This e-Catalogue is another version of the printed cataloque from The Exhibition : Isrol Media Legal
Kesan Kersan Pertama Begitu Menggoda 10-20 Juni 2012 Kersan Art Studio Dusun II, Kersan 154, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul Yogyakarta- Indonesia Writer Katherine Burhn Design Fitri Kristiyoarti @ weqoweqo studio Photograph Fitri Kristiyoarti Digie Sigit Artist’s Documentation. Printed Version 200 expl. Š2012
ISROL MEDIA LEGAL
KESAN KERSAN PERTAMA BEGITU MENGODA
(working in collaboration with DS.12)
Katherine Burhn: ISROL MEDIA LEGAL
In a city each wall and street corner has its own function, identity, and story. Throughout a number of cities in Indonesia, including Yogyakarta, street art has become a part of these walls and street corners, creating an identity and history more colorful than before. In the last decade while many residents of Yogyakarta have become accustomed to street art throughout their city’s streets, many residents remain passive observers or critics of this art. Passive observation or criticism of artists who cover a city’s walls with their images and messages misses the desire of these artists to express something to a larger audience in a manner different than that possible in a confined gallery space. As a street artist active in cities throughout Java, Isrol MediaLegal pays attention to the necessity of catching his audience’s attention and working with a particular location’s history. Rather than simply choosing any wall or empty space, Isrol attempts to respond more critically to the locations in which he works. Before creating an image that will be viewed by a city’s inhabitants Isrol considers a space’s function and its relationship to the image he will place there. By doing this, viewers have the ability to think more critically not only about the work of art but also the context in which it is situated. Isrol MediaLegal has been active as a street artist since early 2000. Having worked with all types of media utilized by street artists, Isrol began working intensely with stencils at the beginning of 2012. Throughout his residency at Kersan Art Studio, Isrol has focused on the idea of the exploration of space and context. Working in both public spaces throughout Yogyakarta as well as within the confined area of Kersan’s art gallery, Isrol presents an exhibition focused on how art responds to its surroundings and how a particular space can create the possibility for varied expression. By looking at the images created at Kersan in relation to their location in Yogyakarta as well as various cities throughout Java, one can see the how an image can both effect its context and change in relation to its location. Isrol’s image of a young girl holding two pistols, pointed at a man with his hands in the air, is an image that Isrol has placed in a number of cities. In Semarang one can find this piece both in front of the State University of Semarang and the Semarang Gallery. In front of the Semarang Gallery Isrol responds to the issue of galleries and the art market with the following dialogue:
Girl Boy Girl
: “Are you a collector?” : “How did you know?” : “It’s obvious, you have already collected my heart.”
In Solo, this piece can also be found in a number of locations including in front of Solo’s Art Center. This building, which has become part of a legal conflict in relation to its use led to the following dialogue:
Girl Boy Girl
: “Is your father a land lord?” : “How did you know… “ : “Because… you already indicted my heart.”
Another image, which highlights Isrol’s attention to context is his image of Einstein holding a fishing pole. First created in Tangerang, Isrol placed this image on the pillar of a bridge, which is literally situated in the Cisadane River. Isrol created this image during an event with the Anak Langit community whose base is near this river. Placing the text “fishing for peace” next to this image Isrol highlights the goals and mission of the Anak Langit community, which is comprised of street children and local community members who work together in order to improve the area in which they live. In Yogyakarta Isrol created this image both in Kersan’s gallery space and on Bugisan Street. At Kersan Einstein is represented by two images; one on the gallery’s wall stating “fishing for hope” and one on a large canvas. On Bugisan Street Isrol posted this image next to the work of a fellow street artist, responding to the issue of laborers who must become one. While these are only a few examples of Isrol’s work in varying contexts, both in public spaces and Kersan’s gallery, one can begin to think about how a single image can take on different identities depending on its location and style of production. When looked at more closely street art invites viewers to not only consider discourse prompted by the artist but also ideas, which arise from the viewer themselves.
Katherine Burhn
Setiap sudut dinding dan jalan yang menghiasi sebuah kota memiliki fungsi, identitas, dan cerita sendiri. Di banyak kota di Indonesia, termasuk di Yogyakarta, street art telah menjadi bagian dari dinding dan sudut-sudut jalan, menciptakan identitas dan sejarah yang lebih berwarna daripada sebelumnya. Saat ini walaupun telah banyak penduduk Yogyakarta yang telah terbiasa dengan seni street art yang ada di kota mereka, masih ada penduduk yang tetap menjadi pengamat pasif bahkan mengkritik bentuk seni ini. Pengamatan pasif atau kritik terhadap seniman yang menuangkan gambar dan pesan sebagai hasil karya seni pada dinding kota, adalah kegagalan menangkap keinginan para seniman untuk mengekspresikan sesuatu bagi masyarakat yang lebih luas dengan cara berbeda dari pada yang jamak ditemui dalam ruang galeri yang terbatas. Sebagai seniman street art yang aktif di banyak kota, Isrol MediaLegal menyadari pentingnya menarik perhatian publik dengan sejarah lokasi tertentu. Daripada hanya memilih secara sembarangan dinding atau ruang kosong yang ada, Isrol mencoba untuk merespon lebih kritis ke lokasi di mana dia membuat karya di ruang publik. Sebelum membuat sebuah gambar yang akan dilihat oleh penduduk di sebuah kota, Isrol mempertimbangkan fungsi ruang dan hubungannya dengan gambar yang akan dituangkannya di sana. Dengan melakukan ini, masyarakat memiliki kemampuan untuk berpikir lebih kritis tidak hanya tentang karya seni tetapi juga konteks di mana karya tersebut berada. Isrol MediaLegal mulai aktif sebagai artis street art sejak awal 2000. Setelah bekerja dengan berbagai jenis media yang kerap digunakan oleh seniman street art, Isrol mulai memilih untuk berkarya dengan media stensil pada awal 2012. Selama residensinya di Kersan Art Studio, Isrol memfokuskan karya-karyanya pada gagasan eksplorasi ruang dan konteks. Baik bekerja di berbagai sudut ruang publik di Yogyakarta maupun di ruang terbatas dalam galeri seni Kersan Art Studio, Isrol menyajikan pameran yang berfokus pada bagaimana seni merespon lingkungannya dan bagaimana ruang tertentu dapat memunculkan berbagai kemungkinan yang dapat menjadi sarana ekspresi yang bervariasi. Dengan melihat gambar yang dibuat di Kersan serta meninjau kaitan gambar-gambar tersebut dengan lokasi mereka di Yogyakarta serta di banyak kota lain di Jawa, orang dapat melihat bagaimana sebuah gambar bisa mempengaruhi konteksnya serta mengubah hubungan dengan lokasinya. Karya Isrol tentang seorang gadis muda memegang dua pistol, menunjuk seorang pria dengan tangan di udara adalah gambar yang telah ditempatkan di sejumlah kota. Di Semarang orang dapat menemukan karya ini di depan Universitas Negeri Semarang dan Galeri Semarang. Di depan Galeri Semarang Isrol menanggapi isu galeri dan pasar seni dengan dialog berikut: Perempuan Laki-laki Perempuan
: “Kamu kolektor?” : “Kok tahu?” : “Pantas saja… kamu sudah mengkoleksi hatiku.”
Di Solo, karya ini juga dapat ditemukan di sejumlah lokasi termasuk di depan Gedung Kesenian Solo. Bangunan tersebut menjadi bagian dari konflik hukum sehubungan dengan penggunaannya sebagaimana tersaji pada dialog berikut:
Perempuan Laki-laki Perempuan
: “Ayah kamu tuan tanah?” : “Kok tau… “ : “Karna… kamu, telah mengsengketa hatiku.”
Gambar lain, yang menunjukkan fokus Isrol terhadap konteks adalah gambar Einstein memegang pancing. Gambar ini pertama kali dibuat di Tangerang, dan ditempatkan pada pilar jembatan yang terletak di Sungai Cisadane. Isrol menciptakan gambar ini selama acara dengan komunitas Anak Langit yang bermarkas di dekat sungai tersebut. Menempatkan teks “memancing untuk perdamaian” di samping gambar hasil karyanya Isrol berupaya menyoroti misi dan tujuan dari komunitas Anak Langit, yang terdiri dari anak jalanan dan anggota masyarakat setempat yang bekerja sama dalam rangka memajukan daerah tempat tinggal mereka. Di Yogyakarta Isrol menciptakan gambar ini di dalam ruang galeri Kersan serta di Jalan Bugisan. Di Kersan, Einstein diwakili oleh dua gambar, satu di dinding galeri yang menyatakan “memancing harapan” dan satu di sebuah kanvas besar. Di Jalan Bugisan, Isrol menyajikan gambar ini di samping karya seorang seniman street art, sebagai bentuk respon atas isu persatuan kaum buruh. Melalui beberapa contoh dari pekerjaan Isrol dalam konteks yang bervariasi, baik dalam ruang publik maupun di galeri Kersan, orang dapat mulai berpikir tentang bagaimana gambar tunggal dapat mengambil identitas yang berbeda tergantung pada lokasi dan gaya produksi. Jika ditilik secara lebih seksama, street art mengajak publik untuk tidak hanya mempertimbangkan wacana sang seniman tapi juga ide yang lahir dari masyarakat itu sendiri.
Katherine Burhn
WORKS ON STREETS
CURRICULUM VITAE
ISROL TRIONO Jakarta, 22 julli 1982 +6281519246044 Tanjung Barat No. 30 RT. 05 RW. 06, Jagakarsa – Jakarta Selatan isroltriono@yahoo.co.id | www.isrol.multiply.com | www.isrolmedialegal.blogspot.com Pameran Tunggal | Solo Exhibition : 2011
Versus FFR Project di DGTMB Artshop “BERCUMBU DENGAN TRIPLEK”
Pameran bersama (Pilihan) | Selected Group Exhibition: 2012
Pameran bersama “Woosaah” di The ber.seni project Gallery, Jakarta
2011
Pameran bersama “Seni Grafis ? Ada” di Balai Soedjatmoko, Surakarta. Pameran bersama Kopling#4 di TRYSTS RESTO & Gallery, Jakarta. Pameran bersama Drawing revolution, di FFR daging tumbuh Yogyakarta. Pameran Drawing Lover #3 ELECTRONIC Exhibition Launching Drawing Lover Book & Web project, Sangkring artspace, Yogjakarta.
2010
Pameran bersama “Pelarangan Buku Menutup Jendela Dunia” Galeri cipta 3 Taman Ismail Marzuki, Jakarta
2009
Pameran bersama di Galeri Melenium, Jakarta “ Way of Distortion ”
2008
Pameran bersama, Tribute to Velvet Underground, “TOMORROW PARTIES” Museum Mind, Surabaya Pameran bersama “NO MATTER” Gallery Biasa, Yogjakarta Pameran bersama Ruangrupa 10th, “Hanya Memberi Tak Harap Kembali” Gallery Soemardja Bandung – Kedai Kebun Forum – Galeri Nasional. Pameran bersama ARTSEM di Klub Merby, Semarang Pameran bersama kelompok Pokjajambubatu, “MEDIUM X”, Japan Foundation Jakarta
Pameran Jakarta Street Art United di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jasin Taman Ismail Marzuki. Cikini Jakarta. Pameran bersama, “Resolusi 300CC” di Museum Bank Mandiri, Jakarta.
Pameran bersama “Print from Jakarta” Gallery B suunitelmab Turku, Finlandia
2007
Pameran bersama “SEKARAT” di Galeri Publik (Institute gobal Justice) Jakarta.
2006
Berpartisipasi pada Bienale Jakarta XI “New Media Art” di Taman Ismail Jakarta.
Pameran Bersama Komunitas Taring Padi “SEDULUR GEMPA” di GOETHE INSTITUT.
2004
Pameran Seni Rupa bersama di Komunitas Nurani Senja “HARI AIR SEDUNIA”.
Pameran bersama di Galeri Nasional ”SENIMAN BANGKIT ACEH”.
Thanks to: Lenny Ratnasari Weichert & keluarga Nissak Latifah Gery Avi Latul Respectastreetartgallery Indonesian Street Art Database Digie sigit Iteq Elli Firziana dan Elano Katherine Burhn Melanie McClintock Da’an Gautama Geger dan kawan-kawan yang telah mensupport hingga terselenggaranya pameran ini
Considering issues of space and context, Isrol MediaLegal presents the result of his residency at Kersan Art Space in his solo exhibition “Kesan Kersan Pertama Sangat Menggoda”. Working primarily with large stencils – a favored medium as a street artist - Isrol presents both a series of work created specifically in Kersan’s gallery space as well as a more in-depth documentation study of his work in various public spaces in cities throughout Java. Exploring issues of space and context in such varied locations Isrol demonstrates the ability of a single image to take on multiple identities.
Mengingat masalah ruang dan konteks, Isrol MediaLegal menyajikan hasil residensinya di Kersan Art Space dalam pameran tunggalnya “Kesan Kersan Pertama Sangat Menggoda”. Bekerja terutama dengan stensil berukuran besar – metode yang paling disukai adalah merespon ruang publik - Isrol menyajikan seri dari pekerjaan yang dibuat secara khusus di ruang galeri Kersan serta lebih mendalam pada studi dokumentasi karyanya di ruang publik, kota-kota di seluruh Jawa. Dengan menjelajahi isu-isu ruang dan konteks di berbagai lokasi, Isrol menunjukkan kemampuan gambar tunggalnya untuk mengambil banyak identitas
Isrol Media Legal 2012