AW Indonesian - Juni 2016

Page 1

War ta Ge re j a Mas ehi Adve nt Har i Ke tujuh

Ju n i 2 01 6

14 Keadilan untuk Semua 16 Dalam Perlindungan 26 Sebuah Tempat Aman

Saya Seorang

Asing...

G E R E J A

Sabat, 18 Juni

A D V E N T

Hari Pengungsi Sedunia L I H AT H A L A M A N 1 0


Juni 2016 C E R I TA

P A N O R A M A S E D U N I A Belas Kasihan yang Sempurna

8

U TA M A

Saya Seorang Asing

Bulan ini kita fokus kepada tantangan melayani dalam nama Yesus Kristus, jutaan orang mengalami kekerasan dan tekanan di negara mereka sendiri.

10 Hari Pengungsi Sedunia—Mengapa?

Oleh Benjamin D. Schoun

Selama masih ada pengungsi, umat Kristen masih memiliki tanggung jawab.

16 Dalam Perlindungan

Oleh Maja Ahac

Oleh Ted N. C. Wilson

Belas kasih Kristus lebih dari sekadar ideal. Dia adalah teladan.

12

R E N U N G A N

Keranjang

Oleh Melak Alemayehu

Mengenang status kita sebagai pengungsi.

14 Keadilan untuk Semua K E P E R C AYA A N

D A S A R

Kisah nyata mengenai mencoba untuk membuat ­ perbedaan

20 Saya Seorang Pengungsi

Allah adalah Allah keadilan: sebuah pengingat yang bermanfaat ketika menghadapi ketidakadilan dunia.

Oleh Blia Xiong seperti yang diceritakan ­ kepada Terri Saelee

Yesus mengasihi kita sebelum kita mengenal Dia

24 Pengungsi Anak-anak

Oleh Stefan Höschele

22 Trauma dan Kehilangan K E H I D U P A N

A D V E N T

Oleh L. Ann Hamel

Kebutuhan anak-anak pengungsi sangat besar.

Oleh Julian Melgosa

Kewajiban kita kepada mereka yang telah hampir kehilangan segalanya.

D E PA R T E M E N TA L 3 L A P O R A N

S E D U N I A

3 Berita Singkat 6 Fitur Berita

11 K E S E H A T A N S E D U N I A Keadaan Pengungsi yang Memprihatinkan R O H N U B U A T 21 Ujian bagi Gereja

P E 26

R T A N Y A A N

J A W A B A N

D A N

A L K I T A B

Dukungan Anda untuk pengungsi sangat dibutuhkan. Menyumbangkan uang adalah cara terbaik untuk membantu, karena mereka memberdaya­kan tim darurat untuk merespons dengan cepat saat keadaan berubah.

Sebuah Tempat Aman

27 P E L A J A R A N A L K I T A B Jangan Pernah Menyerah 28

P E R T U K A R A N

I D E

Untuk menyumbang kunjungi

ADRA.org/refugees

www.adventistworld.org Tersedia daring dalam 12 bahasa

2

Adventist World | Juni 2016

F O T O

S A M P U L :

B E N E D I C T E

D O R N O N V I L L E


Tempat Perlindungan Saat Badai Tubuhnya bergetar dengan isak tangis sementara tangan saya merangkul pundaknya. Dia telah mencoba untuk tetap tenang sementara ia mengatakan kepada saya tentang sebuah cerita yang hampir tidak dapat dipercaya yaitu pengancaman, kekerasan, melarikan diri, dan mencari tempat perlindungan. Tetapi doa menghancurkan pertahanan terakhirnya, karena tidak ada yang tersembunyi “di depan mata Dia, yang kepadanya kita harus memberikan pertanggungan jawab” (Ibrani 4:13). Halim* setelah berdoa, memeluk saya dengan rangkulan yang erat sambil berkata dengan nada yang hampir tak terdengar, “Mohon jangan pergi.” Bulan demi bulan dijalani dengan kesepian, ketakutan, sambil menunggu membawanya ke gedung gereja Advent yang kecil, berada di tengah-tengah kota—cukup mengagetkan, melalui kebaikan hati dari seorang Kristen Pantekosta—dan sukacita yang ditemukan dalam persekutuan dengan anggota Advent, ia mengerutkan wajahnya dan bersimbah air mata. “Saya sangat senang berada bersama mereka,” katanya. Ketika keganasan massa dan pembunuhan balas dendam ditargetkan kepada pemuda Kristen ini karena kematian tetangganya, ia dan keluarganya telah melarikan diri, akhirnya menyimpulkan bahwa ia akan terus maju untuk mencari perlindungan di Eropa. Jika ia sudah mendapatkan tempat yang aman, ia akan memanggil istri dan anak perempuannya yang masih berusia 6 bulan. Sekarang sudah 10 bulan dan kemudian dokumen-dokumen lainnya, dia menunggu kemurahan hati pemerintah yang sementara kewalahan dan tidak dapat menanggulangi para pengungsi, ia juga berharap bahwa orang Advent akan menyambut dan mencintainya. Selain Halim, ada banyak cerita tentang pengungsi dengan ratusan berita dan foto yang sangat mengharukan dibawa kepada saya. Kami melihat banyak orang berkumpul untuk naik perahu, ditolak di perbatasan nasional, menunggu di sana terus-menerus. Kami menghitung ada ribuan dan puluhan ribu. Tetapi masing-masing mereka memiliki cerita yang unik dari setiap kerugian, bahaya, harapan dan kebosanan. Tidak mengherankan, sesama Advent di antara mereka yang telah mengalami kekacauan ekonomi dan politik sekarang menarik perhatian seluruh wilayah di dunia, dipaksa melawan kehendak mereka menuju masa depan yang penuh dengan tanda tanya. Kisah-kisah mereka bertemu dan berbaur dengan jutaan orang dari agama lain dan tidak beriman, mereka semua adalah “orang asing” kita dipanggil untuk mengasihi dan melayani. Ketika Anda membaca Adventist World edisi khusus ini, biarlah hati Anda tergerak oleh kuasa Roh Kudus untuk melakukan lebih dari sekadar membaca. “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” (Galatia 6:10). *Bukan nama aslinya.

LAPORAN SEDUNIA Oleh Andrew McChesney

Samuel Saw

Ketua SSD Terpilih

S

amuel Saw, yang terpilih sebagai Ketua Divisi Asia Pasifik Selatan (SSD) pada tanggal 22 Maret 2016, mengatakan dia akan mencari cara baru untuk menjangkau berbagai umat Buddha dan Muslim di divisinya, bahkan Saw memohon kebijaksanaan dari Allah untuk menghargai setiap hari sebagai hadiah yang berharga, yang akan digunakan secara bijaksana. Komite Eksekutif General Conference, lembaga tertinggi dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, sepakat memilih Saw untuk menggantikan Leonardo R. Asoy, yang Samuel Saw dengan istrinya, meninggal karena penyakit sumsum tulang yang langka pada bulan JanuOrathai Chureson, dan anakari. anak mereka, Amanda, 12 Saw, yang sebelumnya menjabat tahun, dan Sorawin, 10 tahun. sebagai Sekretaris Eksekutif Divisi Asia Pasifik Selatan, mengatakan ia S S D memiliki beban untuk membagikan Injil kepada orang yang belum terjangkau di divisinya, yang meliputi 14 negara dengan populasi satu miliar tetapi hanya 1,3 juta anggota gereja. “Beban utama saya adalah untuk terlibat dan melibatkan orang muda dan anggota awam profesional maupun tidak profesional dalam menjangkau yang sulit untuk dijangkau seperti Tionghoa, Buddha, Hindu, Muslim, dan masyarakat perkotaan yang sekuler,” kata Saw. “Saya juga memiliki kepedulian besar untuk anggota-anggota yang lemah, hilang, dan murtad.” Pernyataan Saw menunjukkan bahwa ia berniat untuk melanjutkan impian Asoy, yang terpilih sebagai ketua pada rapat General Conference di San Antonio, Texas, Juli lalu. Asoy mengatakan pada waktu itu bahwa dia sangat bersemangat untuk menemukan cara yang dapat menjangkau Buddha dan Muslim. Asoy meninggal pada 12 Januari 2016, karena komplikasi dari sindrom myelodysplastic, penyakit langka yaitu sumsum tulang tidak mampu untuk menghasilkan sel-sel darah yang sehat dan memadai. Asoy, telah terpilih untuk menggantikan Alberto C. Gulfan, Jr, yang menjabat sebagai ketua selama 12 tahun dan meninggal karena kanker pada 26 September 2015, di usia 64 tahun. Saw, adalah orang Myanmar pertama yang melayani sebagai ketua divisi gereja Advent, mengatakan visinya untuk Divisi Asia Pasifik Selatan adalah memobilisasi, menyatukan, dan menggunakan sumber daya yang diberikan Tuhan kepada orang muda, para profesional, anggota

Bersambung ke halaman selanjutnya

Juni 2016 | Adventist World

3


4

Adventist World | Juni 2016

F O T O :

gereja awam, dan menggunakan media dan teknologi untuk menyebarkan Injil. Ayat Alkitab favoritnya adalah doa Musa dalam Mazmur 90, khususnya ayat 12, yaitu, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” “Hidup ini singkat dan berharga,” katanya. “Kita membutuhkan hikmat dari Allah untuk mengetahui bagaimana menggunakan waktu kita, kesehatan, dan kekuatan, dan sumber daya yang diberikan Tuhan.” Saw, yang telah menjabat sebagai pelaksana tugas ketua divisi sejak Januari, sebelumnya terpilih sebagai Sekretaris Eksekutif Divisi pada tahun 2010. Sebelum itu, ia bekerja selama dua tahun sebagai Sekretaris Asosiasi Kependetaan Uni Misi Asia Tenggara Singapura. Sisa kariernya sebagai pendeta dan administrator dihabiskan di Thailand. Saw ditamatkan dengan gelar Doctor of Ministry dari Adventist International Institute of Advanced Studies di Filipina pada bulan Maret. Saw menikah dengan Orathai Chureson, Direktur Pelayanan Anak-anak dan Rumah Tangga Divisi Asia Pasifik Selatan. Mereka memiliki dua anak, Amanda, 12 tahun, dan Sorawin, 10 tahun. “Dia adalah orang yang sangat rohani, dihormati, rendah hati, dan pemimpin yang melayani dengan berfokus pada misi, yang akan Tuhan gunakan dengan luar biasa dalam tim Divisi Asia Pasifik Selatan dan semua anggota dalam divisi yang besar tersebut untuk menjaga pandangan mereka pada Kristus sebagai pemimpin gereja,” kata Ted N. C. Wilson, Ketua Gereja Advent Sedunia. Dia mendorong Saw “untuk menjadi kuat di dalam Tuhan sementara ia dengan rendah hati bergerak maju dalam pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.” “Dia harus bersandar pada Kristus dan menuntut janji dalam Yakobus 1:5 setiap hari, seperti yang saya coba lakukan,” kata Wilson. “Hanya melalui kebijaksanaan dari Tuhan kita dapat bekerja dengan rendah hati dan efektif.” n

T E D

LAPORAN SEDUNIA

Kiri: Pengungsi belajar ski di Swedia. Kanan: Pengungsi anak-anak membakar roti di api unggun pada sebuah acara Advent di Swedia.

Oleh Göran Hansen

Pengungsi Mendapat

Pelajaran Ski Gratis

Orang Advent Swedia menyambut 100 pengungsi dengan senang hati.

K

etika anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, sebuah gereja kecil di Nyhyttan, Swedia, mengetahui bahwa sekelompok pengungsi akan tiba di kota mereka, mereka memutuskan untuk menyambut mereka dengan senang hati—dan memberikan pelajaran ski gratis. Anggota-anggota gereja bekerja sama dengan organisasi lain di Nyhyttan, sebuah komunitas terpencil yang lokasinya dapat dicapai dengan berkendara selama tiga jam dari Stockholm barat, untuk menemukan cara membantu tetangga baru mereka agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan di Swedia. Mereka memutuskan untuk memberikan pelajaran bahasa Swedia, kelas budaya Swedia, berjalan di hutan, dan pakaian gratis dari toko yang mengumpulkan sumbangan masyarakat. Rencana mereka terlaksana pada bulan September lalu ketika sekitar 100 pengungsi dari Suriah, Afghanistan, Irak, dan Eritrea pindah ke pusat pengungsian yang dioperasikan pemerintah, yang sebelumnya merupakan pusat kesehatan yang pernah dimiliki oleh gereja Advent. Tetapi hidup di Swedia terbukti sangat berbeda dari tanah air para pengungsi, terutama dengan awal musim dingin. Banyak pengungsi melihat salju untuk pertama kalinya. Kemudian masyarakat mengumpulkan ski, sepatu bot, sepatu luncur, dan pakaian musim dingin dan dipinjamkan kepada para pengungsi untuk mengikuti pelajaran secara gratis.

“Sedikit menakutkan dan dingin bagi pengungsi, tetapi mereka sangat senang dengan ski dan sepatu luncur,” kata Lars Gille, seorang pensiunan pendeta Advent dan koordinator kelompok bagi para pengungsi. “Ini telah menjadi kegiatan yang sangat populer, terutama ketika matahari bersinar, karena hal itu akan menjadi sangat menyenangkan.” Setelah salju mencair, pengungsi menukar ski dengan sepeda dan sepakbola. Sepeda telah disediakan secara gratis dan sepak bola telah menjadi olahraga populer kelompok itu. Pathfinder Club gereja Nyhyttan, menawarkan keterampilan dan tanda kepahaman, telah didatangi oleh 25 orang anak-anak, dan gereja telah membuka prasekolah untuk anak-anak yang lebih muda. Gereja awalnya menghadapi kecurigaan dari para pengungsi ketika mulai menyelenggarakan acara-acara di tempat mereka. Beberapa pengungsi menolak untuk menginjakkan kaki di gereja, tetapi secara perlahan-lahan mereka mulai berubah. Sekitar 40 pengungsi menghadiri konser natal di gereja, dan yang lainnya mengunjungi restoran milik gereja yang menyediakan tempat untuk berbicara dan berbaur. Anggota-anggota gereja secara tetap mengundang para pengungsi ke rumah mereka untuk mengalami kehidupan Swedia secara langsung. Beberapa pengungsi bertanya pada Gille tentang pekerjaannya setiap hari. Mereka terkejut ketika ia menjawab bahwa ia adalah seorang pendeta. Tetapi keterkejutan mereka juga berubah menjadi rasa hormat. n


Oleh Victor Hulbert

Orang Advent Membantu Pengungsi

Mencari Jalan Masuk ke Inggris

Sekelompok relawan berjalan selama delapan jam setiap minggu ke kamp di Dunkirk, Prancis.

B

angun pada pukul 4 pagi untuk perjalanan panjang dan menyeberang dengan kapal tambang adalah sedikit tidak nyaman bagi Sasha Becejac, salah satu dari empat pimpinan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Newbold di Inggris Selatan. Setiap hari Minggu dia memenuhi mobilnya dengan relawan, makanan, dan pakaian untuk perjalanan pulang pergi selama delapan jam ke kamp pengungsi di Dunkirk, Prancis. Bekerja sama dengan beberapa anggota gereja Advent di Dunkirk, mereka menyediakan makan siang, kasih, dan telinga untuk mendengarkan beberapa dari ribuan pengungsi yang mencoba menemukan cara untuk menyeberangi terusan Inggis—seringkali secara ilegal— F O T O :

T E D

Kiri: Omar, 45 tahun, dari Irak, mengatakan ia sedang mencari kehidupan masa depan yang lebih baik. Kanan: Mohammed, 15, dari Irak, berdiri di luar tendanya yang dikelilingi lumpur.

untuk mendapakan perlindungan di Inggris. Relawan Advent memasak makanan dan memberikan buah-buahan segar, tujuan utama mereka adalah untuk memberikan bantuan emosional “cara sederhana untuk memberitahu para pengungsi bahwa mereka tidak sendirian, bahwa kita memiliki seluruh jemaat di Inggris, negeri di mana mereka telah putus asa untuk menggapainya, doakanlah mereka,” kata Becejac. Bagaimanakah tanggapan para pengung­si? “Sebagian besar adalah Muslim, beberapa orang adalah Kristen,” kata Becejac. “Tetapi ketika Anda tinggal selama berbulan-bulan di tempat yang berawa dan penuh tikus, Anda tidak akan keberatan terhadap agama apa saja yang berdoa untuk Anda, asalkan mereka ada di depan Anda, memberitahu Anda bahwa mereka peduli dan bahwa mereka mendoakan Anda.” Beberapa orang bertanya mengapa orang Advent terlibat dengan kamp pengungsi di mana banyak penduduknya secara terbuka menentang hukum dengan mencoba masuk secara ilegal ke Inggris daripada mengklaim suaka dengan jalan masuk ke Eropa. Beberapa berpendapat bahwa bantuan yang diberikan hanya akan mendukung penyelundupan manusia dan kegiatan ilegal lainnya. Becejac tidak setuju dengan pandangan itu. “Banyak relawan yang datang dalam keadaan yang tidak yakin, dan beberapa yang sudah pergi masih dalam keadaan tidak yakin, merasa bahwa para pengungsi harus mengatur diri mereka

Atas: Den Hertog, sementara membantu untuk mendistribusikan buah di kamp Dunkirk. Bawah: Relawan Advent berjalan di lumpur saat mereka mengunjungi pengungsi di kamp Dunkirk. F O T O :

T E D

lebih baik, membersihkan daerah kamp mereka dengan lebih baik lagi,” katanya. “Saya tidak menghakimi pendapat siapa pun. Yang saya tahu adalah bahwa semakin lama saya menghabiskan waktu dengan orang ini, hidup dikelilingi dengan kemelaratan namun terlihat lebih rapi daripada saya yang sering... semakin saya menyadari bahwa mereka sama seperti kita. Mereka sesungguhnya merindukan kehidupan dan masa depan yang lebih baik.” Mohammed, yang berusia 15 tahun, berdiri di luar tendanya yang dikelilingi lumpur. Ia menceritakan bagaimana orangtuanya dibunuh oleh militan ISIS di Irak utara. Meskipun berada di tengah lingkungan yang sengsara, ia berkata bahwa ia memiliki harapan untuk masa depannya. Dia mengatakan bahwa bantuan yang disediakan oleh para relawan Advent adalah tali penyelamat baginya. Penghuni kamp lainnya, Omar, telah berada di Dunkirk selama empat bulan. Dia baru berusia 45 tahun namun terlihat lebih tua. Sebuah bom meledak di dekatnya saat berada di kampung halamannya Mala Abdullah, Irak. Dia mengatakan, dia mencari sesuatu yang lebih baik.” n

Juni 2016 | Adventist World

5


LAPORAN SEDUNIA

Seorang Pengungsi dan

Oleh Ruben Grieco

Sahabatnya yang Advent Seorang Eritrea mengatakan mengapa ia melarikan diri ke Jerman, dan seorang Jerman menjelaskan mengapa dia membantunya.

S

iapakah yang mengungsi di Jerman dan siapakah orang Advent yang membantu mereka? Saya menemukan jawaban untuk kedua pertanyaan ini selama percakapan saya dengan Ermias, seorang pengungsi berusia 20 tahun yang berasal dari Eritrea, karena pergolakan negara Afrika, dan Sylvia Kontusc, relawan Advent yang mengkoordinasikan bantuan bagi pengungsi bekerjasama dengan Uni Jerman Selatan. Kami berbicara dalam acara pertemuan mingguan di mana para pengungsi berkumpul di sebuah gereja Advent untuk melatih keterampilan berbahasa Jerman mereka. Wawancara dengan Ermias Ermias, bagaimanakah sehingga Anda memutuskan untuk meninggalkan semuanya dan melarikan diri dari Eritrea? Saya adalah seorang prajurit profesional di Eritrea. Ini bukanlah keputusan yang saya buat sendiri. Saya lebih suka bekerja sebagai montir, tetapi saya dipaksa untuk menjadi tentara. Saya harus mengurus kebutuhan keluarga saya setelah ayah saya meninggal pada tahun 2000 karena perang. Saya bertanggung jawab atas ibu saya dan empat saudara perempuan saya. Sebuah peristiwa mengubah hidup saya seluruhnya. Sebuah truk yang membawa senjata meledak, segera

6

Adventist World | Juni 2016

menewaskan empat teman tentara kami. Tentara yang lain kehilangan kakinya. Saya menghabiskan satu tahun di rumah sakit dengan logam pecahan peluru di kepala dan kaki saya. Salah satu telinga saya hampir tuli. Saya dibebaskan dari pekerjaan saya selama beberapa hari untuk acara pernikahan saya. Kemudian saya memperpanjang absen saya menjadi lima hari untuk mencari uang agar dapat membantu ibu saya. Saya dimasukkan ke dalam penjara karena hal ini. Penjara terdiri dari lima ruangan, masing-masing ditempati oleh 38 orang. Tidak ada jendela, tidak ada air, tidak ada toilet. Saya diborgol selama bulan pertama. Mereka menyeret saya keluar tiga kali, memukul saya sampai jatuh ke tanah, menyiram saya dengan air dingin, dan menempatkan saya kembali ke dalam ruangan, dengan pakaian yang basah dan air yang menetes. Selama delapan bulan saya di penjara, saya menerima dua potong roti dan secangkir teh setiap pagi. Di malam hari saya berbagi makan malam yang sederhana dengan sembilan orang lainnya. Kami diizinkan keluar untuk pergi ke toilet sekali sehari pada pukul 6:30 pagi. Saya menyadari bahwa saya mungkin akan mati, baik di penjara atau ketika mencoba melarikan diri. Jadi saya memilih untuk melarikan diri, karena saya tidak ingin menyerah. Saya masih ingin hidup.

Bagaimanakah Anda bisa melarikan diri? Tentara bersenjata berada di sekeliling pintu ruangan. Seorang teman dan saya setuju untuk melarikan diri bersamasama pada suatu pagi. Kami mulai berjalan pada waktu yang sama di arah yang berbeda. Saya melihat ke arah di mana tentara berada dan berlari ke sana dengan tujuan untuk mengalahkan mereka. Meskipun tentara membidik kaki saya, tetapi bidikan mereka meleset. Saya sampai kepada teman yang memberikan sepasang celana, sebuah jaket, dan ongkos untuk naik bus ke perbatasan Etiopia. Dari sana saya berjalan tiga hari menuju ibu kota, Addis Ababa. Pada malam yang sama ibu saya ditahan dan dipenjarakan selama dua bulan. Di Ibu Kota Etiopia, tentara membawa saya ke sebuah kamp pengungsi, di mana saya menghabiskan enam bulan di sana. Dari kamp saya kembali ke ibu kota dan menemukan pekerjaan yang dapat membiayai saya untuk pergi ke Sudan. Bagaimanakah Anda mencapai Jerman? Di Sudan saya mendapat kabar dari teman yang tinggal di Jerman. Dia mengatakan bahwa dia hidup dengan aman dan damai, dan memiliki masa depan yang baik. Saya semakin yakin bahwa harapan saya ada di Jerman. Saya bekerja selama tujuh bulan sebagai sopir agar dapat mengumpulkan uang untuk biaya perjalanan. Saya harus membayar 1.600 dolar Amerika untuk perja-


lanan selama tujuh hari di sebuah truk bersama dengan 148 anak-anak perempuan, dan laki-laki dari Sudan melalui Sahara. Di Libya truk tersebut dihentikan oleh tentara. Mereka menyita semuanya: uang kami yang tersisa, ponsel, dan semua surat-surat dan kartu identitas kami. Saya menghabiskan lima bulan penjara dengan 400 orang Eritrea lainnya. Beberapa dipaksa untuk memuat bom dan senjata ke kendaraan. Seorang teman membawa bom pada punggungnya saat bom tersebut meledak. Suatu malam saya bisa melarikan diri dan berjalan ke pantai untuk naik perahu dan pergi ke Italia. Selama dua hari saya berlayar bersama 329 orang di perahu kecil. Angkatan Laut Italia menangkap kami dan membawa kami ke Italia untuk diproses. Setelah tiga hari saya berhasil mendapatkan kereta ke Munich, Jerman. Dari sana, pihak berwenang mengirim saya ke MeĂ&#x;stetten, kemudian ke perumahan khusus, tempat tinggal saya sekarang. Bagaimanakah Anda dapat menghadiri pertemuan para pengungsi di gereja? Teman-teman mengatakan kepada saya bahwa gereja membuka kelas untuk belajar percakapan. Di sana saya bertemu Sylvia. Tanpa Sylvia, saya tidak akan berhasil dalam kelas bahasa Jerman. Tanpa bantuannya, saya sudah dikirim kembali ke Italia, dan saya tidak akan selamat karena itu. Sylvia membawa saya kepada seorang dokter yang dapat membantu saya. Sekarang saya menghadiri pertemuan di gereja setiap minggu. Saya sedang menunggu untuk mencari tahu apakah saya bisa tinggal di Jerman. Apakah yang Anda inginkan untuk masa depan Anda? Saya selalu takut bahwa saya akan dikirim kembali dan harus mengalami semua pengalaman buruk lagi. Saya berharap dapat tinggal dan segera mencari pekerjaan. Saya berharap bahwa istri saya akan datang ke sini, dan saya bisa melihat anak perempuan saya yang masih berusia 4 tahun. Saya belum pernah melihatnya. Saya berada di dalam penjara ketika anak perempuan saya lahir.

Untuk hal apakah Anda perlu bersyukur? Selama pelarian saya, saya selalu berdoa kepada Allah di malam hari. Saya berterima kasih kepada Tuhan karena Dia telah melindungi pengembaraan saya ke Jerman, dan kerena Dia telah menemani saya selama ini. E U D

Apa kegiatan Anda dengan para pengungsi? Kegiatan sukarela saya telah menjadi seperti pekerjaan paruh waktu. Pada hari Senin dan Selasa pagi saya membantu seorang pekerja sosial di rumah pengungsi. Pada Rabu sore saya membantu di kelas bahasa yang mengadakan pertemuan dalam kelompok-kelompok kecil berlatih percakapan sehari-hari dan menerjemahkan surat-surat. Terkadang kami memasak bersama-sama dan mendistribusikan pakaian. Saya juga anggota dari kelompok yang membantu pengungsi menemukan perumahan. Saya sering menemani para pengungsi pada kunjungan mereka ke dokter atau ke pihak berwenang. Apakah pendapat Anda tentang pekerjaan Anda? Ini memberi saya kepuasan besar ketika melihat para pengungsi bersyukur, dan ada senyum ceria dari mereka. Saya juga menyukai saat-saat bahagia seperti percakapan yang baik dengan dokter, sidang pengadilan yang berjalan dengan baik, dan sukses mencari pekerjaan. Saya sangat senang ketika saya menyadari bahwa saya telah membuat perbedaan bagi pengungsi.

Sylvia Kontusc, seorang relawan yang mengkoordinasi pekerjaan Advent kepada pengungsi. Wawancara dengan Sylvia Kontusc Bagaimanakah Anda bisa terlibat dalam pekerjaan ini? Saya selalu teringat dengan panggilan Alkitabiah untuk “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu� dalam Yeremia 29:7. Kemudian saya melihat berita televisi yang melaporkan tentang pengungsi, yang sangat menyentuh hati saya. Jadi saya mendekati komisaris dan mengatakan bahwa misi ini cocok dengan iman saya. Saya bisa mengekspresikan diri sendiri. Inilah saya.

Apakah tantangan-tantangan khusus yang Anda hadapi? Saya harus mengatasi urusan keluarga saya dan pekerjaan inti saya (sambil tertawa)! Apakah saran Anda kepada seseorang yang ingin juga menjawab panggilan misi yang sama? Saya yakin bahwa Anda tidak akan berhasil jika Anda mencoba untuk bekerja seorang diri. Hal ini penting untuk mengidentifikasi kebutuhan kota dan kemudian bergabung dengan jaringan dan struktur yang ada. Kita sebagai orang Advent memiliki keuntungan besar karena struktur gereja kita dengan tempat dan pegawai sendiri. Kita memiliki sikap sosial yang tepat untuk pekerjaan ini. Hal ini cukup berharga. Para pengungsi yang datang kepada kita sebagian besar adalah mereka yang masih muda. Undang mereka ke dalam lingkaran terdalam Anda dan biarkan mereka bersamasama menikmati kehidupan sosial Anda. n

Juni 2016 | Adventist World

7


P A N O R A M A

S E D U N I A

S

alah satu tema terbesar dalam Alkitab adalah tentang belas kasih. Hal itu terulis dalam Alkitab dan kita akan banyak kali menemukannya, terutama dalam menggambarkan karakter Allah. “Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia.” (Mzm. 86:15). “Sebab TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan sayang kepada hamba-hamba-Nya” (Mzm 135:14). “TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya” (Mzm 145:8). Mungkin salah satu ayat yang paling indah ditemukan dalam Mikha 7:18, 19 yaitu: “Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murkaNya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalah­ an-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.” Sebuah Hadiah yang diberikan kepada Semua Menariknya, dari 50 kali Kata “belas kasihan” muncul dalam Alkitab (27 kali dalam Perjanjian Lama dan 23 kali di Perjanjian Baru),1 kata pertama yang disebutkan merupakan orang yang dianggap kafir dan orang luar, seorang wanita kafir. Kita diberitahu sekilas peristiwanya dalam Keluaran 2:5, 6 yaitu “Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di Sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi Sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: ‘Tentulah ini bayi orang Ibrani.’” Belas kasihan bukan hanya bagian dari susunan karakter Allah tetapi juga adalah hadiah yang di berikan kepada setiap manusia: Suatu kemampuan untuk memiliki kesadaran simpatik akan penderitaan orang lain, bersama dengan keinginan untuk meringankannya.2

8

Adventist World | June 2016

Oleh Ted N. C. Wilson

BELAS KASIHAN yang Sempurna Menjadi Seperti Yesus

Karena belas kasihan adalah sebuah bagian yang rumit dari Allah, sepanjang sejarah Setan telah berusaha untuk menghancurkan dan memusnahkan karakter tersebut yang ada pada anakanak Allah. Perang, kelaparan, kekerasan, dan kebob­rokan masyarakat melalui berbagai media, perebutan kekuasaan, kesombongan, mementingkan diri sendiri, eskapisme (mencari hiburan untuk menghindari kenyataan yang tidak menggembirakan), ketamakan, nihilisme, dan masih banyak lagi— semuanya mengubah pikiran kita dari merasa iba karena penderitaan orang lain kepada diri kita sendiri dan menghapus semua rasa belas kasihan dari hati kita. Obat Penawar Yesus memberikan obat penawar untuk dunia yang secara serius kekurangan rasa belas kasihan. Melalui kehidupan dan ajaran-Nya, Yesus mengajarkan apa artinya “digerakkan oleh belas kasihan.” Dalam Injil Markus kita melihat seorang penderita kusta datang kepada Yesus, “dan sambil berlutut di hadapanNya ia memohon bantuan-Nya, katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir” (Markus 1:40, 41). Setelah kematian Yohanes Pembaptis yang terlalu awal, ketika Yesus dan muridmurid-Nya mencoba untuk pergi “mengasingkan diri ke tempat yang sunyi,” ribuan orang berlari ke tepi danau yang lain untuk menemui mereka. Ketika Yesus melihat “sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai

gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.” (Markus 6:32, 34). Kemudian pada hari itu Dia memberi makan seluruh orang banyak itu dari lima roti dan dua ikan. “Dan mereka semuanya makan sampai kenyang” (ayat 42). Meneladani Belas Kasihan yang Sejati Saat Yesus melayani kebutuhan fisik orang banyak, Dia memberikan teladan belas kasihan yang benar, kemudian membawa mereka untuk peduli akan kebutuhan rohani dan mengarahkan mereka kepada satu-satunya sumber kebenaran. Menekankan pokok ini dalam khotbah-Nya yang sempurna di atas Bukit, Yesus berkata: “Janganlah kamu kuatir, dan berkata ‘apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?. . .’ Bapamu yang di Sorga tahu, bahwa engkau memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:31-33). Belas kasihan Yesus yang sempurna. Sementara Dia tidak mengabaikan kebutuhan sementara dari orang banyak, kepedulian-Nya yang utama adalah untuk keselamatan kekal kerohanian mereka. Belas kasihan inilah yang Dia minta untuk ditunjukkan oleh para pengikut-Nya ketika mereka berusaha melayani Dia (lihat Matius 9:35-38). Kehilangan Harapan Afari3 berasal dari negara Timur Tengah dengan agama mayoritasnya memusuhi Kekristenan. Suaminya mengizinkan dia untuk bekerja di salon kecantikan di mana dia hanya akan berinteraksi dengan perempuan saja. Hidup di rumah


yang benar-benar mereka butuhkan. Kebutuhan rohani adalah prioritas utama.”

Karena belas kasihan adalah sebuah bagian yang rumit dari Allah, sepanjang sejarah Setan berusaha untuk menghancurkan dan memusnahkan karakter tersebut yang ada pada anak-anak Allah. sangat menderita. Suami Afari sering memukul dan menghinanya. Merasa putus asa, Afari dengan serius mempertimbangkan untuk bunuh diri. Pada waktu itu salah satu kliennya di salon melihat kesedihan Afari ini. Karena tidak memiliki siapa pun untuk mencurahkan hatinya, Afari membagikan masalahnya dengan wanita ini. Keduanya menjadi teman akrab, dan akhirnya wanita tersebut mengundang Afari untuk menghadiri pertemuan kelompok kecil yang secara rahasia diadakan di rumah di mana Afari mempelajari tentang Yesus. Dia mendapatkan Alkitab dan dia menghargainya sebagai barang miliknya yang paling berharga. Sayangnya, suami Afari menemukan Alkitab tersebut dan memukuli Afari tanpa ampun, berusaha mencoba untuk membunuhnya. Ajaibnya dia dapat meloloskan diri dan dia berlari ke rumah orangtuanya. Afari dapat menghubungi teman Kristennya, yang dengan cepat membantu pelariannya ke negara tetangga. Dari sana Afari masuk ke Eropa sebagai pengungsi.

F O T O

O L E H

M .

A S S E R

Menemukan Belas Kasihan Segera setelah tiba di Eropa, Afari bertemu dengan dua orang teman yang telah melarikan diri dari negara yang sama karena penganiayaan agama. Temanteman ini telah mempunyai kontak dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dan memberitahu Afari, “Inilah gereja yang Anda cari.” Mereka menemukan bahwa gereja Advent tidak hanya peduli tentang kebutuhan fisik mereka, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal, tetapi memberikan santapan rohani yang begitu mereka dambakan. Afari mengatakan bahwa dia senang menghadiri gereja Advent. Di sinilah dia menemukan “cinta, kedamaian, harapan, dan kebaikan. Mereka membantu saya memahami bahwa saya tidak sendirian. Saya merasa aman sekarang,” katanya. Salah satu pimpinan Advent di kota ini menjelaskan cara pendekatan belas kasihan mereka: “Kita tahu bahwa menyediakan kebutuhan fisik mereka semata tidak memuaskan. Jika kita hanya fokus pada kebutuhan fisik dan kebutuhan sosial, mereka tidak mendapatkan apa

Belas Kasihan yang Saleh Bukanlah Pilihan Bagi orang Kristen, belas kasihan yang saleh bukanlah pilihan. Sejak awal, Allah telah memanggil pengikut-Nya untuk menjadi seperti Dia, untuk “berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup rendah hati dengan Allahmu” (Mikha 6:8). Dalam merenungkan pekerjaan belas kasihan yang diberikan kepada umat Allah, Ellen White menulis: “Pekerjaan yang tidak mementingkan diri sendiri dari orang Kristen di masa lalu haruslah menjadi sebuah pelajaran dan inspirasi bagi kita. Umat Tuhan haruslah tekun dan giat untuk berbuat baik, memisahkan ambisi duniawi dan berjalan mengikuti jejak Dia yang pergi melakukan perbuatan baik.” “Dengan hati yang penuh simpati dan belas kasihan, mereka pergi untuk melayani yang membutuhkan bantuan, membawa orang berdosa kepada pengetahuan tentang kasih Juruselamat. Pekerjaan tersebut menuntut usaha yang keras, tetapi itu menghasilkan hadiah yang kaya. Mereka yang terlibat di dalamnya dengan tujuan yang tulus akan melihat jiwa-jiwa dimenangkan bagi Juruselamat, sebab pengaruh yang disertakan dengan tindakan praktis dari menjalankan amanat agung tidak dapat ditolak.”4 Allah memanggil masing-masing kita, di mana saja kita berada, untuk berpartisipasi dalam keterlibatan seluruh anggota, yaitu menunjukkan belas kasih-Nya yang sempurna kepada dunia yang membutuhkan. Mari kita memohon kepada-Nya untuk mengisi kita dengan Roh-Nya yang kudus sehingga kita dapat memiliki kebijaksanaan dan belas kasihan yang hanya dapat diberikan-Nya. n 1 Dalam

New King James Version. ulang dari Merriam-Webster Online Dictionary, www. merriam-webster.com/dictionary/compassion. 3 Bukan nama yang sesungguhnya. 4 Ellen G. White, The Acts of the Apostles (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1911), hlm. 109, 110. 2 Dikutip

Ted N. C. Wilson adalah Ketua Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. June 2016 | Adventist World

9


Sabat, 18 Juni 2016

Hari

PENGUNGSI—Mengapa? Sedunia Oleh Benjamin D. Schoun

S

etiap menit delapan orang meninggalkan segala sesuatu di belakangnya untuk melarikan diri karena perang, penganiayaan atau teror,” menurut United Nations World Refugee Day Website.1 Beberapa tahun terakhir kita telah melihat sekitar 15 titik panas masalah terbaru yang muncul, di mana banyak orang telah tewas, banyak nyawa lainnya telah diancam, dan kemampuan mereka untuk mempertahankan situasi hidup yang aman, damai, dengan makanan dan tempat tinggal yang memadai telah diambil. Beberapa lokasi tersebut yaitu Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, timur laut Nigeria, Pakis­ tan, Afghanistan, Somalia, Ukraina, Irak, dan yang terbaru adalah negara Suriah. “Pada Februari 2016, PBB telah mengidentifikasi 13,5 juta warga Suriah yang membutuhkan bantuan kemanusiaan, di mana 6,6 juta di antaranya mengungsi di dalam Suriah, dan lebih dari 4,8 juta yang mengungsi di luar Suriah.”2 Meskipun Turki menjadi tuan rumah yang menampung pengungsi Suriah dalam jumlah yang paling besar, lebih dari 1 juta telah menyeberang ke Eropa pada tahun 2015.3 Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan, “Pengungsi adalah manusia seperti yang lain, seperti Anda dan saya. Mereka menjalani kehidupan biasa sebelum menjadi pengungsi, dan impian terbesar mereka adalah untuk dapat hidup normal kembali.4 Apakah yang Gereja Kita Lakukan untuk Membantu?

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, bersama dengan pemerintah dan lembaga kemanusiaan lainnya, telah memilih menawarkan jasa untuk membantu para pengungsi ini sementara mereka mengadakan perjalanan melalui jalan raya, rel kereta, jalanan kecil, dan melalui laut, ke suatu tempat di mana mereka dapat hidup dengan aman. Dalam pergerakan kemanusiaan yang

10

Adventist World | Juni 2016

luar biasa di Eropa, dua divisi General Conference ikut terlibat secara langsung: Divisi Trans-Eropa dan Divisi InterEropa. The Adventist Development and Relief Agency (ADRA ) terlibat aktif, sebagaimana juga ASI (Adventist-Laymen’s Services and Industries) Eropa. Pada bulan Januari, para pemimpin dari organisasi gereja ini menghadiri pertemuan puncak di Zagreb, Kroasia, di bawah bimbingan ADRA, untuk mengkoordinasikan upaya dan melakukan perencanaan strategis mengenai cara yang paling efektif untuk terlibat. Satu ide yang muncul dari pertemuan ini adalah bahwa gereja Advent harus merencanakan sebuah Hari Pengungsi Sedunia, sesuai dengan kalender PBB. Pengakuan hari ini di gereja-gereja Advent memiliki tujuantujuan berikut: 1 untuk menginformasikan gereja sedunia akan krisis di Eropa dan tempat lain, dan melaporkan apa yang organisasi gereja Advent lakukan untuk membantu; 2 untuk mendorong mendoakan bagi para pengungsi dan bagi mereka yang aktif bekerja supaya dapat membantu mereka; 3 untuk berbagi cerita dan laporan mengenai keadaan sebenarnya dari krisis kemanusiaan ini; 4 untuk membantu anggota-anggota gereja berpikir tentang bagaimana caranya untuk menolong para pengungsi berdasarkan nilai-nilai dan keyakinan Kristen dan gereja Advent; 5 untuk menyampaikan kebutuhan terbaru di mana anggota Advent mungkin ingin membantu untuk memenuhinya, termasuk sumbangan untuk pekerjaan yang sekarang sedang dilakukan; 6 untuk merenungkan kata-kata Ban Ki-moon: “Pada Hari Pengungsi Sedunia ini, biarlah kita mengingat

kembali keadaan kita sebagai manusia, merayakan toleransi dan keragaman serta membuka hati kita untuk para pengungsi di mana saja.”5 Khusus Hari Pengungsi Sedunia

Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan Hari Pengungsi Sedunia adalah 20 Juni. Hari Pengungsi Sedunia gereja Advent akan jatuh pada hari Sabat 18 Juni. Akan ada buletin pengumuman, video, dan poster yang disebarkan pada situs web General Conference, di mana siapa pun dapat mengunduh dan melaksanakanya di gereja masing-masing. 6 Saya bersyukur bahwa Adventist World telah mendedikasikan edisi Juni ini pada situasi pengungsi sedunia. Saat Anda membaca, tanyakan pada diri sendiri: Bagaimanakah saya bisa menjadi seorang tetangga untuk mereka yang dalam keadaa krisis seperti ini? Yesus jelas menyatakan bahwa merespons kebutuhan seperti ini adalah salah satu bukti paling jelas dari Kekristenan sejati di dalam hati dan kehidupan pengikutNya (Lukas 10:30-37; Mat. 25:31-46). n 1

www.un.org/en/events/refugeeday/background.shtml. 2 https://en.wikipedia.org/wiki/Refugees_of_the_Syrian_Civil_ War 3 www.bbc.com/news/world-europe-24583286. 4 www.un.org/en/events/refugeeday/2015/sgmessage.shtml. 5 www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=51208#.Vu4wL_ krKM8. 6 Alamat web untuk mengakses informasi hari pengungsi gereja Advent sedunia adalah https://www.adventist.org/en/information/special-days. Perhatikan pada 18 Juni.

Benjamin D. Schoun

adalah yang memimpin Komite Koordinasi General Conference untuk para pengungsi Eropa. Sebelumnya adalah wakil ketua gereja Advent sedunia. F O T O :

I G O R

M I T R O V I C


Oleh Peter N. Landless dan Allan R. Handysides

K E S E H A T A N

S E D U N I A

PENGUNGSI yang

Keadaan Memprihatinkan Kisah para pengungsi yang terusmenerus memasuki Eropa begitu banyak dimuat dalam berita. Apakah tantangan kesehatan utama yang mereka hadapi? Apakah kita sebagai sebuah gereja telah membantu krisis ini?

N

asib para pengungsi yang memprihatinkan telah digambarkan sebagai krisis kemanusiaan, dan memang demikian adanya. Keputusasaan, ketakutan, dan tanpa harapan mendorong mereka untuk melarikan diri dari negara kelahiran mereka dan mencari tempat perlindungan dan kehidupan yang baru di tempat lain. Kita hampir tidak dapat membayangkan keputusasaan yang mendorong mereka untuk meninggalkan orang yang mereka cintai, rumah, dan lingkungan yang akrab dan menuju ke tempat—di mana mereka pun tidak yakin; di mana saja yang mungkin menerima mereka. Rasa sakit dan ketidakpastian tersebut sulit untuk dipahami. Sangat menyayat hati ketika menyaksikan penderitaan, stres, ketakutan, dan ketidakpastian yang menandai sampul-sampul berita tentang tragedi kemanusiaan ini. Kematian tragis dari seorang anak kecil yang tubuhnya ditemukan di pantai Turki telah menyakiti hati seluruh dunia. Infeksi pernapasan (paru-paru), termasuk pneumonia, adalah penyakit yang paling umum terlihat pada populasi khusus ini. Selain itu, trauma yang tiba-tiba terjadi umumnya terkait dengan ruang yang sempit dalam keramaian, sering oleh karena kapal yang tidak layak melaut; laut yang berombak kencang; dan batu karang yang tidak dapat dihindari baik di laut maupun di pantai. Dehidrasi dan kelaparan, merupakan isu-isu signifikan yang perlu ditangani. ASI Eropa telah berhasil mengoperasikan klinik keliling melalui bus yang dimodifikasi khusus, yang dilengkapi dengan fasilitas gawat darurat dan fasilitas operasi. Layanan ini telah terbukti menguntungkan! Kesehatan mental dan emosional seringkali merupakan tantangan pada situasi seperti ini, dan seringkali dipersulit oleh kesedihan dan kecemasan. Sayangnya, karena jumlah tenaga kerja yang sedikit, kebutuhan-kebutuhan ini

Apakah yang gereja dapat lakukan?

tidak ditangani dengan cukup memadai. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh telah didorong untuk memberikan pelayanan yang mencakup pelayanan kesehatan secara komprehensif. Istilah modern untuk pekerjaan misionaris kesehatan dapat digambarkan sebagai memenuhi kebutuhan masyarakat secara praktis dengan menunjukkan kasih sayang dan belas kasihan Allah.

tindakan mereka yang praktis! Betapa suatu kesaksian yang luar biasa untuk menjadi tangan penolong dari Dokter Agung kita! Dapatkah Anda dan saya membuat perbedaan dalam kehidupan para pengungsi? Kita bisa dengan sungguhsungguh mendoakan mereka dan memohon agar Yesus segera datang kembali dan mengakhiri penderitaan, kesa-

Tidak semua dapat bertemu langsung dengan para pengungsi, tetapi kita semua dapat membuat perbedaan. Gereja yang kita kasihi dan layani adalah gereja yang juga aktif dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan pengungsi. Kebutuhannya begitu besar sehingga kadang-kadang bahkan upaya terbaik yang kita berikan, digambarkan seperti setetes air dalam ember. Tetapi ADRA Internasional (dan lembaga-lembaganya melayani secara langsung negara yang terkena musibah) dan ASI Eropa terus menyentuh kehidupan pengungsi, satu orang setiap satu jam. Bekerja sama dengan lembaga-lembaga ini, relawan kesehatan profesional Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dari seluruh dunia, menyumbangkan waktu dan keahlian mereka, tetapi yang lebih penting, membagikan kasih Yesus dalam cara praktis dengan memenuhi kebutuhan setiap orang, sesama peziarah di planet yang rusak ini. Upaya gereja yaitu bekerja sama dengan lembaga-lembaga untuk mengkoordinasikan respons kesehatan yang telah menyaksikan kegiatan menakjubkan, termasuk seorang dokter perempuan Yahudi merawat pengungsi perempuan Suriah. Sebuah majalah Kristen populer yang terbit secara berkala mengutip perkataan seorang pengungsi Muslim, ia mengatakan bahwa sebelum situasi saat ini ia melihat orang beragama namun tidak saleh; tetapi setelah mendapatkan bantuan medis di Yunani, ia sekarang melihat orang yang saleh dalam

kitan, sakit hati, keterasingan, dan kematian. Kita dapat menyumbang melalui ADRA dan ASI Eropa untuk membantu inisiatif mereka yang berani dan sangat diperlukan di mana mereka terlibat di dalamnya. Tidak semua dapat bertemu langsung dengan para pengungsi, tetapi kita semua dapat membuat perbedaan dengan membagikan apa yang kita miliki dan menjadi gereja seperti yang digambarkan dalam Matius 25, digambarkan dalam kata-kata Yesus: “Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku� (Mat. 25:40). n

Peter N. Landless, seorang ahli kardiologi nuklir adalah Direktur Departemen Pelayanan Kesehatan General Conference Allan R. Handysides, seorang ahli gine-

kologi, sudah pensiun, sebelumnya adalah Direktur Departemen Pelayanan Kesehatan General Conference.

Juni 2016 | Adventist World

11


R E N U N G A N

Keranjang Oleh Melak Alemayehu

S

eperti yang diceritaka dalam kitab Rut, kehidupan Ruth jelas menghadapi kesedihan serta kegembiraan seperti yang di hadapi oleh seorang pengungsi. Memulai hidup sebagai seorang janda miskin di negeri asing adalah tantangan yang tampaknya sulit diatasi. Namun, ketika perjalanan dilanjutkan, “di bawah sayap-Nya” Tuhan (Ruth 2:12) dia datang untuk berlindung supaya keranjangnya yang kosong diisi melalui kemurahan hati Boaz. Memang, Boaz adalah tempat perlindungan yang nyata bagi Ruth dan melambangkan tempat perlindungan yang pasti yaitu—Tuhan sendiri. Menariknya, gambaran Allah sebagai tempat perlindungan ditemukan hampir 50 kali dalam kitab Mazmur. Bahkan, sebagai bagian dari hukum perjanjian-Nya, Allah dengan jelas mengungkapkan bagaimana umat-Nya harus memperlakukan pengungsi (atau orang asing) di tengah-tengah mereka. Salah satunya adalah hukum tentang upacara hasil pertama dalam Ulangan 26:1-11. Di dalamnya kita menemukan keranjang; keranjang diisi dengan hasil pertama dari panen; pertama-tama keranjang itu harus dibawa untuk dipersembahkan di hadapan Tuhan, dan kemudian untuk dimakan bersama-sama dengan para imam dan orang asing. Tentu saja prinsip-prinsip yang mendasari upacara ini membantu kita mengetahui bahwa Allah sebagai pelindung utama untuk para pengungsi. Mengomentari hukum ini, Ellen White menulis, “inilah tujuan, yang Tuhan berikan kepada umat-Nya, mengungkapkan prinsip-prinsip hukum kerajaan Allah, dan hukum itu dibuat spesifik, sehingga pikiran orang tidak dibiarkan dalam ketidaktahuan dan ketidakpastian. Kitab suci menyampaikan secara terus-menerus kewajiban dari semua orang yang telah diberkati Allah dengan hidup dan kesehatan serta keuntungan dalam hal-hal duniawi dan rohani.”* Paragraf berikut menunjukkan beberapa prinsip yaitu: Mengakui. Hukum tentang persembahan hasil pertama dimulai dengan menyatakan bahwa hal itu harus dilakukan, yaitu, “Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, dan engkau telah mendudukinya dan diam di sana” (Ulangan

12

Adventist World | Juni 2016

26:1). Ini adalah pendatang yang pada akhirnya mencapai tanah perjanjian. Semua harapan dan mimpi serta keinginan mereka hendak menjadi kenyataan di tanah mereka sendiri. Sayangnya, di saat-saat seperti ini banyak dari kita cenderung melupakan perjalanan yang telah kita ambil demi mencapai puncak kesuksesan kita. Namun upacara ini memberikan kesempatan untuk merefleksikan perjalanan hidup kita sehinga membantu kita untuk mengingat dua hal penting: (1) siapa kita; dan (2) bagaimana kita mencapai tempat di mana kita menemukan diri kita. Hal ini pada akhirnya akan membawa kita untuk mengakui bahwa “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yakobus 1:17). Menyatakan. Upacara ini menyoroti konsep penting bahwa pengakuan harus lebih dari persetujuan jiwa belaka. Pengakuan itu diungkapkan dengan mempersembahka keranjang yang penuh dengan hasil pertama. Selain menjadi yang pertama secara kronologis, hasil pertama melambangkan kualitas produk yang diinginkan. Oleh karena itu, tidak peduli seberapa bersemangat petani itu karena semuanya diuji oleh hasil kerjanya, memberikan panen pertama adalah ekspresi menempatkan hal yang utama. Adalah suatu kekejian bagi TUHAN apabila persembahan, diberikan dengan tidak sepenuh hati, Dia mengungkapkan pengorbanan yaitu dengan hati yang bersyukur (lihat Lukas 7:36-50). Fokus. Fokus dari upacara ini haruslah kepada Tuhan. Nama Yahweh (atau “Tuhan”) muncul 14 kali di bagian ini, menggambarkan Dia sebagai titik fokus dari semua rincian upacara. Perlu dicatat bahwa keranjang ditempatkan pertama di depan “mezbah TUHAN, Allahmu” (Ul 26:4). Pelajaran penting dari hal ini adalah: Praktek agama harus difokuskan pada Tuhan jika kita mengharapkan imbalan yang kekal. Mengungkapkan. Dengan mempersembahkan keranjang di hadapan TUHAN yang mengambil bagian harus mengucapkan apa yang dikenal sebagai “bacaan hasil pertama” (ayat 3, 5-10). Semuanya ini mengungkapkan bahwa Allah penuh dengan pesan-pesan penting. Umat Tuhan harus mengulanginya di depan umum keadaan suram saat nenek moyang mereka hidup sebagai orang asing. Ini adalah penga-


Prinsip-prinsip yang mendasari upacara ini membantu kita menemukan Allah sebagai Penolong utama untuk semua pengungsi. Mungkin ia yang memiliki keranjang kosong di tangannya dan pertanyaan muncul di benaknya. Apakah saya, orang asing, dapat menemukan kemurahan hati di mata seseorang dan mengisi keranjang saya hari ini? laman dari seluruh umat manusia di bawah belenggu dosa yang dapat diketahui. Selain itu, ungkapan yang menyatakan bahwa saat tertindas mereka berseru kepada Tuhan dan bagaimana Tuhan mendengar suara mereka dan memerhatikan penderitaan mereka. campur tangan Ilahi ini menempatkan sinar harapan di masa depan. Sebagai umat tebusan yang terus mengucapkan pujian bagi Dia yang memanggil mereka keluar dari kegelapan, kepada terang-Nya yang ajaib, mereka menjadi orang yang memantulkan dan memungkinkan cahaya yang sama bersinar dalam kegelapan sehingga banyak orang lain di sekitar mereka merasakannya (1 Petrus 2: 9). Memuliakan. Setelah mempersembahkan keranjang hasil pertama dan mengucapkan kesaksian, semua umat Tuhan akan menyembah (secara harafiah, “sujud”) di hadapan Tuhan (Ul. 26:10). Sikap ibadah ini menunjukkan sikap rendah hati dan penyangkalan diri yang harus kita alami

ketika kita benar-benar ingin memuliakan Tuhan. Saat kita menyembah dalam kerendahan hati kita diingatkan bahwa kita diciptakan dari tanah; tidak ada sesuatu pun yang baik dari kita yang dapat di banggakan. Pada kenyataannya, hanya kehidupan yang hidup untuk kemuliaan Allah dengan membagikan berkat-Nya kepada orang lain mendapatkan hidup yang kekal. Merangkul. Perayaan yang menandai akhir dari upacara ini. Peserta bersukacita dengan berbagi berkat kepada keluarga dan dua kelompok secara khusus disebutkan yaitu orang Lewi dan orang asing. Hal ini penting untuk dicatat bagaimana orang asing berpelukan dalam perayaan ini. Mereka di utamakan oleh tuan pesta. Selama bakul diberikan dihadapan TUHAN, kebutuhan orang asing secara fisik, emosional, sosial, dan spiritual dapat ditangani. Mereka juga sekarang memiliki kesempatan untuk mengalami berkat Yahweh sebagai penolong mereka. Di Manakah Keranjang Kita? Ada banyak bakul di luar sana. Beberapa penuh dengan keberuntungan karena “hasil pertama”, sementara di tangan orang yang tidak beruntung adalah kosong. Menyadari sumber sejati akan berkat kita dan mengucapkan rasa terima kasih kita dengan berfokus pada Tuhan, mengucapkan kesaksian-Nya, memuliakan nama-Nya, dan merangkul orang yang tidak beruntung akan menempatkan keranjang yang penuh dan keranjang yang kosong di meja yang sama. Ingat, bahwa kita dipanggil untuk menjadi tempat perlindungan bagi para pengungsi. n * Ellen G. White, “How Much Owest Thou?” Advent Review and Sabbath Herald, Dec. 25, 1900.

Melak Alemayehu adalah kandidat doktor dalam Studi Alkitab/Perjanjian Lama di Adventist International Institute of Advanced Studies di Silang, Filipina. Melak dan istrinya, Mihret, dan dua anak mereka, Pheben dan Paulos, yang berasal dari Etiopia. Juni 2016 | Adventist World

13


K E P E R C A Y A A N

D A S A R

PASAL 19

KEADILAN Oleh Stefan Höschele

D

ibesarkan di keluarga Advent, saya selalu bertanyatanya mengapa beberapa orang menyatakan bahwa Sepuluh Perintah Allah “tidak berlaku lagi.” Tidak berlaku lagi? Apakah keuntungannya dari mencuri, memiliki allah lain, menghancurkan pernikahan, membuat berhala, bekerja tujuh hari seminggu, atau memberikan kesaksian palsu? Mungkin saya terlalu berlebihan dalam hal ini, tetapi jujur, saya tidak menemukan maksud mereka yang menyatakan bahwa sebagai orang Kristen kita tidak lagi di bawah hukum, dan bahwa kesepulu perintah Allah tidak lagi menjadi pedoman dalam tindakan kita. Tolong jangan salah mengerti: Saya bukan seorang legalisme. Kita tidak bisa mendapatkan apa-apa di hadapan Allah hanya karena kata-kata yang ditulis dalam Keluaran 20. Saya tidak setuju jika beberapa orang berpikir bahwa mereka adalah satu-satunya dan penafsir penentu tentang menerapkan ketentuan Alkitab saat ini. Tetapi ketika Anda menantang saya tentang legitimasi dan otoritas norma-norma yang tertulis pada dua loh batu, saya menerimanya dengan senang hati. Ada argumen sederhana bahwa tidak baik melawan dasar kewajiban orang percaya kepada Pencipta. Kenyataanya, dasar mereka adalah masuk akal dalam hal mengurangi perintah yang ada dalam sepuluh hukum, jika itu bertentangan dengan adat istiadat. Karena itu, orang muda yang kaya mengatakan, “Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku” (Markus 10:20). Dan Yesus tidak menjawab, “Mari kita menganalisis hal ini sedikit. Sebenarnya Anda salah.” Bagi leluhur saya hal ini merupakan alasan mengapa ia menjadi anggota Advent pertama di wilayahnya. Dalam kurun waktu yang lama ia mengamalkan ayat yang mengatakan “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,” (1 Yohanes 5:3). Saat ia menyadari bahwa sepuluh hukum adalah standar pengadilan yang paling rendah untuk dipatuhi, keputusannya menjadi lebih jelas.

Untuk Semua

Di negara di mana saya tinggal, hukum sangat penting. Jangan pernah mencoba untuk menyuap seorang pejabat supaya terhindar dari hukuman; Anda pasti akan berada dalam kesulitan yang lebih besar! Hukum berlaku untuk semua orang. Alasannya cukup sederhana: keadilan adalah keadilan jika keadilan itu untuk semua. Tidak semua orang menyukai banyaknya undang-undang negara yang kita harus

14

Adventist World | Juni 2016

untuk

Semua

ikuti, tetapi ketika pertentangan besar terjadi, ada baiknya untuk mengetahui bahwa hukum melindungi martabat manusia dan menetapkan kewajiban warga negara. Ini bukan berarti bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah baik hanya karena prinsip-prinsip dasar moral dari kitab Keluaran 20 itu dilaksanakan. Sebagian besar masyarakat jauh dari kesempatan mendapatkan sumbangan yang sama untuk semua warga negara. Tetapi akan seperti apakah mereka jika tidak ada standar yang berasal dari hukum Allah? Baik sebagai anggota masyarakat dan sebagai orang Kristen, kita perlu suatu perasaan untuk mengurangi persyaratan sehingga dapat mencegah ketidakadilan yang lebih buruk lagi. Begitu juga Hukum Allah, berlaku untuk semua orang. Jika keadilan adalah hanya keadilan untuk beberapa orang, apakah itu disebut keadilan? Hukum Sabat, pusat dari hukum, tidak hanya berlaku untuk bangsa Israel tetapi juga orang asing dan bahkan hewan untuk dibebaskan dari pekerjaanya pada hari ketujuh (Keluaran 20:10). Sebuah Contoh

Situasi yang kami alami saat ini di Eropa Barat menggambarkan hal ini. Di negara saya sendiri, sekitar satu juta pengungsi tiba pada tahun 2015. Sebagian besar keluarga-keluarga ini berdukacita atas kematian anggota keluarga atau teman-teman mereka. Banyak dari mereka menghadapi penganiayaan atau ancaman di negara asal mereka hanya karena mereka memiliki sekte, partai politik, atau keluarga yang salah. Bagaimanakah cara yang adil menerima para pengungsi ini, mereka datang kepada kami dengan harapan mendapat perawatan yang adil? Bagaimanakah sikap yang harus kita


Cara berpikir Yesus adalah sebaliknya. Dia menjelaskan larangan untuk melindungi manusia supaya tidak binasa. tunjukan sebagai orang Kristen? Bagaimanakah prinsip keadilan Sabat diterapkan dalam bencana kemanusiaan ini? Kita perlu ingat bahwa Sepuluh Hukum diberikan kepada mereka yang bermigrasi dari satu negara ke negara lain. Sebagaimana Yesus sebagai pengungsi di Mesir, dan dalam pekabaran tentang penghakiman Dia berkata, “ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan” (Mat. 25:35). Yesus benar-benar menunjukan bahwa mematuhi perintah-perintah Allah dalam semangat yang tepat jauh lebih dari sekadar menahan diri dari pembunuhan, pencurian dan perzinahan. Daripada mencuri, orang Kristen bersukacita dalam kesederhanaan. Daripada iri hati, mereka membagi-bagikan, bahkan dengan orang yang berbeda keyakinan, seperti banyak pengungsi Muslim yang saat ini datang ke Eropa. Dan bukannya membunuh, orang Kristen memberikan hidup mereka bahkan untuk musuh. Mengasihi sesama Anda tidak selalu mudah, dan Anda tidak bisa memilih siapa sesama Anda. Tetapi standar minimum berlaku selalu dan untuk semua orang. Beberapa orang Jerman lupa akan hal ini; mereka ingin kembali ke zaman beberapa generasi yang lalu ketika tidak ada orang asing di negeri ini. Mereka mengisi jaringan sosial dengan pidato kebencian dan membakar pusat suaka. Mereka menuntut bahwa migran ditembak di perbatasan, semua tindakan mereka didasarkan pada “melindungi orang Kristen Barat.”

HUKUM

Cara berpikir Kristus adalah sebaliknya. Dia menjelaskan larangan untuk melindungi manusia supaya tidak binasa. Jangan menyalahgunakan nama Tuhan: Tidak, bahkan untuk membela ide-ide Anda tentang seperti bangsa apa Anda seharusnya. Lebih memilih untuk dikutuk karena mengikut Yesus. Tidak bekerja pada hari Sabat: Memberikan satu hari istirahat untuk semua orang, dan bekerja enam hari seminggu untuk memperkenalkan kerajaan Allah. Jangan memberikan kesaksian palsu: Berbicara berkat dan kata-kata harapan untuk semua orang, terutama mereka yang hidupnya berada dalam kehancuran. Hukum dan kasih: Kita membutuhkan keduanya. Pertama yaitu karena ada jaminan yang pasti yaitu tidak ada seorang pun yang harus binasa, dan kedua adalah karena Kristus menunjukkan kepada kita maksud sebenarnya dari perintah Allah. n

Stefan Höschele, Ph.D., pernah menjadi misionaris di Aljazair dan Tanzania, mengajar systematic theology and mission studies di Theologische Hochschule riedensau, Jerman

Tuhan

Prinsip-prinsip besar hukum Allah diwujudkan dalam Sepuluh Perintah dan ditunjukkan dalam kehidupan Kristus. mereka mengekspresikan kasih Allah, akan, dan tujuan tentang perilaku manusia dan hubungannya serta mengikat semua orang di setiap zaman. Perintah ini merupakan dasar perjanjian Allah dengan umat-Nya dan standar dalam penghakiman Allah. Melalui perantaraan Roh Kudus menunjukkan dosa dan membangkitkan rasa kebutuhan terhadap Juruselamat. Keselamatan adalah kasih karunia, bukan karena perbuatan,

dan hasil dari ketaatan kepada Perintah Allah. ketaatan ini mengembangkan tabiat umat Kristen dan menghasilkan rasa kesejahteraan. Ini adalah bukti kasih kita kepada Tuhan dan kepedulian kita terhadap sesama manusia. Ketaatan iman menunjukkan kuasa Kristus dalam mengubah hidup, dan sehingga memperkuat kesaksian orang Kristen. (Kel. 20:1-17; Ul. 28:1-14; Mzm. 19:7-14; 40:7, 8; Mat. 5:17-20; 22:36-40; Yoh. 14:15; 15:7-10; Rm. 8:3, 4; Ef. 2:8-10; Ibr. 8:8-10; 1 Yoh. 2:3; 5:3; Why. 12:17; 14:12.)

Juni 2016 | Adventist World

15


F I T U R U TA M A

Dalam

S

16

Adventist World | Juni 2016

A D R A

N O R W AY

Di mana tidak ­seorang pun ­berstatus Ilegal

C E L I N E ,

Kita Tidak Boleh Menutup Mata Adalah mudah untuk berpura-pura menyangkal keberadaan para pengungsi disini, dan bahwa mereka tidak “pantas” mendapatkan pertolongan kita. Mereka

PERLINDUNGAN

B R I T T

emua bermula layaknya hari istirahat seperti biasanya. Hari Sabat di musim semi terasa hangat dan penuh kegembiraan. Kami pergi ke gereja pada pagi hari, dan setelah itu menikmati makan siang dengan sahabat-sahabat kami. Kemudian saya menerima sebuah panggilan telepon: “Bersiaplah,” sebuah suara di seberang berkata. “Apa yang telah kita perkirakan pada hari kemarin akan menjadi kenyataan hari ini. Beberapa ribu pengungsi sedang mendekati perbatasan Slovenia.” Tidak pernah terbersit dalam pikiran saya dan juga para anggota gereja lainnya tentang sebuah pertanyaan bagaimana kami dapat menolong. Satu-satunya pertanyaan ialah bagaimana melayani dan menyediakan pengobatan dalam cara yang terbaik. Beberapa jam kemudian kami menyambut orang pertama yang tiba di negara kami. Mereka terlihat sangat lelah. Banyak dari mereka yang membawa tas plastik kecil yang berisi barang-barang kepunyaan mereka. Saya mencoba berbicara kepada beberapa orang dari mereka, tetapi terdapat kesenjangan tutur bahasa. Akhirnya, saya menemukan seorang remaja laki-laki yang dapat berbicara bahasa Inggris. Kami duduk bersama, juga bersama teman-temannya. Saya bertanya kepada mereka mengapa mereka berada di sini, bersedia menghadapi perjalanan yang begitu sulit. “Saya memiliki dua pilihan: membunuh atau dibunuh,” salah seorang pria muda berkata. “Saya hanya ingin menyelesaikan sekolah dan melanjutkan hidup.” Saya senang oleh karena saat itu cukup gelap, saya tidak ingin dia melihat air mata saya. Situasi yang tragis dari para pengungsi ini benar-benar suatu kenyataan dan terasa sangat dekat. Pria muda ini kira-kira berusia sama dengan anak lakilaki saya yang sulung, tetapi bedanya ialah pria ini sedang melarikan diri dan mencoba untuk bertahan hidup. Keluarganya telah mengumpulkan semua harta benda yang mereka punya dan menyuruhnya pergi agar paling tidak ada seorang dari keluarga mereka yang dapat bertahan hidup.

Oleh Maja Ahac


V I D A K O V I C’ ,

ADR A

S LOV EN I A

ADRA Slovenia menyediakan air, makanan, dan informasi cuaca musim dingin yang penting untuk memindahkan pengungsi di Stasiun Kereta Api Dobova di Slovenia.

M I L AN

membagikan apa yang telah diberikan kepada kita, untuk menyuarakan suara kita bagi mereka yang tidak mampu mengemukakan suara mereka, untuk menguatkan yang lemah, menjadi berkat bagi orang lain–sama seperti yang Yesus lakukan ketika Ia hidup di dunia ini. sering dijuluki bukan saja pengungsi atau para imigran, tetapi juga disebut teroris. Tetapi untuk sekadar memercayai bahwa banyak teori konspirasi dan menganggap mereka sebagai ancaman, bukannya mencari solusi. Selama enam bulan terakhir bekerja bersama para pengungsi ini, saya tidak pernah melihat bahkan seorang pun yang bagi mereka Yesus tidak mengorbankan hidup-Nya, bagaimanapun kotor, takut, dingin, lapar, bau, sakit, kecil, atau seberapa pun parahnya mereka diperlakukan. Mereka ini adalah manusia. Tidak lebih, tidak kurang.

Setiap manusia layak mendapatkan bukan hanya kesempatan untuk bertahan tetapi juga untuk berhasil. Saya memimpikan suatu waktu di mana kita akan menyambut setiap orang ke dalam keluarga Allah, dengan tidak memedulikan dari negara mana mereka berasal, dan tanpa menggunakan alasan-alasan apa pun tentang mengapa kita seharusnya tidak menerima mereka. Bukanlah hak kita untuk menentukan siapa yang layak mendapatkan kesempatan untuk hidup; kita hanyalah manusia. Adalah tanggung jawab kita untuk menyediakan perhatian dasar, untuk

Tidak Sendirian Selama beberapa bulan terakhir saya telah bertemu banyak orang dan mendengarkan kisah mereka. Saya merasakan malam-malam yang panjang, hari-hari yang sibuk, konflik, kekurangan uang dan makanan, tidak cukup selimut, tidak ada alas kaki, dan banyak tantangan lainnya. Satu hal yang sangat menginspirasi saya di luar semua hal-hal ini ialah bahwa saya tidak sendirian. Banyak yang lain– saya menyebut mereka malaikat–bergabung dengan kami menghadapi situasi ini. Mereka datang, tidak tahu dari mana

Cerita dikompilasi oleh Urška Cˇehovin, koordinator untuk hubungan masyarakat dan pencarian dana untuk ADRA Slovenia.

PANDANGAN PRIBADI

Para pengungsi dan sukarelawan menceritakan kisah mereka.

Ketika saya bertemu dan berbicara dengan para pengungsi dalam perjalanan menggunakan kereta api melintasi Slovenia, saya belajar banyak hal mengenai perjalanan hidup mereka. Inilah beberapa dari kisah mereka.—Urška Cˇehovin. AAMIR: “Saya berasal dari Afganistan, dan saya hendak pergi ke Jerman. Saya bersama keluarga saya sudah mengembara selama satu bulan. Pertama-tama kami mengadakan perjalanan naik mobil, kemudian naik bus dan kapal, dan sekarang kami berada di atas kereta api.” “Kami beruntung oleh karena dapat menaiki kapal yang bagus. Penumpang di atas kapal berjumlah 65 orang, tetapi lautan teduh, sehingga kami dapat tiba dengan selamat. Dalam perjalanan, kami mendengar rumor bahwa kemungkinan kami tidak dapat tinggal di Jerman dan akan dideportasi kembali ke Afganistan. Tetapi, untuk sebuah kesempatan mendapatkan hidup lebih baik, kami bersedia untuk menanggung risiko itu.”

M I L AN

V I D A K O V I C’ ,

ADRA

SLOVE N I A

Juni 2016 | Adventist World

17


Disalah Mengerti Penghinaan dan ancaman yang kami terima sangatlah tidak dapat digambarkan juga. Saya tidak pernah mengalami frustrasi yang begitu hebat, kepahitan, dan

ADR A V I D A K O V I C’ , M I L AN

mereka berasal. Kelompok dan orangorang bersedia untuk memberi waktu, uang, dan usaha mereka bagi ribuan pengungsi ini. Mereka memberikan semangat dan kekuatan. Banyak dari mereka membagikan memori mereka kepada saya. Satu hal yang menjadi kesamaan di antara kami semua ialah bahwa kami merasa kami telah menerima lebih banyak daripada yang kami berikan selama pelayanan sukarela kami. Kebahagiaan datang dari mereka yang dianggap miskin, lemah, dan tidak mampu. Sukacita yang murni terlihat dalam senyum seorang anak, seorang bayi sementara memakai mantel hangat, dan seorang ayah yang membagikan makanan kepada anak-anaknya, seorang wanita yang secara diam-diam membagikan peralatan kebersihan tubuh. Rasa syukur mereka tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

S LOV EN I A

F I T U R U TA M A

Selama enam bulan terakhir bekerja bersama para pengungsi ini, saya tidak pernah melihat bahkan seorang pun yang bagi mereka Yesus tidak mengorbankan hidup-Nya. kemarahan oleh sebab beberapa orang yang menyebarkan kebencian gantinya memberi bantuan. Beberapa orang tidak menyetujui adanya bantuan ADRA bahkan pun usaha yang saya lakukan sendiri. Nama saya dihina, dipanggil dengan sebut­an-sebutan bodoh. Saya juga menerima ancaman. Namun, di luar rasa sakit

PANDANGAN PRIBADI

dan kesedihan, lahirlah sebuah keputusan untuk menolong mereka lebih dan lebih lagi. Saya juga mengalami kehilangan. Saya kehilangan sahabat-sahabat yang tidak mengerti motif kami dalam menolong. Namun saya justru mendapatkan banyak teman, orang yang tidak pernah muncul

(SAMBUNGAN)

ERHOVNIC (kiri): “Saya sudah menjadi sukarelawan sejak awal terjadi krisis pengungsi. Saya sudah pensiun, jadi saya memiliki waktu. Disamping itu, saya sangat senang bekerja bagi masyarakat, ditambah lagi para sukarelawan di sini sangatlah bersemangat. “Saya bekerja 3 kali per minggu dalam satu shift 12 jam. Pada minggu tertentu kami bekerja selama hari siang, dan minggu tertentu berikutnya kami bekerja sepanjang malam. Setiap hari kami mengalami hal yang berbeda. Kami melihat banyak hal indah, tetapi ada hari-hari ketika begitu menegangkan. Dan hari-hari itu membekas diingatan saya.”

U R Š K A Cˇ E H O V I N , A D R A S L O V E N I A

18

JORAM: “Saya berusia 28 tahun, dan sedang belajar bahasa Inggris. Oleh karena situasi mencekam di Suriah, saya meninggalkan sekolah saya untuk sementara waktu dan mengadakan perjalanan bersama keluarga saya menuju negara yang lebih aman. Keluarga kami berjumlah 13 orang. “Kami mengalami pengalaman yang sangat sulit di Suriah karena kami orang asli Kurd. Salah satu dari saudara kami harus menyaksikan sendiri anak perempuannya dibunuh tepat di hadapannya sendiri. Itulah sebabnya kami melarikan diri. Kami hanya ingin sebuah kehidupan normal.”

Adventist World | Juni 2016

U R Š K A

Cˇ E H O V I N ,

A D R A

S L O V E N I A


Maja Ahac adalah Direktur ADRA di Slovenia.

Untuk menyumbang, kunjungi ADRA.org/refugees

AD RA

S LOV EN IA

Simona Potocˇ ar, Koordinator ADRA Slovenia: “Untuk menolong–itu bukanlah benar-benar sebuah keputusan; itu adalah sesuatu yang terjadi di dalam dirimu sendiri. Pada pertengahan Agustus kami memutuskan untuk mengumpulkan sekelompok orang yang ingin membagikan perasaan ini dan mau menolong pada situasi menghadapi para pengungsi berikutnya. Sambutan mereka luar biasa, dan sekarang kami memiliki 60 anggota. “Saya telah menjadi sukarelawan selama bertahun-tahun. Sembilan tahun terakhir saya telah menyelamatkan seorang pawang anjing dan seorang kepala tim intervensi bagi orang hilang di Posavje, Dolenjska, dan Bela Krajina. Saya telah bekerja dengan berbagai situasi sulit, tetapi kali ini adalah yang paling besar dan paling sulit yang pernah saya hadapi sejauh ini. Tubuh saya letih, namun jiwa saya penuh sukacita.”

V I D A K O V I C’ ,

ADRA V I D A K O V I C’ , MI LA N

SAMI (kiri): “Keluarga saya meninggalkan Suriah dua tahun yang lalu karena perang. Dua tahun itu tidaklah mudah bagi kami. Ayah saya adalah seorang insinyur yang pintar, namun ia tidak bisa memiliki pekerjaan di Mesir. Jadi kami memutuskan untuk mencoba keberuntungan di Eropa. “Kami sedang berharap untuk dapat membangun hidup yang baru di Jerman. Kami ingin belajar bahasa Jerman agar kami dapat belajar dan bekerja dan menjadi bagian dari masyarakat Jerman.” Sami kemudian memperkenalkan seorang wanita muda yang berdiri di sampingnya: “Ini kekasih saya. Kami sangat bahagia menjalin kasih selama dua tahun ini. Kami rindu agar seluruh keluarga kami dapat hidup dengan aman di satu tempat; kemudian kami akan menikah.”

dalam perjalanan hidup mereka demi mendapatkan hidup yang lebih baik. Saya juga menyaksikan rasa syukur mereka. Para pengungsi tidaklah begitu berbeda dengan kita. Kita semua mendambakan hal yang sama: untuk bertahan hidup, untuk hidup dalam perdamaian, untuk dapat diterima dalam masyarakat–sebagai sesama. Tidak lebih, tidak kurang. n

Dukungan Anda untuk pengungsi sangat dibutuhkan. Menyumbangkan uang adalah cara terbaik untuk membantu, karena mereka memberdayakan tim darurat untuk merespons dengan cepat saat keadaan berubah.

SLOVE N I A

Pengalaman yang Mengubah Hidup Krisis para pengungsi telah menggoncang hidup saya dan hidup masyarakat di mana saya tinggal. Hidup kami tidak akan pernah sama lagi. Saya telah mengadakan perjalanan ke berbagai tempat dan menyaksikan sendiri kemiskinan yang sangat parah, namun kesenjangan sosial dan ketidakadilan sosial yang begitu nyata sangatlah dirasakan di tengah-tengah para pengungsi ini. Selama hari siang saya bekerja di kantor, pada sore hingga malam hari saya menolong para pengungsi ini, dan pada pagi hari saya menghabiskan waktu dengan anak-anak saya sendiri. Melihat anak-anak saya pada saat mereka memiliki banyak kesempatan dan peluang bagi masa depan mereka, mengingatkan saya pada anak-anak pengungsi yang tidak diizinkan untuk berjalan-jalan dengan bebas. Bahkan para pengungsi yang masih anak-anak dianggap berbahaya oleh beberapa orang.

Pengalaman ini mengubah saya. Apakah saya menjadi trauma? Saya harap tidak. Apakah saya merasa diberkati? Tentu saja. Saya bangga akan diri saya yang dapat melayani demi kemanusiaan, bahkan menjadi suara bagi mereka. Melihat beberapa orang yang tidak berani berbuat sesuatu bagi mereka, bahkan tidak ada kemauan untuk menolong, sangatlah menyayat hati saya, tetapi saat saya bertemu dengan banyak orang-orang yang begitu menginspirasi, membuat saya merasa kaya dan spesial. Saya telah menjadi saksi akan kejadian-kejadian bersejarah, dan telah mendengar secara pribadi kisah-kisah dari orang-orang kuat yang luar biasa yang mampu menghadapi kesulitan ekstrim

MIL AN

dalam pikiran saya untuk bertemu dengan mereka.


K E S A K S I A N

Oleh Blia Xiong seperti yang diceritakan kepada Terri Saelee

Saya Seorang

PENGUNGSI

Perjalanan hidup seorang wanita menggapai kebebasan

S

ky, tolong saya!” Saya berteriak dengan sekuat tenaga di tengah-tengah Sungai Mekong yang terletak di antara lepas Pantai Laos dan Thailand sementara pusaran ombak besar menarik saya sehingga saya berpikir akan mati. Saya sudah terbiasa melarikan diri; saya ahli dalam hal ini. Para tentara sudah berada di hutan tempat tinggal kami bahkan sebelum saya lahir, dan ketika saya masih berusia 7 bulan, ayah dan ibu saya yang lebih muda (istri kedua ayah saya), kami semua melarikan diri dari tembakan meriam. Jadi, saya sudah terbiasa tinggal di hutan, mencari makanan dan memasaknya hanya pada malam hari untuk menghindari menjadi target tembakan meriam. Namun, bertarung dengan arus Sungai Mekong saat musim banjir bukanlah keahlian saya, dan saya mengetahuinya. Begitu juga dengan keluarga yang bersama-sama dengan saya kala itu, yang berusaha menolong saya oleh karena orangtua saya telah meninggal dunia. Mereka mengikat saya dan 3 orang anak lainnya (satu diantara mereka berusia 4 tahun) dengan sebuah tali yang melingkar di tubuh sepupu saya yang adalah seorang perenang tangguh. Ketika hari mulai malam, kami mulai menyeberang. Dengan menggunakan bambu sebagai pelampung, kami berenang sepanjang malam. Kemudian kami mendengar suara kokok ayam. Sebuah tanda bahwa hari mulai terang. “Saya akan memotong tali ini,” sepupu saya berkata dengan rasa takut, sepertinya ia berencana untuk menolong kami melarikan diri. Namun bagaimana cara saya dapat menolong anak-anak ini untuk menyeberangi sungai menuju Thailand? Ketika ia memotong tali itu, tiba-tiba arus mendera memutar dan mendorong kami mengarah kembali ke Laos. Saat itulah saya berteriak memohon pertolongan dari mahakuasa yang saya tahu. Para orangtua menyebutnya dengan “Sang Pemilik Langit” atau dengan sebutan pendek “Langit”. Mereka berkata Ia yang menciptakan segala sesuatu dan memberi kita hidup. Masyarakat dari mana saya berasal, Hmong, merupakan penganut animisme dan beribadah kepada roh-roh. Namun, kadangkala mereka berteriak kepada Sang Langit untuk meminta pertolongan. Saya telah mengalami kuasa-Nya sendiri. Ia telah menyelamatkan saya saat saya tenggelam ketika saya masih kecil dan saat saya hampir mati karena gigitan ular kobra. Sekarang, sementara saya bertarung dengan amukan arus untuk mencapai Thailand dalam keadaan selamat, hati saya bergantung dalam harapan yang putus asa agar “Sang Pemilik Langit” dapat menolong saya dan menyelamatkan hidup saya lagi. “Langit, tolonglah kami!”

20

Adventist World | Juni 2016

HARI BAHAGIA!: Blia Xiong (kedua dari kiri) berdiri bersama putrinya Panyia dan putranya, Shoua (di sebelah Penyia), pada waktu mereka dibaptiskan.

Sesudah itu, entah bagaimana kami dapat mengarah kembali menuju Thailand. Berjuang bersama, kami berhasil mencapai tepi sungai dan dapat menggapai dahan pohon untuk menarik diri kami keluar dari air. Langit telah menyelamatkan hidup saya lagi! Hidup sebagai Pengungsi Oleh karena bantuan dari orang lain, pada akhirnya kami dapat tiba di kamp pengungsi Ban Vinai bersama 50.000 orang lainnya dari pengungsi Hmong. Sebuah keluarga mengizinkan kami tinggal bersama mereka, namun mereka tidak memperlakukan saya dengan baik dan akhirnya mereka memaksa saya untuk menikah. Kami memiliki 3 orang anak, namun saya mengalami sakit berat dan membuat saya lemah sehingga akhirnya suami saya menceraikan saya. Saya berseru kepada Langit untuk menolong saya. Kembali, Ia mendengar saya. Perlahan-lahan saya mendapatkan kembali kekuatan saya dan mampu untuk menghidupi anak-anak saya. Sebuah Permulaan Baru Amerika Serikat mengadakan wawancara untuk para transmigran, dan saya beserta anak-anak saya diterima. Kami tinggal di Madison, Wisconsin. Saya masih mendapatkan masalah-masalah kesehatan yang parah, tetapi anggota-angota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh setempat menolong saya dan berdoa bagi saya. Pada waktu yang tepat Allah memulihkan kesehatan saya, dan saya mulai belajar Alkitab. Saya mendapati bahwa Sang Pemilik Langit, yang menyelamatkan hidup saya bahkan sebelum saya mengetahui nama-Nya, sebenarnya adalah Allah Alkitab dan Bapa Surgawi saya. Pada tahun 2006, dua anak laki-laki saya yang lebih tua bersama saya dibaptiskan. Sejak itu, saya tidak pernah bisa diam untuk menceritakan kasih dan kuasa penyembuhan Allah. Saya mungkin masih seorang pengungsi, tetapi saya tidak lagi seorang yatim piatu. Hidup saya dipenuhi dengan rasa syukur karena kasih Allah yang tidak pernah berubah. n

Blia Xiong dan anak-anaknya tinggal di Madison, Wisconsin. Terri Saelee adalah Koordinator Pelayanan Pengungsi dan Imigran GMAHK Divisi Amerika Utara. P H O T O

C O U R T E S Y

O F

T H E

A U T H O R


R O H

N U B U A T

Oleh Ellen G. White

UJIAN

bagi Gereja

Mencari-cari Kesalahan dan Kehilangan Semangat bukanlah Karunia Roh.

P

ikiran harus diangkat agar merenungkan pemandangan surga yang kekal, kekayaannya, dan keagungannya, dan manusia harus menikmati indah dan sucinya kepuasan akan kebenaran Alkitab. Manusia harus rindu untuk diisi dengan janji-janji yang indah yang disediakan oleh Firman Tuhan, yang memberi kenikmatan dalam hidup mereka.... Namun, oh, betapa berbedanya manusia menggunakan pikiran mereka! Sungguh menyedihkan! Pertemuanpertemuan gereja, sebagaimana itu diadakan, telah menjadi kutukan yang hidup bagi banyak orang.... Pencobaanpencobaan yang dibuat-buat, telah memberikan kebebasan penuh bagi si jahat untuk memberikan tuduhan. Roh iri hati dipelihara. Pemikiran-pemikiran yang salah menempati pikiran beberapa orang, untuk menegur tanpa kasih, memaksakan orang lain akan pendapat mereka yang di rasa benar, dan tanpa tanggung-tanggung berusaha keras menghancurkan orang lain.... Telah diterangkan dengan jelas adanya sebuah usaha untuk mengendalikan sesama saudara, menyalahkannya, dan menguasainya di bawah penghukuman. Terdapat semangat bekerja bagi Tuhan, namun tidak berdasarkan hikmat. Jikalau setiap orang berketetapan untuk mengatur hatinya sejalan dengan Tuhan, pada saat saudara-saudara berkumpul dalam persekutuan, kesaksian mereka akan siap dan keluar dengan sepenuh hati, dan mereka yang tidak memercayai kebenaran akan diubahkan. Kehadiran Roh Kudus melalui kesaksian yang demikian akan mengatakan kepada mereka bahwa kita adalah anak-anak Allah. Kasih kita kepada sesama manusia haruslah dapat dilihat oleh semua orang. Itulah yang akan menjelaskan. Itulah yang akan memberi pengaruh....

Kasih, Tidak Mementingkan Diri Sadarilah bahwa pekerjaan ini diberikan kepada Anda secara pribadi, giatlah dalam pekerjaan Tuhan dan bertobatlah; dan sesudah semua kesalahan diperbaiki, percayalah bahwa Allah menerimamu. Pergilah dengan jangan bersungut-sungut, bersandarlah pada firman-Nya. Carilah Dia selalu, dan percayalah bahwa Ia menerimamu. Ia yang berjanji, setia. Bertindaklah oleh iman. Saudara-saudara kita dapat mengecap keselamatan yang dari pada Allah. Mereka dapat bekerja dengan penuh pengertian, dan setiap orang akan memiliki pengalaman bagi dirinya sendiri akan pekabaran Saksi yang Benar kepada jemaat Laodikia. Gereja merasa bahwa mereka jatuh, tetapi tidak tahu bagaimana caranya bangkit. Beberapa orang mungkin memiliki itikad baik; mereka mungkin bertobat; namun saya melihat, mereka masih berawas-awas akan kecurigaan, tersinggung oleh karena sebuah kata yang salah, hingga akhirnya mereka tidak memiliki kemerdekaan dan keselamatan. Mereka takut untuk melakukan hal sederhana dari hati mereka untuk menunjukkan kasih mereka, karena mereka merasa sedang diawasi. Adalah kerinduan Allah agar umat-umat-Nya takut akan Tuhan, dan memiliki rasa percaya kepada satu sama lain. Perlakukanlah satu sama lain dengan belas kasihan yang tulus. Berhati-hatilah dalam berurusan dengan perasaan orang lain. Itulah cara yang paling baik dan paling penting yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesalahan orang lain. Itu harus dilakukan dengan penuh kerendahan hati, mempertimbangkan kelemahan diri sendiri terlebih dahulu, jika tidak engkau akan kalah.

Saya telah melihat pengorbanan yang besar yang telah dibuat Yesus demi menebus manusia. Ia tidak menganggap dirinya terlalu mahal untuk dikorbankan. Yesus berkata: “Kasihilah sesamamu manusia sebagaimana Aku telah mengasihimu.� Pernahkah Anda merasa, bahwa ketika seorang saudara melakukan kesalahan, engkau rela memberikan hidupmu untuk menyelamatkannya? Jika Anda merasa demikian, Anda dapat mendekatinya dan memberi pengaruh ke dalam hatinya; Andalah orang yang tepat untuk mengunjungi saudara itu. Namun, adalah kenyataan yang pahit bahwa, banyak yang mengaku saudara seiman namun tidak bersedia mengorbankan pendapat mereka atau prasangka mereka untuk menyelamatkan seorang saudara. Hanya ada sedikit kasih bagi satu sama lain. Roh mementingkan dirilah yang ditunjukkan. Rasa kehilangan semangat telah masuk ke dalam gereja. Mereka telah mengasihi dunia, mengasihi ladang mereka, mengasihi ternak mereka, dan lain sebagainya. Saat ini, Yesus memanggil mereka untuk melepaskan tali pengikat kasih mereka terhadap hal-hal itu dan meletakkan harta mereka di surga, untuk membeli dari Yesus emas, pakaian putih, dan minyak untuk melumas mata. Inilah harta yang paling berharga, yang akan membuat kita mewarisi kerajaan Allah. n Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh memercayai bahwa Ellen G. White (18271915) diberikan karunia nubuatan selama lebih dari 70 tahun pelayanannya. Nasihat ini diberikan di Ulysses, Pennsylvania, pada tanggal 6 Juli 1857, dan ditulis dalam buku Testimonies for the Church (Mountain View, Calif.: Pasific Press Pub. Assn., 1948), jld. 1, hlm. 164-166).

Juni 2016 | Adventist World

21


K E H I D U P A N

U M A T

A D V E N T

J

umlah pengungsi di seluruh dunia saat ini, menggambarkan tren yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Perang Dunia II. Berdasarkan data PBB,1 pada tahun 2011 terdapat 10,4 juta pengungsi di seluruh dunia. Angka itu naik menjadi 15,1 juta pada tahun 2015. Angka-angka ini tidak termasuk para pencari suaka atau orang terlantar, orang yang tidak berwarganegara, transmigran, atau mereka yang kembali ke negerinya sendiri. Jika semua jumlah mereka dimasukkan dalam data, maka jumlahnya akan mendekati 60 juta orang tersebar di seluruh dunia. Peningkatan jumlah yang sangat banyak tersebut dihubungkan dengan konflik di Suriah, Afganistan, Somalia, dan Sudan Selatan. Banyak dari para pengungsi ini berakhir di negara-negara tetangga mereka, tetapi banyak yang lainnya berhasil mencapai negara-negara tujuan yang lebih jauh, sehingga menciptakan isu global. Banyak dari para pembaca kita mungkin pernah melihat beberapa orang yang tertimpa tragedi ini, dan beberapa dari mereka dapat menggunakan kesempatan ini untuk berteman dengan mereka dan menyediakan sentuhan kehangatan manusia yang tidak mereka miliki. Tantangan yang dialami oleh para korban ini sangatlah besar. Anak-anak, remaja, orang dewasa, dan para orang tua dipaksa untuk keluar dari perkampungan dan kota-kota mereka oleh karena penganiayaan, konflik, kekerasan, atau pelanggaran hak asasi manusia. Ketika mereka melarikan diri, banyak orang menjadi target para predator yang terus melakukan kekerasan, pemerasan, perampokan, dan bentuk agresi lainnya. Bahkan di negara tujuan mereka dan di bawah perlindungan hukum, para pengungsi ini terus diusik dan didiskriminasikan. Anak-anak mendapatkan dampak yang paling menyedihkan. Banyak anak-anak telah menyaksikan kengerian yang menyebabkan kematian orangtua mereka sendiri, saudara kandung mereka, dan sahabat-sahabat mereka. Akhirnya, mereka berakhir di tangan orang lain atau mereka harus mencoba bertahan hidup sendirian. Banyak anak-anak masih berada dalam risiko kekerasan fisik, emosi, dan seksual; eksploitasi; atau dipaksa untuk melakukan kekerasan (sebagai contoh, menjadi tentara anak-anak).

Konsekuensi dari Trauma Dampak dari trauma dapat dialami selama bertahun-tahun, bahkan setelah ancaman kejadian sudah lama usai. Bergantung pada kondisi orang dan situasi, gangguan stres pascatrauma (PTSD), merupakan sebuah kondisi psikologis yang serius, yang dapat berlanjut. Berdasarkan (DSM-5)2, menyatakan bahwa orang-orang dengan gangguan stress pascatrauma telah menerima dampak peristiwa traumatik secara psikologi paling tidak telah melalui beberapa hal sebagai berikut: Mereka telah menjadi korban penyerangan atau agresi. Mereka menjadi saksi langsung dari tindakan kekerasan terhadap orang lain. Mereka diberi tahu bahwa anggota keluarga mereka atau sahabat dekat mereka telah menjadi korban trauma atau kematian akibat kekerasan. Mereka berisiko untuk mengalami trauma berulang (ini terjadi kepada mereka yang langsung terlibat dalam kejadian itu, seperti polisi, pemadam kebakaran, dll.), yang sering terpapar dengan akibat dari trauma dan juga dapat menuntun terjadinya gangguan psikologis tersebut. Sekali saja seseorang merasa trauma terhadap sebuah kejadian atau beberapa kejadian, mereka akan mengalami “gejala intrusi� seperti ingatan berulang-ulang tentang peristiwa tersebut, memori yang menyedihkan; mimpi buruk; kilas balik; kesedihan psikologi yang berlangsung lama; dan reaksi-reaksi psikologis lainnya. Mereka juga akan terus-menerus menghindari pikiran-pikiran,

22

Adventist World | Juni 2016

Trauma

&

Kehilangan

Kenyataan setiap hari bagi pengungsi Oleh Julian Melgosa

ingatan, benda, orang, maupun situasi yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Para korban juga mengalami perubahan dalam kemampuan kognisi (sebagai contoh, tidak lagi mengingat bagianbagian penting dari sebuah kejadian, memercayai pemikiran bahwa semua orang sedang melawan dia, atau tidak dapat berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu). Suasana hati mereka juga terkena dampaknya (merasa letih, tidak berguna, dan sangat sedih), dan mereka mungkin menunjukkan amarah yang meledak-ledak atau pun tindakan kekerasan terhadap diri mereka dan orang lain. Bagaimana Memberikan Pertolongan Apabila gejala-gejala demikian berlangsung secara terusmenerus selama lebih dari satu bulan, gangguan stress pasca trauma dapat menjadi diagnosa psikologisnya, dan orang yang terkena gangguan tersebut harus di bawah penanganan profesional. Bahkan mereka yang belum mencapai gejala klinis tersebut, namun menderita serius, membutuhkan pertolongan dan perhatian dari sahabatsahabatnya yang kekasih. Inilah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menolong para pengungsi atau orang terlantar: „„ Informasikan kepada mereka tanda dan gejala dari trauma dan berikanlah harapan. Ini akan meyakinkan mereka bahwa permasalahan mereka telah diketahui, bahwa orang lain juga mengalaminya, dan pasti ada jalan keluar. „„ Bekerjalah dengan kelompok-kelompok kecil, khususnya anakanak. Kumpulkanlah lima atau enam anak-anak muda untuk dapat F O T O :

B A U D O U I N

N A C H


Ayat Alkitab untuk Dibagikan

membuat mereka membagikan pengalaman mereka dan ajari mereka cara berpikir dan berperilaku yang sehat yang telah berhasil diajarkan berkali-kali di sekolah dan di tengah-tengah masyarakat. Bantu mereka mengembangkan rasa percaya. Setelah mengalami berbagai pengalaman yang buruk, banyak dari mereka tidak mau lagi memercayai seorang pun. Seorang Kristen yang peduli dapat sedikit demi sedikit, menunjukkan rasa belas kasihan dan menawarkan bantuan sehingga dapat membantu mereka membangun rasa percaya. Sediakanlah hal-hal berikut: kesempatan mendapatkan pendidikan; Doa yang tekun, demikian pula dengan mengulangi kehadiran anggota keluarga; pekerjaan; identitas dalam budaya dan tradisi ayat-ayat Alkitab mengenai jaminan Allah, merupadari daerah asal mereka; olahraga dan aktifitas fisik lainnya; dan akses kan alat yang ampuh untuk memulihkan rasa sakit untuk mendapatkan perawatan medis dan kesehatan mental. Penelitian dari mereka yang menderita kehilangan anggota kelumenunjukkan bahwa semua ini memberi kontribusi pada pemulihan arga mereka. Beberapa contohnya ialah sebagai berikut: dan kesembuhan mereka. Fasilitaskan pengalaman rohani. Sebuah studi yang dibuat oleh “Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam Mollica kepada para pengungsi menunjukkan bahwa sepertiga orang kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nyalah mereka yang terlibat dalam aktivitas kerohanian dapat mencegah mereka dari kecemasan mereka, dibawa-Nya mereka keluar dari menderita gangguan stress pasca trauma dibandingkan dengan teman-teman mereka yang tidak. Ini membuka kesempatan bagi dalam gelap dan kelam, dan diputuskan-Nya belengguanggota gereja untuk merangkul mereka, berdoa bagi mereka, dan belenggu mereka.” membagikan janji-janji Allah kepada mereka (lihat kotak di sam Mazmur 107:13, 14 ping). Berikanlah kesempatan bagi mereka untuk melakukan karya“Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan karya seni kreatif sebagai bentuk dari terapi. Berbicara (cara yang bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata mendasar bagi kesembuhan emosional) tidaklah selalu dapat kepada TUHAN: ‘Tempat perlindunganku dan kubu pertadilakukan oleh karena keterbatasan bahasa dan perbedaan hananku, Allahku, yang kupercayai.’” budaya. Belajar musik, melukis, atau membentuk tanah liat Mazmur 91:1, 2 dapat memfasilitasi cara pemulihan bagi para korban sebagai pelampiasan pengalaman traumatis mereka. Perlengkapilah mereka dengan strategi untuk membantu “Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah diri mereka sendiri. Ini dapat dilakukan oleh para profesional sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai kesehatan mental (psikolog, konselor, pekerja sosial). Tetapi, dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahjika tenaga profesional tersebut tidak tersedia, mungkin ada syatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, orang yang pintar dan baik hati yang dapat membagikan terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhakeahlian-keahlian praktis dan bahkan memberikan petunjuk dap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.” tentang perilaku dan pemilkiran mental yang adaptif dalam Mazmur 91:4-6 masyarakat yang dapat membantu para pengungsi menghadapi tantangan-tantangan hidup mereka. Tindakan seder“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimhana yang penuh kasih dari satu orang pun pada saat-saat bang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan seperti ini dapat menjadi terapi yang paling efisien. akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan Allah mengharapkan kita agar peduli kepada para pengungsi, dan memberikan apa pun yang dapat kita beritangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yes. 41:10). kan untuk membantu mereka (Imamat 19:34; Yesaya 58:6“Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan 11). Marilah menjadi pribadi yang penuh dengan belas melepaskan aku dari segala kegentaranku.” kasihan dalam tindakan kita dalam memperlakukan para Mazmur 34:5 pengungsi sebagaimana kita selalu berharap akan belas kasihan Allah dalam hidup kita. n “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah 1 United Nations High Commissioner for Refugees, Mid-Year Trends 2015 (Geneva, Switz.). 2 American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) (Washington, D.C., 2013). 3 R. F. Mollica, X. Cui, K. McInnes, and M. P. Massagli, “Science-based Policy for Psychosocial Interventions in Refugee Camps: A Cambodian Example,” Journal of Nervous and Mental Disease 190, no. 3 (2002): 158-166.

Julian Melgosa, Ph.D., berasal dari

Spanyol, adalah Associate Direktur Departemen Pendidikan di General Conference dan juga salah satu Associate Editor Jurnal Pendidikan Advent edisi Internasional.

mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orangorang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka ‘pohon tarbantin kebenaran’, ‘tanaman TUHAN’ untuk memperlihatkan keagunganNya.” Yesaya 61:1-3

Juni 2016 | Adventist World

23


FITUR KHUSUS

B

aru-baru ini saya menghabiskan tiga minggu di Timur Tengah. Pada suatu petang di Istanbul, dalam perjalanan saya kembali ke hotel, saya memerhatikan sebuah bayangan sosok dalam gelap. Dia sedang duduk di tepi jalan dengan kedua kakinya ditekuk hingga menyentuh dadanya sambil bersandar di dinding. Walaupun ia berada dalam bayang-bayang di tengah kegelapan malam, dua paket kecil berisi tisu yang sedang ia jual ditempatkan di bagian tepi jalan yang diterangi cahaya lampu jalan agar dapat terlihat.

PENGUNGSI Korban yang paling menyedihkan dari Para pengungsi anak-anak di Istanbul biasanya menjual paket-paket kecil berisi tisu kepada orang yang lalu lalang melewati mereka. Tetapi, anak lakilaki kecil ini menarik perhatian saya, dan saya pun berhenti. Saat saya berlutut di sampingnya, saya melihat ia sedang menangis. Usianya mungkin sekitar 7 atau 8 tahun, dan sangatlah jelas terlihat bahwa ia sangat sedih. Sembari melihat ke arah matanya yang dipenuhi derai air mata dan wajah mungilnya yang tidak bersalah, saya rindu untuk menghibur dia. Saya tidak bisa berbahasa Arab, dan saya tahu ia juga tidak bisa berbahasa Inggris, tetapi kerinduan saya ialah untuk mengomunikasikan kepedulian saya kepadanya. Saya berharap ia dapat memahaminya, walaupun ia tidak dapat mengerti kata-kata saya. Saya mengeluarkan uang 20 lira, memberikannya kepadanya, dan mengambil satu paket tisu yang dijualnya. Oleh karena harga satuannya adalah 1 lira, saya berharap ini akan membawa senyuman di wajahnya. Tetapi tidak. Perasaannya terluka jauh lebih dalam daripada beberapa lembar uang lira. Dengan tangan kecilnya ia memukul-mukul pelan dadanya beberapa kali. Seorang teman yang berjalan bersama-sama dengan saya mengatakan kepada saya bahwa itu artinya, “terima kasih, terima kasih banyak.� Tetapi, tetap saja tidak ada senyuman, dan saya tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk dapat menghibur anak kecil ini. Saya menaruh tangan saya di atas lututnya yang ditekuk dan berdoa baginya. Saya memohon kepada Tuhan agar dapat menyembuhkan hatinya dan menyediakan kebutuhannya dan keluarganya. Saya berharap ia masih memiliki keluarga. Kebutuhan Besar

Kebutuhan dari anak-anak pengungsi sangatlah besar. Mereka bukan hanya dipaksa untuk melarikan diri dari rumah mereka, tetapi juga banyak dari mereka yang telah menjadi saksi trauma kekerasan yang amat besar. Dalam lite-

24

Adventist World | Juni 2016

Oleh L. Ann Hamel

ratur psikologi, trauma didefinisikan sebagai “kejadian yang penuh tekanan di luar pengalaman kemampuan manusia.� Trauma sangatlah umum terjadi pada para pengungsi. Menurut Judith Herman, ahli penanganan trauma dari Sekolah Kedokteran Harvard, sebuah kejadian berpotensi traumatis, bukanlah karena hal itu jarang terjadi, tetapi karena kejadian tersebut melampaui kapasitas tanggapan manusia normal. Kejadian traumatis dapat berupa apa saja yang memberikan ancaman bagi kelangsungan hidup kita. Dave Ziegler, seorang ahli psikologi yang merawat anakanak dan keluarga yang menderita trauma, berkata bahwa apa pun yang menghambat pertumbuhan optimal seorang anak dapat didefinisikan sebagai sebuah jenis trauma. Menurutnya, mengabaikan anak merupakan bentuk trauma yang paling keras dan merusak dan memiliki dampak jangka panjang dalam perkembangan seorang anak. Anak-anak pengungsi umumnya kekurangan perhatian emosional dan fisik yang dibutuhkan bagi perkembangan yang sehat, dan dampaknya sering bertahan lama hingga dewasa. Donald Meichenbaum, salah satu dari penemu terapi perilaku kognitif dan penulis buku A Practitioner’s Guidebook: Treaating Adults With Post-Traumatic Stress Disorder, mengungkapkan bahwa 50 persen perawatan psikiatri memiliki riwayat korban kekerasan, dan 85 persen dari mereka yang didiagnosis parah dengan schizofrenia atau gangguan bioplar melaporkan adanya riwayat kekerasan atau trauma. Penelitan terbaru telah menemukan bahwa stres yang parah dan berlangsung lama akan menuntun pada sistem tubuh yang memproduksi respons infeksi yang akan berakhir pada munF O T O :

A D R A


culnya penyakit. Studi Adverse Childhood Experiences (ACE), merupakan studi ilmu kesehatan masyarakat terbesar, menyatakan bahwa hal itu dapat melemahkan kemampuan anak-anak di sekolah, demikian pula melemahkan kemampuan mereka dalam membangun hubungan yang dapat di percaya, baik dengan orang dewasa maupun dengan teman-teman mereka. Anak-Anak Sangat Rentan

Kerentanan akan paparan trauma kepada anak-anak pengungsi menjadi perhatian media pada bulan September

Selain itu, para pengungsi berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka untuk makan dan tempat tinggal. Tanpa bantuan orang lain, sebagian besar keluarga-keluarga pengungsi ini tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka bagi diri mereka sendiri atau bagi anak-anak mereka. Para ahli trauma menyadari bahwa anakanak yang kurang mendapatkan perhatian secara fisik dan emosional bagi perkembangan kesehatan mereka berisiko mendapatkan masalah kesehatan fisik dan emosional jangka panjang. Para pengungsi anak-anak membutuhkan hubungan dengan orang-orang yang dapat mengasihi dan memedulikan mereka dan yang dapat memahami berbagai pengalaman yang mereka telah alami. Pada saat para ahli trauma menemukan bahwa kondisi trauma ternyata mengubah susunan otak, mereka juga mendapati bahwa hubungan sosial yang baik memiliki dampak pada struktur fisik otak, suatu rangkaian bagian otak di mana tersimpan dasar bagi perkembangan ketahanan emosi. Hubungan dengan orang yang memberikan kepedulian, akan melindungi seseorang dari dampak trauma dan memperbaiki dampaknya bagi keadaan mental. Dengan demikian, kita seharusnya dapat berfokus pada usaha menyokong para keluarga pengungsi dan masyarakatnya. Mereka harus dapat merasakan bahwa mereka merupakan bagian dari sebuah masyarakat yang lebih luas. Dukungan sosial merupakan faktor yang paling dapat dipikirkan bagi pemulihan pascatrauma dan bencana. Para pengungsi anak-anak juga membutuhkan stabilitas dalam hidup mereka. Sebisa mungkin, mereka mampu untuk kembali kepada rutinitas hidup mereka. Sekolah dapat memberikan rasa aman bagi para pengungsi anak-anak yang cukup beruntung untuk bersekolah. Banyak dari kita tidak memiliki kesempatan untuk bekerja dengan para pengungsi, tetapi kita semua dapat menolong untuk menyediakan kebutuhan dasar mereka melalui pemberian dan donasi. Melalui tindakan dan doa kita, kita juga dapat menyediakan suatu lingkungan yang aman dan penerimaan ke dalam budaya di mana kita hidup. Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku� (Matius 25:40). n

trauma ANAK -ANAK dan kehilangan silam ketika seorang balita berusia 3 tahun tenggelam ketika keluarganya sedang berusaha menyeberangi Laut Mediterania dari Turki ke arah barat melalui Yunani. Kita semua merasa tersentuh ketika melihat dokumentasi dari anak laki-laki kecil ini tertelungkup di tanah, memakai kaos berwarna merah, celana pendek biru, dan sepasang sepatu tenis Velcro. Baru beberapa minggu setelah tubuh anak kecil itu dibawa air laut ke tepian, saya berada di Bodrum, Turki, dan melihat keluarga-keluarga yang sedang berlibur dan anak-anak mereka bermain pasir pantai. Saya melihat kios-kios yang menjual pelampung bagi para pengungsi yang ingin memiliki perlindungan ekstra ketika mereka akan melakukan perjalanan berbahaya melintasi perairan Mediterania dalam mencari hidup yang lebih aman dan lebih baik. Apakah mungkin bagi kita untuk melupakan gambaran seorang anak berusia 3 tahun terbaring menghadap ke tanah di pasir pantai itu? Atau saudara laki-lakinya yang berusia 5 tahun, yang juga tenggelam pada malam yang sama? Memenuhi Kebutuhan

Hal pertama dan paling penting yang dibutuhkan oleh para pengungsi anak-anak ialah perasaan aman. Keluarga yang anak-anak mereka mati tenggelam di Pantai Bodrum sedang melarikan diri dari negera di mana mereka merasa tidak diinginkan dan hidup mereka sedang dalam bahaya. Oleh karena pilihan mereka sangat terbatas, mereka memilih untuk mencoba pergi ke negara lain yang tidak mengharapkan mereka, sebuah negara yang hanya menyediakan suaka sementara. Harapan dari suaka sementara adalah cukup untuk membuat mereka mengambil risiko yang amat besar menyeberangi lautan sepanjang malam menggunakan perahu kecil sebagai tempat aman yang mereka butuhkan. Keamanan merupakan hal pertama dan terutama dalam memenuhi kebutuhan para pengungsi anak-anak dan keluarga mereka.

L. Ann Hamel, Ph.D., D.Min., seorang psikolog bersertifikat yang tinggal di Berrien Springs, Michigan, Amerika Serikat, adalah ahli bersertifikat dalam traumatis stres dan peserta American Academy of Experts in Traumatic Stress. Dia bekerja bersama General Conference melakukan intervensi krisis dan menyediakan perhatian dan dukungan bagi para misionaris. Juni 2016 | Adventist World

25


P E R T A N Y A A N

D A N

J A W A B A N

A L K I T A B

Sebuah

Apakah tujuan adanya kota-kota perlindungan pada zaman Perjanjian Lama?

Tempat Aman

Kota-kota perlindungan dipilih dari antara kotakota kediaman suku Lewi sebagai tempat mendapatkan suaka bagi orang yang secara tidak sengaja atau tidak bermaksud membunuh seseorang. Mereka berada di bawah perlindungan Allah melalui sistem keimamatan. Terdapat 6 kota perlindungan, terdapat di tempat-tempat utama di tanah Israel, sehingga dapat memudahkan pelaku pembunuhan mendapatkan perlindunga hingga kasus mereka diperiksa dan keputusan hakim dijatuhkan (Ulangan 19:2-4; Bilangan 35:23, 24). Mari kita membahas aturannya untuk melihat prinsip-prinsip dan nilai-nilai mendasarnya. 1. Membatasi peran para pembalas (Go’el): Salah satu peranan saudara dekat dari orang yang telah dibunuh (Ibrani, go’el, “penebus”) ialah untuk mengembalikan susunan dalam masyarakat. Caranya ialah dengan menghukum mati pembunuh saudaranya tersebut. Praktik demikian lazim dilakukan di sepanjang wilayah Timur Dekat kuno, dan kadangkala sang pembalas tak tanggung-tanggung akan membunuh beberapa anggota keluarga dari suku yang lain sebagai bentuk pembalasan. Kota-kota perlindungan berfungsi untuk mengendalikan rasa haus akan pembalasan dendam ini dengan cara mengadili sang pembunuh melalui pengadilan hukum, di mana bukti-bukti dapat ditinjau dengan saksama dan keputusan akhir dibuat. Jika seseorang dinyatakan bersalah, sang penebus darah/pembalas harus berperan sebagai eksekutor dari putusan hakim untuk melaksanakan hukuman mati kepada pembunuh itu. Dengan kata lain, peran dari penebus darah harus tunduk di bawah kekuasaan hukum sipil (Bilangan 35:12). 2. Menetapkan perbedaan hukum penting: Melalui wadah kota-kota perlindungan, sebuah perbedaan hukum penting ditetapkan antara pembunuhan terencana dan pembunuhan yang tidak disengaja. Pengadilan diwajibkan untuk memeriksa bukti-bukti, alat yang digunakan dalam pembunuhan, kondisi mental selama dugaan pembunuhan, hubungan antara korban dan pelaku, dan keadaan yang terjadi sebelum pembunuhan itu dilakukan (sebagai contoh, apakah orang tersebut didorong dari tempat yang tinggi; apakah orang tersebut diserang kepalanya menggunakan kapak yang tidak sengaja terlempar; lihat Bilangan 35:16-23; Ulangan 19:4, 5). “Rapat umat” bertanggung jawab untuk mengadili “antara pelaku (terduga pembunuh) dan sang penuntut, menurut hukum-hukum ini” (Bilangan 35:24). Jika rapat umat memutuskan bahwa peristiwa pembunuhan itu merupakan ketidak-

26

Adventist World | Juni 2016

sengajaan, maka mereka juga bertanggung jawab untuk melindungi pembunuh itu dari sang penuntut darah dan mengembalikannya ke kota perlindungannya. Ini berarti bahwa seorang pengawal akan melindungi mereka dalam perjalanan kembali ke kota perlindungan tersebut. 3. Menegur kejadian pertumpahan darah dari orang yang tidak bersalah: Pertumpahan darah dari orang yang tidak bersalah bukan hanya merusak kehidupan sosial dan spiritual dari masyarakat—itu juga mencemarkan tanah di mana darah itu tertumpah. Jika situasi seperti itu tidak ditegur, maka Allah, sang pemilik tanah, akan meninggalkan tanah itu. Hidup sangatlah berharga; dan jalan satu-satunya untuk membersihkan tanah itu ialah dengan mengeksekusi pelaku pembunuhan itu (Bilangan 35:33, 34). Hukuman negeri memastikan nilai kehidupan dengan menuntut hilangnya nyawa dari pembunuh itu. Oleh karena itu, terdapat tempat bagi peranan seorang penebus darah. Tetapi kota-kota perlindungan membatasi peranan tersebut dengan mencegah pembunuhan dari pembunuh yang tidak disengaja dan mencegah pertumpahan darah dari orang yang tidak bersalah (Ulangan 19:10). Orang tersebut mendapatkan perlindungan di dalam Tuhan dan tidak dapat disentuh kecuali mereka meninggalkan kota perlindungan itu, di mana para penuntut darah dapat membunuh mereka (Bilangan 35:26, 27). 4. Arti dari hukum itu: Mungkin hal detail yang paling penting dari hukum itu ialah bahwa orang yang membunuh itu harus tinggal di kota perlindungan hingga kematian dari Imam besar (ayat 25, 28). Pelajarannya ialah bahwa mengambil nyawa manusia selalu merupakan hal yang serius; dan walaupun dalam kasus-kasus pembunuhan yang tidak disengaja, tidak dituntut hukuman oleh hukum negeri, kematian itu harus dipulihkan. Kematian dari Imam Besar diperhitungkan sebagai kematian pengganti dari sang pelaku pembunuhan itu, sehingga membuat pembunuh yang tinggal di kota perlindungan itu dapat kembali pulang ke rumah. Makna Kristianinya jelas: Walau pun kita telah bersalah dan menjadi terdakwa, kita dapat menemukan “kota perlindungan” kita di dalam Tuhan; Sang Penebus Darah itu telah menjadi penebus kita, dan gantinya menghukum kita, kematian-Nya adalah pengganti kematian kita. Kematian-Nya menyediakan jalan bagi kita untuk kembali pulang ke rumah. n

Angel Manuel Rodríguez pensiun dari pelayanan setelah menyelesaikan kariernya melayani sebagai seorang pendeta, profesor, dan ahli teologi.


P E L A J A R A N

A L K I T A B

Jangan Pernah

Menyerah

Oleh Mark A. Finley

P

ernahkah Anda merasa ingin menyerah? Pernahkah Anda merasa tantangan-tantangan hidup sepertinya begitu melelahkan? Pernahkah Anda berpikir bahwa setiap masalah hidup yang Anda alami sangatlah besar untuk dihadapi? Apabila Anda pernah merasakan perasaan-perasaan tersebut, maka Anda dapat turut merasakan apa yang sedang dihadapi oleh seorang perempuan janda miskin dan tidak memiliki sepeser pun uang, yang akan kita bahas pada pelajaran Alkitab saat ini. Di tengah-tengah kesedihannya yang mendalam, wanita yang tidak diketahui namanya ini melihat seberkas cahaya pengharapan, dan Tuhan melakukan sebuah mujizat yang luar biasa di dalam hidupnya. Tantangan yang ia hadapi menjadi sebuah kesempatan bagi Allah untuk bekerja dengan penuh kuasa, yang mendatangkan kebaikan bagi hidupnya. Gunung pergumulan yang dihadapinya tidaklah begitu sulit bagi Allah, karena bagi Allah “segala sesuatu mungkin” (Matius 19:26).

1

Apakah tiga tantangan hidup yang dihadapi oleh perempuan janda ini? Bacalah 2 Raja-raja 4:1. Berbicara mengenai tantangan—perempuan ini sedang mengalaminya! Suaminya telah meninggal dunia, hutang-hutangnya sangat banyak, dan para kreditor sedang mencarinya untuk menangkap anak-anaknya dan menjual mereka sebagai budak untuk menebus hutangnya. Penderitaannya pastilah tak tertahankan. Tetapi, inilah kabar baik: Tuhan melihat kepedihan kita. Ia tidak meninggalkan kita sendirian dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup (Bacalah Yesaya 63:9; Matius 11:28-30; Ibrani 7:25).

2

Bagaimanakah perasaan Anda jika Anda berada pada posisi perempuan janda ini? Cobalah untuk membayangkannya. Daftarkan beberapa emosi dan pergumulan perasaan yang mungkin ia rasakan.

3

Apakah pertanyaan yang diajukan oleh Nabi Elisa kepadanya, dan mengapakah itu sangat penting? Bacalah 2 Raja-raja 4:2. Inilah sebuah prinsip yang kekal: Allah selalu mulai bekerja dengan apa yang ada pada kita, gantinya apa yang tidak kita miliki. Pertanyaan Elisa dirancang untuk menolong wanita ini untuk melihat betapa sedikitnya yang ia miliki, yang ketika digabungkan dengan iman, merupakan bahan-bahan yang digunakan Allah dengan kuasa-Nya untuk melakukan mukjizat-mukjizat-Nya. Ketika Musa merasa tidak mampu untuk menyelamatkan Israel dari perbudakan Mesir, Allah bertanya, “Apakah yang di tanganmu itu?” (Keluaran 4:2). Dengan kata lain, apakah yang kamu miliki? Pada kisah Musa, itu hanyalah sebatang kayu. Ketika Yesus memberi makan 5000 orang, Ia mulai dari sebuah menu makan siang seorang anak laki-laki. Yang sedikit, bersama Yesus adalah lebih dari F O T O :

E R E T Z

I S R A E L

M U S E U M

cukup. Mulailah dengan apa yang Anda miliki. Percayalah kepada Allah dan perhatikanlah Ia melakukan mukjizat dalam hidupmu.

4

Bacalah 2 Raja-raja 4:3. Menurut Anda, mengapakah Elisa berkata kepada wanita itu, “Pergilah, mintalah bejanabejana dari luar, daripada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong?” Seringkali Allah mengajak kita untuk berbuat sesuatu untuk membuktikan iman kita. Saat kita bertindak atas dasar iman kita kepada Tuhan, maka kita membuka pintu bagi-Nya untuk bekerja dengan penuh kuasa di dalam hidup kita.

5

Bacalah 2 Raja-raja 4:4. Menurut Anda, mengapakah sang nabi berkata kepada perempuan janda dan anak-anaknya itu untuk menutup pintu rumah mereka pada saat mereka menuangkan minyak itu dari bejana yang satu ke bejana lainnya? Mungkin ini menunjukkan kepedulian Allah hingga pada hal-hal yang kecil. Allah mungkin ingin melindungi mereka dari para pencuri. Allah mungkin menginginkan mereka untuk dapat bersukacita atas berkat Allah dan memuji-Nya tanpa merasa terganggu oleh kehadiran para tetangga di sekitar mereka.

6 Bagaimanakah kisah ini menyatakan kebaikan dan

keagungan Allah? Apakah yang kisah ini nyatakan mengenai pemeliharaan Allah bagi mereka yang sedang menghadapi tantangan hidup terberat sekalipun? Bandingkanlah 2 Rajaraja 4:6, 7 dengan undangan Yesus dalam Matius 11:28-30 dan Ibrani 4:14-16.

7

Hal penting apakah yang ingin ditujukan oleh kisah ini dan kisah lainnya yang serupa kepada umat Tuhan di akhir zaman? Bacalah Matius 25:31-40; Mikha 7:8; dan Yakobus 1:7. Pelajaran ini menyatakan tiga kebenaran kekal yang mengubah hidup kita. Pertama, tantangan-tantangan hidup yang paling berat sekalipun merupakan kesempatan bagi Allah untuk melakukan mukjizat-Nya yang luar biasa. Kedua, Allah tidak pernah melupakan kita melalui masa-masa di mana kita sangat membutuhkan pertolongan-Nya. Ia ada di tengahtengah pergumulan kita untuk menghibur, menyokong, dan memberi kekuatan kepada kita. Ketiga, umat-umat Allah di akhir zaman ini, sebagaimana Elisa, dipanggil untuk melayani orang miskin, terlantar, dan terpinggirkan dari masyarakat. Agama kita tidaklah berarti jika itu tidak mengubah hidup kita dan membuat kita lebih peka dan lebih memahami orang lain, melakukan kebaikan, dan bersedia untuk memberi pertolongan kepada mereka yang membutuhkan. Kiranya agama kita akan membuat masing-masing kita menjadi pribadi yang demikian. n

Juni 2016 | Adventist World

27


PERTUKARAN IDE

Melarikan diri dari bahaya,

BERHARAP UNTUK KEBEBASAN

Krisis pengungsi saat ini adalah yang terburuk sejak genosida Rwanda lebih dari 20 tahun yang lalu. Jutaan orang yang terkena dampak di puluhan negara di Timur Tengah dan Eropa. Kejahatan dan kekerasan masalah utama di Amerika latin, serta di Timur Tengah. Kejahatan yang terorganisasi, obat-obatan terlarang, dan penegak hukum yang korup memengaruhi kehidupan jutaan orang. Kegiatan sesederhana pergi ke sekolah, pergi berbelanja, atau pergi bekerja, menempatkan masyarakat pada risiko, penculikan, diperdagangkan, atau dibunuh. Tidak heran orang mencoba mati-matian untuk berimigrasi ke tempattempat seperti Kanada dan Amerika Serikat, di mana ancaman kekerasan jauh lebih sedikit, dan mereka dapat meningkatkan keamanan bagi keluarga mereka.

Amerika Latin dengan negara-negara yang tingkat kejahatan dan kekerasannya tertinggi adalah:

BRASIL

AUSTRIA DENMARK PRANCIS JERMAN

EL SALVADOR

YORDANIA

YUNANI

HONDURAS

LEBANON

ITALIA

MEKSIKO

LIBIA

SWEDIA

VENEZUELA

TURKI

INGGRIS

DEFINISI Istilah yang berbeda memiliki arti yang berbeda. Dengan sesuatu yang rumit seperti imigrasi, terutama saat ini sangat ditingkatkan budaya sadar politik, adalah penting untuk menggunakan istilah yang benar ketika menggambarkan orang dan status mereka. Adventist World | Juni 2016

Negara saat ini dengan jumlah pencari suaka terbesar: HUNGARIA

KOLOMBIA

Beberapa

28

Negara-negara pencari suaka untuk menemukan rumah:

Pencari asylum adalah mereka yang mengatakan bahwa mereka adalah pengungsi tetapi belum dievaluasi secara pasti. Rata-rata, sekitar 1 juta orang mencari asylum secara individu setiap tahun. Pada pertengahan tahun 2014, ada lebih dari 1,2 juta pencari asylum. Pengungsi lokal adalah mereka yang paling rentan di dunia. Tidak seperti pengungsi lainya, pengungsi lokal, tidak melintasi perbatasan internasional untuk menemukan tempat perlindungan, tetapi tetap tinggal di negara asal mereka. Bahkan jika mereka melarikan diri karena alasan yang sama sebagai pengungsi (Konflik bersenjata, kekerasan umum, pelanggaran

hak asasi manusia), pengungsi lokal ini tetap berada di bawah perlindungan pemerintah mereka sendiri, meskipun pemerintah mungkin menjadi penyebab pengungsian mereka. Pengungsi harus berpindah jika mereka ingin menyelamatkan nyawa mereka atau mempertahankan kebebasan mereka. Mereka tidak memiliki perlindungan dari negara mereka sendiri; memang, sering pemerintah mereka sendiri mengancam untuk menuntut mereka. Jika negara-negara lain tidak membebaskan mereka, dan tidak membantu mereka saat mereka datang, mereka mungkin mengutuk diri mereka dan mati atau hidup dalam


Membuat PERBEDAAN Dalam Masyarakat Anda Di sebuah dunia seperti desa di mana kita tinggal, kita tidak harus pergi jauh untuk bertemu orang yang mencoba untuk menetap di masyarakat di mana mereka mungkin tidak tahu bahasa, budaya, dan kesempatan yang tersedia bagi mereka. Berikut adalah beberapa saran atau cara untuk menghubungkan dan memberikan solusi: Terlibat dalam sekolah bahasa. Jika tidak ada dalam komunitas Anda, Anda dapat memulainya. Jika organisasi lain sudah mendahuluinya, Anda bisa menjadi sukarelawan. Ingat, ini bukan hanya untuk anak-anak; orang dewasa sering perlu bantuan belajar bahasa. engoperasikan dapur umum. Menyebarkan brosur dalam bahasa M penduduk setempat di mana Anda ingin menjangkaunya. Menyediakan makanan yang sesuai dengan kebiasaan mereka. Sekali lagi, jika dapur umum sudah beroperasi, jadilah relawan atau dukunglah melalui kontribusi Anda. Gunakan perabotan yang berkualitas. Sering orang yang tiba dalam komunitas yang baru hanya membawa pakaian yang sedikit di punggung mereka. Mereka tidak memiliki banyak uang untuk melengkapi rumah atau apartemen mereka. Pastikan bahwa kelompok pelayanan Advent Anda memiliki banyak sumber daya, atau memiliki jaringan komunitas yang baik untuk menggunakan perabotan yang tersedia.

Negara-negara dengan jumlah terbesar orang yang melarikan diri karena kekerasan dan penindasan: AFGANISTAN ERITREA IRAK SURIAH

bayang-bayang kegelapan, tanpa makanan dan tanpa hak. Statelessness dimaksudkan kepada keadaan seseorang yang tidak dianggap sebagai warga negara oleh negara mana pun. Kurang lebih ada 10 juta orang tanpa kewarganegaraan yang tinggal di puluhan negara di seluruh dunia. Statelessness—seorang yang tidak memiliki kewarganegaraan—terjadi karena diskriminasi terhadap kelompok tertentu; tinggal di perbatasan dan renggang terhadap undang-undang kewarganegaraan. Sumber: United Nations High Commissioner for Refugees

Milikilah buku-buku rohani. Orang yang sementara dalam tekanan sangat membutuhkan dukungan dan pemeliharaan rohani. Sediakan traktat dalam bahasa yang mereka mengerti, jelaskan tentang pelayanan dan gereja Anda, demikian juga jadwal dan kontak informasi, itu mungkin akan membantu.

Dalam Sekolah Anda Jika Anda memiliki sebuah sekolah (SD, SMA, atau perguruan tinggi), Anda memiliki kesempatan untuk menjangkau imigran dan membuat mereka merasa seperti di rumah mereka sendiri. Pilihlah aktivitas yang sesuai dengan usia dan cobalah aktivitas berikut ini. enentukan hari untuk berolahraga. Buatlah satu tempat khusus untuk M mengukur tekanan darah, berat badan dan lain-lain. Buatlah perlombaan yang menyenangkan dan siarkanlah. Layanilah dengan makanan ringan yang sehat. Jika Anda memiliki akses ke ruang olahraga maka Anda dapat memilih permainan seperti: voli, basket, atau bulutangkis. Ingatlah untuk menggabungkan para pemain sehingga orang Advent tidak berada pada tim yang sama. ilikilah festival seni dan kerajinan. Sebarkanlah brosur multibahasa kepada M tetangga, dan tawarkan hadiah yang berbeda-beda seperti: Tembikar, cat air lukisan, kain, dan lain-lain.

Mensponsori kegiatan pengembangan talenta pada malam hari. Bekerja sama

Menjadi tuan rumah turnamen sepak bola walaupun hanya dalam satu hari. Sajikan minuman ringan.

dengan pedagang setempat untuk pertukaran iklan pada acara tersebut. Pastikan bahwa program itu diorganisasikan dengan baik dan melibatkan semua suku.

Semua ide ini, didasarkan pada konsep kegiatan masyarakat. Bangunlah sebuah data bagi mereka yang berpartisipasi, sehingga Anda dapat menghubungi mereka tentang kegiatan berikutnya. Setelah sekolah Anda dikenal sebagai tempat yang ramah untuk imigran dan pengungsi, Anda membangun kepercayaan. Keberhasilan Anda tergantung pada program umum yang baik. Cobalah, nikmatilah, dan refleksikanlah nilai-nilai Kerajaan Allah di segala sesuatu yang Anda lakukan.

Juni 2016 | Adventist World

29


PERTUKARAN IDE

Di Belahan

Dunia Manakah Ini? J U L I E N

H A R N E I S

TERUS

MENINGKAT

Jawaban: Di Republik Demokrat Kongo, pengungsi meninggalkan desa mereka setelah tembakan meletus antara pasukan pemerintah dan pemberontak.

Pengungsi bukan teroris. Mereka sering menjadi ­korban pertama dari ­terorisme. — A ntonio Guterres, United Nations High Commissioner untuk pengungsi (2005-2015).

Dukungan Anda untuk pengungsi sangat dibutuhkan. Menyumbangkan uang adalah cara terbaik untuk membantu, karena mereka memberdayakan tim darurat untuk merespons dengan cepat saat keadaan berubah.

Untuk menyumbang, kunjungi ADRA.org/refugees

30

Adventist World | Juni 2016

Situasi imigran/pengungsi saat ini semakin rumit, kenyataanya bahwa banyak dari mereka melarikan diri dari kekerasan di beberapa bagian dunia yang mayoritas bukan Kristen, dan banyak orang menghubungkannya dengan terorisme. Persepsi yang tidak benar dan harus ditolak. Bahkan, sebagian besar pengungsi telah mempertaruhkan hidup mereka untuk hidup di negara-negara di mana mereka dapat meningkatkan kedamaian dalam kehidupan keluarga mereka. Anggota Advent harus ambil bagian dalam memikirkan tentang penyediaan tempat bagi mereka yang dari agama, ras, dan falsafah lain untuk menemukan keamanan. Komunikasikan dengan pimpinan di wilayah Anda. Buatlah pencatatan untuk setiap individu dan keluarga untuk meninggalkan kehidupan mereka yang hancur dan memulainya kembali. Jemaat lokal mungkin, jika berkeinginan, hubungi pimpinan setempat untuk mensponsori keluarga (dua atau tiga) karena mereka bermukim di komunitasnya. Sudah waktunya bagi orang Kristen untuk melangkah dan menjadi orang Kristen sejati.


5

“Lihatlah, Aku Datang Segera”

Tahun Lalu

Pada bulan Maret 2011, dalam konteks Arab memprotes sumber mata air

di seluruh bagian Timur Tengah, kegelisahan politik di Suriah memicu tindakan keras pemerintah dan menyebabkan perang saudara di Suriah. Pada bulan Desember tahun itu laporan PBB menggambarkan sebagai konflik “antarsekte,” menggambarkan kenyataan bahwa banyak dari kekerasan tampaknya diarahkan oleh berbagai sekte Muslim terhadap sekte lain, meskipun pemerintah dan oposisi kedua pasukan menyangkalnya. Runtuhnya infrastruktur domestik (air, listrik, sanitasi, dll) telah menyebabkan peningkatan menyolok dalam hal penyakit seperti campak, tifus, hepatitis, disentri, TBC, difteri, dan lain-lain. Organisasi Kesehatan Dunia telah melaporkan bahwa 35 persen dari rumah sakit negara yang tidak mendapat pelayanan, dan 70 persen dari perawatan kesehatan profesional telah meninggalkan negara itu. Pusat Penelitian Kebijakan Suriah memperkirakan bahwa 470.000 telah meninggal karena kekerasan dan penyakit, dengan 1,9 juta orang terluka (11,5 persen dari jumlah penduduk). Pada Maret 2015 hampir setengah dari penduduk tidak memliki tempat tinggal, dan 3,8 juta warga Suriah telah mengungsi. Kekerasan di Suriah telah merambat ke bagian Irak, Lebanon, Libya, dan Turki

Anak-anak Suriah mengisi air di Kamp Al-Zaatari.

Misi kami adalah untuk meninggikan Yesus Kristus, mempersatukan umat Advent di mana saja dalam iman, misi, kehidupan, dan pengharapan. Penerbit Adventist World adalah majalah periodik internasional milik Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Sedunia. Divisi Asia-Pasifik Utara adalah penerbitnya. Penerbit Eksekutif dan Pemimpin Redaksi Bill Knott Wakil Penerbit Manajer Percetakan Internasional Chun, Pyung Duk Dewan Penerbit Ted N. C. Wilson, chair; Guillermo Biaggi, vice chair; Bill Knott, secretary; Lisa Beardsley-Hardy; Williams Costa; Dan Jackson; Peter Landless; Robert Lemon; Geoffrey Mbwana; G. T. Ng; Daisy Orion; Juan Prestol-Puesán; Ella Simmons; Artur Stele; Ray Wahlen; Karnik Doukmetzian, legal advisor Komite Koordinasi Adventist World Jairyong Lee, chair; Yutaka Inada, German Lust, Pyung Duk Chun, Suk Hee Han, Gui Mo Sung Redaktur Bertempat di Silver Spring, Maryland André Brink, Lael Caesar, Gerald A. Klingbeil (associate editors), Sandra Blackmer, Stephen Chavez, Wilona Karimabadi, Andrew McChesney Redaksi Bertempat di Seoul, Korea Pyung Duk Chun, Jae Man Park, Hyo Jun Kim Manajer Operasional Merle Poirier Editor-at-large Mark A. Finley, John M. Fowler Penasihat Senior E. Edward Zinke Manager Keuangan Kimberly Brown Assisten Editorial Marvene Thorpe-Baptiste Dewan Management Jairyong Lee, chair; Bill Knott, secretary; P. D. Chun, Karnik Doukmetzian, Suk Hee Han, Yutaka Inada, German Lust, Ray Wahlen, Ex-officio: Juan Prestol-Puesán, G. T. Ng, Ted N. C. Wilson Pengarah Seni and Disain Jeff Dever, Brett Meliti Para Penasihat Ted N. C. Wilson, Juan Prestol-Puesán, G. T. Ng, Guillermo E. Biaggi, Mario Brito, Abner De Los Santos, Dan Jackson, Raafat A. Kamal, Michael F. Kaminskiy, Erton C. Köhler, Ezras Lakra, Jairyong Lee, Israel Leito, Thomas L. Lemon, Geoffrey G. Mbwana, Paul S. Ratsara, Blasious M. Ruguri, Ella Simmons, Artur A. Stele, Glenn Townend, Elie Weick-Dido Kepada para Penulis: Silakan mengirimkan naskah yang siap diterbitkan, melalui alamat redaksi 12501Old Columbia Pike, Silver Spring, MD 20904-6600, U.S.A. Atau melalui fax: +1 (301) 680-6638 Surel: worldeditor@gc.adventist.org Situs: www.adventistworld.org Kecuali diberitahu, semua kutipan ayat Alkitab diambil dari Alkitab Terjemahan Baru. © 1974 Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Digunakan dengan izin. Adventist World diterbitkan setiap bulan dan dicetak secara berkala di Korea, Brazil, Indonesia, Australia, Jerman, Austria, Argentina, Meksiko dan Amerika Serikat. Vol. 12, No. 6

Juni 2016 | Adventist World

31


dari INDONESIA Seminar dan Workshop UIKB di KJKT Semua Anggota Jemaat Harus Terlibat dalam Penginjilan

P

ada tanggal 31 Januari–5 Februari 2016 diadakan seminar terpadu/workshop penginjilan di Kantor Pusat GMAHK Konferens Jawa Kawasan Timur, Jl. Tanjung Anom 7 Surabaya. Peserta seminar terpadu tersebut adalah semua pendeta dan pegawai kantor GMAHK KJKT bersama para guru-guru dan penginjil literatur, juga diundang pegawai-pegawai jemaat yang berada di Distrik Surabaya, Sidoarjo, Gresik.

Para pegawai Konferens Jawa Kawasan Timur mengikuti pelatihan yang diarahkan oleh pimpinan dari Uni Indonesia Kawasan Barat

Nara sumber seminar terpadu tersebut adalah officers Uni Indonesia Kawasa Barat (UIKB) dan semua Direktur Departement UIKB yang datang secara bergantian memberikan seminar dan pelatihan tersebut. Pembukaan pada hari Minggu tanggal 31 Januari 2016 diawali dengan renungan oleh Pdt. L. Mamentu, Sekretaris Eksekutif KJKT. Dilanjutkan sesi pertama oleh Pdt. S. Tjakraprawira, Direktur SS/PP UIKB. Sesi kedua disampaikan oleh Pdt. J. Havelaar, Direktur Kesehatan UIKB, dan sesi ketiga disampaikan oleh Pdt. H. Hasibuan, Direktur Penerbitan dan Roh Nubuat UIKB. Hari kedua, tanggal 1 Februari 2016 diawali dengan renungan pagi oleh Pdt. W. Mandolang, Ketua UIKB dan selanjutnya mengisi sesi pertama. Sesi kedua disampaikan oleh Pdt. J. Wenas, Direktur PA UIKB dan sesi ketiga oleh Pdt. J. Havelaar. Hari Ketiga, tanggal 2 Februari 2016 diawali dengan renungan pagi oleh Pdt. K.R. Sagala, Direktur Adventist Mission UIKB. Sesi pertama disampaikan oleh Bapak P. Doloksaribu, Bendahara UIKB.

Sesi kedua disampaikan oleh Bapak P. Sihotang, Direktur Pendidikan UIKB, yang kemudian dilanjutkan ke sesi ketiga oleh Pdt. K.R. Sagala. Hari keempat, Rabu, tanggal 3 Februari 2016 diawali dengan renungan pagi oleh Pdt. K.R. Sagala dan selanjutnya beliau menjadi narasumber untuk sesi pertama. Sesi kedua disampaikan oleh Pdt. D. Panjaitan, Direktur Komunikasi UIKB, dilanjutkan sesi ketiga oleh Pdt. M. Palar, Direktur Hope Channel Indonesia. Ditutup oleh Pdt. H. Wijaya, Direktur Penatalayanan UIKB. Hari kelima, Kamis, 4 Februari 2016 diawali dengan renungan pagi yang disampaikan oleh Pdt. J.F. Manulang, Sekretaris Asosiasi Kependetaan UIKB. Sesi pertama disampaikan oleh Pdt. M. Sagala, Sekretaris Eksekutif UIKB. Dilanjutkan dengan sesi yang kedua dan ketiga oleh Pdt. J.F. Manulang dan Ibu Y. Sagala, Direktur BWA dan Sheperdess UIKB. Hari keenam, Jumat, 5 Februari 2016 diawali dengan renungan pagi oleh Pdt. J. Sianipar, Direktur Nurturing, Dicipleship and Reclamation (NDR) UIKB sekaligus menjadi narasumber untuk sesi pertama. Sesi kedua dan ketiga disampaikan oleh Pdt. M. Sagala dan Pdt. J.F. Manulang dan sesi terakhir disampaikan oleh Ibu Y. Sagala. Semua acara berjalan dengan baik yang mengarahkan peserta workshop untuk mengajak semua anggota jemaat terlibat dalam penginjilan ini. Memperbaiki jangkauan ke atas (reach up), jangkauan ke dalam (reach in)dan jangkauan ke luar (reach out). n —Dilaporkan oleh Tim Komunikasi Konferens Jawa Kawasan Timur.

Suasana ketika Ketua Uni Indonesia Kawasan Barat memaparkan materi.

Global Youth Day 2016 di KJKT Keterlibatan Orang Muda dalam Menjangkau Dunia

P

emuda Advent di berbagai daerah Konferens Jawa Kawasan Timur (KJKT) turut serta mengadakan pelayanan yang khusus untuk merayakan Global Youth Day 2016 pada sepanjang hari Sabat tanggal 19 Maret 2016. Global Youth Day (GYD) adalah agenda tahunan dari

32

Adventist World | Juni 2016

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh General Conference, yang bertujuan mendorong pemuda-pemudi menjadi khotbah yang hidup (Be The Sermon) melalui perbuatan baik yang nyata dan penuh kasih kepada seluruh lapisan masyarakat umum di mana pun mereka berada.


Pada tahun ini, perayaan GYD diikuti lebih banyak pemuda-pemudi dari beberapa kota besar yang ada di KJKT seperti Distrik Surabaya, Distrik Malang, Bali, Sukerejo, Madiun dan kota-kota lainnya. Pemuda Advent Distrik Surabaya yang terdiri dari beberapa jemaat di bagi dalam bebeberapa kelompok untuk menyatakan kasih Kristus melalui memberikan penghiburan di panti jompo, panti asuhan, memberikan makanan dan membagikan air minum serta artikel kesehatan gratis kepada pengunjung taman atau pengguna jalan. Pemuda Advent Distrik Malang, berbagi kasih di salah satu rumah sakit swasta yang ada di sana. Mereka mengunjungi pasien yang sakit sambil memberikan bungkusan buah dan berdoa bersama. Sekitar 15 Pathfinder Malang Adventist Academy juga mengunjungi Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang dan bergembira bersama mereka. Beberapa dari mereka juga mendonorkan darah melalui Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Malang. Pemuda Advent dan anggota Jemaat Sukorejo dan Prigen melayani anggota jemaat yang sudah sepuh dan dalam kea-

Pemuda-pemudi dan anggota jemaat Sukorejo dan Prigen membantu salah satu orangtua dan membersihkan rumahnya.

Pemuda-pemudi Advent Surabaya mengunjungi, menghibur dan berdoa bersama orang tua di panti jompo.

daan sakit. Mereka memberikan perhatian, memeriksa kesehatan, membersihkan tempat tinggal dan pekarangan rumah, dan bergembira bersama. Selain itu, mereka juga membagikan sembako kepada warga sekitar yang membutuhkan bantuan. Pemuda Advent yang tergabung dalam Compassion Bali dan beberapa anggota GMAHK Jemaat Tabanan mengunjungi salah satu panti asuhan yang ada di Negara, Bali. Mereka bernyanyi bersama dan membagikan sembako kepada anak-anak panti dan pengurus. Pemuda Advent di Madiun dan Pathfinder serta anggota jemaat, keluar menunjukkan kepedulian terhadap kesehatan. Mereka membagikan traktat dan menukarkan buah dengan rokok kepada pengguna jalan atau masyarakat yang mereka temui dalam rute perjalanan yang telah ditentukan. Semoga dengan pelayanan para orang muda kita, nama Tuhan dimuliakan dan menjadi berkat bagi sesama. Untuk melihat video kegiatan GYD KJKT 2016, silakan mengunjungi website http://AdventKJKT.or.id. n —Dilaporkan oleh Tim Komunikasi Konferens Jawa Kawasan Timur.

Shepherding KJKT 2016 Keterlibatan Anggota Keluarga Pendeta dalam Pelayanan

U

ntuk meningkatkan kualitas pelayanan serta mempererat persatuan sesama pendeta dan istri di Konferens Jawa Kawasan Timur (KJKT) maka telah diadakan acara Shepherding pada tanggal 24-27 Maret 2016 di Blessing Hills Resorts and Hotel, Trawas, Jawa Timur, dengan tema: “Keterlibatan Anggota Keluarga Pendeta dalam Pelayanan.� Acara ini dihadiri oleh 62 Pendeta, 60 Shepherdess dan 80 anak yang diawali dengan rapat kerja yang dipimpin langsung

oleh pimpinan KJKT, Pdt. Jonathan W.S.Wagiran, Pdt. Leonard Mamentu dan Bapak Peter Nabut, kemudian dilanjutkan dengan beberapa imbauan untuk meneguhkan kembali komitmen pelayanan dan teladan kehidupan kerohanian oleh Pdt. Kristiyono Sarjono, Pdt. John Medellu dan Ibu Anneke Wagiran. Seusai Rapat Kerja, acara Pembukaan Shepherding dilaksanakan oleh pimpinan dari Uni Indonesia Kawasan Barat, Pdt.

Juni 2016 | Adventist World

33


dari INDONESIA Dr. M. Sagala, Pdt. J.F. Manullang dan Ibu Jenny Sagala. Dalam acara tersebut para pendeta dan istri diberikan pengarahan dan pembekalan dalam meningkatkan mutu pelayanan dan bagaimana merespons setiap masalah yang timbul di dalam tugas penggembalaan melalui seminar tentang: Etika Kependetaan, Kunci Sukses Menginjil untuk pendeta, Apakah yang Diharapkan Jemaat dari Setiap Pendeta? Cara Membuat Khotbah dan Berkhotbah, Kepribadian Shepherdess, Cara Bercerita, Mengelola Keuangan Keluarga dengan baik, Diskusi Umum dan Komitmen. Pada hari Sabat, semua peserta menikmati indahnya kebersamaan dengan semua keluarga pendeta melalui ibadah, lagu pujian dari setiap distrik dan anak-anak pendeta. Selain mendapat pengarahan tentang kesehatan, berkat dan kebahagian

menjadi anak pendeta, mereka juga menyanyikan lagu-lagu pujian. Pada kesempatan yang sama, diadakan acara penyerahan bayi dari keluarga Pdt. Sumiran Winarto dan sebelum acara tutup Sabat telah disediakan apresiasi bagi para pendeta yang mendapat pencapaian tertinggi dalam baptisan di kuartal satu dan dilanjutkan dengan penyambutan keluarga pendeta yang baru menikah dan ucapan terima kasih kepada para narasumber. Di akhir acara Shepherding ini, semua peserta menikmati acara bebas yaitu: Berolahraga, rekreasi dan mengikuti beberapa permainan. n —Dilaporkan oleh Tim Komunikasi Konferens Jawa Kawasan Timur.

Foto Bersama: Seluruh keluarga pendeta beserta pembicara mengambil foto bersama di halaman lokasi acara, Blessing Hills.

Workshop Penginjilan Perkotaan “GROW and Go” Lebih dari 20.000 Traktat dalam 16 seri Pelajaran telah Dibagikan di Kota Surabaya

S

ebanyak lima puluh dua orang pemuda-pemudi dari berbagai daerah di Konferens Jawa Kawasan Timur (KJKT) dan sekitarnya datang berkumpul di Kantor KJKT dalam rangka mengikuti pelatihan penginjilan perkotaan pada tanggal 24-27 Maret 2016. Selama empat hari peserta dibekali dengan Firman Tuhan mengenai misi sebagai murid Kristus dan terjun langsung untuk berbaur dengan masyarakat sambil membagikan traktat kesehatan yang telah di persiapkan oleh panitia “GROW and Go.” Ada begitu banyak pengalaman dan kesaksian yang di dapatkan oleh para peserta dalam pelatihan dengan tema “GROW and GO” ini ketika mereka membagikan traktat tersebut. Pada pembukaan acara yaitu tanggal 24 Maret 2016, Pdt. Leonard Mamentu, Sekretaris KJKT, memberikan motivasi dalam penginjilan, kemudian dilanjutkan dengan Mission Awareness untuk penginjilan perkotaan oleh Pdt. J.W.S. Wagiran, Ketua KJKT. Setelah itu diadakan tanya jawab dan ber-

34

Adventist World | Juni 2016

Peserta pelatihan melakukan simulasi dalam berhubungan dengan orang lain sambil menjelaskan isi traktat kesehatan.


bagi pengalaman tentang penginjilan perkotaan oleh Pdt. Leonard Mamentu; Pdt. J.W.S. Wagiran; dan Pdt. Eben Ezer Sembiring, Direktur Pemuda Advent KJKT. Pada hari selanjutnya, Sdri. Pamela Hannie, sebagai narasumber, turut membawa para peserta untuk dapat mengerti tujuan dan misi dari murid-murid Kristus. Lebih dari 20.000 traktat dalam 16 seri pelajaran yang telah dibagikan ke daerah-daerah yang ada di Kota Surabaya. Para peserta belajar bagaimana menyerahkan dan mengandalkan Tuhan dalam membagikan traktat tersebut. Biarlah pengalaman para peserta ini membantu mereka memajukan pekerjaan Tuhan di daerah masing-masing dan semoga traktat yang telah dibagikan dapat mendatangkan jiwa-jiwa datang kepada Tuhan. Untuk melihat video kegiatan ini, silakan mengunjungi website http://AdventKJKT.or.id. n Salah satu peserta pelatihan berbaur dengan masyarakat yang ada di sebuah taman kota melalui traktat kesehatan GROW

—Dilaporkan oleh Tim Komunikasi Konferens Jawa Kawasan Timur.

Retret Jemaat Diponegoro Surabaya Mengenal Allah melalui Alam Ciptaan-Nya

B

ertempat di Canela Resort Nongkojajar, 6-8 Mei 2016. Jemaat Diponegoro Surabaya mengadakan Retret Jemaat dengan tema “Blessed to be a Blessing” dengan tiga seminar yang dibawakan oleh gembala Jemaat dengan judul: Blessed Generation, Blessed to be a Blessing, Entertainment Generation. Berangkat dari Surabaya pada hari Jumat, 6 Mei 2016 pukul 10 pagi dan tiba sekitar satu setengah jam kemudian dilokasi retret. Semua anggota bersukacita mengikuti retret karena bukan hanya mempelajari Firman Tuhan dalam suasana alam ciptaan Tuhan yang indah jauh dari kebisingan kota, dan juga boleh beristirahat dengan nyaman dan tenang menikmati berkat Tuhan. Ketua panitia yaitu Bpk. Wayan bersama bagian acara Sdri. Selvi, Sdr. Ian dan Sdr. Toni berhasil

menyusun acara retret dengan sangat baik. Mulai dari menu makanan yang lezat yang selalu terhidang di meja makan, acara permainan, olahraga, tentu saja semuanya itu untuk mempererat kebersamaan sesama anggota jemaat mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua. Pada hari Minggu siang, peserta retret kembali ke Surabaya dengan membawa berkat rohani dua kali lipat. Terima kasih kepada Tuhan yang sudah memberkati sehingga retret boleh terlaksana dengan baik. Terima kasih juga kepada panitia yang telah bekerja keras, dan semua sponsor yang sudah menggalang dana yang telah dikoordinasikan oleh Bpk. Doni Kalitouw dan pemilik Canela Resort, Bpk. Monang Sidabutar. Tuhan memberkati kita semua. Video kese­ruan retret Jemaat Diponegoro dapat disaksikan pada: https://youtu.be/t7L_bDE7MSk. n —Dilaporkan oleh Pdt. Dale Sompotan, Surabaya.

Juni 2016 | Adventist World

35


dari INDONESIA Workshop Staf Pemuda Advent se-KJKT

P

uji Tuhan atas terlaksananya Workshop Staf Pemuda Advent (PA) se-Konferens Jawa Kawasan Timur (KJKT) yang dilaksanakan pada tanggal 22-24 April 2016 di Canela Resort Nongkojajar Pasuruan. Workshop Staf PA yang mengambil tema “The Youth Awakens” atau “Pemuda Bangkit” diikuti oleh 96 peserta dan panitia mewakili jemaat-jemaat se-KJKT. Sebagai narasumber ada-

Pdtm. Panca Karsum, salah satu narasumber, memaparkan tentang ­pengalaman berhubungan dengan pemuda Advent.

Ukur Tekanan Darah Gratis

G

ereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jemaat Pakusarakan melalui Departemen Pelayanan Perorangan yang dipimpin oleh Daniel Supriyono telah mengadakan program pendekatan kepada masyarakat sekitar perumahan Pakusarakan dan Puri Cipageran Desa Tanimulya Bandung Barat dengan mengadakan pengukuran tekanan darah secara gratis pada hari Minggu pagi. Kegiatan ini telah dimulai pada bulan Februari 2016 di lapangan Tanimulya. Tempat ini dipilih karena setiap hari Minggu pagi selalu penuh dengan kegiatan pasar kaget, sehingga banyak orang yang berkunjung ke tempat tersebut. Bersama tim yang terdiri dari: Dwiyanto, Ketua Jemaat; Juler­man Malau, Ketua Jemaat; Advent Ponconoko, Pemimpin Diakon dan Daniel Supriyono, yang adalah juga merupakan karyawan Rumah Sakit Advent Bandung telah melayani sekitar 30 orang setiap minggunya. Kegiatan ini akan tetap dilaksanakan pada minggu kedua dan keempat setiap bulannya. Semoga melalui kegiatan ini akan banyak orang yang mengenal umat Tuhan di sekitar Pakusarakan, Bandung Barat. n —Dilaporkan oleh Departemen komunikasi GMAHK Pakusarakan.

36

Adventist World | Juni 2016

lah Pdt. R. Wenas, Direktur Pemuda Advent UIKB; Pdt. L. Mamentu, Sekretaris Eksekutif KJKT; Pdt. Eben Sembiring, Direktur Pemuda Advent KJKT dan Pdtm. Panca Karsum, gembala Jemaat Banyuwangi. Workshop tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas kerohanian para pemuda, juga memberikan ide-ide kegiatan PA yang bermanfaat dan menarik bagi peserta. Selain dari para narasumber, para peserta juga berbagi pengalaman antara kelompok-kelompok yang ada dan pada forum umum mereka berbagi ide-ide acara yang baik yang mereka jalankan di jemaat masing-masing. Kendala-kendala yang dihadapi para peserta di jemaat masing-masing dalam menjalankan kegiatan pemuda Advent juga didiskusikan untuk mendapatkan solusinya. Selama kurang lebih tiga hari para peserta diajak untuk menyediakan kegiatan kepemudaan yaitu Reach Up, Reach In dan Reach Out di tempat masing-masing. Semoga dengan workshop ini pelayanan Pemuda Advent di jemaat-jemaat KJKT semakin baik. Untuk melihat video kegiatan ini, silakan mengunjungi website http://AdventKJKT.or.id. n —Dilaporkan oleh Tim Komunikasi Konferens Jawa Kawasan Timur.


Talkshow LGBT dalam Pandangan Kekristenan Menjadikan Pemuda Aktif dalam Pelayanan dan Terhindar dari Pergaulan Buruk

B

elakangan ini Lesbian Gay Biseksual Transgender (LGBT) menjadi berita hangat di Indonesia, berawal dari dilegalkannya LGBT di negara-negara lain, saat ini Indonesia pun mendapatkan permintaan yang sama dari para kaum LGBT yang ada di Indonesia. Apakah tanggapan kita? Bagaimanakah kita menyikapi hal ini? Apakah yang akan dilakukan oleh orang muda Advent untuk menghadapi isu-isu ini? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mendasari Pemuda Advent Gabungan Surabaya wilayah 1 (PAGS1) untuk mengadakan acara dengan tema “LGBT dalam Pandangan Kekristenan� pada Sabat tanggal 12 Maret 2016. Acara yang diadakan di GMAHK Tanjung Anom ini cukup menarik perhatian bukan hanya para orang muda tetapi juga orangtua di Surabaya Gresik dan Sidoarjo sehingga bukan hanya jemaat-jemaat di wilayah 1 saja yang hadir tetapi banyak juga jemaat dari wilayah 2 dan 3 hadir pada acara ini, kurang lebih 150 orang memenuhi bangkubangku GMAHK Tanjung Anom. Tiga orang narasumber dan satu orang tamu didatangkan untuk membahas tema ini yaitu Ibu Susan Debora yang merupakan anggota awam yang bekerja di salah satu perusahaan TV swasta. Ibu yang memiliki dua orang anak ini memberikan pandangan dari sisi cara mengedukasi anak-anak sejak dini dalam memilih acara televisi dan peran orangtua untuk mem-

beri pengertian yang tepat sehubungan dengan isu LGBT. Narasumber yang kedua adalah Aldi (nama samaran) yang memberi kesaksian mengenai kisah hidupnya dahulu saat dia masih terlibat hubungan dengan sesama jenis, tetapi dia sudah bertobat sekarang dan dapat memberikan kesaksian dan pandangannya. Narasumber yang ketiga adalah dr. Ivana Sadjogo, Sp.KJ., adalah dokter di bidang kejiwaan yang membahas dari sisi psikologis seorang LGBT, bagaimana, kenapa dan mengapa orang tersebut memilih kehidupan seperti itu, dan yang terakhir merupakan pembawa kesimpulan dari acara ini adalah Pdt. Tutry Tumangkeng yang merupakan Gembala Jemaat Tanjung Perak yang tentu saja membahas dari sisi kerohanian, bagaimana kita harus selalu dekat dan bersandar kepada Tuhan agar dapat tetap berdiri teguh dalam iman dan kebenaran yang kita pegang. Acara sore itu di tutup dengan renungan tutup sabat yang dibawakan oleh Direktur PA KJKT yaitu Pdt. Eben Ezer Sembiring. Puji Tuhan acara berjalan dengan baik dan lancar. Biarlah melalui acara-acara ini orang muda kita bisa terus aktif dalam pelayanan dan dihindarkan dari pergaulan yang tidak benar. Maju Terus PA KJKT! n —Dilaporkan oleh Tim Komunikasi Konferens Jawa Kawasan Timur.

Student Literature Evangelist Recruiting Sekolah Lanjutan Advent Purwodadi

S

etiap tahun menjelang akan berakhirnya tahun ajaran Sekolah, pada hari Rabu 13 April 2016 Sekolah Lanjutan Advent Purwodadi (SLAPUR) mendapat kunjungan pimpinan dari Departemen Penerbitan: Bapak Pdt. Roy Hutasoit, Associate Direktur Penerbitan UIKB dan Pdt. Albert Saroinsong, Direktur Penerbitan KJKT. Kedua hamba Tuhan ini datang ke SLAPUR untuk memberikan promosi sekaligus pelatihan bagi siswa-siswi Sekolah Lanjutan Advent Purwodadi supaya pada masa liburan nanti menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya menambah nilai dan membawa manfaat melalui bergabung dengan para penginjil literatur. Kegiatan ini selain sangat menolong orangtua, meringankan biaya sekolah dan juga menambah pengalaman terlibat dalam pekerjaan Tuhan melalui bertemu dengan berbagai masyarakat luas. Kegiatan pelatihan dimulai pada pukul 14.30 dan berakhir

Juni 2016 | Adventist World

37


dari INDONESIA pada pukul 17.00. Pendeta Roy Hutasoit dengan begitu semangat memberikan motivasi dan pelatihan kepada siswa-siswi SLAPUR bagaimana menjadi sikap pemenang yaitu memiliki sikap dan cara pandang yang membuat kita berubah sesuai dengan Firman Tuhan yang terdapat dalam Filipi 2:3-8 yaitu: Tidak mencari kepentingan diri sendiri, rendah hati, tidak egois, dan setia sampai tuntas. Dan pelatihan diakhiri dengan beberapa petunjuk dan contoh bagaimana menjadi penginjil literatur yang berhasil. Puji syukur kepada Tuhan pada masa liburan nanti bulan Juni 2016 sudah ada 12 siswa-siswi SLAPUR yang akan mengikuti kegiatan sebagai penginjil literatur. n —Dilaporkan oleh Petrus Souisa Wakasek Humas Sekolah Lanjutan Advent Purwodadi.

Pola Hidup Penginjilan Terpadu GMAHK Bawoleu

P

ada sabat tanggal 2 April 2016 jemaat Bawoleu mengadakan satu kegiatan yang mendukung program Pola Hidup Penginjilan Terpadu (PHPT) melalui acara Sabat tamu, dengan mengundang semua mantan anggota Advent, para simpatisan, maupun anggota keluarga yang bukan Advent. Setiap anggota jemaat turut mengambil bagian dalam membagikan undangan dan yang bertanda tangan pada undangan itu adalah anggota jemaat itu sendiri sehingga para tamu merasa senang dan patut menghadiri acara ini. Ada beberapa kepala desa dari desa tetangga yang menghadiri acara ini. Alhasil, para undangan berduyun-duyun datang ke Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Bawoleu sehingga semua kursi gereja dari depan sampai belakang penuh, gereja terasa sesak dan anggota jemaat harus menempati kursi yang ada di luar gereja serta berdiri di bagian belakang sepanjang acara berlangsung. Seluruh anggota jemaat berbahagia melihat gereja dipenuhi dengan wajah-wajah baru dan mantan anggota jemaat yang telah lama meninggalkan gereja.

38

Adventist World | Juni 2016

Sabat itu dilengkapi dengan sukacita yang luar biasa dan seorang tamu mengatakan bahwa kegiatan ini termasuk “makan bersama sesudah pulang gereja� jarang ditemukan di denominasi lain, hal ini hanya ada di gereja Advent. Tidak hanya itu saja, para tamu lebih bersukacita lagi saat menerima beras gratis dalam kemasan dengan berat bersih 5 dan 10 kg. Puji Tuhan karena kasih-Nya ada dua keluarga yang mengambil keputusan untuk kembali beribadah di Jemaat Advent Bawoleu setelah diadakan kegiatan Sabat tamu ini. Mari kita doakan terus para undangan yang telah hadir pada sabat tamu ini sehingga kesan mereka bukan pada beras gratis saja tetapi pada kasih Kristus yang mendorong anggota gereja Advent Bawoleu melakukan acara Sabat tamu. n —Dilaporkan oleh Pdtm. Steven Tinangon S.ag. Gembala Distrik Tagulandang Utara.


WARTA

GEREJA ADVENT “Lihatlah, Aku Datang Segera�

Bangun dan Berkarya Lomba Olahraga dan Seni Pemuda Advent se-Kabupaten Sangihe

D

istrik Tahuna diramaikan dengan lomba persahabatan olahraga dan seni pemuda Advent se-Sangihe yang dilaksanakan di lapangan olahraga SMP Advent Tahuna. Ketua panitia Delfi Suoth, S.T., M.Si., menyatakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan dengan semangat persaudaraan dalam satu keluarga umat Tuhan ini, adalah baru pertama kali diselenggarakan. Selama dua hari yaitu dari tanggal 5-6 Mei 2016. Adapun jenis-jenis lomba yang diperlombakan yaitu: bola voli putra dan putri, sepak bola mini putra dan putri, sepak takraw, bulu tangkis, tenis meja, bintang vocalia dan pengkhotbah cilik. Sebagai sponsor tunggal kegiatan ini adalah Adithya Baramuli, seorang pengusaha muda sukses asal Sangihe yang bukan anggota gereja Advent, namun senang membantu dan ingin melihat kemajuan daerah asalnya. Ketua Komisi A, DPRD Kabupaten Kepulauan Sangihe Helmut Hontong, S.E., hadir mewakili sponsor kegiatan, menyerahkan secara simbolis kartu peserta lomba dan memukul bola voli sebagai tanda kegiatan dimulai. Setelah kegiatan dibuka, beberapa lomba langsung dimulaikan yaitu: Bola voli, sepak takraw dan tenis meja. Pada malam hari kegiatan dilanjutkan dengan lomba bintang vokalia dan pengkhotbah cilik. Kedua lomba ini sangat menghibur dan menyita perhatian semua hadirin, di mana ternyata Lomba bola kaki mini putri Tamako dan Tabsel. banyak anak-anak yang memiliki talenta yang luar biasa, baik bernyanyi maupun berkhotbah. Besok harinya pertandingan bola kaki mini pria dan wanita dilaksanakan secara serentak dengan menggunakan dua lapangan yaitu untuk pria dan wanita. Dengan pertolongan Tuhan seluruh kegiatan berakhir sesuai rencana yaitu tanggal 6 hari Jumat tepat pukul 12 siang, kemudian dilanjutkan dengan penutupan dan penyerahan hadiah. Helmut Hontong, S.E., juga berkesempatan hadir dalam acara penutupan dan memberikan hadiah handphone kepada dua orang pemain terbaik lomba bola voli putra dan putri. Helmut berharap kegiatan yang sama akan tetap dilaksanakan serta berjanji akan membantu dengan anggaran yang lebih besar. Distrik Lapango berhasil membawa 11 tropi dari 30 tropi yang diperebutkan. Uang tunai serta hadiah juara umum yaitu 1 unit LCD projektor dari sponsor, dan semua peserta kembali ke tempat masing-masing dengan membawa sukacita dalam kebersamaan umat Tuhan. n —Dilaporkan oleh Pdt. Ronny Pelafu S.Ag. Direktur Komunikasi Daerah Misi Nusa Utara (DMNU). Pengkhotbah cilik Smith Suoth

Misi kami adalah untuk meninggikan Yesus Kristus, mempersatukan umat Advent di mana saja dalam iman, misi, kehidupan, dan pengharapan.

Penerbit Indonesia Publishing House (anggota IKAPI Jawa Barat) Jalan Raya Cimindi 72 Bandung, 40184 Ketua Pengarah W. Mandolang Ketua Bidang Usaha S. Manueke Bendahara W. Purba Pemasaran S.P. Rakmeni Pemimpin Redaksi J. Pardede Redaksi Pelaksana Angky Tumbal Desain Isi F. Manurung Tim Redaksi F. Parhusip, F. Ngantung, A. Siahaan Komunikasi Uni D. Panjaitan, Uni Indonesia Kawasan Barat H. Waworuntu, Uni Konferens Indonesia Kawasan Timur Komunikasi Konferens/Daerah/Wilayah M. Tambunan, Sumatera Kawasan Utara P. Hutapea, Sumatera Kawasan Tengah V. J. Sinaga, Sumatera Kawasan Selatan S. Simorangkir, DKI Jakarta dan Sekitarnya A. Naibaho, Jawa Kawasan barat S. Simangunsong, Jawa Kawasan Tengah E. Sembiring, Jawa kawasan Timur D. Kana Djo, Nusa Tenggara W. Tulong, Kalimantan Kawasan Timur B. Simanungkalit, Kalimantan Barat J. Tendean, Minahasa H. Wambrauw, Papua N. Lumoindong, Sulawesi Selatan Ch. Muaya, Sulawesi Tengah R. Pelafu, Nusa Utara D. Supit, Manado I. Lisupadang, Luwu Tana Toraja R. Frans, Minahasa Utara dan Kota Bitung T. Mayai, Papua Barat J. Frans, Bolaang Mongondow dan Gorontalo H. Ramba, Maluku Izin Departemen Penerangan RI No. 1167/SK Ditjen PPG/STT/1987 Alamat Redaksi Jalan Raya Cimindi 72 Bandung, 40184 Telp. (022) 6030392; Fax. (022) 6027784 Email: adventistworld_indonesia@yahoo.co.id Pemasaran Tlp/Fax: 022-86062842 Redaksi menerima naskah berita dan foto sesuai dengan misi majalah ini, maksimal 500 kata. Tim redaksi berhak mengubah tulisan tanpa mengubah isi dan maksud penulis. Berita akan dimuat bilamana dilengkapi dengan nama dan alamat pengirim yang jelas. Naskah tidak akan dikembalikan. Walaupun kami berusaha untuk memasukkan seluruh berita yang masuk, tetapi atas pertimbangan tim redaksi, ada kemungkinan tidak semua naskah berita yang masuk akan dipublikasikan.

Juni 2016 | Adventist World

39


“Bukanlah pangkat duniawi, atau kelahiran, atau kebangsaan, atau hak-hak yang ­berhubungan dengan agama, yang ­membuktikan bahwa kita adalah anggota-anggota keluarga Allah; itu adalah kasih, kasih yang ­merangkul semua umat manusia.” —Ellen G. White Khotbah di Atas Bukit, hlm. 86

ADRA.org | 1.800.424.ADRA (2372)12501 Old Columbia Pike | Silver Spring, MD 20904

16-074 | 04-16 | © 2016 ADRA Intl., Chris LeBrun


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.