Pewara Dinamika Agustus 2009

Page 1

Volume 10 • nomor 22 Agustus 2009

issn 1693-1467

P e w a r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

LADANG USAHA UNIVERSITAS Ladang usaha universitas ini amat dibutuhkan, tidak untuk yang lain tapi untuk menunjang kesiapan universitas menuju WCU


SElAMAT MENuNAIKAN IBADAH PuASA 1430 H

Banyak larangan dalam berpuasa bukan berarti mengekang kita. Justru itu semua amat baik untuk kesehatan manusia. Dan banyak perintah dalam berpuasa, itu semua untuk kebajikan kita. Sepakat? Iklan layanan ini dipersembahkan oleh Pewara Dinamika • teks: Sismono la ode • gambar: kalam jauhari


pena redaksi

P ew a r a

Dinamika majalah universitas negeri yogyakarta

PENERBIT HUMAS Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Rochmat Wahab, M.A. (Rektor UNY) PENGARAH Prof. Dr. Hj. Nurfina Aznam, SU., Apt. (Pembantu Rektor I) H. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Pembantu Rektor II) Prof. Dr. H. Herminarto Sofyan (Pembantu Rektor III) PENASEHAT Hj. Sudjariyah, M.Pd. (Kepala Biro AUK) Dra. Hj. Budi Hestri Hutami (Kepala Biro AAKPSI) H. Sugirin, Ph.D. (Kepala KKHP) PEMIMPIN UMUM Drs. Wedho Chrisnarno PEMIMPIN PERUSAHAAN Drs. Wedho Chrisnarto PEMIMPIN REDAKSI Sumaryadi, M.Pd. SEKRETARIS REDAKSI Tusti Handayani, A.Md. REDAKTUR PELAKSANA Sismono La Ode, S.S. REDAKTUR Endang Artiati Suhesti, S.Pd. Dhian Hapsari Witono Nugroho, S.I.P. Kusmarwanti, M.Pd. Hermanto, M.Pd. Desain dan Tata Letak Kalam Jauhari FOTOGRAFI Ahmad Natsir Eka Putra, S.H. REPORTER Ratna Ekawati, S.I.P. (FIK) Isti Kistianingsih, S.Pd. (FISE) Dedy Herdito, M.M. (FMIPA) Haryono (FBS) Badraningsih, M.Kes. (FT) Aryanto Sudarmono, S.Pd. (FIP) Prayoga, S.I.P. (LPM/Lemlit) Agus Purwatma W., S.Pd. (BAAKPSI/BAUK) Syamsu Rahmadi, S.E. (Kemahasiswaan) Yansri Widayati, S.Pd. (Kerjasama) SIRKULASI Drs. H. Trisilia Suwanto Sarjana Sudarman Fashilaturrochmah Widodo Sumedi ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Online: www.uny.ac.id

Ayo cepat… ayo cepat… ayo cepat… begitulah kira-kira semangat dan motivasi­ yang selalu ada dalam benak reporter Pe­­ wa­ra Dinamika. Soalnya sebentar lagi mau pada mudik.. hehehe. Alhamdulillah­ deng­ an etos kerja para redaksi yang begitu hebat juga tertatih-tatih. Majalah kesenang­ an Anda hadir kembali di tengah-tengah para pembaca. Kejar deadline memang men­­­jadi rutinitas kami, tetapi bukan ber­­ ar­ti kami melupakan kualitas tulisan yang ka­mi buat. Permasalahan-permasalah­an­ di lapangan begitu klasik, ketika narasum­ber tidak mudah ditemui, ya tetapi bersa­bar. Ini merupakan ujian, terlebih-le­bih­ kami mengerjakannya pada waktu bu­lan­ Ramadhan. Yang pasti kami pantang menyerah. Kami akan terus membe­ri­kan pembaca sajian yang menarik. Kita tahu bahwa kampus UNY yang tercenta ini telah berstatus Badan Layanan Umum. Belumlah tuntas rasanya jika kami tidak mewartakan tentang beberapa aset yang dimiliki UNY sehingga dapat menjadi pendapatan bagi kampus ini. Dengan ke­leluasaan yang dimiliki sekarang untuk mengelola keuangan, setidaknya UNY beru­ saha untuk mengembangakan unit-unit produksi dan mengoptimalkannya. Di sebelah utara UNY, mempunyai unit produksi percetakan yang selain meme­ nuhi kebutuhan cetak-mencetak di kampus, juga sudah merambah ke penerbitan. Beberapa buku telah berhasil dicetak dan diedarkan di pasaran. Di bawah pengelola­ an FIK, UNY mempunyai unit produksi bola handmade, Di sebelah timur, UNY telah berdiri pula unit produksi untuk mempro­ duksi air mineral dalam kemasan yang di­ beri merk ‘UNYQUA’. Tak ketinggalan pula UNY telah mememiliki auditorium yang megah dan seringkali digunakan untuk resepsi pernikahan. Dan unit produksi­ yang

repro. Kalam/pewara

beru saja diresmikan oleh rektor UNY ada­ lah UNY Hotel yang berada di sebelah ba­ rat UNY. Tentunya masih banyak unit-unit pro­ duk­si lain yang belum termuat dalam Pe­ wara Dinamika edisi kali ini, tetapi setidak­ nya apa yang telah kami sajikan ini dapat memberikan gambaran pada para pemba­ ca semua bahwa UNY telah maju dengan pasti, selangkah demi selangkah menuju World Class University. Kita patut bangga dengan apa yang telah dicapai UNY selama ini, dan akhirnya kami ucapkan selamat menikmati majalah Pewara Dinamika edisi kali ini. Jika ada salah selama ini, kami, sege­nap redaksi Pewara Dinamika mengucapkan maaf sebesar-besarnya, terlebih di bulan yang suci ini, rasa maaf mempunyai makna yang tak terkira. Sekali lagi Maaf dan semoga di Ramadhan di bulan kemerdekaan membawa makna yang tak terkira. 

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Buku (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul bu­ku (khu­sus Re­sen­si Bu­ku). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas UNY.

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009


daftar isi Volume 10 • Nomor 22 Agustus 2009

l a p o r a n U ta m a

Ladang Usaha Universitas Ahmad Natsir/pewara dinamika

Ladang usaha universitas ini amat dibutuhkan, tidak untuk yang lain tapi untuk menunjang kesiapan universitas menuju WCU. halaman 6

22

36 opini

berita

MahasiswA KKN UNY Dirikan Perpustakaan di Bantul Badan Perpustakaan dan Arsip Dae­ rah DIY, Kantor Perpustakaan Umum Daerah Bantul, serta pihak-pihak ter­ kait lainnya. Saat ini sudah ada sekitar 1300 koleksi buku...

Ahmad Natsir/pewara dinamika

Mahasiswa KKN UNY angkatan 2009 di desa Wijirejo Pandak Bantul Yogyakarta bekerjasama dengan­

Berita Lainnya • UNY Kembali Juarai Carnaval Jogya Fashion Week • Dosen Tari UNY Gelar Pelatihan Tari Ke Philipina • Tumbuhkan Semangat Baru • Kenalkan Minat dan Bakat

Izinkan Rakyat Menikmati Kemerdekaan Kemerdekaan Indonesia pada tahun ini menginjak usia 64 tahun. Seperti biasa, setiap menghadapi momentum hari kemerdekaan selalu terjadi dialektika: benarkah... 41 5 42 4 1 3 44 44 40

bina rohani bunga rampai cerpen dari pembaca dari redaksi Jendela pojok gelitik puisi•geguritan•tembang resensi buku perancang sampul: kalam jauhari

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9


jendela

Agustusan di UNY? Bulan Agustus bagi bangsa Indonesia khususnya adalah bulan yang cukup bersejarah. Pasalnya, pada 17 Agustus 1945, 65 tahun yang lalu, alhamdulillah, bangsa Indonesia mendapat­kan kemerdekaannya. Tentu saja, itu setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan. Pun tidak sedikit korban jatuh dan pengorban­an habis-habisan. Sejarah telah menceritakan betapa berlamalamanya bangsa Indonesia terkungkung, terbelenggu, dan terpasung oleh cengekeraman cakar-cakar kuat dan tajam penjajah. Bangsa Indonesia dijadikan ‘barang mainan’, dipermain­ kan, diadudomba, dan seterusnya, dengan kasu­ nyatan bahwa seluruh keuntungan dari hasil kekayaan tanah air Indonesia dirampok, dirampas untuk mereka. Kita menderita. Tuhan tidak tidur! Demikian gema memba­ hana di persada Nusantara. Maka, bangkitlah­ rakyat Indonesia secara bahu-membahu, saiyeg saeka kapti, bagai para pelari estafet, mereka lawan habis-habisan sampai titik darah penghabisan sebagai syuhada, sebagai kusuma bang­sa. Dan, alhamdulillah, bangsa Indonesia­ mampu dan berhak menyatakan diri ‘merdeka’­ sebagai bangsa yang berdaulat di muka bumi ini. Itulah kenikmatan dan janji Allah swt kepa­ da hamba-hamba-Nya yang benar-benar berjuang untuk kebenaran dan kemerdekaan. Ka­ rena, sebenarnyalah tiada kebahagiaan tanpa­ penderitaan dan tiada kemerdekaan tanpa­ pe­ ngorbanan. “Sesungguhnya Allah tidak akan meng­ubah keadaan suatu kaum, sehingga mere­ ka mengubah keadaan yang ada pada mereka sen­diri” (QS Ar-Ra’d: 11). Lantas, apa yang harus kita lakukan seka­ rang?­ Pertama, kita tidak boleh lupa bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah swt itu dengan sebenar-benarnya, tidak saja melalui ucapan, tetapi melalui bukti-bukti tindakan nyata. “Jika engkau sekalian bersyukur, niscaya akan Ku­ tam­bahkan nikmat karunia bagimu; dan jika­ engkau sekalian ingkar, maka ingatlah sesung­

guhnya siksa-Ku amat pedih” (QS Ibrahim: 7). Itulah, bangsa Indonesia masih harus terus dan selalu berjuang untuk mengisi kemerdekaan itu, sehingga kita mampu menjadi bangsa yang ikut ‘diperhitungkan’ dalam konteks percatur­ an dunia. Itulah pula, yang berlangsung dan harus se­ lalu berlangsung di UNY, ikut berperanserta secara aktif, kreatif, dan produktif dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa! ‘Pembangun­ an’ yang selalu kita butuhkan ke depan bukan hanya pembangunan yang bersifat material, melainkan juga pembangunan moral-spiritual, peningkatan pengetahuan, wawasan, kecer­das­ an, kemampuan, keterampilan generasi pe­ne­ rus sebagai bekal bagi tugas-tugas dan tang­ gung jawab mereka. Itulah pula, UNY dengan lantang dan penuh percaya diri mengikrarkan visi perjuangannya: ‘menghasilkan insan-insan yang bernurani, cendekia, dan mandiri’. Sebuah visi yang tidak­ sekedar bombastis tetapi realistis. Pun dalam upaya meningkatkan derajat lembaga ini untuk­ menjadi World Class University (WCU). Untuk mencapai itu, berbagai upaya diperjuangkan. Hal itu termaktub dalam misi UNY: (1) menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka pembentukan insan cendekia; (2) mengembangkan sistem pendidikan yang mampu menumbuhkan lulusan yang mandiri, kreatif, dan inovatif; (3) membangun budaya akademik yang mendo­ rong pertumbuhan nurani lulusan; dan (4) me­ man­tapkan sistem kelembagaan dan jejaring kerja yang menunjang fungsi dan otonomi universitas. Sambil berupaya UNY berdoa agar apa yang diinginkan tersebut mendapatkan ridha dan ber­bagai kemudahan dari Allah swt. Amin. Selamat berjuang UNY tercinta!

Drs. Sumaryadi, M.Pd. Pemimpin Redaksi

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009


dari pembaca Kirimkan kritik/komentar/tanggapan Anda mengenai Pewara Dinamika maupun persoalan di seputar kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kritik/komentar/tanggapan harap dilengkapi identitas yang jelas dan dapat dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY.

Perlunya Apresiasi Seni di UNY Salam untuk redaksi Pewara Dinamika. Kampus kita tercinta memiliki banyak ke­ lompok teater dan kelompok-kelompok ke­ senian lainnya yang tersebar di berbagai fa­kultas. Ada yang gemar bermain musik secara kelompok, baik musik modern (baca: ngeband) dan drumband maupun musik tradisional. Ada pula yang kreatif membuat seni rupa berupa instalasi maupun karya seni lainnya, berupa dua di­ mensi, termasuk fotografi. Ada pula yang bergiat di bidang tari dan musik yang peminatnya tidak hanya dari kalangan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Ini bukti bahwa mahasiswa dan mungkin juga dosen UNY memiliki potensi berkesenian yang luar biasa. Prestasi mahasiswa UNY dalam berseni juga tidak dapat dianggap remeh. Paling tidak, kita pernah mengirimkan kelompok kesenian ke luar negeri seper­ ti Thailand. Pun, memiliki wadah seperti Kamasetra, Unstrat, Serufo yang berada di tataran universitas, ditambah kelompok-kelompok kecil di fakultas. Dari sekian banyak kantung itu, sudah wa­jar apabila UNY seharusnya dapat meramaikan dunia seni di Yogyakarta maupun Indonesia. Sayangnya, gaungnya semakin lama, semakin kurang ter­ de­ngar. Apakah disebabkan kendala bia­ ya, kemandekan karena kesibukan lain ataukah hambatan lain? Atau, janganjangan saya sendiri yang kurang tahu tentang hal itu? Terlepas dari itu semua, saya kira apre­­siasi terhadap seni di UNY ini dapat­ di­­ting­katkan dengan berbagai cara, sa­ lah­ satunya dengan tulisan. Mereka­

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

yan­g sudah berkesenian mungkin akan mera­sa diperhatikan apabila dari kampus sendiri berupaya mengangkat nama­ nya lewat tulisan ataupun pemberitaan. Dalam hal ini Pewara Dinamika adalah me­­dia yang, saya kira, memainkan pe­ ran membangun citra UNY, bukan? Pe­ wara Dinamika memiliki jaringan luas hingga ke kampus-kampus, terutama (mung­kin) di kampus eks IKIP, untuk me­wartakan kegiatan positif UNY. Nah, alangkah baiknya, apabila da­ lam majalah Pewara Dinamika terdapat­ satu rubrik yang mengulas tentang ke­ giatan berkesenian, baik yang dilakukan dosen maupun mahasiswa sebagai upaya meningkatkan apresiasi kita terhadap seni di UNY. Rubrik ini bersifat longgar saja, tidak terbatas pada genregenre seni tertentu. Semua jenis karya seni dapat dimuat di rubrik ini. Penulisnya pun tidak terbatas hanya redaksi

Pewara Dinamika saja, tapi dapat bera­ sal dari kalangan dosen, budayawan, bah­kan pelaku seni itu sendiri (misalnya perupa yang menulis tentang pame­ ran karyanya.) Semoga usul ini dapat dipertimbangkan. Jaya selalu untuk Pewara Dinami­ ka. Terima kasih. Luqman Edi Wibowo Pembaca Pewara Dinamika dan Pecinta Seni

Jawaban Redaksi. Sebelumnya kami mengucapkan te­ri­ ma kasih. Usul saudara kami apresiasi­ dan dalam waktu dekat, kami akan ra­ patkan di sidang redaksi. Yang jelas pada prinsipnya, kami setuju dengan gagasan Saudara bahwa seni haruslah mendapat apresiasi di UNY bahkan di Negara kita. Bravo seni. Redaksi Pewara Dinamika.


bunga rampai

Hak Suami Menurut Islam ol e h B udi Widayati

B

erbicara soal hak suami atas isteri menurut agama Islam, diterangkan oleh Rasulullah sebagai berikut. “Hak seorang suami atas is­ terinya ialah: isteri tidak boleh meninggalkan tempat tidur suaminya, isteri hendaklah bersikap baik dalam memberikan pelayanan kepada suaminya, isteri wajib taat atas perintah suaminya, isteri tidak boleh keluar rumah kecuali atas ijin suaminya, isteri tidak boleh memasukkan orang lain yang tidak disukai sua­ mi dalam rumah” (HR Thabrani). Hadits tersebut cukup jelas, yakni suami mempu­ nyai hak terhadap isterinya dan hak tersebut merupakan cerminan tugas pokok dan fungsi suami-isteri sesuai ketentuaan Islam. Hak-hak suami atas isterinya tersebut di antaranya:

1

Isteri tidak boleh meninggalkan tem­ pat tidur suaminya; ini bisa diarti­ kan­ secara harfiah, isteri harus selalu ada di tempat tidur su­aminya di waktu malam, isteri ti­dak bo­leh tidur sendirian. Dalam arti yang le­bih luas, seorang isteri tidak bo­leh me­ninggalkan suami kecuali atas izi­n suaminya. Dalam hadits lain disebutkan, isteri aka­n shalat di masjid pun, tanpa ijin sua­minya shalatnya tidak sah. Tampak beta­pa demokratisnya ajaran Islam da­ lam berkeluarga. Suami atau isteri tidak­ diperbolehkan bertindak sendiri-sen­ diri, melainkan harus dibicarakan terle­ bih dahulu, sehingga keduanya saling me­ma­hami apa yang akan dilakukan ma­sing-masing. Isteri harus bersikap baik dalam me­ la­yani suaminya; sehingga keluarga­ terasa nyaman dan tenteram. Seperti­ sab­da Rasulullah “rumahku adalah sur­

2

repro. Kalam/pewara

ga­­­ku”, yang artinya suami merasa ten­ te­­­ram, damai, dan bahagia bagaikan hi­ dup­­ di surga. Jika kondisi seperti itu terwujud, ti­ dak­ ada alasan suami pergi ‘kluyuran’. Ke­a­­daan yang damai dalam rumah pun da­­pat menjauhkan perceraian, perpecahan, atau keretakan rumah tangga. Isteri wajib taat atas perintah suami­ nya; pemegang ‘tongkat komando’ dalam rumah tangga adalah suami. Maka, akan melaju ke mana perahu itu ada di tangan suami. Oleh sebab itu, jika isteri tidak mentaati perintah suaminya, perjalanan perahu itu tidak akan lancar­ dan stabil. Isteri tidak boleh keluar rumah; isteri tidak diperbolehkan meninggal­ kan rumah, kecuali atas izin suami­nya. Isteri yang pergi tanpa izin terus-mene­ rus akan cukup sulit dipantau, juga ku­ rang­ baik bagi pendidikan anak-anak.

3 4

Ibu rumah tangga boleh saja mengejar karier, tetapi sebaiknya tidak melupakan tugas pokoknya sebagai ibu rumah tangga yang memilki kewajiban mendidik anak, memelihara anak, dan tugas-tugas lain yang bersangkut-paut dengan anak-anak. Isteri tidak boleh memasukkan orang lain yang tidak disukai sua­mi­­nya; di­mak­sudkan, tamu yang sebaik­nya­­ ma­ suk ke rumah hanyalah tamu yang disu­ kai suami saja, mengingat hal ini bi­sa sa­ ja berbahaya bagi keselamat­an­ isteri. Semoga Allah menunjukkan kita yang benar itu benar dan memberikan ke­kuat­an untuk melaksanakannya dan me­nun­juk­kan yang salah itu salah dan memberikan kekuatan untuk meninggal­ kannya. Amin.

5

BUDI WIDAYATI Staf Umper FBS UNY

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009


laporan utama

Ladang usaha universitas ini amat dibutuhkan, tidak untuk yang lain tapi untuk menunjang kesiapan universitas menuju WCU. Oleh sismo n o la od e

K

emajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong hasrat­ ma­nusia untuk memilih pola hi­ dup baru. Sistem kompetensi­ pun tak dapat dihindari. Tidak­ hanya antarsesama manusia, tetapi da­ ya saing ini merembes pada institusi apapun; di manapun. Semuanya membutuhkan siasat untuk (bisa) terus sur­ vive. Jika tidak, mereka akan ditelan sejarah hanya lantaran tidak dapat berbuat apa-apa.

Dan kini, UNY sebagai universitas yang baru saja mendeklarasikan diri se­­ba­gai universitas yang siap menuju­ World Class University (WCU) mau tidak­ mau;­ suka tidak suka harus siap bersaing. Tidak hanya soal yang urgen itu, yak­ ni akademis. Tapi perkara insfra­struk­tur (baca: fasilitas penunjang) uni­ver­sitas siap tidak siap juga menjadi­ ukuran yang tak kalah pentingnya. Dua hal ini saling berkelindang, bagai deretan mata rantai. Jika hanya mengejar keunggulan akade­

mis tanpa mengejar keunggulan fasilitas, maka visi tersebut tampaknya akan pincang, pun seba­liknya. Nah, untuk menunjang visi tersebut, maka soal tambahan anggaran adalah hal yang tak bisa ditawar-tawar. Jika tidak urusan akademis dan fasilitas penunjang akademis itu akan terbengkalai, yang ujung-ujungnya akan merugi­ kan kita semua. Adalah langkah yang wajib diapresi­ asi jika saat ini universitas sedang gen-


jot-genjotnya mencari sumber anggaran lain. Tentunya dilakukan dengan ca­­ra-cara yang institusional (legal). Se­ pan­­­jang sejarah UNY, kampus Karangmalang ini mempunyai pelbagai sumber anggaran lain; di luar anggaran subsidi pemerintah. Mau tahu? Ba­ca majalah Pewara Dinamika edisi ini ka­li. Yang pasti, sebagaimana diutarakan Sutrisna Wibawa, M.Pd., Pembantu Rektor II UNY bahwa ladang usaha universitas itu dibuat untuk mencari anggaran

tambahan. Sehingga, biaya operasio­nal pendidikan di kampus tercinta ini ti­dak hanya mengandalkan pemasukan da­ ri pemerintah pusat dan mahasiswa, yang ujung-ujungnya kampus menjadi ma­hal. Tetapi, ladang usaha itu justru mem­bantu kampus dalam melaksa­na­ kan program-program yang telah di­ ren­canakan. Terlebih, dengan adanya ke­siapan UNY menuju WCU pasti membutuhkan biaya yang ti­dak murah. Jika kita sepakat dengan logika di

atas, maka kini UNY sedang masuk­ da­ lam dunia baru dengan segenap kerumitannya. Dan itu hanya diatasi de­­­ngan siap menjadi kompetitor ulung, yang didukung oleh pemikiran brilian dan sumber dana yang tak bisa dibilang­ sedi­ kit. Nah, ladang usaha universitas ini bisa jadi menjadi tawaran baru yang krea­ tif. Walaupun demikian, catatan untuk dikelola secara profesional tetap menja­ di hal yang tak bisa diremehkan. Bukan­ begitu? 


laporan utama

ASET: Nafas Hidup UNY Aset universitas yang makin memadai haruslah digunakan secara optimal dan kreatif. Jika tidak, maka cita-cita UNY yang siap menuju kampus kelas dunia akan terhambat. Oleh D hian Hapsari

S Sutrisna Wibawa, MPd., Pembantu Rektor II

ejak diresmikannya menjadi Badan La­­ yanan Umum (BLU) penuh pada 21 April 2009 lalu, UNY semakin bersema­ngat­ membangun kampus. Terbukti­ de­ng­an penambahan bangunan, perbaikan di ber­ba­ gai bidang, dan peningkatan layanan. Pem­­ba­ ngun­an itu antara lain pembangunan UNY Hotel, reno­vasi masjid Mujjahidin, pem­ba­ngunan gedung­ Lembaga Pengabdian Ma­syarakat (LPM), Pemba­ngunan gedung Lembaga penelitian (Lemlit), pem­bangunan gedung tambahan Pusat Komputer (Puskom), Pembangunan Joglo dan tambahan gedung Museum Pendidikan Indonesia yang berada pada satu kawasan, Perbaikan infrastruktur jalan raya, dan peningkatan layan­an lainnya. Peningkatan pelayanan dan infrastruktur di UNY ini memang suatu kewajaran untuk meng­ im­bangi tujuan utama BLU. Menurut Pembantu Rektor (PR) II, Sutrisna Wibawa, MPd., pada rapat redaksi Website UNY, di ruang RKU rektorat

foto-foto ahmad natsir/pewara dinamika

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

beberapa waktu lalu, dengan adanya BLU, UNY berkemungkinan mendapatkan income genera­ ting melalui unit-unit usaha yang hasilnya dapat dikelola secara otonom berprinsip efisiensi­ dan produktivitas ala korporasi. Efisien yang dimaksud karena BLU dapat me­ nyingkat alur administrasi. “Dana yang dipero­ leh dari mahasiswa bisa langsung digunakan tanpa menyetor terlebih dahulu ke KPPN. Selama ini, dana masuk ke KPPN lalu ditarik untuk di­gu­nakan dalam kegiatan. Proses penarikannya tersebut yang biasanya memakan waktu cukup lama,” tuturnya. Efisiensi ini dapat mendukung produktivitas karena dapat mening­kat­ kan pelayanan kampus pada mahasiswa dan masyarakat. Model BLU ini memang berbeda dengan Ba­ dan Hukum Pendidikan (BHP) yang kontroversi itu, karena dalam BLU tidak terjadi pemisah­an aset. “Orientasi BLU adalah dalam segi peng­ elolaan keuangan, tanpa ada pemisahan aset negara dan aset universitas,” tambahnya. De­ ngan demikian, universitas masih tetap mendapatkan subsidi dari pemerintah lagipula UNY sedang menggodok aset-aset berharga yang ber­ potensi mendatangkan pemasukan, sehingga tidak akan membebankan mahasiswa seperti yang dikhawatirkan selama ini. Rektor UNY, Dr. Rochmad Wahab, MA., dalam sambutan peresmian UNY Hotel mengatakan, dengan diberlakukan BLU, maka UNY akan semakin lincah memainkan perannya, termasuk­ dalam usaha pencarian dana yang otomatis ti­ dak­ membebani mahasiswa. Menyinggung so­ al kontroversi BHP, Rochmat mengungkapkan bahwa sesungguhnya dengan diberlakukannya BHP, kita tidak bisa meminta kepada mahasiswa le­bih dari sepertiga dari biaya pendi­dikan ma-


laporan utama hasiswa tersebut. Sedangkan dua per tiganya dia­tasi oleh pemerintah, ya sekitar 50%. Sepere­ nam­nya universitas yang harus menyedi­akan dananya. Salah satunya adalah dengan ker­ja­sa­­­ ma dengan berbagai pihak, termasuk pem­bu­ka­ an unit usaha hotel ini. Belum lagi uni­ver­­­si­tas harus menyediakan beasiswa minimal­ 20%.

Aset-aset UNY Peningkatan pelayanan tentu menuntut peningkatan di bidang pembiayaan. Hal inipun sudah dipertimbangkan dengan masak oleh tim. Oleh karenanya, UNY memaksimalkan beberapa unit produksi ataupun aset UNY yang berpeluang menghasilkan income generating demi peningkatan pelayanan. Aset menurut definisi Australian Accounting Standard Board (AASB) diartikan sebagai service potential or future economic benefits controlled by the reporting entity as a result of past transaction or other past events. Aset tidak dibatasi bentuk yang sangat kaku sehingga pemaknaan tentang aset bukan sekadar yang dapat memberikan mas­ ukan keuangan. Dalam bidang pendidikan seper­ ti univeritas tentu aset pun dapat beraneka rupa, seperti keilmuan, infrastruktur dan jaringan. Secara matematis dalam laporan dies UNY ke-42, aset UNY sebesar Rp 189.405.577.124,(seratus delapan puluh sembilan milyar empat ra­ tus lima juta lima ratus tujuh puluh tujuh ribu ser­ atus dua puluh empat rupiah) yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp 4.532.453.350,- (empat milyar lima ratus tiga puluh dua juta empat ra­ tus lima puluh tiga ribu tiga ratus lima puluh ru­ piah), Aset Tetap sebesar Rp 184.873.123.774,(seratus delapan puluh empat milyar delapan ratus tujuh puluh tiga juta seratus dua puluh ti­ ga ribu tujuh ratus tujuh puluh empat rupiah), dan Aset lainnya sebesar Rp 0,- (nol rupiah). Sedangkan jumlah kewajibannya sebesar Rp 4.186.356.500,- (empat milyar seratus delapan puluh enam juta tiga ratus lima puluh enam ri­ bu lima ratus rupiah), yang merupakan Kewajiban Jangka Pendek. Aset yang berupa infrastruktur dapat diwujudkan dengan unit-unit produksi yang berpotensi menghasilkan income generating. Sebut saja GOR, kolam renang FIK, lapa­ngan atletik, UNY Hotel, UNYQUA, audito­ri­ um, Museum Pen­didikan, UKMUKM, Jogja Sport UNY, pe­­nge­ lolaan sampah­ di FMIPA,­ UNY Press, dll.

Aset-aset ini memang tidak semuanya berada di bawah universitas, tetapi ada juga yang dibawahi fakultas bekerja sama dengan swasta. Dalam hal ini universitas memberikan otonomi fakultas untuk mengembangkan diri dan mendapatkan pemasukan secara otonomi pula. Empat aset yang berada di bawah universitas antara lain auditorium, UNY Hotel, UNYQUA, dan UNY Press.

Pengelolaan Aset Pengelolaan aset tidak sepenuhnya harus berada di bawah fakultas ataupun univer­sitas. Aset tersebut dapat dikelola be­kerja sama dengan pihak swasta seperti sudah diterapkan pada managemen UNY Hotel. Gene­ral manager UNY Hotel, Yubdi Herdianto, mengatakan hotel ini dikelolanya tetap berhubungan secara koordinasi dengan UNY. “Kami melakukan eva­ luasi dengan tim UNY dan memberikan lapor­ an keuangan pada PR II dalam jangka waktu tertentu.” Managemen pengelolaan memang sengaja ditangani CV Smart Manajemen Hotel­ dalam bentuk kerjasama operasional. Itu dila­ kukan karena UNY belum memiliki pengalaman dalam manajemen perhotelan. Pembangunan UNYHotel yang menghabis­kan dana kurang lebih Rp 5 Milyar ini memang­ bukan proyek tanggung-tanggung. Pembangunan­ nya saja dirancang oleh konsultan perencana PT Pola Data Konsultan, diawasi oleh konsultan pengawas CV Pola Pembangunan dan diba­ ngun kontraktor PT Kusuma Karya. Pembangun­ an dengan diawasi ketat tim teknis UNY dan Departemen PU DIY, yang memiliki keahlian di bidangnya. Tentu saja dengan proyek UNYHotel dapat memberikan angin segar bagi dunia pari­wisata dan mengang­kat nama­ UNY di kancah na­si­ onal, di samping me­ narik pemasukan. Berbeda dengan pe­ngelolaan GOR dan lapang­an atletik.­ Dua aset tersebut­ dike­lo­la oleh mana­ge­men be­ker­ ja sama de­ngan swas­ ta, namun tetap ber­­a­­da di bawah

Dr. Rochmat Wahab, MA., Rektor UNY

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009


laporan utama

Para pemimpin UNY. Dari kiri: Dekan FIK, Sumaryanto; Kepala Lemlit, Sukardi; Dekan FMIPA, Ariswan; Dekan FT, Wardan Suyanto; Dekan FBS, Zamzani; PR II UNY, Sutrisna Wibawa; Sekretaris Senat UNY, Wuradji; Rektor UNY, Rochmat Wahab; PR I UNY, Nurfina Aznam; PR III UNY, Herminarto Sofyan; Dekan FISE, Sardiman, AM.; Dekan FIP, Dardiri.

10

Fa­kul­tas Ilmu Keolahra­ga­an (FIK). Dilihat dari po­ten­sinya, memang FIK memiliki aset berbentuk fasilitas yang dapat disewakan umum lebih ba­nyak daripada fakultas lainnya karena selain FIK memiliki lahan yang luas juga­ membuka peluang untuk menarik income lebih banyak. Tidak menutup kemungkinan bagi fakultas lain yang akan mengembangkan sayapnya untuk mendapatkan income lebih, sebab aset ti­dak sekadar ditilik dari fasilitas yang kasat mata­ sa­ ja. Mahasiswa dan keilmuan merupakan aset lain yang juga dapat mendukung perkembang­ an UNY ke depan. Aset lain yang pen­ting untuk pe­ngem­bangan UNY ada­lah aset tanah. Seperti yang di­per­caya­ kan Pemda­ DIY, dalam bidang­ kemasyarakatan UNY dipercaya mengelola hutan kemasyarakat­ an seluas 10 hektar. Selama 15 tahun hutan itu dapat menjadi aset UNY sebagai jaminan pem­­berian beasiswa kepada calon mahasiswa UNY yang kurang mampu asal DIY. Setidaknya,­ menurut data yang dikelurkan UNY tahun 2006, UNY memiliki aset tanah di dalam dan di luar kampus seluas 412.998,98 m2 dengan nilai tak-

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

siran sebesar Rp17.689.827.385,17,-. (tujuh be­ las milyar enam ratus delapan puluh sembilan ju­ ta delapan ratus dua puluh tujuh ribu tiga ratus delapan puluh lima koma satu tujuh rupiah). Aset sebesar ini memerlukan pengelolaan yang efektif, efisien dan rigid. Untuk itu belum­ lama ini UNY mengadakan Workshop Sistem Akuntansi Instansi (SAI) untuk sosialisasi pene­ rapan SAK dan SIMAK Barang Milik Negara (BMN) dengan materi yang diberikan termasuk­ Sistem Akuntansi Aset Tetap BLU.

Pasang Surut Ibarat berdagang, pasti ada pasang surut pen­ dapatan. Ini pun dialami unit-unit usaha­ di UNY. Tengok saja Jogja Sport UNY yang mempro­duksi bola handmade (jahit tangan) dan Percetakan UNYPress. Jogja Sport UNY yang sudah berjalan kurang lebih satu tahun ini merasa belum dapat struggle. Menurut Dr. Siswantoyo, “Usaha produksi bola handmade ini masih dalam tahap pengembangan dan mempelajari sistem yang terbaik untuk beradaptasi dengan BLU.” Paling tidak, pemasukan yang sudah didapat­


laporan utama kan masih digunakan untuk pengembangan. “Kami belum bisa menghitung secara pasti­ ka­ rena setiap ada pemasukan langsung dialoka­ sikan untuk pengembangan.” Oleh karena itu, agar tetap mendapat pemasukan di tengah se­pinya pemesanan bola, JSU tetap berusaha men­da­patkan pemasukan dari berbagai cara, ter­masuk membuka Sport Tourism Education dan membuat pernak-pernik berkaitan deng­ an olahraga. Tidak jauh berbeda dengan yang dihadapi UNYPress. Menurut Joko Santoso, M. Pd., selaku koordinator UNYPress, proses penerbitan menemui beberapa hambatan terutama di sisi permo­ dalan. “Penerbitan UNY sudah bisa jalan, tetapi masih lambat. Sebuah percetakan bisa eksis kalau sudah bisa menerbitkan paling tidak 125 judul buku, kalau sudah 500 judul buku itu sudah sehat. Dari jumlah itu kan, nanti ada yang best seller, atau yang laris, atau justru ada yang tidak laku. Kalau masih menerbitkan di bawah 100 judul buku, masih kembang-kempis,” paparnya. Kendala lain yang menghambat UNYPress an­tara lain mesin cetak yang tersedia. “Mesin cetak kita belum mampu mencetak sekali jadi, kalau untuk mencetak produk yang berwarna harus empat kali naik cetak. Hal ini membuat proses cetaknya menjadi semakin lama, karena tinta mesin harus diganti dulu untuk proses cetak kedua dan seterusnya. Kalau tidak begitu, hasil warnanya akan bercampuran. Yang membuat lebih lama lagi, kita harus menunggu warnanya kering dulu, baru bisa kita naikin (cetak, red) lagi,” terang Rus, pegawai UNYPress. Selain itu, lanjut Joko, para penulis masih ra­­gu-ragu, mereka lebih memilih ke penerbit yang lebih bergengsi. “Saya pikir, percetakan UNY agak sulit menembus di pasar umum, yang ke­ma­rin produknya (buku-buku terbitan UNY Press, red.) yang sudah dipasarkan di publik saja ti­dak begitu laku. Mungkin karena orang meli­ hat­­nya dari kampus mana dulu. Kalau di pergu­ ru­­an tinggi lain, mereka dapat berkembangan karena ada campur tangan pihak ketiga juga,” ungkapnya. Unit produksi lain yang memberikan kabar gem­bira antara lain auditorium, GOR, UNYQUA, dan UNYHotel. Auditorium yang kini disewakan umum berbandrol Rp 12 juta ini cukup laris da­ lam­ bulan-bulan tertentu. Harga Rp 12 juta ini ti­dak dipatok secara kaku. Menurut Petrus Suyo­ no, pegawai auditorium UNY yang membantu

pemasaran, “Kalau penyewa berasal dari keluarga UNY hanya dikenai Rp 6 juta, sedangkan ma­hasiswa UNY dapat free asalkan ada surat dis­posisi dari PR II.” Pemasukan yang dipanen UNYHotel juga ti­ dak­ terbilang sedikit dalam rentang waktu ku­ rang­ dari lima bulan. Yubdi Herdianto menga­ ta­kan, sejak peresmiannya, UNY Hotel telah me­­ne­rima kurang lebih enam order, salah satu­ nya dari Fakultas Kedokteran UGM. Kendati ti­ dak­ mengatakan secara pasti berapa pemasuk­ an yang didapatkan, Yunbi mengungkapkan pemasukan selama ini sudah terbilang cukup baik dan dapat digunakan untuk operasional hotel. Produksi air minum UNYQUA yang dirintis UNY di bawah CV Multi UNY yang berubah na­ manya menjadi Unit Produksi ini pun mulai me­­rangkak naik. Direktur Utama UNYQUA, Dr Moer­diyanto, menyatakan air mineral dalam kemasan ini sudah mulai dikonsumsi pasar luar seperti PT Telkom, Kantor Pos, beberapa industri selular di sepanjang jalan Gejayan,”ungkap Murdiyanto. Aset-aset berharga yang sedang dikembangkan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan lulusan melalui pendanaan mandiri. Seperti yang diungkapkan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., unit usaha ataupun aset ini merupakan upaya universitas untuk memperoleh sumber pendanaan pendidikan. la ode, dhian, hesti

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

11


laporan utama

UNYQUA Siap Bersaing Sebagai salah satu bagian dari unit produksi UNY, air minum mineral dalam kemasan yang bermerk ‘UNYQUA’ siap menjadi income genera­ting bagi UNY. Oleh Endang Artiati S uhe sti

S

ejak 21 April 2009 lalu, UNY resmi men­ ja­di Badan Layanan Umum (BLU). De­ ng­an menyandang status sebagai BLU, kampus yang bervisi bernurani, cendekia, dan mandiri ini mempunyai keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada­ masyarakat. Seperti dilansir dalam Pewara no­mor 19 Mei 2009, Sutrisna Wibawa, M.Pd meng­ung­kapkan, ”UNY boleh mengoptimalkan­ unit-unit usaha yang hasilnya dapat menjadi­ pendapatan BLU itu sendiri. Memang usaha yang didirikan UNY tidak mengutamakan pencarian keuntungan, tetapi bagaimanapun kita­ harus mendukung dengan melakukan bisnis yang sehat. Adalah UNYQUA, salah satu unit usaha yang sedang dikembangkan. Di bawah Direktur Utama, Dr Murdiyanto, air mineral dalam kemas­an ini merangkak naik di pasaran. Utamanya­ memang untuk konsumen di UNY tetapi, di pasar luar, UNYQUA juga mulai dikonsumsi.” Banyak yang sudah membeli dari pihak eksternal, PT Telkom, Kantor Pos, beberapa industri selular di sepanjang jalan Gejayan,” ungkap Murdiyanto.

12

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

hesti/pewara dinamika

Dr. Murdiyanto, Direktur Utama CV Multi UNY

Unit Produksi UNY Membahas tentang produksi UNYQUA tak akan lepas dari CV Multi UNY, karena UNYQUA ini merupakan salah satu produk dari CV Multi­ UNY. “Dulu (baca: tahun 2007) CV Multi UNY di­ per­si­ap­kan untuk dijadikan income generating unit dalam rangka menyongsong UNY sebagai BHP. Dulu ini dibentuknya sebagai university cor­ po­ra­tion, perusahaan universitas artinya peru­ sa­haan pemerintah yang pendapatannya bisa untuk UNY. Tetapi dalam perkembangannya, UNY masih menjadi BLU sehingga yang tadi­ nya CV berubah menjadi unit produksi. Hanya sa­ja, kegiatan bisnisnya tidak berubah,” terang

Murdiyanto. Ada empat unit usaha di dalamnya, yaitu bi­ dang usaha jasa kepakaran, industri, perdagang­ an, dan jasa perkreditan. Unit usaha jasa kepakaran adalah unit yang melakukan kerjasama di bidang pelatihan dan konsultasi, misalnya pelatihan bahasa Inggris dan entrepreneurship. Unit perdagangan, yaitu unit yang menjual mer­ chandise identitas universitas yang berbentuk kaos, penjepit dasi berlogo UNY, gantungan kun­ci logam dan wayang, batik yang fungsinya sebagai cindera mata, misalnya pada saat ada event di UNY. Di dalam unit perkreditan, menyediakan kredit kepada karyawan dan dosen. Ada kredit profesi untuk para dosen yang akan me­ lan­­jutkan studi dan ada kredit reguler dengan bunga yang rendah. “UNYQUA masuk di dalam unit industri. Sekarang malah sedang direnca­ na­kan untuk memproduksi kertas. Jadi kita akan membeli kertas mentah dalam lembaran la­lu dipotong dan dikemas,” papar Murdiyanto­ kemudian. Dalam menjalankan usahanya, Murdiyanto­ dibantu oleh Drs Faham, M.Pd dan Dr. Widyastuti Purbani, MA sebagai wakil direktur. Selain itu dibantu juga oleh Supriastuti, BBA, Endang Suryaningsih, SE, Brahma C dan Arif sebagai staf.


laporan utama

ahmad natsir/pewara dinamika

Keempat kegiatan bisnis dalam di dalam unit produksi UNY ini sudah berjalan lancar Sejak berdiri pada pertengahan tahun 2007, laba yang diperoleh mencapai Rp 50.021.000,-. Di tahun 2008 sudah hampir full, keuntungan mencapai Rp 99.734.000,-. “Mulai tahun 2008 seperempat

dari laba kotor sudah diserahkan di universitas. Sisa keuntungan diinvestasikan kembali. Contohnya keuntungan Rp 99.734.000,-, sekitar Rp 25.000.000,- diserahkan ke universitas dan yang Rp 74.734.000,- direinvestasi untuk pengembangan industri air mineral, selain itu juga untuk studi kelayakan industri kertas. Kalau semua sudah jalan dan permodalan sudah terpenuhi maka seluruh keuntungan bisa diserahkan ke universitas,” terang Murdiyanto. Untuk meraih hati para konsumen, Murdiyan­ to melakukan promosi dengan memberikan pro­ duk-produk contoh terlebih dahulu. Selain itu leaf­leat kecil juga disebarkan kepada masyara­ kat. “Selama ini kerja yang dilakukan profesional.­ Artinya ada penetapan harga pokok industri. Ki­ta memang mengambil tingkat keuntungan­ yang rendah. Kita tidak membuat perbedaan harga antara pasar internal dan eksternal. Harga kita kompetitif dan kita usahakan masih di bawah harga pasar, contohnya untuk UNYQUA isi ulang pergalon diberi harga Rp 3.500,00 untuk yang berbentuk gelas per dosnya Rp 13.000,-,” papar Murdiyanto. Harapannya, tambah Murdiyanto dengan harga yang lebih rendah, tetapi ku­a­litas tetap sama, semua unit (baca: di UNY) ti­dak membeli di luar. 

Kenali Bisnis Sejak Kecil O l e h Endang Artiati S uhe sti Kalau dikatakan bakat mungkin tidak, tetapi sejak kecil Mur­diyanto yang lahir di desa Karangsari, kec. Pengasih, kab. Kulonprogo 50 tahun yang lalu ini sudah dikondisikan berdagang. Karena ayahnya pensiun lebih cepat, untuk mencukupi kebutuhan hidup ibunya menjadi pedagang gula. Murdiyanto kecil dan enam saudara laki-lakinya bera­ mai-ramai membantu ibunya setiap hari. “Mulai dari membina petani penderes sampai pada menjual gula, semua anak laki-laki ibu dilibatkan. Pertimbangan ibu saya, supaya anak laki-lakinya bisa mengerti kalau mencari uang itu sulit dan tentunya harus berlaku hemat dalam rangka memberdayakan anaknya sendiri,” kisah Dr. Murdiyan­ to sembari tersenyum. Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Murdiyanto kecil ti­ dak diizinkan untuk melanjutkan ke SMP dan SMA. “Jadi­ saya harus masuk ke Sekolah Menengah Ekonomi Perta­ ma (SMEP) dan setelah lulus melanjutkan ke Sekolah Mene­ ngah Ekonomi Atas (SMEA),” ungkapnya. Tak berhenti di

situ, Murdiyanto melanjutkan kuliah di dunia ekonomi juga. Ia melanjutkan S1 di IKIP Yogyakarta jurusan ekonomi perusahaan kemudian S2 di IKIP Jakarta jurusan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Sedangkan S3-nya diteruskan di UII Yogyakarta dengan mengambil jurusan keuangan. Saat Sekolah Menengah Ekonomi Atas, ia sudah menco­ ba untuk membuka usaha sendiri, bisnis gula seperti ibu­ nya.”Tetapi perbedaannya, saya menjual gulanya di Solo, di pasar legi,” tutur dosen FISE ini. Berbekal pengalaman bis­nis dari kecil, Murdiyanto sudah lihai dalam mencari pe­luang. “Saya mencari tempat yang di situ tidak banyak­ yang menjual gula tetapi membutuhkan gula. Dan saya me­lihat kota Solo adalah tempat yang sesuai karena di sa­ na orang suka makanan manis tetapi penghasil gula di Solo tidak banyak seperti di Kulon Progo,” paparnya ra­mah. Ia tahu bagaimana mencari kredit untuk usaha. Bahkan saat Murdiyanto mulai berbisnis gula sekitar tahun 1974, ia sudah berani mengambil kredit sebesar Rp 5.000.000,di BRI. “Waktu itu uang lima juta gedhe sekali, padahal har­ga sepeda motor saat itu masih sebesar Rp 500.000,,” aku Murdiyanto yang menjadi direktur unit produksi UNY ini. 

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

13


laporan utama

Hotel Beratmosfir Akademis Letaknya yang di tengah lingkungan kampus membuat UNY Hotel beraromakan akademis. Oleh D hian Hapsari

B

erada di tengah lingkungan kampus yang strategis menjangkau perpusta­ ka­an, mini market dan café menjadi­ ke­lebihan utama UNY Hotel. Jarak an­ ta­ra hotel dengan perpustakaan kurang lebih ha­nya 600 meter ke arah selatan, sedangkan mi­ ni market dan cafe berada tidak lebih dari 200 meter saja. Keterjangkauan ini membuat suasa­ na hotel jauh dari gemerlap kota riuh. Selain dilingkupi suasana yang kondusif untuk belajar dan beristirahat, hotel ini menyedia­ kan fasilitas yang cukup lengkap, seperti cafe­ cor­ner yang menyediakan berbagai macam mi­ num­­an dan snack, lounge dengan suasana te­ nang,­ meeting room lengkap dengan hot spot dan ka­mar yang nyaman. Hotel beralamatkan di kawasan Karangma­ lang jalan Colombo ini memiliki 53 kamar yang terbagi menjadi 3 kategori: standart, deluxe,­ dan superior. Fasilitas yang ada di masing-ma­ sing­ kamar kurang lebih sama yaitu AC, TV 21 Inch, air panas dan dingin, telepon, refrigator, Tv cable, laundry service, dan internet. Yang mem­be­da­kan hanyalah view luar jendela. Bila menyewa kamar superior, kita akan disuguhi pe­man­dang­an Gunung Merapi yang saat cuaca cerah akan berwarna biru tua. Setiap kamar terdiri dua tempat tidur dengan tambahan satu extrabed, kecuali kamar kategori king yang ha­ nya menyediakan satu tempat tidur berukuran­ besar. Bandrol yang dikenakan untuk tiap net per

ka­marnya terbilang cukup murah. Kamar deng­ an kategori standar dikenai Rp 350.000,-, kamar deluxe berharga Rp 400.000,-, dan kamar superi­ or dihargai Rp 450.000,-. “Kalau mahasiswa atau warga UNY sendiri yang menyewa tentu har­ga­nya berbeda,” kata Yubdi Herdianto, Ge­ neral Manager UNYHotel.

dokumen pribadi

14

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

Menyulap Training Center Bangunan yang berdiri di tanah seluas 2000 m2 dengan luas bangunan 666 m2 ini rencana­ nya akan dijadikan training center, namun keti­ ka sampai di tangan Yubdi bangunan itu disu­lap menjadi UNY Hotel yang mirip hotel bintang 3 dalam waktu kurang dari sebulan. Setelah selesai berdandan, hotel ini kemudian diresmikan pada 21 Juli 2009. Sebelum aktif di UNY Hotel, Yubdi memili­ ki pengalaman yang cukup matang di bidang per­hotelan. Ia memulai kariernya di perhotelan­ pa­da 1987. Hotel pertama yang menoreh pe­ ngalaman berharga baginya tidak lain Jogja International Hotel yang diawalinya dengan menjadi receiving hingga sampai kepala keuangan. Setelah itu ia berkecimpung di Centuri Hotel tahun 1995 dan sempat vakum beberapa saat. Ke­ vakuman digunakannya merintis bisnis eksport handycraft. Rupanya memang dunia perho­telan tidak bisa ditinggalkannya, terbukti pada 2000 ia kembali aktif di hotel. Kali ini Saphir Hotel yang menjadi tambatannya. Di Saphir, ia bertanggung jawab atas keuangan. Bukan itu saja, keahliannya menata ruang dan menghidupkan hotel menarik pihak Puri Artha untuk mengajaknya bergabung. Lantas, ber­gabunglah ia di Puri Artha, yang kemudian di-setting-nya menjadi cantik itu, selama 3 tahun. Keterampilannya itu juga dilirik pengelola LPP hotel yang akhirnya memintanya juga un­tuk menyegarkan hotel di kawasan Demang­ an itu. Waktu bergulir mempertemukannya dengan­


laporan utama dokumen pribadi

Sutrisna Wibawa, PR II UNY, yang tertarik memberinya tanggung jawab menangani Training Center. “Saya melihat adanya potensi yang tersimpan di training center. Kami rasa akan tanggung kalau sebagai training center, akhirnya de­ngan kesepakatan bersama (termasuk Pak Rek­tor), kami setting training center ini menjadi­ hotel bernama UNY hotel,” kata Yubdi pada Pe­ wa­ra siang itu. Tentu saja perubahan ini menuntut penataan ulang. “Apa yang sudah ada saja kita maksimalkan dengan strategi penataan yang senyaman mungkin dan seefektif mungkin,” tambahnya. Penataan UNY Hotel ini sejatinya belum ram­ pung benar. “Kami masih ingin mempercantik cafe corner ini dengan penutup kaca, sehingga lebih menarik di pandang dan berkesan segar.”

Strategi Menarik Pelanggan Hotel berlantai 4 ini memang unik. Se­lain tata ruangnya yang elegan dan terkesan minimalis, kita tidak akan lelah meskipun mena­ paki tangga hingga lantai teratas. Apa sebab? Ya,­ apabila kita perhatikan, tangga setiap lantai­ sengaja didesain memiliki sudut kemiringan ren­ dah dan anak tangga pendek namun luas inilah yang membuat pengunjung tidak lelah kendati tanpa lift. “Kalau yang itu memang sudah dibangun, kami tidak hanya menata tampilan. Arsiteknya sudah ada,” jelas Yubdi sambil terta­ wa ramah. Hotel bermotto Smart dan Profesional ini men­ ja­dikan keramahan sebagai strategi utama menarik tamu di samping desain yang mengesan­ kan.­ “Kami ingin tamu selalu ingat tentang ho­tel ini, oleh karena itu kami ciptakan kesan­ se­ dal­am mungkin, seperti dengan keramahan, kehangatan dalam menyambut tamu, dan pelayan­ an yang memuskan.” Saat ini persaingan bisnis memang sedemiki­ an ketat, sehingga strategi pun harus jitu. Apala­ gi di bidang pariwisata. Hampir semua tempat me­nawarkan paket yang menarik dan bersaing­ secara harga maupun kualitas. Menghadapi hal

ini, Yubdi mengandalkan strateginya yang ia sebut sebagai spiritual market. “Kita harus masuk ke sisi emosional, sehingga apabila sampai ke Jogja setidaknya mereka akan ingat tempat pertama yang dijadikan tempat menginap adalah UNY Hotel.” Tentunya di sisi marketing, tim tidak kalah kerja kerasnya. Mereka membuat acara-acara yang menyentuh jaringan pariwisata. Acara itu antara lain adanya buka bersama Taxi Gather­ ing, Corporate Gathering, acara temu Komunitas Tour Guide, dll. Hasilnya? Dalam jangka waktu kurang dari dua bulan, UNY Hotel mampu menggaet 6 grup. Dua diantaranya Fakultas Kedokteran UGM dan Wisma Bahasa. “Kami belum cukup puas dengan hasil itu. Pro­mosi tetap akan digulirkan seperti kerjasa­ ma dengan media massa, pemberian diskon khu­sus selama Ramadhan, kunjungan ke peru­ sahaan, pemasangan petunjuk lokasi hotel, dan kerja-kerja sales bird.” Semua ini demi kemajuan bersama, tambah laki-laki yang serahi­ tanggung jawab mengelola UNY Hotel ini de­ ngan ramah. Sejak berdiri hingga sekarang UNY Hotel memiliki sekitar 30-an staf yang terlatih dan terampil dalam bidang perhotelan. Seiring waktu, UNY Hotel berencana membangun bebera­ pa kamar lagi, sehingga mencapai 90 – 100 ka­mar yang juga disertai penambahan staf. “Se­mentara ini yang akan digarap adalah set­ ting ruang dan pemaksimalan meeting room.” Ru­angan yang dapat menampung 70 orang ini cu­kup laris digunakan kalangan umum. Meet­ ing room yang disediakan tersebut antara lain Kartini Room, Nyi Ageng Serang dan Dewi Sarti­ ka. Di samping fasilitas meeting room dan ka­ mar, UNY Hotel menyediakan paket khusus me­eting dan hidangan lezat di restauran lantai­ satu. Chicken Barbeque Saos, Bistik Jawa, Gurami Le­mon Saos dan Pinaple Board. Be­lum­ lagi, berbagai pa­ ket­ menarik lainnya yang disedia­kan dengan layan­ an terbaik koki-koki hotel­ yang handal. Semua itu mem­ buat pengunjung berla­ ma ria.

Yubdi Herdianto, General Manager UNYHotel amika

ra din

/pewa

laode

la ode, dhian

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

15


laporan utama

Menjual Ide Baginya ide adalah hal yang utama. Saking utamanya, Siswantoyo menerapkan penting ide dalam usaha yang dipimpinnya. Ole h D hian Hapsari

Dr. Siswantoyo, Manager Jogja Sport UNY.

16

M

enjual ide lebih berharga da­ ri­pada sekadar menjual pro­ duk,” demikian ungkap Dr. Sis­wantoyo, manager Jogja­ Sport UNY (JSU) yang saat ini sedang berupaya ke­ras mengembangkan ide Sport Tourism Educa­ tion (STE). Program ini, ungkapnya, akan bermanfaat untuk kami dan jejaring kami, sehing­ ga JSU dapat berkembang di samping tetap meng­­hasilkan produk olahraga. Program ini sudah berjalan dengan dukung­ an mahasiswa dan unit-unit di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) yang tidak lain jejaring JSU itu sendiri. Segmentasi yang ditembak antara lain siswa sekolah dasar dan sekolah mene­ngah. Program ini telah diujicobakan pada siswa SD Mu­hamadiyah Sapen Yogyakarta. “Hasilnya sa­ngat memuaskan. Mereka semakin tertarik de­ngan dunia olahraga dengan begitu secara ti­dak langsung kita mempromosikan unit kerja se­per­ti kolam renang, Gedung Olahraga (GOR), dan beberapa fasilitas lain.” Sport Tourism Education memang

/p

ian

dh

ar ew

ka

mi

ina

ad

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

dirancang tidak sekadar memberikan motivasi mengenal dunia olahraga, melainkan juga dapat menambah income di saat pasar bola sepi pesanan. Na­ik turunnya pemesanan peralatan olahraga itu hal yang wajar, tetapi bagaimana sebuah usaha­ mampu tetap berjalan seperti biasa. “Program itu adalah program tambahan di samping program utama memproduksi alatalat olahraga, merchandise, dan prototipe yang rencananya akan menggarap ikon UNY.”

Produksi Sementara menggulirkan program STE, pembuatan bola handmade tetap dijalankan sesuai pesanan. Ya, sesuai pesanan memang. “Bola ti­ dak diproduksi setiap hari, maka jangan heran kalau Anda berkunjung ke kantor JSU dan tidak menemukan banyak pekerja di sana.” Produksi bola handmade tidak hanya dilakukan di kantor­ JSU yang bertempat di jalan Colombo, satu kawasan gedung dengan GOR. “Nah, ini termasuk dalam strategi pengelola­ an,” jelasnya. Dalam kesempatan tertentu JSU meng­adakan pelatihan untuk 50 orang terpilih­ dari lima kabupaten yang ada di Yogyakarta. “Peserta pelatihan terdiri dari pemuda produktif yang terpilih dan ditambah mahasiswa.” Se­ telah mampu membuat bola handmade (jahit ta­ngan), mereka diberi kesempatan mengembangkan di daerah masing-masing. “Kalau JSU sedang ada pesanan dalam jumlah besar,­ kita bisa produksi dengan memanfaatkan mereka yang ada di beberapa tempat itu, terma­suk Wates, Gunung Kidul, Kulon Progo, dll.”Pembuatan bola handmade yang tersebar di beberapa tempat ini menguntungkan kedua belah pihak. Selain JSU dapat menghemat tempat, mereka (pembuat bola handmade, red.) juga dapat berkarya


laporan utama

ahmad natsir/pewara dinamika

dan mengembangkan kreatifitasnya di tempat asalnya. Tujuan utama pada waktu itu bukan keuntungan secara finansial, melainkan pemberdayaan masyarakat, jelasnya kemudian. Selain memproduksi bola dan alat-alat olahraga, JSU berencana akan membuat smartbag. “Smartbag, ya, tas pintar yang berisi bola ukur­ an kecil yang kita produksi sendiri, buku penggunaan alat-alat olahraga di dalam smartbag itu, dan evaluasi.” Smartbag akan diluncurkan khu­sus untuk siswa sekolah dasar dan mene­ ngah.

Kendala dan Solusi Sebagaimana usaha yang masih dalam tahap­ pe­ngembangan, JSU tidak luput dari pasang surut. Kendala utama yang dihadapi JSU tidak la­in dari sisi SDM dan marketing. “Usaha apapun itu kan yang menjadi ujung tombak selalu marke­ ting dan kualitas produksi,” ujar Siswantoyo. Si­ si marketing memang urgent untuk nafas JSU ka­ rena inti dari JSU adalah memasarkan produk de­ngan kualitas terbaik dan sesuai kebutuhan pa­sar. “Sebelum ini kami sempat evaluasi pasar dengan cara memproduksi bola kualitas terba­ik hingga ke kualitas terendah, seharga 100 ribu sampai bola yang berharga 40 ribu.” Ternyata pasar domestik menghendaki bola yang ber­ku­ a­litas sedang berkisar harga Rp 40.000-an. Lebih dari itu, dengan modal Rp 50 juta, Siswan­toyo mengaku harus bekerja keras mengerak­kan roda produksi. “Modal ini adalah modal yang dipinjamani fakultas sehingga kami juga­ harus mengembalikannya, meskipun sangat long­gar tidak seperti modal yang diberikan bank.” Sejak berdirinya pada 2008, JSU memang men­dapat sejumlah pesanan dari berbagai pi­ hak, seperti sekolah dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan olah raga. Namun keuntung­

an yang didapatkan belum seberapa karena masih akan kami gunakan untuk pengembangan, tambahnya. “Yang paling penting dapat bertahan dan sedikit demi sedikit berkembang.” Solusi yang telah dilaksanakan JSU tidak se­dikit. “Kami berupaya terus menjalin kerja sama yang baik dengan PT. Triple-S sebagai produsen bola di Majalengka dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Menegpora) untuk sosialisasi bola handmade, serta peralatan olahraga buatan anak negeri,” kata dosen FIK yang juga Sekretaris Ikatan Sarjana Olah Raga Indonesia ini. Sosialisasi juga akan dilakukan melalui produksi merchandise yang akan digelontorkan dalam rangka pembangunan opini dan citra JSU. Target yang hendak dicapai JSU dalam waktu­ dekat ini antara lain memaksimalkan sinergisme antarunit produksi dan unit kerja di UNY dengan mahasiswa terutama mereka yang mendapatkan beasiswa kewirausahaan dan membuat pernak-pernik sebagai ujung sosialisasi. “Ker­ja sama ke dalam dan ke luar itu diharap­kan dapat mendukung JSU agar tetap bertahan di tengah industri olah raga dan dapat mandi­ri.” Upaya ini juga disiapkan menghadapi program BLU yang dimulai UNY, namun masih di­ per­lukan kerja-kerja yang dapat mendukung pengembangan produknya sehingga dapat seja­ lan dengan program BLU. “Kami masih mempelajari konsep pengembangan, merancang sistem yang lebih baik. Kalau semuanya sudah si­ap, kami akan blow up segera,” papar Siswantoyo yang ditemui Pewara di ruang kerjanya FIK UNY. 

ahmad natsir/pewara dinamika

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

17


laporan utama Auditorium UNY

Saksi Bisu Sejarah Bangunan itu ada di jalan Colombo No. 1, berjarak sekitar 5 km dari pusat kota.Tak tampak seluruh tubuh bangunannya dari seberang jalan raya karena terhalang tembok yang menjadi pagar tapi jika kita memasukinya kita akan segera merasakan keanggunannya. Oleh Endang Artiati S uhe sti

P

intu utama gedung itu menghadap ke selatan, di kedua kanan dan kirinya terdapat juga pintu yang sebagian besar menggunakan kaca. Taman penuh bu­ nga yang rapi tertata hampir di sekeliling gedung itu menambah elegan. Sepetak tanah di be­lakang gedung itu yang dipenuhi pohon-pohon rindang membuat orang yang memandang­ nya semakin sejuk. Bangunan itu bernama Auditorium UNY, di­ res­mikan pada tanggal 1 Oktober 1984 oleh man­ tan Rektor IKIP Yogyakarta, Drs, S T Vembriarto.­ Pada awal berdirinya, auditorium ini tidak semegah sekarang. ”Dulu tidak ber-ac”,aku Rusbi. Dulu, banyak orang mengatakan auditorium gedungnya seperti kapal tengkurep. Pintu rol­ling door menghiasi di kanan kiri gedung ini

foto-foto ahmad natsir/pewara dinamika

18

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

dan atap gedung yang lebih banyak berlapis­ kan seng. Kala itu, fungsinya pun tak banyak diguna­ kan untuk umum, lebih banyak pada kegiatan­kegiatan yang sifatnya pendidikan. Pengguna­ annya yang rutin untuk pembekalan KKN dan pelaksanaan upacara wisuda. “Kalau untuk pem­ bekalan KKN, memang dipusatkan di sini (baca: auditorium), kadang untuk seminar juga, dan dulu pernah juga digunakan untuk sembah­ yang­an umat Budha,” tambah Rusbi yang lebih­ dari 5 tahun bekerja di auditorium. “Memang dulu auditorium ini tidak banyak­ disewakan untuk umum, lebih pada menunjang­ pendidikan. Boleh disewakan untuk umum, teta­ pi hanya yang berkaitan dengan pendidikan, misalnya seperti perpisahan sekolah, bukan un­tuk acara resepsi pernikahan,” tegas Petrus Suyono pegawai auditorium UNY yang berjiwa­ seniman ini. Ketika musibah gempa tektonik 5,9 SR melan­ da Yogyakarta dan Jawa Tengah pada Sabtu 27 Mei 2006, gedung auditorium ini juga mengalami kerusakan. Setelah direnovasi pasca gempa, auditorium UNY dapat digunakan kembali. Pada tanggal 21 Februari 2007, gedung ini diresmikan kembali oleh mantan rektor UNY, Prof. Su­ geng Mardiyono,Ph.D. Tampak begitu berbeda dengan keadaan sebelum direnovasi, dengan fasilitas full ac, gedung berarsitek Turki ini makin membuat orang betah berada di dalamnya. Tak hanya full ac, gedung ini juga dilengkapi­ dengan fasilitas layar elektronik berukuran 3 x 3 m² sehingga bisa memenuhi kebutuhan tek­ nologi untuk pertemuan berkapasitas besar.­ Te­­lah tersedia pula ruang transit, ruang VIP,


laporan utama

ru­­ang rias dan mushola. Fasilitas yang ada sekarang lebih lengkap dan memanjakan orang yang menyewa gedung ini. Peran auditorium semakin berwarna. Selain digunakan untuk kegiatan pendidikan, auditorium yang sudah direnovasi mulai digunakan untuk kegiatan umum. Banyak masyarakat luar yang menggunakan auditorium ini untuk resepsi pernikahan, ulang tahun, reuni, seminar, pameran dan lain-lain. “Pernah ada juga sekolah yang menggunakannya untuk acara tutup tahun sekolah,” sahut Rusbi. Fasilitas yang sema­ kin lengkap ini membuat harga sewa auditorium ini juga ikut menyesuaikan. Menurut salah satu karyawan harga sewa yang ditetapkan kampus yang bervisi cendekia, man­diri dan bernurani ini masih tergolong le­ bih murah ketimbang gedung yang lain. “Harga sewa gedung ini Rp 12 juta, dan itu sudah kom­ plit termasuk parkir, keamanan, kursi hotel 200 buah, meja bulat 4 buah, meja tamu 4 buah, meja prasmanan 4 buah. Kalau listrik mati, sudah tersedia genset jadi dalam hitungan menit listrik sudah bisa nyala kembali,” jelas Rusbi yang pernah bekerja sampai merantau ke Bengkulu. Harga sewa akan jatuh separuhnya bila yang me­nyewa dari keluarga besar UNY sendiri, yaitu sebesar Rp 6 juta. “Banyak juga yang orangorang sini (baca: UNY) sewa auditorium, dulu Ba­pak Jemari sewa tempat ini untuk acara resep­ si sunat putranya,” imbuhnya saat ditemui di sekretariat kantor auditorium UNY.

Yang perlu ditegaskan, sahut Yono, auditori­ um pada prinsipnya tetap digunakan untuk me­ nunjang proses kegiatan belajar mengajar di UNY dan biasanya untuk hari Sabtu dan Minggu­ yang disewakan untuk umum sehingga ada pemasukan PNBP. “Mahasiswa juga bisa memakai gedung ini, malah tidak pakai kontribusi asalkan ada surat disposisi dari Pembantu Rektor II UNY,” tambah Yono yang ikut membantu dalam pemasaran auditorium UNY ini. 

Gambar atas: ruang utama Auditorium UNY. Gambar bawah: salah satu ruang perjamuan di gedung Auditorium UNY

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

19


laporan utama

Peran di Balik Layar Warna coklat kusam menghiasai dindingnya. Tampak sedikit lusuh­ dengan dihiasi sarang laba-laba di beberapa sudutnya. Gedung itu telah berdiri sejak tahun 1984 silam. Tepatnya, diresmikan pada 1 Oktober oleh Drs. St Vembriato, Rektor IKIP Yogyakarta kala itu. Oleh Endang Artiati S uhe sti

U

nit Produksi Penerbitan dan Percetak­ an UNY, nama gedung itu, bertempat­ di sudut sebelah timur gedung de­ kanat Fakultas Teknik UNY. Gedung ini berlantai dua, salah di lantai dasar akan jum­pai beberapa mesin yang digunakan untuk proses mencetak sebuah buku atau undang­an. Lantai di atas difungsikan untuk ruang setting­ naskah. Di lantai bawah, tampak salah satu pegawai Unit Produksi Penerbitan dan Percetakan UNY yang sedang menggandakan sebuah buku. Ia terlihat santai, dengan menggunakan kaos putih dan celana kain warna krem, udara dalam ruangan itu terasa sedikit panas. Ia begitu lin­ cah memainkan mesin, jarinya memencet salah

hesti/pewara dinamika

20

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

satu tombol dan ia, dibalik kacamatanya, memperhatikan gerakan mesin yang ‘memakan’ lembar-lembar kertas satu persatu. Salah satu pegawai yang lain tampak sedang duduk santai, baru istirahat akunya. “Kemarin baru melembur memproduksi buku paket untuk seluruh mahasiswa, hampir lima ribu buku,” tambahnya dengan ramah. Mencetak dan menggandakan naskah sudah­ menjadi kegiatan mereka sehari-hari. Suara me­ sin cetak yang bergemuruh tak lagi mereka rasakan. “Ini masih mendhingan mesinnya yang hidup cuman satu, kalau (mesin, red.) keempat-empatnya hidup suaranya lebih bising lagi,” terang salah satu pegawai yang rambutnya sudah mulai memutih. “Makanya kalau di sini teman-teman bicaranya keras-keras, ngala­ hin suara mesin,” celetuk yang lain seraya tertawa renyah. Dua puluh lima tahun sudah perjalanan unit produksi dan percetakan ini mendampingi UNY yang sedang menuju World Class University ini. “Kondisi sekarang, unit produksi ini sudah semakin baik jika dibanding beberapa tahun lalu­ ketika mesin cetaknya masih satu. Alat-alat untuk mencetak sekarang sudah ada, alat potong, alat penjilid buku, mesin untuk menyusun halaman buku, semuanya sudah ada, hanya saja belum mencapai standar percetakan dengan standar ISO,” terang Joko Santoso, M. Pd., selaku koordinatornya. “Mesin cetak kita belum mampu mencetak sekali jadi, kalau untuk mencetak produk yang berwarna harus empat kali naik cetak. Hal ini mem­buat proses cetaknya menjadi semakin lama, karena tinta mesin harus diganti dulu un-


laporan utama

Beberapa buku terbitan UNY Press, merupakan hasil "masakan" dapur Unit Produksi Penerbitan dan Percetakan UNY. repro. Kalam/pewara

tuk proses cetak kedua dan seterusnya. Kalau­ ti­dak begitu, hasilnya warnanya akan mencam­ pur. Yang membuat lebih lama lagi, kita harus­ menunggu warnanya kering dulu, baru bisa kita naikin (cetak, red.) lagi,” terang Rus bersema­ ngat.­ “Kita juga belum bisa mencetak kalen­der yang ukurannya besar, karena kita belum pu­ nya mesinnya. Ibaratnya mesin untuk mencetak kalender itu ukurannya L, mesin yang kita punyai baru ukuran S,” tambah Joko kemudian. Syukurlah SDM yang ada di sini (baca: unit­ penerbitan dan percetakan) semuanya lu­lus­an dari STM Grafika sehingga mereka dapat bekerja sesuai dengan bidangnya,” ungkap Joko lagi. “Kebanyakan lulusan dari Grafika Malang dan Jakarta,” imbuh Rus Unit percetakan dan produksi ini melayani cetak mencetak kebutuhan kampus. ”Terutama dari pusat (rektorat), walaupun dari beberapa fakultas juga ada,” tambah Joko. Kebutuhan cetak mencetak kampus itu meliputi buku-buku Mata Kuliah Umum (MKU), buku wisuda, berkas-berkas SPMB, penggandaan soal, peraturan akademik, dan beberapa undangan, juga kartu lebaran, beberapa jurnal dari fakultas. Memang sekarang unit produksi dan perce­ tak­an ini diarahkan untuk fokus ke penerbit­an (baca: UNY Press). Beberapa buku telah diterbitkan oleh percetakan ini, diantaranya, buku Di Belantara Pendidikan Bermoral oleh Sismono La Ode, dkk.; Kearifan Sang Profesor—Bersu­ ku-suku bangsa untuk kenal mengenal, Kearifan Sang Profesor— Sains dan Bumi yang Lebih Be­

radab, de­ngan penyusun Sismono La Ode; Menuju Hari Tua Bahagia oleh Prof. Dr. Farida Hanum, Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca oleh Prof. Darmiyati Zuchdi, Ed.D., Sintaksis: Sebuah Sudut Pandang yang Komprehansif oleh Dr. Suhardi. “Sekarang baru dalam proses, mau menerbit­kan jilid ketiga Kearifan Sang Profesor (judul kecil: Membumikan Pendidikan Kejuruan, dengan pe­nyusun yang sama, red.),” tambah ibu Yudi. Proses penerbitan ini masih mengalami beberapa hambatannya, diungkapkan oleh Joko yang juga dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNY bahwa kendalanya dalam hal modal dan permodalan. “Penerbitan UNY sudah bisa jalan, tetapi masih lambat. Sebuah percetakan bisa eksis kalau sudah bisa menerbitkan paling tidak 125 judul buku, kalau sudah 500 judul buku itu sudah sehat. Dari jumlah itu kan, nanti ada yang best seller, atau yang laris, atau justru ada yang tidak laku. Kalau masih menerbitkan di bawah 100 judul buku, masih kembang-kempis,” paparnya. Selain itu, lanjut Joko para penulis juga ragura­gu, mereka lebih memilih ke penerbit yang le­ bih bergengsi. “Saya pikir, percetakan UNY agak sulit menembus di pasar umum, yang kema­­­­­rin buku-buku yang sudah dipasarkan di umum saja tidak begitu laku. Mungkin karena orang melihatnya dari penerbitan kampus. Kalau ada terbitan kampus lain bisa berkembangan, itu karena ada campur tangan pihak ketiga juga,” sambung bu Yudi.  P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

21


berita KOMPETISI STUDI PERANCIS 2009

Mahasiswa UNY Mewakili Indonesia

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Dalam Program Kreativitas Maha­sis­ wa (PKM) Bidang Pengabdian Masyara­ ka­t dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Na­sional (Pimnas) Latifah Septiyanti San­tosa, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Perancis FBS menorehkan medali emas untuk kontingen UNY. Sedangkan dalam kompetisi Concour Séjour Linguistique en France 2009 (Kompetisi Studi Kebaha­ saan Perancis 2009) ia berhak mewakili Indonesia dalam Séjour Langue et Cul­ ture Française 2009 “Studi Bahasa dan Budaya Prancis 2009”. Program studi bahasa dan budaya Pe­ rancis yang berlangsung dari 1-18 Agustus lalu berlangsung di Paris, Perancis. Latifa merupakan satu-satunya peserta dari Asia Tenggara pada program tersebu­t. Adapun negara lain yang mengirimkan perwakilannya seperti, Jepang, Iran, Sudan, Afrika Selatan, Litu­ ania, Ma­roko, Izrael, Amerika Serikat, Mongo­lia, Yunani, Algeria, Montenegro, Rumania, Albania, Chili, Serbia, Malawi dan Meksiko yang semuanya berjumlah 30 orang. Di Perancis mereka mempelaja­ ri ba­­hasa serta kebudayaan Perancis 22

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

seca­ra lebih dekat dan detail. Seperti yang diungkapkan Latifa, “Kami berdiskusi me­ngenai sejarah kota Paris­, mempresen­tasikan les regions de la France (daerah-daerah di Perancis) sert­a bermain permainan yang membuat kami lebih saling mengenal satu sama lain. Pembelajaran dilakukan dari pagi hingga siang dilanjutkan dengan kunjungan ke berbagai situs dan tempat penting dan bersejarah di seluruh kawa­san Paris.” Latifa juga menceritakan bahwa, semua peserta diajak menggunakan alat transortasi umum dalam semua kegiat­ annya. Seperti le métro (kereta bawah tanah), RER (kereta bawah tanah kecepatan tinggi), le tramway dan bus. Se­ hing­ga secara tidak langsung semua peserta diajak mempelajari kebudayaan orang Perancis (terutama warga Paris) yang jarang menggunakan kendaraan pribadi dalam setiap melakukan aktifi­ tas­nya. “Malam harinnya, kami naik kapal wi­sata menyusuri sungai terpanjang, ter­indah dan terbesar yang melewat­i Paris, yakni sungai Seine. Sepanjang per­

ja­lanan, kami melihat berbagai bangun­ an penting di Paris, seperti kantor wali­ ko­ta Paris, Universitas Sorbonne I, l’O­péra de la Bastille, kantor pos utama Pa­ris, gedung kepresidenan, Cathédral Notre-Dame de Paris dan lain-lain,” ung­ ka­p Latifa. Peserta juga diajak mengunjungi la Tour Eiffel atau menara Eiffel. Menara yang dijuluki “Wanita dari Prancis” ter­ sebut sangat memikat. Besi dan baja yang telah digubah menjadi mahakarya raksasa empat tingkat yang menga­gum­ ka­n. Tidak ketinggalan Le Musée du Lou­ vre (museum Louvre) yang menyuguh­ kan mahakarya seni dari berbagai ne­­­gara. Tidak hanya karya seni yang ber­­asal dari seniman Prancis, di sana ju­ga terdapat karya-karya seniman besar Italia, Mesir, Turki dan negara-nega­ ra lainnya. Hari berikutnya, peserta diajak me­ ngunjungi Le Château de Versailles, istana kerajaan Prancis pada masa lampau. Istana yang menyimpan peninggalan raja-raja yang memerintah Perancis dan berjaya pada masanya seperti, Henry IV, Louis IV, Louis XVI, dan raja-raja yang lainnya. Di hari terakhir, peserta diajak berkunjung ke kawasan Barat Prancis, yakni di daerah Normandie, tepatnya di kota pesisir Enfleur dan Deauville. Di tempat itu dapat dinikmati indah­nya pantai Perancis, kawasan pedesaan, ladang gandum, dengan pemandangan kincir-kincir raksasa. Tidak hanya sebatas acara jalan-jalan yang berikan pada para pemenang. Para peserta juga diajak menonton film Pa­ ris Story di Quartier d’Opéra, yakni sebu­ ah film yang mengisahkan sejarah kota Paris dan pembangunan menara Eiffel. Sebuah kisah yang bagus dan menarik dalam penyajiannya. Dimana film tersebut menyajikan keindahan Paris dalam tiap perkembangnnya. Program tersebut dikelola oleh CEI (Club des 4 Vents). Sebuah organisas­i yang bernaung di bawah Departemen


berita Urus­­an Luar Negeri Perancis. Di man­a tiap tahunnya, organisasi tersebu­t me­m­ fasilitasi sejumlah anak-anak muda dari berbagai negara dan tingkat pendidikan untuk bersama-sama belajar bahasa dan kebudayaan Perancis. Dan tahun 2009 mengangkat tema “linguistik” dan “pedagogik”. Di Yogya­karta, Lembaga Indonesia Perancis (LIP) yang menjadi

penghubung antara pelajar dan mahasiswa dalam belajar bahasa dan budaya Perancis dengan pihak CEI. Bagi Latifa, keseluruhan program Sé­ jour Langue et Culture Française 2009 sa­ ngat bagus dan potensial untuk pembe­ la­jarannya dalam praktek baha­sa Pe­­­ran­cis. Dimana semua kegiatan telah di­ran­cang dengan baik. Latifa merasa

sangat beruntung bisa mengikutinya­. Sekarang ia merasa lebih berani untu­k bermimpi dan akan berniat untuk melanjutkan studi di Perancis lewat jalur beasiswa. Latifa berharap semua ini bisa menjadi motivasi bagi temante­mannya di UNY untuk meraih mimpi itu. Lt/Humas UNY

Pelatihan Tari

MENCIPTAKAN KAMPUS PERSAUDARAAN DENGAN NILAI-NILAI RELIGI

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Menciptakan kampus yang penuh dengan persaudaraan tidaklah lepa­s dari nilai-nilai religi. Salah satunya de­ ngan menjadi manusia yang bertakwa kepada Sang Pencipta. Salah satuny­a adalah menjadi sosok yang sabar dan pemaaf. Dengan sabar dan pemaaf, akan memunculkan kebersamaan dan persaudaraan di antara para civitas akademika Sehingga tercipta hubung­ an yang tidak hanya bersifat profesiona­l tapi berlandaskan ketulusan. Diharapkan kampus yang penuh dengan persaudaraan dan insan-insan yang bernurani, mandiri dan cendekia dapat terwujud. Demikian disampaikan Guru Besar UNY, Prof. Dr. Zamroni pada acara Halal Bi Halal Keluarga Besar UNY, Seni­n, (28/9), di Auditorium UNY. Syawalan

yang bertema ”Mengaktualisasikan Mak­na dan Nilai Syawalan Kita Mantap­ kan Kedamaian Kehidupan Kampus untuk Mewujudkan Insan Bernurani, Mandiri, dan Cendekia”, dihadiri oleh civitas akademika UNY dan Tamu Undang­an. Sebelum syawalan di dalam auditorium, Rektor dan pejabat lainnya saling berjabat tangan dengan para hadirin di halaman auditorium. Lebih lanjut dikatakan Zamroni, bulan Syawal bukan bulan kemenangan jika kita tidak dapat meningkatkan dan melanjutkan segala amal kebaji­ kan yang telah kita lakukan di bulan Rama­dhan. Kemenangan bulan Rama­ dhan dalam melawan hawa nafsu setidaknya menjadi cambuk bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik di hadapan-Nya.

Sementara itu, Rektor UNY, Dr. Roch­ mat Wahab, MA., mengatakan, halal b­i halal selain sebagai wadah untuk saling memaafkan juga untuk saling mengakrabkan rasa persaudaraan dan persahabatan dari latar belakang dan cita-cita yang berbeda. Sehingga semakin memperkokoh sebuah civitas akademika yang dapat berkontribusi optimal baik secara personal, secara kolektif maupun secara institusional. ”Dengan membawa spirit syawala­n diharapkan dapat menjadi manusia yang selalu menghadirkan kebaikan dan kebermanfaatan bagi orang lain. Secara institusional, UNY dapat membe­ rikan manfaat tidak hanya untuk inter­ nal saja, tapi juga masyarakat yang le­ bi­h luas lagi. Tusty Handayani

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

23


berita Konferensi Lembaga Legislatif Mahasiswa se-Indonesia

REFLEKSI SEJAK di PARLEMEN MAHASISWA Lembaga legislatif dalam ketatanegaraan Indonesia kontemporer memiliki peran vital, sesuai dengan karakter konstitusi kita yang legislative heavy. Parlemen kini dihadapkan pada dua situasi, keprihatinan atas rendahnya produktivi­ tas dan buruknya kinerja anggotanya. Di sisi lain harapan publik tetap tidak pernah berhenti pada kinerja parlemen dalam menyuarakan amanah rakyat. Itulah konteks yang mendorong dilaksanakannya Forum Lembaga Legisla­ tif Mahasiswa Indonesia dengan tema “Prospek Parlemen Indonesia Menuju Parlemen yang Bermartabat dan Fungsi­ onal”. Acara tersebut dibidani oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UNY, selama dua hari, Sabtu dan Minggu (????) yang bertempat di Aula Gedung KPLT Fakultas Teknik UNY dan di Hotel Ka­yu Manis Kaliurang. Kegiatan tersebut diikuti oleh 59 akti­ vi­s lembaga legislatif mahasiswa dari 24 perguruan tinggi negeri dan swasta seluruh Indonesia. Beberapa Kampus di luar Jawa yang hadir antara lain Univer­ sitas Syiah Kuala NAD, Universitas Mu­la­ war­man Kalimantan, Universita­s Anda­ las Padang, Universitas Muhamma­diyah Se­marang, dan sejumlah perwaki­lan kam­pus lainnya. Forum tingkat nasional tersebut di­ke­ ma­s dalam bentuk Studium General dan Konferensi. Acara dibuka oleh Suhar­no, M.Si, Pembantu Dekan III FISE, yang juga mewakili Pembantu Rektor III UNY, Prof. Dr. Herminarto Sofyan. Dalam pida­ t­o sambutannya, Suharno menyata­kan, sa­lah satu persoalan utama parlemen In­ donesia pada aspek rekrutmen anggo­ta­ nya, yang juga sangat dipenga­ruhi oleh kinerja dan performa partai politik sebagai jalur privelese menuju Sena­yan. 24

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

“Karenanya, mahasiswa harus menyi­ ap­kan diri untuk mengisi kekosongan dalam proses rekrutmen tersebut. Mahasiswa hendaknya sejak dini menempa diri iron stock kepemimpinan yang tak mudah bengkok oleh godaan pragma­ tisme dan kepentingan politik jangka pendek,” ungkapnya lebih lanjut. Suharno yang juga kandidat doktor kebijakan publik, UGM menyatakan, un-

tuk kepentingan tersebut sudah saatnya mahasiswa melakukan refleksi dan penguatan (strengthening). Di mana refleksi harus mulai intensif dilakukan sejak mereka duduk di lembaga parlemen mahasiswa, atas kinerja, perilaku, dan mentalitas sendiri. “Sehingga, pada saatnya mereka siap menjadi suksesor dalam parlemen Negara,” paparnya. Halili


berita Upacara Pelepasan

DUA GURU BESAR UNY MASUK PURNA TUGAS

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Life Skills adalah harkat-martabat di hadapan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa. Ia sebuah keniscayaan yang harus diusahakan, dibangun dan dibentuk oleh perguruan tinggi pada para si­vi­tas akademika, agar ada keseimbang­an (equ­ i­li­brium of mandkind) dalam me­mi­liki ni­lai-nilai intelektualitas, keman­di­ri­an dan kenuraniannya serta diim­ple­men­ta­ si­­kan dalam kehidupan seha­ri-hari de­­­­­­­­­­­­­ ngan bernurani, yaitu budi­ pekerti lu­ hur dan akhlaq mulia. Demikian disampaikan Prof. Drs. Sarbiran, M.Ed., Ph.D., dalam Orasi Ilmiah­ dalam rangka Pelepasan Guru Besar Pen­ siun dengan judul “Keniscayaan Kebermaknaan Nilai-nilai Pendidikan Bagi Sa­ sar­an Didik” di depan Rapat Terbuka Senat UNY di Ruang Sidang Utama Rek­ torat, Senin lalu. Sarbiran, dalam pidatonya menjelas­ kan membangun kultur Cendekia, Man­ di­ri, dan Bernurani harus dilakukan­ se­­ca­

ra utuh, integral, tidak dipisah-pisah­kan, sehingga kultur ini diharapkan­ menja­di kebiasaan baru bagi seluruh­ sivitas aka­ demika UNY. Selain itu, sikap Kemandi­ rian perlu dilaksanakan, tidak hanya kemandirian secara individu, te­ta­pi juga kemandirian komunitas, se­per­ti komunitas pada fakulttas, atau lem­baga. Sementara itu, Orasi Ilmiah, Prof. Dr. Drs. Wuryadi, M.S. dengan judul “Penge­ lolaan Lingkungan: Perspektif Persoalan­ dan Dimensi Pengembangannya”, meng­ ungkapkan bahwa pengelolaan lingkungan merupakan hal yang sangat hakiki. Persoalan lingkungan merupakan perso­alan yang sangat kompleks, sehingga per­soalan ini membutuhkan dukungan­ keilmuan. Jika dipandang da­ ri perspektif keilmuan, berbagai disiplin ilmu dapat menjadi bagian yang efektif dalam pengkajian lingkungan. Pendekatan yang bersifat multidisipliner, pluridisipli­ner, interdisipliner, dan

transdisipli­ner­ ini, lanjutnya, dapat mem­berikan makna yang lebih dinamis­ bagi perkembangannya. Dr. Rochmat Wahab, MA., Rektor UNY menyampaikan penghargaan yang se­ tinggi-tingginya atas prestasi, kontribu­ si, pengabdian dan pengakuan kepada kedua Guru Besar UNY Prof. Sarbiran, Ph.D. dan Prof. Dr. Wuyadi yang selama­ ma­sa pengabdiannya secara formal telah memberikan kontribusinya sesu­ ai bidangnya secara optimal. Kontribusi pemikiran, ide, dan tenaga, serta keter­­libatannya secara langsung terutama sebagai salah satu pimpinan di lingkung­an UNY. Walaupun Kedua Bapak Guru Besar UNY secara formal sudah pensiun, kami dengan segala rasa tawadlu’ tetap berharap mudah-mudah secara informal bapak berdua masih berkenan untuk dapat membantu UNY di berbagai unit di lingkungan UNY. Ahmad Natsir EP

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

25


berita

ahmad natsir/pewara dinamika

PELATIHAN PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN

Perlunya Perubahan Paradigma Dalam Pembelajaran Bertaraf Internasional Untuk memulai pelaksanaan program menuju World Class University (WCU), ja­ jaran Pembantu Rektor (PR) I diharapkan­ benar-benar melakukan pengembangan­ kurikulum pembelajaran yang benar-be­ nar bertaraf internasional. Sebagai tulang punggung pelaksanaan WCU ini, staf Ahli PR I diharapkan bersungguhsung­guh dalam menganalisis setiap per­ so­alan akademik, terlebih-lebih bagaima­ na membuat model pembelajaran yang menarik dan bertaraf internasional tadi. Oleh karena itu, saya menyambut ba­­­ik program pelatihan pengembang­ an dan metode pembelajaran ini demi terca­painya harapan tadi. 26

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

Demikian disampaikan Prof. Dr. Herminarto Sofyan, Pembantu Rektor III UNY sebagai narasumber di depan peserta Pelatihan Pengembangan Model­ dan Metode Pembelajaran Bertaraf Inter­­ na­sional bagi Dosen Universitas Nege­ ri Yogyakarta, sekaligus membuka Pe­la­ tih­an di ruang Sidang Timur II Gedung Rektorat UNY pada 14 s.d. 20 Agustus 2009. Yang menjadi pertanyaannya, lanjut Hermin, bagaimanakah metode pembe­ lajaran untuk yang bertaraf internasio­ nal itu? Di era yang sangat cepat ini meng­hendaki perubahan besar, terutama pada perubahan paradigma berpi­

kir. Kalau dulu model pembelajaran di perguruan tinggi cenderung bersifat pe­­ dagogik, maka sekarang paradigma­ itu harus ditanggalkan. Kita wajib meng­ gantikannya dengan paradigma an­dra­­ gogik. Karena, paradigma ini cocok­ un­­­­tuk peserta didik dewasa (baca: ma­ ha­­siswa), dimana dalam pembelajaran nan­ti terjadi transfer knowledge yang dia­lo­gis, tidak searah. Lebih lanjut, Pembantu Rektor III UNY ini mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran bertaraf internasional, paradigma bahwa guru adalah satu-satunya ladang pengetahuan sudah harus juga ditanggalkan. Karena, di zaman ini


berita sudah banyak kita jumpai berbagai media baik elektronik maupun media cetak, sebagai sumber pengetahuan yang tak kalah hebatnya dari guru. Dengan demikian, dosen tidak boleh lagi member efek ketergantungan pada siswa/ ma­hasiswa. “Biarkan mereka mandiri dalam menentukan bagaimana strategi pembelajaran yang baik melalui perhitungan yang mereka pikirkan sendi­ri.

Dan, dosen hanya menjadi fasilitator di setiap model pembelajaran. Model pembelajaran ini, kelak membuat peser­ta didik menjadi insan yang kreatif,” tambahnya. Selain Hermin, narasumber pada­ pe­ latihan ini adalah, Dr. Haryanto yang membawakan materi Model dan Metode Pembelajaran Bertaraf Internasio­nal; Herman Dwi Surjono, Ph.D., yang mem-

bawakan materi Pembelajaran Ber­­­basis IT; Dr. Marsigit dan G. Suharto,­ M.Pd., yang membawakan materi Pe­nyiapan Model Pembelajaran Matema­tika untuk Peer teaching; dan Margana, MA. dan Ani Widayati, M.Pd., yang dipercayakan mengisi materi Penyiapan­ Model Pembelajaran Pendidikan Akuntansi untuk Peer teaching. Ahmad Natsir EP

Prestasi Karnaval

UNY KEMBALI JUARAI KARNAVAL JOGJA FASHION WEEK

dokumen humas FT uny

Kontingen UNY kembali menjuarai event tahunan Yogyakarta. Ajang menca­ ri bakat bagi desainer muda dan ajang mempromosikan produk lokal menjadi daya tarik bagi pengunjung di Jogja Fashion Week. Program Studi Tata Boga dan Busana (PTBB) FT UNY untuk kedua­ kalinya terlibat di dalam event Carnaval­ Jogja Fashion Week (JFW), Rabu, (5/8). Kar­naval diikuti oleh 15 group, dianta­ ranya SMK 4, SMK 6, SMK 1 PENGASIH, SMK Karya Rini, BAP, Fiesta, Pariwisata Daerah, UNY, dll. Alunan lagu sluku-sluku batok meng­ alun bersama kontingen UNY di sepanjang jalan Malioboro dimulai dari Badan Pariwisata Daerah kemudian berjalan hingga Alun-alun utara Kraton Yogya. De­ngan tema ”Mode on Progress, Stay Po­ si­­tive” menginspirasi mahasiswa UNY un­tuk berkarya dan tentunya berusaha­ untuk kembali mendapatkan juara pertama. Musik dan gerak di koreografi oleh Danang Wijayanto mahasiswa seni tari FBS. ”Tema tersebut memadukan antara style dan gaya etnik Jawa – Yogyakarta, memadukan budaya Jawa (Yogyakarta) dengan propinsi lain, dan tidak lepas dari pengaruh budaya dunia, POP, dan kebudayaan lain,” kata Afif GB, dosen di PTBB FT UNY. Yuswati

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

27


berita pelatihan kewirausahaan

Kuncinya Ada Pada Kreativitas

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Jiwa entrepreneur tak semata keturunan, namun dapat diajarkan melalui sebuah metode komprehensif dan sistema­ tis termasuk mencakup aspek praktis. Sebenarnya siapakah seorang entrepre­ neurship itu? entrepreneurship memiliki karakteristik, diantaranya: 1) Mengubah rongsokan menjadi emas (mengubah barang yang tidak bernilai menjadi bernilai), 2) Sesuatu barang yang masih memiliki nilai row material (bahan ba­ ku terpendam/tersimpan yang belum dikembangkan. Untuk itu langkah yang harus dilakukan adalah: pertama, mendata jenis bahan baku terkait yang akan dipakai usaha. Sebut misalnya umbi, maka harus dapat mendata berbagai jenis umbi di Indonesia. Mengecek konti­ nuitas bahan baku tersebut di Indonesia, hal ini untuk menjaga agar jangan 28

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

sampai usaha yang kita jalankan timbul tenggelam karena bahan bakunya tidak ada. Kedua, membuat suatu diversitas, yaitu kreativitas apa yang bisa dibuat dari satu jenis umbi yang telah kita pilih. Ketiga, seorang interprenir juga pandai menciptakan sesuatu dengan melihat peluang disamping memiliki jiwa kre­ativitas yang tinggi, dan keempat, memahami Calculated Risk, yaitu dapat­ mengambil risiko yang terukur. Seorang interprenir biasanya berkarakter, “bisa ja­lan-jalan tapi bisnis tetap jalan.” Namun kalau usahanya tetap ditunggu­in­ sejak awal mula usaha sampai saat seka­ rang, berarti orang tersebut tidak dapat disebut interprenir, namun peda­gang. Demikian, Kintoko,M.Sc., Apt., dosen Fa­kultas Farmasi Universitas Ahmad Dah­­lan (UAD) mengawali materi pada

per­­ku­liahan bersama Kewirausahaan dii­ ku­ti mahasiswa Fakultas Ilmu Keolah­ra­ ga­an (FIK) UNY yang mengambil mata­ ku­liah pemasaran olahraga dan bisnis olah­raga bertempat di ruang sidang uta­ma FIK UNY, Senin (24/8). Lanjut Kintoko, manusia memiliki akal pikiran. Di dalam otak kiri belajar­ untuk berfikir secara sistematis, rasio­ nal, logis. Sedangkan otak kanan dapat­ digunakan untuk berpikir secara imajinatif dan intuitif. Dalam berbisnis ja­ ngan selalu mengandalkan otak kiri. Kita wajib mengoptimalkan otak kanan, na­mun bukan berarti mengesampingkan fungsi otak kiri. Pada saat otak ka­ nan bereaksi,di situlah otak kiri difung­ sikan sebagai alat untuk menganalisis pertimbangan, diantaranya: Aspek bia­ ya/ permodalan dari ide yang telah ki-


berita ta pikirkan, analisa pasar dengan cara meng­analisa para kompetitor dan segmen pasar, dan melakukan Interesting me­lalui penyeleksian pelbagai ide yang muncul berdasarkan faktor ketertarikan. “Nothing competition for creatif per­ son, the creativity is unlimited, so ne­ver com­pe­ti­tion forever. Tidak ada persa­ing­ an­ un­tuk seorang yang kreatif. Kreativitas tak terbatas, sehingga tidak ada persaingan selamanya,” semangat Sukinta­

yang dipraktikkannya dengan sebuah simulasi kecil. Seluruh peserta diminta­ menge­luarkan handphone. Masing-ma­­ sing diminta mengamati menulis ide kreatif yang dapat digali dengan batas­ an waktu satu menit. Hasilnya, semakin banyak ide yang dituliskan oleh mahasiswa maka akan semakin kreatif mahasiswa tersebut. Menurutnya tak perlu ta­kut untuk bermimpi dalam memulai se­buah usaha. “Jangan berfikir biaya dan persaingan. Tahap pertama gali da-

hulu ide kreatif Anda yang masih terpen­ dam,” tambahnya. Kintoko juga menyampaikan satu resep apabila tak mau gagal, jangan pernah mencoba. Karena setiap usaha tak akan lepas dari kegagalan. Tapi kita akan dapat merasakan nikmatnya keberhasilan kalau kita pernah merasakan­ kegagalan. Sehingga, kegagalan tak perlu ditakuti, namun dapat kita prediksi­ kan,” katanya saat mengakhiri materi. ratnae

Ujian Disertasi Murdiyanto

PENDIDIKAN MANAJER SEBAGAI PREDICTOR KINERJA SAHAM PERUSAHAAN Satu lagi Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogya­ karta (FISE UNY) Drs, Murdiyanto, M.Pd., memperoleh gelar Doktor ke-20 di Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dengan hasil Sangat Memuaskan, Jum’at (21/8). Promovendus kelahiran Kulon Progo mengangkat judul Disertasi ”Pe­ ngaruh Pendidikan Manajer Pada Ki­ nerja Saham Perusahaan” (Studi pada Per­u­sahaan Go-Public di Bursa Efek Indonesia). Murdiyanto mempertahankan disertasinya di hadapan Dewan Penguji dipimpin Ketua Sidang yang juga Rektor UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.EC., Prof. Dr. Slamet Sugiri, MBA., Dr. Munrokhim M., MA.EC., Ph.D., Dr. D. Agus Hardjito, M.Sc., Dr. Zainal Arifin, M.S., dengan Promotor Prof. Dr. Hadri Kusuma, MBA. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan­ oleh praktisi pasar modal, bahwa peng­ ambilan keputusan investasi tidak ha­ nya menggunakan laba akuntansi dan arus kas saja. Namun, pendidikan mana­

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

jer sebagai informasi tentang intellec­ tual capital yang secara khusus mampu meningkatkan kinerja yang lebih baik untuk memaksimalkan kinerja saham perusahaan di masa depan perlu dipertimbangkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan pendidikan manajer, setelah dikontrol de­

ngan laba akuntansi dan arus kas pada kinerja saham perusahaan. Sedangkan, penelitian ini bermanfaat bagi publik, terutama instansi atau lembaga bahwa pendidikan manajer merupakan salah satu predictor terhadap kinerja saham perusahaan. Ahmad Natsir EP

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

29


berita Upacara wisuda

UNY LULUSKAN 4 MAHASISWA ASAL THAILAND, MEMANTAPKAN DIRI MENUJU WCU

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Pada wisuda periode Rabu-Kamis, 1920 Agustus 2009 yang diselenggarakan di Auditorium UNY, kampus ini meluluskan 4 mahasiswa asing asal Thailand. Mereka­ adalah Mr. Saranyoo Nitisiri, Rohimah Salaeh, Santi Martteh, dan Busro Tohlong., yang semuanya adalah mahasis­wa pascasarjana (S2) 1234Jurusan Mana­jemen Pendidikan. Bahkan seorang dari mereka, Mr. Saranyoo Nitisiri tercatat sebagai lulusan peraih predikat cumlaude. Pada periode ini UNY meluluskan 974 orang wisudawan dengan rincian­ FIP 106 orang, FMIPA 1140, FBS 152, FISE 212, FT 192, FIK 71, dan PPs 101 orang. Sebanyak 115 orang meraih­ pre­ dikat cumlaude, dengan rincian FISE 50, FMIPA 26, PPs 15 orang, FT 8, FIP 7, FBS 6, dan FIK 3 orang. 30

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

Dalam pidato kali ini, Rekror UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., menyinggung­ prestasi organisasi kemahasiswaan. “Kop­­­­­­ma tahun 2009, terpilih sebagai Kop­ma berprestasi se-kabupaten Sleman, juga Kopma berprestasi se-Provinsi­ DIY, selain itu, UKM ini terpilih sebagai satu-satunya koperasi mahasiswa yang berprestasi tingkat nasional. Di samping­ itu, BEM UNY juga dipercaya sebagai ko­ or­dinator bidang pendidikan BEM seluruh Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa BEM UNY mendapatkan penga­ kuan dan kepercayaan dari BEM seluruh indonesia,” ungkapnya. Prestasi mahasiswa UNY terkomuni­ kasikan secara terbuka, baik melalui me­dia cetak maupun elektronik, dapat meng­undang perhatian masyarakat, sehingga animo peminat UNY melalui ber-

bagai jalur tahun 2009 mencapai sekitar 45 ribuan calon mahasiswa jenjang diploma dan S1, padahal UNY hanya diterima sebanyak 6000-an orang. Tentu sa­ja, besarnya animo ini bukan saja di­se­ babkan oleh prestasi mahasiswa, mela­ inkan juga dapat disebabkan di antara­ nya oleh munculnya Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan do­sen. Di mana, UNY sebagai institusi yang dipercayakan menyelenggarakan pendidikan sertifikasi guru. ”Tahun ini UNY memantapkan landas­ an sebagai Universitas bertaraf internasional, menuju World Class Universi­ ty (WCU). Karena itulah tahun ini terjadi­ pe­ningkatan yang berarti tentang akti­­ fi­tas yang berkaitan dengan program in­ternasional, yang di antaranya: stu­ dents­, lectures, and staff exchange, joint


berita researchs, joint publication, international seminar, workshops, and confences, sandi­ wich programs, academic recharging. Selain itu, Dr. Hartono, Arya­di Wijaya, M.Sc, dan Wahyuningrum, M.Ed., ke­ duanya dosen UNY mengikuti trai­ning for Teaching Content through English di University of Melbourne,” ujarnya. Program international ini sangat di­ landasi keinginan yang kuat, bahwa UNY bertekad untuk mengembangkan pro­gram bertaraf internasional bidang pendidikan, dengan harapan UNY mampu mem-back up pengembangan RSBI

dan SBI pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, di samping mengundang mahasiswa asing untuk studi di UNY, sebagaimana yang sudah banyak terjadi di program Pascasarjana dan beberapa mahasiswa S1 untuk degree program dan pada Fakultas Bahasa dan Seni dan Fakultas Teknik untuk program short course. Ditambahkan Rochmat, mudah-mudahan para wisudawan tidak terlalu­ a­sing dan memiliki kesiapan yang cu­kup untuk merespon kebutuhan di lapangan (kehidupan masyarakat, red.) ber­­kenaan

dengan pengembang­an RSBI dan SBI, di samping memiliki ke­mampuan minimal dalam pergaul­an dunia internasional. Untuk itu penguasa­an ba­hasa asing (minimal bahasa Inggris), me­todologi riset dan ICT merupakan kebutuhan yang tidak bisa diabaikan dan ditawar-tawar oleh si­apapun, khususnya para wisudawan.­ Karena dengan menguasai tiga hal ter­sebut, diyakini sekali para alumni akan mampu melakukan up-dating pengeta­huannya secara mandiri dan cepat. Ahmad Natsir EP

Upacara ospek tingkat universitas

UNY DIMINATI 51-RIBUAN CAMABA Tahun 2009 pendaftar calon Mahasis­ wa Baru (camaba) UNY meningkat dari tahun 2008. Tahun ini 2008 pendaftar sekitar 38 ribuan, sedangkan sekarang sekitar 51 ribuan. Sementara itu, mahasiswa baru yang diterima 5649 orang, yang terdiri atas mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) 740 orang, Fakultas Bahasa dan seni (FBS) 1019 orang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam (FMIPA) 864 orang, Fakultas Ilmu sosial dan Ekonomi (FISE) 1208 orang, Fa­kultas Tekhnik (FT) 1212 orang, dan Fa­kultas Ilmu Keolahragaan (FIK) 685 orang. mereka berasal dari hampir selu­ ruh wilayah Indonesia, di samping seo­ rang mahasiswa berasal dari China. Peresmian Penerimaan Mahasiswa Ba­ ru (maba) dan Pembukaan Orientasi Pe­ ngenalan Kampus (OSPEK) dilaksanakan­ di GOR UNY, Selasa, (18/8). Acara dihadi­ ri oleh Semua Pejabat UNY serta maba UNY, termasuk pengurus ormawa baik di tingkat Unit Kegiatan Mahasiswa, Ba­ dan Eksekutif Mahasiswa tingkat univer­ sitas dan fakultas. Dalam sambutannya, Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., mengatakan, akhir-akhir ini jumlah anggota masyara­ kat yang tertarik ke UNY semakin me­ ning­kat. Hal ini diindikasikan dengan jum­lah peminat calon mahasiswa yang ingin masuk UNY semakin banyak. Ber-

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

dasarkan rata-rata nilai mahasiswa baru UNY tahun 2008, UNY program IPA bera­ da pada urutan ke-7 disusul Universitas Negeri Malang pada urutan ke-8, sedangkan UNY program studi IPA bera­da pada urutan ke-9 disusul Universitas Ne­ geri Jakarta. Prestasi lain UNY yang ditunjukkan de­ngan prestasi mahasiswanya, di anta­ ra­nya UNY berhasil menduduki juara umum ke-4 pada pekan ilmiah mahasis­ wa nasional ke-12 di Universitas Brawi­ jaya Malang tahun 2009. Bidang kopera­ si, kopma UNY sebagai satu-satunya ko­perasi mahasiswa yang berprestasi ting­­kat nasional. di bidang organi­sasi ma­ha­siswa, BEM UNY pada tahun 2009 dipercaya sebagai koordina­tor bidang Pendidikan BEM Seluruh Indonesia. ”Untuk menghasilkan lulusan yang dicita-citakan, UNY terus berusaha me­ la­ku­kan internalisasi nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan melalui kegiat­an

akademik dan non akademik. UNY mulai tahun ini menerapkan kurikulum baru, yang salah satunya adalah mewa­jibkan mahasiswa mengambil mata kuliah pen­ didikan kewirausahaan yang diharapkan dapat membekali lulusan untuk me­ mi­liki spirit kemandirian. Selanjutnya­ UNY mendorong semua mahasiswa me­ miliki keterampilan kepemimpinan, ka­ re­na itu semua ormawa diharapkan da­ ri tingkat jurusan hingga universitas,­ mampu menjadi media yang dapat men­ fasilitasi untuk praktek kepemimpin­ an,” lanjutnya. Dikatakan Rochmat, dalam percatur­ an global dewasa ini, UNY bertekad me­ nuju Universitas Bertaraf Internasional di bidang pendidikan. Di satu sisi, UNY berusaha untuk melakukan brenchmark­ ing program dan proses pendidikan ber­taraf internasional, di sisi lain UNY ber­usaha untuk meng-go public-kan keunggulan-keunggulan lokal, baik berke­ naan dengan budaya , seni maupun bahasa ke masyarakat dunia. Untuk mendorong keterlibatan mahasiswa yang lebih optimal, maka seti­ ap mahasiswa diwajibkan memiliki ke­mam­puan bahasa asing minimal, se­ hing­ga pada akhirnya mereka mampu ber­komunikasi secara efektif, ketika ber­ hadapan dengan masyarakat global. Ahmad Natsir EP

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

31


berita

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Seleksi calon mahasiswa

SELEKSI MANDIRI GELOMBANG keDUA Sebanyak 6.361 pendaftar calon maha­ siswa baru UNY jalur Seleksi Mandiri gelombang II berkompetisi untuk menjadi mahasiswa UNY. Pendaftar kelompok IPA 1.375 orang, IPS 4.071, dan IPC 915. Ujian dilaksanakan di kampus UNY karangmalang Yogyakarta, Senin, (10/8). Materi Ujian Tulis kelompok IPA me­ liputi kemampuan kuantitatif, Bahasa, dan IPA, kelompok IPS meliputi kemam­ puan kuantitatif, Bahasa, dan IPS, dan ke­lompok IPC meliputi kemampuan ku­ an­titatif, Bahasa, IPA, dan IPS. Untuk pro­di tertentu mempersyaratkan ujian keterampilan dan uji kesehatan, yaitu Pendidikan Seni Rupa, Pendidikan Seni

kerajinan, Pendidikan Seni Musik, Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, serta PGSD Penjas. Sedangkan uji ke­ terampilan dilaksanakan Selasa, (11/8) di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Fakul­ tas Bahasa dan Seni. Menurut seorang staf Humas UNY, Pe­ nerimaan Mahasiswa Baru Seleksi­ Man­­ diri (PMB-SM) memilih calon maha­sis­wa baru yang berkualitas dengan­ kemampuan akademik dan potensi unggul untuk menunjang penyelesaian pen­ didikan di UNY. Selain itu, memberi ke­ sem­patan para calon mahasiswa untuk mengikuti seleksi lebih awal bagi­ yang masih aktif di kelas terakhir SMTA

dan para lulusan SMTA 5 tahun terakhir (lulusan 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009) dibuka dua gelombang, yai­ tu­ Ge­lombang I dan II. Sedangkan daya tampung sebesar 90 % dari kelas re­ gu­­ler Swadana, terdiri atas PMB-SM ge­lom­­bang I (60 %) dan gelombang II (30 %). Dalam seleksi ditemukan ada seorang peserta berkebutuhan khusus bernama Ashardillah Aziz dengan no. pendaftar­ an 793919. Aziz tidak bisa menulis karena tangan kanannya sakit, sehingga diperlukan pengawas tambahan untuk membantu menulis di LJK. WITONO NUGROHO

Upacara yudisium

Mereka yang Lulus Memuaskan Dengan terpilihnya sebagai peraih­ IPK Terbaik FISE UNY saya sangat ber­ syu­­kur, semua ini terwujud berkat bim­ bing­an dari Dosen dan Orang Tua. Memang selain menimba ilmu di bangku 32

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

perkuliahan saya juga aktif di organi­sa­ si kampus, hal ini saya lakukan untuk­ me­nambah wawasan dan pengalaman­ yang luas, jadi tidak hanya selesai ku­li­ ah­ langsung pulang tapi saya isi de­­­­­ng­an

kegiatan yang positif­ se­hing­­ga mampu meraih semua ini dengan baik. Demikian disampaikan Nenden Susilowati, mahasiswi Pendidikan Ekonomi, yang meraih IPK Terbaik 3,77, dalam


berita sam­butan perwakilan mahasiswa pada­ Pelepasan Wisudawan FISE UNY, pada Rabu (19/8) di Halaman FISE UNY. Acara yang diikuti 218 peserta ini juga meng­ umumkan peraih IPK Terbaik di masingmasing jurusan. Untuk jurusan Pendidikan PKnH, IPK Terbaik diraih Mufit Apriliani (IPK, 3,40); jurusan jurusan Pendidikan Admi­ nistrasi Perkantoran diraih Septi Wuri­ Handayani (IPK, 3,55); jurusan Pendi­dik­ an Akuntansi diraih Anita Ramona (IPK, 3,72); jurusan Pendidikan Geografi di­ raih Siti Nurjanah (IPK, 3,54); jurusan Pen­didikan Sejarah diraih Pungki Sofia­ (IPK, 3,66); jurusan Pendidikan Sosiologi diraih Ruri Purnamawati (IPK, 3,75); ju­rusan Akuntansi diraih Ari Sri Lestari (IPK, 3,61); jurusan Manajemen diraih Juwanti (IPK, 3,38); jurusan Ilmu Sejarah­ diraih Dyah Ayu Anggraini (IPK, 3,56); jurusan D3 Akuntasi diraih Desi Riasanti (IPK, 3,60); jurusan D3 Pemasaran­ diraih Dina Firmangati (IPK, 3,64); dan jurusan D3 Sekretaris diraih Vita Wahyu. Acara

ini dihadiri oleh Dekan, PD I, PD III dan Kajur/Kaprodi. Sedangkan aktivis terbaik FISE UNY diraih oleh Atim Rinawati dari Jurusan Pendidikan Geografi angkatan tahun 2005. ”Untuk meraih predikat aktifis ter­­ba­ik, tentunya hal ini tidak terlepas dari berbagai prestasi yang pernah saya raih diantaranya Kepala Bidang Peneli­ tian dan Pengembangan Himpunan Mahasiswa (HIMA) Pendidikan Geografi ta­­­hun 2007, Ketua UKMF Penelitian ”SCREEN” FISE UNY periode tahun 2008, Ma­ha­siswa Berprestasi FISE UNY tahun 2008, Juara III Lomba Karya Tulis Mahasiswa Geografi Tingkat Nasional yang diselenggarakan di UNESA tahun 2009 dengan judul karya ilmiah ”Socio Eco De­velopment sebagai upaya mengatasi De­gradasi Lingkungan di Laguna Segara Anakan Cilacap” serta aktif menulis arti­ kel di media massa sejak masih duduk di­ semester dua,” ujar Atim saat diwawancarai pada Senin (24/8) di Ruang Humas FISE.

”Memang sejak kuliah di Yogyakarta, saya jauh dari orangtua sehingga harus berusaha untuk mendapatkan pengha­ silan guna tambahan membeli buku dan memenuhi kebutuhan hidup selama tinggal di perantauan. Usaha yang saya lakukan dengan aktif menulis arti­ kel di surat kabar harian ”Kedaulatan Rak­yat”. Alhamdulillah saya sekarang te­ lah lulus dengan IPK 3,46, rencana setelah lulus akan mengabdi di Kebumen. Untuk sementara ini saya menjadi Staf Pengajar di Lembaga Bimbingan Belajar ”PRIMAGAMA” Cabang Kebumen dan berharap tahun depan bisa melanjut­kan studi S2 di UNY”, ucap gadis kelahir­an Kebumen, 26 Mei 1987. Selain itu Atim berharap, ”Ke depan FISE UNY lebih memperhatikan ranah aka­demik dan penelitian. Serta membe­ rikan reward bagi mahasiswa yang me­ nu­­lis artikel di media massa. Sehing­ga hal ini bisa menjadi salah satu motivasi ma­hasiswa untuk selalu aktif menulis. Isti

dokumen humas fise

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

33


berita OSPEK FIP

Kenalkan Minat dan Bakat Mahasiswa baru (maba) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) terbagi menjadi empat kelompok besar. Mereka akan mengikuti semacam talk show minat dan bakat yang dikenal dengan Kapita Selekta. Pe­ ngelompokan maba dibagi sesuai deng­ an pengisian formulir minat dan bakat OSPEK FIP. Ada empat kegiatan talk show Kapita Selekta yang diselenggarakan da­ lam waktu bersamaan (21/8) tetapi di tem­pat yang berbeda,yaitu: talk show en­trepreneurship, sosial politik, jurnalistik, dan penelitian. Maba membawa semangat begitu tinggi, mereka antusias mengikuti sesi Kapita Selekta ini yang diselenggarakan sejak pukul 08.00. Talk show entrepreneurship diselengga­ rakan di halaman FIP. Di bawah tenda, maba yang mencapai 300 orang ini antu­ sias mendengarkan materi tentang en­ trepreneur. Panitia OSPEK menghadirkan pembicara dari entrepreneur campus. Ada­lah Very Adi Setiawan, alumnus Se­ ko­lah Tinggi AMIKOM yang mencoba­ mem­bakar motivasi maba pada dunia­ en­tre­preneur. Ia menjawab pertanyaanper­tanyaan maba dengan sema­ngat.­ ”Peluang itu tidak diciptakan. Orang yang beruntung adalah orang yang meng­ambil kesempatan saat itu juga,”­ jelas Very dihadapan maba yang du­duk beralaskan koran. Ada tiga hal yang di­ tegaskan oleh Very yang mendasa­ri kita berwirausaha, yaitu: positif thinking, positif feeling,dan positif motivation. Talk show jurnalistik yang diselengga­ rakan di gedung perkuliahan FO3 FIP ini juga tak kalah seru dengan talk show en­ trepreneurship. Talk show ini mengambil tema “Kebebasan Pers di Indonesia dan Implikasi terhadap makna Keindonesiaan.” Sismono La Ode yang pernah­ malang melintang di dunia pers mahasiswa memaparkan tentang pers deng­ an berdiri di tengah-tengah maba yang duduk di lantai. Sekitar 134 maba tampak konsentrasi mendengarkannya. “Bagaimana caranya agar kita bisa 34

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

Hesti/PEwara Dinamika

men­jadi wartawan yang bisa menulis­ bebas dan lepas tanpa ada kontroversi?” ungkap salah satu maba. Banyak war­­tawan idealis yang frustasi, jawab­ Sis­mono. Naskah berita, lanjut Sismono akan masuk ke redaktur terlebih dahulu sehingga kalau tidak sesuai akan dihapus. “Saya sarankan tetaplah menulis karena media sekarang kan banyak, apalagi dengan kehadiran facebook, blog, dan sebagainya. Kita bisa menu­lisnya di sana dengan kritis,” ungkap Sis­mono, mantan pemimpin umum lem­baga pers mahasiswa EKSPRESI UNY ini di tengahtengah maba. “Dan yang pasti menulis di media independen­ me­ru­pa­kan tool perjuangan menjadi mahasiswa yang ideal. Tanpa menulis­ ma­nu­sia akan hilang dari sejarahnya,”­ tambahnya disambut tepuk tangan maba.­ Tak berbeda jauh, talkshow peneliti­ an yang menghadirkan Reni Nuryanti, alumnus Fakultas Ilmu Sosial Ekonomi. Di gedung F04 maba yang mencapai 106 orang mengikuti talkshow ini dengan antusias. Suara merdu Reni yang sudah menerbitkan

beberapa buku ini memotivasi maba un­ tuk meneliti. “Untuk menjadi penulis, bisa mengutip dari buku-buku yang ada terlebih dahulu lalu kita turunkan deng­ an kalimat sendiri. Selain itu banyaklah membaca. Membaca itu tidak ha­nya buku, tetapi juga bisa membaca alam dan sering-seringlah berdiskusi untuk menambah kosakata. Satu lagi yang harus diingat jangan menjadi plagiat,” papar Reni dengan ramah. Beda dengan talkshow yang lain, talk show sosial politik lebih terkesan for­ mal dilihat dari setting tempat duduk pe­ser­ta maba. Talk show ini diselengga­ rakan di ruang serba guna, Abdullah­ Si­ git Hall FIP. Maba yang mengikuti talk show ini mencapai 170 orang. Tema yang diangkat adalah “Peran Ormawa sebagai Pendidikan Politik sebagai Pembentuk Karakter Bangsa.” Sujad­miko, ketua KAMMI Wilayah Yogyakarta dan Trianto Puspito Nugroho,­ ketua FISE 2009 dipercaya menjadi pemateri untuk mengobarkan semangat­ maba untuk memasuki dunia sosial po­litik. hesti


berita K i l as

OSPEK FIP

Ahmad Natsir/PEwara Dinamika

Kuswarsantyo, M.Hum., Dosen Jurus­ an Seni Tari dan Yunita Soelistyowati mahasiswa Jurusan Tari FBS UNY sejak 10 Agustus 2009 memberikan pelatih­ an tari gaya Yogyakarta di Konsulat Jen­ deral Republik Indonesia (KJRI) Davao, Davao City Philippines. Kedua utusan tersebut memberikan pelatihan tari untuk murid-murid Indonesian School di Davao City. Pelatihan tersebut digela­r jelang peringatan HUT RI ke-64 di Davao City, Filipina. Pada 14 Agustus mereka mementaskan Tari Bambu Runcig dan Rantak dalam rangka hari Pamuka yang dihadiri utusan sekolah asing di Filipina. Tarian ini dipersiapkan kembali untuk peringatan malam gembira Indonesia HUT RI ke-64. Tarian karya Kuswarsantyo ini juga kembali digelar di House of Indonesia, Davao city. Di samping melatih tari, Dosen Jurus­ an Tari FBS UNY ini juga diminta untuk melatih Karawitan Dasar untuk staf KJRI Davao. Konsul Jenderal RI di Davao, Lalu Malik Partawana, menyambut gembi­ ra kedatangan dua utusan UNY tersebut. Lalu Malik berharap kerjasama ini dapat ditindaklanjuti di masa mendatang dalam berbagai event. Konsul Indonesia Davao memberi sinyal bahwa tahun depan akan digelar pertunjukan seni di jalan (karnaval) untuk hari jadi kota Davao pada Maret 2010. Ahmad Nasir EP

FBS Miliki Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa ahmad natsir/pewara dinamika

KABAR UTUSAN UNY DARI FILIPINA

Kini, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) sudah memiliki gedung untuk menunjang aktivitasnya. Gedung tersebut diresmikan oleh Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA., Rabu, (12/8). Peresmian ditandai de­­­­­­­­­­­ngan pemukulan perangkat gamelan ke­ nong yang dilanjutkan dengan penggunti­ ngan pita. Letak gedung tersebut menempati be­kas gedung UKM lama belakang Masjid kam­pus ‘Mujahiddin‘ UNY. Hadir pada kesempatan tersebut para pembantu rektor, ketua lembaga, dan para pejabat fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Dalam sambutannya, Rektor mengatakan, mahasiswa harus mampu menjadi­ pemimpin di manapun berada. Kami berharap agar kesempatan yang baik dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang positif apakah kegiatan yang akademik maupun yang non akademik. Sementara itu, Dekan FBS, Prof. Dr. Zamzani, mengatakan, dengan adanya­ gedung pusat kegiatan mahasiswa FBS ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan berbagai aktivitas yang besar manfaatnya. Di sini sudah tersedia ruang perkantoran, ruang sidang, komputer, dan hot-spot serta penataan yang rela­ tif ’mengenakan’. Mahasiswa harus meningkatkan greget untuk maju, berkarya terus dan terus berkarya. witono nugroho

FIK UNY Gelar Workshop Website Perkembangan informasi dan teknologi membuat ruang dan waktu untuk meng­ akses informasi dapat dipermudah melaui website. Untuk itu, pada Sabtu pagi (8/8), FIK UNY menyelenggarkaan workshop pelatihan website bertempat di ruang sidang utama dan ruang komputer lab. media pembelajaran FIK UNY. Ke­ giatan dibuka Dekan FIK UNY, Sumaryanto, M.Kes. Tampak hadir seluruh unsur pim­pinan FIK, termasuk para ketua jurusan, para staf ahli, kepala sub bagian , serta perwakilan dari masing-masing jurusan. Workshop dibagi per kelompok sesuai bidang tugas. Selanjutnya file yang telah lengkap dari masing-masing kelompok, di upload ke masing-masing ruangan di website. ratnae

Mencairkan Suasana Lewat Mancing Bareng Horeee… akhirnya dapat juga, tapi kok ya putus... Wahh, ga jadi dapat ikan nih” itulah salah satu dari berbagai komentar yang dilontarkan oleh para peserta mancing mania keluarga besar FISE UNY, yang digelar Minggu (2/8) di Kolam mancing FISE UNY yang terletak di bawah­ jembatan Babarsari, Depok Sleman. Lebih dari 60 peserta hadir dalam acara ter­sebut. Para peserta terdiri dari unsur pimpinan, dosen, karyawan beserta­ keluarga. Tampak hadir Dekan FISE UNY, Sardiman AM.,M.Pd., beserta istri, Ka­­subag pendidikan, Dra. Trina Wahjuni beserta keluarga, dan wartawan harian Kedaulatan Rakyat (KR) Benny Kusumawan. Kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan hubu­ngan baik, keakraban sesa­ ma warga FISE. Selain itu juga untuk menghi­langkan kejenuhan, kepenatan yang diakibatkan banyaknya pekerjaan di kantor. Kegiatan mancing rutin dilaksanakan setiap 2 bulan, hanya karena kesibukan dies UNY baru-baru ini, mengakibatkan acara mancing baru bisa dilaksanakan lagi. Sari P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

35


opini

Izinkan Rakyat Menikmati Kemerdekaan O l e h H e ndra S ugianto r o

K

emerdekaan Indonesia pada tahun ini menginjak usia 64 tahun. Seperti­ bia­ sa,­ setiap menghadapi momentum hari kemerdekaan selalu terjadi dia­lek­ tika: benarkah negeri ini sudah merdeka? Se­ba­ gian dari kita mengatakan Indonesia belum­lah merdeka karena kehidupan rakyat tak per­nah mencapai kemakmuran. Kesemrawutan ne­geri ini seolah-olah tak pernah bisa diatasi dan te­ rus silih berganti menghantam. Intinya, ne­ge­ ri­ ini selalu dirundung kedukaan. Sebagian dari kita, di lain pihak, menyatakan­ bahwa negeri ini sudah merdeka. Hanya saja kemerdekaan yang telah diraih belum kuasa menata sepenuhnya tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagian di antara kita mengerti bahwa tatanan Indonesia yang ideal membutuhkan proses untuk pewujudannya dan tidak mungkin dicapai seketika. Apapun perbincangan soal itu, kita tentu me­­nya­dari bahwa negeri ini telah lepas dari be­­leng­­gu penjajahan bangsa lain. Semenjak di­ pro­­­kla­ma­sikan kemerdekaan Indonesia pada Jumat, 17 Agustus 1945, negeri ini telah tercatat sebagai negara merdeka. Prasyarat pengakuan negara luar bagi penegasan Indonesia merdeka pun lengkap setelah Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan negeri ini. Meskipun kita boleh mengatakan kemerde­ kaan negeri ini sebatas de jure dan belumlah se­­ca­ra de facto, bukan berarti kita lupa untuk men­syukurinya. Pun, kita pasti tidak menutup­

Dilihat secara bening dan jernih, sepertinya hampir tidak ada bedanya hidup di zaman koloni maupun hidup di alam kemerdekaan. 36

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

mata bahwa negeri ini dimerdekakan dengan per­ju­ang­an mahadahsyat para pahlawan kita tempo dulu. Perjuangan para pahlawan yang berkorban jiwa-raga merebut Tanah Air ini dari cengkeram­ an penjajah, sepatutnya kita syukuri dengan be­ ker­ja dan berkarya nyata untuk menata nege­ ri. Indonesia merdeka, kata Bung Karno dalam bukunya Di Bawah Bendera Revolusi, adalah sua­ tu jembatan emas untuk membangun gedung Indonesia yang sempurna. Pernyataan Bung Kar­no itu mengandung pengertian bahwa Indonesia pascaproklamasi 1945 belumlah bera­ da dalam kondisi ideal. Dengan kata lain, perja­ lanan lebih lanjut harus dilalui bangsa ini untuk mencapai kondisi Indonesia seperti yang dici­ ta-citakan. Negeri ini jelas terlalu lelah untuk terus-me­ ne­rus menghadapi badai permasalahan. Tak jadi­ soal bagi kalangan elite yang duduk manis di ling­karan kekuasaan. Pedihnya permasalahan­ jus­tru dialami oleh rakyat yang berada di lapis­ an­ bawah. Mereka yang terhitung lapisan rak­ yat­ kecil cenderung tak berdaya menjalani kehi­ dupan yang tidak berpihak kepadanya. Elite kekuasaan bisa nyaman saja menikma­ ti segala fasilitas supermewah, tapi rakyat kecil ter­himpit tak kepalang. Kesusahan bertubi-tubi di­ha­dapi rakyat kecil akibat negara tak mampu me­me­nuhi hak dasarnya. Disadari atau tidak, pa­­ra penyelenggara negara acap kali kurang pe­­ka merasakan dan memahami penderitaan rak­­yat. Yang sering kali tampak dari sikap dan pe­ri­­laku para penyelenggara negara adalah ori­ en­­­tasi kepentingan pragmatis. Orientasi yang diperlihatkan para penyelenggara negara cen­ derung tak segaris dengan asas perjuang­an­ me­ wujudkan kesejahteraan dan kemakmur­an­ bagi kehidupan rakyat. Ketidakpekaan kalangan elite kekuasaan sebegitu parahnya, sehingga tidak malu manakala penderitaan rakyat kecil negeri ini disaksikan negara luar. Di bandara internasional Soekarno­Hatta saja masih ditemui anak-anak kecil me­


opini ngais rezeki dengan cara mengemis. Sungguh amat tragis. Dilihat secara bening, sepertinya hampir ti­ dak ada bedanya hidup di zaman koloni maupun­ hidup di alam kemerdekaan. Di alam kemerde­ kaan, kita bisa melihat rakyat kecil ma­sih kerepotan untuk memenuhi kebutuhan primer. Antrean panjang untuk mendapatkan beras atau minyak tanah seolah-olah ti­dak membuat malu­ para penyelenggara nega­ra. Kenaikan harga ke­­bu­tuh­an pokok di luar batas pendapatan je­ las-jelas membebani rakyat miskin. Setiap har­ ga­-harga kebutuhan pokok na­ik, Pemerintah­ kurang berpikir sejauhmana­ menciptakan peng­ hidupan dan pekerjaan yang layak. Para penyelenggara negara seakan-akan meninabobokan rakyat dengan slogan kesejahteraan saat pere­ butan kekuasa­an, lantas membiarkan rakyat­ tertidur pulas dalam kubangan kemiskinan se­ te­lah berha­sil naik tahta. Begitu pula kita bisa melihat fakta pendidik­ an di negeri ini. Jika di zaman penjajahan ha­nya­ kaum elite atau priyayi yang bisa menge­nyam bangku pendidikan, kini tak jauh berbeda. Feno­ mena terus naiknya biaya masuk jenjang pendi­ dik­an adalah kenyataan membuat rak­yat kecil semakin terhimpit. Setiap tahun lembaga pen­ didikan menaikkan biaya, sehingga tanpa disa­ dari kian menghambat akses la­pisan masyara­ kat miskin. Ujung-ujungnya, hanya lapisan ma­­syarakat the have yang bisa mengakses bangku pen­didikan, sedangkan rakyat tak berpunya di­ja­uhkan dari akses pendi­dik­an memadai. Entah apa lagi yang bisa kita ceritakan ter­ ka­it kondisi negeri ini. Memang kita bangga jika negeri ini dikatakan memiliki sumber daya yang melimpah. Namun, kebanggaan itu hanya­ menyisakan kepiluan. Sumber daya yang semes­ tinya bisa untuk memakmurkan negeri ini justru tidak menghasilkan manfaat. Kita meli­hat betapa teganya para pengendali kekuasa­an men­jual aset-aset strategis negara seakan-akan ti­dak merasa bersalah terhadap para pahlawan yang dahulu bersusah payah merebut Tanah Air ini dari cengkeraman asing. Itu tadi hanya secuil fakta dari berjubelnya perkara di negeri ini. Melihat kenya­taan, bukan hal yang salah jika muncul anggapan bahwa Indonesia belumlah merdeka. Se­ba­gian rakyat masih menganggap Indonesia­ belumlah merdeka karena masih merasa hidup terjajah akibat faktor kemiskinan dan keterpurukan. Di usia 64 tahun kemerdekaan RI, Pemerin­

repro. Kalam/pewara

tah sebagai representasi negara seyogianya ber­sedia melalukan introspeksi terkait dengan­ kinerja-kinerjanya selama ini. Sebagaimana dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945, ada citacita negara Indonesia yang hendak diwujudkan, yakni Indonesia yang merdeka, bersatu, ber­daulat, adil, dan makmur. Tanpa basa-basi, kita mengajak Pemerintah­ menyadari fungsi dan kewajibannya. Apakah fungsi melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memaju­ kan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehi­ dupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertib­ an dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial telah benar-nenar dijalankan. Pastinya, Indonesia yang benar-benar merdeka akan tercapai jika Pemerintah mampu menjalankan fungsinya secara baik. Benar-benar merdeka artinya rakyatnya juga merdeka, tidak hanya negara merdeka secara yuridis-for­ mal. Ya, izinkanlah rakyat untuk menikmati kemerdekaan di negeri ini yang dahulu diperju­ angkan para pahlawan. Dirgahayu Republik In­donesia dan selamat berkarya membangun “ge­dung” Indonesia yang sempurna.

Hendra Sugiantoro Staf Redaksi Educinfo FIP UNY

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

37


opini tulisan Terakhir dari dua tulisan

Dengan Membaca dan Menulis,Kita Mengenal Dunia! O l e h A nand F irmansyah

E

fek lain dari yang tersebut di atas, yaitu kegiatan menulis yang belum dilakukan selama masih kuliah. Hal itu juga akan berdampak buruk pada prospek mahasiswa ke depannya karena disayang­ kan jika lulusan sarjana tidak bisa menulis. Namun, yang paling fatal akibatnya, yaitu ketika mereka harus menulis skripsi. Bagi mahasiswa yang belum mengasah kemampuan menulisnya akan kalang kabut menghadapi­ tugas akhir yang notabena merupakan syarat kelulusan untuk menjadi sarjana. Selain ���������������������������� itu, mahasiswa juga­ harus punya karya agar identitas dirinya dikenal mahasiswa lain. Berbekal pengetahuan membaca yang me­ ma­dai dan keterampilan menulis yang dimiliki, tidak tertutup kemungkinan bagi mahasiswa itu untuk berkarya, misalnya lewat penelitian, membuat novel, membuat antologi puisi, membuat antologi cerpen, dan lain-lain. Permasalahannya adalah bagaimana mereka mencari ke­ sempatan menulis. Persoalan semacam itu sering menjadi batu sandungan bagi seseorang untuk menulis, entah karena sibuk bekerja, lebih senang bermain, sibuk berorganisasi, sibuk kuliah, dan lainlain. Namun, jangan menggantungkan perso­ alan itu sebagai suatu kendala, hanya masalah manaje­men waktu yang harus diperbaiki.

Menurut Larston D. Farrar via Wilson Nadeak, persoalan yang terbesar bagi seorang penulis ialah dirinya sendiri. Penulis-penulis yang sukses mengetahui hal itu. 38

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

Menurut Richard Schneider via Wilson Nadeak, waktu itu­­lah kuncinya. Jadi, tetapkanlah waktu yang da­pat digunakan secara teratur tiap hari untuk me­nulis dan tetaplah berpegang teguh atas­nya. Kemudian, cara terbaik adalah menulis­ saat ada buah pikiran muncul. Sekali telah membiasakan pikiran bergerak, maka kelesuan dan kelambanan berpikir akan teratasi, sehingga kemampuan menulis sudah terbentuk­ dan mewujud. Menurut Larston D. Farrar via Wilson Nadeak, persoalan yang terbesar bagi seorang penulis ialah dirinya sendiri. Penulis-penulis yang suk­ ses mengetahui hal itu. Mereka tahu bahwa untuk berkarya -- supaya menghasilkan karya yang baik -- mereka harus mengamati diri mereka sendiri dengan seksama dan harus selalu memelihara disiplin. Ada kecenderungan bagi kebanyakan penulis, mereka yang sudah terkenal, kemudian mengambil sikap ”menunda sampai besok” atau ”membiarkan dulu” se­ perti yang terdapat di kalangan penulis amatir. Dari pendapat Larston tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penulis juga harus mempu­ nyai disiplin yang tinggi agar kualitas karya yang dihasilkan juga berbobot. Kalau semangat disiplinnya masih rendah, dia masih tergolong­ penulis amatir. Menulis memang diperlukan oleh banyak orang, tidak mengenal usia, status, kelas sosi­ al, kedudukan, martabat, dan lain-lain. Orangorang yang tetap dikenang sampai saat ini, terkenal bukan karena omongannya, tetapi kare­ na tulisan yang mereka wariskan, dan – bahkan -- masih digunakan sampai saat ini. Jadi, intinya, antara membaca dan menulis harus bersinergi. Dan, kita pun dapat berguru pada penulis lokal, nasional, maupun dunia tentang teknik-teknik penulisan yang sudah teruji kehe­ batannya. Keberadaan Perpustakaan Masalah perpustakaan memang pantas di­per­


opini hatikan. Keberadaannya cukup signifikan terhadap perkembangan membaca masyarakat. Bagi siswa, perpustakaan di sekolah mempunyai­ multifungsi. Selain sebagai sarana membaca, juga sebagai tempat diskusi, mengerjakan tugas sekolah, tempat singgah sewaktu istirahat, dan seterusnya. Bagi mahasiswa, perpustakaan di kam­pus dapat digunakan sebagai sarana membaca, sekaligus mengerjakan tugas kuliah dari dosen, mempelajari skripsi (bagi mahasiswa yang mau skripsi), dan lain-lain. Bagi masyara­ kat, keberadaan perpustakaan di daerah sangat menunjang untuk kegiatan mengakrabkan buku dengan masyarakat, tempat membaca bagi anak-anak yang putus sekolah, juga sarana pelarian bagi siswa dan mahasiswa yang tidak­ menemukan buku yang mereka cari di perpustakaan masing-masing. Segala hal yang berkaitan dengan perpusta­ kaan sangat berpengaruh bagi minat para pem­­­­bacanya. Apabila daerah dan tempat per­ pus­­­ta­­­ka­an sangat strategis, pe­­mi­nat­nya ju­ga ba­nyak. Namun, kalau berada di da­e­rah ter­pen­ cil­­ dan sulit dijangkau orang, keberadaan per­ pus­taka­an perlu mendapat du­kung­an penuh dari pemerintah setempat agar masya­rakat se­ ki­­tar mengetahui keberadaan perpustakaan ter­ se­but. Masalah yang sangat krusial adalah keber­a­ daan buku di perpustakaan itu. Jika yang ada hanya buku-buku yang sudah ketinggalan zaman, buku-buku lama, bagaimana masyara­kat bisa maju. Di daerah lain sudah dikenal, bah­ kan sudah beredar, buku-buku baru, justru di lain tempat buku-bukunya masih berkutat pada­ tempo dulu. Mereka yang hanya disuguhi bukubuku lama akan merasa iri pada masyarakat lain yang sudah banyak membaca, bahkan mengoleksi buku-buku baru. Peristiwa tersebut sangat bertolak belakang dengan keberadaan telepon seluler di pasaran yang tiap harinya menghasilkan seri baru. Begi­ tu juga dengan pulsa HP yang menyedot banyak­ uang rakyat. Tidak pernah terbayangkan kalau membeli buku lebih baik daripada membeli pulsa yang hanya memakan waktu kurang dari satu bulan. Buku tidak akan pernah habis ditelan waktu, manfaatnya pun sangat besar, bisa ber­guna bagi diri sendiri, bangsa, dan negara, bah­kan bagi anak cucu kita. Pemerintah seharusnya memberikan perhati­ an khusus kepada perpustakaan karena manfa­ atnya sangat besar bagi masa depan generasi­

repro. Kalam/pewara

bangsa. Salah satunya, yaitu menyuguhkan bu­ ku-buku yang up to date. Semakin banyak buku yang dikeluarkan, semakin banyak pula generasi bangsa yang menunggu untuk membacanya.­ Seperti ungkapan bijak ”Buku adalah jendela dunia”, dengan buku kita dapat mengenal du­ nia beserta isinya. Dapat disimpulkan, semakin banyak bacaan yang kita pelajari dan semakin giat kita menulis untuk berkarya, semakin de­ kat pula kita untuk mengenal dunia.

Anand Firmansyah mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

39


resensi buku

Melejitkan DNA Kenabian O l e h Ndika Mahr endra Hasan Al-Bana benar, syarat mutlak agar manusia mengalami peningkatan­ dari keadaan semula menuju tingkat yang lebih tinggi, hingga ia akan berbe­ da dengan orang-orang lain ialah pendi­ dik­an. Pendidikan yang mampu mempersiapkan setiap individu agar cakap untuk menghadapi hidup pada zamannya. Sebab setiap generasi memiliki zaman yang berbeda, dengan tantangan yang tentu saja berlainan. Untuk itulah, proses pendidikan ha­­ rus diarahkan agar setiap individu ber­ tum­buh, berkembang untuk mem­ben­­ tuk manusia yang kamil (holistik), yang seluruh potensinya berkembang de­ngan optimal. Proses semacam ini men­dorong setiap individu untuk selalu me­ngem­ bangkan dirinya melalui proses pem­ be­lajaran tiada henti (longlife learning). Mereka akan mempersiapkan dirinya men­jadi sosok yang multi talenta, yang mam­pu menjawab semua kebutuhan za­ man, tak mengalami alienasi dari ke­hi­ dupan, dan tentu saja tak terputus dari jalur vertikal antara manusia dan Sang Pencipta. Melalui konsep pendidikan semacam inilah manusia akan menjadi pembelajar yang menyadari sepenuhnya bahwa di­ ri­nya merupakan bagian dari potensipo­tensi individu lainnya. Kesadaran ini mendorong mereka untuk berhimpun, be­lajar, dan berkarya bersama sehingga membentuk komunitas pembelajar (lear­ ner society) yang memiliki banyak ke­ ung­gulan (khairah ummah). Individuin­dividu tersebut belajar untuk hidup da­lam kolektivitas (learn how to live toge­ ther) melalui proses leading. Namun, pendidikan tidak hanya ber­ hen­ti sampai tahap itu. Dalam pan­dang­ an profetik (kenabian), manusia-ma­nu­ sia pembelajar itu harus diarahkan un­tuk selalu memberikan kontribusi po­si­tif (added value) kepada lingkungan 40

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

Propethic Learning Dwi Budiyanto • Pro U Media 2009������� ����������� • 212 Halaman

dan masyarakatnya. Al-Quran mengi­sya­ ratkan hal ini dengan kalimat ukhrijat linnas. Dalam hal ini, para siswa dididik untuk belajar berkontribusi (learn how to contribute). Gugus gagasan di ataslah yang tam­ pak­nya menjadi arus utama manusia terbaik (chosen people) masa depan yang diidam-idamkan oleh penulis buku “Pro­ pethic Learning” ini. Chosen people yang diharapkan oleh Dwi Budiyanto bukanlah sosok manusia terbaik yang tak bertanggung jawab, tetapi sosok manusia terbaik yang memi­ liki kualifikasi khairu ummah, yaitu ter­li­ bat aktif dalam aktivisme sejarah (ukh­ rijat linnas) dengan semangat untuk me­nyeru kepada kebaikan (amar ma’­ ruf), mencegah kemungkaran (nahi mun­ kar), dan mengembalikan seluruh akti­vi­ tas kemanusiaanya hanya kepada ridha Allah (tu’minuna billah). Dalam bahasa yang lebih bersifat so­

si­o­lo­gis, Kuntowijoyo menyebut kua­li­fi­ kasi khairu ummah itu sebagai aktivitas memanusiakan manusia (humanisasi), membebaskan manusia dari penindasan (liberasi) dimana semangat aktivisme kemanusiaan tersebut hanya diniatkan untuk menggapai ridha Sang Pencipta, yang Mahatransenden (Transendensi). Sehingga, konsep pendidikan yang di­harapkan mampu mempersiapkan se­ ti­ap individu menghadapi zamannya, akan dikonstruksi dalam konsep pen­di­ dik­an profetik. Karena, dalam diri setiap manusia terdapat DNA Kenabian, yaitu tugas mulia menjadi khalifah di muka bu­mi. Yang membedakan adalah, nabi dan rasul adalah manusia biasa yang men­da­pat­kan wahyu. Dengan konsep pendidikan profetik, di­harapankan, tiap-tiap individu akan menjadi manusia terbaik yang memiliki aktivisme sejarah, memiliki kontribusi ke­pa­da lingkungan kemanusiaan. Wu­ jud artefak dari khairu ummah itu beru­ pa memanusiakan manusia dari de­hu­ manisasi berupa objektivasi, l’homme machine, masyarakat dan budaya ma­sa, serta agresivitas dan individuasi (lone­ liness); membebaskan manusia dari pe­ nin­dasan, baik berupa penindasan indi­ vidu, golongan, sistem, bahkan negara; di mana seluruh aktivitas khairu um­ mah itu memiliki ruh penghambaan ke­ ma­nusiaan kepada sang pencipta. Hem..., Hasan Al-Bana benar. Tapi yang dibutuhkan tidak hanya sekadar pen­didikan yang mampu menjawab tan­ tangan zaman. Dibutuhkan juga yang menjawab tantangan zaman, dengan ke­rang­ka mampu melejitkan DNA Kena­ bian dalam diri setiap manusia. Dan buku ini mencoba menjawabnya.

Ndika Mahrendra Mahasiswa Sastra Indonesia UNY


bina rohani

Marhaban ya Ramadhan O l e h R o fiqoh Hadiyati

istimewa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia­ (KBBI), kata marhaban diartikan seba­gai kata seru untuk menyambut atau meng­ hormati tamu (yang berarti selamat­ datang). Itu sama dengan ahlan wa sahlan­ yang dalam kamus diartikan selamat da­ tang. Walaupun keduanya berarti selamat datang, tetapi penggunaannya berbeda. Para ulama tidak menggunakan ahlan wa sahlan untuk menyambut datangnya­ bulan Ramadhan, kecuali marhaban ya Ramadhan. Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti keluarga, sedangkan sah­ lan berasal dari kata sahl yang berarti mu­dah. Itu juga berarti dataran rendah karena mudah dilalui, tidak seperti jalan mendaki. Ahlan wa sahlan adalah ungkapan sela­mat datang, yang dicelahnya terdapat kalimat tersirat, “(Anda berada­ di tengah) keluarga dan (melangkah­ kan kaki di) dataran rendah yang mudah”. Marhaban terambil dari kata rahb­ yang berarti luas atau lapang, sehing­ga marhaban menggambarkan tamu disam­ but dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan

baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Dari akar kata yang sama dengan mar­ha­ban, terbentuk kata rahbat yang an­ta­ra lain berarti ruangan luas untuk ken­da­raan, untuk memperoleh perbaik­ an, atau kebutuhan pengendara guna me­lanjutkan perjalanan. Marhaban ya Ramadhan adalah “Selamat datang Ramadhan”, mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada,­ penuh kegembiraan, tidak dengan meng­ gerutu, dan menganggap kehadiran­nya mengganggu ketenangan atau suasana­ nyaman. Marhaban ya Ramadhan, diucapkan un­tuk bulan suci karena kita mengharap­ kan agar jiwa-raga kita diasah dan dia­ suh guna melanjutkan perjalanan menu­ ju Allah swt. Ada gunung tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya, itu­lah nafsu. Di gunung itu ada lereng­ yang curam, belukar yang lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu agar perjalanan ti­dak dilanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, ber­ tambah hebat ancaman dan rayuan, se-

makin curam dan ganas pula perjalan­ an. Tetapi, bila tekad tetap membaja, se­bentar lagi akan tampak cahaya benderang. Saat itu, tampak jelas ramburambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Bila perjalanan dilanjutkan, akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk meng­ antar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah Swt. Demikian kurang lebih perjalanan itu dilukiskan dalam buku Madarij As-Salikin. Tentu kita perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan itu. Tahukah kita apakah bekal itu? Benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di lahan jiwa kita. Tekad yang membaja untuk memerangi nafsu agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarus, serta siangnya­ dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama, bangsa, dan negara. Semoga kita berhasil!

Rofiqoh Hadiyati Mahasiswi Fakultas Ilmu Pendidikan UNY

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

41


cerpen

Bunga di Atas Sampah O l e h D hian Hapsari Perempuan itu masih duduk terdiam di sudut yang sama, se­dangkan bulan sudah lama pergi. Hampir tiap malam ia ha­bis­kan waktu di sudut itu dan melepaskan punggung dari sandarannya saat matahari telah tinggi. Entah apa yang ia pikirkan. Ia duduk menengadahkan ke­ pala di atas tumpukan sampah plastik bungkus makanan ber­ campur sampah lainnya. Baunya bacin juga ditambahi ken­ cing anjing jalanan dan laki-laki yang tidak pernah menjaga kemaluannya. Ia menghirup aroma busuk itu layaknya bau tubuhnya, bahkan ia merasa tidak pernah mengenali bau busuk itu sebelumnya. Sesekali ia memperbaiki duduknya. Pantatnya yang masih setebal dulu itu menekan air kencing yang belum kering. Orang-orang menyebutnya gila, tapi ia tidak pernah mera­ sa risih. Itu hanya anggapan orang, katanya suatu ketika. Baginya hidup adalah keceriaan yang tiada akhir yang hanya­ akan hilang bila kematian menjemputnya untuk mendapati episode komedi selanjutnya. Pernah suatu malam, di kala ia duduk seorang diri, laki-laki pemabuk mendatanginya. Ia keluarkan kemaluan yang telah penuh itu menghadap sudut tempat perempuan itu duduk. Dasar orang mabuk, ia tidak memperhatikan ada orang duduk di sudut becek tempat kencing. Langsung kencing sajalah ia di sana. Perempuan yang duduk mengangkat tangannya dari balik­ baju kemudian memegang kemaluan laki-laki itu. Kontan teriakan keras menggema membentur dinding-dinding hitam yang tinggi. Kota Venesia memang tidak pernah berdinding­ rendah. Ditariknya laki-laki sampai jatuh tersungkur. Masih dalam keadaan mabuk. Laki-laki mengerang kesakitan, tapi justru membuat si perempuan kegirangan tiada tara. Tertawa-tawa ia seperti baru saja mendapatkan mangsa. Ia kelaparan berhari-hari dan laki-laki itu roti lezat yang siap makan. “Kau, dasar perempuan gila!” laki-laki menyumpah sera­ pahi. “Kau, dasar laki-laki tidak tahu malu,” perempuan membalasnya. “Kau! Binatang busuk,” dijawab oleh laki-laki. “Kau! Manusia busuk,” dibalas lagi. “Kalau bukan binatang busuk, mana mungkin kau duduk di tempat kotor seperti itu?” “Kalau kau manusia, mana mungkin kau membuang ko42

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

toranmu seperti binatang?!” Laki-laki itu berdiri dengan bersusah payah meninggalkan perempuan itu sambil mengomel-ngomel sendiri. “Percuma bicara dengan orang gila.” Laki-laki itu berjalan limbung. Ce­lananya yang robek karena ditarik-tarik perempuan tadi membuat “barangnya” dibiarkan terbuka. Berjalan ia di jalan ramai. Belum ada satu meter, patroli datang. Patroli dari dinas sosial itu menciduknya, lalu menjebloskannya ke rumah sakit jiwa. Depresi berat. Vonis yang dijatuhkan dokter. Seminggu lalu, perempuan itu juga pernah kena ciduk. Diseret ia dan ditanyai macam-macam, tapi anehnya, si perem­ puan selalu bebas dari jeratan. Ia tidak gila. Tidak pernah gila. Mungkin orang yang tidak pernah mengenal dia akan bertanya-tanya mengapa perempuan ini tidak pernah dimasukkan rumah sakit jiwa. Namun kalau kau bertanya pada laki-laki saleh yang lebih sering menghabiskan waktunya di masjid tua, kau pasti makfum. Dulu perempuan itu sangatlah cantik dan memiliki suara yang sangat merdu. Setiap laki-laki, yang pasti laki-laki kaya, akan terpesona mendengarkan ia berlagu. Penyanyi ini dihargai ratusan ribu setiap membuka suara indahnya di atas panggung. Nyanyiannya pun bukan nyanyian sembarangan. Ia seorang guru yang sangat dalam ilmunya, yang disebarkan khusus dengan nyanyian. Hampir setiap hari, ia mencip­ takan sebuah lagu. Dan, beberapa laki-laki saleh di gereja dan masjid itulah yang merekam ataupun mencatat syairnya­ setiap kali ia berpetuah. Bukan itu saja, beberapa pemimpin di kota besar itu bah­ kan secara khusus menemuinya hanya untuk meminta pertimbangan. Kasus-kasus besarlah yang mau ia dengar, selebihnya paling-paling berakhir dengan ludah di atas tanah. Lantas, mengapa ia memilih tempat buruk yang menjijik­ kan untuk dilihat? Paling tidak, menurut penganggapan orang banyak. Setiap kali ia ditanyai tentang sikapnya, ia ha­nya akan tertawa, memperlihatkan giginya yang kuning dan besar. “Kau tidak akan pernah tahu jawabannya, sebelum kau mengerti tentang makna nyaman.” “Apakah menurutmu ini nyaman?” tanya laki-laki saudagar kaya yang akan membelikannya rumah, andaikan ia mau menjadi penasehat pribadi. “Ya, nyaman dari apapun. Ini membuatku aman dari lakilaki yang hanya menginginkan kenikmatan jasmani. Yang


cerpen

istimewa

menganggap perempuan sekadar daging yang memuaskan daging yang lain.” “Kau tidak harus seperti ini.” “Sudah seperti ini saja, masih ada laki-laki rakus yang datang, apalagi tidak seperti ini.” Perempuan memandang mata si laki-laki yang berdiri ti­ dak jauh darinya. Mata biru itu masih secerah waktu pertama bertemu. Laki-laki yang lahir dari perempuan di depannya, ti­ dak dapat berbuat banyak. Keputusan perempuan berselimut kain tebal berwarna coklat tua itu tidak dapat ditawar lagi.

Ia ingin mati dengan caranya. Hidup di antara najis yang dihindari orang adalah hidup yang paling tersembunyi. Perempuan yang pernah menjadi ahli strategi perang itu lalu tidur, tanpa memperhatikan sekelilingnya. Saudagar kaya pergi dan akan kembali suatu kali ia tidak bisa menghadapi lawan politiknya (lagi).

Dhian Hapsari Alumnus Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY

P e wa r a Din a m i k a a g u s t u s 2009

43


puisi•geguritan•tembang Sajak Ema R. Kenapa Ibu Menangis?

Ibu Pertiwi: Wahai anak-anakku putra-putriku yang teramat kucintai Gurumu benar Gurumu di sekolah tidak bohong

poj o k gel iti k

Kalam/pewara

Anak-anak: Wahai Ibu Pertiwi Ibu yang teramat kucintai Kenapa Ibu masih menangis juga? Kenapa Ibu masih selalu bersedih? Bukankah seperti kata guruku di sekolah : Kita ini sudah merdeka! Kita ini sudah merdeka, Ibu! Tapi kenapa, Bu? Apakah guruku di sekolah bohong padaku?

Sejak dua anak muda, Sukarno-Hatta membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945 lalu Kita memang sudah merdeka! Kita memang merdeka, anakku! Anak-anak: Lalu, kenapa Ibu masih menangis? kenapa Ibu masih berduka? kenapa, Ibu? Ibu Pertiwi: Kamu benar, Nak. Mestinya Ibu bahagia andai saja, ucapan merdeka kita itu kemudian diikuti tindakan-tindakan nyata perilaku-perilaku kita sebagai orang-orang merdeka Anak-anak: Maksud Ibu? Ibu Pertiwi: Kita mesti benar-benar merdeka Kita mesti merdeka dengan sebenar-benarnya Kita mesti sungguh-sungguh berusaha agar kita segera sejajar dengan bangsa-bangsa lain Kita mesti berupaya agar kita disegani bangsa-bangsa lain Kita mesti sungguh-sungguh berjuang agar kita bisa segera tegak berdiri tanpa intervensi bangsa-bangsa lain Anak-anak: Kita belum seperti itu, Ibu? Ema R. Staf UNY

44

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9


le

nsa

Rektor Menyapa Tiap pemimpin punya cara sendiri untuk memimpin. Tak terkecuali dengan Rektor UNY, Dr. Rochmat Wahab, MA. Pria kelahiran Jombang ini kerap menyapa orang lain dengan caranya sendiri. Senyum merekah sembari mengeluarkan beberapa kata merupakan ciri khasnya. Banyak orang menduga inilah cara sang rektor memimpin, termasuk menjaga hubungan baik dengan siapa saja. Yang pasti dia punya alasan untuk itu! teks: Sismono La Ode • Fotografer: Ahmad natsir ep


SElAMAT IDul FITRI 1430 H Ada salah mohon dimaafkan

universitas negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281 Telp. 0274-586168 www.uny.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.