumadi. Maka selama ini Jumadi tak pernah mau ditanya berapa jumlah pasti penghasilan yang dia peroleh setiap harinya. Untuk ini Jumadi yang juga ketua paguyuban pedagang Taman Kuliner berterima kasih kepada UNY karena telah menyediakan tempat untuk berjualan yang kerapian dan kebersihannya terjaga. Harapan seluruh pedagang adalah keuntungan yang akan didapat di tempat yang baru akan lebih banyak­ dari sebelumnya. 

Hati-hati mengakui jumlah pendapatan Jumadi, pemilik satu-satunya kapling sate dan tongseng kambing di Taman Kuliner tidak mau mengatakan jumlah nominal keuntungan­ nya tiap hari. Sama dengan Sadi penjual es de­gan, Jumadi juga harus menaikkan­harga­

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

13


laporan utama

Menata, Bukan Menyingkirkan! Taman Kuliner Karangmalang telah diresmikan. Hal ini pun meruntuhkan stigma bahwa UNY tidak peduli akan kesejahteraan para PKL. Oleh Ar i s k a P raset ya n awati

B

14

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

ke satu titik pusat, yaitu Taman Kuliner Karang­ malang, bukan menyingkirkan mereka­dari UNY. Berdasarkan penelusuran Pewara, isu-isu penyingkiran para PKL dari kawasan akademik­ UNY sudah berkembang sejak FIS (kemudian­ men­­jadi FISE) membangun gedung dekanat ba­ ru,­sekitar tahun 2005. Kemudian disusul­ta­ hun-­­tahun berikutnya pembangunan gedung-­ gedung baru seperti Lemlit dan LPM UNY yang semakin menyemarakkan bangunan bertingkat di UNY yang pada akhirnya menuntut kera­ pihan tata kelola ruang supaya memberi imbas­ pada kebersihan dan kenyamanan. Para PKL pun mulai diajak dialog supaya keberadaan me­ re­ka ikut tertata juga. Sebagai pemantiknya,­ se­le­sai dibangunnya Fakultas Ekonomi yang su­dah diresmikan pada 30 Juli 2011 menjadi ta­hap­an akhir bagi kesemrawutan para PKL. Mereka pun berbondong-bondong pindah dan menempati “rumah baru” tersebut. “Penataan PKL di lingkungan kampus diperlukan untuk mendukung kegiatan perkantoran dan akademik yang nyaman, bersih dan sehat, sehingga dapat menjamin aktivitas sivitas akademika UNY serta kebutuhan kampung Karangmalang dan Mrican. Setelah Taman Kuliner Karangmalang ini berfungsi, diharapkan jalan di lingkungan kampus sudah bersih dari PKL karena semua PKL di lingkungan kampus telah di­ fasilitasi di taman kuliner ini dan terbagi da­ lam kelompok pedagang siang dan malam,” ungkap Wakil Rektor II UNY, Sutrisna Wibawa,

foto-foto:heri p/pewara dinamika

erbeda jauh dengan karakteristik bangunan ala UNY yang cenderung menjulang ke atas alias gedung bertingkat,­ kali ini UNY membangun juga los-los mungil yang berjejer rapi di kawasan Karangmalang. Los sebanyak 16 unit tersebut tampak selalu dikerubuti mahasiswa-mahasiswi UNY, baik siang maupun malam. Itulah Taman Kuli­ ner Karangmalang, wadah berjualan bagi para pedagang kaki lima (PKL) yang biasa tersebar di pinggir-pinggir jalan sepanjang Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial, maupun LPPM dan LPPMP UNY, yang kini direlokasikan ke satu wadah untuk menciptakan kerapihan, kebersihan, dan kenyamanan. *** Keseriusan UNY terhadap keberlanjutan PKL ditegaskan dalam penandatangan prasasti peresmian Taman Kuliner Karangmalang pada 21 Juli 2011 oleh Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., dan Direktur Institusional Banking Bank Mandiri, Abdul Rachman, yang mewakili Bank Mandiri sebagai mitra kerjasama dengan UNY. Acara ini juga dihadiri oleh Bupati Sleman, Sri Purnomo, jajaran petinggi Bank Mandiri dan UNY, serta warga Karangmalang dan para PKL sebagai calon penghuni loslos mungil berwarna orange tersebut. Prosesi ini semakin mematangkan keduduk­ an prasasti Taman Kuliner Karangmalang berwarna hitam itu, serta mematahkan rumor yang sudah lama berkembang bahwa UNY di­ang­­gap tidak peduli terhadap keberadaan para­PKL, padahal para PKL sudah berperan besar memenuhi kebutuhan pangan mahasis­ wa-­mahasiswi UNY yang jumlahnya puluhan ribu, terutama saat makan siang dan makan malam. Rumor yang menyatakan bahwa UNY tidak akan segan-segan menyingkirkan para PKL demi terciptanya kerapihan, kebersihan,­ dan kenyamanan di wilayah akademik sudah terbantahkan. Istilah yang lebih tepat adalah­ menggeser dan merelokasikan para pedagang­


laporan utama

M.Pd., dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kepala BAUK, Sujariyah, M.Pd. Dilaporkan pula, Taman Kuliner Karangma­lang akan ditempati para PKL yang selama ini me­ nempati bahu jalan antara Mrican dan Karangmalang, yang terdiri PKL makanan dan minum­ an, koran, kebutuhan sehari-hari, dan BBM. Pa­ra PKL terbagi dalam kelompok berdagang pa­da siang hari dan malam hari, sedangkan­la­ han­utama kios menggunakan lahan UNY dan halaman kios menggunakan trotoar jalan. Sementara itu, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., Rektor UNY, mengatakan dalam sam­but­an­nya bahwa Taman Kuliner Karangmalang itu sebagai wujud dharma bakti UNY kepada masyarakat Karangmalang untuk mendapatkan rasa nyaman. Para PKL, diharapkan untuk ikut menjaga bersama-sama agar taman kuliner­ itu bersih, nyaman dan menyenangkan. “De­ ngan tempat jualan yang bersih dan nyaman, ma­ka para dosen, karyawan, mahasiswa, dan masyarakat sekitar tidak akan ragu-ragu untuk membeli makanan yang dijual karena sudah tersedia air bersih yang mengalir,” sebut Rochmat Wahab yang diiringi anggukan para tamu undangan. Taman Kuliner Karangmalang sudah menjadi rujukan bagi banyak warga UNY maupun warga Karangmalang. Dengan los-los berjumlah 16 unit yang dilengkapi dengan dapur, wastafel, toilet, tower air, dan resapan air, pemba­ ngunan Taman Kuliner Karangmalang ini telah menghabiskan dana sebesar Rp. 396.140.000,00 yang bersumber pada DIPA UNY sebesar Rp. 96.140.000,00 dan bantuan tanggung jawab so­­ sial perusahaan (CSR) Bank Mandiri sebesar Rp. 300.000.000,00.

sudah berlangsung sejak 2006, sehingga UNY telah detail memahami kredibilitas Bank Mandiri, sebagai instansi di bidang jasa keuangan, yang berusaha mewujudkan layanan prima da­ lam mendukung dunia pendidikan nasional. Bantuan tersebut sebagai salah bentuk implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Mandiri di tahun 2011 yang di­lak­sa­na­kan melalui tiga pilar utama, yakni pembentukan komunitas mandiri, pencapaian kemandirian dan kewirausahaan, dan penyedi­a­an fasilitas ramah lingkungan. “Bantuan sebesar Rp. 300 jutaan tersebut diharapkan dapat me­ningkatkan kenyamanan kegiatan pendidikan di kampus UNY. Dengan penataan PKL ini ha­rap­annya dapat menciptakan lingkungan kampus yang nyaman dan bersih, sehingga mampu mendukung suasana belajar mahasiswa. Diharapkan dengan suasana dan lingkungan belajar yang lebih nyaman ini mahasiswa dapat meningkatkan prestasinya,” ujar Abdul Rachman, Direktur Institutional Banking Bank Mandiri, dalam sambutannya di peresmian Taman Kuliner Karangmalang. Taman Kuliner Karangmalang yang berada di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, ini pun menjadi perhatian Bupati Sleman, Sri Purnomo. Sri Purnomo mengatakan bahwa pembangunan dan pengoperasian Taman Kuliner Karangmalang ini merupakan bentuk nyata kepedulian pemangku kepentingan terhadap PKL. Penataan PKL ini menghilangkan stigma yang berkembang selama ini bahwa PKL sulit untuk ditata. “Ini menjadi contoh bagi pemangku kepenting­ an lain dalam berpartisipasi dan memfasilitasi masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan kenyamanan sarana umum,” katanya. Diolah dari berbagai sumber.

Menggandeng Mitra Kerja Dalam mewujudkan zona penataan para PKL di kawasan UNY ini, UNY menggandeng Bank Mandiri sebagai mitra kerja sama. Rekanan­ yang sering dijajaki UNY dengan Bank Mandiri­

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

15


laporan utama

Tak Cukup Hanya dengan Rapi Berada jauh dari rumah membuat mahasiswa khususnya mahasiswa UNY mencari makan sendiri. Ternyata adanya relokasi warung tenda yang ada di UNY cukup memudahkan mereka. Oleh R hea Yust i t i e

T

yang sudah ditetapkan bersama antara seluruh pedagang, perwakilan Karangmalang juga­ pihak UNY dan bank Mandiri. Sesuai de­ngan kesepakatan pula bahwa pihak kampung Karangmalang berhak menarik iuran kampung se­ be­ sar Rp. 2500,00 untuk pedagang siang ha­­ri dan Rp. 5000,00 untuk yang malam hari.­ Ada­nya iuran kampung ini disebabkan oleh peng­gu­na­an setengah jalan dari hak warga kam­pung membuat kampung merasa berhak me­na­rik iuran. Ada pengaturan jadwal berdagang di taman Kuliner. Pedagang pagi berjualan dari pukul 08.00-17.00 bahkan ada juga yang baru selesai pukul 18.00 WIB. Setelahnya adalah milik pedagang malam di masing-masing kapling. Banyak pembeli merasakan senang dengan pindahnya pedagang kaki lima ke tempatnya yang sekarang. Hampir semuanya berujar tempat yang sekarang lebih rapi dan bersih.

idak akan ada yang akan menyangkal kalau makan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia untuk bertahan­hidup. Wajarnya kita akan makan 3 ka­li dalam sehari. Kalaupun untuk menghemat­bo­leh­lah makan 2 kali dalam sehari seperti­yang dilakukan kebanyakan mahasis­ wa inde­kost.­Begitu pula yang terjadi dengan maha­sis­wa UNY, jarang dari mereka memasak makanannya sendiri. Kalaupun memasak, kebanyakan dari mereka hanya akan memasak nasi dan lauknya beli di warung-warung. Banyak warung yang memang menjajakan makanan di sekitaran UNY. Beberapa bulan lalu warung kaki lima yang menjual makanan berat­ terpusat di depan FE UNY sekarang warungwarung tersebut telah dipindahkan di pinggir jalan batas antara kampung Karangmalang dan UNY. Warung ini berjejer dari selatan ke utara, Taman Kuliner sebutannya untuk kompleks baru warung kaki lima tersebut. Ada total 16 kapling dagang yang tersedia. Masing-masing kapling dihuni 2 gerobak dagang. Tiap-tiap gerobaknya dikenai biaya sewa­

foto-foto:Riska dan rhea/pwara dinamika

16

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

Bersih dan rapi Rina Yunita, mahasiswa UNY jurusan pendi­ dikan Fisika mengatakan tempat yang sekarang meskipun kalau siang hari panas menyengat tapi makan di sini lumayan nyaman. Rina yang ditemui sedang membeli es degan di warung Mr. D’ Gun juga sempat mengeluhkan tentang parkir, penataan perkirnya masih semrawut bahkan untuk penjaga parkirnya belum begitu terkoordinasi, kadang bayar kadang juga ti­dak. Kalau sekadar beli makan atau minum dibawa pulang ke kost nyaman-nyaman saja, tapi menurut Yunita taman kuliner terlalu sempit jika harus menampung konsumen yang hendak jajan. Kepindahan ke taman kuliner memang ide yang cukup bagus, tata letak pedagang kaki lima lebih teratur tapi sayangnya tempat makan untuk konsumen agak sempit. Hal ini pun diakui oleh Jumadi, pemilik warung Sate Kambing


laporan utama

Jumadi sekaligus ketua paguyuban pedagang taman kuliner. Jumadi mengatakan bahwa ada pemunduran 1 meter kebelakang dari rencana pembangunan. Hal ini dilakukan karena pihak pemborong tidak mau mengambil resiko besar membangun sebuah bangunan di atas saluran air. Jumadi menambahkan sedikit sempit tidak masalah daripada membuat masalah di masa yang akan datang karena membangun di atas saluran air. Untuk menyiasati masalah tersebut beberapa pedagang menambahkan tempat­ duduk di pinggiran atau emperan warung. Harga naik bukan masalah Beberapa pembeli pun tidak mengeluhkan adanya kenaikan harga yang dilakukan warungwarung langganannya. Aya, warga Karangmalang yang masih duduk di bangku SD sering beli es degan milik Mr. D’ Gun. Aya pelanggan setia sejak Mr. D’ Gun ada di depan FE. Rachel saudara Aya pun juga mengaku sebagai pelanggan setia es degan, tidak masalah bagi mereka kenaikan harga Rp. 500. Yang penting bagi mereka es degan milik Mr. D’Gun enak, tidak menimbulkan penyakit dan tentu saja bersih. Menempati tempat baru pun mengharuskan Jumadi menaikkan harga sate dagangan­ nya. Jika sebelum pindah dia menjual sate dan Tonseng seharga Rp. 11.000,00 maka sekarang Rp.12.000,00. Jumadi mengeluhkan pelanggan­ nnya belum 100% tahu lokasi kepindahannya. Dia berharap ada yang menyebarkan lokasi ke­ pindahan warungnya di dunia maya, sehingga langganannya kembali 100%. Namun lagi-lagi kenaikan harga tidak menjadi masalah yang berarti, banyak dari mereka membandingkan de­ ngan harga Foodcourt Kopma UNY yang dirasa lebih mahal dan makanan tidak begitu enak.

Agak jauh dari kampus Dian, mahasiswa Ekonomi UNY adalah salah satu mahasiswa yang menyayangkan kepindah­ an warung-warung tersebut. Bagi Dian kepindahan warung ke taman kuliner mengharuskannya berjalan cukup jauh dari kampusnya. Na­mun untuk kenyamanan makan, Dian lebih­ memilih di taman kuliner. Ada air mengalir untuk cuci tangan dan tempat duduk makan membuat nyaman dan betah. Saat itu Dian tidak datang sendirian, Dian datang bersama ketiga temannya untuk menikmati bakwan kawi. Nina, Elin dan Ratna. Diantara mereka hanya Ratna yang berasal dari jurusan berbeda, Pendidikan Kimia tentu saja kampus yang sama, UNY. Hampir semua­nya mengeluhkan bangunan kapling yang mepet sempit sehingga kalau banyak pembeli pasti akan berdesakan. Mereka berharap ada perluasan yang dirasa tidak mungkin. Selain itu mereka mengeluhkan parkir yang masih semrawut. Lebih-lebih dari mereka berharap kapling yang ada di Taman Kuliner akan penuh dan makanan yang dijual akan bervariasi lagi. 

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

17


laporan utama

Tempat Nyaman, Pembeli Pun Nyaman Relokasi warung-warung tenda yang beberapa bulan lalu ada di depan Fakultas Ekonomi (FE) UNY mendapat kesan baik dari para pembeli. Oleh R hea Yust i t i e

foto-foto:RISKA DAN RHEA/pwara dinamika

T

aman Kuliner baru diresmikan Juli yang lalu tepat di dusun Karangmalang RT. 06/ RW. 02. Ada 16 kapling yang disediakan oleh UNY. Tiap kaplingnya dihuni 2 gerobak kaki lima dan total penjual ada 32 gerobak. Tempat baru yang disediakan UNY bekerjasama dengan Bank Mandiri ini cukup bersih. Masing-masing pedagang menjaga kebersihannya juga kerapian tempat­ nya masing-masing. Kekurangan Tempat yang disediakan sekarang memang­ cukup sempit jika dibanding luas kaki lima­ yang lalu. Tapi hal ini tidaklah menjadi masalah pasalnya di tempat yang tertata rapi para peda­ gang punya segudang harapan kedepannya. Jumadi sebagai ketua paguyuban pedagang­taman kuliner mengatakan bahwa ada pemun­duran 1 meter kebelakang dari rencana pembangun­ an. Hal ini dilakukan karena pihak pemborong tidak mau mengambil resiko besar­membangun sebuah bangunan di atas saluran air. Sempit tidak masalah daripada membuat mas­a­lah di masa yang akan datang karena mem­ba­ngun di atas saluran air. Untuk menyia­ sati masalah tersebut beberapa pedagang menambahkan tempat duduk di pinggiran atau emperan warung. Namun sayangnya kanopi yang fungsinya sebagai atap belum terpasang. Pemborong menjanjikan adanya kanopi yang berfungsi sebagai pelindung panas atau hujan. Nur pemilik warung makan Nur’s juga mengeluhkan bahwa jika malam tiba dan semua lampu dinyalakan maka aliran listrik akan padam tiba-tiba. Kemungkinan daya listrik kurang kuat untuk menampung kebutuhan listrik seluruh kapling. Selain itu para pedagang juga pembeli­me­ nge­luhkan adanya ketidakrapian sistem parkir, pembeli rela membayar parkir asal motor mereka aman dan tertata. Masalah sampah ma­ sing-masing pedagang mengelola sampahnya­

18

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

sen­diri dengan dibawa pulang ke rumah ma­ sing-­masing atau dibuang ke tempat pembu­ ang­an akhir terdekat. Kelebihan Tidak perlunya bongkar pasang tenda kaki lima sangat memudahkan pedagang berjualan di taman kuliner. Mereka tak perlu membawa tenda kemudian memasangnya di sore hari dan membongkarnya di malam hari saat dagangan mereka habis. Nugroho pemilik gerobak bakwan kawi berkali-kali menyampaikan terima­ kasih untuk UNY karena sudah diberi tempat mencari nafkah. Selain itu sekarang dia tak ha­ rus repot keliling dan cari air ke sana-ke mari untuk mencuci peralatan makan. UNY menyedi­ akan kapling yang lengkap,” tambahnya. Selain ada tempat sejenis dapur untuk mencuci juga­ ada kamar mandi untuk kepentingan umum. Tidak seperti listrik, air mengalir dengan lancar di taman kuliner tersebut. Penataan peda­ gang serapi mungkin memang diharapkan un­tuk membuat nyaman pembeli. Langganan ma­sing-masing penjual pun dengan mudah me­ nemukan penjual yang hendak dihampirinya. Tempatnya yang strategis di pinggir jalan membuat mudah dijangkau pejalan kaki. Harganya­ pun terjangkau untuk kalangan mahasiswa, mi­ numan bisa dijual dari harga Rp. 1000,00 – Rp. 2000,00, makanan pun juga bervariasi ada yang makanan angkringan yang biasa disebut sego kucing Rp. 1000,00 sampai tonseng kambing­ Rp. 12.000,00.


laporan utama yang mendapat­bagian paling selatan­dirasa paling ber­un­tung. Adanya lahan kosong bersemen di ­sam­ping kaplingnya membuat­warung ini mam­pu menampung pembeli lebih­banyak. Un­tuk menghindari tindak saling iri, rencana­ nya samping lokasi warung Nur’s akan dibuat taman atau Mushola. Hal ini masih menjadi perbincangan seluruh pihak terkait sampai majalah Pewara Dinamika ini ditulis.­

Dalam proses relokasi warung-warung inipun tidak menuai masalah. Pihak UNY sudah membicarakan jauh 6 bulan sebelum kepindahan di taman kuliner. Mereka mengadakan musyawarah bersama Pak Darman, Dukuh Karangmalang juga pihak UNY dan seluruh peda­ gang. Sampai pada perbincangan harga sewa kapling tiap tahunnya yang dilaksanakan de­ ngan musyawarah agar tidak ada pihak yang dirugikan. Wajib bayar sewa dan pajak Sewa pertahun tiap-tiap pedagang masih dalam tahap musyawarah akhir. Sampai perbincangan akhir, Jumadi mengatakan harga sewa­ tiap tahun kurang lebih Rp. 1. 250.000,00 tiap ge­­robak dagang. Kampung Karangmalang sen­ diri menetapkan pajak iuran untuk masing-ma­ sing gerobak. Ada perbedaan membayar an­tara pe­dagang malam dan siang. Jika pedagang siang membayar Rp. 2500,00 dengan rincian Rp. 2000,00 masuk kas kampung, Rp. 500,00 untuk biaya air. Sedangkan untuk pedagang malam membayar iuran Rp. 4000,00 dengan rincian Rp. 2000,00 iuran kas kampung dan Rp. 2000,00 lagi untuk air dan listrik. Pak Joko yang mengurus penarikan kas kampung juga uang listrik setiap harinya. Joko adalah warga Karangmalang yang sehari-hari juga ikut membantu usaha salah satu warung makan di taman kuliner. Semua pedagang tidak ada yang mengeluhkan pembayaran ini. Semua ini sudah dimusya­ warahkan oleh tiap-tiap pedagang, perangkat kampung dan UNY sendiri. Dalam pembagian­ lokasi kapling pun diharapkan tidak ada ke­ iri­an antar masing-masing pedagang. Sistem penem­­patan di taman kuliner sendiri dilakukan de­ngan sistem undian. Jadi siapa beruntung maka­akan menempati tempat­strategis.­ Jumadi­menambahkan bahwa warung Nur’s

Harapan Adanya penerimaan mahasiswa baru pun juga ikut berdampak pada penjualan warung di taman kuliner. Di tempat yang baru dan wajah­ baru pembeli membuat para pedagang berha­ rap setiap dagangannya akan laris terjual. Tidak ada keluhan pembeli sepi di taman kuliner. Se­jauh mata memandang, setiap menjelang maghrib sampai pukul 22.00 taman kuliner dipenuhi pembeli. Jumadi yang juga berprofe­ si sebagai pedagang sate kambing mengatakan kalau malam minggu hampir seluruh peda­ gang akan berspekulasi, jika ramai maka akan ramai sekali dan kalau sepi juga sepi sekali. Selebihnya harapan seluruh pedagang yang tergabung di Taman Kuliner adalah rezeki yang akan mereka terima akan lebih lancar dari sebelumnya. Tempat yang sudah ada akan mereka jaga baik-baik kebersihan juga kerapiannya sehingga pembeli tidak kabur. Administrasi pembayaran yang mudah pun juga menjadi harap­ an mereka. Perjanjian yang sudah disepakati antara pemborong dan pedagang yaitu pemasangan kanopi dan meja tempel juga sebaik­ nya segera diwujudkan. Terima kasih sekali lagi mereka ucapkan lewat tulisan ini. 

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

19


laporan utama Sudarman

Kesejahteraan Lingkungan Milik Bersama TTL: Sleman, 05 Desember 1963 • Jabatan: Dukuh Karangmalang sejak 2009.

20

Menjadi penengah komunikasi dan koordinasi antara UNY dengan para pedagang PKL saat ini sedang dilakoni Sudarman selaku Dukuh Karangmalang. Pria yang hampir 2 tahun menja­ bat sebagai dukuh ini sejak awal menyatakan ke­tidaksepakatannya atas rencana yang pernah berhembus bahwa PKL akan digusur karena dianggap mengganggu kerapihan dan kebersihan kawasan akademik UNY. Namun, kini Sudar­man justru balik mendukung penataan dan relokasi PKL yang ditawarkan UNY. Prinsipnya adalah kesejahteraan lingkungan.­ Para pedagang yang menurutnya masuk ke skala menengah kecil harus diperhatikan keberlangsungan usahanya yang berdampak pada kesejahteraan hidup. Hal ini tentu akan berbanding­ lurus dengan kesejahteraan masyarakat Karangmalang dan sekitar yang sebagian besar ber­ sta­ tus mahasiswa UNY. Bagaimanapun, keber­adaan PKL menjadi rujukan terdekat dan mu­ rah bagi kebutuhan pangan mahasiswa UNY. Itulah garis besar perihal keberadaan PKL dan Taman Kuliner Karangmalang yang disampaikan Sudarman, Dukuh Karangmalang. Berikut petikan wawancara dengan reporter Pewara Dinamika Ariska Prasetyanawati. Bagaimana tanggapan Anda dengan berdirinya Taman Kuliner Karangmalang? Saya paham bahwa pembangunan-pemba­ ngunan yang sedang giat dilakukan UNY tentu akan berdampak pada tata kelola kampus yang tertib dan rapi. Namun, kasihan para pedagang kalau harus tergusur. Mahasiswa pun akan kesulitan membeli makan dan minum, sehingga­ proses belajar mereka pasti terganggu. Dengan­ adanya penataan dan relokasi semacam ini ten­ tu saya menyambut baik dan mendukung se­ pe­nuhnya. Ini merupakan konsep yang sangat baik dibanding kita harus menggusur para PKL yang berarti kita turut menggerus roda pereko­ nomian mereka dan kemungkinan akan menambah jumlah pengangguran lagi. Selain itu, kedekatan UNY dengan kampung Karangmalang saya rasa semakin akrab saja. Ko­ordinasi saya sebagai dukuh, dengan pihak

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

UNY berjalan lancar. Saya pernah berkoordinasi langsung dengan Pak Tris (Sutrisna Wibawa, M.Pd., Wakil Rektor II), bahkan saya juga dipertemukan dengan Pak Rektor (Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA.), sehingga kami bisa membahas tentang rencana relokasi para PKL ke Taman Kuliner Karangmalang dengan luwes dan mendetail. Pokoknya, perhatian UNY sangat baik. Dari kedekatan yang semakin terjalin kuat tersebut, saya harapkan ada juga perhatian UNY dari lini lain. Misalnya, perlu ada lagi pem­ bi­na­an PKL dan UMKM lainnya di lingkungan­ Karangmalang atau kampung-kampung sekitarnya. Pembinaan sederhana saja seperti ma­ na­je­men usaha atau pembukuan sederhana. Pembinaan ini tentu akan menunjang keberlanjutan usaha mereka. Saya pikir ini merupakan wujud pendidikan karakter yang diterapkan di UNY. Bagaimana bentuk kesepakatan yang ada? UNY sudah mempersilakan Kampung Karangmalang untuk mengelola Taman Kuliner Ka­ rangmalang supaya bisa mewadahi kepenting­ an para pedagang. UNY hanya menarik­biaya sewa tempat untuk pemeliharaan bangunan fisik, termasuk penyediaan air bersih dan listrik. Lantas, bagaimana Padukuhan Karangmalang mengambil peran? Taman Kuliner Karangmalang ini mengguna­ kan lahan UNY sebagai lahan utama kios, sedangkan teras kios menggunakan trotoar jalan yang merupakan milik Kampung Karangmalang, sehingga padukuhan berhak mengelola­ bagian ini untuk kepentingan kampung. Seti­ ap hari, kampung menarik biaya sebesar Rp. 5.000,00 per pedagang pada malam hari dan Rp. 2.000,00 untuk pedagang di siang hari, terutama pedagang yang berskala kecil. Kebiasaan ini sudah rutin berjalan sejak para pedagang­ masih menempati lokasi-lokasi yang lama. Pen­ da­pat­­an ini masuk ke kas kampung untuk­nan­ ti­nya mendukung pengadaan fisik dan nonfi­sik padukuhan. Pengadaan fisik, misalnya meng­


laporan utama adakan perbaikan jalan, pembuatan resapan air, dan yang sekarang dibutuhkan warga Karangmalang adalah gedung PKK dan seko­ lah PA­UD karena muridnya sudah mencapai 60 anak. Menurut saya, ini merupakan tahap mendasar untuk mencerdaskan bangsa karena lewat PA­UD anak-anak diajarkan kemandirian dan etika. Sedangkan pembangunan nonfisik berupa penyuluhan-penyuluhan bagi warga maupun posyandu balita dan lansia. Selain masalah itu, kami juga dipercaya UNY untuk mengoordinir para pedagang langsung. Dari mulai penyeleksian sampai dengan kebutuhan tambahan yang dibutuhkan pe­ dagang dan pembeli. Ketika tahap penyeleksian, saya se­ring mendapat kunjungan orang luar Karangmalang, Mrican, Gejayan, bahkan luar­ Yogyakar­ta.­ Mereka bermaksud menyewa­ los-los di Taman­Kuliner karangmalang untuk menjalan­ kan usahanya. Namun, saya lebih­ mengutamakan kese­jahteraan lingkungan di mana sejak dulu para PKL tersebut adalah warga-warga Karangmalang, Mrican, Gejayan, dan sekitarnya. Apakah masih ada yang perlu dilengkapi dari Taman Kuliner Karangmalang ini? Dari hasil pengamatan saya dan masukanma­sukan para pedagang, ada beberapa hal yang sekiranya bisa menjadi penunjang ke­ nyaman­ an tempat berdagang tersebut. Sebut saja perlu adanya penambahan kanopi secara seragam untuk mengantisipasi panas dan hujan yang tentu akan mengganggu penjual dan pembeli.­Jika para pedagang sendiri yang dibi­arkan mem­buat, tentu Taman Kuli­ ner Karangmalang ini akan terlihat kumuh dan berantak­an. Usul peng­a­daan kanopi ini sudah saya sampaikan ke UNY. Kemudian, untuk los paling­selatan yang paling luas dibanding los lainnya sudah saya usul­kan untuk dibuatkan mushola, sehingga ke­butuhan ibadah para pe­ dagang terpenuhi. Usul ini pun sudah disetujui pihak UNY, sehing­ga dalam waktu dekat ka­ nopi dan mu­sho­la akan segera disediakan. Selain itu, saya juga sudah mengusulkan­ peng­a­da­an surat perjanjian kontrak di­ la­ku­kan­setiap tahun, bukan sepanjang masa. Jadi, kalau ada pergantian peda­ gang, otomatis harus ganti surat per­ nyata­an, sehingga mudah dalam hal peman­tauan. Bagaimana harapan Anda se­ la­ku dukuh kepada para peda-

gang terhadap hunian barunya saat ini? Saya selalu mengingatkan bahwa kebersih­ an lingkungan, kerapihan, dan keindahan harus terus dijaga. UNY sudah menyediakan dapur umum dengan sistem air mengalir untuk mencuci perkakas dan pengadaan air keran untuk cuci tangan pembeli. Cara mencuci yang lama, yaitu mencuci perkakas dengan kubangan air di ember dan air kobokan di mangkok kecil, tentu tidak sehat dan rawan penyakit. Sistem air mengalir lebih menjamin kebersihan dan kese­ hatan lingkungan. Saya selalu menyarankan fasilitas ini silakan digunakan secara optimal. Jangan lagi ada pedagang yang mengubah bentuk fisik bangunan tanpa izin dengan menyingkirkan keran cuci tangan pembeli de­ ngan alasan losnya sempit. Kita harus belajar dari pengalaman kampus tetangga yang pernah terjangkit wabah hepatitis karena PKL-nya luput memperhatikan kebersihan, sehingga mahasiswa sebagai mayoritas pelanggan menja­di korban. Saya harap para pedagang ja­ngan selalu mengejar keuntungan saja, mela­inkan juga harus memperhatikan ke­ sejahteraan lingkung­ an yang me­lingkupi kebersihan dan ke­ sehatan. Kalau warung kita ber­­sih, enak, dan kesehatannya­ ter­ja­min, pasti pelanggan­ maha­siswa dan ma­ syarakat umum akan sering datang. 

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

21


kabar dari luar Kearifan untuk Pengembangan Human Resources

Konsep Hidup Nguwongke

dokumen pribadi

Konsep hidup ketimuran mampu mem­ berikan sumbangan positif untuk ma­ na­jemen pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu yang dapat diambil ada­lah konsep Nguwongke Wong. De­ ngan di uwongke, seseorang akan mera­ sa dihargai keberadaannya. Hal tersebut tidak akan ditemukan dalam teori manajemen sumber daya manusia atau Human Resources (HR) dari dunia barat. Psikolog Prof. Djamaludin Ancok me­ ngatakan, konsep nguwongke mengarahkan divisi HR dapat menghargai keberadaan seseorang tidak sebagai aset berupa barang. “Manusia bukan lagi dianggap aset dalam konsep sebuah orga­ nisasi, tapi bagian penting dari organi­ sasi. Menciptakan manusia itu semakin bersumber daya dan semakin bermakna,” tuturnya dalam diskusi Manajemen Forum dengan tajuk The Future of HR beberapa waktu lalu. Dengan konsep nguwongke wong, se­ buah organisasi akan mampu memba­ ngun rasa kebersamaan. Dalam dunia kerja kondisi tersebut akan mengarahkan masa depan bukan lagi tolok ukur sebuah prestasi kerja. Metode penghar22

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

gaan tersebut akan membawa sebuah suasana kebersamaan di dunia kerja sehingga mampu memunculkan suasana kondusif. Sementara dari sisi leadership, seorang pemimpin harus mampu mendo­ rong munculnya kreativitas. Sikap peng­­har­ga­an yang ditekankan disebut­ kan­­nya akan mendorong ter­cip­­ta­nya se­bu­ah kompetisi kreativitas­ secara­ po­ si­tif. “Jangan sampai organisasi­mem­­ bunuh kompetensi. Jika sudah ter­ko­­­tak, birokratis, tidak sharing know­ledge maka cost yang dikeluarkan­sangat­mahal,” tandasnya. Pakar Ilmu Manajemen Hani Han­do­ ko menambahkan, HR memiliki peran strategis pengembangan manajemen SDM di dalam perusahaan. HR dapat mem­buat sebuah konsep pengembang­ an kepemimpinan, sudut pandang dan budaya kepada seluruh SDM di dalam perusahaan. Dengan mengembangkan konsep ter­sebut, HR yang memiliki relasi pa­ling dekat dengan karyawan sebuah perusahaan seharusnya menempatkan karyawan tidak hanya dari sisi fisik sema-

ta. “Karena karyawan tak ha­nya dimiliki fisiknya. Sebagai manusia, kar­yawan harus dipandang seutuhnya­ba­ik dari sisi fisik maupun jiwanya,” tandasnya. Dengan konsep penghargaan ala ke­ timuran menurut Dia, manajemen pe­ nempatan sumber daya manusia akan berjalan secara tepat. Seorang karya­ wan­akan mendapatkan posisi yang te­ pat sesuai keahlian yang dimiliki. Hal tersebut tentu menjadi sebuah modal positif yang dapat menjadi pendorong adanya peningkatan kualitas kerja karena tidak adanya karyawan yang frustasi. Tugas seorang HR menurut Hani ada­ lah, mampu meningkatan kompeten­si, komitmen dan kontribusi karyawan. Hal tersebut memiliki tujuan muncul­ nya loyalitas dari karyawan sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. “Orang yang bertahan bekerja biasanya sedikit give tapi banyak dapat get. Sementara yang memilih keluar dari perusahaan karena banyak give tapi sedikit get yang didapatkan,” pungkasnya. Sugianto


kabar dari luar Peradaban Dunia Bergeser dari Barat Ke Timur

Indonesia Harus Perkuat Ekonomi

istimewa

Pergeseran pusat peradaban di dunia­ saat ini mulai bergeser dari dunia barat ke timur. Hal tersebut harus disikapi oleh Indonesia dengan memperkuat ekonomi agar tidak terlindas hegemoni yang dialami oleh dunia. Satu-satunya kekurangan yang dimiliki oleh bangsa ini jika ingin menjadi negara yang kuat adalah kurangnya perhatian terhadap kebutuhan penilitian dan pengembangan (litbang). Sementara untuk memajukan ekonomi,­ sebuah negara tidak dapat meninggalkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan sumber daya manusia. “Dalam menghadapi pergeseran pusat geopolitik, ekonomi dan budaya ke Cina, Indonesia tidak ada pilihan lain selain menjadi negara yang kuat. Hal uta­ ma yang perlu dikuatkan adalah ekonomi,” tegas Ketua Presidium ICMI Dr.Ing. Ilham A. Habibie, MBA dalam dis­kusi mengenai pergeseran geo­po­ litik,­ekonomi dan budaya global ke Cina beberapa waktu lalu.

Keberhasilan yang ditorehkan Cina menurut Putera Mantan Presiden BJ Habibie tersebut, dikarenakan tingginya angka kesadaran untuk mengembangkan Litbang di Cina. Dari evaluasinya, Indonesia sangat jauh tertinggal jika pegembangan litbang diukur dari sisi kuantitaif dan prosentase. Cina menurutnya memiliki rasio an­ tara litbang dan PDB mencapai 1,4 per­ sen, sementara Indonesia hanya 0,07 persen. Sementara dari catatannya, se­ tiap negara maju memiliki rasio perbandingan lebih besar dari satu persen. Dengan demikian, jalan panjang masih harus dilalui Indonesia untuk menguatkan posisinya di perekonomian dunia. Sementara itu Ketua Bidang Ekonomi­ dan Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah Bambang Sudibyo mengatakan, telah terjadi migrasi nilai ekonomi melalui investasi dan perdagangan. Diprediksikannya, dominasi geopolitik abad 21 akan dipegang oleh negara-negara timur yang diawali oleh Republik Rak­yat Cina.

Peluang Cina menjadi pusat gravitasi geopolitik tersebut akan terjadi hingga beberapa dekade ke depan. “Republik Rak­yat China berpeluang menjadi pusat gravitasi geopolitik baru untuk beberapa dekade ke depan, menyusul India, dan Indonesia yang menjadi kuda hitam,” tandasnya. Dari sisi kelembagaan masyarakat me­nurutnya, harus melakukan rekontekstualisasi apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan ke depan. Kegiatan tersebut harus dilakukan seca­ ra komprehensif agar untuk membantu terbentuknya sebuah kepercayaan diri mengikuti perubahan yang terjadi dan muncul menjadi kuda hitam. Dari sisi keagamaan, sejumlah hal yang patut di reaktualisasi diantaranya­ adalah, tarjih, tabligh, tajdid, tafsir, amal usaha, etos kerja serta hubungan.­ Persoalan-persoalan tersebut disebutkannya, sangat dibutuhkan untuk mem­bentuk jati diri bangsa yang kuat dan berkarakter. Sugianto

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

23


berita pengembangan kemampuan berbahasa Inggris

Tes Ekuivalensi TOEFL Menuju Kualitas WCU

dokumen humas fbs

Program Wakil Rektor I UNY da­lam pengembangan kemampuan berba­hasa Inggris mahasiswa menunjukan ke­se­ riusan UNY dalam visi menuju World Class University (WCU). Hal ini ter­li­hat dengan dilaksanakannya tes eku­i­va­len­ si TOEFL pada 24-25 September­2011 di Gedung Kuliah 1 oleh Pusat Pe­la­tih­an dan Pengembangan Bahasa (P3B) UNY. Tes ini dikhususkan untuk ma­ha­sis­wa baru angkatan 2011. Melalui tes ekuivalensi TOEFL,­ma­ hasiswa mendapat gambaran­tentang­ kemampuan bahasa Inggris­sehingga ter­ dorong untuk selalu­mengembangkan­ nya, terlebih­mengingat­Bahasa Inggris sudah menjadi­salah satu penentu kuali­ tas lulusan­S1 di dunia kerja. Beberapa­ Prodi­pun sudah menetapkan nilai TO­ EFL­minimal 400 sebagai syarat wajib kelulusan. Menyoal kemampuan mahasiswa dalam tes ekuivalensi TOEFL, fakta per tahun menunjukan hanya 20% maha24

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

siswa baru UNY yang mampu mendapatkan nilai di atas 400. “Sebaran nilai tertinggi nilai tes ekuvalensi dimiliki oleh FBS diikuti FMIPA,” ungkap Gregorius Suharto, M.Pd., Ketua P3B. Bagi mahasiswa baru yang mampu melewati nilai standar TOEFL minimal akan dihargai sertifikat. “Namun bagi mahasiswa yang belum­ mendapatkan nilai TOEFL minimal, P3B tetap memberikan program tindak lan-

jut secara gratis,” terang Suharto. P3B menyediakan program General English, TOEFL Preparation, English for Academic­ Purposes, dan English for Job Seeking. Selain itu, P3B turut andil dalam usaha pengembangan kemampuan berbahasa Inggris bagi mahasiswa melalui Speaking Club dan English Debate. Walaupun sebagian besar program ini dibuka secara gratis, minat mahasiswa dari setiap fakultas berbeda seca­ ra signifikan, “Mahasiswa program pendidikan internasional biasanya lebih gre­get dan berminat untuk mengikuti­ ber­bagai program P3B,” aku Suharto, mem­ban­dingkan peminat program-program P3B. “Untuk itu, sudah waktunya kesadaran pentingnya bahasa Inggris mendorong mahasiswa mengevaluasi hasil tes ekuivalensi TOEFL ini demi merencanakan pengembangan keterampil­ an bahasanya sedari sekarang,”­ungkap­ nya memberikan saran. febi


berita peningkatan mutu TAS

Cegah Plagiasi dengan Lokakarya

dokumen humas fip

Kamis, 22 September 2011, Fakultas Il­ mu Pendidikan (FIP) UNY menggelar lo­ kakarya peningkatan mutu TAS dengan­ te­ma “Plagiasi dalam Karya Ilmiah”. Da­ lam lokakarya yang bertempat di ruang serba guna Abdullah Sigit, hadir Prof. Dr. Yoyon Suryono, Drs. Sumarno, Ph.D., serta Drs. Dwi Siswoyo, M.Hum., sebagai pembicara. Acara dibuka oleh Wakil Dekan I FIP, Prof. Dr. Anik Ghufron pada pukul 08.00 WIB. Dalam sambutannya, Anik­me­­

nyampaikan keprihatinan dalam kait­ an maraknya plagiarisme yang terjadi di kalangan mahasiswa. Anik berharap dengan adanya lokakarya kali ini bisa menambah wawasan dan membuka cakrawala bagi para peserta (dosen) agar bias meminimalisir terjadinya plagiarisme dalam penyusunan TAS mahasiswa. Prof. Dr. Yoyon Suryono dalam pe­ nya­­jiannya menyoroti perilaku ma­rak­­ nya plagiasi sebagai salah satu kri­minal

akademik. Baginya, hal tersebut dise­ babkan plagiasi melanggar peraturan perundangan hak cipta, pe­langgaran norma akademik, serta pe­ langgaran terhadap kaidah-kaidah keilmuan. Sedangkan Drs. Sumarno, Ph.D. le­bih menyorot pada aspek sistematika maupun arah penulisan karya ilmiah yang bermutu. Selanjutnya Drs. Dwi Siswoyo, M.Hum. dalam penyajiannya memaparkan tentang etika akademik. didik dan zulfa

peresmian gedung baru

FIK MILIKI HALL TENIS MEJA

Berbagai pembenahan telah dilaksana­ kan menjelang peresmian hall tenis meja FIK UNY. Bangunan anyar yang terletak di bagian barat foodcourt UNY ini akan segera diresmikan Rektor UNY, Prof. Dr. Rohmat Wahab, M.Pd., M.A., pada Sabtu, 1 Oktober mendatang. Joko Martono, SE., selaku seksi aca­

ra­pa­da kegiatan peresmian tersebut meng­ungkapkan bahwa kegiatan ini akan didahului upa­cara Dies Natalis FIK ke-60 dan bertempat di GPLA FIK. Setelah­itu, seluruh tamu un­dang­­an termasuk pegawai FIK UNY akan dibawa menuju hall tenis meja FIK UNY dengan menumpang bus.

Acara yang dirancang sederhana namun hikmat ini akan diawali sambutan rektor sekaligus meresmikan hall tenis meja, pembacaan doa, pengguntingan buntal, dan peninjauan lokasi acara peresmian akan diakhiri dengan ramah tamah di area foodcout. ratnae

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

25


berita penemuan

DAUN BINAHONG PENCEGAH DIABETES

26

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

dokumen humas fmipa

Penyakit diabetes merupakan salah sa­tu penyakit yang sering diderita ma­ sya­­ra­kat Indonesia. Sejauh ini para­ pen­de­ri­­ta diabetes mengonsumsi obat– obat­an berbahan kimia sintesis. Jika di­ gu­na­­kan terus menerus, bahan kimia sin­te­sis justru dapat menyerang dan menjadi toksin (racun) bagi tubuh. Bera­ wal dari bahaya obat kimia, pengobat­ an herbal pun makin dikembangkan. Binahong (Anredera Cordifolia) adalah­ tanaman obat yang berasal dari darat­ an Tiongkok yang dikenal dengan nama asli Dheng San Chi. Hampir semua bagian tanaman binahong seperti umbi, batang dan daun dapat digunakan dalam terapi herbal. Tumbuhan­ini te­lah dikenal memiliki khasiat penyembuh­an yang luar biasa dan telah ribuan tahun dikonsumsi oleh bangsa Tiongkok, Korea, dan Taiwan. Berdasarkan peneliti­ an, dalam daun binahong terdapat akti­ vi­tas antioksidan, asam askorbat, total fenol yang cukup tinggi, asam oleanolik dan protein tinggi yang mampu menstimulasi produksi nitrit oksida yang diberi nama ancordin. Dengan adanya kandungan zat-zat di atas daun binahong memiliki banyak­ khasiat diantaranya yaitu mengobati luka bakar, jerawat, nafsu makan kurang, melancarkan haid, menjaga stamina tu­buh, muntah darah, kencing manis,­ se­sak nafas, patah tulang, gatal-ga­tal,­ maupun gejala liver. Masyarakat mem­ per­cayai dan telah membuktikan bahwa daun binahong dapat digunakan sebagai obat diabetes, sehingga pengguna­ an daun binahong sebagai obat diabe-

tes sudah menjadi tradisi. Saat ini produk olahan tanaman binahong hanya tersedia dalam bentuk kapsul dengan harga yang relatif mahal. Dengan alasan itu, sekelompok mahasiswa Prodi Pendidikan IPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta­ mem­buat inovasi produk olahan daun bi­na­hong dalam bentuk pudding. Me­ re­ka adalah Endah Dani Puspitaning­ rum, Amri Handayani, Alvani Nuzul Mar­fu’ah, dan Ari Nurlitawati. Pudding­ kreasi mereka pun diberi nama yang cukup unik, Deralia’s Pudding, yang me­ru­pakan singkatan dari anredera cor­difolia. “Binahong mengandung sejumlah serat pangan potensial dimana serbuk­ umbi binahong memiliki kadar Acid Detergent Fiber (ADF) sebesar 5.64%, lignin 0.95%, substansi pektat 51.46%, sellu­ losa 0.13%, hemisellulosa 30.05%, Neutral Detergent Fiber (NDF) sebesar 31.13% dan Total Dietary Fiber sebesar 82.59%, sedangkan hasil uji proximat menunjukkan kadar air sebesar 8,49%, lemak 4,64%, abu 5,63%, protein 14,88%, karbohidrat 66,36% dan serat kasar sebesar 18,17%. Oleh karenanya tanaman binahong dipercaya dapat me-

nyembuhkan berbagai macam penyakit,” kata Endah Dani Puspitaningrum, Alvani Nuzul Marfu’ah menjelaskan bahwa bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan pudding binahong ini adalah daun binahong 1 kg, agar-agar 1 bungkus, madu 0,5 kg, air dan perisa melon serta perisa pandan secukup­nya. “Pertama kali daun binahong dicu­ci ber­ sih lalu dicampur dengan air kemudi­ an diremas dan disaring,” kata Alvani. “Kemudian masukkan dalam panci­ dan ditambah agar–agar dan madu se­ cu­kupnya. Adonan dipanaskan di atas kompor sambil diaduk hingga mendidih. Tuang dalam cetakan, diamkan be­berapa saat baru dimasukan dalam pendingin” lanjutnya. Amri Handayani menambahkan bah­ wa binahong merupakan tanaman pagar yang dapat tumbuh di mana-mana misalnya di area persawahan, di pinggir jalan, atau di daerah yang yang lembab sehingga harga tanaman ini relatif murah. Binahong juga dapat ditemukan di kawasan Dieng karena merupakan salah satu tempat budidaya tanaman binahong yang dapat tumbuh sepanjang musim. Dedy Herdito


berita juara II Sang Penemu

ADA SANG PENEMU TVRI DI FAKULTAS TEKNIK

dokumen pribadi

Mashoedah, M.T., Dosen Pendidikan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik, Uni­ versitas Negeri Yogyakarta, meraih ju­ ara II tingkat Nasional pada ajang Sang Penemu yang diselenggarakan TVRI ber­kat karyanya, media pembelajaran hu­ruf braille dengan tombol tekan dan penyuaraan. Dosen yang hobi melukis ini menje­ las­kan latar belakang penciptaan alat­ nya adalah untuk memudahan siswa tuna netra dalam belajar huruf braille. “Saya melihat metode pembelajaran hu­ruf braille saat ini masih tergolong sangat konvensional. Mayoritas metode pembelajaran di sekolah masih menggunakan peralatan sederhana seperti pa­pan tulis braille (pantule).“ Kelemahannya, menurutnya, metode pembelajar­an ini membuat siswa ti­ dak mandiri karena selama proses peng­ajaran siswa harus terus didam­ pingi oleh gurunya. Selain itu alat ini cukup berbahaya kare­na alat yang terbuat dari semacam paku itu dapat terlepas dengan bebas. Alat bantu baca huruf braille karya­ Mas­hoedah ini pada dasarnya sama de­ ngan media pembelajaran huruf braille lainnya. Dia hanya menambahkan inovasi teknologi pada alat ini diantaranya push button (tombol tekan) jenis toggle, voice chip dan mikrokontroller. Alat ini memiliki enam titik huruf braille yang kemudian digabung dengan konfigurasi huruf abjad dari A-Z dan angka 0-99. Proses kerja alat ini cukup sederha­na, pertama, tombol yang telah terhu­bung dengan mikrokontroller jika ditekan secara otomatis akan membaca kon­­ figurasi huruf, tanda baca, angka dan vokal konsonan. Setelah konfigurasi­terbaca, mokrokontroller akan mengolah data dari tombol menjadi data penyu­ araan yang dikerjakan oleh voice chip. Setelah proses pengerjaan suara selesai voice chip akan menginstruksikan pada siswa bagaimana tata cara pengopra­si­ an alat ini.

Dosen yang lahir di Surabaya ini sem­ pat 10 kali mengalami kegagalan dalam menciptakan alat yang menelan­biaya Rp. 600.000,- ini. “Namun­semangat­sa­ ya tak pernah surut untuk menyelesai­ kan alat ini seperti semangat anak-anak tuna netra yang ingin terus belajar mem­baca untuk membuka wawasan dan mengakses informasi,” bebernya. Alat ini, kata Mashoedah, memiliki beberapa kelebihan dibandingkan de­ngan media-media yang sudah ada, yak­ni dengan alat ini siswa dapat lebih­mandiri dalam belajar. Siswa dapat­bela­ jar sambil bermain karena alat ini ringan dan mudah dibawa karena­juga­dilengkapi dengan sumber dari daya ba­terai. Sebagai langkah perlindungan kar­

ya­intelektual media pembelajaran­ yang tergolong baru ini, Mashoedah­ pun mendaftarkan hak patennya ke Dir­jen HKI dengan nomer pendaftaran­ P00201100173. Untuk pengembang­an ke depan, alat ini akan terus­dikem­ bang­­kannya sehingga anak-anak tu­na­ ne­tr­ a bisa semakin mudah lagi dalam belajar huruf braille. Setelah Mashoedah mengikuti ajang ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang juga menjadi salah satu­juri, tertarik untuk memproduksi alat ini secara massal. Menurut rencana, pada tahap awal akan diproduksi dari 50-100 unit untuk didistribusikan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) di seluruh Indonesia. haryo

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

27


berita Wisuda periode September 2011

catat rekor jumlah Wisudawan UNY

foto-foto: heri p/pewara dinamika

Pada Wisuda Lulusan S3, S2, S1, dan S0 periode September 2011 yang digelar­ selama 4 hari berturut-turut dari Selasa-Jumat (27-30/9) di Auditorium, Universitas Negeri Yogyakarta berhasil­me­­ lu­­lus­kan 2.343 wisudawan. Jumlah­ ini memang menjadi yang terbanyak di­ ban­dingkan dengan periode-periode­se­ be­lum­nya yang rata-rata per periode­ nya­sekitar 1.000-an, dan karena­itu, wi­su­da dilaksanakan­ se­lama 4 hari. Rincian wisudawan S3 sebanyak 11 orang, S2 (67), S1 Non-Kependidikan­ (333), S1 Kependidikan (1636), Diploma­ Non-Kependidikan (292), dan Diploma Kependidikan (4). Sedangkan sebaran wi­su­da­wan menurut fakultas­ yaitu ­PPs 77 orang, FIP (531), FBS (266),

28

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

FMI­PA (413), FISE (440), FT (410), dan FIK(205). Wisudawan yang berhasil­meraih predikat­cumlaude 289 orang, dan peraih IPK teringgi Dr. Mumpuniarti,­ M.Pd., dari S3 Prodi Ilmu Pendidikan­ meraih IPK tertinggi 3,75. Jenjang S2 Indarti, M.Pd., dari Prodi Manajemen Pendidikan dengan IPK 3,93. Jenjang S1 yaitu M. Fajri Rockmad dari Prodi Pendidikan Biologi IPK 3,84, jenjang D3 Agung Nur Andiyanto dari Prodi Teknik Mesin IPK 3,83. Adapun lulusan termuda yaitu Eny Dwi Astuti yang lahir pada 13 Oktober 1990 dengan IPK 3,44 dari Prodi Pendidikan Kimia. Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab,­ M.Pd., M.A., dalam sambutannya­me­ ngatakan, yang dapat diberikan UNY hanyalah beberapa prisip dan pola pi­kir dan tindakan yang dapat dikembang­ kan secara kreatif untuk menghadapi­ persoalan yang kompleks dan terus ber­ kembang. ”Untuk memaknai sikap optimisme, wisudawan perlu meningkatkan­ke­ mam­­pu­an dan kecakapan komunikasi,­ terutama bahasa internasional, pengu­ asaan teknologi informasi, kecakapan

beradaptasi, dan dilandasi dengan nilainilai religi. Di samping itu juga perlu terus meng-update keahlian yang dimi­ liki,” lanjutnya. Ditambahkan, selain sikap optimis­ me,­wisudawan perlu terus mengupa­ yakan menjadi agen perubahan, bukan­ menjadi obyek perubahan. Dengan be­ kal keahlian dan kecakapan yang ada perlu mengeksplorasi diri dengan sabar dan komitmen tinggi, bagaimana menjadikan diri memulai tugas kehidupan dengan bertumpu pada berbuat sesuatu dan menghasilkan yang kecil secara kontinyu yang pada akhirnya mampu menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi semua. witono


berita USTADZ YUSUF MANSYUR

100 HARI MENGHAFAL 100 AYAT AL-BAQARAH

foto-foto:heri p/pewara dinamika

Saya mengajak mahasiswa UNY untuk memprogramkan 100 hari menghafal 100 ayat surat Al-Baqarah. Peserta­nya se­ mua mahasiswa muslim semester sa­­tu UNY. Program bisa dimulai Senin 25/9. Bagi yang sudah hafal 100 ayat Al Baqarah dalam 100 hari bisa­diseleng­ garakan wisuda untuk mereka. Demikian disampaikan dai kondang ustadz Yusuf Mansyur pada Kuliah Umum dengan tema Realisasikan Pendi­ dik­an Karakter Melalui UNY Menghafal yang diselenggarakan di Masjid Kampus Al Mujahidin UNY, Jumat, 23/9 oleh tim Tutorial Pendidikan Agama Islam UNY. Pada kesempatan tersebut sang ustadz memperagakan bagaimana cara

menghafal Alquran yang ditirukan oleh para mahasiswa UNY. Jika anda tidak bisa mem­baca dan menulis Alquran tidak ma­s­alah, yang penting ada teman satu­ke­ las, satu kos, satu geng yang bisa­meng­a­jari kita Alquran. Kita bisa mengha­fal ketika sedang berjalan menuju­kampus. Apa­ lagi jika setelah Sholat Azhar ada kajian tafsir lalu didokumentasikan ke web. Jika diperlukan lalu di download.. “Selama tidak dikotori oleh mulut, pendengaran, mata, maka sesungguh­ nya­bacaan Alquran itu rezeki. Makin ba­­nyak menghafal makin banyak­pa­ ha­­lanya. Jika kita menyibukkan diri­de­ ngan Alquran maka Allah akan bertang­ gung jawab terhadap rezeki kita.­Siapa yang tidak mau, belum semes­ter­akhir­ sudah punya usaha atau sudah bisa­ mem­­berangkatkan orang tuanya be­ rang­­­kat haji. Pada bagian lain, Yusuf Mansyur­ men­ceritakan dahulu dirinya yang hi­ dup susah, tapi setelah mengenal dan meng­hafal Alquran, maka kehidupan­ nya berubah. Dia menjadi bintang iklan

sebuah produk sehingga uangnya bisa­ untuk membayar hutang dan untuk ke­ perluan lainnya. Sementara itu, Anom Adi Nugroho, panitia tutorial PAI disela-sela acara mengatakan, latar belakang kegiatan kuliah umum ini adalah untuk mencapai pada ketaqwaan. Tutorial PAI mempunyai program awal pada semester gasal ini yaitu tentang Alquran dengan menghafal. Tujuannya untuk memberikan spirit kepada mahasiswa baru supaya ada keinginan untuk memperbaiki diri dalam hal membaca sekaligus bagi yang sudah menghafal punya motivasi untuk meneruskan menghafal Alquran. witono

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

29


berita penemuan

YOGHURT DARI KULIT PISANG

Foto-foto dokumen humas FMIPA

Potensi buah-buahan sebagai bahan ba­ku di Indonesia sangat besar. Faktorfaktor yang menguntungkan Indonesia­ untuk mengembangkan sistem agribisnis buah-buahan adalah ketersediaan sum­ber daya tanah yang masih luas dan subur, kesesuaian iklim, potensi te­na­ga kerja, dan peluang pemasaran pro­duk semakin luas. Agribisnis buah-bu­ah­an dapat memacu penganekaragam­an produk, seperti bentuk tepung, kripik­pisang, kripik nanas, kripik nangka dan la­in-lain. Pengolahan berbagai jenis buah-buahan sampai saat ini masih­sa­ngat sederhana atau tradisional dan pada umumnya merupakan usaha indus­tri kecil. Pisang merupakan buah yang selalu tersedia melimpah di pasar, bukan jenis buah musiman dan produksinya cukup banyak. Pisang memang banyak­ dikonsumsi dalam keadaan segar­oleh sebagian masyarakat tetapi kulitnya hanya dibuang dan menjadi limbah, padahal penelitian tim Universitas Kedokteran Taichung Chung Shan, Taiwan memper­lihatkan bahwa ekstrak kulit pisang ter­nyata berpotensi mengurangi gejala­depresi dan menjaga 30

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

kesehatan­retina­mata. Selain kaya vitamin B6, kulit pi­sang­banyak mengandung sero­tonin yang sangat vital untuk menyeimbangkan mood. Selain itu, ditemukan pula manfaat ekstrak pisang untuk menjaga retina dari kerusakan cahaya akibat regenerasi retina. Meli­ hat banyaknya manfaat yang terdapat dalam kulit pisang tersebut mendo­rong mahasiswa jurusan pendidikan IPA fakultas MIPA­Universitas Negeri Yogyakarta yaitu­Ratna Wirawati, Manna Wassalwa,­Zam­zam Fatma Ambarsari, Feby Kristifany­dan Anita Setyorini untuk mengolah limbah kulit pisang menjadi yoghurt. ”Kami memilih­kulit pisang­untuk dijadikan yoghurt karena­selama ini kulit

pisang hanya menjadi­limbah dari pedagang gorengan dan dianggap sebagai sampah­yang tidak ada manfaatnya, tetapi ternya­ta­dapat­berubah menjadi komoditas usaha yang menjanjikan”­ kata Ratna Wirawati, ”Selain itu dalam­ kulit pisang­ternyata mengandung lemak, protein, dan glukosa yang cu­ kup­sehingga saat difermentasi dapat­ mengha­silkan asam laktat yang diha­sil­ kan­dari gula susu. Ini merupa­kan syarat bahan pembuatan­yoghurt.” Manna Wassalwa menambah­kan bahwa kulit pisang­mengandung karbohidrat sebesar 18,50%, vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, lemak, pektin dan air sebanyak 68,90%. “Rata-rata setiap 100 gram daging pisang mengandung 70 gram air, 1,2 gram protein, 0,3 gram lemak, 27 gram pati dan 0,5 gram serat,” lanjut Manna, “Pisang juga kaya akan potassium yang berguna untuk pertumbuhan, dan juga merupakan bahan yang baik untuk diet karena mengandung kolesterol, lemak serta garam yang rendah. Pisang juga mengan­dung vitamin C, vitamin B6, dan vitamin A.” Zamzam Fatma Ambarsari mengatakan bahwa yoghurt ini dibuat den-


berita Kilas

gan satu rasa yaitu rasa asli pisang dan tanpa penambahan perisa. “Langkah membuatnya yaitu dengan mengumpulkan limbah kulit pisang lalu me­ ngupas bagian dalam kulit pisang dan dihaluskan menggunakan mixer,” ungkap Zamzam. “Sedangkan bahan tambahannya adalah susu bubuk dan gula pasir, tambahnya.” Cara pembuatannya dijelaskan Feby Kristifany. Pertama kali adonan yoghurt dibuat dengan takaran 1 liter cream pisang dicampur dengan 0,5 kg gula pasir lalu disterilkan atau dipasteurisasi dengan cara memanaskan adonan cream kulit pisang tersebut hingga suhu 73ºC selama 15 menit dengan menggunakan panci, kompor dan thermometer. Langkah berikutnya proses kulturisasi yaitu memasukkan bibit yoghurt dan susu bubuk putih. “Yang dimaksud dengan bibit yoghurt disini adalah yoghurt yang sudah jadi sebanyak 0.05 liter dan 0,25 gr susu bubuk putih ditambahkan ke dalam cream kulit pisang yang sudah dipasteurisasi tersebut.” Kata Feby. Cream kulit pisang yang sudah dikulturkan tersebut dihangatkah dalam suhu 45 ºC selama 24 jam atau disebut proses inkubasi yang dilakukan dengan menggunakan kardus berventilasi, ditempeli dengan bohlam yang diatur sedemikian agar lampu bohlam tersebut mampu memberikan kehangatan kepada susu tersebut. Kemudian cream kulit pisang diletakkan dalam kardus tersebut selama 24 jam, setelah itu yoghurt kulit pisang yang sudah jadi dimasukan ke dalam kulkas. Gagasan mahasiswa pendidikan IPA ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2011 bidang Kewirau­sahaan. Dedi HErdito

dokumen himas FT

Syawalan Fakultas Teknik Bertempat di gedung KPLT lantai 3, Keluar­ ga Besar Fakultas Teknik Universitas Nege­ ri Yogyakarta melaksanakan halal bihalal pa­da sabtu, 10 September 2011. Acara ini dihadiri Wakil Rektor I, Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU., Apt. dan seluruh keluarga besar Fakultas Teknik. Dalam sambutannya, Wakil Rektor I, meng­a­jak seluruh sivitas akademika Universitas Negeri Yogyakarta khususnya­ Fa­kultas Teknik untuk saling mengikhlaskan kesalahan dan memohonkan maaf satu dengan yang lainnya. “Semoga Allah Swt. senantiasa memberikan kita se­mua kekuatan untuk terus meningkatkan amal ibadah kita yang mana akan tercermin pada kinerja kita sehari-hari yakni untuk terus membangun institusi yang kita cintai ini,” lanjutnya Dekan Fakultas Teknik, Wardan Suyanto Ed.D., mengungkapkan kegembira­ annya karena dengan acara ini menjadi momentum bagi Fakultas Teknik dapat bertemu dengan seluruh anggota keluarga besar Fakultas Teknik. Semoga Fakultas Teknik semakin maju dan Jaya di Indonesia, tutupnya. Kemudian, K.H. Puji Hartono, pengasuh Pesantren Masyarakat Jogja, dalam tausiyahnya menekankan pada pentingnya berbagi pada sesama terutama orang-orang miskin dan kurang mampu. “Mereka yang senantiasa menunggu waktu, memeluk Al-Quran dan yang membantu orang-orang miskin merupakan orang-orang yang dirindukan surga. The power of giving akan memberikan sesuatu yang luar biasa bagi diri kita masing-masing,” tuturnya. Kemudian acara ini dilanjutkan dengan pamitan calon Haji dan perkenal­ an dosen dan karyawan baru di lingkungan Fakultas Teknik. Acara ditutup de­ ngan ramah tamah dan makan bersama. haryo

Dana Beasiswa PPA/BBM Turun Lagi Minggu kedua perkuliahan, aktivitas FBS kembali bergeliat. Tepatnya Senin (12/9), puluhan mahasiswa memenuhi gedung PLA FBS lantai 1 di depan Subag Kemahasiswaan. Sambil berdiri membentuk antrian panjang, mahasiswa-mahasiswa ini menunggu gilirannya tiba menghadap loket layanan kemahasiswaan. Mereka harus memenuhi beberapa persyaratan untuk sampai ke loket terlebih dahulu, antara lain membawa KHS, KTP, kuitansi SPP, mengisi form judul PKM yang telah ditulis, nama kelompok, dan pembimbing PKM-nya. Walalupun harus antre mereka tetap antusias. Wajar saja hari itu merupakan hari pertama pengambilan surat rekomendasi pencairan dana beasiswa tahap kedua PPA dan BBM 2011. "Setelah mendapat surat rekomendasi dan bukti penyerahan revisi PKM, uang baru bisa dicairkan oleh rektorat," begitu kata Murmi, mahasiswa angkatan 2009. Proses pencairan pun tidak asal-asalan. Sebelumnya, mahasiswa harus merevisi PKM di pertengahan Agustus kemarin. Namun, baru pukul 11.00 loket layanan surat rekomendasi ditutup lebih awal oleh pihak terkait karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan dulu dan baru dibuka lagi pukul 13.00. Para penerima beasiswa pun tidak lantas berhenti pada tahap kedua ini dalam pencairan dana beasiswa, masih ada tahap ketiga. Jadi, dana beasiswa mereka tidak langsung habis dalam sekejap karena proses pencairannya dibuat berkesinambungan. fitri

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

31


opini RAMBU-RAMBU SENI MENURUT PANDANGAN ISLAM O l e h D r. Ku n S et ya n i ng A stut i , M. Pd .

S

ecara alamiah manusia membutuhkan rasa keindahan sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan seni mudah menarik minat dan perhatian. Seba­gai ungkapan perasaan, seni bukan hanya berfungsi sebagai hiburan, namun juga berfungsi sebagai media pendidikan, sarana ritual keagamaan atau media dakwah, dan ungkapan estetis. Sebagai media pendidikan, seni banyak dimanfaatkan untuk pembentukan karakter.­ Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan bahwa mu­ sik dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan­ kepekaan pendengaran yang dapat membentuk kehalusan budi dan perilaku. Rudolf Steiner dalam teorinya anntroposofisch onderwijs, meng­ungkapkan bahwa irama musik dapat me­mu­dah­kan kerja fisik, mendukung kerja­ otak, memperbaiki moral, dan memberikan se­ ma­ngat hidup. Jurnal-jurnal penelitian pada­ dekade 1990-an banyak mengungkap penga­ ruh musik pada kecerdasan. Sementara itu Khan menyatakan bahwa musik mengandung­ nilai-nilai pskologi. Suara mengekspresikan su­ atu makna. Seseorang yang peka mampu me­ ngenali kepribadian seseorang hanya dengan mendengar suaranya. Sejarah membuktikan bahwa seni juga me­ ru­pakan media yang efektif sebagai media dak­ wah keagamaan. Penyebaran agama Islam­di Indonesia tidak lepas dari peranan seni.­ Wali­so­ ngo menggunakan media seni dan budaya untuk kepentingan dakwah Islam seperti yang disampaikan Birgit Berg dalam bukunya Presence and Power of the Arab Idiom in Indonesian Islamic Musikal Art (2007). Lebih lanjut Berg mengungkapkan bahwa Walisongo memanfaatkan budaya Jawa seperti wayang kulit dan gamelan un-

Sebagai media pendidikan, seni banyak dimanfaatkan untuk pembentukan karakter. 32

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

tuk mengajarkan Islam. Dewi Candraningrum­ Soekirno dalam blognya menguatkan pendapat Berg yang menyatakan bahwa lagu ilir-ilir me­ rupakan salah satu lagu ciptaan Walisongo yang digunakan untuk media dakwah. Pada dasarnya, penggunaan musik dalam menyerukan dakwah sudah dilakukan pada zaman Rasulullah yaitu dengan diperdengarkannya adzan untuk memanggil shalat dan dzikir dengan membaca Lailahaillallah (Tiada Tuhan Selain Allah), yang berupa nyanyian pendek sebagaimana diungkapkan Elizabeth Siddiqui dalam situsnya Middle East Studies Association. Islam juga mempunyai lagu yang sangat mo­ numental yaitu Thala’al Badru ‘Alaina yang me­ nurut Tengku Zulkarnaen merupakan lagu Islam tertua. Lagu tersebut dinyanyikan secara beramai-ramai oleh masyarakat Madinah, diiri­ngi alunan suara rebana yang dipukul secara ber­ sama-sama menyambut datangnya Rasul ketika berhijrah dari Mekah ke Madinah. Selanjutnya dijelaskan bahwa Sholawat Badar adalah na­syid abadi yang merupakan nasyid Thala’al Badru sebagai pujian untuk Nabi Muhammad dan telah menjadi budaya umat Islam hingga saat ini. Di samping itu, menurut Irene Markoff da­ lam artikelnya yang berjudul Introduction to Sufi Music and Ritual in Turkey (1995), para sufi sering menggunakan musik sebagai media untuk mengajarkan doktrin dan ajaran Islam, bahkan musik juga digunakan untuk media meditasi. Kegiatan musikal dzikir merupakan ekspresi ketauhidan yang digunakan dalam upacara keagamaan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dengan bacaan pujian kepada Tuhan yang dilakukan secara ritmis berulang-ulang. Ekspresi Islam juga tercermin pada seni baca Al Qur’an dan berbagai bentuk kesenian yang lain. Kesenian Islam yang berkembang di Indo­ nesia antara lain shalawatan, Indang, Salawek Dulang,dan Saman yang merupakan kombinasi antara pantun dan tarian, dan nasyid. Uraian di atas membuktikan bahwa seni mem­punyai kaitan yang sangat erat dengan dakwah. Namun demikian, kita tidak menutup­ mata bahwa mengaitkan seni dengan agama mengundang banyak kontroversi. Pemanfaatan


opini seni sebagai media dakwah, terutama dalam Islam banyak mengundang perdebatan. Ibnul Qayyim menyatakan bahwa nyanyian­ merupakan media bagi musuh Allah untuk men­ dekatkan manusia pada kemaksiatan. Pen­da­ pat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Ahmad bin Hanbal yang menyatakan bahwa­ nyanyian itu akan melemahkan iman, dan seandainya ada manfaat bagi orang muslim dan bagi agama sudah dilakukan oleh orang-orang terdahulu (Yusuf Al Qardlawy dalam Nasyid versus Musik Jahiliyah, 2003: 43—52). Pendapat Ahmad bin Hanbal tersebut dibantah dengan alasan bahwa pada periode Mekah kaum muslimin sibuk menyampaikan dakwah Islamiyah dan menghadapi berbagai tantangan dan cobaan, sedangkan pada periode Madinah mereka diuji dengan tuntutan berjihad untuk mempertahan­ kan ajaran Islam sehingga jumlah peperang­an yang langsung diikuti Rasullulah mencapai 27 kali dan peperangan yang tidak secara langsung disertai Rasullullah sebanyak 59 kali. Peristiwa tersebut membuat kaum muslimin pada jaman Rasullulah tidak mempunyai waktu­ untuk bernyanyi sebagaimana dinyatakan oleh Qardlawy dalam Nasyid versus Musik Jahiliyah, halaman10. Adjie Esa Poetra juga memperta­ nya­kan perlakuan yang tidak adil terhadap mu­ sik dengan menyatakan, “Jika membuat pedang dan senjata-senjata lainnya tidak pernah dipermasalahkan, mengapa seni musik yang lebih punya “budi” tidak mendapatkan perlakuan yang paling tidak sama.” Al Ghozali (dalam Qardlawy, 2003:71) menya­ takan bahwa musik dalam Islam hukumnya­ relatif, tergantung pada taraf kemanfaatannya.­ Apabila nyanyian tidak mempunyai manfaat bagi orang yang mendengarkan atau yang me­la­gukan, maka hukum nyanyian tersebut men­jadi mubah. Dengan demikian, nyanyian yang memberi manfaat bagi yang menyanyikan maupun dengan mendengarkan, maka hukum nyanyian tersebut halal. Demikian juga seba­lik­ nya, nyanyian yang membawa kemudharatan, hukumnya adalah haram. Pernyataan tersebut dapat dijadikan pijakan utama bagi para seniman, pendidik, dan penikmat seni dalam menggeluti kesenian. Apabila­ su­atu sajian seni lebih banyak memberikan manfaat maka kesenian tersebut diperbolehkan. Demikian juga sebaliknya, apabila lebih banyak membawa kemudharatan maka tidak diperbolehkan.

istimewa

Landasan yang sangat kuat tentang hukum seni dalam Islam dinyatakan dalam Hadist­Nabi Muhammad yang menyatakan “Inn Allaha jameel wa-yuhibbul-jamaal” yang artinya “Tuhan­ itu indah dan menyukai keindahan” Hadist ini berasal dari hadist sahih Muslim seperti yang dsampaikan Irene Siddique. Para sarjana muslim menjadikan hadist tersebut sebagai pijakan. Berdasarkan hadist tersebut maka dikatakan bahwa seni bukanlah hal yang dilarang dalam agama. Noeng Muhadjir dalam Filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komparatif (2001:2) me­ ngatakan bahwa produk seni tampil dengan kriteria kreatif, indah, dan harmonis. Bila etik di­ma­suk­kan, perlu ditambah dengan mensuci­ kan batin manusia. Dengan demikian, tidak ada pertentangan antara seni dengan agama. Qardla­wy (2003: 21) mengungkapkan kriteria dalam berkesenian agar hukumnya menjadi boleh, antara lain: (1) tidak bertentangan dengan ajaran Islam, aqidah, syariah, dan akhlak; (2) gaya penyampaiannya tidak mengundang maksiat; (3) tidak dibarengi dengan sesuatu yang diharamkan; dan (4) tidak berlebihan. Berdasarkan uraian di atas maka kriteria yang harus dipenuhi dalam menyajikan karya se­ni dalam Islam adalah: (1) lebih banyak membawa manfaat dari pada mudharat, (2) tidak ber­ tentangan dengan aqidah, syariah, dan akh­lak, (3) gaya penyampaiannya tidak mengundang maksiat, (4) tidak disertai dengan sesuatu yang diharamkan, dan (5) tidak melampaui batas.

Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd. Dosen FBS UNY

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

33


opini Sejarah Integrasi Irian Barat ke NKRI Sudah Final O l e h V i n sen s i us F J egaut

A

danya orang-orang yang memperta­ nyakan kembali sejarah integrasi Pa­pua ke dalam Negara Kesatuan Repu­ blik Indonesia atau NKRI de­ ngan be­be­rapa alasan misalnya, pelaksanaan New York Agreement (NYA) yang hanya diikuti tokoh-­tokoh masyarakat dan kepala suku terten­ tu­ yang ada di Papua saja pada ta­hun 1969 silam. Apakah mungkin hal itu dilaksa­na­kan saat itu? Mungkin saja walaupun­masyarakat waktu itu pola pikirnya­belum seperti­zaman modern sekarang ini. Tapi minimal­kelompok intelektual seharusnya waktu itu juga dilibatkan,­bukan­ hanya tokoh-tokoh masyarakat dan kepala suku saja. Tapi apapun perbedaan pandangan orang ten­tang integrasi ini sudah selesai yang ditandai dengan adanya UU No. 12 tahun 1969 tentang pemberian Otonomi Daerah kepada Irian Barat (Papua). Sekarang banyak ribut-ribut soal­ dialog Jakarta-Papua yang selalu ditiupkan oleh sekelompok orang yang setidaknya punya kepentingan politik tertentu, juga dibalik tuntutan agenda dialog nasional tersebut. Tentu saja dialog itu harus dilaksanakan dalam bingkai NKRI juga, bukan minta dialog dengan peme­ rintah pusat agar bisa keluar dari NKRI. Bukan hanya orang Papua saja yan perilu dialog de­ ngan­pemerintah pusat, tapi seluruh rakyat In­ do­ne­sia juga perlu dilibatkan dalam pelaksa­ na­an dialog nasional tersebut nanti. Karena di­alog itu penting untuk brain storming, untuk menciptakan komitmen bersama, guna membicarakan bagaimana rekrutmen politik, kepemimpinan nasional, alokasi kegiatan pemba­ ngunan.

Tentu saja dialog itu harus dilaksanakan dalam bingkai NKRI juga, bukan minta dialog dengan pemerintah pusat agar bisa keluar dari NKRI 34

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

Masih adanya sebagian orang Papua saat ini yang selalu menuntut diadakannya referendum dan pelurusan kembali sejarah­Papua masuk ke wilayah NKRI tahun 1969 me­­ru­­pakan suatu ke­ ke­liruan yang besar dan tidak punya argumentasi historis serta­didukung­dasar hukum internasional yang kuat dan memadai akuntabilitasnya kepada dunia­interna­sional nanti. Tentunya, hal yang sangat­krusi­al seperti ini harus sudah dipertimbangkan de­­ngan matang dan jernih oleh semua orang Pa­pua­saat ini. Sebab,fakta hukum­ in­ter­nasional­ hasil penentuan pendapat rakyat [pepera] dengan rakyat Irian Jaya tahun 1969 tersebut yang dilaksanakan bulan Juli—Agustus 1969 dimana hasil pepera tersebut dapat diterima sepenuhnya oleh Majelis Umum PBB dengan dikeluarkanya Resolusi No. 2504 pada tanggal­19 Novem­ber 1969. Dalam resolusi itu PBB meng­akui­Irian Barat sebagai bagian yang sah dari NKRI dan sudah final keberadaanya. Sejak­saat itulah,­PBB mengakui keabsahaan Irian Barat seba­gai bagian integral dari Negara­ Kesatuan Republik Indonesia yang bentangan wilayahnya­dari Sabang sampai Merauke. Sejak saat itu pula pemerintah Indonesia mengubah nama Irian Barat menjadi Irian Jaya. Hal ini merupakan sebuah fakta hukum internasional yang sulit terbantahkan oleh dunia internasional saat ini. Dengan adanya pepera di atas memang bermasalah karena tidak diatur dengan baik dan jelas mekanisme pelaksanaannya oleh PBB karena sepenuhnya diserahkan kepada Indoneia dan Belanda pada waktu itu. Namun, permasalahan politis tersebut menurut pandangan penulis, yang kebetulan juga se­orang sejarawan, merupakan hal yang sama sekali tidak mengurangi legalitas kekuatan hukum formalnya bagi keabsahan Papua masuk dalam wilayah NKRI. Mengingat hal tersebut hanyalah alasan ad­mi­nis­trasi semata bagi PBB itu sendiri yang menaungi semua kepentingan perdamaian dan keamanan sosial politik bagi seluruh anggota­ nya. Dengan berpegang teguh pada faktor sejarah yang otentik tersebut di atas, hal itu me­ru­ pakan suatu kekuatan dasar hukum yang sudah final bagi NKRI bahwa keabsahan Papua seba­


opini gai propinsi yang paling timur dari wilayah Indonesia sudah sah bergabung dengan yang namanya NKRI. Aneh rasanya kalau masih ada se­kelompok orang di negeri ini, yang masih mau mengotak-atik lagi keabsahan Papua masuk dalam wilayah NKRI tadi. Pada waktu pelaksaanaan pepera, pemerintah Indonesian sudah sangat sah secara hukum untuk melakukannya apalagi telah mendapat pengawasan langsung dari Badan Dunia Internasional yakni PBB sendiri. Karena pepera tersebut dalam pelaksanaan juga di Papua pada waktu itu dapat diikuti semua utusan kepala suku kampung yang ada di seluruh distrik Papua. Walaupun dalam pelaksanaannya yang diadakan tahun 1969 di Papua tidak representative sebab tidak secara holistik pemerintah RI mengakomodir semua satu persatu suara politik warga Papua saat itu. Akan tetapi, hal ini tidak bisa dijadikan suatu alasan pembenaran sebagai dasar hukum bagi­ orang Papua itu sendiri untuk menuntut diadakanya dialog nasional dengan pemerintah pusat di Jakarta saat ini guna meluruskan kembali sejarah Papua masuk dalam wilayah admi­ nistrasi pemerintahan RI pada tahun 1969 silam. Mengingat hasil pepera tersebut dengan suara bulat pada tahun tersebut PBB dan masyarakat dunia telah mengakuinya juga, meski dari aspek politisnya ada sedikit kelemahan yuridis formal dalam implementasinya di tengah masyarakat Papua itu sendiri. Semestinya, hal ini dapat kita maklumi se­ penuhnya mengingat kondisi geografis wilayah tanah Papua sangatlah tidak memungkinkan untuk terlaksanaya pepera tersebut secara aspiratif dengan penuh akomodatif melibatkan semua keinginan orang Papua tadi. Dengan demikian, tidak pada tempatnya sekarang keabsahan Papua masuk ke NKRI pada tahun 1969 yang lalu harus diluruskan kembali oleh pemerintah pusat hanya dengan dalil meluruskan sejarah yang bengkok menurut versi orang Papua semata. Permintaan tersebut di atas jelas sangat tendensius karena tidak memiliki argumentasi hukum internasional yang kuat bagi publik di negeri ini. Adapun hasil akhir dari pepera di Irian Barat pada tahun 1969 tersebut berdasarkan resolusi PBB No. 2504 pada tanggal 19 November 1969 yakni dengan perincian: 84 setuju, 0 menentang, dan 30 abstain. Hal ini sudah menjadi fakta hukum internasional yang kuat legalitas hukum formalnya,

kalam

yang sulit bagi kita semua untuk membatahkannya lagi hanya dengan dalil politik semata. Perlu juga kita sadari bahwa sebuah fakta politik apabila kita mau mengujinya ke ranah hukum pasti kita menemui kesulitan besar untuk membuktikannya bahwa dalam pepera tersebut telah melanggar hukum internasinal tadi. Dengan demikian, sebagai kesimpulan perse­ tujuan New York Agereement di atas, maka­ pemerintah Belanda menyerahkan wilayah ke­ kuasaannya atas Irian Barat sepenuhnya kepada pemerintah Republik Indonesia. Sejak saat itu secara resmi Irian Barat menjadi propinsi ke-27 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang disingkat NKRI. Dengan menggunakan dalil sejarah saja untuk minta diadakan dialog nasio­ nal oleh warga Papua dengan Jakarta­jelas sulit dipahami, dari pandangan aspek hukumnya juga sangatlah lemah. Akan tetapi, mungkin sedikit berbeda apabila tuntutan dialog nasional dengan Jakarta dimaksudkan agar pemerintah membangun Papua secara sungguh-sungguh lagi sehingga tidak ada lagi ke­tim­pangan pembangunan antara pulau Jawa dan Papua dewasa ini. Hal itu jauh lebih­penting­dan bermakna guna memperbaiki­tingkat kesejahteraan hi­­dup orang Papua sekarang ini.

Vinsensius F Jegaut sejarawan dan pengamat masalah pemerintahan dan demokrasi

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

35


resensi media Metamorfosis bagi Guru Oleh En dan g Art i ati S u h est i Hadirnya buku berjudul Teacherpreneur ini bisa menjadi “guru”nya guru.­ Mengapa demikian? Buku ini khusus dipersembahkan untuk memotivasi para guru agar segera melakukan perubahan bagi dirinya sendiri dalam hal finansial. Pada kenyataannya belum semua guru di Indonesia hidup makmur dan sejahtera, masih ada guru yang berpenghasilan kurang layak. Misalnya Pak Hari, “ … Dengan gaji sebagai guru­ tidak tetap (GTT) RP 200.000 per bulan dari dua Sekolah menengah Pertama tempat­ nya­mengajar, penghasilan Hari tak lebih­ dari upah pembantu rumah tangga­paruh­ waktu. Hal itu menyebabkan­kehidupan hari dan keluarganya­dalam keterba­tas­ an. Selama enam tahun bekerja se­ba­gai­ guru, dia masih menumpang di rumah­ mer­tuanya di Desa Karangnanas, ke­ca­ mat­an Sokaraja, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ... .”( hal.15 ). Sungguh ironis, padahal guru berperan besar­ dalam mendidik generasi­penerus bang­ sa. Kedudukan guru amat penting da­ lam mengentaskan buta huruf. Namun realitanya masih banyak guru (terutama guru-­guru yang me­­mang belum­bersertifikasi, guru-guru bantu, guru-guru honorer atau guru-­guru swasta) masih jauh dari hidup sejahtera. Oleh karena itu Husamah, berupaya­ lewat buku ini untuk membuka pikiran para guru agar tidak berpangku tangan saja. Lewat kalimat-kalimat yang berani dan penuh semangat, Husamah mendorong para guru berani melakukan perubahan, jangan hanya diam dan menyerah pada keadaan. Ulat saja­berani bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, memperbaharui dirinya lebih bagus dan lebih indah. Semestinya Anda (baca: guru) mampu melakukan lebih dari se­ kedar itu bukan?!. Teacherpreneur Seorang guru berhak memiliki kehi­ 36

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

Teacherpreneur Jurus Cerdas Menjadi Guru Makmur dan Banyak Penghasilan Penulis: Husamah • Penerbit: Intreprebook, 2011 • Tebal: 224 halaman

dupan mapan dan finansial yang tercukupi. Husamah menawarkan solusi­ nya dengan teacherpreneur, yaitu guru mengembangkan ilmu dan mempraktekkannya dalam bidang bisnis atau usa­ha. Guru perlu mencoba berpikir ber­pikir kreatif untuk bisa memperba­ nyak pemasukan mereka tanpa mengganggu profesi keguruan mereka. Si­ si­ po­sitif menjadi teacherpreneur bisa mendongkrak perekonomian bagi kaum gu­ru. Seperti kisah yang dicontohkan Husamah pada halaman 33,“... Triyono tergolong orang yang susah diam. Semangat­nya yang tinggi juga dipicu ke­nyataan bahwa ia tak bisa sekadar me­ ngandalkan gajinya sebagai seorang guru sekolah dasar untuk menghidupi dan mencukupi kebutuhan pendidikan bagi kedua anaknya. Di sela-sela kesibukan sebagai guru sekolah dasar, ia mendirikan usaha pembuatan alat permainan edu­ katif yang beromzet puluhan juta rupi­ ah perbulan.” Dampak positif lainnya dari teacher­ preneur adalah terciptanya lapangan pe­ kerjaan, sehingga bisa mengurangi ang­

ka pengangguran. Satu hal yang amat penting justru dengan teacherpreneur gu­ru bisa menjadi garda depan untuk menyebarkan virus enterpreneur pada siswa dan mengenalkan dunia­enterpreneur sejak dini. Hal ini lambat laun akan mengubah pola berpikir siswa agar berani menjajaki dunia enterpreneur. Pada akhirnya mereka tidak terlalu menggantungkan ijazah sekolah untuk mencari lapangan pekerjaan. Anda tak perlu khawatir, buku ini menyuguhkan teori dan praktisnya sehingga bagi Anda yang masih awam de­ngan dunia bisnispun akan mudah untuk mempelajari buku ini. Kalimatka­limat yang digunakan Husamah se­ der­hana bahkan saat penulis menjelas­ kan bagaimana cara mengatur dan me­ngelola keuangan. Hanya saja tawar­ an ide peluang usaha yang disuguhkan buku ini terbatas 33 jenis saja, tentu masih banyak ide-ide lainnya yang ma­ sih berserakan. Buku ini menantang Anda untuk menemukan ide-ide peluang usaha yang ke-34, ke 35, dan seterus­ nya. Tunggu apa lagi, bersiap-siaplah Anda untuk melakukan metarmorfosis yang bombastik.

Endang Artiati Suhesti, S.Pd. guru SMP Negeri 2 Cilongok Banyumas


bina rohani Makna Sosial Tradisi Syawalan O l e h Hend ra S ugi a ntor o Tradisi syawalan kerap dilaksanakan­ dalam masyarakat kita setelah lebaran.­ Tradisi syawalan di berbagai daerah me­miliki ragam berbeda dengan bentuk dan ritual khas. Di tengah perbedaan ritual syawalan, ada tradisi menyuguhkan ketupat/kupat. Dalam syawalan ju­ ga masih berlangsung acara saling ma­ af-memaafkan. Meski ketupat tak mesti disajikan, berbicara mengenai ketupat tetap memiliki nilai penting. Pada umumnya, ketupat terbuat dari nasi yang dibungkus daun kelapa muda/janur. Konon, tradisi membuat ke­ tupat ini disosialisasikan pertama kali oleh Sunan Kalijaga yang membudaya­ kan dua kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat. Bakda lebaran setelah sebulan puasa Ramadan. Adapun bakda­ kupat dimulai sepekan setelah lebaran. Kupat bermakna ngaku lepat (mengakui kesalahan). Dilihat secara utuh, ketupat/kupat itu bermakna mendalam. Ru­mitnya anyaman bungkus ketupat meng­gambarkan berbagai kesalahan­ ma­nu­sia. Jika bungkus ketupat dibelah, kita dapat melihat ketupat yang berwarna putih. Itu mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon maaf dari kesalahan. Ketupat juga memiliki makna filosofis lainnya. Dalam hal ini, esensi dari ngaku lepat sekiranya perlu ditekankan. Sebagaimana dimaklumi, kehidupan­ sosial tidak lepas dari salah dan khilaf. Mengakui kesalahan dan saling mema­ afkan sewajarnya dilakukan. Azyumardi Azra (2006) mengatakan terdapat empat dimensi dalam maaf-memaafkan. Pertama, harus dimulai dengan ingatan (muhasabah) akan dosa lalu kemudian me­ maafkannya. Kedua, memutuskan re­sti­tu­si, kompensasi atau hukuman yang harus dijatuhkan kepada pelaku ke­ja­ha­t­an. Ketiga, adanya kesadaran bah­wa setiap manusia memiliki potensi me­lakukan kesalahan. Keempat, bahwa pemaafan harus diorientasikan kepada perbaikan hubungan antar-individu.

istimewa (repro.)

Artinya, maaf-memaafkan hendak­ nya tidaklah seremonial belaka. Ngaku le­pat juga harus bersedia memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain karena setiap manusia tak luput dari salah dan khilaf. Saling maaf-memaafkan jika masih ada kebencian berarti­ belum saling memaafkan. Meminta ma­af atas kesalahan terhadap sesama memang harus dinyatakan langsung kepada manusia bersangkutan. Azyumari Azra (2005) menuturkan bahwa pemaafan tidak sekadar aktualisasi sikap moral bernilai tinggi yang terisolasi, tetapi berkaitan dengan tujuan yang tak kurang mulianya, yakni perbaikan hubungan antar-manusia yang sebe­ lumnya tercabik-cabik penuh kebencian­ dan dendam. Dengan kandungan mulia seperti itu, pemaafan secara implisit juga berarti menunjukkan kesiapan untuk kembali hidup berdamping­an secara damai di antara manusia yang berbeda dengan segala kelemahan dan kekeliruan masing-masing. Dalam tradisi syawalan, laku saling maaf-memaafkan dengan konsekuensi sebagaimana diutarakan di atas harapannya memang benar-benar dijalan­ kan. Di sisi lain, tradisi syawalan hendaknya kian mempererat hubungan sosial dan meneguhkan kesadaran sosial.­Apa

yang kita saksikan selama ini terasa­ janggal. Sebut saja misalnya wajah ce­ ria­dan penuh senyuman dalam acara syawalan. Yang kaya dan yang miskin menampakkan keceriaan dalam sema­ ngat persaudaraan seolah-olah tak ada kesenjangan sosial. Namun, apa yang kita lihat senyatanya? Suasana persau­ daraan itu seperti kamuflase ketika da­ lam kehidupan justru menonjol semangat individualisme. Kepedulian dan em­pati sosial seakan-akan hilang usai le­bar­an dan syawalan. Maka, kerukunan hidup dan keke­ lu­argaan perlu senantiasa terpelihara. Tradisi syawalan seyogianya menguatkan kepekaan, kepedulian, rasa keber­ sa­­maan sosial, dan mengembangkan jiwa-jiwa sosial untuk berbagi dengan sesama. Keimanan kita seyogianya menjadi landasan dan arah bagi pemuliaan kemanusia­an. Saat syawalan, semoga tumbuh kesadaran kita untuk merealisasikan titah Tuhan: menegakkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, menciptakan keadilan sosial, dan menjadi rahmat bagi semesta. Wallahu a’lam.

Hendra Sugiantoro Pegiat Pena Profetik

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

37


cerpen

Masasoul* O l e h A manati a J u nda S . Aku diliputi sensasi keanehan yang membeku tatkala cermin­ setinggi 2 m berdiri mengerikan di depan ranjangku, persis. Hawa dingin menyeruak serasa menggelitik tengkuk. Cermin berbingkai sulur-sulur yang menjulur semakin ke atas dipertemukan oleh kepala ular yang memamerkan taring berbisanya, seakan-akan hendak menancapkan taring tersebut di leher setiap orang yang sengaja berdiri tuk bercermin. Aku memegang leherku. Entah mengapa, yang kurasa jus­tru ular itu hidup, menyeringai memberi salam. Kuamati­ sekujur bingkai cermin yang berkaki mengadopsi kaki gagak yang berkuku tajam. Lagi-lagi aku dilanda perasaan ngeri saat bayangan itu melintas di otakku, dan ini tanpa kusadari, kaki-kaki itu telah mengoyak seonggok daging. Karni­vora tersadis, yang memakan separoh lebih bangkai manusia yang membusuk. “Apa kubilang? Cermin ini sangat menakjubkan bukan? Aku senang melihatmu sampai terbengong-bengong menga­gumi benda temuanku ini.” Aku menoleh, seorang gadis berkepang tiga dengan leher­diberati setengah lusin kalung batu-batuan eksotis, kini bersandar di ambang pintu kamar. Rok pendeknya yang bertumpuk-tumpuk dengan baju kerut-kerut kusam membuatku terpaksa berpikir bahwa ia adalah gadis ketinggalan zaman, atau memang, membenci kemajuan zaman. Ia seperti gadis pada umumnya di tahun 70-an. Mungkin. Sejauh aku teringat foto kenangan ibunya bersama teman-teman sebayanya dulu. “Terima kasih telah repot-repot mengamatiku” kataku sinis sekaligus risih. “Hm... ya, sama-sama” ia berjalan menghampiriku, refleks aku mundur beberapa langkah. Ia tak peduli, jikalau aku memang telah mengetahui tabiatnya. “Kau sakit, Regi?” Aku pucat. Wajahku terpantul dari cermin dan tanpa perlu susah payah kumengerti, aku sedang dilanda ketakutan. Kepala ular itu semakin membuka moncongnya. Aku menggeleng perlahan. “Oh ya, besok aku akan ikut lagi bersama Om Hongoi. Kali ini ke Sumbawa. Kami akan mencari patung kuda peninggalan Kerajaan....” “Berapa lama kau di sana?” potongku cepat. Mata si gadis membulat, bersinar-sinar. Tampaknya ia bahagia atas pertanyaanku. “Kau akan merindukanku Regi?” Aku ingin berlari. Ke toilet. Memuntahkan kegetiran yang selama ini diaduk lambungku. *** Hujan menderu di luar sana. Aku berharap ada seseorang yang menawariku selimut tebal dan secangkir coklat panas. Tapi itu tak mungkin. Aku tertawa kering, mengejek diriku sendiri. Karena hanya aku yang berada di rumah Keramat. Beberapa penghuninya, mereka dengan pola perilaku eksentrik, meninggalkanku untuk ekspedisi favorit mereka. Aku 38

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

tak peduli. Aku malas untuk peduli. Angin semakin keras mengetuk-ketuk daun jendela. Beri­ rama. Tapi tak pelak membuatku menggigil semakin ketakut­ an. Aku tak boleh begini, ya, aku harus ke dapur, membuat sesuatu yang hangat untuk menenangkan syaraf-syaraf otak yang menciut. Aku merasa jauh, sangat jauh untuk mencapai dapur, tempat dentingan sendok dan garpu membentur botol-botol tuak beberapa hari yang lalu. Slagen—juru masak bertubuh gemuk—suka memainkan orkestra seorang diri dengan bantuan perabotan masak memasak. Aku harus melewati lorong yang panjang untuk sampai ke sana. Beberapa lukisan kembali hidup. Aku seperti melihat gadis-gadis Bali melenggak-lenggokkan tubuhnya. Titisan Brahmana, keturunan Sudra… para Ida Ayu dan Luh-Luh yang lincah menari hidup di lorong, menemaniku. Aku bergidik. Lap! Sial! Listrik padam. Keangkeran seperti sedang membawa searmada hantu untuk menyiksaku seorang diri di rumah Keramat. Aku meraba-raba dinding agar tak menabrak sesuatu. Apa pun yang berada di rumah ini adalah berharga. Kekunoan, keantikan, dan kelangkaan yang terjadi pada barangbarang tertentu membuat Sekaraji sekeluarga terjangkit pe­ nyakit akut. Kolektor paling gila yang pernah kutemui. Aku nyaris memecahkan kotak kaca, saat tubuhku tak se­ ngaja menyenggol kotak berisi keris-keris pusaka. Samar-samar, aku seperti mendengar napas tersengal beberapa orang. Aku menulikan telinga. Aku tahu kotak kaca itu berkabut, keris-keris itu memiliki ruh. Aku berlari kembali ke kamar. Secepat yang kumampu. Berkali-kali kakiku menabrak benda antik. Seperangkat porselen Cina nyaris terjatuh, tumpukan aksesoris suku Asmat terguncang, dan aku nyaris menjatuhkan satu set permainan mendalang yang berada di lemari paling atas. Seseorang telah menungguku di kamar. Tersenyum ha­ngat. Ia mirip dengan wajah teduh seorang perempuan khas Jawa tulen. Bersanggul, berkebaya, dan berjarik batik tulis Solo. Cermin mengerikan telah diselimuti selembar kain hitam. Aku mengenalinya sebagai kain suku Badui luar, dari penerangan lilin yang menyala begitu saja. Aku tahu ini janggal dan aku tahu pasti aku akan tidur nyenyak malam ini. Bersama seseorang yang kuanggap ibuku. Entah dari mana. *** Pepohonan di Taman Kota Bungkul memayungi beberapa bangku panjang dari terik panas matahari. Kendati pun aku berhasil menemukan tempat yang asri dan teduh, aku masih tak bisa melupakan peristiwa semalam. Tadi pagi aku terba­ ngun dengan keadaan seperti saat ruhmu belum genap ma­ suk ke sendi-sendi tubuhmu. Aku berjalan terombang-am­bing


cerpen ke kamar mandi. Mencium aroma khas wewangian ibuku, dan tiba-tiba tersentak kembali ke alam sadarku. Di mana wanita yang kemarin? Aku masih bisa merasakan sentuhan lembutnya mengelus rambutku dan meninabo­bokanku de­ ngan tembang-tembang Jawa. “Hai!” sapa seorang pemuda, riang. Ia melambai dan bergegas berjalan menghampiriku. Sepertinya ia memang sedari tadi mencariku. “Di sini kau rupanya, Regi. Aku ingin­ mengembalikan buku-buku sejarah peradaban Majapahit yang aku pinjam minggu lalu. Beruntung, aku menemukanmu melamun di sini. Ada apa? Wajahmu kusut sekali.” Danang. satu-satunya temanku yang masih tersisa lantar­ an ia mempunyai hati yang begitu mulia. Ia adalah mahasis­ wa yang hanya melihat dari sudut pandang kebaikan saja. Itu yang aku temui di sorot matanya tatkala isu bahwa aku, Regi si gadis super malang, mempunyai hubu­ ngan tak wajar dengan Sekaraji, si gadis nyen­trik. Pasangan lesbian. Semua teman seolah-olah ambil jeda cukup jauh dan dingin padaku yang setiap hari harus mengekor, menemani dengan setia kemana pun Sekaraji berada. Aku yang semula seperti abdi ndalem-nya kini naik pangkat sebagai kekasih­nya. Aku tak sudi! Aku gadis normal. Aku mencintai Prasetyo saat aku masih duduk di bangku SMA. Tapi karena keluarga Sekaraji-lah aku bisa mengenyam pendidikan di jenjang ter­tinggi. Tapi, apa harus harga diriku kukorbankan? Terma­suk sisa hidupku juga? “Ke mana Sekaraji? Hunting lagi dia?” Aku mengangguk. “Cari apa sekarang?” “Patung.” “Berarti kau di Keramat sendirian ya?” Danang menyebut kediaman keluarga Sekaraji, yang kerapkali dibuka untuk umum sebagai objek penelitian benda-benda antik. Seper­ti galeri atau museum tepatnya. Aku mengangguk lagi, tanpa­ ekspresi. “Hm…” Danang duduk di sebelahku sambil memandang lurus ke depan. Aku tak tahu ia sedang mengamati apa. Wajar saja bukan, jika mahasiswa Antropologi senang mengamati manusia-manusia di sekelilingnya? “Aku ingin mengatakan sesuatu padamu Regi,” Danang u­tarakan kabar yang menggantung. Namun aku tak meres­ ponnya lebih lanjut. Terakhir kami bertemu, kami sedang mendebatkan penyebaran ras Mongoloid dan penyebaran manusia dari Yunani. Ia menanti reaksiku, atau mungkin mengharapkan nada ketidaksabaran, atau bisa jadi bersiap mengajakku kembali di perdebatan kemarin lusa, tapi akhir­ nya ia meneruskan, “Berkali-kali aku ingin membicarakan hal ini, tapi Sekaraji dengan over protektif­nya selalu mem­ bentengimu.”

Aku sedang memikirkan cara untuk lari dari kehidupan aneh ini, apapun cara itu akan kulakukan, meski harus terdampar ke masa-masa lampau yang primitif. Ya, tanpa ada pengawasan Sekaraji, yang bisa membebaskan jiwaku. Pusar­ an lamunanku mendadak terhenti, menyusut, lalu lenyap, saat suara Danang membuatku tersengat, spontan aku meno­ leh padanya. “Aku sayang sekali padamu Regi.” Kasih sayang hendaknya berasal dari orang-orang yang tepat. Aku bisa menghitung berapa banyak yang menyayangi­ ku. Satu. Hanya ibuku seorang. Beliau yang menamaiku de­ ngan nama tanpa arti—Regi—dan aku juga sa­ngat menya­ yanginya. Kini beliau meringkuk dalam tahanan rumah sa­kit jiwa. Ibu yang selalu kupanggil Emak adalah seorang bekas sinden yang terdampar di kaki gunung Bromo, lalu ditempa­ dunia yang mengecapnya sebagai wanita hina, dan aku se­ba­­ gai seorang bayi haram. Kehidupan serba ke­­ku­ rangan selalu beliau tuturkan dengan ter­ surat lewat cita-citanya yang tinggi. “Re­gi besok harus jadi presiden­… memim­pin rakyat­yang patut dipimpin. Jalannya dari kesabaran dan kerja keras. Apa pun yang terjadi Regi harus sekolah­terus sampai pintar.”­Ka­sih sayangnya mengantarku pada kediaman keluarga Sekaraji. Pada Desember malam, hujan turun begitu deras saat aku yang seharusnya berada di rumah sa­kit, berbaring dengan demam. Emak yang membawaku jauh-jauh dari pedalaman Tengger turun ke kota­ besar, kini begitu rapuh, ketakutan melihat tubuhku menggigil na­mun dengan kulit membara. Kami adalah pengais sampah. Hingga suatu akhir masa itu, jarum-jarum hujan menusuk-nusuk­rumah kardus kami tanpa belas kasih, dan aku bahkan merasa cita-cita adiluhur Emak telah terbawa arus banjir ke com­ber­ an, serta kebahagiaan kami sewujud rongsokan sampah tak berharga di pembuangan. Lalu semua berakhir begitu saja. Emak tak kuasa menanggung beban hidup, jadi tak waras. Lantas, apa ketidakwarasannya menjadi sebuah berkah tersendiri padaku, yang kemudian aku dipungut keluarga Sekaraji, dan menjadi anak angkat mereka? “Hei, Regi! Jawablah. Kenapa kau hanya diam terus? Kumohon, apa kau juga mencintaiku?” Danang menggoncanggoncangkan tubuhku. Aku menepis tangannya. Aku bergegas pulang. Aku tahu, tanpa perlu berbalik menatap matanya. Ada sorot luka di sana. *Bersambung ke edisi selanjutnya

Amanatia Junda Solikhah mahasiswi Komunikasi UGM

P e wa r a D i n a m i ka s e p t e m b e r 2011

39


puisi•geguritan•tembang Sajak Rofiqoh Hadiyati Pengembara Jangan kau tanya telaga ia tak sekolah di rumah-rumah ia tak belajar di bangku-bangku ia tak membaca buku-buku ia tak menulis di kertas-kertas ia hidup lepas di alam bebas lebur dalam pekerjaan berlumpur berguru di alam terkembang mengaji pada bulan dan matahari mengeja sungai di air mengalir membilang ilalang di padang panjang menyemak di segala semak menikmati kesendirian seiring langkah yang lama berjalan wahai peribahasa tuntun ia bertutur kata mengembara kemana ia suka wa

ime

ist

Rofiqoh Hadiyati bergelut di Pena Kuasa Berkarya

pojok ge l it ik

Sang Merah Putih

40

Pewa ra Din a mik a s e p t e m b e r 2 0 1 1

Umarmoyo: Kenapa sih kok jidatmu sampai mengkerut gitu? Umarmadi: Kesel! Umarmoyo: Sama siapa? Umarmadi: Siapa saja! Umarmoyo: Emang kenapa? Umarmadi: Tak seorang pun dari bangsa ini yang konsisten dan konsekuen! Umarmoyo: Maksudmu? Umarmadi: Masih bisa nyanyi lagu ‘Berkibarlah Benderaku’ kan? Umarmoyo: O ... kecil! “Berkibarlah benderaku / lambang suci gagah perwira / di seluruh pantai Indonesia / kau tetap pujaan bangsa / siapa

berani menurunkan engkau / serentak rakyatmu membela ...” Umarmadi: Stop! Dengar, “siapa berani menurunkan engkau, serentak rakyatmu membela!” Ini yang bikin aku marah! Umarmoyo: Lha iya, kenapa harus ...? Umarmadi: Jelas dari lagu itu kita berjanji ‘kita akan melawan siapa saja yang berani menurunkan bendera kita!’ Eee ... lha kok setiap tanggal 17 Agustus sore malah ada upacara penurunan bendera. Apa saya nggak boleh marah? Umarmoyo : ..........................? ema r '11


l

s en

a

Keakraban Saat Haornas Kali ini peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2011 terasa menyenangkan. Setelah senam ria (jumat, 9/9), seluruh sivitas akademika UNY serentak berjalan kaki mengelilingi kampus UNY Karangmalang. Suasana keakraban antara warga UNY pun amat terlihat, meski terik matahari pagi mulai terasa panas. teks : Sismono La Ode • Fotografer: HERI PURWANTO


SELAMAT HARI AKsARA DUNIA Satu dari lima orang dewasa masih belum melek dan sekitar dua-pertiga dari mereka adalah perempuan, sementara 67.400.000 anak keluar dari sekolah (UNESCO). Tugas kita adalah terus mencerdaskan anak bangsa. UNY mengucapkan Selamat Hari Aksara Internasional, 8 September 2011.

universitas negeri Yogyakarta Leading in Character Education Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.