Wa r t a G e re j a Ma s e h i Advent Har i Ketuju h
03 - 2018
Tujuan
Di Atas Segalanya
E BRASIL
Halaman Sampul Gerald Daniel Obando Cari memiliki dua kampung halaman. Lahir dan dibesarkan di Peru, ia dua tahun belakangan ini tinggal bersama orang tuanya di Salvador, Brasil, di mana ayahnya menjadi pendeta di sebuah wilayah yang bertumbuh di bagian bersejarah kota ini. Ia sedang memulai petualangannya yang baru sebagai seorang pelajar kelas 10 di sekolah berasrama di Engenheiro Coelho, São Paulo, yang berjarak lebih dari 2.000 kilometer dari rumahnya. Gerald menyukai sepak bola dan renang serta buku-buku sejarah. Ia ingin mengamalkan ayat Alkitab favoritnya, Amsal 16:3. “Saya ingin menjadi misionaris medis— yaitu orang yang dapat menolong orang lain dalam hal jasmani dan rohani.”
Foto Sampul: Gerald A. Klingbeil
Fokus 10 Merindukan Tuhan Firman 18 Renungan 22 Apa yang Kita Percayai 26 Pertanyaan dan Jawaban Alkitab Gereja Saya 15 Suara Milenium 16 Pandangan Global 24 Mengenali Roh Nubuat Iman yang Hidup 20 Iman dalam Tindakan 27 Kesehatan & Kebugaran 28 Bolehkah Saya Ceritakan Sebuah Kisah? 30 Iman yang Bertumbuh—Halaman Khusus untuk Anak-anak
2
03 2018 AdventistWorld.org
mpat puluh tahun yang lalu, pada Jumat malam pertama saya di Paris, saya menulis baris-baris kata ini dari lantai tiga sebuah penginapan pemuda yang penuh sesak: “Di atas pemutar kaset di ranjang sebelah sana, saya melihat Tuhan. Di suatu tempat, jauh di atas kota yang bermandikan cahaya neon, Roh Kudus-Nya menantikan seruan kita dan bersedia memberikan jawaban.” Sama seperti penggalan-penggalan cerita lain yang saya tuliskan di catatan harian kumal itu, yang mencerminkan cuplikan penting dari pertumbuhan saya sebagai orang Advent—kebiasaan berdoa untuk menyambut hari Sabat; keyakinan bahwa doa saya itu memiliki arti bagi sesosok Tuhan yang baik; dan gangguan yang sering menyertai jam-jam doa dalam hidup saya. “Pemutar kaset di ranjang sebelah sana” yang diputar oleh rekan sekamar yang tidak peduli pada jam-jam doa saya, telah menjadi simbol bagi segala sesuatu di tahun-tahun mendatang yang membuat pengalaman doa saya menjadi penting dan penuh tantangan. Sesunguhnya, saya tidak dapat terus berpura-pura seolah-olah gangguan itu hanya berasal dari orang lain. Kemahiran saya untuk kehilangan fokus dalam percakapan maha penting itu nampaknya terus muncul, seolah tak berujung. Potongan-potongan sisa pekerjaan kemarin; kekhawatiran tentang hari esok; suara yang mengganggu dari telepon genggam saya; ingatan akan tugas yang mendesak atau terlewatkan menyeruak di tengah-tengah permohonan dan syafaat—semuanya bekerja sama untuk menarik saya dari saat teduh dan tak tergesa-gesa bersama Yesus yang sangat didambakan oleh jiwa dan dibutuhkan oleh raga saya. Berpuluh tahun kemudian, saya masih terus mencari Tuhan— pada setiap Jumat malam, di setiap pagi, di setiap jam tiap-tiap harinya—di atas kepingan-kepingan kehidupan yang mudah tergesa-gesa. Hal tersebut, ternyata, menjadi pembelajaran terbaik selama periode itu—bahwa iman tetap bertahan; bahwa Tuhan itu penyabar; dan kasih karunia untuk boleh berbicara dengan sang Pencipta itu terus tercurah bagi saya. Saat Anda membaca cerita sampul ini: “Merindukan Tuhan,” carilah tempat yang sepi dan tenang, untuk memulai percakapan maha penting dengan Tuhan yang selalu siap mendengarkan dan bersedia memberikan jawaban.
Momen Berita
Seorang anggota suku Carajรก, di negara bagian Tocantins, Brasil. Sembilan orang sukarelawan Advent tinggal selama 1 tahun untuk menjangkau daerah tersebut. Foto: Divisi Amerika Selatan
AdventistWorld.org 03 - 2018
3
Berita Singkat
“Tidak ada tempat di kerajaan maupun di gereja untuk penjahat moral [atau kekerasan seksual].” –Dwight Nelson, pendeta senior di Pioneer Memorial church, Andrews University, tentang terungkapnya kasus pelecehan seksual di kalangan atas baru-baru ini.
5
persen
Sebuah peringkat diberikan untuk suatu wilayah di Skotlandia, menandainya sebagai yang terendah dalam Indeks Kemiskinan Sosial negara itu. Gereja Advent setempat baru
Jurnal Teologi Baru di Prancis Fakultas Teologi di Campus Adventiste du Salève, sebuah universitas Advent di Prancis, telah menerbitkan edisi pertama jurnal teologinya yang berjudul Servir: Revue adventiste de théologie (Melayani: Jurnal Teologi Advent). Jurnal itu, yang ditebitkan di Prancis, dimaksudkan untuk mendorong penelitian dan perenungan mendalam di bidang teologi.
“Kita telah cukup lama mengetahui Di Timur Tengah dan Afrika bahwa kafein Utara, sebuah buku klasik berhubungan Steps to Christ sekarang dengan penyakit telah tersedia dalam enam bahasa. Hampir seluruh jantung, anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sekaberkurangnya rang dapat membaca buku kualitas ini dalam bahasa asli mereka. tidur, dan meningkatnya kegelisahan “Pemakaian obat dan depresi.” bius over dosis –Ross Grant, CEO of the Australasian
Research Institute (ARI) di Rumah Sakit Advent Sydney, sebuah lembaga kesehatan Advent. Australasian Research Institute
saja menyewa sebuah gedung
menerbitkan sebuah hasil penelitian yang
yang digunakan oleh anggota
menunjukkan bahwa kafein dan daging
jemaatnya untuk membuat
merugikan kesehatan. Faktor-faktor ini
masyarakat sekitarnya. Di
berhubungan dengan stres oksidatif yang
dalam gedung itu ada audi-
disebabkan oleh kelebihan radikal bebas—
80 orang, serta sebuah dapur untuk kelas memasak. 4
03 - 2018 AdventistWorld.org
disinyalir dialami 91 orang Amerika setiap harinya.”
hewan berkaki empat, stres, dan kurang tidur merupakan faktor-faktor kunci yang
pusat pola hidup sehat bagi
torium yang dapat memuat
Arab Farsi Turki Kurdi Inggris Prancis
sebuah kondisi biokimia yang dikaitkan dengan penuaan dini dan berkembangnya penyakit-penyakit akibat pola hidup seperti jantung dan beberapa jenis demensia.
–Wonha Kim, Direktur Center for Christian Bioethics di Loma Linda University Health. Lembaga pemerhati kesehatan Advent itu baru-baru ini mengadakan diskusi panel untuk membahas isu-isu seputar epidemi kecanduan dan penyalahgunaan obat bius.
Berita Singkat
“Tentu, kami harus melanjutkan prestasi yang telah ada, tetapi ini adalah pekerjaan Tuhan, dan kami akan setia menjalankan tugas yang untukNya kami dipanggil. –Darren Garlett, penduduk asli pertama yang ditunjuk sebagai Direktur Pelayanan Aborigin dan Suku Asli Torres Strait untuk Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Australia.
Gereja Advent di Jepang Bersiap Menyambut Olimpiade 2020 Pemimpin Advent di Jepang sedang merencanakan keikutsertaan dalam Olimpiade yang diadakan di Tokyo pada tahun 2020. Pertemuan tahunan para pimpinan Uni Konferens Jepang membicarakan kebutuhan untuk memulai pelbagai metode penjangkauan, dan cara-cara untuk menyebarkan Injil. Jepang memiliki penduduk sekitar 120 juta, dan kurang dari 1 persennya adalah orang Kristen. Dari jumlah 1 persen tersebut, hanya terdapat sekitar 15.000 orang Advent.
“Sebelum membuat suatu keputusan, saya bertelut dan bertanya kepada Tuhan, ‘Apakah ini benar dalam pandangan-Mu, Tuhan?’” –George Konrote, Presiden Fiji, dalam sebuah wawancara yang dilakukan beberapa hari sebelum berpidato di hadapan lebih dari 500 anak muda dari 13 negara kepulauan dalam Kongres Pemuda Trans Pacific Union Mission di Sabeto, Fiji.
266 Jumlah keluarga yang akan tetap tinggal di kemah pengungsian Hassan Sham U2 dan tidak akan kembali ke rumah mereka. Sejak bulan Desember 2013, bentrokan berdarah antara Pasukan Keamanan Irak dan ISIS telah memaksa banyak penduduk untuk meninggalkan wilayah Mosul, Irak, untuk menyelamatkan diri dari ancaman kekerasan. Sekarang situasi itu telah menjadi lebih tenang, ratusan penduduk kembali ke rumah-rumah mereka, tetapi masih banyak keluarga yang tidak dapat melakukan hal itu. Adventist Development and Relief Agency (ADRA) dan organisasi Adventist Help mendirikan sebuah pusat pengobatan darurat di kemah pengungsian itu.
foto: ADRA Irak/Kurdistan AdventistWorld.org 03 - 2018
5
Berita Selanjutnya
Gereja Advent di Amerika Selatan Mengeluarkan Pernyataan Menentang Hukuman Mati
Dokumen pernyataan itu dibuat berdasarkan rancangan dari Biblical Research Institute gereja Advent sedunia.
Oleh Staf Adventist World
Utusan-utusan dari 8 negara yang termasuk dalam wilayah gereja Divisi Amerika Selatan belum lama ini memutuskan untuk menerima pernyataan menentang hukuman mati itu dan mengumumkannya ke gereja-gereja lokal dalam pertemuan akhir tahun di Salvador, Bahia, Brasil. Pernyataan itu dirancang oleh Biblical Research Institute (BRI), badan penasihat gereja sedunia mengenai masalah-masalah teologis, memenuhi permintaan khusus dari gereja di wilayah tersebut. Dokumen itu membahas ayat-ayat Alkitab yang terlihat mendukung penerapan hukuman mati oleh pemerintah, dan menyimpulkan bahwa: “Gereja Advent percaya bahwa kekerasan dan hukuman mati tidak memiliki tempat di dalam gereja. Dengan kata lain, bukanlah tugas gereja untuk mengambil hidup seseorang.”
Apa Isi Dokumen Tersebut Dokumen itu menyatakan bahwa meskipun Alkitab tidak menafikan penderitaan dari mereka yang menjadi korban kejahatan yang mengerikan, pertanyaannya adalah apakah hukuman mati merupakan tindakan yang tepat. Penerapan hukuman mati “seringkali
dipenuhi kesalahan prosedur” dan “tidak dapat dikoreksi.” Sesuatu yang “seharusnya membuat kita sangat berhati-hati.” Tugas utama kita adalah untuk mengetahui pandangan Alkitab terhadap hukuman mati dengan mempelajari ayat-ayat Alkitab tentang hal itu di dalam pelbagai konteks, demikian dinyatakan dalam dokumen. Juga penting sekali untuk memahami topik ini dari “antropologi Alkitab yang sehat,” seperti pernyataan resmi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh selama bertahun-tahun untuk “melawan kekerasan, perang, dan euthanasia, serta mendukung toleransi dan perdamaian,” demikian tertulis. “Gereja telah membagikan ajaran Alkitab tentang nilai dari semua kehidupan dan kekudusan hidup manusia khususnya, yang diciptakan seturut gambar Allah,” tulis dokumen itu. Oleh karena itu “berusahalah memelihara dan melindungi kehidupan manusia.” Setelah menjelaskan bahwa di bawah sistem teokrasi di Perjanjian Lama, “hukuman mati diterapkan dalam pelbagai kasus,” pernyataan itu melanjutkan bahwa “dalam Perjanjian Baru undang-undang [hukuman
Foto: Gerald A. Klingbeil 6
03 - 2018 AdventistWorld.org
mati] itu tidak diterapkan oleh gereja Kristen.” Juga ditambahkan: “Pada kedatangan-Nya yang pertama, Yesus mengakhiri era teokrasi Yahudi dan menetapkan etika kerajaan-Nya.” Mengutip contoh hubungan sumbang yang disinggung dalam 1 Korintus 5, dokumen ini menyatakan bahwa di dalam Perjanjian Baru, “hukuman mati tidak lagi dijalankan oleh umat Allah.” Dalam konteks itu, “pembunuhan kaum bidah, yang dipraktikkan oleh beberapa gereja Kristen di masa lampau, bukan hanya tidak berdasar tetapi secara mutlak salah dan tidak dapat dibenarkan menurut sudut pandang Alkitab,” demikian dinyatakan.
Pemerintah dan Hukuman Mati Pernyataan itu lebih lanjut membahas secara khusus dua ayat Alkitab— Kejadian 9:5 dan Roma 13:4—yang umumnya digunakan untuk mendukung pelaksanaan hukuman mati oleh pemerintah. Setelah melakukan sebuah analisa kontekstual, dokumen itu mengakui bahwa “dewasa ini, tidak ada kesepakatan dalam menafsirkan ayatayat ini di dalam Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh maupun masyarakat Kristen pada umumnya.” Ia menambahkan: “Dengan demikian, tidak ada kesepakatan tentang apakah, dari sudut pandang Alkitab, pemerintah diperbolehkan atau bahkan dianjurkan untuk melembagakan hukuman mati.” Dalam paragraf penutup dokumen itu, anggota Komite Etika BRI—yang merancang pernyataan tersebut— menganjurkan anggota gereja untuk tidak terlibat dalam kampanye-kampanye yang mendukung hukuman mati. “Misi dari gereja bukanlah untuk mendukung kematian tetapi untuk mengabarkan kehidupan dan harapan,” tegasnya.
Berita Selanjutnya
Di Kolombia, Pemimpin Advent Menganjurkan Konsep “Masyarakat Inklusif”
Direktur Urusan Kebebasan Beragama Gereja Advent Bertemu dengan Pejabat Pemerintah.
Oleh Bettina Krause, Urusan Masyarakat dan Kebebasan Beragama
Foto: International Religious Liberty Association
Di Kolombia yang telah lelah berperang selama berpuluh-puluh tahun melawan kelompok-kelompok pemberontak, dan sekarang sedang membangun perdamaian, seorang pemimpin Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh mengingatkan para pejabat pemerintah bahwa kelompok-kelompok keagamaan minoritas pun memiliki peran yang penting. “Dialog inklusif, yang menampung suara dari segenap unsur masyarakat Kolombia, akan membantu terciptanya perdamaian yang kokoh dan bertahan lama,” kata Ganoune Diop, Direktur Urusan Masyarakat dan Kebebasan Beragama untuk Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sedunia, dalam pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri Kolombia, Guillermo Rivera Flórez. Dalam pertemuan tersebut, yang diadakan pada tanggal 9 November 2017 di kantor kementerian yang bertempat di Ibu Kota Bogota, Diop berbicara tentang shalom, istilah Ibrani untuk perdamaian. “Ini adalah sebuah kata yang mencakup ‘keutuhan’ dan merangkul semua,” katanya. “Tidak akan ada shalom—perdamaian yang sejati dan bertahan lama—tanpa partisipasi luas dari semua unsur masyarakat, termasuk suara dari kelompok-kelompok keagamaan minoritas.” Sejak akhir tahun 1950-an, Kolombia
mengalami kekerasan dan kerusuhan yang ditimbulkan oleh pertikaian antara kelompok pemberontak sayap kiri dan organisasi militer sayap kanan melawan pemerintah. Pertikaian itu ditandai dengan penyiksaan, pembunuhan, dan penculikan. Menurut laporan yang ada, kelompok-kelompok pemberontak juga terlibat dalam perdagangan kokain dan obat bius berskala besar sebagai salah satu sumber pendanaan mereka, yang pada gilirannya memunculkan raja-raja obat bius yang berkuasa. Diperkirakan oleh Colombia’s National Center for Historical Memory, konflik tersebut telah menumbangkan lebih dari 5 juta orang Kolombia dari rumah-rumah mereka, dan memakan korban lebih dari 220.000 jiwa, yang sebagian besar adalah penduduk sipil. Meskipun persetujuan perdamaian telah dibuat pada tahun 2016 antara pemerintah dan kelompok-kelompok pemberontak, tugas untuk menyembuhkan luka-luka masa lalu dan membangun masyarakat baru usai pertikaian cukup mengecilkan hati. Lebih dari 80 persen penduduk Kolombia terdaftar sebagai anggota Gereja Katolik Roma, yang sampai tahun 1991, merupakan agama resmi negara. Meskipun kebebasan beragama atau kepercayaan dilindungi oleh konstitusi di negara ini,
Diop mengatakan bahwa anggota jemaat gereja-gereja minoritas di Kolombia terkadang masih menemui kesulitan untuk menyuarakan aspirasi mereka dalam wacana publik. “Denominasi-denominasi ini, termasuk Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Kolombia, siap sedia untuk menjadi rekan yang produktif dalam membangun masyarakat yang mapan, inklusif, dan damai,” katanya. Diop bertemu dengan Menteri Dalam Negeri Rivera sebagai anggota delegasi para pemimpin Kristen tingkat dunia yang sedang berada di Kolombia untuk menghadiri pertemuan Conference of Secretaries of Christian World Communions (CS/CWC). Christian World Communions adalah sebuah paguyuban para pemimpin masyarakat Kristen yang bertemu di tempat-tempat yang berbeda setiap tahunnya untuk membicarakan hubungan antara dua negara atau pun beberapa negara dalam rangka mengenyahkan prasangka dan permusuhan, dan berbagi keprihatinan, informasi, dan kabar terkini mengenai denominasi masing-masing. Diop telah melayani sebagai Sekretaris CS/ CWC sejak tahun 2014, dan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh telah turut serta dalam pertemuan-pertemuan tahunan tersebut selama lebih dari 50 tahun.
AdventistWorld.org 03 - 2018
7
Fokus Berita Divisi Afrika Tengah-Timur (East-Central Africa Division/ECD)
3.792.471 Jumlah anggota ECD yang terdaftar sampai dengan November 2017
2.500
“Perkemahan ini dapat menjadi awal kemitraan antara pemerintah dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh untuk mengentaskan kemiskinan dan kecanduan obat bius.”
Jumlah narapidana yang
Wisuda Lulusan Terbanyak Universitas Advent di Rwanda Sebanyak 675 lulusan diwisuda
dilayani dalam sebuah pe-
di Adventist University of
layanan penjara oleh Gereja
Central Africa (AUCA) Rwanda, di
Masehi Advent Hari Ketujuh
antaranya sebanyak 386 orang
Newlife di Nairobi, Kenya. Para
(57 persen) adalah wanita. Untuk
Jolly Kagira, seorang wakil
anggota gereja ini mengadakan
pertama kalinya, universitas
Sebuah program radio
pemerintah di Uganda
kelas-kelas Sekolah Sabat
ini mewisuda lulusan bergelar
Advent yang disiarkan oleh
mengatakan hal ini saat
untuk para narapidana, untuk
MBA dan Master Pendidikan.
sebuah stasiun radio nasional
melihat lebih dari 3.000
membantu pertumbuhan
di Burundi telah mendunia
kemah pelayanan kese-
spiritual di dalam komuni-
hatan gratis didirikan oleh
tas itu. Saat ini kelas-kelas
terutama bagi para penutur
Gereja Masehi Advent
tersebut memfasilitasi 400
bahasa Kirundi. Program
Hari Ketujuh di seluruh
orang narapidana. Sejak
negeri, yang menawarkan
pelayanan ini dimulai pada ta-
perawatan kesehatan
hun 2012, sekitar 1.000 orang
dan bimbingan Alkitab.
narapidana telah dibaptis.
Program Radio Burundi Meraih Pendengar Global Melalui WhatsApp
melalui akun WhatsApp,
tersebut, Ijwi Ry’Inzamba
Y’Iherezo (Suara Sangkakala Terakhir) dipandu oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Burundi. Program ini mengudara setiap hari Sabtu dan meraih minat internasional dari para pendengar radio di seluruh dunia.
“Meskipun tidak sendirian, Anda sekarang mandiri, jadi pergilah dan layani Tuhan dan sesamamu manusia ke mana pun Tuhan membimbingmu” Demikian kata Blasious Riguri,
Anggota gereja Advent di Rwanda berkumpul dalam Ibadah Komunitas Bulanan. Pemerintah Rwanda memberikan penghargaan kepada Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh untuk komitmen yang ditunjukkan dalam pelayanan mereka. (^-)
Ketua Divisi Afrika Tengah-Timur dan Rektor AUCA, menantang para lulusan universitasnya untuk melayani masyarakat setelah kelulusan ini.
Foto: Rwanda Union Mission 8
03 - 2018 AdventistWorld.org
Perspektif
Oleh Glen Townsend, Ketua Divisi Pasifik Selatan
Foto: Xan Griffin
Di Manakah Mereka?
Kembali ke sebuah gereja dan sebuah komunitas yang pernah Anda gembalakan atau turut bersekutu di sana, selalu merupakan pengalaman emosional. Sungguh membikin semangat bila melihat para pendukung yang bekerja bersama Anda dalam pelbagai komunitas dan ajang penginjilan, masih dengan setia melayani Tuhan sekuat tenaga mereka. Ada sukacita saat melihat para mantan orang Advent, yang tidak mau kembali ke gereja, tetapi sekarang menjadi murid Yesus yang taat. Puas rasanya melihat orang yang Anda baptis dan Anda tinggalkan seperti bayi-bayi dalam iman, sekarang telah duduk di majelis gereja dan memimpin Sekolah Sabat untuk anak-anak. Sungguh takjub pula melihat mereka yang Anda layani dalam kelas Alkitab dan seminar-seminar, yang tidak membuat keputusan saat itu, sekarang bersukacita di dalam kebenaran Yesus dan terlibat untuk membantu orang lain dalam menemukan hidup baru mereka dalam iman kepada Yesus. Saya ingin berhenti menulis saat ini, terima kasih Tuhan, dan berhenti pada kisah di atas, tetapi hal itu bukanlah gambaran yang utuh. Ada mereka yang sangat Anda kenal yang tidak ada lagi di sana. Setelah mencari-cari, Anda menemukan bahwa beberapa dari mereka telah meninggal dan sedang menantikan
sukacita mereka di dalam Yesus. Yang lain telah berpindah ke gereja-gereja lain. Tetapi ada kisah-kisah lain yang membuat sakit kepala. Ada guru Sekolah Sabat yang sangat piawai dalam memimpin kelompok dan melibatkan orang dalam pembahasan Alkitab, yang sekarang memilih untuk tidak lagi mau bersekutu di gereja karena banyaknya gosip yang menyakitkan. Ada seorang wanita yang memimpin kelas olahraga yang diikuti oleh banyak anggota masyarakat, yang tidak datang lagi karena majelis gereja berusaha sekuat tenaga menghentikan pelayanannya karena jenis pakaian yang digunakan orang ketika berolahraga. Ada anak-anak yang saya bimbing di Pathfinder dan Sekolah Sabat, sekarang telah menjadi pengacara, arsitek, dan pebisnis yang sukses, yang tidak lagi ada di sana. Tidak seorang pun yang tahu alasannya. Ada seorang dokter, seorang montir, dan seorang tukang kebun, dan mereka pun tidak tertarik lagi pada gereja. Ada yang jadi penentang; tapi ada yang begitu saja menghilang. Melihat hal-hal ini membuat ngeri. Mereka adalah bagian dari 50 persen orang Advent di seluruh dunia yang secara statistik tidak lagi bergabung dengan kita. Gereja-gereja lokal sangatlah cair. Kuasa Firman Tuhan dan Roh Kudus mengubah kehidupan yang ditantang oleh hubungan yang retak, hutang, pekerjaan yang hampa makna, pelecehan oleh rekan kerja, balas dendam dari seorang teman.
Tapi terkadang kerapuhan manusia ini memengaruhi orang tertentu dan memberi mereka alasan untuk meninggalkan gereja. Di banyak gereja terdapat banyak kepedihan yang membuat mereka yang tadinya ada di sana sudah tiada lagi, putera dan puteri kita, sepupu, kakak dan adik kita, paman, ayah, ibu, dan sahabat kita. Ketiadaan mereka di gereja membuat ngeri. Kita berdoa dan mengetahui bahwa Allah mendengar dan bertindak, tetapi Allah tidak pernah memaksakan kehendak kepada orang yang dicintai-Nya lebih daripada kita mencintai mereka. Kita mengetahui hal ini, tetapi tetap saja ngeri rasanya. Ketika kita mendoakan orang lain, kita perlu juga berdoa untuk diri sendiri sehingga kita dapat bertahan sampai pada kesudahannya (Mat. 24:13). Kehidupan di gereja dapat menjadi seperti kereta luncur kehidupan. Bagaimanakah lagi kita dapat menghadapi rasa ngeri itu? Di samping berdoa, kita dapat memilih untuk menjadi berbeda. Marilah kita gunakan rasa ngeri dari kehilangan itu untuk membuat kita bertindak nyata: Mendengarkan, mendoakan, mendukung, dan menasihati satu sama lain tanpa perlu menghakimi (Mat. 7:1, 2; Rm. 13:8; Kol. 3:13). Itulah maknanya menjadi murid Yesus. Itulah gereja yang kita cari.
Artikel ini muncul pertama kali di majalah Adventist Record. AdventistWorld.org 03 - 2018
9
Fokus
Merindukan Tuhan Paradoks Doa
OLEH FRANK M. HASEL
K
ita semua sudah mendengar pentingnya doa bagi kehidupan rohani kita. Kita mendengar bahwa doa memberikan kita kekuatan untuk bertahan melawan pencobaan. Kita mendengar kisah-kisah tentang doa yang berkuasa mengenyahkan ketakutan dan menghidupkan pengharapan. Kita telah mendengar bagaimana doa mengalahkan kuasa-kuasa kegelapan dan betapa doa benar-benar mengubahkan orang dan jalannya peristiwa. Kita mendengar bahwa doa menolong kita untuk lebih tepat dalam berkarya bagi Tuhan dan bahwa doa sangat penting dalam hidup rohani kita seperti halnya bernapas bagi hidup jasmani. Kita mengetahui segalanya tentang doa! Tapi masih saja kita tidak berdoa. Doa menjadi sebuah paradoks ketika kita sangat membutuhkannya, kita seringkali malah menghindarinya. Barangkali kita telah menjadi lelah karena kebiasaan dungu untuk meminta terus-menerus kepada Tuhan agar menolong kita atau mengabulkan apa yang kita minta. Barangkali kita menggunakan kata-kata yang diulang-ulang yang segera menjadi dangkal dan kosong. Barangkali kita telah kehilangan pegangan kita pada Tuhan. Kita mengetahui secara intelek bahwa kita dapat meminta apa saja kepada Tuhan dan tidak ada yang tak mungkin bagi Tuhan. Namun kehidupan rohani kita seringkali berbeda. Apakah Doa Benar-benar Berguna? Masih segar dalam ingatan saya tentang seorang pelajar yang masih muda. Ia mendengarkan penjelasan tentang “Doa Alkitab ABC�1 yang saya bagikan kepada kaum muda di gereja. Sekitar tiga minggu kemudian remaja putri ini bertemu lagi dengan saya dan terlihat kecewa serta marah tentang apa yang saya katakan mengenai doa. “Doa tidak berguna! Yang Anda katakan kepada kami tidak benar,� ia berseru. Ketika saya menanyakan apa yang telah terjadi, ia
10
03 - 2018 AdventistWorld.org
Gambar: Diana Simumpande
“Doa adalah membuka hati kepada Allah seperti kepada seorang sahabat. Doa itu perlu bukan supaya Allah mengetahui keadaan kita yang sebenarnya, melainkan untuk menyanggupkan kita menerima Dia. Doa bukanlah membawa Allah turun kepada kita, melainkan membawa kita naik kepada-Nya.� – Ellen G. White, Kebahagiaan Sejati, hlm. 104.
AdventistWorld.org 03 - 2018
11
menceritakan kisahnya kepada saya. Ia berbagi apartemen dengan seorang wanita muda yang memiliki standar kebersihan dan keteraturan yang berbeda dengannya. Teman sekamarnya itu akan meninggalkan tumpukan piring kotor di dapur hingga berhari-hari, dan standar keteraturannya sangat berbeda dengan apa yang dianggap nyaman oleh remaja putri ini. Tanpa berusaha memperbaiki hubungannya dengan teman sekamarnya, ia mulai berdoa agar teman sekamarnya itu bisa lebih teratur. Dengan cara itu, ia tidak perlu berubah menjadi lebih sabar, tapi teman sekamarnya itu harus menyesuaikan diri dengan standar kenyamanan remaja putri ini. Tidak salah berdoa untuk orang lain. Karena sebenarnya, demikian pula yang kita lakukan ketika mendoakan pertobatan dan perubahan nurani. Tetapi mungkinkah, seringkali doa-doa kita, meskipun dibungkus dengan jubah kesalehan, didorong oleh motif yang salah? Tidakkah doa-doa kita seringkali dinodai kepentingan diri sendiri ketimbang dituntun oleh kasih sejati untuk orang lain? Boleh jadi saya berdoa untuk pertobatan pasangan saya karena dengan begitu hidup saya akan jadi lebih nyaman. Bisa saja saya meminta kepada Tuhan untuk hal-hal
tertentu karena saya telah terbiasa dengan standar hidup tertentu, dan saya tidak nyaman bila kurang dari standar itu. Saya mungkin berdoa untuk kesehatan karena saya takut sakit dan tidak mau menjalani hidup yang dibebani oleh penyakit. Mungkin juga saya bahkan berdoa untuk dapat berhasil dalam pekerjaan Tuhan karena dengan demikian saya akan mendapat peran penting di dalamnya dan pengaruh saya akan menjadi lebih kuat apabila doa saya menjadi kenyataan. Menemukan Fokus Doa Sangat sering kitalah yang menjadi pusat doa-doa kita, bukannya Tuhan. Sering pula kita menggunakan doa sebagai mesin ATM rohani, bahwa segalanya berputar di sekeliling “keinginan kita untuk memiliki.” Kita perlu berfokus pada Tuhan dan menjadikan-Nya pusat doa, dan bukan hal-hal lain. Mencari dan menikmati kehadiran Tuhan dalam doa lebih penting daripada rezeki yang diberikan-Nya kepada kita. Mungkinkah kita perlu menemukan kembali doa yang menyukakan Allah?2 Doa seperti itu diawali dengan kedekatan pribadi bersama Tuhan, ketimbang dimulai dengan daftar permohonan dan permintaan kita. Ketika permohonan kita tidak didasarkan dalam hubungan yang
hidup dengan-Nya, itu hanya mencerminkan keinginan dan gagasan kita dan bukan kehendak Allah. Tetapi begitu kita mengerti bahwa hubungan kita dengan Tuhan dan penyembahan kita pada karakter-Nya adalah pusat dari doa-doa kita, maka doa-doa itu akan menemukan fokus yang baru sama sekali. Kita mulai berpikir dan berdoa dari perspektif Tuhan dan mulai melihat permohonan dan permintaan kita dan bahkan seluruh hidup dan keberadaan kita melalui mata-Nya. Inilah apa yang berhasil dilakukan oleh tokoh-tokoh Alkitab. Mereka memberikan contoh untuk kita teladani. Ketika musuh dalam jumlah sangat besar mengancam untuk menghancurkan Yehuda, dan Raja Yosafat tidak tahu bagaimana caranya mengatasi kekuatan musuh, ia memulai doanya tidak dengan menyebutkan kebutuhannya yang besar akan pertolongan Tuhan atau dengan meminta Tuhan untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya ia berfokus pada Tuhan dan kuasa-Nya dan mulai mengingat kasih setia Tuhan dengan menyebutkan tindakkan penyelamatan Tuhan di masa lalu (bdk. 2 Taw. 20:5—12). “Mata kami tertuju kepada-Mu,” demikian ia menutup doanya (ayat 12).
10 Ayat Alkitab Penting Tentang Doa Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalanjalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka (2 Taw. 7:14).
Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku. Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-Mulah aku berdoa. TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggununggu (Mzm. 5:1—3). Gambar: Josh Applegate
Bukannya berfokus pada kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, Yosafat berfokus pada Dia yang adalah Tuhan—bahkan atas kesulitan-kesulitan kita. Memandang kenyataan hidup kita dari perspektif Tuhan, kesulitan-kesulitan kita nampak dalam terang yang baru. Ketika kita dengan sadar berpikir tentang sifat-sifat Tuhan, kualitas dan kuasa-Nya, dan mengungkapkan penghormatan kita pada hal-hal tersebut, doa-doa kita akan dipenuhi dengan kehidupan spiritual yang baru. Tiba-tiba doa-doa memiliki sesuatu untuk dihormati dan dihargai. Masalah-masalah kita tidak lagi menjadi pusat doa-doa kita—Tuhanlah pusatnya. Doa seperti ini tidak membawa Tuhan turun ke level kita. Sebaliknya, kita yang terangkat ke hadirat-Nya. Doa tidak mengubah Tuhan. Doa itu mengubah kita. Doa yang berfokus pada Tuhan memungkinkan kita untuk jujur terhadap diri sendiri dan kepada Tuhan. Dalam terang kasih-Nya dan kekudusan-Nya kita mulai melihat diri sendiri, keinginan-keinginan kita, dan kebutuhan-kebutuhan kita secara berbeda. Dipahami dengan cara demikian, doa menjadi ungkapan terpenting kasih kita kepada Tuhan!
Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku (Mzm. 17:6). TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepadaNya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan (Mzm. 145:18). Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu (Yer. 29:12).
“Merupakan hak istimewa kita untuk membuka hati kita, dan membiarkan sinar terang Kristus masuk. Saudaraku, saudariku, menghadaplah pada terang itu. Datanglah ke dalam hubungan pribadi yang sebenarnya dengan Kristus, agar Anda dapat memberi pengaruh yang membangkitkan semangat dan menghidupkan kembali. Biarlah imanmu menjadi kuat, murni, dan teguh. Biarlah hatimu penuh dengan ungkapan syukur kepada Tuhan. Saat Anda bangun di pagi hari, bertelutlah di samping tempat tidur Anda, dan mintalah Tuhan untuk memberi Anda kekuatan untuk melakukan tugas hari itu, dan menang dari godaan. Mintalah Dia untuk membantu Anda memantulkan keindahan karakter Kristus di tempat kerja Anda. Mintalah Dia untuk membantu Anda mengucapkan kata-kata yang akan mengilhami orang di sekeliling Anda dengan harapan dan keberanian, serta menarik Anda lebih dekat kepada Juruselamat.” – Ellen G. White, Sons and Daughters of God, hlm. 199.
Melihat Sekilas Kasih-Nya Mengapakah Tuhan menjawab doa-doa kita? Ketika kita menghampiri Tuhan dalam doa, kita tidak memiliki daftar riwayat hidup untuk menunjang kita. Kita tidak memiliki rekam jejak pencapaian-pencapaian yang mengesankan. Kita tidak memiliki contoh kasih atau kebijaksanaan yang akan membuktikan bahwa kita berharga. Kita tidak memiliki apa-apa yang dapat membuat Tuhan berutang kepada kita atau mewajibkan-Nya berbuat baik kepada kita. Jadi mengapakah Tuhan menjawab doa-
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anakanakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya (Mat. 7:11). Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu (Mrk. 11:24).
doa kita? Jawabannya sederhana: “Karena diri Tuhan sendiri merupakan alasan untuk menjawab doa-doa kita. Doa memiliki harapan untuk dijawab bukan karena kualitas orang yang berdoa, tetapi karena sifat dan rencana-Nya yang mendengar doa itu.”3 Tuhan menjawab doa karena Ia adalah kasih dan Ia mengasihi kita dengan lemah-lembut. Dan karena Tuhan adalah Tuhan, Ia dengan gembira memberi kita lebih dan melampaui apa yang dapat kita mengerti dan pinta. Tuhanlah pertama-tama dan terutama memberkati
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Rm. 8:26). Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor,
biarlah rohmu menyalanyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! (Rm. 12:10—12). Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Flp. 4:6).
AdventistWorld.org 03 - 2018
13
kita dengan kehadiran-Nya. Dan dalam persekutuan itu Tuhan bergembira, jika kita memohon hal-hal besar kepada-Nya. Dalam persekutuan doa dengan Tuhan seperti itu kita mengecap saat-saat nikmat hadirat sang Pencipta dan Penebus kita. Malangnya, kita telah terbiasa dengan mentalitas doa instan. Budaya kita tidak mendukung irama hidup yang secara alami menghasilkan doa-doa yang memakan waktu. Waktu yang lama berarti belajar untuk menunggu. Tetapi irama hidup kita lebih sering diatur oleh microwaves dan McDonald. Ketika kita membawa daftar keinginan kepada Tuhan dalam doa-doa kita, kita berharap untuk menerima jawaban-Nya dalam hitungan detik. Kita menginginkannya secara instan: “Berilah saya kesabaran, Tuhan. Dan tolong berikan kesabaran itu sekarang juga!” Rengek kita. Dan saat Tuhan mendengarkan “McDoa” kita yang terburu-buru dan seringkali egois, doa-doa itu tidak akan berarti banyak bagi pembinaan hidup rohani kita ataupun dalam membuka telinga kita pada kehendak Tuhan. Doa-doa yang terburu-buru tidak memiliki dampak mendalam yang datang hanya melalui pertarakan dalam berdoa. Yesus tidak hidup dalam budaya serba cepat seperti kita, namun Ia menghadapi tantangan zaman yang lebih menekan. Ia hanya memiliki tiga tahun yang singkat untuk menyelesaikan rencana keselamatan-Nya. Pelayanan yang hanya beberapa bulan itu berakibat banyak orang yang tidak disembuhkan, tidak diajar, dan tidak dimuridkan. Tetapi pada akhir hidup-Nya, Yesus masih dapat menyatakan: “Sudah selesai.” Barangkali Ia tidak menyelesaikan semua yang dapat diselesaikan-Nya, namun demikian Ia telah menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan-Nya. Dan doa membantu Yesus untuk mengetahui prioritas-Nya di dalam saat-saat teduh bersama Bapa-Nya. Hal itu membantunya mengkristalkan prioritas-prioritas yang penting dan menyingkirkan urusan-urusan yang hanya bersifat mendesak. Menghabiskan waktu doa bersama Tuhan Pencipta dan Penebus kita juga akan memberikan dampak mendalam pada keberadaan kita. Sekali kita memulai pertemuan kita secara teratur dengan Tuhan dalam doa, kita berubah. Nilai-nilai kita berubah. Beberapa hal yang sebelumnya nampak begitu penting menjadi tak begitu berarti dan kehilangan daya tariknya, sementara yang lain mendapatkan arti yang baru. Kita akan melihat orang lain secara berbeda. Doa di hadapan Tuhan adalah cara yang paling bermanfaat untuk mencapai kemurnian hati. Ia memberi kita arah yang baru dan motivasi untuk memandang segala sesuatu dari perspektif Tuhan. Doa seperti itu adalah kesempatan yang indah untuk membiarkan-Nya membentuk kita seturut gambar-Nya.
“Doalah yang mempersatukan hati. Adalah doa kepada Dokter Agung yang dapat menyembuhkan jiwa yang akan membawa berkat Tuhan. Doa mempersatukan kita satu dengan yang lain dan dengan Tuhan. Doa membawa Yesus ke pihak kita, dan memberi kekuatan baru dan anugerah segar kepada jiwa yang pingsan dan bingung untuk mengatasi dunia, daging, dan Iblis. Doa menghalau serangan Setan.”
– Ellen G. White, Our High Calling, hlm. 177.
Untuk gagasan-gagasan praktis tentang doa seperti ini dan lainnya, lihat Frank M. Hasel, Longing for God: A Prayer and Bible Journal (Nampa, Idaho: Pacific Press Pub. Assn., 2017), hlm. 121–124, Tapi lihat juga prasyarat yang penting “Prayer That Pleases God,” pada hlm. 43-45. 2 Ibid., hlm. 42–45. 3 Paul David Tripp, A Shelter in the Time of Storm: Meditations on God and Trouble (Wheaton, Ill.: Crossway Books, 2009), hlm. 53. 1
Frank M. Hasel, berasal dari Jerman, melayani sebagai Associate Direktur Biblical Research Institute di General Conference. 14
03 - 2018 AdventistWorld.org
Gambar: Ben White
Suara Milenium
Apakah Anda Benar-benar Seorang Advent? “
H
alo, ini pendeta Anda yang bicara. Anda telah dicalonkan menjadi Wakil Ketua PA.” Saya tertegun. Bagaimana bisa seorang berusia 23 tahun diharapkan untuk memimpin kaum muda di sebuah jemaat yang beranggotakan 3.000 orang? Gereja saya adalah satu dari 50 gereja Advent yang melayani 6,5 juta penduduk kota metropolitan Nairobi, Kenya. Otak saya berpacu mengolah berlusin alasan tentang ketidakpantasan saya untuk tugas kepemimpinan yang besar ini. Tentunya mereka dapat menemukan anggota jemaat lain yang lebih dewasa, lebih berkualitas, dan lebih berpengalaman yang akan sempurna untuk tugas ini, bukan? Sungguh, saya seolah-olah sedang berada di posisi Musa yang gemetar memikirkan alasan-alasannya di hadapan semak yang menyala. Tantangan terbesar kami sebagai para pemimpin PA adalah bagaimana menarik hati mereka terhadap gereja, menangkap perhatian mereka, dan membuat mereka terus terlibat dalam program-program kepemudaan pada Sabat sore. Seperti juga di tempat-tempat lainnya di dunia, gereja kami seringkali terpusat pada ibadah pagi, sedangkan kegiatan-kegiatan sore hari hanya diikuti oleh segelintir orang. Bagaimanakah agar program gereja kami bersaing dengan daya tarik yang ditawarkan oleh masyarakat sekuler postmodern? Selagi kami membahas pertanyaan-pertanyaan ini, kami merasakan suatu kebutuhan akan cara-cara yang inovatif dan tidak biasa yang akan merupakan perpaduan sehat antara kematangan rohani dan relevansi kekinian. Kami bertujuan untuk menghidupkan kerinduan kaum muda kepada Kristus. Kami memulai sebuah ibadah khusus kaum muda yang berjudul “terbakar.” Dalam acara satu setengah jam ini, kami dibantu oleh seorang pembaca berita sebuah stasiun televisi besar untuk “memandu” ibadah. Di antara sesi pujian dan penyembahan, wawancara interaktif dengan orang terkenal mengenai perjalanan rohani mereka pun disajikan, begitu pula musik dari para pemusik musiman Advent. Ibadah diakhiri dengan khotbah yang berjiwa muda namun berpusat pada Kristus. Abel Kirui, seorang Advent sebagai pelari maraton dan peraih medali emas Olimpiade, adalah salah satu yang diwawancarai. Ia membagikan kesaksian pribadinya tentang kesukaannya pada Eric Liddell (Chariots of Fire) dan DesGambar: Frederick Kimani
mond Doss (Hacksaw Ridge). Pendiriannya yang kuat untuk tidak mengikuti lomba pada hari Sabat menjadi inspirasi yang kuat bagi kaum muda untuk mempertahankan iman mereka di tempat kerja. Dalam ibadah lainnya kami mewawancara keponakan dari Chinua Achebe, seorang penulis Afrika yang produktif dan calon peraih Hadiah Nobel dalam kesusastraan. Ia menceritakan perjumpaan keluarganya dengan gereja Advent, dan sisi kerohanian yang jarang diketahui dari pamannya yang terkenal. Seluruh program kami bertujuan untuk menginspirasi para pemuda ini untuk berperan serta aktif dalam perjalanan iman mereka di segala bidang kehidupan. Kristus perlu disajikan secara lebih nyata, jelas, dan personal dalam kehidupan sehari-hari kita, bukan sekadar tokoh sejarah purba yang kita dengar setiap hari Sabat. Kenyataan yang dihadapi para pemuda Advent dalam dunia masa kini adalah kurangnya kepedulian. Tumbuh dewasa sebagai orang Advent generasi ketiga, di mana pergi ke gereja pada hari Sabat adalah daftar yang harus dilakoni sebagai aktivitas rutin setiap minggu, saya akhirnya menyadari kebutuhan akan perubahan paradigma dalam cara berpikir saya sendiri. Agama rutinitas harus diubah menjadi ibadah pola hidup, yang secara aktif memengaruhi setiap bidang kehidupan kita—7 hari dalam seminggu. Termasuk untuk mati setiap hari terhadap keinginan kita supaya bisa hidup bagi Kristus dalam 24/7. Paulus abad ke-21 akan menantang Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh untuk berubah menjadi gereja Advent tujuh hari. Ia menyimpulkannya dengan ringkas: “Supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rm. 12:1). Bagaimanakah sebuah pengorbanan dapat menjadi “hidup” ketika tujuan satu-satunya adalah kematian? Itulah maknanya menjadi orang Advent tujuh hari.
Frederick Kimani, M.D., adalah seorang dokter konsultan di Nairobi, Kenya, yang rindu untuk membangun jembatan antara Tuhan dan kaum muda melalui musik. AdventistWorld.org 03 - 2018
15
P Pandangan Global
Mencapai Pencerahan Sejati Menerima Firman Tuhan Apa Adanya
Alkitab ini, yang dipakai oleh Thomas Jefferson, adalah sumber asli dari mana ia membuat versi Alkitab yang baru. Perhatikan bagaimana ia memotong ayat-ayat dari halaman-halaman Alkitab itu. 16
03 - 2018 AdventistWorld.org
ria ini memiliki niat yang mulia. Dalam usianya yang ke-77 tahun, ia telah mencapai lebih dari kebanyakan orang, namun masih ada satu proyek yang rindu untuk dilakukannya. Dengan hati-hati ia mengumpulkan benda-benda yang dibutuhkannya: Sebuah pisau tipis yang tajam, lem, dan enam jilid Perjanjian Baru dalam bahasa Inggris, Prancis, Latin, dan Yunani. Ia meletakkan benda-benda itu di atas permukaan yang rata, dan mulai melakukan dengan teliti pekerjaan memotong bagian-bagian tertentu dari kitab Injil. Lalu ia melekatkan bagian-bagian itu bersama, yang berisi “kisah hidup, perumpamaan, dan ajaran moral Yesus secara kronologis. Yang tersisa adalah bahan-bahan yang tidak dapat dimengerti olehnya secara akal sehat dan diyakininya sebagai kisah yang ditambahkan kemudian, seperti mukjizat-mukjizat dan kisah Kebangkitan.”1 Hal-hal ini disebutnya “hal-hal yang tidak mungkin, takhayul, fanatisme, dan direkayasa.”2 Alkitab Jefferson Diselesaikan pada tahun 1820, buku hasil pekerjaan tangan setebal 84 halaman ini dikenal sebagai Alkitab Jefferson, meskipun oleh penyusunnya, Thomas Jefferson, diberi judul “Hidup dan Ajaran Moral Yesus dari Nazaret.” Diekstraksi dari Alkitab bahasa Yunani, Latin, Prancis, dan Inggris. Jefferson, presiden ketiga Amerika Serikat, adalah seorang terpelajar, yang memiliki bakat dalam pelbagai bidang, dan merupakan penulis utama Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat. Dia juga seorang deist: Yaitu orang yang bersikeras bahwa “kebenaran agama harus berdasarkan otoritas akal manusia dan bukannya penyataan Ilahi.”3 Kaum deist menyangkal bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan yang diwahyukan dan menolak Alkitab sebagai sumber doktrin agama. Jefferson memandang Alkitab dalam kacamata “Pencerahan” abad kedelapan belas, dengan menggunakan lensa naturalisme
Gambar: Hugh Talman/Smithsonian’s National Museum of American History
dan hanya menerima hal-hal yang dapat dijelaskan secara naturalistis atau dari sudut pandang ilmiah.4 Dengan menyusun buku Hidup dan Ajaran Moral Yesus, Jefferson percaya bahwa ia sedang menyelamatkan ajaran murni Yesus dengan cara menyingkirkan rekayasa yang tidak perlu yang ditambahkan kemudian ke dalam Alkitab. Praktik “pencerahan” dari abad kedelapan belas ini banyak digunakan akhir-akhir ini. Dikenal sebagai metode historis kritis, praktik itu berlanjut dengan menempatkan akal manusia di atas wahyu Ilahi di dalam Alkitab, menihilkan campur tangan Ilahi dan mencari makna berdasarkan pemahaman dan praduga manusia. Meskipun para praktisi metode historis kritis masa kini tidak menggunakan pisau potong dan lem untuk menyusun Alkitab versi mereka sendiri seperti yang dulu dilakukan oleh Jefferson, hasilnya tetap sama: Sebuah versi manusiawi yang dangkal dari sebuah buku penyataan Ilahi. Hermeneutika Protestan Kebalikannya adalah metode historis Alkitabiah,5 yaitu metode Protestan untuk menafsirkan Alkitab yang digunakan oleh Martin Luther dan para Pembaru Protestan lainnya, dan telah digunakan oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sejak mula-mula gerakan Advent. Inilah juga nampaknya cara yang digunakan oleh para penulis Alkitab dalam menafsirkan Alkitab: Membandingkan Alkitab dengan Alkitab. Tidak seperti metode historis kritis, metode historis Alkitabiah (juga dikenal sebagai metode historis gramatika) berasumsi adanya Tuhan Pencipta yang aktif di sepanjang sejarah manusia, dan menerima bahwa “segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16). Ia mengenali “betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu” (Yer. 17:9), dan bahwa pikiran manusia tidak dapat menjadi hakim atas Firman Tuhan. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Ia memperlengkapi mereka dengan akal, memberi mereka kemampuan untuk mengamati, menganalisa, dan menarik kesimpulan.6 Jadi melalui doa, bimbingan Roh Kudus, dan pikiran yang dikuduskan dan berserah pada Tuhan dan kehendak-Nya, kita akan mampu untuk memiliki pengertian yang jernih akan Firman Tuhan.
guru-guru palsu yang menyesatkan dan membingungkan pikiran mereka, pekerjaan akan tercapai yang membuat malaikat-malaikat senang, dan yang akan membawa ke pihak Kristus ribuan orang yang sekarang sedang mengembara dalam kesalahan.”7 Akhirnya, kita dinasihati untuk menggunakan pikiran kita saat mempelajari Alkitab, dengan jiwa yang rendah hati, mau diajar, dan bergantung kepada hikmat Tuhan. Ellen White Menulis: “Kita harus menggunakan seluruh kuasa pikiran untuk mempelajari Alkitab, dan mengerahkan pengertian kita untuk mengerti, sejauh yang dapat dipahami manusia fana, perkara-perkara yang dalam mengenai Allah. Namun kita tidak boleh lupa bahwa penurutan dan kepatuhan seorang anak adalah roh yang benar seorang pelajar. Hal-hal sulit di dalam Alkitab tidak pernah dapat diatasi dengan metode yang sama yang digunakan menangani masalah-masalah falsafah. Kita tidak boleh mempelajari Alkitab dengan bergantung kepada diri sendiri sebagaimana yang dilakukan banyak orang dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan. Tetapi dengan bergantung kepada Allah di dalam doa, dan dengan kerinduan yang sungguh-sungguh untuk mengetahui kehendak-Nya. Kita harus datang dengan roh kerendahan hati dan dapat diajar untuk memperoleh pengetahuan dari YANG AKU ADA yang agung itu. Jika tidak, malaikat-malaikat jahat akan membutakan pikiran kita sedemikian rupa dan mengeraskan hati kita sehingga kita tidak akan dipengaruhi oleh kebenaran itu.”8 Salah satu ayat Alkitab kesukaan saya adalah Yohanes 1:1 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Firman Tuhan itu berkuasa. Melalui kumpulan tulisan suci yang ditulis selama 1.500 tahun itu, Tuhan berbicara dengan satu suara. Di sepanjang segala abad, bahasa, tempat, dan budaya, kebenaran Tuhan yang tidak berubah diungkapkan melalui Firman yang dinyatakan-Nya, Alkitab. Tapi kita tidak menyembah Alkitab sebagai sebuah relik, melainkan menyembah Tuhan atas Alkitab itu, yang suara-Nya masih dapat kita dengar dengan jelas berbicara melalui Firman-Nya hingga hari ini kepada mereka yang mendengarkan.
“Thomas Jefferson’s Bible,” American History, Smithsonian Institution, hlm. 4, americanhistory.si.edu/ JeffersonBible/history/page-4.cfm. Thomas Jefferson to William Short, 4 Agustus 1820, www.let.rug.nl/usa/presidents/thomas-jefferson/ letters-of-thomas-jefferson/jefl261.php. 3 Darren Staloff, “Deism and the Founding of the United States,” National Humanities Center, nationalhumanitiescenter.org/tserve/eighteen/ekeyinfo/deism.htm. 4 “Thomas Jefferson’s Bible,” hlm. 3, americanhistory.si.edu/JeffersonBible/history/page-3.cfm. 5 Richard M. Davidson, “Interpreting Scripture According to the Scriptures: Toward an Understanding of Seventh-day Adventist Hermeneutics,” 20-21 Mei, 2003, hlm. 10, thestairview.com/wp-content/ uploads/2017/07/interp-scripture-davidson.pdf. 6 Lihat Ángel Manuel Rodríguez, “Human Reason and Biblical Hermeneutics: An Introduction,” Journal of the Adventist Theological Society 27, no. 1-2 (2016): 85-97. 7 Ellen G. White, Alfa dan Omega (Bandung, Indonesia Publishing House, 1999), jld.8, hlm. 630. 8 Ibid. 1
2
Tugas Pertama dan Tertinggi Inspirasi Ilahi mengatakan: “Adalah tugas utama dan tertinggi setiap makhluk yang rasional yang mempelajari dari Alkitab apa itu kebenaran, lalu berjalan di dalam terangnya, dan mendorong orang-orang lain untuk mengikuti teladannya. Kita harus mempelajari Alkitab itu dengan tekun setiap hari, menimbang setiap pemikiran, dan membandingkan ayat dengan ayat lain. Kita juga diberi petunjuk tentang bagaimana mengerti Alkitab: “Bahasa Alkitab harus dijelaskan sesuai dengan artinya yang sebenarnya, kecuali menggunakan lambang atau gambar.... Jikalau manusia menerima Alkitab sebagaimana ia dibaca, jikalau tidak ada
Ted N. C. Wilson adalah Ketua Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh General Converence. Tulisan dan komentar lainnya tersedia secara resmi di Twitter: @ pastortedwilson dan Facebook: @PastorTed Wilson. AdventistWorld.org 03 - 2018
17
Renungan
Ketika Kegagalan (Bukan) Sebuah Pilihan
A
khirnya saya menyadari bahwa saya telah melihat poster itu sepanjang semester. Namun di benak saya selalu tergantung sebuah pertanyaan tentang kebenaran pesan di dalamnya. Di kampus saya telah dipenuhi oleh poster itu (bahkan di kamar kecil!), dan sulit sekali untuk tidak melihatnya. Di atasnya tertera huruf-huruf tercetak tebal: “Ketika Kegagalan Bukan Sebuah Pilihan.� Tapi selalu ada poster-poster di sebelahnya yang merebut perhatian saya. Akibatnya, saya tidak pernah benar-benar membacanya secara lengkap, tapi entah bagaimana pesan itu telah merasuk ke alam bawah sadar. Ketika saya memutuskan untuk membaca keseluruhan isi poster itu, ternyata isinya sebuah ajakan dari Disability Support Services di universitas, yang ditujukan kepada para mahasiswa bermasalah untuk mengatasi keterbatasan mereka agar berhasil. Bagus sekali! Sejauh itu, bagus! Namun demikian, saya masih tersihir oleh pesan pembukanya. Tentu saja bukan dalam hubungan dengan mahasiswa bermasalah, tetapi dengan
Kegagalankegagalan itulah yang masyarakat tempat kita hidup, yang terobsesi pada prestasi, yang membuat sukses sebagai tujuan tertinggi dalam hidup, dan jelasjelas tidak memberi ruang pada kegagalan. Saya teringat akan percakapan dengan seorang teman tentang membina anak remaja (kami memiliki dua anak remaja di rumah); dalam percakapan itu teman saya memandang saya dan berkata bahwa hal terburuk adalah saat putrinya berpikir akan mengalami kegagalan dalam suatu bidang. Peringkat di sekolah, olahraga, bahkan Pathfinder, dan dalam kencan—kita harus berhasil dalam segala sesuatu, bahkan dengan mengorbankan perasaan. Sudut Pandang Psikologi dan Sosiologi Sebuah penelitian baru-baru ini yang diadakan di Jerman menunjukkan bahwa setiap siswa kelas 7 akan dikirim ke tempat les oleh orang tua mereka, meskipun peringkat mereka sudah cukup baik, hal mana menambahkan beberapa jam di kelas sore terhadap jadwal sekolah yang sudah terlalu padat. Di balik semua itu masalahnya bukanlah pada siswa yang bermasalah, melainkan pada orang tua yang ingin melihat anak-anak mereka berhasil—dan harus berhasil. Apa yang dipelajari dari anak-anak bukan hanya aljabar dan tata bahasa, tetapi gagasan bahwa “Saya harus selalu membawa pulang hasil yang baik, dan jika saya tidak dapat melakukannya, saya membutuhkan pertolongan. Pertolongan yang serius, karena jika tidak maka karier akademis saya akan terancam, dan tentu saja, kedudukan sosial saya. Dan kemajuan itu adalah sebuah keharusan; artinya: ‘Saya tidak boleh gagal.’” Para psikolog anak telah membunyikan alarm dan berbicara tentang depresi serta kegelisahan, bahkan kondisi depresi yang parah, yang makin berjangkit di usia muda.1 Mereka berpendapat bahwa sebagian masalahnya adalah karena anak-anak tidak pernah belajar untuk gagal, sehingga tidak pernah belajar dari kegagalan mereka. Selain itu, sebuah masyarakat yang tidak memiliki toleransi terhadap kegagalan akan membentuk sebuah lingkaran tak berujung “lebih baik dan paling baik.” Hal tersebut menimbulkan munculnya rasa tidak aman dan tidak percaya diri yang sangat besar. Lalu, ketika kehidupan mereka mengalami kegagalan dan kekecewaan, mereka menjadi tidak siap untuk itu. Tentu saja ini bukan sebuah dukungan terhadap mentalitas rata-rata dan larangan untuk mencapai yang terbaik. Namun sebuah ajakan untuk merenungkan bahwa sekarang bukanlah waktunya untuk terjun ke dalam kereta sirkus “lebih baik dan paling baik,” tapi untuk mencari cara yang lebih sehat untuk belajar dan menjadi pemenang kehidupan, bahkan kehidupan yang kekal. Sudut Pandang Teologi Alkitab dipenuhi oleh orang yang gagal: Musa yang memukul orang Mesir, dan kemudian memukul batu lebih dari satu kali; ingat juga Daud, yang gagal mengendalikan nafsunya terhadap seorang wanita cantik yang sudah bersuami; ada Petrus, yang gagal untuk tidak menghunus pedang dari sarungnya dan mengucap serapah
menghantar mereka dari mulutnya; dan Paulus, yang secara kejam melakukan persekusi ke tangan yang penuh terhadap pengikut Yesus yang mulamula, hanya untuk melihat kegagalan kasih dan ampun dari hidupnya ketika Kristus sendiri meneJuruselamat. muinya di jalan ke Damsyik. Daftar ini akan terus berlanjut! Pada kenyataannya, kegagalan-kegagalan itulah yang menghantar mereka ke tangan yang penuh kasih dan ampun dari Juruselamat dan mengubahkan mereka menjadi para pahlawan iman yang penuh kuasa. Dalam perjalanan itu mereka memetik dua hal penting. Pertama, ketika saya gagal, saya menyadari bahwa saya harus mengurangi keyakinan pada kemampuan sendiri dan lebih kepada kuasa kasih karunia Tuhan: “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Kor. 12:9). Kegagalan adalah satu langkah menuju pengampunan dan kekuatan di dalam Kristus. Sebaliknya, ketika kegagalan bukan sebuah pilihan, saya mungkin memandang diri saya dari sisi yang salah tentang keadilan Tuhan. Kedua, jika saya gagal, ada sebuah kesempatan bahwa saya akan menjadi lebih berbelaskasihan terhadap orang lain di sekitar saya. Melihat kembali pengalaman Petrus, Ellen White berkomentar: “Mengingat akan kelemahan dan kegagalannya sendiri, ia harus memperlakukan domba dan anak domba yang diserahkan kepadanya sebagaimana Kristus telah memperlakukan dia.”2 Sebuah pengakuan yang sehat terhadap kegagalan-kegagalan kita membuat kita lebih pemaaf terhadap kekurangan orang lain dan membantu kita untuk mengembangkan empati seperti Kristus. Jadi sebaliknya, kegagalan harus menjadi sebuah pilihan di dalam dunia yang berdosa ini. Itu bukan sesuatu yang harus dicari atau diperjuangkan, tetapi sebuah pilihan yang saya tahu cepat atau lambat akan menghampiri saya. Dan hal itu Oke! Saya tidak harus menekan diri saya untuk selalu berhasil, dan hancur pada kegagalan pertama. Begitu pula, saya menyadari untuk tidak menekan anak-anak saya supaya menjadi pemenang dalam segala bidang. Mereka seyogianya mengetahui bahwa mereka diperbolehkan gagal, bahwa mereka dapat tumbuh dengan belajar dari kesalahan-kesalahan mereka; dan bahwa kasih karunia Ilahi mendukung semua itu. Saya berdoa bahwa saya akan tetap mengatakan hal yang sama ketika rapor peringkat kelas anak saya yang akan datang sampai di rumah. http://www.spiegel.de/lebenundlernen/schule/burnout-bei-kindern-wie-kommt-es-so-frueh-zudepressionen-a-1045734.html. Ellen G. White, Alfa dan Omega (Bandung, Indonesia Publishing House, 1998), jld.7 hlm. 436.
1
2
Martin G. Klingbeil, D.Litt., adalah profesor studi Alkitab dan arkeologi serta Associate Direktur Institut Arkeologi di Southern Adventist University di Collegedale, Tennessee, Amerika Serikat.
AdventistWorld.org 03 - 2018
19
Iman dalam Tindakan
Masterstroke
Menjangkau Pendengar Khusus bagi Kristus
S
ore itu adalah hari yang panas di bulan Agustus di Paris. Ini adalah cuaca yang membuat orang ingin menemukan sebuah bangku di kafe yang dingin sambil menghirup segelas tinggi Perrier dingin. Tetapi bukan itu yang terjadi. Sebaliknya, sebuah kerumunan orang dari segala penjuru dunia sedang menunggu di sebuah halaman yang luas, berdiri menantang sengatan langsung mentari sore. Apakah yang mereka tunggu? Bukan seorang bintang film, atlet olahraga, atau politikus. Dan pastinya bukan sebuah ibadah keagamaan. Di tengah gerahnya udara sore yang panas itu mereka berkerumun untuk bisa masuk ke dalam museum seni Louvre. Seperti komentar seorang pengunjung: “Koleksi museum Louvre sangat banyak, begitu pula kerumunan pengunjungnya. Dibutuhkan waktu berjam-jam untuk bisa masuk ke dalam!” Berjam-jam untuk masuk ke sebuah museum seni? Luar biasa, tapi antrean panjang untuk menikmati seni yang baik adalah hal yang biasa. Apakah di London’s National Gallery, New York Metropolitan Museum of Art, atau Uffizi Gallery museum di Florensia, seni yang baik selalu mendapat sambutan baik. Semuanya itu membuat Neale Schofield dari Australia berpikir. Jika kita ingin menarik pengunjung di kota-kota 20
03 - 2018 AdventistWorld.org
besar dunia, apakah tempat untuk memulainya lebih baik daripada para pencinta seni? Ia merenung. Pada umumnya seni yang mendapat penghargaan tinggi dari masyarakat sekuler modern diciptakan untuk mengomunikasikan kebenarankebenaran spiritual. Apakah ada cara untuk menggali rahasia-rahasia spiritual di balik karya-karya seni dunia, ia berpikir, dan dalam proses itu, memperkenalkan kembali sang Seniman Agung kepada para pemirsa sekuler? Schofield, yang memperoleh gelar masternya dalam seni dan agama dari Universitas London dan sekarang memimpin Hope Channel di Selandia Baru, menjadi sibuk mengembangkan rangkaian penginjilan yang inovatif untuk melaksanakan gagasan itu. Ia bertanggung jawab memproduksi serial TV Masterstroke. “Saya bekerja sama dengan tim dari Adventist Media di Sydney untuk mengembangkan sebuah konsep yang merangkaikan seni yang populer dengan kisah-kisah menarik di belakangnya,” kata Schofield. “Setiap pertunjukan mengisahkan bahwa seni mungkin saja kompleks, kisahnya campur aduk, dan senimansenimannya hancur, tapi apakah pesan di balik itu? Hal ini lebih besar daripada koleksi keindahan yang ditemukan di dalam galeri-galeri di seluruh dunia.”
Pendekatan Inovatif Seberapa inovatifkah cerita yang dibawakan oleh Masterstroke? Hal itu dapat dilihat dari episode yang menceritakan bahwa bertahun-tahun sebelum Vincent van Gogh bertengkar hebat dengan Gauguin dan memotong telinganya sendiri, ia telah merencanakan untuk menjadi seorang pendeta Protestan. Pertunjukan ini menantang pemirsa untuk memikirkan pertanyaan menarik berkenaan dengan hidup van Gogh yang kompleks. Bagaimanakah ide-ide religiusnya memengaruhi karya seninya? Bagaimanakah hubungannya dengan Tuhan mengubah seluruh hidupnya? Dan apakah rahasia di dalam karya seninya yang dapat kita pahami dari kisah hidupnya? “Sebuah pertunjukan tentang seni harus melibatkan karya seni,” kata Schofield. “Tentu saja kami tidak dapat memakai karya seni yang asli, jadi saya mencari senimanseniman yang kemampuan teknisnya tinggi. Mereka membuat reproduksi yang di layar kaca tidak akan bisa dibedakan dari karya seni aslinya. Tim kami juga membuat animasi dari lukisan-lukisan terkenal dalam sejarah, dan menghidupkan itu dengan cara yang unik.” Dari animasi-animasi tingkat tinggi, dekor perkotaan, rekaman langsung di lokasi, dan cara bercerita yang kekinian, pertunjukan-pertunjukan itu memberikan nuansa canggih yang tidak biasa. Gambar: Courtesy of Masterstroke
Masterstroke sengaja ditunjukan untuk pemirsa yang jarang dijangkau oleh gereja Advent. Jika kita ingin menjangkau pemirsa di kotakota besar di dunia, apakah tempat memulainya lebih baik daripada para pencinta seni?
Bukan Hanya Seniman Terkenal Penceritaan tidak terbatas pada namanama yang terkenal. Dalam seri kedua dari Masterstroke, Neale menceritakan sebuah kisah tentang artis yang paling berpengaruh—meskipun seringkali terlewatkan—dalam sejarah: Artemisia Gentileschi. Gentileschi adalah seorang artis wanita yang secara konsisten berada dalam peringkat yang sejajar dengan artisartis besar dalam sejarah. Meskipun terlahir pada tahun 1.600-an, ia menjalani hidup yang mirip dengan berita-berita utama masa kini. Ia diperkosa oleh seorang pria penguasa yang menggunakan sistem untuk melindungi dirinya sendiri. Ia disiksa ketika mengajukan gugatan terbuka kepada pria itu. Tetapi pada akhirnya ia dimenangkan. Dalam perjuangannya ia melukis gambar-gambar menggugah yang diambil dari Alkitab dan sumber-sumber yang terkait untuk mengungkapkan kebenaran dasar: Tuhan dalam Alkitab tidak memandang muka. Keadilan-Nya diterapkan juga kepada orang yang kaya, berkuasa, dan terkenal. Itu adalah pelajaran yang penting bagi masa kini sama seperti 400 tahun yang lalu ketika ia melukis karya besarnya. Pemirsa yang Unik
Masterstroke sengaja ditunjukan untuk pemirsa yang jarang dijangkau oleh gereja Advent. “Sejak pertama mengudara, saya mendapat masukan dari orang di seluruh penjuru dunia,” kata Schofield. “Dan yang menarik adalah demografinya berbeda dari apa yang pernah saya kerjakan sebelumnya. Banyak orang yang berkomentar itu adalah orang kota yang kaya dan terpelajar.” Salah satu perkembangan yang mengejutkan datang dari sebuah sekolah putra elit di Melbourne, Australia. “Saya dihubungi oleh siswa kelas dua belas sekolah itu. Hebatnya, guru mereka menemukan Masterstroke secara daring dan menggunakannya sebagai bagian dari kurikulum mereka,” kata Schofield. “Para siswa itu datang dari demografi (lapisan
penduduk) yang tidak pernah dijangkau. Masterstroke menarik bagi pemirsa yang jarang disentuh oleh gereja Advent. Itulah yang membuat kita terhubung. Dan mempelajari lebih jauh tentang arti dari seni itu, konteksnya, serta pesanpesannya, sangat menarik bagi mereka. “Sangat sederhana,” lanjut Schofield. “Hal itu seperti menemui orang di tempat mereka berada, menemukan kesamaan minat, dan kemudian berbagi kasih Kristus dalam konteks itu.” Rencana Masa Depan Dua seri penuh Masterstroke sudah difilmkan, dan ada rencana untuk melengkapi pertunjukan TV itu dengan sebuah buku dan pelajaran daring yang menggabungkan sejarah seni dan Injil. “Kita harus menggunakan setiap sarana yang ada untuk menjangkau dunia yang sekarat ini,” simpul Schofield. “Masterstroke dirancang untuk meraih ratusan juta orang yang rela mengantre di tengah hari yang panas hanya untuk menyaksikan keindahan karya seni. Kami ingin memeperkenalkan kepada kerumunan yang haus dan kepanasan di kota-kota besar itu kesejukan mata air hidup.” Itu adalah tujuan yang terpuji—dan Schofield telah menemukan cara unik yang menarik untuk menggapainya.
James Standish adalah seorang pengacara yang tinggal bersama istri dan dua anaknya di Silver Spring, Maryland, Amerika Serikat, di mana ia menjalankan sebuah perusahaan konsultan, yang berfokus pada hubungan dengan pemerintah dan media.
Anda dapat menonton episodes
of Masterstroke secara online di www.ARTVNow.com
AdventistWorld.org 03 - 2018
21
Apa yang Kita Percayai
Trinitas
Satu Allah Dalam Tiga Pribadi Melihat Dari Dekat Data-data Terkait
K
eallahan terharu oleh belas kasihan terhadap umat manusia, dan Bapa, Putra, dan Roh Kudus membuat sebuah rencana keselamatan.”1 Hal ini terjadi di surga sebelum kesepakatan bahwa Kristuslah yang akan berperan sebagai Juruselamat.2 Mengenai Kristus, Mesias yang akan datang, Alkitab berkata bahwa Ia “yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” (Mi. 5:1). Kristus sebelum inkarnasi adalah “Allah yang Perkasa” dan “Bapa yang Kekal” (Yes. 9:6). “Kristus benar-benar dimuliakan, bahkan dengan kemuliaan yang diperolehya dari Bapa dari sejak kekekalan,” tulis Ellen White.3 Tidak heran jika Kristus mengetahui bahwa Ia memiliki “kesetaraan dengan Allah” (Flp. 2:6). Kristus “setara dengan Allah, tidak terbatas dan mahakuasa,” catat Ellen White, dan “Kristus pada hakikatnya, dan dalam artinya yang tertingi, adalah Allah. Ia bersama dengan Allah sejak kekekalan,” “seorang pribadi yang berbeda.”4 “Berbicara tentang praeksistensi-Nya, Kristus membawa pikiran kita ke masa sebelum segala abad. Ia meyakinkan kita bahwa tidak pernah ada waktu ketika Ia tidak berada dalam persekutuan dengan Allah yang kekal.”5 Persekutuan berarti sebuah hubungan satu dengan yang lain. Yesus menyatakan kepada Marta pada saat kematian Lazarus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa...yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” (Yoh. 11:25). Ellen White mengomentari demikian: “Di dalam Kristus ada kehidupan, asli, hakiki. ‘Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup.’ 1 Yoh. 5:12. Keallahan Kristus adalah jaminan kehidupan kekal bagi orang percaya.”6 Ketika berada di bumi, Kristus ditanya oleh orang Farisi tentang usia-Nya. Ia menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh. 8:58). Mengomentari pengakuan ini, Ellen White menulis: “Keheningan meliputi seluruh sidang. Nama Allah, yang diberikan kepada Musa untuk menunjukkan kehadiran yang kekal, telah diakui sebagai milik-Nya oleh Rabi dari Galilea itu. Ia mengumumkan diri-Nya sebagai Yang ada dengan sendirinya, Ia yang
22
03 - 2018 AdventistWorld.org
telah dijanjikan kepada Israel, ‘yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.’”7 “Ada dengan sendirinya” berarti memiliki kehidupan yang asli, tidak berasal dari yang lain. Bagaimanakah dengan Roh Kudus? “Kita perlu menyadari bahwa Roh Kudus... adalah pribadi seperti halnya Allah adalah pribadi.”8 Roh Kudus adalah “Pribadi Ketiga dari Keallahan,”9 dan “Bapa, Putra, dan Roh Kudus, adalah tiga penguasa suci di surga.”10 “Penguasa surgawi yang kekal—Allah, dan Kristus, dan Roh Kudus.”11 Kristus Berbicara dengan Penuh Kuasa Kristus akan segera meninggalkan murid-murid-Nya. Untuk menentramkan mereka, Ia berkata: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (Yoh. 14:16—18). Dua pasal kemudian Kristus berkata: “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh. 16:7). Kemudian Kristus menyebutkan beberapa pekerjaan Roh Kudus (ayat 8—11). Kristus melanjutkan: “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (ayat 12, 13). Dalam dua pasal ini Kristus berbicara tentang 2 Pribadi—Kristus dan Roh kebenaran. Roh Kudus adalah “wakil” dan “penerus” Kristus di bumi.12 Lebih Jauh Tentang Pekerjaan Roh Kudus Diperlukan seorang Pribadi Ilahi untuk memberi kelahiran manusia bagi Kristus (Mat. 1:20), untuk menulis Perjanjian Lama (Kis. 28:25—27) dan Perjanjian Baru (1 Ptr. 1:20, 21; bdk. 1 Tes. 2:13). Juga dibutuhkan Pribadi Ilahi untuk menjadi pengatur gereja di kitab Kisah Para Rasul: Memberi petunjuk (Kis. 8:29; 10:19, 20; 11:12, 28; 13:2—4; 16:6, 7; 20:23, 28); memenuhi orang percaya (Kis. 4:8, 31; 8:17; 9:17; 10:44, 45; 11:15, 24; 13:9, 52; 19:6); karunia bahasa (Kis. 2:4), mengajar (Yoh. 14:26), mengingatkan apa yang dikatakan Yesus (Yoh. 14:26), memberi penghiburan (Kis. 9:31), menjadi saksi (Kis. 5:32). Ia menjadi perantara (Rm. 8:26); dapat bersedih (Ef.
Gambar: Johny Goerend
4:30); menguduskan (1 Ptr. 1:2; bdk. Yoh. 17:17); menghasilkan buah-buah bagi orang Kristen—kasih, dengan segala ciri-cirinya (Gal. 5:22, 23); memberikan rupa-rupa pelayanan bagi anggota gereja (1 Kor. 12:4—11); dan membawa Kristus yang telah bangkit ke dalam hidup para pengikut-Nya (Yoh. 17:26; Gal. 2:20, 4:19; Ef. 3:17; Flp. 2:13; Kol. 1:27). Pada penutupan Sidang Yerusalem para pemimpin mengakui Roh Kudus sebagai pribadi, dan menyatakan: “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini” (Kis. 15:28). Roh Kudus mengatakan: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah [bdk. Yoh. 3:16], dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Kor. 13:14). “Sebab ada 3 yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman [Yohanes menyebut Kristus Firman (Yoh. 1:1, 14)], dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu” (1 Yoh. 5:7). Dalam Alkitab setiap pribadi dalam Trinitas ini disebut Allah. Bapa menyebut Kristus Allah (Ibr. 1:3, 8), Kristus menyebut Bapa Allah (Yoh. 8:42). Petrus memarahi Ananias: “Engkau mendustai Roh Kudus” (Kis. 5:3), dan dengan melakukan itu: “Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah” (ayat 4). Demikianlah tulisan-tulisan yang terinspirasi menyebut Allah sebagai tiga pribadi Keallahan, sebuah persekutuan kasih, dengan hidup yang asli, tidak dipinjamkan, tidak berasal dari yang lain. Ellen G. White, Counsels on Health (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1923), hlm. 222. Bandingkanlah dengan tulisan Ellen G. White, Patriarchs and Prophets (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1890), hlm. 36. 3 Ellen G. White, The Acts of the Apostles (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1911), hlm. 38, 39. 4 Ellen G. White, Evangelism (Washington, D.C.: Review and Herald Pub. Assn., 1946), hlm. 615; Ellen G. White, in Advent Review and Sabbath Herald, 5 April, 1906. 5 Ellen G. White, in Signs of the Times, 29 Agustus, 1900. 6 Ellen G. White, The Desire of Ages (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1898), hlm. 530. 7 Ibid., hlm. 469, 470. (Italics supplied.) 8 Ellen G. White manuscript 66, 1899, in Evangelism, hlm. 616. 9 E. G. White, The Desire of Ages, hlm. 671. 10 Lihat tanggapan E.G.White dari Mat.28:19 dalam Ellen G. White manuscript 92, 1901. In The Seventh-day Adventist Bible Commentary, Ellen G. White Comments (Washington, D.C.: Review and Herald Pub. Assn., 1956), jld. 5, hlm. 1110. 11 Ellen G. White manuscript 145, 1901, pada Evangelism, hlm. 616. 12 Ellen G. White, Lift Him Up (Hagerstown, Md.: Review and Herald Pub. Assn., 1988), hlm. 179. 1
2
Norman Gulley, Ph.D., professor emeritus, Southern Adventist University, telah melayani sebagai seorang pendeta, misionaris, dan guru, sekarang tinggal dengan istrinya di Collegedale, Tennessee, Amerika Serikat. Baca lebih lanjut tentang Apa yang Kita Percayai di www.adventist.org/en/beliefs/
AdventistWorld.org 03 - 2018
23
Mengenali Roh Nubuat
Kumpulan dan Ringkasan Membuat Tulisan Ellen White Lebih Mudah Diakses
E
llen White adalah salah seorang penulis paling produktif sepanjang zaman. Beliau menghasilkan buku, tulisan, surat, dan bahan-bahan lain yang tidak diterbitkan dalam jumlah yang luar biasa banyaknya. Pada saat kematiannya pada tahun 1915, hanya 24 buku tulisan tangan beliau yang sudah dicetak, dan dua lagi yang siap diterbitkan. Dalam tahun-tahun berikutnya, banyak kumpulan tulisan yang baru, dan saat ini ringkasan buku-buku dan terbitan dalam bahasa masa kini telah diterbitkan. Ada yang mempertanyakan apakah terbitan-terbitan baru itu absah dan dapat dipercaya. Bagi mereka, hanya bukubuku yang diterbitkan selama beliau hiduplah yang benar-benar berharga dan harus dipandang serius. Jadi sangat penting bagi kita untuk mengerti hakikat dan tujuan diterbitkannya bukubuku baru itu. Kumpulan Tulisan Ada dua alasan utama yang mendorong pemegang mandat Ellen G. White Estate untuk mempersiapkan kumpulan-kumpulan yang baru dari tulisan beliau. Yang pertama adalah keinginan Ellen White sendiri dan amanat kepada mereka untuk melakukan itu. Dalam wasiat terakhirnya (1912) beliau memberikan mandat kepada perwakilannya untuk bertanggung jawab atas “pencetakan kumpulan tulisan-tulisan saya.”1 Tulisan-tulisan Ellen White bukan hanya untuk disimpan dalam arsip, namun untuk terus disuarakan kepada semua orang “hingga zaman berakhir.”2 Dalam kata-kata beliau: “Hal-hal yang telah disampaikan kepada orang banyak harus disampaikan terus-menerus kepada mereka. Tulisan-tulisan yang dicetak di koran-koran kita segera akan dilupakan oleh para pembaca. Mereka harus disatukan, dicetak dalam bentuk buku, dan diberikan kepada orang percaya maupun mereka yang tidak percaya.”3 Prinsip yang sama diterapkan untuk tulisan-tulisan yang tidak diterbitkan. Beliau menjelaskan: “Saya telah menulis
24
03 - 2018 AdventistWorld.org
banyak hal dalam buku harian. Saya telah menyimpan semua catatan perjalanan saya yang harus disampaikan kepada orangorang jika memang penting, bahkan jika saya tidak menuliskan apa-apa lagi. Saya menghendaki agar apa yang dianggap bermanfaat dimunculkan, karena Tuhan telah memberikan kepada saya terang yang begitu melimpah sehingga saya menghendaki agar dimiliki juga oleh orang lain.”4 Alasan kedua untuk mempersiapkan kumpulan-kumpulan yang baru adalah adanya kebutuhan dan tantangan mendesak dari gereja. Orang bisa berpendapat bahwa semua orang percaya seyogianya mempelajari sendiri tulisan-tulisan Ellen White; itu adalah hal yang ideal. Tetapi dari sudut pandang praktis, tidak setiap orang memiliki waktu dan keahlian untuk menguasai karya tulis beliau yang luar biasa banyaknya. Kumpulan tulisan dapat membantu para pembaca untuk menemukan dalam 1 jilid kutipan-kutipan yang berkenaan dengan suatu masalah. Jika pembaca ingin memeriksa tulisan asli dari mana kutipan itu diambil, mereka dapat melakukannya dengan mengakses situs web EGWwritings.org. Ada pembaca yang mungkin bertanya-tanya apakah surat-surat peribadi seyogianya dimasukkan ke dalam kumpulan-kumpulan itu. Kita harus mengingat bahwa banyak buku di dalam Perjanjian Baru yang merupakan surat terbuka kepada gereja-gereja tertentu, bahkan surat-surat pribadi. Jika surat tidak diperkenankan masuk ke dalam kumpulan tulisan dari para penulis terinspirasi, maka banyak bagian Perjanjian Baru yang harus dikeluarkan, sesuatu yang sama sekali tidak terpikirkan. Ringkasan dan Kutipan Ringkasan yang paling penting dari buku-buku standar Ellen White adalah lima jilid dari the Conflict of the Ages Series. Buku Patriarchs and Prophets diringkas dan diterbitkan sebagai From Eternity Past (1983); Prophets and Kings, sebagai From Splendor
to Shadow (1984); The Desire of Ages, sebagai From Heaven With Love (1984); The Acts of the Apostles, sebagai From Trials to Triumph (1984); dan The Great Controversy, sebagai From Here to Forever (1982). Isi dari buku-buku penginjilan kecil, yang diterbitkan untuk distribusi masal, dikutip dari buku-buku Ellen White yang lebih tebal. Sebagai contoh, The Great Hope (2012) diambil dari The Great Controversy; dan Story of Hope (2016), dari The Story of Redemption. Dalam kedua kasus tersebut, perhatian para pembaca ditarik ke buku standar yang asli. Ringkasan maupun kutipan seyogianya tidak dipandang sebagai pengganti buku-buku standar dari mana isi mereka diambil. Mereka dimaksudkan untuk (1) menyediakan pandangan sekilas yang bermanfaat mengenai isi dasar buku-buku tersebut dengan harga yang lebih terjangkau, dan (2) untuk menjangkau kalangan sibuk yang tidak akan pernah membeli atau membaca buku aslinya. Sebagai sebuah alasan pembenar, dapat dikatakan bahwa lebih baik membaca ringkasan bukunya ketimbang tidak membaca sama sekali. Bahasa Masa Kini Tulisan-tulisan Ellen White sekarang berusia lebih dari 100 tahun, dan menampilkan pola kesusastraan zaman itu. Beberapa kata yang digunakan oleh beliau telah berubah maknanya seiring perubahan zaman. Sebagai contoh, beliau menggunakan kata “intercourse” dalam sosialisasi dan bukannya berhubungan intim,5 dan kata “nicest” yang berarti halus dan bukannya keramahan.6 Jadi bagaimana kita membuat tulisan-tulisan beliau yang terkenal menjadi lebih dapat dimengerti oleh generasi masa kini yang tidak terbiasa dengan pola bahasa tersebut? Ada yang mengusulkan untuk menerbitkan Steps to Christ dalam bahasa sehari-hari yang sederhana, dan diterbitkan dengan judul Steps to Jesus (1981).
Gambar: Stefan Schweihofer
Buku-buku yang lain telah disesuaikan dengan bahasa Inggris modern. Contohnya, buku Education diadaptasi dari True Education (2000); The Ministry of Healing, sebagai The Ministry of Health and Healing (2004); dan edisi ringkasan dari Conflict of the Ages Series yang telah disinggung di atas, sebagai Beginning of the End (2007), Royalty and Ruin (2008), Humble Hero (2009), Unlikely Leaders (2010), dan Love Under Fire (2011). Semua terbitan itu—kumpulan, ringkasan dan kutipan, dan edisi bahasa masa kini—dimaksudkan untuk membuat tulisan-tulisan Ellen White lebih mudah diakses dan dimengerti oleh dunia masa kini. Ketika dilakukan penyesuaian bahasa, dilakukan pemeriksaan ulang oleh para pembaca yang kompeten untuk memastikan bahwa pemikiran yang disampaikan tetap sama dengan edisi aslinya. Proses ini dilakukan dengan asumsi bahwa Roh Kudus memberikan pesan Ilahi kepada para nabi yang dituangkan oleh mereka ke dalam bahasa manusia.7 Seperti telah ditunjukkan, tidak satu pun terbitan baru tersebut yang bertujuan untuk menggantikan buku-buku aslinya, dan itu semua menyandang judul baru agar kelak dapat dibedakan.
Published in Herbert E. Douglass, Messenger of the Lord: The Prophetic Ministry of Ellen G. White (Nampa, Idaho: Pacific Press Pub. Assn., 1998), hlm. 571. Untuk pembahasan lebih rinci tentang kompilasi dari tulisan Ellen White, lihat hlm. 528-533. 2 Ellen G. White, Selected Messages (Washington, D.C.: Review and Herald Pub. Assn., 1958, 1980), jld. 1, hlm. 55. 3 Ellen G. White, Counsels to Writers and Editors (Nashville: Southern Pub. Assn., 1946), hlm. 145, 146. 4 E. G. White, Selected Messages, jld. 3, hlm. 32. 5 E. G. White, Testimonies for the Church (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1948), jld. 2, hlm. 123. 6 Ellen G. White, Fundamentals of Christian Education (Nashville: Southern Pub. Assn., 1923), hlm. 15. 7 See E. G. White, Selected Messages, jld. 1, hlm. 15-23. 1
Alberto R. Timm, Ph.D., adalah Wakil Direktur Ellen G. White Estate di kantor pusat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Silver Spring, Maryland, Amerika Serikat.
AdventistWorld.org 03 - 2018
25
Pertanyaan dan Jawaban Alkitab
1 Pohon, 2 Cabang
P
Apakah yang dimaksud dengan pernyataan: “Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan” (Rm. 11:26)?
J
Frasa ini dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda-beda. Bagi beberapa orang, referensi ini adalah untuk seluruh bangsa Israel; atau bangsa satu kesatuan bukan perseorangan; atau untuk semua orang Yahudi yang hidup di tanah Israel ketika Kristus datang kembali. Seperti biasa, kita perlu menaruh perhatian pada konteks dari ayat ini, dan pada ajaran Paulus tentang Israel yang setia. 1. Israel yang Tegar Tengkuk Dalam diskusi tentang bagaimana agar orang diselamatkan, Paulus menggunakan gambaran pohon zaitun sebagai lambang dari umat Allah dalam Perjanjian Lama. Dengan datangnya sang Mesias, beberapa cabang asli, yaitu sebagian orang Israel, telah menjadi patah; sementara itu cabangcabang liar, orang bukan Yahudi, telah dicangkokkan (Rm. 11:17—21). Dalam ayat 25 Paulus menjelaskan bahwa cabangcabang yang patah itu adalah sebagian orang Israel yang keras hati. Orang Israel lainnya membentuk kumpulan sisa yang setia dan menemukan Yesus sang Mesias (ayat 5, 6). Kekerasan hati itu bukanlah suatu akhir, dan Alkitab menunjukkan bahwa Tuhan masih bekerja dengan mereka; Ia tidak menolak mereka (ayat 1, 2). Dalam ayat ini misteri yang dibicarakan oleh Paulus bukan hanya misteri mengerasnya hati sebagian Israel, tetapi juga fakta bahwa pada saat yang sama misi kepada bangsa-bangsa lain dilakukan: “Sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk” (ayat 25). Tetapi bukan berarti ketegaran itu berlangsung “sampai,” melainkan hal itu terjadi pada saat yang sama dengan penginjilan kepada bangsa-bangsa lain. Kepenuhan bangsa-bangsa lain berarti bahwa Tuhan bekerja untuk menyelamatkan sebanyak mungkin umat 26
03 - 2018 AdventistWorld.org
manusia. Dengan kata lain, Tuhan menggunakan kekerasan hati sebagian orang Israel sebagai kesempatan untuk menjadikan orang dari bangsa lain sebagai bagian dari Israel yang setia (pohon zaitun). Barangkali dengan menyaksikan apa yang dilakukan oleh Tuhan kepada bangsa-bangsa lain, orang Israel yang tidak percaya itu tidak akan berkeras dan bersedia dicangkokkan kembali oleh kuasa Allah (ayat 23). 2. “Dengan Jalan Demikian Seluruh Israel” Siapakah Israel dalam ayat ini? Ada yang berpendapat bahwa dalam kitab Roma, Paulus menggunakan istilah ini untuk merujuk pada etnis bangsa Israel. Tetapi di sini jelas tidaklah demikian. Dalam Roma 9:6 ia menjelaskan: “Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel.” Untuk menjadi orang Israel lebih dari sekadar memiliki identitas etnis; tetapi harus memiliki iman Abraham, “bapa semua orang percaya” (Rm. 4:11). Konsep ini merupakan pusat pengertian Paulus mengenai pembenaran oleh iman: “Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: ‘Olehmu segala bangsa akan diberkati.’” (Gal. 3:7, 8). Kasih karunia Allah yang menyelamatkan melalui iman akan Mesias, yang diberitahukan kepada Abraham, sekarang secara universal tersedia bagi seluruh bangsa yang juga menaruh iman mereka kepada Kristus, sang Mesias. Berdasarkan konteks ini, kata “dengan demikian,” atau “dengan cara ini” (houtōs), menunjukkan bahwa Tuhan akan menyelamatkan “seluruh Israel” dengan memelihara umat sisa yang setia, dengan melembutkan mereka yang keras hati, dan dengan mencangkokkan bangsa-bangsa lain melalui pekabaran Injil. Dengan demikian, frasa tersebut menunjuk pada Israel sejati milik Tuhan yang termasuk di dalamnya orang percaya dari bangsa-bangsa lain yang memiliki iman Abraham (Galatia. 6:16).
Angel Manuel Rodríguez tinggal di Texas, Amerika Serikat, setelah berkarya melayani gereja di pelbagai bidang.
Kesehatan & Kebugaran
Apakah Pola Hidup Benar-benar Penting? Apakah cukup hanya minum obat tekanan darah tinggi? Anda telah membahas pelbagai aspek dari tekanan darah tinggi (hipertensi). Nampaknya pengobatan yang dilakukan efektif dan komplikasi akibat tekanan darah tinggi pun berkurang. Saya berusia 40 tahun dan minum obat tekanan darah tinggi secara teratur. Apakah saya juga perlu mengubah pola hidup?
H
ipertensi (tekanan darah tinggi), atau dikenal sebagai “pembunuh diamdiam,” telah menjadi topik sejumlah pertanyaan yang kami terima selama lebih dari 15 tahun. Hal ini karena penyakit ini merupakan masalah umum. Pada tahun 2015 diperkirakan: • Lebih dari 1,3 miliar orang diseluruh dunia mengalami hipertensi dini (tinggi— normal) dengan tekanan darah (BP) antara 130—139/85—89. • Antara tahun 1975 dan 2015 rata-rata BP berkisar pada angka yang sama untuk pria dan sedikit lebih tinggi pada wanita.1 Perkiraan tersebut adalah hasil dari meningkatnya kewaspadaan dan upaya pengobatan hipertensi. Namun terlepas dari adanya pendidikan kesehatan dan upaya-upaya peningkatan kewaspadaan secara global, hanya 57 persen penderita hipertensi mengetahui kondisinya, dan hanya 40,6 persen yang menerima pengobatan anti hipertensi, dan 13,2 persen yang terkendali secara optimal. Kesenjangan antara jumlah penderita hipertensi, akses mereka pada pengobatan, dan pengendalian BP sangat besar di negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah.2 Gambaran ini merupakan tanda bahaya dan memerlukan tindak penanggulangan. Baru-baru ini American Heart Association and American College of Cardiology telah menurunkan ambang batas tekanan darah tinggi untuk memicu pemeriksaan sejak dini. Dampak terbesar diharapkan pada orang di bawah usia 45 tahun. Pencanangan lampu tanda bahaya itu bukan hanya untuk Amerika Serikat tetapi juga untuk pengelolaan hipertensi di seluruh dunia, dengan cara menurunkan ambang batas tekanan darah, dan menekankan pendekatan tanpa obat. Kami dengan saksama mengikuti ulasan sejawat dalam jurnal ilmu kesehatan. Dewasa ini ada penambahan jumlah tulisan, ulasan, dan rekomendasi tentang
pengelolaan hipertensi. Pesan utamanya adalah peranan penting dari pola hidup. Pendekatan dan perbaikan pola hidup ini meliputi: • Penurunan berat badan dan pemeliharaan berat badan/indeks massa tubuh yang ideal • Olahraga setiap hari • Berhenti merokok/menggunakan tembakau • Menghindari alkohol • Diet kaya sayuran, buah, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan lemak tak jenuh • Menghindari daging merah, lemak jenuh, karbohidrat olahan (kue, minuman mengandung gula, dan penganan manis) • Mengurangi konsumsi sodium (garam). Pengobatan dibutuhkan oleh sebagian orang untuk mengontrol BP. Sedangkan perubahan pola hidup penting bagi semua orang untuk mengendalikan dan bahkan membalikkan tekanan darah. Kata “membalikkan” digunakan dengan catatan karena begitu pola hidup membantu mencapai tujuan yang diharapkan, itu harus dipertahankan seumur hidup. Tidak mengherankan apabila semua perubahan pola hidup di atas tercakup di dalam pesan kesehatan Advent! Infomasi ini dapat membantu kita untuk menjadi pengaruh positif bagi masyarakat dengan cara aktif membawa perubahan dalam kesehatan dan kebugaran melalui program-program pemeriksaan kesehatan, dan dengan mengidentifikasi faktor-faktor risiko hipertensi. Pola hidup itu penting! Kita dapat menunjukan rute yang aman untuk berjalan kaki, memulai klub olahraga, mengajar tentang nutrisi yang sehat, berbagi harapan, dan mendorong keutuhan bahkan jika kita sedang hancur. Ini akan menjadi pelayanan kesehatan yang lengkap dan merupakan kelanjutan dari pelayanan kesehatan Yesus. http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence/en/ http://www.paho.org/hq/index.php?option=com_content&view=article&id=13257%3Adia-mundial-de-la-hipertension-2017-conoce-tus-numeros&catid=9283%3Aworld-hypertension-day&Itemid=42345&lang=en
1 2
Peter N. Landless, adalah ahli kardiologi nuklir untuk penyakit jantung dan menjabat sebagai Direktur Pelayanan Kesehatan Advent di General Conference. Zeno L. Charles-Marcel, adalah associate Direktur Pelayanan Kesehatan Advent di General Conference. AdventistWorld.org 03 - 2018
27
Percetakan Tuhan
H
ernán menjalankan sebuah percetakan kecil di rumahnya di Quito, Ekuador. Meskipun ia mencetak bahan-bahan untuk banyak perusahaan, yang paling disukainya adalah mencetak bahan-bahan untuk Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Bilamana mungkin, ia menyelinap dari kantornya untuk memberikan pelajaran Alkitab atau untuk berbicara dalam pertemuan penginjilan awam. Ketika Uni Ekuador diundang untuk membagikan literatur dan mengadakan pertemuan KKR di Kuba, Hernán segera mengajukan diri OLEH DICK DUERKSEN untuk menjadi tenaga sukarela. Hernán selalu memimpikan untuk menjadi misionaris, dan sekarang ia mendapat kesempatan untuk mengabulkan mimpinya. Selama beberapa bulan ia mengambil order tambahan dan bekerja hingga larut malam untuk mengumpulkan biaya perjalanannya. Ia tak sabar untuk melakukan yang terbaik di Kuba, dan terus melatih cara penyampaian khotbahnya sambil bekerja di percetakannya. Pada hari keberangkatan, Hernán dan keluarganya bertelut bersama-sama di sisi mesin cetaknya dan memanjatkan sebuah doa khusus. “Tuhan yang baik, berkatilah Papa Hernán selagi ia menjalankan misi-Mu di Kuba. Semoga semua pekerjaannya di sana membuat orang jatuh hati kepada Yesus. Amin.” Di sepanjang penerbangannya dari Quito ke Havana, Hernán melihat kembali semua catatannya, sambil membayangkan kawan-kawan barunya nanti di pertemuan KKR. “Tidak ada lagi pekerjaan percetakan,” ia
“Bolehkah Saya Ceritakan Sebuah Kisah?”
28
03 - 2018 AdventistWorld.org
tersenyum sendiri. “Minggu ini sepenuhnya menjadi penginjilan bagi Yesus.” Hernán menghabiskan dua hari pertamanya di Kuba untuk mempersiapkan ruang pertemuan dan mengatur bahan-bahan yang akan mereka bagikan ke sekeliling kota. Hernán tidak berkunjung ke Old Havana dan melihat peninggalan benteng Spanyol, tapi mengunjungi jemaat setempat dan berdoa untuk keberhasilan pekerjaan mereka. “Hernán!” Hernán mengalihkan pandangan dari sarapannya untuk melihat siapa yang memanggil namanya. “Hernán, saya senang sekali Anda bisa datang bersama tim dari Ekuador.” Ketua Misi Kuba, berpakaian jas warna abu-abu yang indah dengan dasi berwarna hijau terang, berjalan melintas ke meja Hernán, kedua tangannya terangkat memberi salam. “Saya senang Anda berada di sini. Kami membutuhkan tenaga ahli di kantor misi.” “Apakah yang dapat saya bantu?” tanya Hernán. “Kami memiliki masalah serius. Saya baru tahu bahwa Anda adalah seorang pencetak dan Anda tahu bagaimana memperbaiki mesin cetak! Nah, kami membutuhkan Anda. Mesin cetak kami sudah sangat tua dan telah bekerja dengan baik selama beberapa tahun. Namun, saat ini mesin itu mogok bekerja. Padahal kami harus menggunakannya sekarang untuk menyelesaikan cetakan pelajaran Alkitab Voice of Prophecy yang akan digunakan oleh Anda dan tim penginjilan bulan ini. Saya sungguh gembira Tuhan telah
mengirim Anda ke Kuba untuk menolong kami!” Hernán berdiri perlahan-lahan, pikirannya berkecamuk hebat. “Saya akan melihat apa yang dapat saya lakukan,” katanya tersenyum. Tetapi pikirannya merengut, saya datang ke Kuba untuk penginjilan, bukan untuk memperbaiki mesin cetak! Tubuh Hernán gemetar saat menceritakan kisah itu kepada saya, sambil mengingat rasa frustrasi, stres, dan harapan akan hari itu di Kuba. “Tuhan telah menjaga mesin itu untuk bekerja selama lebih dari 35 tahun, dan sekarang mesin itu tidak mau menarik kertas melalui penggulungnya. Ketika kami tiba di ruang percetakan, seorang remaja pekerja di sana dengan berseri-seri meminta saya membuat mukjizat.” Hernán, seorang tamu pencetak yang datang dari Ekuador, mencoba setiap solusi yang dapat diingatnya, kemudian menyerah—hampir saja. “Mungkin kita harus membongkarnya,” ia memberikan saran, “sehingga kita bisa tahu bagaimana memperbaikinya.” Maka mesin cetak yang gagah itu pun segera berubah menjadi kerangka besi, yang bagian-bagiannya terserak di sepanjang ruangan seperti di tempat pembuangan besi tua. Hernán dan empat orang remaja asistennya, berdiri di sana, sambil bertelanjang dada dan berkeringat di ruangan yang panas dan lembab itu. “Sebuah tuas kecil telah hilang,” kata Hernán kepada para remaja itu, “sehingga mesin ini tidak mau menarik kertas! Bagian itu hilang, dan saya tidak tahu harus menggantinya pakai apa!” Saat itulah ketua misi berjalan kembali ke dalam ruangan dan menyaksikan pemandangan tersebut. “Oh, tidak! Mesin cetaknya hancur! Kita harus mencetak pelajaran Alkitab Voice of Prophecy dan pelajaran Sekolah Sabat untuk seluruh Kuba. Dan bukannya memperbaiki, Anda malahan menghancurkan mesin cetak kami!” Hernán kembali mengkerut, membayangkan saat paling buruk dalam hidupnya itu. “Saya sedang mencoba memperbaikinya.” Penjelasan Hernán menghasilkan lebih banyak gerakan tangan dan teriakan dari pemimpin gereja itu. “Tolong ya! Pasang kembali semuanya sekarang juga!” Dengan tenang Hernán menjelaskan tentang tuas yang hilang itu, dan berkata bahwa menurutnya satu-satunya hal yang dapat dilakukan adalah berdoa. “Kita akan berdoa, dan saya akan mulai merakitnya kembali.” “Semua yang berdiri di ruangan itu, tertegun,” cerita Hernán kepada saya. “Kemudian mereka
berbalik dan meninggalkan ruang percetakan itu! Semuanya! Mereka semua kabur ketika saya mengatakan kita harus berdoa! Mereka meninggalkan saya sendiri dengan mesin cetak yang berantakan itu.” Hernán bertelut dan berdoa, sendirian, bagian-bagian mesin cetak itu berserakan di lantai. Satu-satunya sahabatnya adalah harapan. “Terasa hampir seabad kemudian:” Hernán mengenang, “semua orang itu berbaris masuk kembali ke dalam ruangan. Tetapi kali ini wajah mereka telah dicuci dan rambut mereka tersisir, dan masing-masing mengenakan baju yang bersih. Sang ketua melihat ke arah saya dan berkata: ‘OK. Sekarang kita siap untuk berdoa. Hernán, mulai dari Anda.’” Tetapi Hernán, masih bertelanjang dada dan berkeringat, tidak dapat berdoa. “Saya ingin memberitahu mereka betapa kesepian saya merasa ketika mereka meninggalkan ruangan, betapa takutnya saya karena mungkin saya telah benar-benar merusakkan mesin cetak ini! Sekarang saya sangat tersedak sehingga tidak dapat mengatakan apa-apa, bahkan kepada Tuhan.” Ketua dan yang lainnya mulai berdoa dengan tulus. Setelah doa-doa itu selesai, Hernán berdiri, membuka matanya, dan melihat ke lantai. Di sana, tepat di antara kakinya, di mana sebelumnya tidak ada apa-apa kecuali lantai semen yang kotor, tergeletak tuas yang hilang itu! Malam itu, setelah Hernán dan para remaja pekerja itu selesai merakit kembali dan melumasi mesin itu, setiap orang datang untuk melihat apakah mesin cetak itu dapat bekerja kembali. Tidak ada yang bernapas ketika Hernán memasukkan selembar kertas kosong ke dalam mesin cetak yang sudah “diperbarui” itu. Hasilnya terlihat jelek. “Yang pertama selalu jelek,” kata Hernán menenangkan sambil memutar tombol, mengatur penggulung kertas, dan diam-diam berdoa kepada Pencetak di surga. “Lihatlah bagaimana hasilnya sekarang.” Ketika mesin cetak milik Tuhan itu mencetak halaman pertama buku pelajaran Alkitab Voice of Prophecy dengan sempurna, ruangan itu dipenuhi ucapan syukur dan puji-pujian!
Penerbit Adventist World adalah majalah periodik internasional milik Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Sedunia. Divisi Asia-Pasifik Utara adalah penerbitnya. Dewan Penerbit Ted N. C. Wilson, ketua; Guillermo Biaggi, wakil ketua; Bill Knott, sekretaris; Lisa Beardsley-Hardy; Williams Costa; Daniel R. Jackson; Peter Landless; Robert Lemon; Geoffrey Mbwana; G. T. Ng; Daisy Orion; Juan Prestol-Puesán; Ella Simmons; Artur Stele; Ray Wahlen; Karnik Doukmetzian, penasihat hukum Penerbit Eksekutif dan Pemimpin Redaksi Bill Knott Wakil Penerbit Manajer Percetakan Internasional Chun, Pyung Duk Komite Koordinasi Adventist World Jairyong Lee, chair; Yutaka Inada, German Lust, Chun Pyung Duk; Han, Suk Hee Redaksi Bertempat di Silver Spring, Maryland André Brink, Lael Caesar, Gerald A. Klingbeil (associate editors), Sandra Blackmer, Stephen Chavez, Wilona Karimabadi, Andrew McChesney Redaksi Bertempat di Seoul, Korea Pyung Duk Chun, Jae Man Park, Hyo Jun Kim Manajer Operasional Merle Poirier Editor-at-large Mark A. Finley, John M. Fowler Penasihat Senior E. Edward Zinke Manajer Keuangan Kimberly Brown Asisten Editorial Marvene Thorpe-Baptiste Dewan Managemen Jairyong Lee, ketua; Bill Knott, sekretaris; P. D. Chun, Karnik Doukmetzian, Suk Hee Han, Yutaka Inada, German Lust, Ray Wahlen, Ex-officio: Juan Prestol-Puesán, G. T. Ng, Ted N. C. Wilson Pengarah Seni and Desain Jeff Dever, Brett Meliti Para Penasihat Ted N. C. Wilson, Juan Prestol-Puesán, G. T. Ng, Guillermo E. Biaggi, Mario Brito, Abner De Los Santos, Dan Jackson, Raafat A. Kamal, Michael F. Kaminskiy, Erton C. Köhler, Ezras Lakra, Jairyong Lee, Israel Leito, Thomas L. Lemon, Geoffrey G. Mbwana, Paul S. Ratsara, Blasious M. Ruguri, Samuel Saw, Artur A. Stele, Glenn Townend, Elie Weick-Dido Kepada para Penulis: Silakan mengirimkan naskah yang siap diterbitkan, melalui alamat redaksi 12501Old Columbia Pike, Silver Spring, MD 20904-6600, U.S.A. Atau melalui fax: +1 (301) 680-6638 Surel: worldeditor@gc.adventist.org Situs: www.adventistworld.org Kecuali diberitahu, semua kutipan ayat Alkitab diambil dari ALkitab Terjemahan Baru. © 1974 Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Digunakan dengan izin. Adventist World diterbitkan setiap bulan dan dicetak secara berkala di Korea, Brazil, Indonesia, Australia, Jerman, Austria, Argentina, Meksiko dan Amerika Serikat.
Dick Duerksen, seorang pendeta dan suka bercerita, tinggal di Portland, Oregon, Amerika Serikat, dikenal di seluruh dunia sebagai “seorang itinerant pollinator of grace.” AdventistWorld.org 03 - 2018
29
Iman yang Bertumbuh
Halaman khusus untuk Anak-anak
Terapung
di Laut Pasifik Selatan
O
h Tuhan, saya tidak dapat menahannya lagi,” kata Timmi-Ti terengah-engah. “Jika Engkau mau menyelamatkanku, bersegeralah!” Semuanya berawal di pulau kampung Timmi-Ti, Bora Bora, yang terletak di Laut Selatan. Perahu Timmi-Ti telah penuh bermuatan semangka, pisang, dan pepaya. Pasar terletak di pulau lain sehari perjalanan perahu jauhnya. Tetapi ketika masih jauh dari pulau itu, kedua buah motor—yang dipakai sebagai cadangannya—mogok. Tanpa dayung di perahunya, Timmi-Ti harus menemukan cara untuk mencari pertolongan. Tiba-tiba ia melihat sebuah pesawat terbang! Dengan penuh marah ia mengibaskan sebuah 30
03 - 2018 AdventistWorld.org
baju ke pesawat itu ketika pesawat itu lewat begitu saja. Pada saat matahari terbenam petang itu, Timmi-Ti masih terapung-apung. Ia memiliki beberapa barang kecil di perahunya: Sebuah gunting kuku, benang, sebuah galah panjang, sebuah pensil besar, dan beberapa helai kertas. Hari demi hari berlalu tanpa ada tanda-tanda pertolongan. Setelah semua buah habis, Timmi-Ti menggunakan gunting, galah, dan benang untuk memancing ikan. Hari berganti menjadi minggu, dan Timmi-Ti terus berdoa untuk sebuah pertolongan. Syukurnya, ia telah menghafal beberapa ayat Alkitab, dan ia secara teratur mengulang-ulangnya. Sekarang kulitnya telah kering terpapar sinar matahari, matanya memerah, dan bibirnya pecah-
pecah dan berdarah. Beberapa kali ikan-ikan hiu mengelilingi perahunya, menantikan terjadinya hal buruk kepada Timmi-Ti. Timmi-Ti masih hidup. Saat itu ia sedang memanjatkan doanya dengan putus asa kepada Tuhan. Timmi-Ti telah hilang selama empat bulan lebih. Sekarang, pada hari ke 154 petualangannya yang menyeramkan, pada sebuah pagi yang berkabut ia melihat pegunungan menyembul di cakrawala. Apakah mungkin? Sebuah daratan? Tiba-tiba ia merasa arus laut membawanya ke arah yang berlawanan! Dengan cepat ia mengikatkan ujung bajunya ke perahu, lalu melompat ke air. Ia akan berenang ke pantai dan menarik perahu itu dengan giginya! Saat ia semakin dekat ke pantai, Timmi-Ti
Ilustrasi: Xuan Le
OLEH WILONA KARIMABADI
Nama Yesus
Y
Mutiara Alkitab: “[Aku] akan
berkata kepada TUHAN: “Tempat perlindunganku dan
esus adalah teman istimewa kita! Tetapi Ia lebih dari sekadar teman istimewa. Alkitab menggunakan nama-nama yang berbeda untuk menunjukkan kepada kita bahwa Yesus itu lebih dari sekadar teman istimewa kita. Cobalah kegiatan ibadah ini dengan keluargamu untuk mempelajari lebih jauh soal ini! Siapkan sebuah kantung kertas atau kantung kain berwarna dan masukkan ke dalamnya benda-benda ini: Sebuah batu yang tumpul, sebuah bunga mawar, sepotong roti, sebuah lampu senter kecil, sebuah boneka domba, sebuah boneka singa, dan sebuah mahkota kecil. Edarkan kantung itu kepada anggota keluarga. Setiap orang boleh menyentuh isi kantung dan mengambil satu benda. Persilakan tiap anggota keluarga untuk menebak nama Yesus menurut Alkitab sesuai dengan benda yang diambilnya dari kantung; dan kemudian mereka harus mengatakan bagaimana nama tersebut bisa diterapkan dalam hidup mereka. Carilah sebuah ayat Alkitab yang menyebutkan nama itu.
kubu pertahananku,
Batu
Allahku, yang
“Sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus” (1 Kor. 10:4).
kupercayai”
(Mzm. 91:2).
Lampu Senter “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). melihat ada orang! Akhirnya ia berjalan terhuyung-huyung ke pantai dan jatuh pingsan. Orang berkerumun di sekelilingnya dan melarikan laki-laki yang kelelahan itu ke rumah sakit. Timmi-Ti telah terhanyut sejauh 2.000 kilometer ke Samoa, Amerika. Di kampung halamannya, sebuah penguburan telah diadakan untuknya. Bayangkan betapa kagetnya mereka ketika anak Tuhan ini pulang kembali ke kampungnya di pulau Bora Bora! Apakah yang ia katakan kepada mereka? “Jika saya tidak menghafalkan banyak ayat Alkitab, saya tidak akan bisa bertahan.”
Terimakasih teristimewa kepada Dorothy Aitken, yang cerita panjangnya dimuat pada tanggal 7 Juli 1970 di Guide, sebagai dasar dari kisah ini.
Domba “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (Yoh. 10:11).
Singa Roti “Akulah roti hidup” (Yoh. 6:35)
“Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya” (Why. 5:5).
AdventistWorld.org 03 - 2018
31
dari INDONESIA Akhir Tahun Penuh Makna di Jemaat Malalayang
A
nggota Jemaat Malalayang dan tamu sangat antusias pada ibadah pisah sambut yang dilaksanakan di GMAHK Jemaat Malalayang pada Minggu, 31 Desember 2017 pukul 17.30. Acara dipimpin oleh Ibu Sylvia Raintama Tilaar, diawali dengan lagu pembukaan Tuhan Selalu Pimpin Aku, doa buka oleh Bpk. Jerry Rantung, Ketua Jemaat Malalayang. Mengawali renungan akhir tahun yang disampaikan oleh Pdt. Jimmy Tendean, semua hadirin diajak untuk mengingat bagaimana kasih Tuhan di sepanjang tahun 2017. Usai renungan, lilin 2018 pertanda tahun baru telah tiba dan tahun 2017 harus segera ditinggalkan dinyalakan oleh ketua yang lama dan ketua yang terpilih untuk periode tahun 2018 dan diteruskan oleh seluruh yang hadir, baik yang tua, muda hingga anak-anak. Sementara itu Shine Tendean menyanyikan lagu“Carry Your Candle,” membawa suasana ibadah semakin nikmat. Ibadah ditutup dengan doa penyerahan yang dipimpn oleh Pdt. Jimmy Tendean. Usai ibadah, acara dilanjutkan dengan video perjalanan pelayanan Jemaat Malalayang di tahun 2017 yang di ramu menarik oleh Gary Manus. Kesan dan harapan disampaikan oleh Ibu Lies Rotinsulu Laoh, Bpk. Rantung; Ibu Della Nelwan Pontoh, Bpk. Jhon Nana, Bpk. Steven Wokas dan Bpk. Jantje Kumaat hingga akhirnya ditutup dengan pemutaran video yang disiapkan oleh BWA sebagai koordi-
32
03 - 2018 AdventistWorld.org
nator acara akhir tahun. Acara akhir tahun selalu identik dengan doa, hadiah, dan pesta, tapi kebahagiaan kami lengkap ketika kami berbagi kepada sesama. Meskipun kecil, sederhana, tidak mewah, BWA Jemaat Malalayang yang dipimpin oleh Ibu Della Nelwan Pontoh sekaligus sebagai sponsor PA bersama Ketua PA tahun 2018, Mercy Manus, menyusur tepian jalan Malalayang dan berbagi dengan mereka yang tinggal di situ. “Melihat mereka tersenyum, mendengar mereka mengucapkan terima kasih, menyaksikan kekaguman mereka, memberi kepuasan tersendiri bagi kami,” ungkap Ibu Dela Nelwan Pontoh. —Dilaporkan oleh Pdt. Jimmy Tendean, Pendeta Jemaat Malalayang.
“Pengampunan Sejati” Acara Perjamuan Suci Akhir Tahun Jemaat Malalayang
S
abat, 30 Desember 2017 menjadi istimewa bagi semua anggota Jemaat Malalayang karena di Sabat terakhir ini, jemaat menggelar acara perjamuan suci yang dipimpin langsung oleh Pdt. Jimmy Tendean, didampingi ketua-ketua jemaat: Bpk. Jerry Rantung, Bpk. Ryan Ngalo, Ibu Lies Rotinsulu Laoh dan Bpk. Decroly Raintama. Acara Perjamuan Suci akhir tahun ini menjadi lebih istimewa karena khotbah tentang “Pengampunan Sejati” menuntun semua anggota jemaat dalam persiapan mengikuti perjamuan, dirangkaikan dengan drama Firaun yang gusar dengan mimpinya musikal dari Pria Advent Jemaat Malalayang dengan tajuk “Perjalanan Menuju Istana”. Mengangkat kisah pengampunan Yusuf, Pria Advent Malalayang melakonkan bagaimana iri hati, cemburu dan kebencian dari saudara-saudara Yusuf dibalas dengan pengampunan dan kebaikan hati Yusuf. Di akhir drama tersebut, lagu pengampunan dinyanyikan oleh adik Joshua Mantik dan sangat menyentuh hati semua yang hadir. Disela-sela lagu ini, Pdt. Tendean mengatakan: “Sepanjang Tahun ini, ada banyak iri hati, rasa dengki, rasa cemburu, yang memenuhi perjalanan kehidupan Anda. Anda mungkin dicemooh atau pun Yakub dan anak-anaknya mencemooh, mungkin disakiti atau menyakiti, mungkin dari Yusuf yang memiliki pengampunan sejati. Mintalah terluka atau melukai, diperlakukan dengan tidak adil kuasa Allah untuk memampukan Anda Memiliki pengampunan atau memperlakukan orang dengan tidak adil, marah sejati untuk hidup baru di tahun 2018 ini.” atau dimarahi, membenci atau dibenci, atau apa pun yang Anda lakukan dan rasakan, menyakiti hati sendiri, —Dilaporkan oleh Sonny Nelwan dan Recky Ponggohong, menyakiti orang lain apalagi menyakiti Allah. Belajarlah Pemimpin Komunikasi dan Pria Advent Jemaat Malalayang.
Perjalanan menuju istana
Perjamuan kudus akhir tahun 2017
AdventistWorld.org 03 - 2018
33
dari INDONESIA “Keajaiban Cinta” Mengharukan dan Membawa Berkat
M
engharukan dan membawa berkat, itulah yang dirasakan pada perayaan “Hari Ibu” Jemaat Malalayang, Sabat 23 Desember 2017 dengan tema “Keajaiban Cinta”. Berbeda dari biasanya, Hari Ibu kali ini di motori oleh anak-anak, remaja, orang muda dan bapak-bapak. Anak-anak menyiapkan rangkaian acara dan bapak-bapak menyiapkan dana dan konsumsinya. Semuanya disiapkan istimewa untuk ibu yang selalu istimewa. Pada Sabat pagi, Gary dan Mirtel memandu acara mini konser sepanjang jam Sekolah Sabat hingga Pelayanan Perorangan dengan tajuk “Ibuku, Ceritaku dan Laguku: Semua tentang cinta.” Anak-anak kecil hingga orang dewasa, berbaris rapih di altar bawah dengan peran dan tanggung jawab mereka. Beberapa di antara mereka menjadi penghafal ayat Alkitab dan kutipan tentang ibu, membawakan syair ibu, menyampaikan cerita pendek tentang ibu mereka dan menyampaikan pelajaran Sekolah Sabat. Semuanya dirangkai dengan lagu-lagu pujian yang mengisahkan bagaimana keajaiban cinta menyanggupkan setiap ibu menjadi cerita indah bagi putra-putri mereka. Dengan kepolosan dan kesederhanaan, setiap bagian acara terasa begitu menarik dan mengharukan. Jenyfer, anak kedokteran yang tinggal terpisah dengan ibunya karena studi dan juga Wulan, berulang-ulang menitikan airmata ketika menyanyikan bait demi bait lagu mengenai cinta Tuhan dan cinta ibu. Lebih hebat lagi ketika beberapa video “Ceritaku tentang Mamaku” yang berisi kesan anakanak kepada mama ditayangkan, hal itu memberi kejutan bagi ibu-ibu sehingga banyak yang menitikkan air mata keharuan dan kebanggaan. Video “Mama Penginjil Pertamaku” yang ditayangkan dalam acara Pelayanan Perorangan, berisi kesaksian dari anak-anak yang tinggal jauh dari mama mereka, sungguh menggugah hati. Sheryl Rumegang dari Amerika mengulas dengan jujur bagaimana mamanya telah menjadi penginjil pertama bagi dia dan itulah yang menjadi kekuatannya
34
03 - 2018 AdventistWorld.org
untuk tetap dalam kebenaran Tuhan di tengah ingar-bingar kehidupan Amerika, meski pun tinggal terpisah dari mamanya. Lebih menarik lagi, ketika di acara khotbah, Joshua Kasenda mewakili anak-anak, Shine Tendean mewakili remaja dan Mercy Manus mewakili pemuda, menyampaikan khotbah mereka dengan penuh semangat. Judul khotbah yang disampaikan adalah: “Ibu, Keajaiban Cinta Allah” dengan ayat tema yang terdapat dalam Yesaya 66:13. “Tak seorang pun bergeming! Orang tua hingga anak-anak larut dalam setiap bagian acara, bangga melihat anak-anak bisa melayani Tuhan! Banyak berkat yang kami terima!” Di sela-sela acara, meskipun sederhana, setiap ibu mendapatkan bingkisan berupa syal yang sudah disiapkan oleh anak-anak dan suami: “Jika kalian merindukan kami, syal ini mewakili kehangatan yang kalian selalu berikan untuk kami, suami dan anak-anakmu” ucap seorang yang mewakili pemberian syal ini. Semua rangkaian acara ditutup dengan doa penyerahan untuk semua ibu yang dipimpin oleh Pdt. jimmy Tendean. Melengkapi kebahagiaan setiap ibu, semua ibu diundang untuk menikmati sajian yang sudah disiapkan oleh bapak-bapak.
—Dilaporkan oleh Florence Raintama, Sekretaris PA Malalayang.
“Terikat dengan Tuhan” Departemen Pelayanan Perorangan Jemaat Depok Timur Mengunjungi Lapas Depok
D
epartemen Pelayanan Perorangan (PP) GMAHK Depok Timur periode 2017 sebagai ketua adalah Bapak L. Akerina dan sebagai sekretaris Bapak J. Tinambunan, berdiskusi program jangkauan ke luar tentang pelayanan dan kujungan ke Lapas dan disepakati akan berkunjung ke Lapas Depok. Tiba harinya yaitu Sabat pagi, 23 Desember 2017, tim dari anggota PP dan sebagian anggota jemaat mulai dari remaja dan orang tua berjumlah 15 orang berangkat dari gereja ke Lapas Cilodong Depok pukul 07.30 WIB dan tiba pukul 08.00 WIB. Setibanya di Lapas, tim pelayanan ini diperiksa secara keseluruhan oleh petugas Lapas dengan teliti dan ketat. Pukul 09.00 WIB tim Khotbah disampaikan oleh Bpk. Christian Pasaribu dengan tema “Terikat dengan Tuhan” sebagai ayat inti terdapat dalam Yesaya 40:31. Doa syafaat disampaikan oleh Bpk. Glen Umboh. Setelah dipuaskan oleh makanan rohani, tim PP Jemaat Depok Timur menikmati makan bersama dengan saudara-saudara yang ada di Lapas. Senyum bahagia terpancar dari semua yang hadir saat itu. Setelah makan bersama, acara selanjutnya adalah kata sambutan perpisahan dan terima kasih serta foto bersama anggota GMAHK Depok Timur yang berjumlah 15 orang dan saudaraa-saudara dari Lapas sebanyak 40 orang. Acara terakhir adalah kami memberikan pasta gigi, sabun mandi, makanan ringan yang telah dikemas serta memberikan buku Ellen G. White yang berjudul “Kisah Pengharapan” sebanyak 80 buku.
diperbolehkan bertemu dengan mereka yang ada di Lapas. Ibu Cristine sebagai koordinator gereja oikumene menyambut tim PP Jemaat Depok Timur dengan baik. Acara pelayanan melalui ibadah bersama dimulai pada pukul 09.30 WIB. Bernyanyi, berdoa dan mendengar- — Dilaporkan oleh Edward Tambunan, Departemen kan kesaksian dari saudara-saudara yang ada di Lapas. Komunikasi GMAHK Depok Timur.
AdventistWorld.org 03 - 2018
35
dari INDONESIA KKR BWA Jemaat Pangkatan dan Torganda
Dua Puluh Sembilan Jiwa Dimenangkan kepada Tuhan
K
ebaktian Kebangunan Rohani (KKR) BWA Jemaat Pangkatan dimulai tgl. 27 Agustus sampai 2 September 2017 di rumah keluarga Sihotang, yang dipimpin oleh Ketua BWA yaitu Ibu P. Manullang. Banyak tantangan yang dihadapi oleh keluarga Sihotang, anggota BWA dan seluruh anggota jemaat dari malam ke malam. Namun seluruh anggota jemaat “fokus mendoakan keluarga Sihotang” imbau Ketua BWA. Akhirnya, pada hari Sabat, ada 5 jiwa yang dibaptiskan oleh Pdt. J. Sipayung, gembala Jemaat Pangkatan. Kegiatan KKR lainnya adalah KKR BWA Torganda yang dimulai pada tgl. 24—28 Agustus. Kegiatan KKR ini hanya dilaksanakan selama 4 malam. Pembicara malam 1 adalah Ibu S. Sagala, Ketua BWA. Malam ke-2 Ibu S.Tambunan. Malam ke-3 adalah Ibu L. Siahaan. Malam ke-4 adalah Ibu S.Galingging dan pada hari Sabat diadakan baptisan untuk 3 jiwa yang dibaptis oleh Pdt. J. Sipayung, gembala Jemaat Torganda. Yang menjadi pengkhotbah pada Sabat siang adalah Pdt. M. Silalahi, gembala Jemaat Aek Kanopan. —Dilaporkan oleh Ibu P. Manulang, Ketua BWA Jemaat Pangkatan, dan J. Tambunan, Komunikasi Jemaat Torganda.
36
03 - 2018 AdventistWorld.org
“Imam Besar” Perayaan 10 Hari Berdoa Jemaat Jatinegara
G
ereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jemaat Jatinegara, Jakarta Timur, melaksanakan ibadah 10 Hari Berdoa yang dimulai pada hari Rabu, 10 Januari 2018 sampai dengan Jumat 19 Januari 2018 yang dipimpin langsung oleh Pdt. M.F. Sinurat, Gembala Jemaat Jatinegara didampingi para ketua jemaat yaitu Nelson Simanjuntak, Nelson Rondunuwu, dan Lasman Simanjuntak. Pada Sabat 20 Januari 2018 sebagai perayaan 10 Hari Berdoa, Ketua Jemaat Jatinegara Lasman Simanjuntak
menyampaikan khotbah yang berjudul: “Imam Besar” dengan ayat inti yang terdapat di dalam Ibrani 4:14— 16 dan ayat responsoria terdapat dalam Markus 11:22—26. Inti dari pekabaran yang disampaikan oleh Bpk. Simanjuntak yaitu:
1). Demikian juga Kristus, Imam Besar yang agung itu, yang menghadapkan darah-Nya kepada Bapa demi orang berdosa. 2). Yesus Kristus telah menggenapi keimamatan Imam Harun. 3). Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung (Ibrani 4:14). “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita” 4). Kita harus percaya bahwa doa yang berkenan kepada Tuhan pasti dijawab oleh Tuhan (Matius 21:22). 5). kecurahan Roh Kudus 6). Ada kebangunan rohani dan pembaruan hidup kepada mereka yang memiliki pertobatan sejati. 7). Kepastian untuk memiliki tabiat seperti Kristus sehingga siap untuk menyambut kedatangan Yesus yang kedua kali. —Dilaporkan oleh Lasman Simanjuntak, Ketua Jemaat Jatinegara.
AdventistWorld.org 03 - 2018
37
dari INDONESIA Ketika Dolbi Digunakan Tuhan Kisah Pertobatan Masyarakat Pribumi
N
emis Bidana (25 tahun) demikianlah namanya, seorang masyarakat Indonesia di Papua yang tinggal di wilayah perbatasan antara Papua Nugini dan Republik Indonesia (PNG-INA), memiliki sahabat dekat yang bernama Dolbi, mereka selalu bersama saat berburu di hutan dan tidak sedikit hasil buruan yang diperoleh setiap kali berburu, seperti babi, tikus, kuskus, dan beberapa jenis binatang lainnya. Dan seperti kebiasaan masyarakat Papua, Nemis beserta seluruh masyarakat Desa Suminka—pada waktu itu belum mengenal gereja Advent—melakukan acara bakar batu untuk jamuan makan bersama. Namun, setiap kali acara ini dibuat, Dolbi tidak mau makan daging babi dan sejenisnya meskipun dipaksa oleh Nemis sahabatnya. Apa yang Dolbi makan hanyalah hasil bumi seperti sayuran dan umbi-umbian serta ikan yang ditangkap oleh masyarakat saat itu. Bahkan setiap hari Sabtu, Dolbi datang ke gereja setiap pagi dan kembali pulang pada siang hari meskipun hanya sendirian di dalam gereja.
Nemis mulai heran dan bingung dengan sikap sahabatnya ini sebab dia bersama seluruh masyarakat selalu beribadah pada hari Minggu. “Mengapakah Dolbi melakukan hal ini?” Nemis bertanya-tanya namun menyimpan hal tersebut dalam hatinya. Beberapa tahun kemudian datanglah dua orang misionaris Tuhan dari gereja Advent ke desa tersebut untuk memberitakan tentang pekabaran kebenaran Alkitab. Masyarakat dengan keras menolak kehadiran dua misionaris ini, namun puji Tuhan, Nemis dengan sukacita menerima pekabaran ini dan akhirnya dialah orang pertama yang menerima Yesus Kristus melalui baptisan. Meskipun keluarganya menentang, Nemis terus maju dalam iman yang dia pegang. Hingga akhirnya,
Kami berterima kasih kepada para penulis setia, dari setiap
konferens/daerah/wilayah di seluruh tanah air Indonesia. Kami ingin
agar proses redaksi majalah Adventist World Indonesia (AWI) yang setiap bulan diterbitkan, yang membutuhkan waktu yang sangat ketat dalam prosesnya, dapat dilaksanakan dengan lancar. Untuk itu kami berharap untuk edisi berikutnya, setiap TEKS atau naskah berita yang kami terima diketik rapi (sesuai misi majalah ini) dalam format Microsoft Word/Word Perfect, TANPA ADA GAMBAR/FOTO/IMAGE DI DALAM FILE DOKUMEN TERSEBUT (Karena perlu waktu untuk proses pengeluaran gambar/foto/image dari dalam file teks dokumen tersebut). GAMBAR/FOTO/IMAGE untuk naskah berita tersebut kami harapkan TERPISAH DARI DALAM FILE dokumen teks naskah berita. Lebih disukai dalam format jpeg tetapi jelas, terang dan jernih serta beresolusi minimal 640x428 (lebih besar lebih baik). Jika ada keterangan gambar/foto/image yang penulis ingin sertakan, ketiklah keterangannya menjadi file name gambar tersebut (dengan cara rename file name gambar tersebut) atau informasikan keterangan gambar tersebut di dalam teks naskah berita tersebut. Maksimal 500 kata. Tim redaksi berhak mengubah tulisan tanpa mengubah isi dan maksud penulis. Berita akan diterbitkan bilamana dilengkapi dengan nama dan alamat pengirim yang jelas. Naskah tidak akan dikembalikan. Walaupun kami berusaha untuk menerbitkan seluruh berita yang masuk, tetapi atas pertimbangan tim redaksi, ada kemungkinan tidak semua naskah berita yang masuk akan diterbitkan. Kirimkan ke: adventistworld_indonesia@yahoo.co.id paling lambat tanggal 15 setiap bulan untuk diterbitkan ke edisi bulan berikutnya. Terima kasih, Tuhan memberkati kita pada saat kita menyiapkan berita baik yang menguatkan umat Tuhan khususnya di Indonesia.
38
03 - 2018 AdventistWorld.org
Info Penting! bagi Para Penulis Setia Adventist World Indonesia
WARTA
GEREJA ADVENT
“Lihatlah, Aku Datang Segera� Misi kami adalah untuk meninggikan Yesus Kristus, mempersatukan umat Advent di mana saja dalam iman, misi, kehidupan, dan pengharapan.
Penerbit Indonesia Publishing House (anggota IKAPI Jawa Barat) Jalan Raya Cimindi 72 Bandung, 40184 Ketua Yayasan R. Situmorang Ketua Bidang Usaha S. Manueke Bendahara W. Purba Pemimpin Redaksi J. Pardede Redaksi Pelaksana dan Desain Isi
Angky Tumbal
Tim Redaksi
pada saat ini hampir semua masyarakat Desa Suminka telah bergabung dengan gereja Advent yang menguduskan hari ketujuh (Sabat). Sampai berita ini dituliskan, semua anggota jemaat masih tetap semangat dalam penyembahan mereka pada Allah di hari yang benar. Hal ini berawal dari persahabatan antara Nemis dengan seekor anjing yang setia bernama Dolbi. Anjing ini telah menjadi berkat bagi Nemis dan semua masyarakat Desa Suminka. Ada beberapa kendala yang dialami oleh masyarakat Desa Suminka yang hidup di pedalaman Papua, yaitu belum adanya bangunan gereja Advent yang layak, tingkat pendidikan yang kurang memadai (90 persen masyarakat belum tahu bahasa Indonesia), tingkat kesehatan yang kurang terjamin (jauh dari fasilitas kesehatan), dan belum memiliki pendeta/gembala untuk jemaat setempat. —Dilaporkan oleh Marvel Liogu, Mobile Nurse di Adventist Aviation Indonesia.
S.P. Silalahi F. Parhusip F. Ngantung F. Manurung A. Siahaan
Komunikasi Uni D. Panjaitan, Uni Indonesia Kawasan Barat H. Waworuntu, Uni Konferens Indonesia Kawasan Timur Komunikasi Konferens/Daerah/Wilayah M. Tambunan, Sumatera Kawasan Utara P. Hutapea, Sumatera Kawasan Tengah V. J. Sinaga, Sumatera Kawasan Selatan S. Simorangkir, DKI Jakarta dan Sekitarnya A. Naibaho, Jawa Kawasan barat S. Simangunsong, Jawa Kawasan Tengah E. Sembiring, Jawa kawasan Timur D. Kana Djo, Nusa Tenggara W. Tulong, Kalimantan Kawasan Timur B. Simanungkalit, Kalimantan Barat J. Tendean, Minahasa H. Wambrauw, Papua N. Lumoindong, Sulawesi Selatan Ch. Muaya, Sulawesi Tengah R. Pelafu, Nusa Utara D. Supit, Manado I. Lisupadang, Luwu Tana Toraja R. Frans, Minahasa Utara dan Kota Bitung T. Mayai, Papua Barat J. Frans, Bolaang Mongondow dan Gorontalo H. Ramba, Maluku Izin Departemen Penerangan RI No. 1167/SK Ditjen PPG/STT/1987 Alamat Redaksi Jalan Raya Cimindi 72 Bandung, 40184 Telp. (022) 6030392; Fax. (022) 6027784 Email: adventistworld_indonesia@yahoo.co.id Pemasaran Tlp/Fax: 022-86062842
Redaksi menerima naskah berita dan foto sesuai dengan misi majalah ini, maksimal 500 kata. Tim redaksi berhak mengubah tulisan tanpa mengubah isi dan maksud penulis. Berita akan dimuat bilamana dilengkapi dengan nama dan alamat pengirim yang jelas. Naskah tidak akan dikembalikan. Walaupun kami berusaha untuk memasukkan seluruh berita yang masuk, tetapi atas pertimbangan tim redaksi, ada kemungkinan tidak semua naskah berita yang masuk akan dipublikasikan.
AdventistWorld.org 03 - 2018
39
A N I N T E R N AT I O N A L S E V E N T H - D AY A D V E N T I S T B O A R D I N G A C A D E M Y I N H A M B U R G , P E N N S Y LVA N I A
learn. Datanglahfind temukan tempatmu di Come your place dalam tubuh Kristus! in the body of Christ!
Interested in learning English, experiencing American Culture, gaining
Tertarik belajar bahasa Inggris, mengalami budaya Amerika, mendapatkan pengalaman
experience sharing the Gospel to others? Then you should consider
menyampaikani Injil kepada orang lain? Maka Anda harus mempertimbangkan
Blue Mountain Academy! With more than 14 countries represented,
Blue Mountain Academy! Dengan lebih dari 14 negara yang diwakili, seperti Brasil,
as dan Brazil, China, Korea, and BMA menjawab students and staff Tiongkok,such Korea, Rusia, para siswa dan stafRussia, BMA sedang panggilan
are answering the calluntuk to “Go into allke the worlddunia and dan preach the Gospel!” “Pergilah seluruh beritakanlah Injil!”
w w w. b m a . u s