3 minute read

Peran Penting Mahasiswa Pascasarjana Pada Urgensi Ketahanan Pangan

Peran Penting Mahasiswa Pascasarjana Pada Urgensi Ketahanan Pangan

Mhd Akbar Hasibuan

Advertisement

Makanan merupakan salah satu bahan pangan sumber energi bagi setiap manusia untuk bisa bertahan hidup. Agar bisa bertahan hidup maka makanan yang dikonsumsi harus sesuai dengan program pemerintah yang saat ini diterapkan yaitu Beragam, Bergizi, Berimbang Dan Aman (B2SA). Oleh karena itu dengan menerapkan (B2SA), pola konsumsi makan setiap orang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh agar bisa bertahan hidup untuk masa depan. Sekitar satu miliar orang di dunia tidak memiliki makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka atau dengan kata lain kekurangan gizi karena minimnya ketahanan pangan yang tersedia (Barrett, 2010). Untuk memenuhi gizi sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tidak terlepas dari ketahan pangan. Ketahanan pangan merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat baik dari segi kuantitas, kualitas, ketersediaan, keragaman dan keamanan untuk keutuhan bangsa dan negara. Ketahanan pangan diera saat ini salah satu masalah yang penting untuk dituntaskan bagi negara maju dan

berkembang, khususnya di Negara Indonesia. Karena keamanan pangan berhubungan langsung dengan gizi dan kesehatan setiap individu. Untuk itu, perlu kita garis bawahi keamanan pangan berhubungan erat dengan ketersediaan pangan dan akses bahan makanan. Ketahanan pangan merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kecukupan pangan semua orang. Maksud dari kata cukup ialah cukup secara kuantitas dan kualitas dengan meliputi akses ekonomi dan fisik (Tendall et al., 2015). Kenyataan dilapangan bahwasanya ancaman terhadap ketahanan pangan dari 795 juta orang yang menderita kelaparan, 780 juta tinggal di negara berkembang (Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), 2015). Ancaman ini diakibatkan salah satunya adalah terletak pada urbanisasi, disparitas pendapatan, kelebihan penduduk, degradasi ekosistem, pembangunan infrastruktur dan perubahan iklim yang mengakibatkan kekeringan sehingga terjadi kerawanan pangan.

Dampak yang sangat perlu kita perhatikan adalah variasi iklim dan perubahan sumber air yang tidak bisa ditebak untuk menunjang produktivitas pertanian agar ketersediaan pangan bisa stabil dan tidak terjadi kerawanan pangan (Gohar & Cashman, 2016). Dengan perubahan iklim, serta pembangunan infrastruktur bidang pembangunan merupakan faktor utama penyebab kerawanan pangan. Maka dari itu, mahasiswa

pascasarjana dibutuhkan peran aktif dalam menuntaskan ketahanan pangan yang sedang bergejolak. Sebagai mahasiswa tidak hanya berpokus pada dunia akademik. Akan tetapi perlu fokus pada ketahanan pangan yang sudah diambang rawan. Sesuai dengan tuntutan Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan Dan Pengabdian Kepada Masyarakat) Mahasiswa sebagai anggota Sivitas Akademika diposisikan sebagai insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri di Perguruan Tinggi untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/atau profesional (Sutrisna, 2017). Dengan tuntutan Tridharma Perguruan Tinggi, mahasiswa diharapkan untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuannya kepada masyarakat dengan sebuah pengabdian yaitu melaksanakan pelatihan atau penyuluhan untuk mengatasi rawan pangan.

Dengan peran aktif mahasiswa pascasarjana melakukan pengabdian kepada masyarakat secara tidak langsung diharapkan dapat untuk memperbaiki infrastruktur pertanian dan lingkungan ekonomi secara umum serta memfasilitasi petani dengan menciptakan teknologi baru bagi petani agar mampu meningkatkan produktivitas pangan. Dengan menggunakan alat sarana dan prasana potensial teknologi pertanian yang baru, produksi tanaman pangan diharapkan

dapat meningkat serta dapat meningkatkan pendapatan petani (Hall, 2011; Spielman, 2005). Maka dengan demikian, Sivitas Akademika pemikiran seperti inilah yang diharapkan oleh masyarakat, agar permasalahan yang terjadi di lapangan terjawab dan mendapat solusi. Dengan peran mahasiswa bisa memberikan solusi kepada permasalahn yang ada dilapangan bisa mengatasi kerawanan pangan, kelaparan dan gizi buruk.

Referensi

Gohar, A. A., & Cashman, A. (2016). A methodology to assess the impact of climate variability and change on water resources, food security and economic welfare. Agricultural Systems, 147, 51–64. doi:10.1016/j.agsy.2016.05.008.

Hall, A. (2011). Putting Agricultural Research into Use: Lessons from Contested Visions of Innovation. Maastricht.

Tendall, D. M., Joerin, J., Kopainsky, B., Edwards, P., Shreck, A., Le, Q. B., … Six, J. (2015). Food system resilience: Defining the concept. Global Food Security, 6, 17–23. DOI:10.1016/j.gfs.2015.08.001.

Wibawa, Sutrisna. (2017). Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan Dan Pengabdian Kepada Masyarakat). Disampaikan dalam Rapat Perencanaan Pengawasan Proses Bisnis Perguruan Tinggi Negeri. Yogyakarta, 29 Maret2017. Hal. 01-15. Diakses pada tanggal 10 November 2018.

This article is from: