Executive Summary Studio Analisis Kota Delanggu Tahun 2020

Page 1

LAPORAN AKHIR STUDIO ANALISIS KOTA

DELANGGU

Universitas Gadjah Mada Fakultas Teknik Departemen Arsitektur dan Perencaan Wilayah dan Kota AnalisisPerencanaan Kota Delanggu

1


Meet the

Team

Kata Pengantar

Kelompok 2 Studio Analisis Kota, Delanggu

D E L A N G G U

D E L A N G G U Athalla Nauffally S 443530

Brigitta Novanka E E 439588

Hanif Eksya P 446436

2

D E L A N G G U

D E L A N G G U

D E L A N G G U

Analisis Kota Delanggu

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Deshinta Sekar A 446429

D E L A N G G U

Mira Maha D 443540

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan meyelesaikan Laporan Analisis Studio Kota dengan judul “Laporan Analisis Studio Kota Delanggu” dapat diselesaikan sebaik-baiknya dengan tepat waktu. Dalam pengerjaan tugas kami mengalami tak sedikit rintangan dan halangan, namun banyak pihak yang membantu kami dalam pengerjaan tugas. Untuk itu ucapan terima kasih kami haturkan kepada pihak yang telah membantu selama proses penyusunan Laporan Analisis Studio Kota Delanggu. 1. Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dalam pengerjaan. 2. Terima kasih kepada Bapak Antonius Eko Heri Supriyatno, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing Studio Kota Delanggu. 3. Terima kasih kepada Ibu DR. Yori Herwangi, ST., MURP, Bapak Ir. Agam Marsoyo, M.Sc., Ph.D., Dr. Eng., Bapak Muhammad Sani Roychansyah, S.T., M.Eng., Dr. Eng., dan Bapak Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP., M. Sc., Ph. D., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Studio Analisis Kota yang telah memberikan arahan saran, dan kritik selama proses Progress dan Display Studio Analisis Kota. 4. Terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Klaten, segenap Badan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Klaten termasuk Kecamatan Delanggu serta Kelurahan di Kecamatan Delanggu yang membantu kami dalam mengumpulkan data sekunder. 5. Terima kasih kepada orang tua kami yang telah memberi dukungan dan doa selama penyusunan Laporan Studio Analisis Kota Delanggu. 6. Terima kasih tak luput pula untuk teman-teman Perencanaan Wilayah dan Kota 2019 yang saling memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyelesaian Laporan Studio Analisis Kota Delanggu. Kami menyadari bahwa laporan yang disusun ini masih memiliki kekurangan dan kesalahan, baik dalam segi penulisan maupun isi yang diangkat. Kami mengharapkan agar pembaca dapat memberi kritik dan saran yang membangun agar kedepannya dapat diperbaiki di kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap laporan yang telah disusun ini dapat memberi manfaat kepada pembaca untuk menambah pengetahuan dan juga pengalaman. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh Yogyakarta, Desember 2020

Muhammad Yusuf K 443544 Studio Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

3


Table Of

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Peta Daftar Tabel Daftar Pustaka

1.

2.

5.

6.

Pendahuluan

Gambaran Umum Pages 4

Profil, Fungsi , Peran Pages 46

Potensi Masalah

1

Pages 1

Latar Belakang Tujuan Sistematika Penulisan Ruang Lingkup Metodologi

4.

7.

Konstelasi

Kompilasi Data Pages 8

Penutup

3

5

Pages 6

Analisis Kota Delanggu

4

Data dan Analisis Fisik Dasar Data dan Analisis Fisik Ruang Data dan Analisis Kependudukan Data dan Analisis Ekonomi Data dan Analisis Sarana Data dan Analisis Prasarana

7

6

Rumusan Masalah Kota Delanggu Rumusan Potensi Kota Delanggu

Profil Kota Delanggu Fungsi Kota Delanggu Peran Kota Delanggu

3.

Konstelasi Kota Delanggu Terhadap Kabupaten Klaten Konstelasi Kota Delanggu Terhadap Wilayah Sekitarnya

4

2

Jumlah Penduduk Luas Wilayah Laju Pertumbuhan

Pages 50

Pages 56

Saran, dan Kesimpulan

Content

Analisis Kota Delanggu

5


1

PENDAHULUAN 6

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

1


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Ketika kita mendengar kata “kota” bagaimana bayangan yang muncul di benak kita? Kota yang maju, teknologi canggih, masyarakat sejahtera, bentuk kota yang memukau, atau ada gambaran lain? Akan tetapi apakah kota selalu sempurna? Apa saja yang membuat sebuah kota bisa maju dan permasalahan seperti apa yang terjadi disebuah kota? Kota Delanggu merupakan kota kecil dengan jumlah penduduk (26.163) jiwa. Kota Delanggu masuk daerah administrasi Kecamatan Delanggu. Letaknya yang dilintasi Jalan Arteri Jogja-Solo menjadikan Kota Delanggu memiliki karakteristik spasial maupun nonsepasial tersendiri. Disini kami mengalisis Kota Delanggu dengan bantuan data pendukung primer maupun sekunder untuk mengetahui keadaan Kota Delanggu. Menganalisis dari berbagai aspek untuk memahami dengan baik keadaan existing Kota Delanggu sebelum melakukan perencanaan. Analisis ini dilakukan untuk melihat dinamika Kota Delanggu dari berbagai aspek sebelum menentukan perencanaan yang baik untuk perkembangan kota.

1.2 Tujuan penyusunan

Tujuan dari analisis Kota Delanggu adalah untuk mengetahui keadaan Delanggu baik dari segi spasial maupun non spasial. Hasil dari analisis data yang didapatkan akan digunakan untuk menentukan profil, potensi dan masalah yang ada di Kota Delanggu.

Timur: Kecamatan Juwiring b. Ruang Lingkup Substansial Ruang lingkup substansi dari Kota Delanggu, yaitu: 1. Fisik dasar 2. Fisik ruang 3. Kependudukan 4. Ekonomi 5. Sarana 6. Prasarana 7. utilitas

1.5 Metodologi

a. Pengumpulan data Studio kami mengumpulkan data dari 2 sumber yaitu data primer dan data sekunder. Data primer kami dapatkan dari hasil survey kami, baik langsung yang dilakukan oleh perwakilan anggota studio datang ke Kota Delanggu, maupun secara online dengan menggunakan Google Maps. Data sekunder kami dapatkan dari Kecamatan Delanggu, publikasi tahunan dari lembaga BPS, dan data data lain yang dapat kami akses lewat internet. b. Analisis data Kami menganalisis data yang sudah kami kumpulkan dengan berbagai tahapan, pertama kami mengolah data kami kedalam bentuk tabel, grafik, maupun peta. Selanjutnya kami menganalisis data dengan regulasi yang ada, apakah sesuai atau tidak. Setelah itu kami menuangkan hasil amatan kami kedalam bentuk narasi untuk membantu dalam menentukan profil kota, potensi, dan masalah yang ada di Kota Delanggu.

1.3 Sistematika penulisan

a. Pendahuluan Berisi latar belakang, tujuan penulisan, sistematika penulisan, ruang lingkup, dan metodelogi. b. Gambaran Umum Berisi jumlah penduduk, luas wilayah dan laju penduduk. c. Konstelasi Berisi konstelasi terhadap kabupaten dan konstelasi terhadap wilayah sekitar. d. Kompilasi Data Berisi data-data yang di dapat dan telah direpresentasikan yaitu fisik dasar, fisik ruang, kependudukan, ekonomi, sarana dan prasarana. e. Profil Kota Berisi peran kota dan fungsi kota yang ditentukan dari data yang didapat. f. Potensi dan Masalah Berisi potensi dan masalah yang didapat setelah menganalisis data-data yang didapat.

1.4 Ruang lingkup

a. Ruang lingkup spasial Kota Delanggu merupakan kota kecil yang berada didalam administrasi Kecamatan Delanggu. Luas kota 8,40 km2 yang terdiri dari 8 Kelurahan, yaitu: Delanggu,Gatak, Karang, Kepanjen, Krecek, Mendak, Sabrang, dan Sagaran. Dengan batas amatan yaitu: Utara: Kecamatan Wonosari Barat: Kecamatan Polanharjo Selatan: Desa Banaran

2

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

3


BAB II GAMBARAN UMUM 2.1

Luas Wilayah

2.2

Jumlah Penduduk

Delanggu merupakan sebuah kota fungsional dengan luas 8,40 km2 yang merupakan bagian dari Kecamatan Delanggu dan berada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kota fungsional Delanggu terdiri atas 8 desa, yaitu Karang, Krecek, Mendak, Delanggu, Sabrang, Gatak, Kepanjen, dan Segaran. Wilayah paling luas adalah Desa Delanggu dengan luas 1,38 km2(138,11 Ha) dan wilayah paling kecil adalah Desa Segaran dengan luas 0,9 km2(90,15 Ha). Delanggu dilewati oleh sebuah jalan arteri, yaitu Jalan Yogyakarta-Solo, sehingga mendorong munculnya sektor komersial di sepanjang jalan tersebut. Meskipun Delanggu masih didominasi oleh lahan pertanian, sebagian besar penduduknya bekerja di sektor perdagangan dan jasa.

Gambaran Umum

2 4

Analisis Kota Delanggu

Delanggu memiliki jumlah penduduk sebanyak 26.064 jiwa sehingga dapat diklasifikasikan sebagai kota kecil. Penduduk terbesar di Kota Delanggu adalah Desa Delanggu dengan 5.991 jiwa dan penduduk terkecil adalah Desa Krecek dengan 1.667 jiwa.

2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk

Delanggu memiliki rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 0.19%. Meskipun laju pertumbuhan penduduk nya tidak naik secara signifikan, tetapi Delanggu masih mengalami petambahan penduduk dari tahun ke tahun mengingat Delanggu dijadikan sebagai pisat pertumbuhan alternatif di Kabupaten Klaten.

Peta 1.1 Peta Dasar Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Analisis Kota Delanggu

5


3

KONSTELASI BAB III KONSTELASI

3.1 Konstelasi Kota Delanggu Terhadap Kabupaten Klaten

Kota Delanggu terletak di Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Kota Delanggu terdiri dari 8 desa yang ada di Kecamatan Delanggu, yaitu Desa Delanggu, Desa Gatak, Desa Karang, Desa Kepanjen, Desa Krecek, Desa Mendak, Desa Sabrang, dan Desa Sagaran. Dalam RTRW Kabupaten Klaten tahun 2011-2031 BAB III Pasal 9, Delanggu dicanangkan sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal) yang berfungsi sebagai pengembangan kawasan perdagangan, industri, pertanian, pemukiman perkotaan, kesehatan, pendidikan, dan peribadatan. Rencana ini didukung oleh industri beras yang ada di Kota Delanggu yang menyokong kebutuhan beras Kabupaten Delanggu, kegiatan perdagangan yang berlangsung di kawasan, serta fasilitas penunjang bagi masyarakat.

BAB III KONSTELASI 3.2 Konstelasi Kota Delanggu terhadap Wilayah Sekitarnya

Kota Delanggu dilewati jalan arteri primer yaitu Jalan Yogya-Solo dan jalan lingkar utara Delanggu- Polanharjo- Tulung- Jatinom-Karangnongko -Kemalang- Manisrenggo- Cangkringan. Jalan bebas hambatan Tol Yogyakarta-Solo juga akan di bangun dan direncanakan akan melewati kawasan Kota Delanggu yaitu Desa Mendak. Sehingga Kota Delanggu akan menjadi jalur penghubung antar provinsi yang ((penting)). Selain itu industri beras yang ada di Kota Delanggu juga memasok beras ke wilayah sekitarnya seperti Yogyakarta, Sleman, Magelang, hingga Jakarta.

6

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

7


Kompilasi

4 4

8

Analisis Kota Delanggu

Data

Analisis Kota Delanggu

9


BAB IV KOMPILASI DATA 4.1.

Fisik dasar

4.1.1 Batas administrasi Kota Delanggu merupakan kota kecil yang berada di dalam administrasi Kecamatan Delanggu. Luas kota 8,40 km2 yang terdiri dari 8 Kelurahan, yaitu: Delanggu,Gatak, Karang, Kepanjen, Krecek, Mendak, Sabrang, dan Sagaran. Dengan batas amatan yaitu: Utara: Kecamatan Wonosari Barat: Kecamatan Polanharjo Selatan: Desa Banaran Timur: Kecamatan Juwiring

Peta 4.2 Peta Kelerengan Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

4.1.3 Curah hujan Dilihat dari data curah hujan dapat dinyatakan bahwa Kota Delanggu memiliki iklim tropis. Berdasarkan data dari Delanggu Dalam Angka 2019 yang dikeluarkan oleh BPS, Kota Delanggu memiliki rata-rata curah hujan per tahunnya sebesar 162,4 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan per bulan sekitar 11 hari.

Peta 4.1 Peta Batas Amatan Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

4.1.2 Kelerengan Ketinggian di Kota Delanggu cenderung bervariasi. Dilihat dari ketinggiannya, menurut Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Klaten Kota Delanggu memiliki kategori kelerengan cenderung datar/landai dengan persentase berkisar antara 0-2%. jenis tanah Jenis tanah di Kota Delanggu merupakan tanah hasil erupsi gunung berapi yaitu berjenis regosol coklat kelabu. Tanah berjenis regosol ini sangat cocok digunakan untuk pertanian seperti padi, kelapa, tebu, dsb. Tanah ini sering ditemukan di area lereng gunung berapi yang baru mengalami erupsi sehingga sangat subur dan baik untuk pertanian. Peta 4.3 Peta Klimatologi Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

10

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

11


4.1.4 Rawan bencana Berdasarkan data yang didapat Kota Delanggu merupakan daerah rawan bencana gempa bumi. Kerawanan pada Kota Delanggu sebagian besar termasuk ke dalam kategori bencana potensial tiga rawan bencana gempa bumi.

Peta 4.5 Jenis Tanah Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Peta 4.4 Peta Kawasan Rawan Bencana Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

4.1.5 Jenis Tanah Jenis tanah di Kota Delanggu merupakan tanah hasil erupsi gunung berapi yaitu berjenis regosol coklat kelabu. Tanah berjenis regosol ini sangat cocok digunakan untuk pertanian seperti padi, kelapa, tebu, dsb. Tanah ini sering ditemukan di area lereng gunung berapi yang baru mengalami erupsi sehingga sangat subur dan baik untuk pertanian. Jenis tanah di Kota Delanggu merupakan tanah hasil erupsi gunung berapi yaitu berjenis regosol coklat kelabu. Tanah berjenis regosol ini sangat cocok digunakan untuk pertanian seperti padi, kelapa, tebu, dsb. Tanah ini sering ditemukan di area lereng gunung berapi yang baru mengalami erupsi sehingga sangat subur dan baik untuk pertanian.

12

Analisis Kota Delanggu

4.2. Fisik ruang 4.2.1 Pola Pemanfaatan Ruang Berdasarkan peta fungsi bangunan, pola ruang di Kota Delanggu didominasi oleh peruntukan lahan pertanian dan permukiman. Lahan permukiman di Kota Delanggu mencapai 30% dari luas total dan menyebar secara merata di seluruh Kota Delanggu. Pada peta dapat dilihat bahwa peruntukan lahan permukiman dapat ditemui di sisi utara dan selatan jalan utama (di belakang lahan komersil dan jasa). Lahan pertanian di Kota Delanggu mencapai 59% dari luasan keseluruhan wilayah Kota Delanggu. Meskipun peruntukan lahan pertaniannya luas, namun lahan tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal dan masih belum memiliki manfaat yang signifikan bagi Kota Delanggu. Dari analisa ini maka dapat disimpulkan bahwa Kota Delanggu tetap dapat disebut sebagai kota karena sektor perekonomian utamanya didasarkan pada perdagangan dan jasa. Penggunaan lahan perdagangan dan jasa terpusat di sekitar Jalan Jogja-Solo sebagai jalan utama (jalan arteri). Sedangkan untuk penggunaan lahan industri banyak ditemui di sisi utara Jalan Jogja-Solo, dan pendidikan letaknya menyebar secara merata di seluruh Kota Delanggu.

Analisis Kota Delanggu

13


Peta 4.6 Peta Kawasan Rawan Bencana Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

4.2.2 Intensitas Pemanfaatan Ruang A. Fungsi Bangunan Bangunan di Kota Delanggu didominasi oleh bangunan permukiman yang tersebar di seluruh kota. Ada juga beberapa Bangunan yang berfungsi sebagai kantor instansi pemerintahan yang berada di pusat Kota Delanggu dan terletak di pinggir jalan Arteri Jogja-Solo seperti kantor kecamatan, kantor kepolisian sektor delanggu, dan koramil. Penempatannya kantor instansi diatas sangat strategis dan memudahkan dalam pencarian letaknya ketika masyarakat membutuhkan. Selain itu, terdapat pula kantor-kantor kelurahan desa yang tersebar di seluruh kelurahan yang menjadi bagian dari Kota Delanggu. Bangunan dengan fungsi sebagai komersial dan jasa mendominasi di daerah pusat kota dan di sepanjang Jalan Arteri Jogja-Solo. Terkonsentrasinya bangunan ini di pusat kota dan daerah sekitaran Jalan Arteri Jogja-Solo dikarenakan proses jual-beli serta distribusi barang akan diuntungkan dengan aksesibiltas yang mudah. Pada pusat kota juga terdapat beberapa fasilitas kesehatan seperti beberapa klinik kesehatan, Puskesmas Delanggu, dan juga Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Delanggu. Lalu, terdapat pula bangunan kosong yang berada di sebelah barat kota ini yang berjarak sekitar 500 meter dari pusat kota yang merupakan bangunan bekas Pabrik karung Goni. Ada juga bangunan dengan fungsi industri yang tersebar di kota. Bangunan dengan fungsi pendidikan juga tersebar di seluruh kota. Terdapat semua tingkatan pendidikan, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi yang ada di Kota Delanggu.

14

Analisis Kota Delanggu

Peta 4.7 Peta Fungsi Bangunan Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

B. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Kota Delanggu didominasi oleh bangunan dengan koefisien dasar 0%-15% yang terkonsentrasi dipinggiran kota dimana kawasan tersebut masih berupa lahan-lahan belum terbangun seperti lahan pertanian, kebun, dan juga tanah kosong. Hal ini disebabkan oleh jauhnya kawasan tersebut dari pusat kota dan fasilitas pendukung yang mengakibatkan kawasan terebut jarang diminati untuk dijadikan hunian. Pada kawasan pusat kota, KDB yang mendominasi berupa KDB dengan koefisien diatas 75% yang menandakan bahwa lahan terbangun yang ada di pusat kota lebih banyak dan padat. Dari narasi diatas dapat disimpulkan bahwa kawasan pusat kota memiliki KDB yang tinggi dan kawasan pinggir kota memiliki KDB rendah (Semakin jauh dari pusat kota dan fasilitas pendukung, Angka KDB cenderung menurun)

Analisis Kota Delanggu

15


D. Koefisien Tapak Bangunan (KTB) Bangunan dengan KTB 0%-25% mendominasi Kota Delanggu yang tersebar di pinggiran kota dalam bentuk lahan yang belum terbangun. Selanjutnya, semakin dekat dengan pusat kota KTB pun semakin naik, bahkan di pusat Kota Delanggu sendiri didominasi oleh KTB dengan koefisien diatas 75% yang mana hal ini diakibatkan dari banyaknya bangunan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan baik berupa instansi pemerintahan, kawasan jasa, dan kawasan komersial. Banyaknya pusat kegiatan di pusat kota menyebabkan banyak masyarakat yang ingin bermukim disana dan dengan itu pula pusat permukiman dengan KTB diatas 75% berada di pusat kota.

Peta 4.8 Koefisien Dasar Bangunan Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

C. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Koefisien Lantai Bangunan 0-0.4 mendominasi KLB yang ada di Kota Delanggu yang disebabkan masih banyaknya lahan pertanian yang ada di Kota Delanggu. Bangunan dengan Lantai 1 KLB(0.41-1) mendominasi di nomor kedua karena bangunan yang ada di Kota Delanggu cenderung berorientasi horizontal dan pengembangan kota yang masih bisa dilakukan secara horizontal karena banyaknya lahan yang masih tersedia. Selanjutnya, untuk KLB diatas 1 dengan tinggi bangunan di atas 1 lantai didominasi di daerah pusat kota dan sepanjang jalan arteri. Peta 4.10 Koefisien Tapak Bangunan Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

E. Koefisien Dasar Hijau (KDH) Lahan hijau masih bisa ditemukan dengan mudah di Kota Delanggu ini yang diakibatkan karena dominasi lahan belum terbangun baik berupa lahan pertanian maupun perkebunan yang tersebar di pinggiran kota. KDH rendah dapat ditemukan di pusat kota karena kurangnya lahan yang tersedia sehingga tidak ada tempat lagi untuk lahan hijau dapat dihadirkan di pusat kota karena lahan yang ada sudah dipenuhi oleh bangunan yang sangat padat.

Peta 4.9 Koefisien Lantai Bangunan Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

16

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

17


Peta 4.11 Koefisien Dasar Hijau Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

4.2.3 Struktur Ruang Kota Delanggu memiliki lokasi yang strategis karena dilalui oleh Jalan Provinsi Jogja-Solo yang berfungsi sebagai gerbang keluar-masuknya kendara menuju dan dari Kabupaten Klaten dan Surakarta. Dilihat dari peta struktur ruang, Kota Delanggu terpusat di sekitar Pasar Delanggu. Dimana fasilitas-fasilitas umum banyak ditemui di sekitar area tersebut. Pada area tersebut terdapat fasilitas pendidikan, perdagangan, dan juga sarana peribadatan dengan skala pelayanan regional dan lokal. Hal ini menandakan bahwa Keragaman fasilitas di area tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tepian Kota Delanggu. Fasilitas yang beragam tersebut memudahkan masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhannya. Pada peta terlihat pula bahwa sarana komersil dan jasa berkumpul di Jalan Jogja-Solo sebagai jalan utama, sedangkan untuk instansi pemerintahan tersebar di seluruh Kota Delanggu.

Peta 4.12 Struktur Ruang Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Berdasarkan analisis pada peta, dapat dilihat bahwa tidak semua fasilitas pelayanan berada pada lokasi yang sesuai dengan ketentuan. Fasilitas yang tidak sesuai tersebut diantaranya: 1. Lokasi KB-TKIT Mutiara Insani dekat dengan jalan kolektor Jl. Lingkar Delanggu. Dimana pada jalan tersebut sering dilalui oleh truk besar sehingga berbahaya bagi bagi murid dan kebisingan yang ditimbulkan dapat mengganggu proses belajar-mengajar. 2. Lokasi SD Negeri 2 Gatak berada pada Jalan Arteri Jogja-Solo sehingga sangat berpotensi membahayakan murid dan mengganggu proses belajar-mengajar. Hal ini juga tidak sesuai dengan standar SNI 03-1733-2004. 3. Lokasi SMP Negeri 3 Delanggu berada pada Jalan Lingkungan sehingga aksesibilitasnya rendah bagi kendaraan sedang-besar.. 4. Beberapa bangunan permukiman berada pada sempadan rel kereta api sehingga dapat berpotensi membahayakan penghuni. Hal ini juga tidak sesuai dengan Permen PU No. 05/Prt/M/2008; Pasal 42 Ayat (1) Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Diantara fasilitas yang tidak memenuhi standar, terdapat pula fasilitas yang letaknya sudah sesuai, sehingga mendukung struktur ruang kota yang baik. Fasilitas tersebut diantaranya: 1. RSU PKU Muhammadiyah yang letaknya berada pada Jalan Arteri Jogja-Solo memudahkan dalam aksesibilitas terutama pada kondisi darurat. 2. Keberadaan fasilitas perdagangan dan komersil yang letaknya berkumpul di satu titik pada Jalan Arteri Jogja-Solo mempermudah proses jual beli distribusi karena dapat dijangkau oleh masyarakat dengan mudah.

18

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

19


3. Kantor Kecamatan Delanggu dan beberapa fasilitas pemerintahan lainnya berada pada Jalan Arteri Jogja-Solo sehingga mempermudah masyarakat dalam menjangkau layanan pemerintahan. 4.2.4 Arah Perkembangan Seiring berjalannya waktu kota akan terus berkembang. Dilihat dari peta arah perkembangan Kota Delanggu mengikuti Jalan Utama Jogja-Solo ditandai dengan semakin berkembangnya sarana komersil dan jasa di area tersebut. Pada peta juga dapat dilihat adanya penambahan lahan terbangun yang tersebar di seluruh Kota Delanggu. Hal ini didasari dari semakin beragamnya kegiatan masyarakat sehingga menuntut adanya perkembangan dari suatu kota dengan penambahan fasilitas-fasilitas baru yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan perhitungan di atas maka suplai lahan masih memenuhi permintaan lahan di Kota Delanggu yang saat ini memiliki penduduk sebesar 26.163 jiwa. Angka tersebut juga menunjukan konsumsi penggunaan lahan di Kota Delanggu masih dalam batas daya tampung dan daya dukung lahannya. Berdasarkan tabel proyeksi dapat pula terlihat bahwa daya tampung lahan di Kota Delanggu masih mencukupi.untuk 20 tahun kedepan.

4.2.5 Daya Dukung dan Daya Tampung

Tabel 4.1 Daya Tampung Lahan Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Tabel 4.2 Daya Tampung Lahan Perumkiman Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Analisis nilai daya dukung lahan di Kota Delanggu ditunjukan melalui konsumsi lahan per jiwa dengan mengacu pada Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat. Daya dukung lahan dihitung berdasarkan perbandingan ketersediaan lahan dibagi dengan kebutuhan luas minimum bangunan dan lahan untuk rumah sederhana sehat. Maka, ketersediaan lahan di Kota Delanggu dapat dirumuskan sebagai berikut:

20

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

21


4.3

Data dan Analisis Kependudukan

4.3.1 Komposisi Penduduk 4.3.1.1 Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kota Delanggu pada tahun 2018 berdasarkan jenis ke laminnya terbagi sejumlah 13.118 laki-laki dan 12.946 perempuan.

Grafik 4.1 Perbandingan Jenis Kelamin Penduduk Kota Delanggu (sumber : Delanggu Dalam Angka, 2020)

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Delanggu tidak terlalu besar, dengan penduduk laki-laki sebesar 51% dan penduduk perempuan sebesar 49%. 4.3.1.2 Piramida Penduduk Piramida penduduk dibuat untuk mencerminkan grafik jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Grafik 4.2 Piramida Penduduk Kota Delanggu (sumber : Delanggu Dalam Angka, 2020)

22

Analisis Kota Delanggu

Piramida penduduk Kota Delanggu termasuk ke dalam jenis piramida stasioner dilihat dari jumlah penduduk cukup banyak pada umur 35 - 39 tahun. 4.3.2 Dinamika Penduduk Perpindahan penduduk atau biasa disebut migrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dinamika kependudukan di suatu kota. Begitu juga dengan tingkat kelahiran dan kematian suatu kota, karena mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut. 4.3.2.1 Migrasi Penduduk A. Migrasi Masuk Angka migrasi masuk merupakan angka yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1.000 penduduk di suatu wilayah dalam satu tahun. Angka migrasi masuk dapat dihitung dengan rumus berikut: Mi = I x 1000 P Mi = 384 x 1000 = 8,5 45.035 Berdasarkan data pada tahun 2013, Kota Delanggu memiliki jumlah penduduk yang masuk atau jumlah migrasi masuk sebesar 384 jiwa dan jumlah penduduk tengah sebesar 45.035 jiwa sehingga ketika dimasukan ke rumus akan mendapatkan hasil sebesar 8,5 atau 9. B, Migrasi Keluar Angka migrasi keluar merupakan angka yang menunjukkan banyaknya migran yang keluar per 1.000 penduduk di suatu wilayah dalam satu tahun. Angka migrasi keluar dapat dihitung dengan rumus berikut: Mo = O x 1000 P Mo = 446 x 1000 = 9,9 45.035 Berdasarkan data pada tahun 2013, Kota Delanggu memiliki jumlah penduduk yang keluar atau jumlah migrasi keluar sebesar 384 jiwa dan jumlah penduduk tengah sebesar 45.035 jiwa sehingga ketika dimasukan ke rumus akan mendapatkan hasil sebesar 9,9 atau 10. 4.3.2.2 Tingkat Kelahiran Pengukuran terhadap tingkat kelahiran di suatu wilayah dapat diketahui melalui perhitungan Crude Birth Rate (CBR) atau tingkat kelahiran kasar, yaitu banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Nilai CBR dari waktu ke waktu dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan populasi penduduk. Perhitungan CBR menggunakan rumus: CBR = Jumlah Kelahiran x 1000 Jumlah Penduduk Tengah Tahun CBR = 443 x 1000 = 9,8 45.035 Berdasarkan data pada tahun 2013, Kota Delanggu memiliki jumlah kelahiran sebesar 443 dan jumlah penduduk tengah sebesar 45.035 jiwa sehingga ketika dimasukan ke rumus akan mendapatkan hasil sebesar 9,8 atau 10. 4.3.2.3 Tingkat Kematian Pengukuran terhadap tingkat kematian di suatu wilayah dapat diketahui dengan perhitungan Crude Death Rate (CDR), yaitu banyaknya kematian pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Rumus untuk mengetahui tingkat kematian

Analisis Kota Delanggu

23


adalah sebagai berikut: CDR = Jumlah Kematian/Jumlah Penduduk Tengah Tahun x 1000 CDR = 300/45.035 x 1000 = 6,6 Berdasarkan data pada tahun 2013, Kota Delanggu memiliki jumlah kematian sebesar 300 dan jumlah penduduk tengah sebesar 45.035 jiwa sehingga ketika dimasukan ke rumus akan mendapatkan hasil sebesar 6,6 atau 7. 4.3.3 Kepadatan Penduduk 4.3.3.1 Kepadatan Penduduk Bruto Kepadatan penduduk bruto adalah hasil perhitungan dari jumlah penduduk pada tahun tertentu dibagi dengan luas wilayah. Dengan perhitungan:

Kepadatan Penduduk Bruto = Jumlah Penduduk (jiwa)/Luas Wilayah (ha)

Rata-rata kepadatan penduduk bruto Kota Delanggu sebesar 30,605 jiwa/ha. Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan dan Perkotaan, rata-rata kepadatan penduduk bruto di Kota Delanggu masih tergolong rendah karena kepadatan penduduknya <150 jiwa/ha. Kepadatan penduduk bruto tertinggi di Kota Delanggu terdapat di Desa Delanggu dan Desa Sabrang. Hal tersebut berhubungan dengan posisi desa yang berada di tengah/pusat kota. Peta 4.13 Kepadatan Penduduk Bruto Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

4.3.3.1 Kepadatan Penduduk Netto Kepadatan penduduk netto merupakan hasil perhitungan dari jumlah penduduk pada tahun tertentu dibagi dengan luas lahan yang terbangun. Perhitungan kepadatan penduduk netto dapat berguna untuk mengetahui penggunaan lahan untuk pembangunan. Dengan perhitungan: Kepadatan Penduduk Netto = Jumlah Penduduk (jiwa)/Luas Lahan Terbangun (ha) Rata-rata kepadatan penduduk netto Kota Delanggu sebesar 112,945 jiwa/ha. Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan dan Perkotaan, rata-rata kepadatan penduduk netto di Kota Delanggu masih tergolong rendah karena kepadatan penduduknya <150 jiwa/ha. Kepadatan penduduk netto tertinggi di Kota Delanggu terdapat di Desa Sabrang, Desa Mendak, dan Desa Segaran.

Tabel 4.3 Kepadatan Penduduk Bruto Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

24

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

25


4.3.3.1 Kepadatan Penduduk Fisiologis Kepadatan penduduk fisiologis merupakan hasil perhitungan dari jumlah penduduk pada tahun tertentu dibagi dengan luas tanah pertanian. Dengan perhitungan: Kepadatan Penduduk Fisiologis = Jumlah Penduduk (jiwa)/Luas Tanah Pertanian (ha) Rata-rata kepadatan penduduk fisiologis Kota Delanggu sebesar 47,79625 jiwa/ha. Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan dan Perkotaan, rata-rata kepadatan penduduk fisiologis di Kota Delanggu masih tergolong rendah karena kepadatan penduduknya <150 jiwa/ha. Kepadatan penduduk fisiologis tertinggi di Kota Delanggu terdapat di Desa Delanggu, Desa Sabrang, Desa Segaran, dan Desa Kepanjen. Secara keseluruhan, lahan pertanian di Kota Delanggu tergolong cukup banyak karena kepadatan penduduk fisiologisnya yang masih rendah.

Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk Netto Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Fisiologis Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Peta 4.14 Kepadatan Penduduk Netto Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

26

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

27


Peta 4.15 Kepadatan Penduduk Fisiologis Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

4.3.4 Depency Ratio Depency ratio atau angka beban tanggungan merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas) dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun). Hasil yang diperoleh menunjukkan jumlah usia tidak produktif yang ditanggung oleh 100 penduduk usia produktif. Dengan perhitungan:

DR = jumlah usia tidak produktif/jumlah usia produktif x 100

Setelah melakukan perhitungan, hasil yang didapat adalah 43% yang menandakan bahwa di Kota Delanggu setiap 43 penduduk tidak produktif ditanggung oleh 100 penduduk produktif. 4.3.5 Sex Ratio Sex ratio atau rasio jenis kelamin merupakan angka perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan 100 penduduk perempuan di suatu wilayah pada waktu tertentu. Dengan perhitungan:

Sex Ratio = jumlah penduduk laki-laki/jumlah penduduk perempuan x 100

28

Analisis Kota Delanggu

Tabel 4.6 Sex Ratio Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

4.3.6 Proyeksi Penduduk Proyeksi penduduk merupakan perhitungan jumlah penduduk di masa yang akan datang berdasarkan seperangkat asumsi-asumsi yang telah ditentukan. Proyeksi penduduk dapat menjadi tolak ukur utama pelayanan suatu kota kedepannya seperti kebutuhan tempat tinggal, sarana prasarana, serta perkiraan daya dukung dan daya tampung lingkungan suatu kota. Proyeksi penduduk Kota Delanggu menggunakan proyeksi hitungan geometrik dengan mengasumsikan pertumbuhan penduduk konstan untuk jangka waktu tertentu. Proyeksi penduduk geometri menggunakan rumus:

Pt = Po (1 + r)t

Analisis Kota Delanggu

29


4.4

Data dan Analisis Ekonomi

4.4.1 PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB terbagi menjadi dua, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDBR atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sehingga perhitungannya dipengaruhi oleh inflasi yang terjadi di tahun tersebut. PDRB harga berlaku digunakan untuk melihat kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur perekonomian suatu daerah. Sedangkan, PDRB harga konstan disusun berdasarkan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

Tabel 4.7 Proyeksi Penduduk Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Proyeksi tersebut dilakukan selama 20 tahun kedepan dengan interval 5 tahun. Berdasarkan hasil proyeksi menunjukkan dalam 20 tahun kedepan Kota Delanggu mengalami peningkatan jumlah penduduk sebanyak 1.012 jiwa. 4.3.6 Skenario Penduduk Berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kota Delanggu, dapat disimpulkan bahwa Kota Delanggu mengalami kenaikan atau peningkatan jumlah penduduk di setiap tahunnya meskipun kenaikan jumlah penduduknya tidak terlalu signifikan. Jika melihat dari hasil daya dukung dan daya tampung, Kota Delanggu masih bisa menyediakan lahan sampai 20 tahun ke depan. Skenario penduduk dilakukan untuk megembangkan potensi dan mengurangi permasalahan yang ada di Kota Delanggu. Skenario yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Membangun dan meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang aktivitas masyarakat Kota Delanggu sehingga penduduk Kota Delanggu dapat terlayani dengan baik dan membuat penduduk baik di dalam Kota Delanggu maupun luar Kota Delanggu menggunakan fasilitas sarana dan prasarana dengan baik. 2. Mengembangkan sektor unggul seperti perdagangan dan jasa serta industri pengolahan beras pada daerah-daerah yang dilewati oleh jalan arteri primer Jogja-Solo. Dampak dari skenario penduduk tersebut adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk di Kota Delanggu dikarenakan banyaknya penduduk luar Kota Delanggu yang datang dan menetap di Kota Delanggu, baik itu untuk bekerja ataupun hal lainnya. Dengan menyediakan banyak fasilitas sarana dan prasarana serta meningkatkan kualitas pelayanannya, masyarakat Kota Delanggu akan merasa nyaman dan memilih untuk menetap di Kota Delanggu.

30

Analisis Kota Delanggu

Tabel 4.8 PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah) di Kecamatan Delanggu 2011 - 2012 (sumber : BPS Klaten, 2020)

Analisis Kota Delanggu

31


Grafik 4.3 PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah) di Kecamatan Delanggu 2011 - 2012 (sumber : BPS Klaten, 2020)

Grafik 4.4 PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rupiah) di Kecamatan Delanggu 2011 - 2012 (sumber : BPS Klaten, 2020)

Salah satu fungsi dari PDRB harga konstan adalah untuk mengetahui struktur ekonomi suatu daerah. Dari grafik dan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar pada tahun 2011, yaitu sebesar 47,83%. Hal serupa kembali terjadi di tahun 2012, dengan sumbangan sebesar 47,42%. Sektor berikutnya yang menjadi penyumbang terbesar adalah sektor pertanian, yakni sebesar 16,1% pada tahun 2011 dan sebesar 16,84% pada tahun 2012. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan penyangga perekonomian di Delanggu, terutama perdagangannya. Hal ini disebabkan oleh adanya Jalan Arteri Jogja-Solo yang melalui Kota Delanggu dan menghubungkan dua kota besar, yakni kota Yogyakarta dan Surakarta. Keberadaan jalan tersebut mendorong banyaknya kegiatan perdagangan di sepanjang Jalan Jogja-Solo, terutama pada ruas jalan yang dekat dengan pusat kota. Selain itu, Delanggu juga memiliki tiga buah pasar, yakni Pasar Kecamatan Delanggu, Pasar Desa Delanggu, dan Pasar Desa Gatak. Meskipun merupakan kota secara fungsional, penggunaan lahan di Delanggu masih didominasi persawahan. Oleh karena itu, sumbangan dari sektor pertanian –terutama padi, masih cukup besar.

Tabel 4.9 PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan(Jutaan Rupiah) di Kecamatan Delanggu 2011 - 2012 (sumber : BPS Klaten, 2020)

32

Analisis Kota Delanggu

4.4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Delanggu Pertumbuhan ekonomi kota digunakan untuk mengetahui kemajuan ekonomi kota dan adanya peningkatan kemampuan kota dalam menghasilkan barang dan jasa dari kegiatan ekonomi yang ada. Semakin meningkat pertumbuhan ekonomi nya maka akan semakin maju ekonomi kota serta semakin banyak barang dan jasa yang dihasilkan. Pertumbuhan ekonomi kota dapat dilihat berdasarkan PDRB harga konstannya. Besaran peningkatan PDRB dihitung dengan rumus: Peningkatan (dalam %) = ((PDRBt / PDRB0)-1) x 100 PDRBt = PDRB pada tahun akhir PDRB0 = PDRB pada tahun awal Pada diagram dan tabel PDRB harga konstan di atas, dapat dilihat bahwa PDRB Delanggu dari tahun 2011 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 7,31%, yakni dari 211.884 juta rupiah menjadi 227.368 juta rupiah atau meningkat sebesar 15.484

Analisis Kota Delanggu

33


juta rupiah. Maka, dapat disimpulkan bahwa perekonomian di Delanggu meningkat. Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan pula di setiap sektor yang ada. Sektor penyumbang peningkatan paling besar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang meningkat sebesar 6.472 juta rupiah. Sementara itu, sektor yang mengalami peningkatan paling signifikan adalah sektor listrik dan air minum, yaitu sebesar 14,42%. Berdasarkan tabel tersebut juga dapat disimpulkan bahwa peningkatan yang dialami setiap sektor cukup bervariasi. Sektor yang menyumbang peningkatan paling rendah adalah sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, yakni sebesar 385 juta rupiah. Sedangkan, sektor yang peningkatannya paling tidak signifikan adalah sektor industri pengolahan, yakni sebesar 2,78%. 4.4.3 Sektor Uggulan Kota Delanggu Kegiatan perencanaan ekonomi untuk pengembangan sektor ekonomi dimulai dengan melakukan proses indentifikasi sektor unggulan atau potensial ekonomi daerah. Sektor unggulan merupakan sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang menyuplai input nya maupun sektor yang memanfaatkan output sektor unggulan tersebut sebagai input dalam proses produksinya. Dalam mengindentifikasi suatu komoditas unggulan di Kota Delanggu, metode yang dipakai adalah Metode Analisis Location Quotient (LQ). Adapun cara mencari LQ pada setiap sektor adalah dengan membandingkan PDRB sektoral Kecamatan Delanggu dengan PDRB sektoral Kabupaten Klaten pada tahun yang sama (2011 dan 2012).

mampu melayani kotanya sendiri. Sedangkan, untuk LQ < 1 dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan kotanya sehingga harus mengimpor dari kota lain. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, sektor dengan nilai LQ tertinggi adalah Angkutan dan Komunikasi yaitu sebesar 2,41 pada tahun 2011 dan 2,33 pada tahun 2012. Sektor lain dengan LQ > 1 adalah sektor Listrik dan Air Minum dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Sedangkan, sektor dengan LQ < 1 adalah sektor Pertanian, Industri Pengolahan, Bangunan/Konstruksi, Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan sektor Jasa-jasa, sehingga dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan kotanya sendiri dan harus mengimpor dari kota lain. 4.4.4 Sarana dan Prasarana Ekonomi

Tabel 4.11 Sarana dan Prasarana Ekonomi Kota Delanggu (sumber : Delanggu dalam angka, 2020)

Kegiatan perdagangan di Delanggu didominasi oleh warung kelontong sebanyak 334 buah dan restoran yang tersebar di seluruh kawasan, terutama di sepanjang Jalan Jogja-Solo. Lokasi tersebut dinilai strategis oleh para pedagang karena menghubungkan dua kota besar, yakni kota Yogyakarta dan Surakarta, sehingga banyak orang yang melakukan transit di Delanggu.

Tabel 4.12 Sarana Lembaga KeuanganKota Delanggu (sumber : Delanggu dalam angka, 2020)

Delanggu juga dilengkapi oleh Bank Umum dan Koperasi yang melayani kebutuhan keuangan masyarakatnya sehingga mereka tidak perlu untuk jauh-jauh menuju Kota Klaten karena adanya layanan tersebut di Delanggu sebagai pusat pertumbuhan alternatif.

Tabel 4.10 LQ 2011-2012 (sumber : Penyusun, 2020)

Sektor basis adalah sektor yang mampu menggerakkan ekonomi wilayah melalui keterkaitan dengan sektor lain melalui keterkaitan produksi dan konsumsi. Untuk sektor dengan nilai LQ > 1 adalah sektor yang mengalami surplus dan mampu memenuhi kebutuhan dari luar Kota Delanggu. Untuk sektor dengan LQ = 1 berarti sektor tersebut hanya

34

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

35


4.5

Data dan Analisis Sarana

4.5.1 Pendidikan Sarana pendidikan merupakan aspek penting sebagai penunjang perkembangan sumber daya manusia di kawasan tersebut. Di Kota Delanggu terdapat sarana-sarana pendidikan baik dari TK hingga perguruan tinggi yang tersebar di kawasan tersebut.

daerah disekitarnya. E. Perguruan Tinggi Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan tinggi yang dapat ditempuh setelah menyelesaikan pendidikan formal SMA Sederajat. Perguruan Tinggi terdapat program diploma, sarjana, magister, doctor, profesi, dan spesialis. Di Delanggu terdapat 1 Perguruan tinggi yaitu IAIN Surakarta (Kampus II). Radiusnya mencangkup seluruh kota Delanggu dan juga kota-kota di sekitarnya. Letaknya yang strategis di pinggir jalan Jogja-Solo memudahkan akses menuju perguruan tinggi tersebut. 4.5.2 Kesehatan Fasilitas kesehatan merupakan salah satu aspek yang memperlihatkan kesejahteraan kota tersebut. Apabila fasilitas kesehatan kualitasnya baik dan merata, maka kesehatan warganya juga akan baik. Di kota delanggu terdapat beberapa fasilitas kesehatan puskesmas, rumah sakit, apotek, klinik, dan klinik bersalin.

Peta 4.16 Sarana Pendidikan Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

A. TK Sederajat Taman Kanak-kanak merupakan fasilitas pendidikan bagi anak usia 5-7 tahun yang kegiatannya bermain sambil belajar. Menurut SNI 03-1733-2004 pendidikan TK/PAUD melayani hingga radius 500m.Di Kota Delanggu memiliki 10 TK yang pelayanannya sudah 60% dari Kota. B. SD Sederajat Sekolah dasar merupakan fasilitas pendidikan bagi anak usia 7-13 tahun yang merupakan fasilitas pendidikan formal jenjang paling dasar. Menurut SNI 03-1733-2004 Pendidikan Sekolah Dasar melayani hingga radius 1000m. Di Kota Delanggu memiliki 11 SD yang pelayanannya sudah 80% dari Kota. C. SMP Sederajat Sekolah Menengah Pertama merupakan fasilitas pendidikan formal yang ditempuh setelah lulus dari sekolah dasar. SMP ditempuh selama 3 tahun mulai dari kelas 7 sampai 9. Menurut SNI 03-1733-2004 Pendidikan Sekolah Menengah Pertama melayani hingga radius 1000m. Di Kota Delanggu memiliki 4 SMP yang pelayanannya sudah 50% dari Kota. D. SMA Sederajat Sekolah Menengah Atas merupakan fasilitas pendidikan formal yang ditempuh setelah lulus dari jenjang SMP. SMA ditempuh selama 3 tahun mulai dari kelas 10 sampai 12. Menurut SNI 03-1733-2004 Pendidikan Sekolah Menengah Atas melayani hingga radius 3000m. Di Kota Delanggu memiliki 1 SMA dan 2 SMK yang pelayanannya sudah mencukupi seluruh kota dan juga radiusnya hingga menjangkau

36

Analisis Kota Delanggu

Peta 4.17 Sarana KesahatanKota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

A. Puskesmas Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama bagi masyarakat. Menurut SNI-03-1733-2004, sebuah puskesmas dapat melayani atau menjangkau penduduk dalam radius 3000 m. Di Kota Delanggu terdapat 1 puskesmas yang telah menjangkau seluruh kota. B. Rumah Sakit Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan yang penting yang dituju masyarakat yang ingin berobat saat sakit. Menurut SNI-03-1733-2004, sebuah rumah sakit dapat melayani atau menjangkau penduduk dalam radius 5000 m. di Kota Delanggu terdapat 1 rumah sakit yang jangkauannya sudah seluruh kota hingga kawasan sekitarnya. C. Apotek Apotek merupakan fasilitas penunjang kesehatan, tempat dimana masyarakat membeli obat. Menurut SNI-03-1733-2004, sebuah apotek dapat melayani atau

Analisis Kota Delanggu

37


menjangkau penduduk dalam radius 1500 m. Kota Delanggu memiliki 7 apotek yang letaknya berdekatan di jalan Jogja-Solo. Walaupun apotek belum menjangkau seluruh kota, akan tetapi akses untuk ke apotek sudah baik sehingga masyarakat dapat menjangkaunya dengan mudah. E. Klinik Klinik merupakan fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan medis spesifik atau penyakit ringan. Menurut SNI-03-1733-2004, sebuah klinik dapat melayani atau menjangkau penduduk dalam radius 3000 m. Kota Delanggu memiliki 3 klinik yang telah menjangkau seluruh kota dan juga kawasan sekitarnya. F. Klinik Bersalin Klinik bersalin merupakan fasilitas kesehatan khusus untuk ibu hamil. Klinik ini membantu ibu hamil melahirkan atau memeriksa kandunganya. Menurut SNI-031733-2004, sebuah klinik bersalin dapat melayani atau menjangkau penduduk dalam radius 4000 m. Kota Delanggu memiliki 1 klinik bersalin yang telah menjangkau seluruh kota dan juga kawasan sekitarnya. 4.5.3 Peribadatan Indonesia merupakan negara yang mewajibkan warganya memeluk agama. Hal tersebut mendukung fasilitas ibadah menjadi komponen penting yang dibutuhkan setiap warga masyarakat. Di Kota Delanggu masyarakat hidup berdampingan dengan keberagaman agama yang ada. Fasilitas ibadah yang ada yaitu masjid & musholla, gereja, dan pura. A. Masjid dan Musholla Masyarakat Kota Delanggu didominasi oleh pemeluk agama islam. Hal ini menjadi pendukung sebaran fasilitas masjid dan musholla di Kota Delanggu. Menurut SNI03-1733-2004 sebuah musholla dapat menjangkau penduduk dengan radius 100 m, sedangkan masjid dapat menjangkau penduduk dengan radius 1000 m. B. Gereja Fasilitas gereja yang ada di Kota Delanggu digunakan oleh masyarakat yang beragama kristen maupun katholik untuk melaksanakan ibadah mereka. Keberadaan gereja sudah mencukupi kebutuhan masyarakat kota Delanggu. C. Pura Pura merupakan fasilitas ibadah untuk umat beragama Hindu. Di Kota Delanggu terdapat 1 Pura yang berada di Desa Gatak. Keberadaan Pura ini telah mencukupi kebutuhan masyarakat Kota Delanggu. Pura ini tidak hanya digunakan oleh masyarakat Kota Delanggu saja, namun juga digunakan oleh masyarakat daerah sekitar. 4.5.4 Perniagaan dan Jasa Sarana perdagangan dan jasa merupakan fasilitas perekonomian yang menyediakan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Sarana tersebut tentunya memerlukan fasilitas pendukung seperti lahan parkir dan beberapa sarana memerlukan pos keamanan. Di Kota Delanggu terdapat fasilitas perdagangan berupa warung, toko, pasar. Sedangkan fasilitas jasa yaitu bank, kantor-kantor. Berdasarkan SNI 03-1733-2004, kelengkapan sarana perdagangan dan jasa menurut skala pelayanan terbagi menjadi 1). Toko/warung; 2). Pertokoan; 3). Pusat pertokoan; dan 4). Pusat perbelanjaan dan niaga. A. Warung/Toko Menurut SNI 03-1733-2004, untuk kebutuhan toko atau warung minimal terdapat sebuah toko/ warung per 250 jiwa dengan radius pencapaian 300 m. Di Kota Delanggu merata di semua kawasannya dengan lokasi rata – rata berada di tengah kelompok tetangga B. Pertokoan Menurut SNI 03-1733-2004, untuk kebutuhan pertokoan minimal terdapat sebuah kompleks pertokoan untuk 6000 jiwa. Di Kota Delanggu, pertokoan tersebar

38

Analisis Kota Delanggu

di samping jalan Jogja – Solo dan Jln. St. Delanggu terutama di pusat kota di antara pertemuan jalan Jogja – Solo dan Jln. St. Delanggu. Berbagai jenis ada di dalam pertokoan ini, sebagai contoh toko alat pertanian, bengkel, dan toko beras C. Pusat Pertokoan/Pasar Lingkungan Menurut SNI 03-1733-2004, untuk kebutuhan pusat pertokoan minimal terdapat sebuah pusat pertokoan per 30.000. di Delanggu terdapat 3 pusat perbelanjaan dengan lokasi di Jln. Jogja – Solo dan Jln St. Delanggu. Satu dari pusat pertokoan berada di jalan Jogja – Solo berdekatan dengan SPBU Pertamina sementara dua lainnya dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat karena berada di dekat pemukiman, dekat dengan pasar delanggu serta dapat dijangkau oleh kendaraan umum. D. Pusat Perbelanjaan Menurut SNI 03-1733-2004, Minimal terdapat pusat perbelanjaan dan niaga per 120.000 jiwa dan berada di jalan utama. Di Delanggu berada di sekitaran Pasar Delanggu dan Jln. Pabrik Karung yaitu Pasar Lapangan Delanggu/ Pasar darurat. 4.5.4 Instansi Pemerintah dan Pelayanan Umum Di Kota Delanggu terdapat sarana pemerintahan dan pelayanan umum yaitu kantor Kecamatan Delanggu, Kantor Desa, Kantor KUA, Kantor Polsek, Kantor PLN. Sarana Pemerintahan yang ada di Kota Delanggu tidak hanya melayani Kota Delanggu, namun juga melayani seluruh Kecamatan Delanggu. Fasilitass tersebut dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Delanggu. 4.5.6 Industri Kota Delanggu terkenal dengan produksi berasnya. Di Kota Delanggu tersebar industri pengolahan beras/ penggilingan beras. Selain untuk mengolah beras fasilitas ini juga menjadi gudang beras. Industri beras mengambil padi tidak hanya dari kota tersebut namun juga daerah sekitarnya seperti kecamatan juwiring, kecamatan polanharjo, dan kecamatan ceper. Banyaknya industri pengolahan beras tidak jauh dari peran Kota Delanggu sebagai penyangga pangan. Hasil dari industri pengolahan beras tersebut di distribusikan ke kota-kota sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat kota sekitar. 4.5.7 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ruang Terbuka Hijau adalah tempat terbuka yang dapat di akses oleh masyarakat dan dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan sosial, olahraga, rekreasi, dll. Terdapat 3 jenis ruang terbuka yaitu RTH, TPU dan Sarana Olahraga. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang secara tegas menentukan bahwa proporsi RTH kota minimal 30 % dari luas wilayah. Di Kota Delanggu luas total RTH adalah 40,013 Ha, 9 sarana olahraga, dan (berapa) TPU.

Analisis Kota Delanggu

39


4.5

Data dan Analisis Prasarana

4.5.1 Analisis Jaringan Jalan 4.5.1.1 Hierarki Jalan Keberadaan sistem jaringan jalan di Kota Delanggu sangat penting dalam mendukung mobilitas dan mempermudah aksesibilitas masyarakat setempat. Hierarki jalan di Kota Delanggu berdasarkan analisis terbagi menjadi empat yaitu: A. Jalan Arteri : dilihat dari ciri perjalanannya Jalan Jogja-Solo merupakan jalan arteri di Kota Delanggu karena menghubungkan antara Kota DIY dan Kota Surakarta (perjalanan jarak jauh) yang berfungsi sebagai jalur distribusi barang dan jasa antar kota B. Jalan Kolektor : Jalan Kolektor di Kota Delanggu menghubungkan antara pusat perkotaan Delanggu dengan kawasan (desa-desa) disekitarnya dengan ciri perjalanan jarak sedang. (Jl. Lingkar Delanggu, Jl. St. Delanggu, Jl. Pabrik Karung, Jl. Delanggu-Polanharjo) C. Jalan Lokal : Hierarki jalan di Kota Delanggu didominasi oleh jalan lokal, sebagian berfungsi sebagai perpanjangan jalan arteri Jogja-Solo karena kawasan di belakangan sepanjang jalan tersebut langsung berupa kawasan pertanian dan perumahan warga (ciri perjalanan berjarak dekat). Adapun beberapa jalan lokal tersebut antara lain Jalan Mondokaki, Jalan Nglajur,Jalan Kaswari, dan Jalan Garuda D. Jalan Setapak : di Kota Delanggu ditemui beberapa jalan setapak pada daerah permukiman, jalan tersebut hanya dapat dilalui oleh motor atau berjalan kaki saja.

rumahan di Perkotaan dan Permen PU No. 038/TBM/1997 tentang Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota maka Jalan Arteri Jogja-Solo dinilai telah sesuai dengan kedua pedoman tersebut karena jalannya memiliki lebar ideal dengan lebar jalur 6 meter dan lebar bahu 1,5 meter. Dilihat dari pemanfaatan ruang jalannya sebagian besar terdiri dari bangunan dengan fungsi komersil. Jalan Kolektor (Jl. Stasiun Delanggu) → Berdasarkan analisis existing, jalan kolektor ini memiliki lebar jalur lintas 5 meter dengan masing-masing lebar bahu jalan kanan kiri sebesar 1,5 meter. Serta memiliki trotoar selebar 1,5 meter, sehingga jalan kolektor ini memiliki RUWASJA sebesar ± 11 meter. Berdasarkan pedoman SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan maka jalan kolektor ini dinilai telah memenuhi standar yaitu dengan lebar jalur lintas diantara 3-7 meter, bahu jalan selebar 1,5-2 meter, dan trotoar sebesar 1,5 meter. Dilihat dari fungsi pemanfaatan ruang jalannya sebagian besar terdiri dari bangunan dengan fungsi perdagangan, jasa, dan permukiman. 4.5.2 Analisis Prasarana Penyediaan Air Bersih Sistem penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan di Kota Delanggu dikelola oleh PDAM Tirta Merapi melalui Instalasi Kota Kecamatan (IKK) Delanggu dan sistem non perpipaan yang berasal dari sumur warga atau koleksi air hujan. Adapun perhitungan kebutuhan air bersih Kota Delanggu adalah sebagai berikut; dengan asumsi kebutuhan air per orang adalah 130 liter per harinya, dimana angka ini sesuai dengan standar kebutuhan air bersih penduduk kota kecil (jumlah penduduk kurang dari 100.000), kebutuhan non domestik dengan asumsi 20% dari kebutuhan domestik, dan asumsi kehilangan air sebanyak 30% dari total kebutuhan air bersih di kota tersebut. Berikut perhitungannya :

4.5.1.2 Kondisi Jalan Kondisi Jalan secara keseluruhan di Kota Delanggu tergolong cukup baik. Pada Jalan Arteri Jogja-Solo dan jalan kolektor kondisinya sudah baik. Pada beberapa jalan lokal masih ditemui kerusakan yang minimum sehingga tergolong sedang. Sedangkan kondisi jalan setapak tergolong buruk karena kebanyakan jalan setapak kondisinya masih berbatu dan berpasir. 4.5.1.3 Konstruksi Jalan Dilihat berdasarkan jenis materialnya, konstruksi jalan di Kota Delanggu meliputi aspal, beton, paving blok, semen, batu, pasir, dan tanah 4.5.1.4 Arus Jalan Jalan berarus padat berada di Jalan Stasiun Delanggu karena jalan tersebut merupakan akses menuju pusat perekonomian kota yaitu Pasar Delanggu. Berdasarkan survey lapangan mobilitas di jalan ini tergolong tinggi baik ke pasar maupun dari pasar sehingga sering menyebabkan kemacetan pada persimpangan jalan tersebut di waktu-waktu tertentu (biasanya pagi hari saat aktivitas di pasar tinggi). Sedangkan untuk Jalan Arteri Jogja-Solo sendiri arusnya tergolong ramai lancar, namun saat liburan arusnya tergolong padat. Sementara itu untuk jalan lokalnya tergolong ramai lancar di pagi sampai sore hari, sedangkan untuk malam hari tergolong cukup sepi. 4.5.5 Penampang Jalan Jalan Arteri Jogja Solo → Berdasarkan analisis existing masing-masing ruas Jalan Jogja-Solo memiliki lebar jalur lintas sebesar 6 meter dengan lebar bahu jalan 1,5 meter, serta memiliki lebar trotoar sebesar 1,5 meter dan terdapat median jalan sebesar 3 meter yang memisahkan kedua ruas jalan ini. Sehingga apabila ditotal Jalan Arteri Jogja-Solo memiliki RUWASJA sebesar ± 21 meter. Sesuai dengan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Pe-

40

Analisis Kota Delanggu

Tabel 4.13 Kebutuhan Air Bersih Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Total kebutuhan air Kota Delanggu secara umum adalah sebanyak 6.530.284,8 Liter/hari, sedangkan sistem perpipaan penyedia air bersih yang di sediakan oleh PDAM

Analisis Kota Delanggu

41


Tirta Merapi melalui IKK Delanggu masih belum sepenuhnya dapat memenuhi angka kebutuhan air tersebut. Pelayanan eksisisting dari IKK Delanggu adalah 2.843.186,2 l/hari dengan debit 32,9 l/detik, memiliki sambungan rumah sebanyak 3696. Sumber air baku yang digunakan IKK Delanggu adalah mata air wangen dan mata air nila. 4.5.3 Analisis Prasarana Pengelolaan Air Limbah Secara umum Air limbah domestik terdiri dari 2 jenis, yaitu grey water (air bekas mandi dan cuci) serta black water (tinja).Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Klaten terdapat 2 sistem, yaitu sistem individu dan sistem komunal. Sistem individu adalah sistem pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat di rumah masing-masing, baik menggunakan septik tank maupun cubluk. Sedangkan sistem komunal adalah sistem pengelolaan air limbah yang dikelola secara kelompok (KSM), baik berupa sistem perpipaan maupun MCK komunal. Pada kota Delanggu, terdapat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal dengan tipe pengolahan anaerobik, kapasitas pelayanan 300 KK serta memiliki kapasitas 30000 L/hari. Dapat dikatakan air limbah di Delanggu masih belum dapat di kelola dengan baik, adapaun perhitungan produksi air limbah di kota Delanggu adalah sebagai berikut :

4.5.4 Analisis Prasarana Penyediaan Daya Listrik Kebutuhan Listrik Kota Delanggu dapat dikatakan bahawa seluruhnya sudah dilayani oleh PLN ULP Delanggu melalui sutet sebagai penyalur energi listrik menuju pusat pusat beban sehingga energi listrik dapat tersaluran secara efisien, yang kemudian tegangan di turunkan melalui gardu induk yang kemudian disalurkan ke tiap gardu distribusi yang didalamnya terdapat trafo step down untuk menurunkan tegangan sehingga aman untuk di distribusi langsung ke tiap rumah. Untuk perhitungan kebutuhan listrik bagi Kota Delanggu, menggunakan asumsi tiap rumah membutuhkan daya listrik 450 VA dengan penghuni sebanyak 5 orang di tiap rumah, serta untuk kebutuhan non domestik didapatkan dengan asumsi 40% dari total kebutuhan domestik. Berikut perhitungan kebutuhan daya listrik Kota Delanggu :

Tabel 4.15 Kebutuhan Daya Listrik Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Tabel 4.14 Produksi Air Limbah Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Sebagaimana hasil perhitungan diatas, jumlah air limbah keseluruhan yang di hasilkan Kota Delanggu adalah 4.010.803,2 L/hari, dimana 30% dari limbah tersebut berupa black water yang kemudian dibuang ke tangki septik, cubluk dan lain sebagainya, dan sekitar 70% dari limbah tersebut berupa grey water yang sebagian besar langsung dibuang ke saluran drainase. Sangat sedikit daerah di Kota Delanggu yang sudah terlayani dengan sistem IPAL komunal di Desa Delanggu, sehingga dapat dikatakan prasarana pengelolaan masih terbatas pada skala rumah tangga saja dan masih belum tersebar secara merata. Sistem IPAL kawasan skala besar juga belum terdapat di Kabupaten Klaten hal ini karena keterbatasan lahan. Sedangkan untuk pengelolaan lumpur tinja ata IPLT Kabupaten Klaten masih belum optimal dan masyarakat cenderung mengandalkan pembuangan melalui resapan tanah maupun ke IPLT Kota Lain melalui jasa penyedot tinja yaitu Kota Klaten khususnya wilayah yang berbatasan langsung.yaitu kota Surakarta dan Yogyakarta. Disamping perihal teknis yang menjadi permasalahan dalam mengelola air limbah, terdapat pula aspek non teknis yang menyebabkan Kota Delanggu termasuk area beresiko tinggi akan air limbah menurut Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan daerah kabupaten Klaten.

42

Analisis Kota Delanggu

Daya Listrik yang dibutuhkan Kota Delanggu dapat dibilang sudah sepenuhnya dilayani oleh salah satu dari empat PLN di Klaten, yaitu PLN ULP Delanggu. Dengan total kebutuhan daya listrik sebesar 3,296,790 VA, daya listrik dari PLN ULP Delanggu ter distribusi melaluii sutet yang ada di sepanjang jalan Jogja-Solo dan juga beberapa gardu induk yang tersedia di Kota Delanggu. Berdasarkan data penjualan PLN ULP Delanggu, jumlah KVA tersambung di Delanggu sendiri sudah sebanyak 50.338, dimana angka tersebut merupakan daya listrik untuk melayani 1/5 bagian wilayah klaten, termasuk Kota Delanggu.

Analisis Kota Delanggu

43


lain). Sedangkan untuk sampah non domestik, hampir seluruhnya diangkut ke TPA. Dengan data tersebut, dapat dikatakan bahwa pada tahun 2017 penanganan sampah di Kota Delanggu masih tergolong buruk, namun terjadi perkembangan yang signifikan terkait pengolahan sampah akibat adanya TPS 3R skala besar pada Desa Delanggu yang tiap harinya dapat mengelola hingga 3 ton sampah. Sehingga dengan begitu, perkiraan timbulan sampah di Kota Delanggu pada tahun 2020 baik domestik maupun non domestik dapat dikelola oleh TPS 3R tersebut hingga 70%, kemudian sisanya akan dibuang ke TPA ataupun di kelola mandiri oleh masyarakat.

Peta 4.18 Jaringan Listrik Sutet Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

4.5.5 Analisis Sistem infrastruktur Pengelolaan Persampahan Kota Delanggu dalam melakukan penanganan sampah memiliki perkembangan yang cukup signifikan pada tahun 2018-2019 karena mulai beroperasinya TPS 3R skala besar yang menjadi salah satu dari 14 proyek pembangunan TPS 3R di Kabupaten Klaten. Untuk perhitungan produksi sampah Kota Delanggu, menggunakan asumsi bahwa tiap orang per harinya menghasilkan sampah sebanyak 2,5 Liter, dan untuk produksi sampah non domestik menggunakan asumsi 40% dari produksi sampah domestik. Berikut perhitungan produksi sampah kota Delanggu;

Tabel 4.16 Produksi Sampah Kota Delanggu (sumber : Penyusun, 2020)

Pada tahun 2017, Produksi sampah kota Delanggu secara umum masih belum di layani dengan baik. Persentase pengolahan sampah untuk domestik sendiri adalah 43,72% dikelola mandiri, terangkut ke TPA sebanyak 8,71%, dan sebanyak 47,47% sampah domestik tidak terproses (dibuang ke sungai, pinggiran rel kereta, belakang pasar, dan lain

44

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

45


5

Fungsi, Peran, & Profil

46

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

47


BAB V PROFIL, FUNGSI, PERAN 5.1

Profil Kota Delanggu

Kota Delanggu adalah kota kecil di Kabupaten Klaten dan juga dilewati oleh Jalan Arteri Primer Jogja-Solo, berfungsi-peran sebagai kota perdagangan dengan mengoleksi beras dari kecamatan sekitar serta memiliki cakupan distribusi beras yang luas. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah pedagang sehingga sektor perdagangan menjadi sektor penyumbangan perekonomian terbesar di Kota Delanggu. Permintaan beras dari kota-kota sekitar Delanggu yang cenderung tinggi membuat Delanggu hadir sebagai distributor beras bagi kota-kota disekitarnya. Pertumbuhan Kota Delanggu didukung dari beberapa kecamatan yang dilayaninya karena fungsi kecamatan tersebut yang menjadi produsen beras. Kota Delanggu mengalami pergantian fungsi dari kota industri (karung goni) ke kota perdagangan. Dilihat dari kegiatan di sekitar bekas pabrik karung goni yang beralih fungsi menjadi perdagangan

yang ada di Kota Delanggu yaitu berasa delanggu yang istribusinya hingga ke kota kota besar seperti Yogyakarta, Semarang, Solo, dll.

5.3.2 Kota Penyangga Pangan

Delanggu dikenal dengan produksi berasnya, sehingga tingginya permintaan beras dari kota-kota sekitar. Untuk memenuhi permintaan beras yang ada maka industri beras di Delanggu memproduksi beras tidak untuk Kota Delanggu, namun juga kawasan sekitar. Industri beras mengoleksi padi dari kawasan sekitar delanggu seperti Juwiring, Polanharjo, Pati untuk diolah menjadi beras dan didistribusikan ke Kota Kota Sekitarnya. Distribusi beras dari Kota Delanggu sangat berkontribusi pada ketersediaan pangan khususnya beras untuk kota kota sekitar. Sehingga Kota Delanggu menjadi penyangga bagi Kota Klaten dan sekitarnya dalam pemenuhan pangan.

5.2 Fungsi Kota Delanggu 5.2.1 Pusat Perdagangan Berdasarkan data statistik Kota Delanggu tahun 2019 menyebutkan bahwa sektor perdagangan merupakan sektor pertama penyangga perekonomian di Kota Delanggu. Hal ini dibuktikan dari banyaknya jasa komersial di sepanjang Jalan Jogja-Solo, serta terdapat satu pasar besar di pusat kota yang mendukung perekonomian di sana. Selain itu, menurut data Klaten Dalam Angka 2019 terdapat 269 pedagang di Kota Delanggu. Fungsi Kota Delanggu sebagai pusat perdagangan ini dapat meningkatkan perekonomian bagi masyarakatnya dan memfasilitasi penduduknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

5.2.2 Pusat Industri Beras

Luas panen dan tanam di Kota Delanggu cukup mendominasi dan menjadi salah satu potensi hasil pertanian setempat. Di sisi lain branding Beras Delanggu dengan jenis beras Rojolelenya sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat karena jaringan distribusinya yang luas. Oleh sebab itu banyak didirikan industri-industri pengolahan beras di Kota Delanggu untuk meningkatkan efektivitas pengolahan hasil pertanian dan dapat terus memenuhi permintaan Beras Delanggu. Berdasarkan hasil survey lapangan pada wilayah amatan kami sendiri terdapat 13 industri pengolahan beras yang tersebar merata di seluruh Kota Delanggu. Hadirnya industri pengolahan beras ini dapat menjadikan Kota Delanggu dapat melakukan swasembada beras. Di sisi lain industri pengolahan beras ini juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat sehingga dapat meningkatkan perekonomian lokal.

5.3

Peran Kota Delanggu

5.3.1 Pusat Kegiatan Lokal Kota Delanggu dalam RTRW Kabupaten Klaten merupakan PKL dengan fungsi pengembangan sebagai kawasan perdagangan dan jasa, permukiman perkotaan, pertanian, industri, pelayanan perekonomian dan sosial untuk skala regional, pendidikan, kesehatan, perhubungan, dan peribadatan. Dilihat dari kondisi yang ada, pendidikan di Kota Delanggu sudah melayani seluruh Kota dan juga melayani kawasan disekitarnya. Pertanian yang ada di Kota Delanggu menghasilkan beras yang diolah oleh industri beras yang ada di Kota Delanggu. Beras yang di olah tidak hanya beras dair Kota Delanggu, namun juga mengoleksi dari kawasan sekitarnya. Selain itu pusat kegiatan di Delanggu yaitu area komersil berada di sepanjang jalan Jogja-Solo dan juga Pasar Delanggu menjadi sektor perekonomian masyarakat setempat yang mampu melayani hingga diluar wilayah kecamatan. Salah satu perdagangan

48

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

49


6

Potensi &Masalah 50

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

51


BAB VI POTENSI DAN MASALAH 6.1

Rumusan Potensi Kota Delanggu

Gambar 5.1 Bagan Rumusan Potensi Kota Delanggu (sumber : Analisis Penyusun, 2020) 5.1.1 Lokasi yang strategis Delanggu merupakan salah satu perkotaan yang terletak di antara Yogyakarta dan Surakarta sehingga menjadikan Delanggu ini sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKL). Letak Delanggu yang berada di antara kedua kota tersebut menjadikan Delanggu sebagai sebuah kota yang strategis, dan hal tersebut dapat mendukung proses pendistribusian barang. Adanya stasiun dan juga terminal membantu Delanggu untuk mempermudah pendistribusian barangnya. Selain membantu pendistribusian barang, stasiun Delanggu juga dapat mempermudah aksesibilitas masyarakat delanggu untuk keluar kota dan juga menambah opsi moda transportasi untuk menuju dan keluar dari Delanggu, karena lokasi stasiun terletak di antara Yogyakarta dan Surakarta sehingga membuat Stasiun Delanggu ramai digunakan oleh masyarakat. Terminal Delanggu yang awalnya tidak aktif sekarang mulai aktif kembali karena adanya pemindahan agen bus malam. Pemindahan agen bus malam ini dapat membuat Kota Delanggu disinggahi oleh banyak penduduk luar maupun lokal sehingga dapat membuat aktivitas di Kota Delanggu meningkat. Lokasi Delanggu yang strategis tersebut juga didukung oleh adanya aksesibilitas yang baik di Kota Delanggu. Adanya jalan arteri primer Jogja-Solo dapat mempermudah proses distribusi barang ke kota-kota yang ada di daerah DIY dan Jawa Tengah. Di samping itu, lokasi Kota Delanggu juga strategis dari segi pertaniannya. Hal tersebut didukung oleh lokasi Delanggu yang letaknya tidak jauh dengan Gunung Merapi sehingga Kota Delanggu memiliki jenis tanah yang didominasi oleh regosol kelabu, di mana jenis tanah tersebut sangat cocok untuk pertanian khususnya tanaman padi. Karena jenis tanahnya yang cocok untuk tanaman padi membuat Delanggu banyak memproduksi beras sehingga hal tersebut menjadikan Delanggu sebagai pusat industri pengolahan beras. Selain itu, lokasi Kota Delanggu yang strategis ini juga didukung oleh banyaknya penduduk yang berusia produktif . Hal ini karena banyak penduduk yang bekerja sebagai pedagang dan juga sebagai petani sehingga hal tersebut dapat mengembangkan sektor

52

Analisis Kota Delanggu

perdagangan dan jasa di Delanggu. 5.1.2 Industri pengolahan beras Pada mulanya Delanggu merupakan daerah pertanian yang memiliki kualitas padi yang baik karena didukung oleh jenis tanah yang ada di sana. Jenis tanah di Kota Delanggu merupakan tanah regosol kelabu yang sangat cocok untuk pertanian. Lewat kualitas berasnya yang baik maka banyak masyarakat yang mengasosiasikan Delanggu sebagai daerah penghasil beras berkualitas. Asosiasi dari masyarakat ini lah yang membentuk branding beras pada Kota Delanggu. Beras Delanggu yang paling diminati oleh masyarakat adalah beras Rojolele. Branding Beras Delanggu menjadi semakin terkenal karena luasnya jaringan distribusi beras ke berbagai daerah khususnya Jawa Tengah dan DIY. Meluasnya jaringan distribusi ini dipermudah oleh lokasi Delanggu yang strategis dan memiliki aksesibilitas yang tinggi. Dengan lokasinya yang strategis dan aksesibilitasnya yang tinggi maka didirikanlah industri-industri pengolahan beras untuk meningkatkan efektivitas pengolahan hasil pertanian dan dapat terus memenuhi permintaan Beras Delanggu. Industri pengolahan beras ini semakin meningkat seiring terjadinya urbanisasi di Kota Delanggu. Urbanisasi ini menyebabkan semakin berkurangnya lahan pertanian sehingga terjadi pergeseran sektor pada produksi beras yang semula sebagai penghasil (primer) menjadi pengolah (sekunder). Untuk terus mempertahankan branding berasnya maka Delanggu mengambil padi dari kecamatan di sekitarnya yang memiliki kualitas yang hampir sama. Kemudian padi tersebut diolah menjadi beras dan didistribusikan dengan merk Delanggu. Dilihat dari lokasinya yang strategis serta dikelilingi oleh daerah penghasil beras dengan kualitas yang baik maka Kota Delanggu sangat berpotensi sebagai pusat industri pengolahan beras. Kedua hal ini mempermudah Kota Delanggu dalam proses produksi serta mobilisasi barang-barangnya. Selain itu lokasi Delanggu yang berada di antara Yogyakarta dan Surakarta mempermudah Delanggu dalam memperluas distribusi hasil produksi berasnya. 5.1.3 Sektor perdagangan dan jasa Kota Delanggu merupakan kota yang dicanangkan menjadi PKL dalam RTRW Kabupaten Klaten tahun 2011-2031. Salah satu pengembangannya yaitu dalam sektor perdagangan dan jasa yang menjadi kegiatan ekonomi di Kota Delanggu. Kegiatan perdagangan dan jasa yang ada di Kota Delanggu mulai dari skala kecil seperti warung yang ada di pemukiman masyarakat hingga perdagangan dan jasa yang ada di sepanjang Jalan Jogja- Solo. Sektor perdagangan dan jasa tentunya akan banyak kegiatan berlangsung di di kawasan tersebut, sehingga Jalan Jogja-Solo mempunyai peran penting dalam kegiatan sektor perdagangan dan jasa di Kota Delanggu. Dengan adanya jalan arteri Jalan Jogja-Solo memberikan kemudahan bagi keberlangsungan aktivitas tersebut. Salah satu contohnya yaitu perdagangan beras yang ada di Delanggu bergantung pada Jalan Jogja Solo karena dalam kegiatan pendistribusian ke kota-kota sekitar melewati jalan tersebut. Selain itu terdapat stasiun dan terminal di Kota Delanggu yang sudah tidak aktif. Mulanya sarana ini di bangun untuk menyediakan fasilitas bagi masyarakat Kota Delanggu. Terminal bus yang ada di Kota Delanggu mati karena tidak adanya aktivitas bis di terminal. Untuk menghidupkan kembali sarana ini pemerintah memindahkan agen bus ke terminal supaya terminal aktif kembali. Selain itu terdapat Stasiun Delanggu yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Letaknya berada di tengah kota dimana pusat kegiatan berlangsung. Pada tahun 2010 karena banyaknya pedagang asongan di stasiun tersebut pemerintah menutup Stasiun Delanggu. Akan tetapi karena stasiun menjadi sarana yang mendukung banyak aktivitas di Kota Delanggu maka pemerintah berencana untuk menghidupkan kembali stasiun tersebut. Dengan adanya rencana mengaktifkan kembali sarana transportasi, kegiatan yang ada di Kota akan mendapatkan manfaat karena tingginya aksesibilitas.

Analisis Kota Delanggu

53


Disisi lain dengan banyaknya usia produktif di Kota Delanggu akan meningkatkan sektor perdagangan dan jasa yang ada di kota tersebut. Hal ini dikarenakan banyaknya usia produktif dapat memberi kontribusi dan inovasi baru terhadap perkembangan sektor perdagangan dan jasa. Untuk itu usia produktif perlu dibarengi dengan fasilitas yang mendukung agar tercipta SDM yang unggul.

6.2

Rumusan Masalah Kota Delanggu Lapangan pekerjaan berkurang

Sektor Ekonomi Daerah Berkurang jumlah pekerja menurun

Masalah Akibat

Kurang berkembangnya Sektor Industri dan Pertanian

Migrasi Keluar Meningkat

Kota Sulit untuk Berkembang

Berkurangnya Daya Tarik Kota Delanggu

Masalah Utama

Tabel 5.1 Penyebab Berkurangnya Produksi Beras Delanggu (sumber : Analisis Penyusun, 2020)

Kota Delanggu kehilangan identitas Kota

Sarana dan Prasarana Kurang FasUm dan FaSos mamadai

Masalah Sebab

yang Kurang Memadai

Citra Beras Delanggu menurun

Pergeseran Sektor

Jumlah Petani Menurun

Minimnya Investasi Industri

industri karung beras berhenti

Kurangnya Jumlah RTH

Fasilitas Pelayanan PDAM masih kurang

Jalan Sempit dan Kurang area Parkir

Stasiun dan Terminal yang sudah Tidak Beroperasi

Gambar 5.2 Bagan Rumusan Masalah Kota Delanggu (sumber : Analisis Penyusun, 2020) 5.2.1 Kota Delanggu Kehilangan Identitas Kota-nya Kota Delanggu dikatakan kehilangan identitas kota nya karena disebabkan oleh 2 (dua) faktor. Faktor pertama yaitu menurun nya citra Beras Delanggu. Delanggu dahulu terkenal dengan Beras Rojolele khas Delanggu yang cakupan distribusi nya sampai ke wilayah DKI Jakarta. Namun, seiring dengan berjalan nya waktu, para petani mulai berganti jenis padi menjadi jenis lainnya karena berbagai alasan. Alasan utama yang dikeluhkan oleh para petani adalah waktu penanaman beras rojolele yang cenderung memakan waktu tanam yang lebih lama daripada jenis padi lain. Beras jenis rojolele membutuhkan waktu tanam sekitar 150-180 hari. Sedangkan, padi jenis lain hanya membutuhkan waktu sekitar 90-130 hari. Di samping itu, alasan lainnya yang membuat para petani mulai meninggalkan penanaman beras jenis rojolele ini antara lain rentan terhadap hama, pengalaman petani, modal, tenaga kerja, dan luas lahan.

54

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

55


W

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

7

Penutup

56

Analisis Kota Delanggu

Kota Delanggu merupakan kota kecil dengan status kota sebagai PKL atau pusat kegiatan lokal.Letaknya strategis di dukung dengan adanya Jalan Arteri Jogja-Solo yang melewati Kota Delanggu. Jalan Jogja Solo menyambungkan Kota Jogja dan Solo dan menjadi jalan utama salah satunya yaitu di sektor perekonomian. Letaknya yang strategis dilewati jalan utama menjadi salah satu potensi dari Kota Delanggu. Sektor perekonomian berkembang di sepanjang jalan Jogja Solo. Industri beras juga menjadi salah satu pendukung perekonomian di Delanggu yang aktivitasnya bergantung pada Jalan Jogja Solo untuk distribusinya. Selain Jalan Jogja Solo terdapat stasiun Delanggu dan Terminal bus yang menjadi potensi Kota Delanggu dengan dilakukan pengembangan. Usia produktif di Kota Delanggu juga dapat mendukung perkembangan Kota dengan membangun fasilitas pendukung untuk menyiapkan usia produktif sebagai generasi unggul. Akan tetapi, Kota Delanggu masih memiliki penghambat dalam perkembangan kota. Identitas Kota Delanggu mulai meredup, yang tadinya dikenal sebagai kota beras kini mulai memudar. Hal ini dikarenakan rendahnya investasi dalam sektor pertanian, menurunnya jumlah lahan dan juga petani di Kota Delanggu. Selain itu, fasilitas yang ada di Kota Delanggu masih butuh perbaikan baik dari fasilitas sosial dan fasilitas umumnya untuk mendukung perkembangan kota. Karena buruknya fasilitas yang ada di Delanggu, masyarakat memilih untuk migrasi keluar mencari kota lain yang dapat mensejahterakan menurut mereka.

7.2 Saran 1. Mengembangkan potensi yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memajukan kota. 2. Melakukan perbaikan fasilitas kota untuk mendukung fungsi dan peran Kota serta memberikan kenyamanan bagi masyarakat.

Analisis Kota Delanggu

57


Daftar Pustaka

Catatan

Kecamatan Delanggu Dalam Angka, 2020 Statistik Daerah Kecamatan Delanggu, 2019 Kabupaten Klaten Dalam Angka, 2019 Website PDAM Tirta Merapi, 2020 Statistik Daerah Kabupaten Klaten, 2020 Google Earth, 2020 Survey Data Primer, 2020

58

Analisis Kota Delanggu

Analisis Kota Delanggu

59


DEL ANGGU

Perencanaan Wilayah dan Kota Departemen Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

60

Analisis Kota Delanggu


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.