LAPORAN POPULER 2010 1
Pengantar Pada tahun 2010, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi dan peningkatan keterlibatan di dunia internasional secara mengesankan. Saat ini Indonesia merupakan anggota dari G20 dan dipertimbangkan sebagai salah satu kekuatan ekonomi baru di dunia. Masa depan negeri ini terlihat lebih cerah.
Daftar Isi 2. Daftar Isi
12. Bali
2. Pengantar
14. Sulawesi
4. Tentang VECO Indonesia
16. Nusa Tenggara Timur 1
6. Ringkasan
18. Nusa Tenggara Timur 2
8. Jakarta
20. Organisasi Belajar
10. Jawa 2
22. Keuangan
Gambaran di atas memberikan berita lebih positif tentang Indonesia, termasuk rakyatnya. Pengeluaran domestik meningkat dan di pulau wisata seperti Bali sangat jelas terlihat makin banyak turis lokal berkunjung. Meski demikian, hanya dengan berkendara atau terbang beberapa jam dari Bali, kita akan menemukan hal berbeda tentang Indonesia. Banyak petani menjalani kehidupan bermartabat tapi mengalami kesulitan ekonomi serta infrastruktur transportasi, kesehatan dan pendidikan. Mereka umumnya berkembang di daerah-daerah.
Terlihat bahwa penikmat momentum kebangkitan ekonomi baru ini bukanlah sebagian besar petani di Indonesia. Negeri ini memiliki lebih dari 240 juta penduduk, ribuan pulau saling berjauhan, serta tantangan besar di bidang infrastruktur dan peningkatan kapasitas. Namun, hal itu tak berarti alasan untuk meninggalkan petani. Tantangan bagi keluarga petani adalah mendapatkan akses lebih baik dalam peluang ekonomi terutama di sektor pertanian sehingga mereka bisa memperbaiki taraf hidupnya. Kami, VECO Indonesia, berpikir salah satu solusi adalah dengan mengorganisir petani serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka di bidang usaha pertanian. Upaya ini perlu dukungan pemerintah dan pihak swasta dengan menciptakan dan membangun iklim yang mendukung petani, seperti peraturan dan keputusan pemerintah. Isu lainnya dengan
mengajak konsumen sebagai faktor penting dalam mendukung peningkatan kualitas hidup keluarga petani. Pada tahun 2010, VECO Indonesia bersama para mitranya mendukung petani menciptakan peluang usaha dan meningkatkan produksi komoditi kopi, kakao, beras sehat, serta kacang tanah melalui pelatihan dan fasilitasi organisasi petani. Beberapa jaringan dibangun antara perusahaan swasta dan organisasi petani, seperti PT Armajaro dengan Amanah, PT Mars dengan Jantan, serta PT SBO dengan Appoli. Tiga sesi panjang Sekolah Lapang Petani untuk kakao dan kopi dilaksanakan untuk meningkatkan produksinya. Adapun di sisi konsumen, kami membangun kemitraan antara organisasi petani dengan kelompok konsumen. Program pangan sehat yang fokus pada anak muda juga baru diluncurkan pada tahun 2010. Kegiatan dan program lebih detail pada tahun 2010 bisa
dibaca di Laporan Populer 2010 ini. Selamat membaca dan silakan berbagi pikiran bagaimana Anda melihat kami bekerja. Rogier Eijkens Perwakilan Regional VECO Indonesia
3
Tentang VECO Indonesia Selama lebih dari 25 tahun, Vredeseilanden Country Office (VECO) Indonesia secara terus menerus bekerja bersama para mitranya, seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi petani, organisasi jaringan nasional, pihak swasta maupun petani terorganisir untuk mewujudkan satu citacita, posisi tawar yang lebih baik bagi petani. Cita-cita ini dilaksanakan melalui tiga program utama, yaitu Pengembangan Rantai Pertanian Berkelanjutan, Advokasi, dan Penyadaran Konsumen. Bersama seluruh jaringan di Afrika Barat, Afrika Timur, Amerika Selatan, Amerika
4
Tengah, dan Asia Tenggara, VECO Indonesia menginduk pada Vredeseilanden yang berkantor di Belgia. Di Indonesia, VECO Indonesia bekerja di enam wilayah utama, yaitu DKI Jakarta, Bali, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur (NTT 1), serta NTT 2. Semuanya dikoordinasikan dari kantor pusat VECO Indonesia di Denpasar, Bali. Selain berusaha terus menjadi organisasi
pembelajar ( learning organization ), kami juga terus melakukan inovasi strategi dan pendekatan program. Sebelumnya, kami menekankan campur tangan pada aspek produksi pertanian berkelanjutan. Namun, saat ini, VECO Indonesia menekankan bahwa praktik pertanian berkelanjutan merupakan satu rantai tak terpisahkan. Maka, kami tak hanya menekankan aspek produksi tapi juga pemasaran, kebijakan politik, dan penyadaran konsumen. Melalui intervensi pada seluruh rantai tersebut, kami berusaha agar cita-cita besar yang kami perjuangkan bisa terwujud, posisi tawar yang lebih baik untuk petani.
5
6
Ringkasan Tiga tahun terakhir, 2008 - 2010, merupakan tahun perubahan VECO Indonesia baik dari sisi struktur organisasi maupun program dan strategi untuk mewujudkan cita-cita yang terus diperjuangkan, posisi tawar yang lebih baik untuk petani. Tahun 2010 merupakan akhir dari perubahan secara internal terkait dengan struktur lembaga dan fungsifungsinya, seperti penambahan kantor lapangan dan staf-stafnya. Di tingkat program, VECO Indonesia masih melanjutkan tujuan-tujuan program sejak 2008, yaitu Pengembangan Rantai Pertanian Berkelanjutan, Advokasi, dan Penyadaran Konsumen. Kami juga terus melanjutkan upaya menjadi organisasi
pembelajar ( learning organization ) melalui metode-metode yang terus dikembangkan sesuai kebutuhan. Di sisi mitra program, kami mulai lebih fokus pada organisasi petani daripada lembaga swadaya masyarakat (LSM). Sepanjang tahun 2010, sejumlah program dukungan untuk LSM harus kami hentikan selain karena kurangnya perkembangan seperti yang direncanakan juga karena perubahan fokus program kami. Konsekuensinya, kami menambah lebih banyak lagi organisasi petani di lokasi program, seperti Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, serta Boyolali. Dukungan untuk organisasi ini dilakukan melalui pendampingan program, peningkatan
kapasitas terkait produksi atau usaha, kelompok pemasaran, maupun koperasi petani. Jumlah keluarga petani yang didukung pada tahun 2010 mencapai 17.289, meningkat sekitar 24 persen dari jumlah keluarga petani pada tahun 2009 sebanyak 13.844. Dukungan tersebut diberikan untuk kelompok tani maupun LSM di 7 provinsi, 12 kabupaten, serta pemangku kepentingan lain, termasuk pihak swasta dan pemerintah.
7
Jakarta Untuk mendukung tujuan kedua, yaitu Advokasi, sejak 2009 lalu Indonesia membuka kantor lapangan di Jakarta, ibu kota Indonesia. Melalui kantor di Jakarta, VECO Indonesia bekerja bersama tiga lembaga swadaya masyarakat (LSM), yaitu Aliansi Petani Indonesia (API), Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), dan Perhimpunan Indonesia Berseru (PIB).
Melalui API sebagai organisasi petani tingkat nasional, VECO Indonesia mendukung target langsung sekitar 8.500 keluarga petani hingga akhir 2010. API berjuang agar petani bisa lebih terlibat dalam perumusan kebijakan pertanian, terutama harga pembelian pemerintah (HPP). Strateginya adalah dengan memengaruhi perumusan dan isi kebijakan berbasis hasil riset yang kuat serta menciptakan kesadaran publik melalui kerja-kerja media. Selain itu, API dan para anggotanya juga menggerakan dukungan publik bagi produsen beras skala kecil dan membangun aliansi dengan individu maupun organisasi masyarakat sipil untuk memastikan ketiga strategi di atas dapat dikerjakan dengan baik. Agar bisa menyampaikan pesan advokasi, API melakukan lobi kepada anggota DPR terutama dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan pihak lain seperti
8
Departemen Keuangan, Departemen Pertanian, serta Departemen Perdangan. Strategi lain adalah melalui diskusi dengan media massa terkait Kebijakan Pertanian khususnya HPP Beras dan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk. Di wilayah Jakarta, VECO Indonesia juga bekerja sama dengan KRKP untuk isu kedaulatan pangan. Meskipun berada di Bogor, KRKP juga melakukan advokasi kebijakan pangan tak hanya di skala nasional tapi juga ke tiga daerah lain, yaitu Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat; Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), serta Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. VECO Indonesia juga mendukung PIB untuk kampanye pangan sehat melalui media populer Respect. Media ini memberikan informasi alternatif tentang pangan sehat khususnya maupun gaya hidup bertanggung jawab secara umum.
9
10
Jawa Di wilayah ini, VECO Indonesia mendukung mitra lokal, baik lembaga swadaya masyarakat (LSM) yaitu Lembaga Sosial Kemasyarakatan dan Bina Bakat (LSKBB) dan Konsorsium Solo Raya (KSR) maupun organisasi petani seperti Asosiasi Petani Padi Organik Boyolali (Appoli). Bersama LSKBB dan Appoli, pada tahun 2010 VECO Indonesia mendukung 2.863 keluarga petani sebagai target langsung, dalam program rantai beras organik. Sedangkan bersama KSR, VECO Indonesia mengampanyekan pangan sehat pada konsumen. Sepanjang tahun 2010, VECO Indonesia memfasilitasi penguatan organisasi Appoli terutama dalam kendali mutu produk produk melalui internal control system (ICS). VECO Indonesia juga memfasilitasi studi banding untuk belajar pemasaran ke PT Bloom Agro di Tasikmalaya, Jawa Barat
serta tentang organisasi petani di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Ketiga, VECO Indonesia juga memfasilitasi pertemuan multi stakeholder yang mendukung rantai beras organik Boyolali terutama yang membantu permodalan, pemasaran dan pendampingan teknis, seperti swasta, lembaga keuangan dan pemerintah. Dukungan-dukungan tersebut membuat petani Boyolali sangat agresif mengembangkan sistem pertanian ekologis, ramah lingkungan, seperti menerapkan sistem tanam padi model system of rice intensification (SRI), mengembangkan biodiversitas tanaman pangan seperti jagung, ketela pohon dan ubi-ubian. Di sisi lain Pemerintah Kabupaten Boyolali mendukung upaya ini melalui kebijakan, pemberian modal di tingkat kelompok tani, bantuan teknologi pembuatan pupuk
organik dan benih, serta tenaga penyuluh. Sinergi VECO Indonesia dengan pemerintah Boyolali berdampak pada pemanfaatan sumber daya pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan. Untuk wilayah Solo, VECO Indonesia juga bekerja sama dengan KSR yang terdiri dari LSKBB, Jaringan Kerja Pertanian Organik (Jaker PO), serta Gita Pertiwi. Selama tahun 2010, KSR telah melakukan kegiatan kampanye pangan sehat, antara lain melalui pengorganisasian kelompok konsumen, sosialisasi pangan sehat di sekolah, membentuk kios pangan organik di beberapa wilayah, serta pengembangan media kampanye. Hasilnya, hingga akhir 2010 ada 17 kelompok konsumen di Solo dan 3 kelompok konsumen di Boyolali. Total anggota sekitar 600 orang. Adapun kios organik sebanyak 18 kios di dua kota tersebut.
11
Bali Meneruskan dukungan yang pernah diberikan pada tahun-tahun sebelumnya melalui Bali Organic Association, pada tahun 2010 juga VECO Indonesia kembali mendukung mitra di Bali, yaitu Konsorsium Penyadaran Konsumen Bali. Konsorsium ini terdiri dari BOA, Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali, dan Indonesian Development of Education and Permaculture (IDEP). Program ini menjangkau sekitar 388 petani serta 795 konsumen di Bali. Selama tahun 2010, Konsorsium Bali melakukan kampanye tentang pangan sehat melalui kelompok-kelompok terorganisir. Strategi yang digunakan adalah dengan pengembangan kios organik, melakukan pertemuan rutin antara konsumen,
12
distributor, dan produsen tiap bulan dengan tema berbeda-beda, penyebaran dan pengembangan media informasi pangan sehat, serta penguatan petani produsen agar bisa menyediakan produk pangan sehat. Konsorsium Bali juga melaksanakan program Organic Go to School di SDN 4 Panjer, Denpasar serta pameran pangan sehat di mana konsumen bisa mencicipi pangan sehat secara langsung. Hasil program-program tersebut adalah adanya Kelompok Konsumen Pangan Sehat (KKPS) yang akan menjadi motor gerakan konsumen di Bali serta lahirnya pangan sehat sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal di SDN 4 Panjer, Denpasar. Keberadaan kios organik Bali berdampak pada peningkatan jumlah petani yang bisa
menjual beras dan sayuran sehat, dari 150 petani menjadi 388 petani. Bali juga menjadi wilayah untuk program baru VECO Indonesia, yaitu Healthy Food Healthy Living (HFHL) yang dilakukan sejak 2010 lalu. Melalui program bersama Zuiddag Belgia ini, VECO Indonesia mengajak kaum muda agar peduli pangan sehat. Selain melalui diskusi tiap bulan VECO Breakfast Club, kampanye juga dilakukan melalui berbagai media ke kampus dan sekolah-sekolah di Bali. Semuanya dilakukan oleh anak-anak muda itu sendiri.
13
Sulawesi Tahun 2010 menjadi awal dukungan VECO Indonesia pada petani kakao di Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat. Dukungan dilakukan melalui dua mitra, yaitu Pusat Koperasi Tani (Puskoptan) Amanah dan Wahana Sosial Pertanian Terpandang (Wasiat). Dua lembaga ini bekerja bersama sekitar 1.500 petani di lima kecamatan di Polman, yaitu Tubbi Taramanu (Tutar), Luyo, Tapango, Mapilli, dan Anreapi. Luas kebun di Polman sekitar 59.000 hektar dari total luas kebun kakao di Provinsi Sulbar 165.000 hektar. Luas lahan petani di wilayah dukungan Amanah dan Wasiat 27.433 hektar. Dukungan VECO Indonesia melalui teknis, fasilitasi, dan interaksi. Bantuan teknis diberikan terkait dengan proses produksi, seperti sambung pucuk dan pemangkasan
14
pohon. Interaksi dibangun untuk menguatkan solidaritas antarpetani di kawasan ini antara lain pertemuan rutin kelompok tani. Adapun fasilitasi berupa pendampingan pada petani dalam pembuatan proposal dan merancang kegiatan. VECO Indonesia juga memfasilitasi petani maupun LSM mitra untuk melakukan kunjungan belajar ke lembaga lain yang berhasil dalam rantai kakao maupun koperasi. Hasil pendampingan ini adalah berkembangnya kelompok tani maupun koperasi tani, baik di skala desa maupun di tingkat kecamatan. Pada Desember 2010, Amanah mendeklarasikan diri sebagai pusat koperasi tani (Puskoptan) untuk mendukung usaha simpan pinjam serta koperasi serba usaha (KSU). Salah satu dampak koperasi adalah mudahnya
petani mengakses pinjaman untuk usaha tani maupun kebutuhan keluarga. Petani yang sebelumnya tergantung pada tengkulak, kini lebih berdaya melalui koperasi milik bersama. H ingga akhir tahun lalu, Amanah mengelola uang sekitar Rp 600 juta dari petani anggota. Di wilayah Sulawesi, VECO Indonesia juga mendukung mitra, LSM maupun kelompok tani di Kabupaten Mamasa, Sulbar dan Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Mitra tersebut adalah Asosiasi Petani Kopi Toraja (APKT), Yayasan Jaya Lestari Desa (Jalesa), Yayasan Duta Pelayanan Masyarakat (YDPM) Mamasa, dan Yayasan Komunitas Indonesia (Yakomi) Mamasa untuk rantai kopi dan sayur. Melalui dukungan VECO Indonesia dan mitranya, para petani berusaha meningkatkan produksi kopi sekaligus taraf hidupnya.
15
16
Nusa Tenggara Timur 1 Hingga 2010, Indonesia bekerja di empat kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT 1) yang semuanya di pulau Flores bagian barat, antara lain Manggarai Barat, Manggarai, Ngada, dan Nagekeo. Di wilayah ini, VECO Indonesia mendukung mitra lokal, kelompok tani dan LSM, seperti Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines) dan Asosiasi Petani Padi Organik Lembor (Appel) di Manggarai Barat, Komunitas Cinta Indonesia (KCI) dan Delegasi Sosial (Delsos) di Manggarai, Persatuan Petani Watuata (Permata) dan Lembaga Advokasi dan Pendampingan Masyarakat (Lapmas) di Ngada, serta Asosiasi Petani Padi Organik Mbay (ATOM) dan Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) di Nagekeo. Kopi merupakan komoditas utama yang didukung karena petani kopi di Flores menghadapi tantangan rendahnya jumlah
produksi dan kualitas kopi akibat kurangnya kemampuan dan posisi tawar petani. Melalui mitra-mitranya, VECO Indonesia berusaha untuk meningkatkan kualitas kopi melalui pelatihan pascapanen, standar kualitas kopi, analisis bisnis kopi dalam berbagai bentuk produk, kemasan, dan label. Dukungan lain melalui fasilitasi petani dalam pengembangan asosiasi pemasaran bersama. VECO Indonesia juga mendukung program Sekolah Lapang untuk produk kopi di wilayah ini. Salah satu hasil dukungan adalah terbentuknya pola pemasaran baru melalui asosiasi petani karena rantai lebih pendek, harga lebih tinggi dari harga pasar, volume yang dijual lebih besar dan jumlah petani yang terlibat mulai bertambah. Salah satu unit pengolahan hasil (UPH) petani kopi arabika mendapatkan harga Rp 6.000 per
liter dari PT Indokom. Padahal, harga di pasar berkisar Rp 5.500 per liter. Komoditi lain di wilayah NTT 1 adalah beras organik di kawasan Mbay, Nagekeo dan Lembor, Manggarai Barat. Sepanjang tahun 2010, dua kelompok tani setempat, ATOM dan Appel, melanjutkan praktik pertanian organik yang telah diterapkan pada tahuntahun sebelumnya. Selain bisa mendapatkan hasil lebih banyak dari 3-4 ton per hektar jadi 8-9 hektar, petani juga mau berorganisasi sehingga bisa menjual hasil pertaniannya secara langsung tanpa melalui tengkulak. Melalui kelompoknya, petani di dua wilayah tersebut bisa meningkatkan kesejahteraan.
17
18
Nusa Tenggara Timur 2 Sepanjang tahun 2010, VECO Indonesia mendukung mitra lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan kelompok tani di tiga kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) 2, yaitu Sikka, Flores Timur, dan Timor Tengah Utara (TTU). Dukungan tersebut diberikan kepada Jaringan Tani Wulang Gitang (Jantan), Asosiasi Petani Kakao Nangapenda (Sikap), Ayu Tani, Asosiasi Petani Bituna, Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM) TTU, serta Yayasan An Feot Ana (YAFA) Kefamenanu. Tiga komoditi yang didukung di NTT 2 adalah kakao, kacang mete, dan kacang tanah. Untuk komoditi kakao di Flores Timur, pada tahun 2010 VECO Indonesia mendukung sekitar 2.500 keluarga petani secara langsung. VECO Indonesia juga memfasilitasi petani kakao agar bisa menjual langsung produknya pada PT Mars
Symbio Science Indonesia. Hasilnya, petani anggota Jantan maupun Sikap mengalami peningkatan pendapatan dari hasil kakao 8 persen sejak bergabung kelompok tani. Mereka mendapat harga lebih baik karena kualitas kakao sesuai standar PT Mars. Produksi biji kakao pun meningkat sejak menerapkan sistem panen sering, pemupukan, pemangkasan dan sanitasi (P3S) yang diperkenalkan melalui Sekolah Lapang oleh VECO Indonesia. Naiknya pendapatan ini berdampak pula pada peningkatan posisi tawar keluarga petani. Sebagai contoh mereka bisa bernegosiasi dengan pemerintah untuk mendapatkan 1 unit alat pengolahan biji kakao. Petani anggota Sikap, misalnya, mendapatkan hak pemanfaatan tanah untuk pembangunan unit pengolahan hasil (UPH) kakao di Kecamatan Nangapenda. Adapun
di Flores Timur, keluarga petani melalui Jantan berhasil menegosiasikan harga musim panen 2010 dengan harga Rp 10.000 hingga Rp 12.000 biji kering kepada pedagang lokal. Di TTU, ada 2.265 keluarga petani tergabung dalam 147 kelompok tani. Seluruh kelompok tani bergabung dalam 14 gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan membentuk Aosiasi Petani Bituna mencakup 18 desa di satu kawasan penghasil kacang tanah ini. Melalui asosiasi ini, petani tak hanya melepaskan jerat tengkulak tapi juga mendapatkan harga lebih layak. Dari semula Rp 3.000, kini petani mendapat harga Rp 10.000 per kilogram. Harga lebih mahal ini diiringi dengan semakin banyaknya hasil produksi mereka, dari sekitar 30 karung per hektar jadi 100 karung.
19
Organisasi Belajar VECO Indonesia terus berkomitmen menjadi organisasi belajar ( learning organization ). Untuk itu, berbagai inisiatif terus dilahirkan agar tujuan tersebut bisa terwujud. Setelah mulai menggunakan media online sejak 2009, pada tahun 2010 pun VECO Indonesia tetap aktif menggunakan media ini, baik website, intranet, maupun jejaring sosial, sebagai alat bertukar informasi sesama staf maupun pihak lain. Media online menjadi pelengkap media cetak yang diproduksi VECO Indonesia selama ini, seperti Laporan Tahunan, Kalawarta LONTAR, dan buku-buku lain. Tahun 2010 juga menjadi perpisahan majalah pertanian SALAM dengan VECO Indonesia. SALAM merupakan majalah tiga bulanan yang diterbitkan VECO Indonesia bekerjasama dengan Yayasan ILEIA Belanda sejak 1997. Mulai awal 2010, SALAM
20
diterbitkan oleh LSM lain, yaitu Aliansi Organis Indonesia (AOI) Bogor dengan nama baru PETANI yang terbit tiap empat bulan sekali juga. Pada tahun ini, VECO Indonesia dan mitranya juga menerbitkan buku sebagai media belajar. Misalnya buku Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan (Kanisius, VECO Indonesia, dan KRKP), Mengubah Cagar Alam Watuata (VECO Indonesia, Lapmas Ngada, dan Sloka Institute), Outcame Mapping, Jejak Perubahan Menuju Keberhasilan (VECO Indonesia dan Australian Indonesia Partnership), tiga buku hasil riset KRKP Kapasitas Tunda Jual Petani Padi, Inovasi Pemerintah Daerah dalam Pembiayaan Pertanian, Kebijakan
Harga Beras di Indonesia, serta buku lainnya. Di sisi lain, VECO Indonesia juga tetap melaksanakan beberapa kegiatan baru untuk bertukar informasi terkait tujuannya. Misalnya, melalui VECO Breakfast Club, forum di mana petani bisa berdiskusi dengan konsumen tentang pangan sehat. Selama tahun 2010, VECO Breakfast Club diadakan tiga kali dengan peserta sebagian besar adalah kaum muda. Inisiatif ini juga bagian dari program pangan sehat Healthy Food Healthy Living (HFHL). Kegiatan belajar lain pada tahun 2010 adalah lokakarya pengembangan rantai nilai bersama Horticultural Partnership Support Program (HPSP), VECO Indonesia, dan Cordaid. Staf VECO Indonesia juga mengikuti lokakarya internal, regional, nasional, dan internasional agar terus bisa belajar.
21
Keuangan Untuk melaksanakan program pada tahun 2010, VECO Indonesia mendapatkan dukungan dana dari lima lembaga donor, yaitu DGOS, NOVIB, ILEIA, Misereor, dan Cordaid. Sumber dana terbesar, 56 persen, diperoleh dari Pemerintah Belgia melalui DGOS. Adapun sumber lain dari NOVIB sebesar 15 persen, Misereor 12 persen, Cordaid 15 persen, dan ILEIA 3 persen. Total anggaran pada tahun 2010 sebesar â‚Ź 1,215,594 atau Rp 14.658.488.994. Anggaran tersebut digunakan antara lain untuk biaya program mitra maupun operasional program VECO Indonesia. Adapun prosentasenya adalah 57 persen, atau Rp 8.391.349.802, untuk mitra lokal dan 43 persen, Rp 6.267.139.192, dikelola VECO Indonesia.
22
Sumber Anggaran VECO Indonesia 2010 2% ILEIA
15% NOVIB
12% Misereor
56% DGOS
15% Cordaid
Penggunaan Anggaran VECO Indonesia 2010 57% Mitra Lokal
43% Veco Indonesia
Sumber Anggaran VECO Indonesia Tahun 2010 Donor
Sumber Anggaran 2010 Euro
Rupiah
Prosentase
DGOS
8,306,981,329
676,671
56%
NOVIB
2,183,159,990
185,439
15%
ILEIA
397,521,644
31,053
2%
MISEREOR
1,638,348,597
141,619
12%
CORDAID
2,132,477,434
180,812
15%
14,658,488,994
1,215,594
100%
TOTAL
Alokasi Anggaran VECO Indonesia Tahun 2010 Anggaran
Alokasi Anggaran Rupiah
Euro
Prosentase
Mitra Lokal
8,391,349,802
695,875
57%
VECO Indonesia
6,267,139,192
519,719
43%
14,658,488,994
1,215,594
100%
TOTAL
23
VECO Indonesia Jl. Kerta Dalem No. 7, Sidakarya Denpasar, Bali 80224, Indonesia Telp. +62 361 7808264, 727378 Fax. +62 361 723217 Email. admin@veco-indonesia.net Website: www.vecoindonesia.org
24