Copyright Š 2011 by David Kinnaman Originally Published in English under the title You Lost Me by Baker Books, a division of Baker Publishing Group Grand Rapids, MI 49516, U.S.A. All rights reserved Penerjemah Penyunting Desain cover & layout Proof reader
: Denny Pranolo : James Yanuar : Felly Meilinda : Grace Emilia
Hak terjemahan Bahasa Indonesia ada pada: PT. VISI ANUGERAH INDONESIA Jalan Karasak Lama No.2 - Bandung 40235 Telp : 022-522 5739 - Fax : 022-521 1854 Email : visipress@visi-bookstore.com Bekerja sama dengan: Sekolah Tinggi Teologi Bandung Jalan Dr. Junjunan 105 - Bandung 40173 Telp : 022-601 6454 - Fax : 022-607 7921 Email : sttbdg@bdg.centrin.com ISBN : 978-602-8073-79-0 Cetakan pertama, November 2012 Indonesian Edition Š Visipress 2012 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.
Member of CBA Indonesia No : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina Member of IKAPI No : 185/JBA/2010
Untuk generasi sebelumnya Donald Kinnaman (1921-1997) Esther Kinnaman (1925-2008) Walter Rope (1917-1999) Irene Rope (1921-1991)
dan untuk generasi selanjutnya Emily Kinnaman (1999) Annika Kinnaman (2001) Zachary Kinnaman (2004) Grant Culver (2007) Lauren Culver (2005) Kaitlyn Culver (2007) Luke Culver (2009) Oliver Kinnaman (2011) Grace Kinnaman (2009) Isaac Kinnaman (2011) Ellie Kinnaman (2010) Sydnee Michael (2010) Josh Rope (1995) Abi Rope (1997) Sarah Rope (1999)
Mazmur 100:5 Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
DAFTAR ISI You Lost Me, Pendahuluan ....................................................................................... 9 Bagian 1 Dropouts 1. Iman, Terputus ....................................................................................... 19 2. Akses, Alienasi, dan Otoritas ............................................................... 39 3. Nomad dan Prodigal ............................................................................. 61 4. Exile ......................................................................................................... 75 Bagian 2 Putus Hubungan Putus Hubungan, Definisi .................................................................... 93 5. Over Protektif ........................................................................................ 99 6. Dangkal ................................................................................................. 117 7. Anti Ilmu Pengetahuan ....................................................................... 135 8. Represif ................................................................................................. 155 9. Eksklusif ............................................................................................... 175 10. Sempurna .............................................................................................. 191 Bagian 3 Terhubung Kembali 11. Lama tapi Baru ..................................................................................... 207 12. Lima Puluh Ide untuk Menjangkau Generasi .................................. 219
Ucapan Terima Kasih .......................................................................... 253 Penelitian ............................................................................................... 255 Catatan ................................................................................................... 260 Profil Penulis ......................................................................................... 264
You Lost Me, Pendahuluan
M
ereka seperti membaca dari satu teks yang sama. Para dewasa muda menggambarkan perjalanan iman mereka dengan bahasa yang hampir sama. Kebanyakan dari kisah mereka mempunyai satu bagian dimana mereka terpisah dari gereja—dan bahkan kadang dari kekristenan. Tapi persamaan di antara mereka bukan hanya bahwa mereka semua terpisah dari komunitas Kristen. Banyak anak muda yang tumbuh besar di gereja waktu mereka terpisah dari komunitas Kristen, tidak ragu untuk menyalahkan komunitas dimana dulu mereka berada. Mereka menudingkan jari mereka, terlepas dari benar atau salahnya, dan berkata: You lost me (kalian membuat aku bingung). Anna dan Chris adalah dua anak muda yang seperti itu. Saya baru-baru ini bertemu mereka dalam sebuah perjalanan ke Minneapolis. Anna dulunya jemaat gereja Lutheran, tapi sekarang ia agnostik. Setelah bertahun-tahun merasa tidak terhubung dengan komunitas Kristen, ia akhirnya disingkirkan oleh khotbah “api dan belerang” seorang pendeta di upacara pernikahannya. Chris adalah adalah orang Katolik yang sekarang menjadi ateis selama beberapa tahun, sebagian disebabkan karena cara gereja menangani perceraian orang tuanya. Saya bertemu Graham dalam salah satu perjalanan bisnis baru-baru ini. Sebagai orang yang terlahir sebagai pemimpin, ia mengikuti sebuah program bagi siswa Kristen, tapi ia mengaku: “Saya tidak yakin jika saya memercayai semua ini. Ketika saya berdoa, saya merasa seperti berbicara kepada udara kosong.” Saat saya menyelesaikan suntingan final buku ini, saya bertemu Liz, seorang gadis berumur dua puluh tahunan dari gereja saya di Ventura, California. Ketika 9
You Lost Me ia masih di bangku SMU, saya sudah menjadi sukarelawan dewasa di kelompok pemuda. Ia mengatakan walaupun ia dibesarkan di gereja dan masuk universitas Kristen, ia bergumul dengan perasaan terasing dan penghakiman dari temantemannya sesama orang Kristen. Ia bertemu keluarga dari agama lain dan terkesan dengan mereka. “Beberapa minggu lalu saya memutuskan masuk agama mereka.” — Masing-masing kisah itu unik, tapi semua kisah ada persamaannya dengan kisah ribuan dewasa muda lainnya. Detailnya memang berbeda, tapi tema perpisahan dari komunitas Kristen selalu muncul lagi, dan lagi, dan sering kali diikuti perasaan bahwa keputusan untuk memutuskan hubungan dengan komunitas Kristen itu bukan tanggung jawab mereka. Seorang kolega saya mem-forward sebuah artikel tentang banyaknya anak muda Katolik yang hilang. Di antara sekian banyak komentar online yang masuk, ada dua komentar yang menonjol: Saya heran berapa persen … orang Katolik yang “terhilang” yang merasa seperti yang saya rasakan, bahwa kami tidak meninggalkan gereja, tapi gerejalah yang meninggalkan kami. Saya berhenti sejenak, berpikir bahwa melawan dari dalam adalah caranya, tapi saya akhirnya menyadari bahwa hal itu akan merusak hubungan saya dengan Allah dan dengan diri sendiri, dan saya merasa tidak ada pilihan lain kecuali pergi.1
Tema yang sama yang muncul dari kisah-kisah di atas tidak mudah diterima oleh orang tua, dan pemimpin gereja, yang telah mencurahkan banyak usaha, dan doa dalam hidup orang-orang muda itu. Bahkan deskripsi fenomena “you lost me” versi orang tua tidak kalah menyeramkannya. Pam, seorang ibu yang bersemangat, mencegat saya setelah sebuah konferensi. Pertanyaannya adalah: apa yang harus dilakukannya dengan anak laki-lakinya, seorang mahasiswa teknik, yang setelah menjadi pengikut Kristus selama bertahun-tahun sekarang meragukan relevansi dan rasionalitas kekristenan? Saya pernah makan siang dengan orang tua Kristen yang sudah mencucurkan air mata karena anak laki-lakinya yang berumur sembilan belas tahun telah menyatakan bahwa ia tidak ingin ada hubungan lagi dengan iman orang tuanya. 10
You lost me, pendahuluan “David, saya tidak bisa menjelaskan bagaimana rasanya kehilangannya. Saya berharap ia akan kembali kepada imannya karena saya melihat betapa ia adalah anak yang baik dan murah hati. Tapi berat bagi saya dan ibunya melihat hal ini. Dan saya tidak tahan melihat pilihan jalan hidupnya memengaruhi adik-adiknya. Yang bisa saya lakukan hanya memintanya tidak meninggalkan rumah.”
PERGUMULAN ORANG KRISTEN MUDA Jika Anda membaca buku saya sebelumnya unChristian, yang ditulis bersama Gabe Lyons, Anda mungkin berpikir bagaimana buku ini bisa sesuai dengan riset yang kami lakukan waktu itu. unChristian membahas berbagai alasan mengapa orang non-Kristen muda menolak iman Kristen dan mengeksplorasi perubahan reputasi Orang Kristen, terutama orang Injili, dalam masyarakat kita. Buku itu berfokus pada persepsi dan prioritas orang non-Kristen muda atau kita sebut orang luar. You Lost Me, di sisi lain adalah tentang orang muda Kristen. Buku ini menceritakan kisah-kisah pribadi orang Kristen muda—atau dewasa muda yang berpikir mereka orang Kristen—yang menyakitkan, terus terang, dan sepertinya menghujat Tuhan, yang telah meninggalkan iman mereka bahkan meninggalkan gereja. Judul buku ini terinspirasi dari suara dan cara pikir mereka, dan merefleksikan ketidaksukaan mereka terhadap komunikasi satu arah, keterpisahan mereka dari iman konvensional, dan ketidaknyamanan mereka terhadap apologetik yang sepertinya memisahkan mereka dari dunia nyata. You Lost Me adalah tentang persepsi mereka tentang gereja, kekristenan, dan budaya. Di dalamnya ada kepedulian, harapan, imajinasi, frustasi, dan kekecewaan yang mereka alami. Sebuah generasi orang Kristen muda percaya bahwa gereja dimana mereka dibesarkan tidak aman dan gereja adalah tempat yang tepat untuk menyatakan keraguan mereka. Banyak orang merasa bahwa mereka hanya diberikan jawaban yang tidak jelas atau ngawur, padahal mereka mengajukan pertanyaan yang jujur, kritis, dan mereka menolak “ketua” dan “juru bicara” yang mereka lihat ada di generasi sebelumnya. You Lost Me menyuarakan penilaian mereka bahwa institusi gereja telah mengecewakan mereka. Terlepas dari benar salahnya penilaian ini, memang benar bahwa komunitas Kristen kurang mengerti dan tanggap terhadap pergumulan dan cara pikir baru dan yang cukup lama dari orangorang muda yang dropout (keluar dari gereja) ini, dan saya harap You Lost Me 11
You Lost Me bisa menjembatani jurang ini. Karena usia saya (tiga puluh tujuh tahun) dan posisi saya sebagai peneliti, saya sering kali diminta generasi muda menjelaskan kepada generasi tua dan memberi tahu apa yang ada dalam pikiran mereka. Saya menyambut tugas ini karena apapun kekurangan mereka, saya percaya pada generasi berikutnya. Saya merasa mereka penting, dan bukan karena alasan klise “orang muda adalah pemimpin hari esok.” Kisah—pergumulan berat—dari generasi yang sedang tumbuh ini adalah untuk kita pelajari, supaya kita bisa hidup setia dalam konteks yang baru, hidup dalam dunia, tapi tidak berasal dari dunia. Frasa “hidup dalam dunia, tapi tidak berasal dari dunia” diambil dari doa Yesus bagi para pengikut-Nya di Yohanes 17. Bagi generasi yang akan datang, garis batas antara benar dan salah, antara pengaruh orang Kristen dan akomodasi budaya sudah menjadi sangat tidak jelas. Walaupun setiap generasi mempunyai tantangan masing-masing, momen dalam budaya ini adalah kesempatan tunggal dan juga adalah ancaman yang unik bagi formasi spiritual gereja masa depan. Banyak dewasa muda yang cara hidup dalam dunia, tapi tidak berasal dari dunia-nya masih harus dikoreksi atau dipuji, tapi malah dikritik atau ditolak. Dalam kisah generasi yang akan datang yang penuh semangat ini, sebuah narasi spiritual baru pun lahir. Lewat sudut pandang buku ini, saya mengerti dan setuju dengan sebagian besar, walaupun tidak semua, kekecewaan mereka. Ya, memang kita harus memerhatikan sikap dan tingkah laku orang Kristen di generasi yang akan datang, tapi saya juga menemukan alasan untuk mengharapkan yang terbaik yang bisa mereka berikan. Sudah jelas mereka adalah generasi yang siap untuk tidak hanya menjadi pendengar doktrin saja, tapi menjadi pelaku iman; mereka ingin mempraktikkan iman mereka, bukan hanya sekadar bicara. Ya, memang banyak anak muda dropout dari gereja yang pertumbuhan rohaninya terhenti, tapi ada sejumlah besar dari mereka yang kembali membangkitkan iman mereka dengan ide-ide dan energi baru. Dari generasi ini, yang begitu semangat menunjukkan iman dan perbuatan dengan cara baru, saya percaya gereja yang sudah ada sekarang bisa belajar pola baru tentang kesetiaan. You Lost Me berusaha menjelaskan konteks budaya generasi yang akan datang dan membantu menjawab pertanyaan bagaimana cara kita bisa mengikut Yesus—dan membantu orang muda tetap setia mengikut Yesus—di tengah budaya yang terus berubah ini?
12
You lost me, pendahuluan
CARA PIKIR BARU Ini adalah pertanyaan yang setiap generasi orang percaya modern harus jawab. Saya percaya, dalam kisah-kisah orang muda yang bergumul dengan iman mereka, gereja secara keseluruhan bisa menemukan jawaban yang segar dan memberi semangat. Mari kita sebut hal ini sebagai “mentoring terbalik,� karena kita, generasi orang Kristen yang sudah mapan, harus belajar banyak dari generasi yang akan datang.2 Kita ada di titik kritis dalam kehidupan gereja di Amerika Utara; komunitas Kristen harus memikirkan ulang usaha kita untuk memuridkan. Banyak asumsi yang menjadi dasar kita bekerja dengan orang muda berakar pada paradigmaparadigma modern, yang mekanis, dan diproduksi secara massal. Beberapa (tidak semua) pelayanan mengambil satu bagian dari paradigma itu, melakukan yang mereka bisa untuk membentuk pengikut Yesus yang baru dan “berkilauan�, yang baru keluar dari oven. Tapi yang namanya murid tidak bisa diproduksi secara massal.3 Murid-murid harus dibentuk dengan tangan, lewat sebuah hubungan. Kita butuh arsitek baru yang bisa mendesain pendekatan-pendekatan dalam hal transfer iman yang saling berhubungan satu sama lain. Kita perlu sebuah ekosistem spiritual baru dan posisi-posisi vokasional yang bisa mendukung hubungan yang lebih dalam dan formasi iman yang lebih kuat. Kita perlu mengenali pergantian generasi dari orang-orang berotak kiri yang mengandalkan kemampuan seperti logika, analisis, dan struktur, kepada orang-orang berotak kanan yang cenderung kreatif, sintesis, dan empatis. Kita perlu memperbarui katekismus dan komuni kita—bukan karena kita membutuhkan teologi baru, tapi karena bentuk yang sudah ada sekarang jarang sekali melahirkan anak muda yang punya iman yang kuat, dan bertahan. Kita harus memikirkan kembali asumsi kita dan kita butuh kreativitas, kejujuran, dan vitalitas generasi berikutnya. Saat kita mulai, ketahuilah bahwa kita memiliki tanggung jawab individu dan kesempatan sebagai institusi. Hubungan interpersonal kita penting. Kita harus membiarkan Roh Kudus membimbing cara kita menjadi orang tua, cara mentoring kita, dan cara kita berteman. Tapi iman generasi berikutnya tidak bisa dibentuk hanya karena hubungan yang lebih baik. Institusi seperti media, pendidikan, gereja, pemerintahan, dan badan-badan lain secara signifikan memenga13
You Lost Me ruhi perjalanan iman generasi berikutnya. Implikasinya: kita harus memeriksa kembali dasar hubungan kita, dan bentuk institusi kita. Apakah Anda merasakan apa yang saya rasakan, bahwa kita ada dalam titik kritis peletakkan dasar dan pembentukan komunitas Kristen di Barat? Dalam biografi Dietrich Bonhoeffer karangan Eric Metaxas, disebutkan secara jelas kepemimpinan dan keterbukaan pendeta Jerman itu (Bonhoeffer) di tengah kejahatan zamannya (Nazi) dan bagaimana nasib tragis gereja yang menyerah terhadap budaya. Metaxas menulis tentang atmosfer budaya beracun di Jerman pada saat itu: “Perang Dunia pertama dan depresi, dan kekacauan melahirkan krisis yang menyebabkan orang-orang, terutama generasi muda, kehilangan kepercayaan kepada otoritas tradisional dan gereja. Führer Jerman lahir dari generasi ini dan dari pencarian akan makna dan bimbingan untuk keluar dari masalah.”4 Penelitian kami di Barna Group membuat saya percaya bahwa generasi orang Kristen berikutnya menghadapi krisis kepercayaan kepada institusi yang sama, termasuk kepada pemerintah, tempat kerja, pendidikan, dan pernikahan, dan juga gereja. Saya tidak mengatakan bahwa akan lahir führer baru—Allah tidak menghendakinya—tapi saya mau mengatakan bahwa momen budaya seperti ini mengharuskan kita memiliki kepemimpinan dan keterbukaan seperti Bonhoeffer. Dimana institusi mengecewakan generasi berikutnya, ia maju sebagai mentor, sahabat, dan orang yang bisa dipercaya. Dimana budaya menuntut kita untuk berkompromi tanpa berpikir lagi agar kita merasa diterima, ia menciptakan komunitas alternatif yang berpusat pada Kerajaan Allah yang dalam. Dimana gereja mengakomodasi kepercayaan dan praktik Nazisme yang tidak percaya Tuhan, ia berbicara dengan tegas dan secara profetik kepada para pemimpin dan murid, menantang mereka untuk bertobat dan melakukan reformasi. Dalam bab-bab berikutnya, kita akan mengeksplorasi perubahan besar dalam budaya kita. Kita akan mendengar langsung dari orang muda yang dropout dari gereja dan membayangkan kisah mereka dalam tatanan budaya yang berubah, sehingga kita bisa mengerti perubahan cara pandang mereka dengan lebih baik. Jika kita mulai bisa mengerti asumsi, nilai, dan pola pikir mereka, saya percaya kita akan mendapat visi baru seperti yang didapatkan Bonhoeffer, tentang bagaimana komunitas Kristen bisa menaati perintah Yesus untuk memuridkan generasi ini dan generasi yang akan datang. 14
You lost me, pendahuluan Saya ingin berterima kasih pada ribuan Mosaic muda yang membagikan pengalaman mereka bagi buku ini (lihat hal 256 untuk definisi “Mosaic,” “Buster,” “Boomer,” dll). Jika Anda adalah dewasa muda, Anda mungkin akan melihat kisah Anda sendiri dalam halaman-halaman buku ini. Saya harap buku ini membuat Anda sadar bahwa Anda tidak sendirian, bahwa ada banyak orang Kristen yang rindu mendengar dan terhubung dengan Anda, dalam cara mengikut Yesus yang luar biasa dan menantang ini. Saya berharap Allah bisa menggunakan buku ini untuk membantu Anda menemukan jalan kembali kepada Kristus dan gereja-Nya. Jika Anda adalah orang tua, kakek nenek, pendidik, pendeta, atau pemimpin Kristen muda, tujuan saya lewat buku ini adalah buku ini menjadi sumber, membantu Anda mentransfer iman kepada generasi berikutnya. Sebagai tambahan kepada cara pandang orang muda, You Lost Me juga memasukkan kontribusi dari para ahli dan orang-orang berpengaruh di generasi sebelumnya. Dengan banyaknya cara pandang ini, saya hampir bisa menjamin apa yang akan Anda temukan akan membuat Anda merasa terancam, terkagum-kagum, dan mungkin sedikit merasa bersalah. Tujuan saya adalah merangsang lahirnya cara pikir baru dan tindakan baru dalam proses perkembangan spiritual kritis dalam diri generasi berikutnya. Sebagai komunitas iman, kita perlu cara pikir baru supaya bisa melihat bahwa cara kita mengembangkan iman orang muda—cara kita mengajar mereka untuk terlibat dalam dunia sebagai murid Kristus—tidak cukup untuk isu, masalah, sensibilitas dunia yang harus mereka ubah bagi Allah. Apakah kita orang Katolik, Injili, aliran utama lainnya, atau Orthodox, kita harus membantu generasi pengikut Kristus berikutnya berhadapan dengan akomodasi budaya; kita harus membantu mereka hidup dalam dunia, tapi tidak berasal dari dunia. Dan dalam prosesnya, kita semua akan dipersiapkan untuk semakin baik untuk melayani Kristus di tengah budaya yang terus berubah ini. Tapi pertama-tama kita harus mengerti dulu masalah dropout ini.
Untuk ringkasan data Barna yang digunakan dalam buku ini dan pertanyaan diskusi tiap babnya, silakan kunjungi www.youlostmebook.org. 15
Bagian 1
DROPOUT
1 Iman, Terputus
J
utaan dewasa muda tidak lagi terlibat aktif di gereja saat mereka mengakhiri masa remaja mereka. Sebagian dari mereka tidak pernah kembali ke gereja, sementara sebagian lagi hidup tidak jelas walaupun masih ada dalam komunitas iman mereka, dan berusaha mendefinisikan spiritualitas mereka sendiri. Sebagian lagi kembali terlibat dengan gereja yang sudah ada, sementara sebagian lagi tetap setia dalam gereja melewati masa transisi dari remaja menjadi orang dewasa dan seterusnya. Dalam bab ini saya ingin membahas dua hal: mendefinisikan masalah dropout dan menafsirkan pentingnya masalah ini. Pengertian yang jelas dari fenomena ini akan menjadi dasar bagi eksplorasi perjalanan iman dewasa muda kita. Apakah benar ada masalah dropout? Jika memang benar, mengapa ada banyak remaja yang aktif secara spiritual meninggalkan iman mereka—atau setidaknya meninggalkan gereja mereka—ketika mereka dewasa? Kenapa anak muda yang dibesarkan dalam “keluarga Kristen yang baik� waktu dewasa hidupnya menjadi tidak jelas? Dalam bab 2 kita akan membahas dua pertanyaan besar: Apakah masalah dropout di generasi ini sama dengan di generasi sebelumnya? Apa yang membedakan masalah dropout yang terjadi di generasi Mosaic (sebagian orang menyebutnya generasi Millennial) dengan generasi sebelumnya? Apakah budaya benar-benar berubah begitu besar dalam kehidupan generasi yang akan datang ini? Mari saya mulai dengan menjelaskan apa yang menjadi pekerjaan saya. 19
You Lost Me
Mencari Petunjuk Menjadi peneliti berarti menjadi penjadi pendengar dan detektif. Hampir tiga puluh ribu wawancara kami lakukan setiap tahunnya di Barna Group supaya tim kami punya kesempatan mendengarkan apa yang terjadi dalam hidup orangorang. Setelah selesai mendengarkan, kami lalu memakai topi detektif kami dan mulai menyatukan tren yang membentuk kehidupan kolektif dan komunitas iman kita. Salah satu keping puzzle besar tentang dropout saya temukan di tahun 2003. Di suatu hari di musim gugur yang berangin ketika mengunjungi Grand Rapids, Michigan, saya menulis sebuah artikel berdasarkan temuan kami bahwa orang-orang berusia 20an sedang bergumul menemukan tempat mereka dalam gereja-gereja Kristen. Ketika kami menerbitkan hasil penelitian itu secara online, jumlah pembacanya langsung meningkat dalam beberapa hari saja. Artikel itu membuat ABC News mengadakan segmen wawancara tentang penelitian kami dengan nara sumber Tim Keller, pendeta dari Redeemer Presbyterian Church, dan menyoroti usahanya mengomunikasikan kekristenan kepada anak muda di Manhattan. Beberapa tahun kemudian di tahun 2007, Gabe Lyons dan saya menerbitkan sebuah buku berjudul unChristian, yang membahas bagaimana cara anak muda non-Kristen melihat kekristenan. Hasilnya, selain mengetahui bahwa cara pandang mereka terhadap kekristenan sangat negatif, saya juga terkejut karena data yang saya dapatkan menunjukkan frustasi anak muda Kristen. Jutaan anak muda Kristen juga menggambarkan kekristenan munafik, suka menghakimi, terlalu politis, dan tidak bersentuhan dengan realitas. Tentu saja kesaksian itu harus diperhatikan, jadi kami memfokuskan tim kami untuk mengenali generasi orang Kristen baru. Kami ingin mengerti mengapa mereka meninggalkan gereja. Kami ingin mendengar kesulitan mereka dengan akar kekristenan mereka. Kami ingin menemukan mengapa dan bagaimana mereka mempertimbangkan untuk keluar dari iman mereka dan apakah proses ini sama atau berbeda dengan apa yang terjadi dalam generasi sebelumnya. Kami juga ingin mengidentifikasi harapan, pertumbuhan, dan vitalitas spiritual dari apa yang gereja lakukan terhadap dewasa muda. Selama empat tahun terakhir, kami telah melakukan semua itu. Tim kami di Barna Group telah membaca ratusan studi generasional dan buku-buku yang 20