Pewara Dinamika Agustus 2009

Page 42

resensi buku

Melejitkan DNA Kenabian O l e h Ndika Mahr endra Hasan Al-Bana benar, syarat mutlak agar manusia mengalami peningkatan­ dari keadaan semula menuju tingkat yang lebih tinggi, hingga ia akan berbe­ da dengan orang-orang lain ialah pendi­ dik­an. Pendidikan yang mampu mempersiapkan setiap individu agar cakap untuk menghadapi hidup pada zamannya. Sebab setiap generasi memiliki zaman yang berbeda, dengan tantangan yang tentu saja berlainan. Untuk itulah, proses pendidikan ha­­ rus diarahkan agar setiap individu ber­ tum­buh, berkembang untuk mem­ben­­ tuk manusia yang kamil (holistik), yang seluruh potensinya berkembang de­ngan optimal. Proses semacam ini men­dorong setiap individu untuk selalu me­ngem­ bangkan dirinya melalui proses pem­ be­lajaran tiada henti (longlife learning). Mereka akan mempersiapkan dirinya men­jadi sosok yang multi talenta, yang mam­pu menjawab semua kebutuhan za­ man, tak mengalami alienasi dari ke­hi­ dupan, dan tentu saja tak terputus dari jalur vertikal antara manusia dan Sang Pencipta. Melalui konsep pendidikan semacam inilah manusia akan menjadi pembelajar yang menyadari sepenuhnya bahwa di­ ri­nya merupakan bagian dari potensipo­tensi individu lainnya. Kesadaran ini mendorong mereka untuk berhimpun, be­lajar, dan berkarya bersama sehingga membentuk komunitas pembelajar (lear­ ner society) yang memiliki banyak ke­ ung­gulan (khairah ummah). Individuin­dividu tersebut belajar untuk hidup da­lam kolektivitas (learn how to live toge­ ther) melalui proses leading. Namun, pendidikan tidak hanya ber­ hen­ti sampai tahap itu. Dalam pan­dang­ an profetik (kenabian), manusia-ma­nu­ sia pembelajar itu harus diarahkan un­tuk selalu memberikan kontribusi po­si­tif (added value) kepada lingkungan 40

Pewara Dinam i ka a g u s t u s 2 0 0 9

Propethic Learning Dwi Budiyanto • Pro U Media 2009������� ����������� • 212 Halaman

dan masyarakatnya. Al-Quran mengi­sya­ ratkan hal ini dengan kalimat ukhrijat linnas. Dalam hal ini, para siswa dididik untuk belajar berkontribusi (learn how to contribute). Gugus gagasan di ataslah yang tam­ pak­nya menjadi arus utama manusia terbaik (chosen people) masa depan yang diidam-idamkan oleh penulis buku “Pro­ pethic Learning” ini. Chosen people yang diharapkan oleh Dwi Budiyanto bukanlah sosok manusia terbaik yang tak bertanggung jawab, tetapi sosok manusia terbaik yang memi­ liki kualifikasi khairu ummah, yaitu ter­li­ bat aktif dalam aktivisme sejarah (ukh­ rijat linnas) dengan semangat untuk me­nyeru kepada kebaikan (amar ma’­ ruf), mencegah kemungkaran (nahi mun­ kar), dan mengembalikan seluruh akti­vi­ tas kemanusiaanya hanya kepada ridha Allah (tu’minuna billah). Dalam bahasa yang lebih bersifat so­

si­o­lo­gis, Kuntowijoyo menyebut kua­li­fi­ kasi khairu ummah itu sebagai aktivitas memanusiakan manusia (humanisasi), membebaskan manusia dari penindasan (liberasi) dimana semangat aktivisme kemanusiaan tersebut hanya diniatkan untuk menggapai ridha Sang Pencipta, yang Mahatransenden (Transendensi). Sehingga, konsep pendidikan yang di­harapkan mampu mempersiapkan se­ ti­ap individu menghadapi zamannya, akan dikonstruksi dalam konsep pen­di­ dik­an profetik. Karena, dalam diri setiap manusia terdapat DNA Kenabian, yaitu tugas mulia menjadi khalifah di muka bu­mi. Yang membedakan adalah, nabi dan rasul adalah manusia biasa yang men­da­pat­kan wahyu. Dengan konsep pendidikan profetik, di­harapankan, tiap-tiap individu akan menjadi manusia terbaik yang memiliki aktivisme sejarah, memiliki kontribusi ke­pa­da lingkungan kemanusiaan. Wu­ jud artefak dari khairu ummah itu beru­ pa memanusiakan manusia dari de­hu­ manisasi berupa objektivasi, l’homme machine, masyarakat dan budaya ma­sa, serta agresivitas dan individuasi (lone­ liness); membebaskan manusia dari pe­ nin­dasan, baik berupa penindasan indi­ vidu, golongan, sistem, bahkan negara; di mana seluruh aktivitas khairu um­ mah itu memiliki ruh penghambaan ke­ ma­nusiaan kepada sang pencipta. Hem..., Hasan Al-Bana benar. Tapi yang dibutuhkan tidak hanya sekadar pen­didikan yang mampu menjawab tan­ tangan zaman. Dibutuhkan juga yang menjawab tantangan zaman, dengan ke­rang­ka mampu melejitkan DNA Kena­ bian dalam diri setiap manusia. Dan buku ini mencoba menjawabnya.

Ndika Mahrendra Mahasiswa Sastra Indonesia UNY


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.