Love is a Verb

Page 1



Buku ini Dipersembahkan Untuk : Dengan Pesan :

Teriring Salam :




Copyright Š 2009, by Gary Chapman Originally Published in English under the title Love is A Verb by Bethany House, a division of Baker Publishing Group, Grand Rapids, Michigan, 49516, U.S.A All rights reserved Managing Editor : James Yanuar Pengalih Bahasa : Lily Endang Joeliani Penyunting : Nicholas Kurniawan & Denny Pranolo Cover : Denny Octavianus Layout : Yenna Natasya Hak terjemahan Bahasa Indonesia ada pada: PT. VISI ANUGERAH INDONESIA Jl. Karasak Lama No.2 - Bandung 40235 Telpon : 022-522 5739 Fax : 022-521 1854 Email : visipress@visi-bookstore.com ISBN 978-602-8073-18-9 Cetakan pertama, April 2009 Cetakan kedua, Januari 2015 Indonesian Edition Š visipress 2009 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.

Member of CBA Indonesia No : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina


Buku ini didedikasikan untuk Derek dan Amy Chapman Yang gaya hidupnya menunjukkan bahwa “cinta adalah kata kerja�



Ucapan Terima Kasih Saya berterima kasih pada orang-orang yang mau berbagi kisah cinta mereka dengan saya. Buku ini tidak mungkin ada tanpa kontribusi mereka. Saya sangat bersyukur bagi Jim Bell, yang mendorong saya untuk memulai proyek ini dari awal dan memainkan peranan penting dalam mengumpulkan kisah-kisah ini. Saya berharap ia dan semua kontributor akan menerima upahnya karena lewat apa yang mereka lakukan, banyak orang menemukan bahwa cinta adalah kata kerja. Saya juga bersyukur buat orang-orang lain di tim editorial dan marketing -- Kyle Duncan, Julie Smith, Ellen Chalifoux, Donna Carpenter, dan Jeannette Littleton. Secara pribadi, saya sangat diberkati dengan kehadiran putra saya, Derek, dan menantu saya, Amy, yang selama kehidupan pernikahan mereka menjadi teladan bagaimana mencintai. Dimulai dengan pernikahan mereka di Praha dan dilanjutkan dengan pelayanan mereka di Antwero, dan sekarang di Austin, Texas, mereka setiap hari terlibat dalam memberikan hidup mereka bagi orang lain. Saya memimpikan ada hari di mana teladan mereka akan dilipatgandakan, dan karena itulah saya mendedikasikan buku ini bagi mereka.

Gary D. Chapman, Winston-Salem, North Carolina

9



Daftar Isi 7 9 11

Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Pengantar Mencintai dengan Boros - Tamara Vermeer Kecelakaan Kentang - Eileen Roddy Perubahan Cilik - Louise D. Flanders Secangkir Kegembiraan yang Sederhana - Steven L. Brown Minum Susu dengan Sendok - Doris E. Clark Pelukan yang Takkan Pernah Saya Lupakan - Rebecca Willman Gernon Antara Jeram di Gunung dan Kincir Ria - Sheila Farmer Gadis Cilik yang Mengubah Hidup Saya - Laurie A. Perkins Tertarik Pada Sifat yang Berlawanan - Lalu Apa? - Emily Osburne Ruang Cinta yang Baru - Betty J. Johnson Dalrymple Mukjizat Natal - Loretta J. Edison Antara Bayi dan Bola Basket - Kevin Lucia Alasan Untuk Hidup - Sudha Khristmukti Lebih Baik dari Cokelat - MIdge DeSart Siapa yang Memenangkan Perang? - Laura L. Bradford Hilang dan Ditemukan - Empat Saudara Perempuan - Sarah B. Hawkins Pahlawanku Tahu - Leslie J. Payne Detak Jantung Springfield - Jon Hopkins Gadis yang Menusuk Hati Saya - Barbara L. Scott Hati yang Terluka Dibebaskan - Amy Chanan Memasuki Dunia Molly - Elsie Dodge Panggil Aku Babe - Donna Smith Ketika Sara Mengajarkan Kebebasan Kepada Saya - Nancy Page Sheek Yang Baik dan yang Buruk - Sheila Farmer Petualangan Setiap Hari Bersama Mom - Faith Waters Coba-coba - Billy Cuchens 11

15 21 26 30 34 38 43 48 54 58 62 67 73 79 83 89 93 98 104 109 113 119 124 128 132 137


Bukan Tentang Aku - Christine McNamara Bukan Gadis yang Tepat Untuk Putraku? - Ann Varnum Kebaikan Dalam Kotak Perak - Pamela Dowd Tulip Musim Semi di Tanah yang Beku - Gena Bradford Yang Dibutuhkannya Hanya Waktu - Katherine J. Crawford Hari Saat Suamiku Berdoa Agar Aku Mati - Laquita Havens Perang Mesin Cuci Piring - Susan Stanley Anak Kucing Penanda Cuaca - Nancy J. Farrier Ucapkan Selamat Tinggal Kepada Gundikmu - Jennifer Devlin Dalil 50/50 - Sandy Cathcart Dalam Kaya dan Miskin - Chris Wright Harga yang Pantas untuk Dibayar - Jacquelyn Sandifer Strange Mencabut Rumpu di Blossom Trail - Connie Pombo Pintu Cinta - Nora Peacock Tentang Para Kontributor

143 147 151 155 161 167 172 176 180 184 189 194 198 202


Pengantar “Cinta membuat dunia berputar.” “Yang Anda butuhkan hanya cinta.” ”Cinta bisa membuatmu gila...” Sejauh yang bisa kita ingat, banyak puisi, lagu, film, dan pengkhotbah mencoba menggambarkan dan mengekspresikan cinta dengan cukup lengkap. Film-film dan acara-cara TV berfokus pada upaya mendapatkan cinta dan kepuasan pribadi. Iklan-iklan menggunakan perasaan yang kuat ini untuk menjual produk-produknya. Budaya tampaknya sering kali memenuhi pikiran kita dengan cinta. Apakah itu dalam pernikahan, keluarga, atau persahabatan, tidak heran bahwa cinta begitu menarik perhatian dan ditempatkan begitu tinggi dalam daftar prioritas hidup kita. Bagaimana pun, buku paling bijaksana yang pernah saya baca, Alkitab, mengajarkan kita bahwa Allah sendiri adalah kasih. Hanya sedikit emosi dalam hidup yang setara dengan arus adrenalin yang menggairahkan karena menemukan romansa baru atau persahabatan yang manis dengan seorang teman atau dukungan setia dari anggota keluarga. Tidak heran kita mengejar cinta lebih daripada pengalaman positif lainnya. Tantangan hidup sehari-hari begitu mudah ditanggung jika kita tahu ada orang-orang yang selalu hadir saat kita membutuhkannya dan mendukung kita tanpa syarat. Karena semua relasi cinta melibatkan sifat manusia yang sudah jatuh dalam dosa, tantangannya pun besar. Tidak seperti koneksi-koneksi pribadi yang ditampilkan dalam layar bioskop dan televisi, isu-isu nyata di antara manusia sering kali tidak bisa diselesaikan dalam waktu tiga puluh menit atau bahkan beberapa episode. Kadangkala situasi dan manusia menjadikan mencintai dengan benar sesuatu yang mustahil. Euforia cinta mereda setelah pernikahan, dan perasaan romantis bisa terbang begitu saja. Kita mengalami perbedaan pendapat yang tajam dan mendapati diri kita bersikap antagonistik dan bukannya mendukung. Kadangkala kesulitan komunikasi terjadi. Pada saat lainnya, kita bisa berpegang erat pada harapan-harapan yang tidak realistis. Dan pada waktu lain13


nya, sejujurnya, kita bahkan sebenarnya tidak tahu bagaimana cinta bisa ada di antara kita. Dan saat keadaan menjadi sulit, beberapa orang melangkah pergi... meninggalkan hati yang terluka di belakangnya. Sebagai pendeta dan konselor, saya telah melihatnya berulang-ulang. Salah satu pasangan bosan dengan pernikahan dan menyerah terhadap godaan untuk melihat apakah rumput di halaman orang lain memang lebih hijau. Orangtua dan anak-anak saling mengucilkan secara emosi karena suatu kesalahpahaman. Seseorang duduk sendirian di gereja atau tinggal di rumah karena kehilangan teman dan takut terluka dan mencari teman lagi. Saya telah melihat terlalu banyak orang menjadi terlalu cepat putus asa terhadap cinta. Keluar dari suatu relasi tidak memberikan kelegaan yang diharapkan, membawa solusi, atau menyederhanakan kehidupan. Alih-alih, hal itu membuat masalah semakin bertumpuk karena adanya kebencian dan saling tuduh yang terus berlangsung. Jadi apa jawaban terhadap tantangan yang disebabkan oleh cinta? Untuk awalnya, agar bisa bertahan dan selamat melalui berbagai stres dan kerumitan hidup, cinta harus lebih dari sekadar sesuatu yang kita rasakan. Kita harus mendemonstrasikannya secara kongkrit dalam pernikahan, keluarga kita, di antara teman-teman dan kenalan kita, dan ya, bahkan di antara musuh-musuh kita. Dan tentang semua itulah buku ini. Dalam halaman-halaman berikutnya, Anda akan melihat contoh-contoh orang yang seperti Anda – seperti kita semua – yang belajar untuk mengatasi rintangan, asamnya ”lemon”, dan mengubahnya menjadi minuman para dewa yang memuaskan, melepaskan dahaga emosi. Ini adalah kisah-kisah sukses yang membuat Anda ingin keluar dan mencoba lebih keras. Anda akan membaca tentang: • Doris, yang menjaga agar tangannya tetap sibuk merajut saat ia merasa ingin mencekik suaminya karena benar-benar sudah tidak tahan lagi hidup bersamanya. • Faith dan Louise, yang harus belajar mengatasi pikiran asing yang mendiami tubuh orang yang mereka cintai. • Sarah, yang tidak ingin berhubungan lagi dengan saudara-saudara perempuannya; dan Laquita, yang akhirnya jatuh cinta dengan suaminya setelah empat puluh tahun. • Kevin, yang mengetahui apa arti berkorban bagi orang lain dan apa yang bukan ... dan apa artinya berkorban. • Sudha, yang secara harafiah mendapati seorang asing yang ingin bunuh diri ada di pintu rumahnya;dan Laurie, yang menemukan cinta mengintip dari pagar rumahnya. • Steven, yang memberikan secangkir kopi panas untuk menghangatkan sirkulasi cinta dalam hatinya; dan Tamara, yang belajar bahwa ia memi14


~ Pengantar ~ liki kemampuan untuk membuat dunia orang lain yang kurang beruntung menjadi lebih baik. • Rebecca, yang ayahnya tidak mampu menunjukkan emosi; dan Eileen, yang mengekspresikan emosinya dengan meluap-luap! • Midge,seorang perempuan yang mengharapkan cokelat dan akhirnya memperoleh rasa pahit di mulutnya. • Loretta, yang mengalami rasa sakit yang tak terperikan karena suatu tindak kriminal, dan bagaimana ia diminta untuk mencabut hak waris seorang pelaku kejahatan yang disayanginya. • Pamela, yang akhirnya menemukan harta karun hatinya di bawah tutup suatu kotak perak kecil. Semua orang ini, dan masih banyak lagi, membagikan kisah mereka tentang belajar menjalani cinta melalui tragedi dan kemenangan. Pengalaman mereka lebih memesona ketimbang cerita buatan Hollywood manapun. Anda akan mampu merasa terhubung dengan kisah mereka dan merasakan kecemasan dan pencapaian mereka. Dan setelah setiap kisah, saya menyoroti suatu elemen kunci yang dapat menolong Anda menjadi lebih kuat saat Anda berusaha membangun relasi yang kuat dan stabil. Melalui halaman-halaman buku ini, saya akan memberi Anda petunjuk-petunjuk praktis yang digunakan orang-orang ini yang juga dapat Anda gunakan. Kisah-kisah ini akan memberi Anda inspirasi untuk membangun, mengobarkan kembali, dan mengalami jenis cinta dan relasi yang bertahan setelah perasaan hangat itu mereda. Jadi apakah Anda ingin menikmati relasi terbaik yang mungkin terjadi? Maka mulailah berusaha. Cinta tidak dibungkus dalam kata ganti orang – ”ia” atau ”mereka”. Cinta bukan tentang siapa orang lain atau bagaimana mereka memperlakukan kita atau apa yang mereka lakukan untuk membuat kita menghargai mereka. Cinta dimulai dengan Anda, dan terutama bukan tentang apa yang Anda katakan atau rasakan. Sebaliknya, cinta adalah tindakan; ini adalah pilihan yang harus Anda buat. Cinta adalah kata kerja! - Gary Chapman

15



Mencintai dengan Boros Suatu hari Tony berjalan ke kantor kami di mana suami saya, Tim, memberi konseling kepada para veteran yang kehilangan anggota tubuhnya. Senyumnya yang cemerlang menghiasi wajahnya. Ia tidak lebih tinggi dari anak saya yang berusia empat belas tahun – botak, kurus kering, dan berusia empat puluhan akhir. Ia begitu memesona, jenis pesona yang saya yakin akan membuat bahkan ibunya sendiri tidak tahan untuk tidak menghukumnya apabila ia baru saja melakukan kenakalan. Ia memiliki cara tertawa, setengah cekikikan yang muncul dengan mudahnya sehingga saya hampir tertawa juga – saya tidak bisa menahannya. Saya hanya bertemu sebentar dengannya tetapi ia meninggalkan sebuah kesan dalam hati yang bahkan tidak saya sadari ada di sana. Kemudian di minggu itu Tim bertanya, “Kamu ingat Tony?” “Tentu saja,” kata saya, sambil menyortir surat-surat. “Kuceritakan sedikit tentangnya ya. Ia mengidap HIV, salah satu dari pengungsi topan Katrina, yang direlokasi ke Denver sini, dan sejauh yang aku tahu ia sendirian. Ia tunawisma, tetapi belakangan ini ia tinggal di rumah subsidi. Namun, sakitnya cukup berat, apartemennya hampir kosong, dan ia tidur di lantai. Ia bahkan tidak memiliki ranjang.” Ia bahkan tidak memiliki ranjang – tidak punya ranjang, dan ia sakit. Kata-kata itu bergema dalam benak saya. Tidak punya ranjang, tidak punya ranjang. Saya membayangkan Tony yang kecil meringkuk di lantai. Saya sering mendengar tentang situasi yang menyedihkan seperti ini sebelumnya, kita semua pernah, dan hati saya selalu tergetar dan terganggu karenanya. Namun kali ini seolaholah seseorang menggoncangkan saya dan berteriak, “Ia tidak punya ranjang! Lihat semua yang kau miliki!”

Keluarga kami selalu senang menolong orang yang kurang beruntung – memberi hadiah Natal bagi orang-orang yang kesulitan, membawakan makanan kepada keluarga-keluarga yang anggota keluarganya di rumah sakit, mengirim17


kan uang kepada seorang anak di Afrika. Namun semua itu adalah cara-cara “aman” untuk menolong, lalu pulang ke rumah; kami belum pernah terlibat langsung dalam hidup mereka. Perut saya serasa diaduk-aduk, dan saya gemetaran. Saya harus memberinya sebuah ranjang. Entah kenapa tapi saya merasa kali ini saya harus bertindak. Hanya Allah yang tahu alasannya. Dan ranjang itu harus baru! Untuk alasan tertentu, saya ingin mencintainya dengan boros. Namun walaupun merasa amat terdorong untuk menolongnya, saya bertanya-tanya apa yang sedang saya lakukan. Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang seperti ini sebelumnya. Kami mengantarkan ranjang dan perlengkapan ranjang baru yang kami – saya dan putri-putri saya – pilihkan. Saya agak gugup. Ia duduk di ranjang barunya, merapikan sepreinya, dan tersenyum. Lalu emosi pun menguasainya dan ia tersedu-sedu. Tubuhnya yang kurus terguncang saat ia batuk. “Terima kasih. Terima kasih banyak – saya tidak tahu harus berkata apa. Saya ... saya ...” kata-katanya tidak pernah selesai karena air mata mengalir dengan derasnya. Ranjang ini bagaikan sebuah terang dalam lubang yang sangat dalam dan gelap. Ia memandangi kami dengan bingung dan penuh syukur. Saya tidak tahu cara lain untuk menggambarkannya. Ia tidak mengenal kami sama sekali. “Tony, sayang! Apa yang terjadi di sini?” Juanita, tetangganya yang seperti neneknya sendiri, berjalan masuk dari seberang lorong. “Rasanya kurang enak bertemu dengan orang-orang baru, tapi aku ingin melihat apa yang terjadi!” Ia melihat ranjang itu dan memandang Tony, menggelengkan kepalanya yang penuh uban, dan berkata, “Sayang, sudah kubilang Allah akan menjagaimu. Dia mendengarkanmu; ya, Dia mendengarkanmu.” Teman-teman dan keluarga kami langsung ambil bagian – panci dan wajan baru, piring-piring, handuk-handuk, microwave, uang – apa saja! Dan puncaknya, saudara perempuan saya, Laurie membelikannya mebel baru – bukan barang bekas orang lain, tetapi mebel yang benar-benar baru dengan karpet yang sesuai. “Laurie,” kata saya, “apa tidak apa kamu membelikan ia semua ini? Kita tidak benar-benar mengenalnya dan ia bisa saja menjual semua itu atau seseorang bisa mencurinya atau ...” “Aku ingin melakukannya, dan apa yang akan terjadi, terjadilah,” katanya sambil tersenyum. Cinta yang boros.

Suatu hari saya berkunjung untuk memeriksa Tony. Ia selalu bersikap positif dalam segala hal. “Saya cukup baik, cukup baik hari ini. Apakah Anda tahu bahwa besok adalah hari ulang tahun saya?”


~ Mencintai dengan Boros ~ “Tony, mari kita buat pesta ulang tahun!” Keluarga saya datang, orangtua saya bahkan teman putri saya juga datang. Kami membungkus barang-barang pemberian orang yang belum sempat diberikan padanya dengan kantung warna-warni dan membawa sebuah kue tart. Ia duduk di sofa diapit oleh orangtua saya, air matanya mengalir. “Saya tidak pernah mengalami perayaan ulang tahun seperti ini sebelumnya, karena saudara saya ada 13.” Saya tidak tahu hal ini. Di mana keluarganya? Sedikit demi sedikit potongan kisah hidupnya mulai muncul. Saat kami berkendara pulang, teman putri saya tersenyum saat memandang keluar jendela dan berkata, “Ini hari terbaik yang pernah kualami.” Saat saya kembali untuk membawakan makanan, ia telah menempelkan semua kantung hadiah di dinding. Tony mulai makin sakit. Ia sering sakit dada dan sulit bernapas. Saya menelepon untuk memeriksanya suatu Senin pagi. “Saya sudah ke rumah sakit tiga kali akhir pekan ini, Tamara. Dada saya sakit sekali.” “Oh, Tony!” Saya jadi tidak enak. “Bagaimana caramu sampai ke sana?” “Saya naik bis, tetapi harus berjalan satu mil ke tempat pemberhentian bis. Mereka berkata mereka tidak menemukan apa-apa jadi mereka menyuruh saya pulang, tetapi saya tidak merasa lebih baik jadi saya kembali dua kali lagi.” Mereka bahkan tidak menolongnya pulang. Saya benar-benar marah! Di dunia saya, ada keluarga yang bisa membawa saya ke rumah sakit, ada mobil, dan mereka tidak pernah harus menyuruh saya pulang seperti itu. Di dunianya, ia sendirian, dan mereka tidak peduli. Saya menyadari ia butuh dukungan medis, jadi saya dan Tim memutuskan untuk campur tangan. Mungkin karena sejarahnya, mungkin karena sendirian, ia terus diperlakukan seolah-olah tidak pantas memperoleh rasa hormat atau perlakuan yang pantas dari tenaga medis. Ia masuk ke rumah sakit berulangkali, dan saya tidak bisa menghitung berapa kali harus “mengaum” di rumah sakit ketika mendengar bagaimana ia diperlakukan. Para perawat akan bertanya, “Dan Anda siapa?” Saya akan berlagak tersinggung dan berkata, “Yah, kakak perempuannya, tentu saja! Tidak bisakah Anda melihat persamaan kami?” Tony berkulit hitam dan tingginya 5 kaki 6 inchi dan saya berkulit putih dan tinggi saya 5 kaki 10 inchi. Keadaan Tony makin parah. Saya duduk bersamanya saat ia menunggu untuk bertemu seorang onkologis. Tony ketakutan. Ia memandang saya dan berkata, “Mengapa Anda melakukan ini semua? Anda tidak benar-benar mengenal saya dan apa yang telah saya lakukan.” 19


Saya tersenyum dan berkata, “Yah, kamu juga tidak benar-benar mengenal saya dan hal-hal yang telah saya lakukan.” “Tidak, ini benar-benar serius,” ia mendesak. “Anggap saja saya kebetulan mendengarkan Allah, Tony. Dia tahu kamu butuh seseorang untuk berjalan di sampingmu dan mencintaimu begitu saja.” Tony mengidap kanker paru-paru. Kami tidak tahu tinggal berapa banyak waktu yang dimilikinya. Saudara perempuan saya merasa kami harus segera mempertemukannya dengan keluarganya. Kami mendesaknya untuk menelepon ibunya. Ia tinggal di Mississippi. “Oh, saya tidak ingin membuatnya khawatir. Ia hampir delapan puluh tahun,” katanya. Namun ada nada sedih dalam suaranya. Itulah pertama kalinya kami mendengar tentang ibunya, Lucille.

Orangtua saya mulai mengunjungi apartemennya dan di rumah sakit. Ia memanggil mereka mama dan papa. Sering kali ia menangis saat berbicara kepada mereka di telepon. Saya pikir ia sangat merindukan mamanya sendiri. Suatu malam sekitar pukul delapan ia menelepon dari rumah sakit. “Dokter ada di sini dan....” Suaranya tercekat dan kerongkongan saya terasa kering saat ia berkata, “Ini tidak terlalu baik, kakak.” Ia mencoba untuk tertawa, tetapi tawa itu berubah menjadi isakan. Dokter mengambil alih telepon dan berkata tanpa emosi, bahwa Tony mengidap kanker paru-paru stadium empat, dan sisa umurnya hanya waktu enam minggu sampai empat bulan. Saya begitu marah sampai gemetar. Saya telah meminta rumah sakit untuk menelepon kalau mereka mau memberi tahu tentang penyakitnya supaya saya bisa menemaninya. Mendengar berita seperti itu sendirian akan membuat semua orang putus asa. Kami bergegas ke rumah sakit. Yang mengejutkan, Tony tersenyum, memegang tangan saya, dan kali ini keadaan berbalik – ia menghibur saya! Saya menangis dan menangis. “Saya tahu Anda pikir dokternya jahat, tetapi saya perlu mendengar kebenarannya, dan tidak ada yang mau memberitahu,” katanya. Saya menyadari betapa sayangnya saya pada Tony. Tony belakangan berkata kepada saya bahwa setelah mendengar berita itu ia meninggalkan ruangannya, berjalan ke bawah, dan berencana untuk keluar dari rumah sakit dan menghilang untuk selamanya. “Saya kembali ke atas karena saya berkata kepada Anda bahwa saya akan ada di sini dan saya tidak ingin mengecewakan Anda. Jika bukan karena Anda, saya tidak akan ada di sini sekarang.” Keesokan harinya ia menelepon dan bernyanyi di mesin penjawab telepon.


~ Mencintai dengan Boros ~ Dan ia tertawa sehingga membuat saya tertawa dan kemudian menangis. “Saya biasa menyanyi di Mississippi Mass Choir,” katanya. Satu lagi potongan kisah hidupnya. Kami terus menekannya untuk menelepon keluarganya. Ia akhirnya menelepon saudara perempuannya, Cynthia. Saudara perempuan saya, dengan hatinya yang pemurah dan “boros”, menawarkan untuk membayar penerbangan Cynthia ke Denver dan menyewakan mobil baginya. Cynthia tidak tahu bahwa Tony separah itu sakitnya. “Saya tidak tahu kenapa ia tidak memberi kabar dari dulu! Saya bisa datang dari jauh-jauh hari kalau tahu begini.” Tony telah menjaga jarak dari keluarganya untuk alasan-alasan yang masih belum mereka pahami. Jelas bahwa mereka mencintainya. Namun entah bagaimana kehidupan telah melukainya begitu dalam. Cynthia datang, dan suatu malam di apartemen Tony ia mengungkapkan isi hatinya. “Anda tahu, saya memiliki masalah punggung dan saya tidak bisa bekerja, tetapi saya rasa pasti ada sesuatu yang harus saya lakukan. ‘Tuhan,’ saya berdoa, ‘apa rencana-Mu bagiku? Apa yang Kau ingin kulakukan?’ Nah, inilah jawabannya. Saya harus membawa Tony pulang dan merawatnya.” The Veteran Administration membayari penerbangan Tony, dan saudara perempuan saya membayari penerbangan Cynthia. Saat Tony pergi, saya tahu saya tidak akan melihatnya lagi. Keluarganya berkumpul untuk melihat domba yang tersesat dan sekarang pulang itu. Saudara lelaki dan perempuannya datang dari seluruh penjuru negeri, dan putri-putrinya datang – ya, ia memiliki dua anak perempuan dan empat cucu! Kisahnya terus terungkap. Ibunya tidak pernah pergi dari sisinya. Ia menelepon saya suatu hari dan berkata, “Saya telah berdoa akan adanya suatu mukjizat bagi Tony, dan Andalah mujizat itu.” Tony meninggal bulan Mei itu. Ia jatuh tertidur dan tidak pernah bangun lagi, tetapi ia meninggal dengan keluarga di sekelilingnya. Ia tidak sendirian lagi. Keluarga Tony memasang foto keluarga kami dalam acara penguburannya beserta kata-kata berikut: “Tidak ada keluarga lain yang lebih baik dari kalian untuk mengurus Tony kami yang tercinta. Mengucapkan terima kasih tidaklah cukup! Kalian pantas memperoleh lebih dari itu. Kiranya Allah memberkati dan menjagai kalian.” Apa yang saya lakukan tidak banyak, saya hanya membiarkan cinta yang ada di hati saya keluar, dan lihatlah apa yang terjadi: suatu kisah cinta yang tidak terduga. Tamara Vermeer 21


Kadangkala dalam hidup kita mendapat kesempatan untuk masuk dalam hidup seseorang. Keputusan itu membuat perut bergejolak dan tangan kita gemetar. Kita tidak harus melakukannya, tidak seorang pun akan tahu jika kita tidak melakukannya, dan hidup kita akan berlanjut seperti biasanya. Namun saat kita mulai mencintai, bukan hanya sebagai coba-coba tetapi dengan murah hati, hidup kita berubah selamanya. Saat kita mencintai dengan murah hati, kita menerima ganjaran yang tidak terlupakan. Dan kadangkala, perhatian itu tidak hanya menyentuh orang lain itu tetapi orang-orang yang terlibat dengannya, sehingga tercipta suatu “keluarga besar� yang menjadi pengalaman komunitas yang sejati yang kita rindukan.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.