![](https://assets.isu.pub/document-structure/220429061411-955945712d6a818c2d5b8c15437bd10d/v1/17d3ab8b7ef9fc40d07e9edd0aa3dd08.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
1 minute read
Raja Dangdut
Pada 1983, Kiai Syukri Gozali -- ketika itu Ketua Vmum MVI - menyatakan bahwa Alquran haram untuk dinyanyikan. Pernyataan itu menampar Rhorna yang baru meluncurkan album La Illaha Illalah. Rhoma pun membela diri. Di hadapan para ulama, Rhoma memutar kaset-kasetnya yang bernafaskan Islam. "Tidak ada ayat Alquran yang didangdutkan," ujar Rhoma ketika itu. Rhoma lahir dengan nama Irama pada 11 Oesember 1947, di Tasikmalaya, Jawa Barat, sebagai putra dari Raden Burda Anggawijaya, seorang pensiunan ABR!. Bakat menyanyinya sudah tampak sejak keci!. Pernah seisi kelas di sekolahnya kosong karena menonton ia menyanyi. Perjalanan karirnya tidak mudah. Ia pernah jadi gelandangan dan pengamen jalanan di Solo. Saat itu, selepas SMA (1964), Rhoma ingin mendalami ilmu agama ke Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Karena kehabisan bekal, ia terpaksa mengamen. Saat menerima uang hasil mengamen, Rhoma memutuskan menjadikan musik sebagai profesi. Tahun 1974 ia menunaikan ibadah haji sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan karena album Begadang sukses besar. Sepulang dari tanah suci, ia melengkapi namanya menjadi Rhoma alias Raden Haji Oma Irama. Selain mencipta lagu dan menyanyi, Rhoma juga bermain film dan sempat aktif dalam politik. Namun sikapnya dalam politik tidak sekonsisten dalam bermusik. Awalnya ia mendukung PPP. Tapi, menjelang pemilu 1997, ia menyeberang ke Golkar. *****
Advertisement