Jeja-G merupakan program kerja divisi Keprofesian dan Inovasi Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma yang bertujuan untuk meneliti bambu sebagai material bahan bangunan. Bambu merupakan bahan bangunan yang terbaharui, di mana saat ini yang bahan bangunan seperti batu bata dan beton adalah bahan yang merusak lingkungan. Penelitian yang dilakukan merupakan action research, dengan studi literature terlebih dahulu, lalu dilakukan pembangunan sebuah saung bambu. Penelitian dimulai dengan membaca literature dan teori mengenai pemanfaatan dan jenis-jenis bambu. Setelah melakukan studi literatur, dilakukan juga penentuan lokasi pembangunan di RW04 Kebon Bibit, Bandung. Kemudian perancangan saung bambu dilakukan oleh tim Jeja-G dengan melihat kebutuhan dari masyarakat RW04 Tamansari. Terakhir dilakukan persiapan bambu dengan pengawetan bamboo lalu pembangunan saung yang dilakukan dengan workshop anggota IMAG, Karang Taruna RW04 Tamansari, dan tukang bambu.
Awal Mula Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma pada tahun ini ingin melakukan suatu penelitian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat umum dan dapat menambah ilmu arsitektur. Keinginan ini dilanjutkan dengan kajian penelitian seperti apa yang akan dilakukan pada tahun ini dan isu apa yang dapat dibawa untuk sebuah penelitian.
apa itu jeja-g?
Jeja-G akan membagi buku hasil penelitiannya menjadi dua isu. Buku isu 1 ini berisikan hasil studi literatur bambu, penjelasan mengenai RW04, dan proses desain fase 1. Buku isu 2 berisikan proses persiapan pembangunan dan pembangunan saung itu sendiri. Diharapkan buku ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum, khususnya bagi mahasiswa arsitektur dan warga RW 04 Tamansari.
KETUA IMA-GUNADHARMA AKBAR FIRIZKY AGNIPUTRA
Terucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena atas ridho-Nya lah seluruh rangkaian kegiatan dan penyusunan buku ini dapat terlaksana. Terimakasih sebesar-besarnya kepada Pak Budi Faisal yang telah bersedia mendampingi dan membimbing tim Jeja-G dari awal pembentukanya hingga terbitnya buku ini. Apresiasi setinggi-tingginya saya berikan kepada seluruh tim Jeja-G dan massa-G yang telah berhasil mewujudkan satu bentuk dokumentasi penilitian material bambu. Kemahasiswaan sudah sepatutnya berlandaskan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mengaplikasikan pendidikan dan penelitian untuk kepentingan masyarakat. Jeja-G adalah sebuah bentuk inovasi karya anggota IMA-Gunadharma yang berhasil merealisasikan kemahasiswaan seutuhnya, Pendidikan yang diberikan di bangku kuliah diperdalam dengan penelitian sederhana yang hasilnya direalisasikan untuk warga sekita ITB. Dengan terbitnya buku ini diharapkan mampu memberikan paradigma baru bagi sivitas akademika dan masyarakat sekitar tentang material bambu. Harapanya buku ini bisa menjadi langkah awal untuk senantiasa membuat dokumentasi karya agar dapat dirasakan manfaatnya sampai generasi berikutnya.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen yang telah mendukung penelitian ini terutama untuk dosen pembimbing kami Pak Budi Faisal serta dosen lainnya yaitu Bu Wiwik, Pak Arif dan nama-nama yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada massa-G yang telah mendukung penelitian ini. Apresiasi yang sebesar-besarnya untuk tim JejaG. Perjalanan yang cukup panjang hampir selama satu tahun ini telah dilalui. Penelitian yang kami lakukan mengenai bambu merupakan sebuah pembelajaran yang menyenangkan dan baru untuk kami. Mulai dari pencarian data melalui studi literatur hingga pengaplikasian penelitian yang kami lakukan di RW 04 Taman Sari. Diharapkan penelitian ini tidak berhenti hanya sampai buku ini saja, akan tetapi dapat dilanjutkan sehingga pembelajaran dapat terus berlangsung Bambu dipilih sebagai objek penelitian karena bambu memiliki sifat yang unik mulai dari tingkat pertumbuhannya yang cepat hingga sifat dan kekuatannya, hal tersebut sangat berhubungan erat dengan dunia arsitektur. Melalui buku ini kami tuangkan ilmu yang kami dapatkan selama penelitian ini sehingga kami dapat berbagi kepada pembaca.
BAB II RW 04 TAMANSARI 2.1 Profil RW 04 2.2 Analisis Tapak
30 34 38
BAB III DESAIN 3.1 Workshop Desain 3.2 Output Workshop 3.3 Desain Saung
40 44 48 52
KEGIATAN LAINNYA 54 DAFTAR PUSTAKA 56 STRUKTUR TIM 57
Semoga buku ini bisa menjadi manfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi kita semua.
Sekecil apapun karya yang kita berikan lebih berarti daripada berdiam diri dan beretorika belaka. Hidup mahasiswa! Vivat-vivat G, IMA-G tetap jaya !!
OVERVIEW 4 SAMBUTAN 8 DAFTAR ISI 9 BAB I BAMBU 10 1.1 Bambu Sebagai Bahan Bangunan 14 1.2 Ketersediaan Bambu di Dunia 20 1.3 Jenis Bambu dan Kegunaannya 24
KETUA TIM JEJA-G FADHIL FACHRIANSYAH
DAFTAR ISI
Bambu kini tidak hanya dipakai untuk elemen estetis saja, namun juga sebagai konstruksi utama dalam bangunan. Sistem rangka bambu merupakan struktur bangunan yang sangat efisien terhadap penurunan getaran tanah. Sistem ini dapat merespon pergerakan tanah dengan ikut bergerak tanpa mempengaruhi kestabilan konstruksi bangunan. Hal ini yang menjadikan bambu sangat baik untuk diterapkan pada kerangka bangunan di daerah rawan gempa bumi. Aplikasi material ini pun sangat beragam karena dapat dimanfaatkan sebagai konstruksi dinding, pelat lantai, sampai struktur atap. Penggunaan bambu oleh masyarakat sebagai bahan bangunan selain mudah didapat juga merupakan bahan yang kuat dan awet, dengan catatan telah melewati proses pengawetan yang baik.
OVERVIEW
BAMBU
13
1.1 Bambu Sebagai Bahan Bangunan
Bambu adalah bagian dari familia Poaceae, subfamili Bambusoideae, rumpun Bambuseae. Ada lebih dari 1200 spesies bambu di seluruh dunia. Struktur dari bambu berbeda dari tanaman pada umumnya. Bagian dalam dari batang bambu hampa, dengan bundel vaskularnya tersebar dalam batangnya bukan terdapat dalam keteraturan silinder. Pertumbuhannya juga berbeda. Bambu tumbuh berbentuk kolom dan tidak runcing. Bambu juga merupakan salah satu tanaman yang paling cepat tumbuh di dunia. Dengan pertumbuhan yang bisa mencapai 100 cm dalam 24 jam. Namun itu bergantung pada kesuburan tanah, kondisi iklim, serta spesies bambu yang tumbuh.
Perbedaan dari kedua tipe tersebut adalah pertumbuhannya. Bambu monopodial dapat tumbuh dengan sangat cepat. Oleh karena itu tipe bambu ini dapat tumbuh menyebar dan menyerbu lahan disekitarnya. sedangkan bambu sympodial hanya tumbuh disekitar induknya yang membuat tumbuhan ini tidak mengganggu seperti bambu sympodial. Cabang sendiri tumbuh dari node dan tumbuh daun dari cabang tersebut. Pada tahun berikutnya, dinding batang bambu perlahan mengeras, dan akan siap panen dalam tiga tahun.
1200
SPESIES BAMBU DI DUNIA
BAMBU
Terdapat dua tipe bambu yaitu bambu monopodial (Running Bamboo) dan bambu sympodial (Clumping Bamboo). Bambu monopodial berasal dari daerah dingin yaitu Cina, Jepang, dan Korea. Pertumbuhannya panjang dan di dalam tanah. Setiap batang dapat menghasilkan batang baru bersama dengan pertumbuhannya. Bambu sympodial adalah bambu berakar dangkal, dan kebanyakan tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Pertumbuhannya terbatas karena tiap batangnya menghasilkan satu batang hampa saja. 14
BAMBU
100/24 PERTUMBUHAN BAMBU
Pada dua sampai 5 tahun berikutnya (tergantung pada spesies bambu), lumut dan jamur dapat tumbuh pada luar batang, dan dapat menembus batang bambu. Lima hingga delapan tahun setelah itu, jamur dan lumut yang tumbuh akan menyebabkan batang bambu runtuh dan rusak.
cm/JAM
Bambu Sympodial 1.1 Bambu Sebagai Bahan Bangunan
15
Kehidupan yang singkat ini membuat bambu siap panen dan dapat digunakan untuk konstruksi dalam tiga hingga tujuh tahun. Bambu memiliki banyak guna dalam hidup seperti untuk memasak, pengobatan, konstruksi, tekstil, kertas, instrumen musik, dan lain-lain. 1.1 Bambu Sebagai Bahan Bangunan
Biasanya bambu ditemukan di Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Pasifik. Hingga sekarang, bambu digunakan di seluruh dunia untuk rumah dan kerajinan. Dalam arsitektur, bambu digunakan untuk kepentingan konstruksi atau dekorasi pada bangunan.
preseden pemanfaatan bambu
rumput Bambu tergolong sebagai rumput bukan pepohonan
Pertumbuhan bambu berbeda dengan pohon. Batang bambu secara individual tumbuh keluar dari tanah dalam diameter seutuhnya, dan akan tumbuh pada tinggi maksimalnya dalam waktu 3-4 bulan secara vertikal, tanpa pertumbuhan cabang batang hingga sampai pada tinggi siap panen.
BAMBU
Pada sebuah bangunan hampir semua bagianya dapat dibuat dari bambu kecuali-alatalat penyambungan (tali dan sebagainya).Bagian-bagian bangunan tidak terbatas pada tiang,lantai,dan dinding beserta kontruksi atap,tetapi juga dapat berupa perabotan seperti kursi ,meja, rak dan sebagainya
3-7
bambu siap panen
BARAJAS AIRPORT
tahun
ASia
ECOLODGE BRIDGE GUANGZHOU, CHINA
GREEN SCHOOL
BALI, INDONESIA
bulan
Bambu Mencapai tinggi maksimal
GREAT BAMBOO WALL HOUSE beijing, CHINA
16
JATILUHUR, INDONESIA
BAMBU
benua dengan hutan bambu terbanyak di dunia
3-4
OBI ECOCAMPUS
MADRID, SPAIN
1.1 Bambu Sebagai Bahan Bangunan
17
WATER AND WIND CAFE
BINH DUONG, VIETNAM
1.1 Bambu Sebagai Bahan Bangunan
BAMBU
19
1.2 Ketersediaan Bambu di Indonesia
Seperti yang terlihat pada peta disamping, bambu banyak ditemukan di zona tropis, zona subtropis, dan zona pertengahan. Tetapi bambu sebenarnya dapat tumbuh dimanapun, tergantung pada iklim dan spesies yang sesuai. Dapat dilihat juga pada peta diatas bahwa bambu dapat tumbuh dimanapun selain Antartika dan Eropa. Tempat paling umum untuk menemukan bambu adalah di Asia Tenggara dan telah tumbuh di daerah ini selama jutaan tahun. Terdapat 64% dari jenis bambu di dunia yang tumbuh secara alami di daerah ini. Selain di Asia Tenggara, 33% jenis bambu di dunia tumbuh di Amerika Latin, dan 7% sisanya tumbuh di Africa, Oceana, dan bagian dunia lainnya.
2 juta
Total sumber bambu di dunia adalah lebih dari 36 juta hektar. Pada 16 negara di Asia secara keseluruhan memiliki 24 juta hektar hutan bambu. Dengan produsen bambu utama dari India dengan 11,4 juta hektar, Cina dengan 5,4 juta hektar, Indonesia sebagai yang ketiga di Asia 20
hektar
negara
di Asia memiliki total 24 juta hektar hutan bambu
64%
30Nmm
2
konsumsi energi bambu untuk konstruksi bangunan
1500 nmm
hutan bambu dunia
BAMBU
2
240 nmm
di Amerika Latin
7%
untuk beton di Afrika
Metode konstruksi bambu seharusnya menjadi pilihan terbaik untuk pembangunan berkelanjutan daripada bahan bangunan lainnya. Konsumsi energi dari bambu untuk konstruksi bangunan hanya
30 Nmm2, lebih baik dari bahan bangunan lainnya. Dapat dilihat perbandingan konsumsi energi bahan bangunan lainnya yaitu baja (1500 Nmm2), beton (240 Nmm2) dan kayu (80 Nmm2). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh J.A. Janssen menunjukkan bahwa Asia dapat mengurangi konsumsi energi bahan bangunan di dunia jika bambu dimanfaatkan sebagai bahan bangunan utama (Bamboo Research at Eindhoven University of Technology).
untuk baja
berada di benua Asia
33%
meningkat
hutan bambu di Asia dalam 15 tahun terakhir
hutan bambu di Indonesia
BAMBU 16
Benua Asia memiliki 48 negara, 16 diantaranya terdapat pada daerah iklim tropis yaitu daerah paling baik untuk di tumbuhi bambu. Dapat dilihat pada diagram dibawah ini, Asia merupakan penyedia bambu terbesar di dunia yaitu sebesar 65% dari sumber bambu di seluruh dunia.
10%
dengan 2 juta hektar, dan Laos dengan 1,6 juta hektar hutan bambu. Dalam 15 tahun terakhir, total luas hutan bambu di Asia meningkat hingga 10% (Book of World Bamboo Resources, 2005). Ini menunjukkan bahwa Asia memiliki potensi yang besar untuk pemanfaatan bambu dalam konstruksi karena memiliki jumlah sumber bambu yang tinggi dan meningkat terus jumlahnya.
2
80 nmm
2
untuk kayu
1.2 Ketersediaan Bambu di Indonesia
21
1.2 Ketersediaan Bambu di Indonesia
Dari 75 genus atau 1200 spesies bambu di dunia, terdapat 10 genus atau 125 spesies bambu yang tumbuh di Indonesia. Berdasarkan sistem percabangan rimpang, genus tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, genus yang berakar rimpang dan tumbuh secara simpodial, termasuk didalamnya genus Bambusa, Dendrocalamus, Gigantochloa, dan Schizostachyum. Kedua, genus berakar rimpang dan tumbuh secara monopodial (horizontal) dan bercabang secara lateral sehingga menghasilkan rumpun tersebar, diantaranya genus Arundinaria Menurut Duryatmo (2000,hal 27).
BAmbusa atra lindley BAmbusa vulgaris loleba (maluku)
ampel hijau tua (indonesia)
gigantochloa atroviolaceae Bambu hitam (indonesia)
BAmbusa multiplex bambu cina (indonesia)
BAMBU
Sedangkan menurut Berlian dan Rahayu (1995:90) di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis bambu. Ada yang masih tumbuh liar dan masih belum jelas kegunaannya. Beberapa jenis bambu tertentu mempunyai manfaat atau nilai ekonomis yang tinggi seperti: bambu apus, bambu ater, bambu andong, bambu betung, bambu kunig, bambu hitam, bambu talang, bambu tutul, bambu cendani, bambu cangkoreh, bambu perling, bambu tamiang, bambu loleba, bambu batu, bambu belangke, bambu sian, bambu jepang, bambu gendang, bambu bali, dan bambu pagar. 24
tabel jenis bambu di indonesia Jenis Bambu
Lokasi
Arundinaria japonica
Jawa
Diameter Rata-Rata (cm)
Panjang Rata-Rata (m)
Bambusa arundina- Jawa ; Sulawesi cea Bambusa atra
Maluku
Bambusa balcooa
Jawa
Bambusa blumeana (Bambu Duri)
BAMBU
Jawa ; Sulawesi ; Nusa Tenggara
7,5 - 10
9 - 18
4-7
< 15
1-2
<8
Bambusa glaucescens
gigantochloa apus bambu tali (indonesia)
(Bambu Pagar ; Cendani) gigantochloa pruriens
Buluh yakyak (gayo)
Jawa
Bambusa horsfieldii (Bambu Embong)
Jawa
Bambusa maculata (Bambu Tutul ; Pring Bali Tutul) dendrocalamus asper gigantochloa atter bambu petung (indonesia)
bambu ater (indonesia)
1.3 Jenis Bambu di Indonesia
Bambusa multiplex (Bambu Cina) 25
Jawa
1.3 Jenis Bambu di Indonesia
Bambusa polymorpha
Jawa
(Bambu Apus ; Bambu Tali)
Bambusa tulda
Jawa
Gigantochloa atroviolacea
Jawa
(Bambu Hitam ; Bambu Wulung ; Gombong )
Bambusa tuldoides (Haur Hejo) Bambusa vulgaris (Awi Ampel ; Haur Kuneng ; Haur Hejo ; Pring Kuning )
Jawa ; Sumatera ; 5 - 10 Kalimantan ; Maluku
BAMBU
Dendrocalamus asper (Bambu Petung)
Jawa ; Sumatera ; Kalimantan ; Bali ; Sulawesi
8 - 13
<20
(Bambu Sembilang)
Jawa
< 22
3-6
< 10
Sumatera
Gigantochloa kuring
Jawa Jawa
5 - 10
BAMBU
(Bambu Lengka Tali) Jawa ; Sumatera ; Bali (Awi Belang)
Dinochloa scandens (Bambu Cangkoreh ; Kadalan)
Jawa
Gigantochloa hasskarliana
Dendrocalamus strictur (Bambu Batu)
6 â&#x20AC;&#x201C; 13
Jawa
Gigantochloa achmadii (Buluh Apus)
Dendrocalamus giganteus
4-8
Gigantochloa atter (Bambu Legi ; Bambu Ater ; Buluh ; Jawa Benel ; Awi Ater ; Awi Kekes)
10 - 20
Jawa
8 - 25
+- 20
Jawa
Gigantochloa levis (Bambu Suluk)
Kalimantan
Gigantochloa apus 26
1.3 Jenis Bambu di Indonesia
27
1.3 Jenis Bambu di Indonesia
Gigantochloa manggong
Gigantochloa waryi
(Bambu Manggong) Jawa
Melocanna bacifera Jawa
Gigantochloa nigrocillata
Nastus elegantissimus
(Bambu Lengka ; Bambu Terung ; Bambu Bubat)
(Buluh Dabo)
Jawa
(Bambu Uncea ; Jawa Bambu Buluh Kecil) Sumatera
Gigantochloa psedoarundinaceae (Bambu Andong ; Gambang Surat ; Peri)
Jawa
BAMBU 5 - 13
Schizotachyum blunei < 30
(Bambu Wuluh ; Bambu Tamiang)
BAMBU
Jawa ; Sumatera ; Kalimantan ; Sulawesi ; Maluku ; NTT
Schizotachyum brachycladum
Gigantochloa ridleyi (Tiyang Kaas)
Jawa
Phyllostachys aurea
Gigantochloa pruriens (Buluh Rengen)
(Bambu Eul-Eul)
Sumatera
Bali
(Bambu Buluh Besar ; Buluh Nehe ; Awi Buluh ; Ute Watat ; Tomula )
Gigantochloa robusta
Jawa ; Sumatera ; Sulawesi ; Maluku
8 - 10
< 15
(Bambu Mayan ; Te- Jawa ; Sumatera ; men Serit) Bali
28
1.3 Jenis Bambu di Indonesia
29
1.3 Jenis Bambu di Indonesia
Tempat realisasi Jeja-G berada di RW 04 Tamansari, Bandung. RW 04 ini merupakan RW yang sudah memulai kerjasama dengan IMA-G sejak tahun 2010. Letaknya berseberangan dengan jalan layang pasopati-tamansari dan merupakan ruang terbuka publik yang baik. Disini terdapat sebuah lapangan futsal yang sering digunakan warga untuk berkumpul dan menggelar berbagai acara.
OVERVIEW
profil rw 04
Pada eksisting terdapat sebuah saung yang sebelumnya didirikan oleh warga. Saung tersebut tiap harinya dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat berkumpul. Aktivitas yang terjadi tiap harinya adalah sejak pagi hingga menjelang siang saung ini dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul bapak-bapak RW04, lalu kegiatan berkumpul tersebut dilanjutkan pada malam hari hingga pagi hari. Selain itu saung digunakan sebagai tempat berteduh anak-anak ketika bermain di lapangan tersebut setelah kegiatan sekolah selesai. Saung tersebut juga digunakan sebagai tempat sound system pada saat ada kegiatan besar warga seperti senam pagi, sha-
RW04 Tamansari merupakan salah satu RW yang terdapat di Bandung Utara. Kawasan ini dapat diamati dari jalan layang Pasopati, terdapat pada sisi utara jalan layang, sekitar daerah Tamansari dan perempatan Balubur. Lokasi RW04 Tamansari ini cukup strategis karena sebagian dari batas terluar dari RW tersebut menghadap jalan layang Pasopati dan Tamansari. Lokasi yang strategis menimbulkan banyaknya media promosi produk-produk komersil sepanjang area tersebut, mulai dari spanduk hingga pengecatan pada rumah warga.
rw 04
rw 04
lat Ied, dan kegiatan lainnya. Namun di balik kebutuhannya yang sangat banyak, saung tersebut saat ini dalam keadaan yang kurang layak pakai sehingga kami berencana untuk membangun saung yang baru agar aktivitas warga dapat terwadahi dengan baik juga diharapkan dapat lebih berkembang dengan adanya saung yang baru.
Lokasinya yang terdapat pada pusat kota Bandung membuat RW04 ini menjadi kampung kota yang potensial untuk dikembangkan. Selama ini RW04 Tamansari telah beberapa kali dikunjungi komunitas Bandung Berkebun yang mengenalkan urban farming pada masyarakat daerah tersebut dan Ikatan Mahasiswa Arsitektur â&#x20AC;&#x201C; Gunadharma Institut Teknologi Bandung (IMA-G ITB) yang membangun lapangan bersama untuk warga RW04 dalam rangka kegiatan pengabdian masyarakat organisasi tersebut. 34
2.1 Profil RW
35
kebutuhan warga 2.1 Profil RW
rw 04
36
rw 04
2.1 Profil RW
37
2.1 Profil RW
stakeholder rw 04 Stakeholder dari RW04 Tamansari merupakan semua warga yang menghuni daerah tersebut, masyarakat sekitar daerah tersebut yang menggunakan fasilitas yang terdapat dalam daerah tersebut, pemerintah, dan juga IMA-G sebagai pihak yang akan membangun saung pada kawasan tersebut.
Dalam keberjalanan kegiatan pembangunan saung ini, warga dan pengguna diwakili oleh Bapak Didi selaku ketua RW04 Tamansari dan Bapak Dedi selaku bendahara RW04 Tamansari.
rw 04
38
rw 04
Lahan yang akan digunakan untuk pembangunan saung RW04 merupakan lahan yang berukuran 4 x 6 meter yang terletak di samping lapangan olahraga. Berbatasan dengan masjid di sisi barat lahan, rumah warga pada sisi utara, lapangan olahraga pada sisi selatan, dan jalur sirkulasi warga pada sisi timur. Pada lahan tersebut juga terdapat vegetasi dan sumur.
2.2 Analisis Tapak
39
analisis lahan
2.2 Analisis Tapak
Proses perancangan saung untuk RW 04 ini melalui berbagai tahap. Diadakan sebuah workshop untuk perancangan saung oleh bapak Budi Faisal. Workshop dimulai dengan kuliah singkat mengenai bambu sebagai bahan bangunan, lalu dilakukan sketsa bersama di lokasi RW 04. Setelah itu didapatkan enam desain saung yang berbeda yang kemudian dipilih salah satunya untuk direalisasikan.
OVERVIEW
Setelah melakukan penelitian bambu, dilakukan proses untuk mendesain untuk menguji dan mengaplikasikan langsung mengenai bambu. Tipologi bangunan yang dipilih adalah saung, Tipologi tersebut dipilih karena merupakan tipologi bangunan sederhana yang dapat dibangun dengan waktu singkat, sehingga dapat terlihat bagaimana eksplorasi desain berdasarkan karakter bambu yang sudah diteliti sebelumnya.
Peserta workshop ini adalah: Belly Munandar G11 Prathito Andy W. G11 Dimastyo L. G10 Karina Wiriadidjaja G11
hasil workshop sketsa Pertama
Sebagai pengantar bagi anggota Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma ITB dalam mendesain saung, Hari Sketsa diadakan untuk mengajak para anggota Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma ITB dan Tim JejaG untuk melihat lokasi dan mengeluarkan konsep-konsep ide awal desain. Sebelum menuju lokasi, diadakan kuliah dari Dr. Ir. Budi Faisal, MAUD., MLA. mengenai desain menggunakan material bambu.
desain
Alicia Tiffany B. G11 M. Fadhil F. G10
desain
Raden Agung Y. G11 Abdul S.Ahtar G10 Marsha Ramadanti G10 Davina Iwana G09 Raden Aldy M. G10
Gagas Firas Silmi G12 Arif Rachman Hidayat G12 Rahmadanu Jalu Pradana G12
Workshop desain ini dilakukan pada tanggal 31 Juli 2012. Tujuan dari workshop ini adalah menghasilkan berbagai macam rancangan saung untuk dibangun di RW 04. Pada akhir workshop akan terpilih satu karya terbaik untuk direalisasikan.
44
Iqbal Adam D. G11
Daniel Caesar PratamaG12 Kevin Trikusumo F. G12 Dena Hilmi Fauzi G12
3.1 Workshop Desain
45
3.1 Workshop Desain
desain
46
desain
47
Kriteria penilaian perancangan saung 1. Perancangan saung harus memaksimalkan sifat kelengkungan material bambu 2. Saung yang dirancang dapat dibangun 3. Memanfaatkan 150 bambu tali dalam rancangan saung 4. Terdapat fungsi penyimpanan alat olahraga 5. Nyaman digunakan semua kelompok manusia 6. Memiliki kapasitas yang dapat menampung minimal 8 orang
Workshop sketsa yang berlangsung dua hari ini dilanjutkan dengan pengumpulan beberapa gagasan awal desain saung untuk lapangan RW04 Taman Sari. Pengumpulan hasil sketsa dilaksanakan dalam jangka waktu sekitar satu minggu setelah workshop dilaksanakan. Setelah itu, tim JEJA-G mengadakan asistensi dengan Bapak Budi Faisal mengenai sketsa dan hasil rancangan saung yang diikuti oleh peserta workshop. Dalam proses asistensi Bapak Budi Faisal memberikan komentar maupun usulan terhadap saung yang dirancang oleh peserta workshop agar rancangan yang dihasilkan dapat lebih mengeksplorasi bambu sebagai elemen utama saung tersebut.
desain
desain
Gagasan desain yang masuk dirancang oleh: Raden Aldy Manggala Davina Iwana Raden Agung Yogaswara Abdul Said Ahtar M. Fadhil Fachriansyah Karina Wiriadidjaja
hasil pengumpulan workshop 48
3.2 3.2 Output Desain
49
3.2 Output Desain
desain
50
desain
51
gambar desain Saung yang terpilih untuk dibangun di lapangan RW 04 adalah gagasan rancangan R. Aldy Manggala. Saung ini dirancang dengan bentuk seperti tangan yang mengenggam. Dirancang satu lantai untuk menanggapi rumah warga yang terletak dibelakangnya agar tidak menghalangi jendela dari rumah tersebut. Pemberian penutup pada bagian depan saung juga untuk menyikapi penggunaan lapangan didepannya agar tidak terlalu terganggu, namun tetap ada sudut pandang untuk melihat kegiatan di lapangan. Bentuk base dari saung yang beragam bertujuan untuk
denah
perspektif
desain
memfasilitasi berbagai bentuk kegiatan bersosialsasi. Pemberian penutup berupa terpal pada arah timur dan barat untuk menyikapi panas cahaya matahari Indonesia. Dan aksebilitas dari dua arah untuk memberikan fleksibilitas pengguna dan memberikan kesan shelter yang lebih liuas.
Saung gaul
52
Kenapa Terpilih Mengingat biaya dan kesederhanaan tanpa mengabaikan estetika adalah pertimbangan utama sang perancang. Pendekatan perancangan lebih condong ke arah fungsional dan harmonisasi antara desain bangunan dan lingkungan tapak yang merupakan lapangan bola dan kebun vertical gardening kecil dengan beberapa pepohonan kecil yang mengelilingi. Rancangan ini dipilih karena sesuai dengan kriteria perancangan saung yang diminta. Saung ini juga merupakan pilihan pertama dari pihak RW 04, di mana pada saat melihat rancangan saung tersebut pihak RW berkata â&#x20AC;&#x153;Wah, necis ya saung iniâ&#x20AC;?.
desain Potongan 1
potongan 2
tampak timur 3.3 Desain Saung
tampak selatan 53
3.3 Desain Saung
Studi penelitian ke sukabumi
Wawancara dengan tukang bambu
kegiatan jeja-g lainnya instalasi tensegrity
sosialisasi ke rw 04
Daftar Pustaka
Sumber Foto
Using Plastered Bamboo for Housing as the Innovative Eco-Construction in Asia, ICSTD 2012 Proceedings
Preseden Bambu
www.sahabatbambu.com
http://www.floornature.com/projects-housing/ project-great-bamboo-wall-house-kengo-kumabeijing-2002-4718/ http://inhabitat.com/great-bamboo-wall/ http://www.environmentalgraffiti.com/greenliving/incredible-bamboo-architecture-vo-trongnghia/15781 http://www.architravel.com/architravel/building/ airport-barajas http://o2indonesia.wordpress.com/category/ bamboo/ http://viewthrumygloballens.blogspot. com/2010/07/bamboo-bridge.html
Sisanya Dok. Pribadi
Pembimbing: Dr. Budi Faisal Pengawas Tim: Akbar Firizky Agniputra Reza Ambardi Pradana Abdul Said Ahtar Ketua: M. Fadhil Fachriansyah Sekretariat: Karina Wiriadidjaja Marsha Ramadanti Kepala Divisi Buku: Arief Sutanto Anggota Divisi Buku: Alicia Tiffany Beandda Reina Rivenska Dissa Ditto Ardiaputra Pratama Gavrila Ramona Menayang Kepala Divisi Pameran: Alfianta Putra Anggota Divisi Pameran: Kunto Anggoro Raden Aldy Manggala Putra Evelyn Miranda Sitorus Kepala Divisi Publikasi: Davina Iwana Kepala Divisi Realisasi: Davin Chang Anggota Divisi Realisasi: Raden Agung Yogaswara Lioner Octo Gurusinga
STRUKTUR TIM JEJA-G
Terima kasih kepada:
Wiwik D. Pratiwi Ph. D Robbi Zidna Ilman Patriot Negri Cipta Harisma Prodi Arsitektur ITB Panitia Gaung Bandung Dies 61 Pak Joni dan Tim Tukang Bambu Warga RW 04
Dan semua yang terlibat dan berkontribusi untuk kesuksesan penelitian Jeja-G