2 minute read

Jendela

Next Article
cerpen

cerpen

DArI kEArIFAN LOkAL kE PENDIDIkAN kArAkTEr

SUDAh kita pahami sejak isu globalisasi menggelinding dari Benua Utara–Eropa Barat dan Amerika Serikat–globalisasi telah membuat batasbatas dunia semakin cair. Yang terjadi adalah terbukanya perluasan lahan bagi produk budaya Barat ke Selatan (negaranegara berkembang). Namun, tidak demikian sebaliknya, ternyata tetap saja sangat sulit produk budaya Selatan menembus Eropa Barat dan Amerika Serikat. Negaranegara Selatan, termasuk Indonesia, tidak lebih dari pasar yang harus mau menyerap produkproduk Barat. Negaranegara Selatan nyaris tidak mampu melakukan negosiasi, karena hampir semua modal, SDM, akses dan teknologi, dan pusatpusat informasi dikuasai oleh negaranegara Barat. Persoalannya, mampukah budaya lokal kita bertahan dan dengan cara bagaimana ketahanan budaya di tanah air ini dibangun? kebudayaan lama dan kebudayaan asli sebagai puncakpuncak kebudayaan daerah adalah kebudayaan nasional kita. kearifan lokal yang terwadahi dalam kebudayaan Indonesia tersebut harus tetap dipelihara agar bisa dikembangkan dan pengembangannya ditujukan untuk kemanfaatan masyarakat, untuk kemaslahatan umat.

Advertisement

Usaha kebudayaan harus ditujukan ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan. Tentu, dengan tidak menolak bahanbahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan kita, serta mempertinggi derajat kemanusiaan kita. konsekuensi dari itu tidak lain kecuali mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam upaya penyelamatan, pengembangan, dan pelestarian warisan budaya.

Memang, tidak semua yang berasal dari budaya Barat sertamerta tidak baik. Sebaliknya, tidak semua yang ‘asli’ dari budaya kita sendiri itu baik. kebaikan dan ketidakbaikan ada di manamana. hanya, ternyata arus budaya yang datang dari Barat demikian kuatnya menghantam budaya lokal kita, sehingga jika tidak dicermati dan diantisipasi, sangat mungkin kearifan lokal kita akan tergilas habis tak bersisa.

Di sinilah satu sisi pentingnya dilaksanakan pendidikan karakter untuk anakanak bangsa kita agar mereka menjadi individuindividu yang berkarakter baik. kita tahu bahwa individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuatnya itu.

Dengan menjadi individuindividu yang berkarakter baik, diharapkan generasi penerus bangsa ini akan mampu menghargai, mengembangkan, dan ikut bertanggung jawab melestarikan budayanya sendiri yang bernilai luhur (adiluhung). Tentu saja, di samping–mau tidak mau–mereka mesti menggauli budaya global (yang diharapkan sudah terfilter dengan baik pula).

Pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuhkembang dengan karakter yang bernafaskan nilainilai luhur bangsa dan agama. Inilah amanah UU SISDIkNAS 2003. Sejatinya, tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya adalah ‘kecerdasan yang berkarakter’.

Jujur, kita berharap banyak dari prosesi pendidikan karakter yang tengah digalakkan di tanah air. Dengan pendidikan karakter yang –mestinya–dilaksanakan di bawah tiga pilar pendidikan (: keluarga, sekolah, masyarakat), yang dengan pendek kata lazim disebut ‘pendidikan budi pekerti plus’, maka anakanak kita akan terdidik dalam konteks pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action)nya.

Meski implementasi pendidikan karakter di bawah tiga pilar itu tadi bukan berarti sudah berjalan tanpa masalah (seperti iklan pegadaian). Banyak sekali faktor yang berlingkarlingkar di masingmasing pilar bak lingkaran setan. Namun, paling tidak, dengan upaya itu anakanak bangsa ini kita yakini akan memiliki sikap ‘sadar budaya’, yang pada gilirannya memiliki ‘ketahanan budaya’, dan pada akhirnya mereka menjadi penyelamat nilainilai budaya kita, kearifan lokal kita. Semoga!

drs. sumaryadI, m.pd. pemimpin redaksi

This article is from: