PEMBELAJARAN YANG MENGGERAKAN

Page 1

PEMBELAJARAN YANG

MENGGERAKAN

(Konsep Pembelajaran Yang Memberikan Ruh Pendidikan di Perguruan Tinggi) -

Yusrin Ahmad Tosepu -

PENDAHULUAN Pernah mendengar istilah lifelong education? Ya, itulah pendidikan sepanjang hayat, dari mulai buaian hingga liang lahat. Manusia akan selalu terlibat dalam proses pendidikan, dididik maupun mendidik sesamanya. Pendidikan, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik (KBBI). Sepanjang sejarah peradaban kehidupan manusia, tak ada orang yang dewasa dengan sendirinya, tak ada orang yang cerdas dengan sendirinya. Mereka butuh proses, mereka mesti berproses, dan pendi dikan menjadi proses untuk memanusiakan manusia dalam menemukan jati dirinya. Secara tersirat, pendidikan mestinya harus mampu melakukan transfer pengetahuan sekaligus mentransmisi nilai -nilai baik dalam kehidupan. Orang tak cukup diajarkan suatu ilmu pengetahuan, tapi dididik untuk memegang teguh prinsi p agar ilmu itu bermanfaat bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Pendidikan memberikan ruh dalam perjalanan hidup manusia. Manusia akan menjadi orang yang tak sekedar tahu suatu ilmu, tapi paham untuk apa ilmu itu digunakan. Tak sekadar paham ilmu, tapi meresapi ilmu itu dengan menerapkannya dalam kehidupan keseharian. Tak sekadar merasakan manfaat suatu ilmu untuk konsumsi pribadi saja, tapi disebarkan kepada orang lain yang belum berilmu. Ilmu membuat hidup manusia semakin hidup. Pendidikan, tidak sedang berfokus membicarakan persoalan hari ini saja. Pendidikan, mesti menjawab persoalan masa depan. Erie Sudewo, yang pernah berujar, „Belajar terus tanpa bertindak, nol besar. Bertindak tanpa belajar, itu-itu saja. Tidak belajar & tidak bertindak, penganggur seumur hidup. Bertindak & belajar, itulah pembelajar sejatiâ€&#x;. Pembelajar sejati, hidupnya akan selalu bisa beradaptasi dengan perubahan. Mereka akan selalu bergerak untuk menjalani fitrahnya, yaitu menemukan jawa ban atas segala rasa keingintahuannya.


Jika pendidikan telah berhasil memampukan manusia untuk tidak pernah berhenti berpikir, tidak pernah berhenti belajar, dan tidak pernah berhenti bertindak, maka itulah hakikat pendidikan yang sesungguhnya, hidup dan menggerakkan perubahan. Sejarah perkembangan pendidikan dan pengajaran di Indonesia menunjukkan bahwa keduanya saling menglengkapi dan memiliki peran masing-masing. Kampus sebagaimana sebagai wahana pembelajaran memerlukan cara pandang, praktik, dan kemitraan yang sesuai untuk pengajaran yang mentransfer pengetahuan dan pendidikan. Ketika merancang dan menerapkan gagasan yang berkaitan dengan pembelajaran, kampus semestinya memperhatikan peran pengajaran dan pendidikan yang berbeda itu di dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Belajar bukan jenis perilaku alamiah, tapi hasil dari sistem yang harus dibangun secara sistematis dan terus menerus. Kemalasan peserta didik dalam belajar adalah bagian dari praktek pendidikan dan pembelajaran yang diterapkan sekarang ini. Sistem pendidikan dan praktek belajar yang diterapkan diperguruan tinggi sekarang ini belum menjadikan belajar sebagai kebiasaan dan kebudayaan. Kampus adalah wadah peserta didik untuk memperoleh pengajaran berupa pengetahuan literasi, numeras i, dan keterampilan hidup serta mendapat pendidikan yang terkait dengan moral, agama, dan estetika. Salah satu yang patut dipertimbangkan adalah sistem pembelajaran yang menekankan bahwa peserta didik perlu diberi ruang untuk belajar aktif, kreatif, Efektif, dan menyenangkan. Kampus sebagai komunitas belajar, memerlukan pandangan bahwa setiap peserta didik adalah tunas yang memiliki potensi berbeda. Memiliki kemajemukan dimensi, seperti kreativitas, keingin -tahuan, keberanian, kegigihan, kejujuran, rasa kasih sayang, kebaikan hati, adil, kepemimpinan, dan lain -lain. Cara pandang kampus sebagai komunitas, terutama komunitas pembelajaran. Komunitas adalah sekelompok orang yang dipersatukan oleh tata nilai. Tata nilai tercermin melalui perilaku seseorang dala m interaksi sosialnya. Sebagai bagian dari komunitas, dosen dan peserta didik adalah anggota dengan peran dan tangung jawab masing-masing. Rasa saling percaya, saling menghormati, kesediaan untuk berbagi, dan aspirasi bersama menjadi penting. Tugas utama pendidik adalah mengenali dan mengembangkan potensi setiap peserta didik. Dosen berperan besar dalam mengidentifikasi dan mengembangkan potensi peserta didik. Dalam usaha mengembangkan potensi, metode, teknik, dan cara pembelajaran yang tepat dapat menumbu hkembangkan keunggulan peserta didik dengan potensi yang beragam . Dosen dapat mengenali dan mengembangkan potensi peserta didik yang beragam dengan menggunakan cara pandang kecerdasan majemuk, yang dikembangkan oleh psikolog Harvard Howard Gardner. Pesert a didik yang pandai matematika adalah peserta didik unggul; demikian pula siswa yang pandai melukis, menyanyi, atau berbahasa. Dengan menggunakan keunggulannya masing-masing, peserta didik memiliki potensi untuk mandiri dan membawa manfaat bagi masyarakat ketika mereka memasuki dunia kerja. PEMBAHASAN Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar� berasal dari kata dasar “ajar� yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe� dan akhiran “an me njadi “pembelajaran�, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga peserta didik mau belajar. Maka dari itu Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan


kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk m embantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Istilah “pembelajaran� sama dengan “instruction atau “pengajaran�. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh pese rta didik) dan Mengajar (oleh dosen). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal. Dengan kata lain bahwa Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya). (Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, 1997). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan dosen dalam menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara dosen dan peserta didik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan di perguruan tinggi, dosen mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomoto r) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan dosen saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara dosen dengan peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak dosen saat ini cenderung pada pencapaian target materi kuliah dan lebih mementingkan pada penguasaan konsep bukan pada pemahaman dan aplikasinya. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas perkuliahan yang selalu didominasi oleh dosen. Dalam penyampaian materi, biasanya dosen menggunakan metode ceramah yang dalam pelaksanaannya peserta didik hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan dosen. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga peserta d idik menjadi pasif. Jika secara psikologis peserta didik kurang tertarik dengan metode yang digunakan dosen, maka dengan sendirinya peserta didik akan memberikan umpan balik psikologis yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Indikasinya adalah timbul rasa tidak simpati terhadap dosen, tidak tertarik dengan materi -materi pembelajaran, dan lama-kelamaan timbul sikap acuh tak acuh terhadap mata pelajaran. Dalam hal peningkatan mutu pembelajaran dan prestasi belajar peserta didik ini diperlukan dosen k reatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar pesetta didik dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Proses pembelajaran kekinian menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh peserta didik. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada peserta didik, dosen sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana pengajaran dan pembelajaran leb ih hidup. Pembelajaran yang dilakukan oleh dosen sedemikian rupa sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Belajar memang merupakan suatu proses aktif peserta dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya mendengar dan menerima ceramah dosen tentang pengetahuan, sehingga jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.


Peran aktif peserta didik sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Seseorang bisa dikatakan kreatif apabila ia secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif. Kreativitas peserta didik bisa dilihat pada kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan. Selain itu kreativitas peserta didik juga bisa dilihat dari kecekatannya dalam mengikuti proses belajar mengajar. Kreatif juga dimaksudkan, dosen mampu memilih materi y ang akan diberikan kepada peserta didik agar materi yang diberikan bisa sesuai dengan kemampuan peserta didik, memilih metode pembelajaran yang dapat mempermudah pemahaman peserta didik tentang materi yang diberikan dan memilih media yang tepat untuk memperlancar proses pembelajaran serta mampu menentukan evaluasi yang tepat untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang membuat pesetrta didik senang sehingga memusatkan perha tiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidaklah efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah pros es pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain. Jadi Konsep pembelajaran menggerakan terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi dosen dan dimensi peserta didik. 1. Dari dimensi Dosen: Dalam proses pembelajaran, dosen aktif dalam memantau kegiatan belajar peserta didik, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, mempertanyakan gagasan peserta didik. Dosen harus kreatif dalam mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu atau media pembelajaran. Agar pembelajaran menyenangkan dosen harus mengemas materi agar lebih mudah dipahami peserta didik, menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi untuk menarik perhatian peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. 2. Dari dimensi Peserta didik: Peserta didik harus aktif dalam bertanya, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya, kreatif dalam menulis /merangkum, merancang atau membuat sesuatu dan menemuakan seseatu yang baru bagi diri peserta didik. Keefektifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran bisa dilihat dari penguasaan ketrampilan yang dibutuhkan oleh peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa berani mencoba atau berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan gagasan, berani mempertanyakan gagasan orang lain. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN YANG MENGGERAKAN Konsep pembelajaran menggerakan adalah kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, dosen harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran; mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah. Kreatif dimaksudkan agar dosen menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi tingkat kemampuan peserta didik. Efektif yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung. Sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran y ang harus dicapai. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar.


Jadi pembelajaran menggerakan adalah suatu pembelajaran dimana terjadi hubungan yang komunikatif a ntar semua komponen pembelajaran sehingga mampu menanggapi suatu permasalahan yang terjadi serta mampu mencurahkan perhatiannya untuk belajar secara optimal. Selain itu pembelajaran yang menggerakan adalah suatu proses pembelajaran yang komunikatif dan interaktif antara sumber belajar (bahan ajar), dosen (pendidik) dan mahasiswa (peserta didik). Prinsip pembelajaran yang menggerakan antara lain: 1) 2) 3) 4)

Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara dosen dan peserta diidik Kegiatan pembelajarannyaa memungkinkan terjadinya interaksi multi arah Kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan.

Menurut John B. Biggs and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning�, 1987, edisi kedua, menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang pendidik yang baik dalam proses pembelajaran terhadap Peserta did ik, yaitu: 1) memahami potensi Peserta didik yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka. 2) memberikan kesempatan kepada Peserta didik untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka membutuhkan. 3) menghargai potensi Peserta didik yang le`mah atau lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide serta gagasan mereka. 4) mendorong Peserta didik untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka. 5) mengakui pekerjaan Peserta didik dalam satu bidang untuk memberikan semangat pada pekerjaan lain berikutnya. 6) menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata. 7) memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar individu Peserta didik. 8) mendorong dan menghargai keterlibatan individu Peserta didik secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri. 9) menyatakan kapada para Peserta didik bahwa dosen merupakan mitra mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi Peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. 10) menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar Peserta didik. 11) mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna (meaningful learning) pada Peserta didik. 12) memberikan tes atau ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik dan semangat pada Peserta didik untuk ingin mempelajari materi lebih dalam. Konsep pembelajaran yang menggerakan artinya dosen dan peserta didik secara bersama-sama mengembangkan fisik dan mental sehingga terbiasa bertindak aktif, kreatif, dan menyenangkan. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai dengan baik . Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran yang menggerakan sebagai berikut: 1) Memahami sifat yang dimiliki Peserta didik 2) Mengenal Peserta didik secara perorangan 3) Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar


4) 5) 6) 7)

Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Mengembangkan ruang kelas perkuliahan sebagai lingkungan belajar yang menarik Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Memberikan umpan balik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Konsep pembelajaran yang menggerakan sejalan dengan empat pilar pendidikan menurut UNESCO, yakni (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning how to live together. Empat pilar pendidikan tersebut memberikan indikasi bahwa hasil pe ndidikan dewasa ini diarahkan untuk dapat menghasilkan manusia yang memiliki ciri-ciri manusia paripurna sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. 1) Learning to know. Dalam pilar ini, belajar dimaknai sebagai upaya hanya sebatas untuk mengetahui. Belajar ini termasuk dalam kategori sebagai belajar pada tingkat yang rendah, yakni belajar yang lebih menekankan pada ranah kognitif. 2) Learning to do. Dalam pilar ini, belajar dimaknai sebagai upaya untuk membuat peserta didik bukan hanya mengetahui, tetapi lebih kepada dapat melakukan atau mengerjakan kegiatan tertentu. Fokus pembelajaran pada pilar ini lebih memfokuskan pada ranah psikomotorik. 3) Learning to be. Dalam pilar ketiga ini, belajar dimaknai sebagai upaya untuk menjadikan peserta didik sebagai dirinya sendiri. Belajar dalam konteks ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan minat dan bakatnya atau tipe-tipe kecerdasannya (types of intelligence). 4) Learning how to live together. Pilar keempat ini memaknai belajar sebagai upaya agar peserta didik dapat hidup bersama dengan sesamanya secara damai. Pendekatan pembelajaran menggerakan juga didasarkan pada sejumlah asumsi tentang apa itu belajar. Sejumlah asumsi tentang belajar yang dimaksud, di antaranya: 1) Belajar adalah proses individual. Artinya kegiatan belajar tidak bisa diwakilkan kepada orang lain, hanya orang yang bersangkutanlah yang dapat melakukannya. Ini berarti kegiatan belajar menuntut aktivitas orang yang sedang belajar. 2) Belajar adalah proses sosial. Kegiatan belajar harus dilakukan melalui interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Ini berarti seseorang yang belajar harus secara aktif berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, karena melalui interaksi social inilah akan dipero leh pengalaman sebagai hasil belajar. 3) Belajar adalah menyenangkan. Apabila kegiatan belajar dilakukan dengan sukarela, atas kesadaran dan kemauan sendiri, dan tanpa ada paksaan, maka kegiatan belajar akan menyenangkan. Karena itulah, setiap orang yang belajar harus melakukannya dengan penuh kesadaran bahwa belajar itu yang akan membawa manfaat bagi kelangsungan hidupnya. Dengan demikian maka kegiatan belajar benar benar akan menyenangkan. 4) Belajar adalah aktivitas yang tidak pernah berhenti. Proses bel ajar akan terus berlangsung selama manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Pada saat seseorang berinteraksi dengan lingkungan, apakah itu disadari ataupun tidak dan terjadi perubahan perilaku dalam dirinya (kognitif, afektif, atau psikomotorik) maka pada dasarkan orang tersebut telah belajar. Proses ini tidak akan pernah berhenti selama seseorang masih hidup dan beraktivitas. 5) Belajar adalah membangun makna. Pada saat seseorang melakukan kegiatan belajar, pada hakikatnya ia menangkap dan membangun makna dari apa yang diamatinya. Hal ini sejalan dengan pembelajaran kontekstual (contextual learning) yang mengasumsikan bahwa otak secara alamiah mencari makna dari suatu permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan dimana seseorang tersebut berinteraksi. Dalam implementasinya, Pembelajaran yang menggerakan konsen memperhatikan hal -hal sebagai berikut : 1) Memahami sifat yang dimiliki peserta didik. Pada dasarnya peserta didik memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan


2)

3)

4)

5)

6)

7)

8)

kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya sifat tersebut. Suasana pembelajaran dimana dosen memberikan apresiasi kepada peserta didik karena hasil karyanya, dosen mengajukan pertanyaan yang menantang, dan dosen yang mendorong peserta didik untuk melakukan kreasi dan atau percobaan. Mengenal peserta didik secara perorangan. Para peserta didik berasal dari latar belakang berbeda beda dan lingkungan yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua peserta didik tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan peserta didik, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar peserta didik tersebut menjadi optimal. Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam pengorganisasian belajar. Sebagai makhluk sosial, peserta didik sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, peserta didik dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, peserta didik akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka berkelompok. Hal seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, peserta didik perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan m asalah. Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas dosen adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika‌â€? lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapanâ€?, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu). Mengembangkan kelas perkuliahan sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruang k elas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam pembelajaran yang menggerakan. Hasil pekerjaan peserta didik sebaiknya dipublikasi di media cetak, online atau jurnal ilmiah, diharapkan memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik lain. Yang dipublikasi dapat berupa hasil kerja perorangan atau kelompok. Pajangan dapat berupa hasil penelitian, karya tulis, dan sebagainya. Hasil karya peserta didik dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar peserta didik. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat peserta didik merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus di ruang kelas perkuliahan. Pemanfaatan lingkungan dapat men gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Mutu hasil belajarmeng ajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari dosen kepada peserta didik merupakan salah satu bentuk interaksi antara dosen dan peserta didik. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Dosen harus konsisten mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan memberikan komentar dan catatan. Catatan dosen berkaitan dengan belajar peserta didik lebih bermakna bagi pengembangan diri peserta didik daripada hanya sekedar angka. Membedakan antara aktif fisikal dan aktif mental. Banyak dosen yang sudah merasa puas bila menyaksikan para peserta didik kelihatan sibuk bekerja dan bergera k. Aktif mental lebih diinginkan dari pada aktif fisikal. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan


merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat perkembangannya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut : takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut jika salah. Oleh karena itu, dosen hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari dosen itu sendiri maupun dari temannya. Manfaat dari Pembelajaran yang menggerakan ini bagi peserta d idik, dosen dan perguruan tinggi di antaranya sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13)

Pembelajaran yang menggerakan membuat peserta didik benar-benar lebih asyik belajar, giat mengikuti perkuliahan, karena dosen tidak berperan sebagai orang yang paling tahu, melainkan berperan sebagai fasilitator yang dinamik dan kreatif. Pembelajaran yang menggerakan memungkinkan munculnya berbagai potensi peserta didik. Pembelajaran yang menggerakan juga menunjukkan sisi demokratis. Pembelajaran yang menggerakan membuat dosen bukanlah satu -satunya sumber belajar yang mutlak dan benar. Pembelajaran yang menggerakan juga mendorong maksimalnya daya serap para peserta didik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran yang menggerakan akan mendorong perkembangan intelektual peserta didik (intellectual growth). Pembelajaran yang menggerakan juga membantu perkembangan fisik peserta didik (physical development). Pembelajaran yang menggerakan juga dapat membangun ketrampilan sosial peserta didik (building social skills). Pembelajaran yang menggerakan juga akan membantu perkembangan emosi peserta didik (emotional development). Pembelajaran yang menggerakan juga akan mendorong perkembangan kemampuan membaca dan berbahasa peserta didik (language and literacy development). Pembelajaran yang menggerakan akan menumbuhkan daya kreativitas peserta didik (creativity). Pembelajaran yang menggerakan juga akan mendorong peserta didik untuk mencintai belajar sepanjang hidupnya. Pembelajaran yang menggerakan juga akan mendorong kreativitas dan dedikasi dosen.

Karakteristik Pembelajaran yang Menggerakan Pembelajaran yang menggerakan adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman d ari berbagai sumber dan alat belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Karakterisitk pembelajaran yang menggerakan, meliputi: 1) Pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berinteraksi secara aktif dengan lingkungan, memanipulasi obyek-obyek yang ada di dalamnya, dalam hal ini dosen terlibat secara aktif, baik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran. 2) Pembelajaran membangun kreativitas peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan, bahan ajar dan sesama peserta didik, utamanya dalam menghadapi tantangan atau tugas -tugas yang harus diselesaikan dalam pembelajaran. Dosen dituntut untuk kreatif, yaitu merancang dan melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. 3) Efektifitas pembelajaran akan mendongkrak kualitas hasil bekajar peseta didik. 4) Pembelajaran dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, dengan didukung lingkungan nyaman, bahan ajar relevan.. Selain itu, pembelajaran akan menyenangkan manakala secara sadar pikiran otak kiri dan kanan sadar, menantang peserta didik berekspresi dan berfikir jauh ke depan, serta mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode -periode yang relaks.


Secara fisikal, ciri menonjol dalam proses pembelajaran yang menggerakan adalah sebagai berikut. 1) Mengandalkan Sumber belajar yang beraneka ragam kemudian didesain skenario pembelajarannya dengan berbagai kegiatan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar peserta didik. 2) Kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif, yang biasanya didominasi oleh kegiatan diskusi, kerjasama individual, kolaborasi dalam mengerjakan tugas-tugas di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil kegiatan, dan lain sebagainya. Dalam mengerjakan berbagai tugas tersebut, para peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba mengembangkan semaksimal mungkin kreativitasnya. Dalam melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah antusiasme dan rasa senang peserta didik. 3) Pada akhir proses pembelajaran, semua peserta didik melakukan kegiatan dengan apa yang disebut sebagai refleksi, yakni menyampaikan (umumnya secara tertulis) hasil yang mereka peroleh terhadap proses pembelajaran yang diikutinya. Karakteristik utama pembelajaran yang menggerakan, yaitu : 1) Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan belajar melalui berbuat. 2) Dosen menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi Peserta didik. 3) Dosen menciptakan suasana pembelajaran dan bahan belajar yang lebih menarik. 4) Dosen menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5) Dosen mendorong Peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan Peserta didik dalam menci ptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Dalam pembelajaran yang menggerakan terdapat empat prinsip utama pembelajaran:    

Pertama: proses Interaksi (Peserta didik berinteraksi secara aktif dengan dosen, sesama Peserta didik, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (Peserta didik mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan dosen dan rekan Peserta didik melalui dialog atau kerjasama pembelajaran, dan lain sebagainya). Ketiga, proses Refleksi, (Peserta didik memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, apa yang telah peroleh, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (Peserta didik mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan.

Pengelolaan kegiatan Pembelajaran yang menggerakan mempertimbangkan enam elemen Constructivist Learning Design (CDL) yang dikemukakan oleh Gagnon and Collay, yaitu situation, groupings, bridge, questions, exhibit, and reflections. 1) Situation, terkait dengan hal-hal berikut; apa tujuan episode pembelajaran yang akan dicapai, apa yang diharapkan setelah peserta didik selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar, bagaimana mengetahui bahwa peserta didik telah mencapai tujuan, tugas apa yang diberikan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan, bagaimana deskripsi tugas tersebut (as a process of solving problems, answering question, creating metaphors, making decisions, drawing conclusions, or setting goals). 2) Grouping, dapat dilakukan berdasarkan karakteristik Peserta didik atau didasarkan pada karakteristik materi.


3) Bridge, terkait dengan; aktivitas apa yang dipilih untuk menjembatani atara pengetahuan yang telah dimiliki Peserta didik sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan dibangun Peserta didik. 4) Question, pertanyaan apa yang dapat membangkitkan tiap elemen desain (panduan pertanyan apa yang dapat mengintrodusir situasi, menata pengelompokan, dan membangun jembatan), pertanyaan klarifikasi apa yang digunakan untuk mengetahui cara berpikir dan aktivitas belajar Peserta didik. 5) Exhibit, bagaimana Peserta didik merekan dan memamerkan kreasi mereka melalui demonstrasi cara berpikir mereka dalam menyelesaikan dan atau memenuhi tugas. Reflections, bagaimana Peserta didik melakukan refleksi dalam menyelesaikan tugas mereka, apakah Peserta didik ingat tentang (feeling, images, and language of their thought), apa sikap, proses, dan konsep yang akan dibawa Peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Penerapan Pembelajaran yang menggerakan Secara psikologis-pedagogis, penerapan pembelajaran yang menggerakan dalam proses belajar mengajar akan memiliki dampak positif terhadap penguatan hasil belajar, kesan mendalam, dan tahan lama dalam memori peserta didik sehingga tidak mudah lupa terhadap pengetahuan yang telah diperolehnya, atau dalam bahasa psikologi belajar dikenal dengan istilah long term memory. Di samping itu, dari sisi pendidik, penerapan pembelajaran yang menggerakan dengan sendirinya akan semakin memotivasi pendidik sebagai manager, fasilitator, motivator, inspirator, transformator, dan pembelajaran yang memiliki learning tradition yang kuat untuk secara terus menerus mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalitasnya. Indikator Pembelajaran yang menggerakan Dalam penerapan pembelajaran yang menggerakan oleh pendidik atau dosen bisa dilihat dan dicermati berbagai indikasi yang muncul pada saat proses belajar mengajar dilaksanakan. Kriteria ada atau tidaknya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan di antaranya dapat dilihat pada beberapa indikator berikut. 1) Kegiatan Pembelajaran sangat mengutamakan agar peserta didik mampu berfikir . Dosen membimbing peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dan menuntun peserta didik dalam berkerjasama dan berkolaborasi untuk menghasilkan karya. 2) Peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri. Mereka belajar meneliti tentang apa saja. Dosen dan peserta didik interaktif dan prose s belajar mengajar untuk meningkatkan motivasi keduanya dalam proses belajar mengajar. 3) Dosen melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbagai cara/metode/tehnik, misalnya melalui diskusi, praktek langsung, atau aktivitas belajar mandiri peserta didik secara individual ataupun kelompok, juga pendekatan individual dosen kepada peserta didik yang prestasinya kurang baik, dsb. 4) Peserta didik dilatih untuk mengungkapkan pendapat secara bebas, baik dalam diskusi, tulisan, maupun kegiatan lain. 5) Dosen memberikan tugas yang mendorong peserta didik bereksplorasi; dan dosen memberikan bimbingan individual atau pun kelompok dalam hal penyelesaian masalah. 6) Dosen memberikan mendorong dan motivasi kepada peserta gemar membaca. (Peserta didik didekatkan dengan buku-buku, jurnal, koran, dll) melalui kelas diskusi, tugas mandiri dan kelompok , dan atau melakukan kajian bidang keilmuan dengan memanfaatkan refernsi bahan ajar yang beraneka ragam 7) Menjadikan Lingkungan sekitar dan masalah real sebagai media pembelajaran). Observasi lapangan eksplorasi, diskusi kelompok, tugas individual, kelompok dan lain -lain.


PENUTUP Dosen sebagai agen pembelajaran (learning agent) memiliki peran sebagai pendidik, fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Maka dapat dipahami secara jelas bahwa proses pendidikan dan pembelajaran pada institusi pendidikan manapun, secara yuridis formal dituntut harus diselenggarakan secara aktif, inovatif, kreatif, dialogis, demokratis dan dalam suasana yang mengesankan dan bermakna bagi peserta didik. Dengan kata lain bahwa pentingnya diterapkan strategi pembelajar an yang menggerakan dan atau memperdayakan peserta didik. Pembelajaran yang menggerakan adalah sebuah konsep pembelajaran yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam konteks ini, pembelajaran menggerakan sebagai salah satu pembelajaran yang patut dan layak implementasikan dalam praktik dunia pendidikan tinggi kekinian, memiliki singgungan dan relevansi yang kuat terhadap apa yang menjadi tantangan dunia pendidikan dan tuntutan pembelajaran kekinian. Pembelajaran yang menggerakan merupakan pendekatan dalam proses belajar mengajar yang bila di terapkan secara tepat berpeluang dapat meningkatkan dua hal, yaitu (1) menciptakan ketertarikan bagi peserta didik dalam kegiatan pengajaran dan pembelajaran, (2) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat berfikir kritis, kreatif dan inovatif. . Dalam pembelajaran yang menggerakan, seorang dosen proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar yang memiliki relevansi dengan materi mata pelajaran dan sesuai dengan perkembangan IPTEKS (ilmu pengetahuan, teknologi dan sains) terbarukan. DAFTAR PUSTAKA Budimansyah, Dasim. dkk. 2009. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Bandung: PT Genesindo Chatarina, Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press Dalyono, M. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Dimyati & Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Saeful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, 2001. kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: PT. Bumi Aksara Hamalik, 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Bumi Aksara Hamzah, 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka Max Darsono, 2000. Belajar dan pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Munib, 2007.Pengantar Ilmu Pendidikan: UPT Unnes Press Purwadaminta ,2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Salim, Agus. 2009. Edukasi, Semarang Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Proses Belajar Mengajar II. Semarang: IKIP Semarang Press. Sudjana, 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. Sudjatmiko. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Sugeng, Hariyadi ,dkk, 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MKDK Unnes Suparlan, dkk. 2008. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: PT. Genesindo Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wahyuni, Baharuddin, 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.