IRASAH D MEDP Newsletter Juni 2009
MENGEMBANGKAN MADRASAH
BERBASIS PERENCANAAN DIRASAH
1
DA F T A R I S I
DIRASAH MEDP Newsletter
Alamat: Lantai 8 Blok C 808 Gedung Departemen Agama Jl. Lapangan Banteng Barat no. 3-4 Jakarta Dewan Redaksi: Bahrul Hayat, PhD, Dr. Mohammad Ali, Dr. Affandi Mochtar Pemimpin Umum: Drs. H. Firdaus, M.Pd Pemimpin Redaksi: Dr. Rohmat Mulyana, M.Pd Wakil Pemred: Aceng Abdul Aziz, M.Pd Staf Redaksi: Abdul Rouf, Bekti Indramaji, Ety Herawati, Fifi Mutia, Nina Hasanah, Muhibuddin Konsultan Produksi: PT. Madah Arbata Design: Ahmad Gabriel Ralat: Maaf, pada edisi Mei tertulis Dr. H. Firdaus, M.Pd yang benar adalah Drs. H. Firdaus, M.Pd
4 SALAM REDAKSI
PROGRAM
3
Prioritas Kebutuhan, bukan Keinginan 7 Pengembangan Berbasis Perencanaan 9 Manajemen Pengembangan 11 Panduan Menuju Kemajuan
20 Dana Bantuan Segera Cair 22 MDC Mitra Strategis Madrasah dan Pesantren 24 Angka Putus Sekolah di Madrasah Rendah 25 450 Madrasah Swasta Setuju Dinegerikan 26 Membalik Zaman, MTs Makin Diminati 27 Jeneponto Kekurangan Guru MI
PENGALAMAN
APA SIAPA
12 Buka ‘Praktik‘ 24 Jam
28 Mereka yang di Belakang MEDP
PROFIL
PERSPEKTIF
14 MINU Sutapranan: Ungguli Sekolah Negeri 16 MTs Al-Hidayah Donowarih: Unggul IPTEK, Kokoh IMTAQ 18 MAN 2 Watampone: Tradisi prestasi Membanggakan
31 Dr. Ghulam Farid Malik, Team Leader: Madrasah Sangat Dinamis 33 Danang Tri Prastiyo: Peneliti Muda dari Madrasah
Berbenah dengan Perencanaan
LAPORAN UTAMA 4
12
22
2
9
Juni 2009
LENSA 35 Foto-foto Kegiatan MEDP
31
SAL AM RE DAKSI
Berbenah dengan
Perencanaan
K
ini newsletter Dirasah kembali hadir di hadapan pembaca yang tak lain adalah segenap pemangku MEDP. Kami berterima kasih atas semua tanggapan positif terhadap buletin ini. Itu berarti tujuan penerbitan ini mulai kita rasakan manfaatnya sebagai sarana komunikasi dan interaksi di antara kita. Sarana ini menjadi lebih perlu manakala bulan-bulan ini kita akan memasuki masa-masa penting. Itu karena dana bantuan (blockgrant) akan segera cair ke rekening masing-masing madrasah. Pencairan dana bantuan itu tinggal menunggu waktu saja, karena kami menilai semua infrastruktur MEDP sudah benar-benar siap. Meski begitu, kita masih perlu menekankan kembali pemahaman lebih lengkap tentang program MEDP. Program ini merupakan terobosan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Departemen Agama untuk mendorong pendidikan madrasah agar berbenah diri dengan suatu perencanaan (Madrasah Development Plan/MDP) yang matang. Dari sini diharapkan madrasah secara mandiri mampu mengelola serta
memberikan layanan pendidikan yang lebih baik kepada masyarakat. MEDP program domainnya sangat baru. Sasarannya mencakup seluruh jenjang/satuan pendidikan, dari tingkat dasar sampai menengah. Saat ini hanya diperuntukkan bagi 500 madrasah (MI, MTs, dan MA), tersebar di 27 kabupaten di tiga provinsi. Pada hakekatnya, program ini adalah salah satu bentuk perwujudan dari strategi jangka pendek pengembangan madrasah Ditjen Pendis dalam rangka memperkuat manajemen madrasah. Pelaksanaan program tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap rencana strategi pengembangan madrasah secara menyeluruh yang ditargetkan 25 tahun ke depan. Dalam rencana strategis tersebut, prioritas pengembangan madrasah mencakup beberapa aspek. Antara lain tanggung jawab perencanaan yang didesentralisasikan kepada madrasah dan diversifikasi kelembagaan madrasah dengan menggunakan standar internasional, nasional dan lokal. Dr. Rohmat Mulyana, M.Pd. Manajer Proyek MEDP
DIRASAH
3
LA P O RA N UT A M A
Prioritas Kebutuhan, bukan Keinginan Madrasah wajib menyusun MDP. Isinya program prioritas untuk diusulkan ke MEDP dan sumber-sumber pendanaan lain, seperti pemerintah daerah (APBD), donasi dan peran serta masayarakat.
P
rogram Madrasah Education Development Project (MEDP) anugerah yang tidak pernah dibayangkan oleh para pengelola madrasah. Mereka yang selama ini mengandalkan dana pengembangan dari yayasan dan swadaya masyarakat sekitar, kini mempunyai harapan tinggi dengan MEDP. Bahkan jumlah bantuan blockgrant yang dijanjikan pun mungkin tak pernah mereka duga bisa didapatkan. Letak madrasah yang seringkali jauh dari keramaian kota membuat mereka tak membayangkan bisa mengakses dana berjumlah milyaran rupiah hanya dengan mengajukan proposal Rencana Pengembangan Madrasah (Madrasah Develoment Plan/MDP) secara tepat dan realistis. Dengan dana besar yang dijanjikan tersebut, tak sedikit pengelola madrasah yang menginginkan perubahan kondisi mereka secara drastis. Berbagai rencana telah dibayangkan, mulai dari pembangunan fisik seperti gedung baru, pagar keliling madrasah, taman yang indah serta yang lainnya.
4
Juni 2009
Belum lagi peningkatan sumberdaya manusia (SDM) bagi para tenaga pengajar mereka, hingga pengadaan peralatan peningkatan belajar mulai berupa alat peraga dan semua perlengkapan laboratorium. Keinginan besar para pengelola madrasah tadi menjadi tantangan tersendiri bagi para fasilitator untuk mewujudkannya dalam MDP dengan bagus. Zayyin Alfijihad, falilitator di Nganjuk Jatim, selalu menekankan kepada semua madrasah untuk lebih memperhatikan rencana yang berdampak langsung pada pengembangan madrasah ketimbang yang lainnya. Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini menangani enam madrasah, yaitu MIS Sunan Ampel, MIS Al-Huda Bogo, MTs Al-Khairiyah, MTs Daarul Ulum, MTs Daarul Muta’allimin, Ms Al-Huda Gondang, MtsN Bagor, dan MAS Sunan Kalijaga. Zayyin mencontohkan pada MDP yang diajukan oleh MIS Sunan Ampel. Madrasah ini memang terletak jauh dari keramaian kota. Namun di daerahnya madrasah bisa bersaing
L AP O RAN UTAMA
Siswa MIS Sunan Ampel dalam menjalankan kegiatan belajar di kelas dengan dengan dua SD yang ada di sekitarnya, serta kualitas alumninya pun tidak mengecewakan. Namun dari segi prasarana sekolah, madrasah masih kalah bersaing dengan kedua SD setempat. Zayyin menyebutkan kondisi gedung sekolah hanya 65 persen dari kondisi ideal sebuah madrasah. Belum lagi kondisi alat peraganya yang sangat minim. Awalnya madrasah itu mengajukan MDP untuk pendirian bangunannya yang kurang layak. Karena di MDP diperbolehkan pengajuan dana untuk membangun gedung baru, maka mereka pun menginginkan bangunan lama dirobohkan. Mereka juga berencana membangun pagar keliling dan taman. Namun, menurut Zayyin, hal itu kurang strategis bagi pengembangan madrasah. Gedung
sekolah lama cukup direnovasi. Sementara dana lainnya yang diajukan bisa difokuskan pada peningkatan kualitas seperti pengadaaan berbagai alat peraga. “Kita berdiskusi kira-kira apa kebutuhan prioritas dari madrasah,� jelas Zayyin. Beruntung SDM di MIS Sunan Ampel tak begitu memprihatinkan, 80 persen tenaga pengajar sudah mengantongi ijazah S1. Hanya dua orang yang masih berijazah SMA. Hal ini memudahkan pengembangan SDM. Namun untuk lebih menambah kualitas SDM, dalam MDP yang diajukan, mereka juga meminta program peningkatan SDM dengan berbagai pelatihan pendudukung. Berbeda halnya dengan MIS Mazro’atul Huda Bonang, Demak, Jateng. Menurut Subhan, mantan DIRASAH
5
LA P O R A N UT A M A
Keadaan bangunan MIS Sunan Ampel sebelum direnovasi, tetapi siswa tetap asyik belajar fasilitator yang pernah menangani madrasah ini, kebutuhan SDM madrasah itu sangat memprihatinkan. Sebelum adanya MEDP, hanya kepala madrasahnya yang lulusan S1. Maka peningkatan SDM terasa lebih menjadi prioritas daripada program lainnya. Namun kebutuhan peningkatan lain juga diajukan demi peningkatan kualitas. Subhan yang juga seorang dosen ini pernah mendampingi empat madrasah. Ia mengaku, dalam pendampingan madrasah saat merumuskan MDP, para fasilitator selalu mengintensifkan komunikasi dengan para pemangku madrasah. Selain itu mereka juga harus mengetahui kondisi madrasah secara rinci, 6
Juni 2009
sehingga dapat memahami prioritas yang dibutuhkan madrasah dalam rangka pengembangan. Menurut Wahidin, penasehat Manajemen dan Perencanaan Pendidikan MEDP, setiap fasilitator telah dibekali pelatihan termasuk dalam penyusunan MDP. Mereka dilarang mengajukan MDP yang keluar dari tujuan yang telah ditetapkan Departemen Agama dan ADB. Untuk memandu madrasah dan fasilitator dalam menyusun MDP, CPMU juga telah menerbitkan panduan MDP yang dibagikan ke seluruh madrasah dan fasilitator, berisi rambu-rambu penyusunan MDP. “Jika keluar dari itu dipastikan tidak akan disetujui,� ujar Wahidin.
L AP O RAN UTAMA
Pengembangan
Berbasis Perencanaan
T
ak sedikit madrasah sasaran program MEDP mengeluhkan beratnya mengisi dokumen Rencana Pengembangan Madrasah alias MDP (singkatan dari Madrasah Development Plan). Mereka merasa seakan-akan terpaksa mengisi lembar-lembar MDP yang jumlahnya cukup banyak itu. Mereka sepertinya berpikir, kenapa untuk mendapatkan dana bantuan (blockgrant) yang disediakan pemerintah melalui program MEDP harus bersusah payah menyedi-
akan data sedemikian banyak. Madrasah sasaran program MEDP yang berjumlah 500 — terdiri atas MI 206, MTs 236, dan MA 58 dengan perbandingan madrasah swasta-negeri 9:1 — memang diwajibkan menyusun MDP. Dokumen ini memuat berbagai program prioritas untuk diusulkan kepada pemerintah melalui MEDP dan sumber-sumber pendanaan lain, seperti pemerintah daerah (APBD), donasi, dan peran serta masayarakat.
Para guru ketika mengikuti TOT Pembekalan Pelaksana Sertifikasi Guru PAI di Semarang
DIRASAH
7
LA P O RA N UT A MA Namun, tampaknya belum semua madrasah memahami betul bahwa MEDP merupakan sebuah program inisiasi yang bersifat inovatif dan prioritas bagi madrasah terpilih. Program ini lebih diarahkan untuk merangsang agar madrasah dapat mengembangan diri dengan berbasiskan perencanaan yang dibuat sendiri secara rasional, terurai secara jelas, dan disusun secara sistematis berdasarkan data yang relevan, aktual dan valid. Melalui perencaan yang baik, yang wujudnya tertuang dalam bentuk MDP, madrasah tersebut mampu mengembangkan diri secara lebih baik untuk mencapai tujuannya, terutama dalam menghasilkan siswa bermutu yang diakui setara dengan lulusan sekolah lain, baik tingkat regional, nasional, maupun global. Dengan demikian, pembuatan perencanaan yang berjud MDP bukan sedekar demi pengumpulan data semata, tapi demi kepentingan madrasah. Meskipun pemahaman tentang tujuan MEDP sudah disosialisasikan secara luas, tak sedikit madrasah sasaran program MEDP yang belum juga mampu menyusun MDP secara baik. Alasannya banyak, antara lain keterbatasan sumberdaya manusia yang tersedia. Itu sebabnya, dalam menyusun MDP, pihak madrasah selalu dibantu oleh tenaga fasilitator. Sebelumnya, fasilitator telah dilatih secara profesional. Pelatihan diorientasikan untuk memberikan 8
Juni 2009
pemahaman tentang MEDP dan konsep penyusunan MDP, MBM (Manajemen Berbasis Madrasah), dan mekanisme blockgrant kepada para tenaga pelatih yang telah direkrut dengan seleksi ketat dan memiliki pemahaman yang baik tentang potret pendidikan madrasah. Sekaligus memahami orientasi MEDP dalam upaya peningkatan mutu pendidikan madrasah. Dari sini diharapkan peserta menerapkan pada madrasah sasaran dalam kesempatan kegiatan workshop yang dilaksanakan berikutnya. Dalam workshop, para trainer menyediakan bimbingan intensif kepada pihak madrasah agar dapat menyusun MDP secara rasional sesuai kondisi dan potensi madrasah. Tapi tak cukup hanya dengan itu, karena faktor-faktor psikologis tak jarang mempengaruhi kondisi fasilitator saat mendampingi kalangan madrasah. Itu sebabnya, untuk menyiapkan kondisi lingkungan yang semakin membaik, masih diperlukan berulang kali review (peninjauan ulang) terhadap MDP yang telah dibuat. Melalui proses review yang dilakukan oleh pimpinan MEDP, bahkan oleh pihak ADB, dapat berlangsung dialog-dialog yang membuka wawasan madrasah. Melalui kesiapan yang benar-benar matang inilah, pihak madrasah telah siap berkembang dan mengembangkan dirinya dengan memanfaatkan dana bantuan yang diberikan.
L AP O RAN UTAMA
Manajemen Pengembangan Dengan menajemen pengembangan yang bagus diyakini madrasah akan berkembang secara berkala.
T
idak ada monopoli dalam berprestasi. Namun saat ini seakan timbul stigma bahwa sekolah umum selalu lebih unggul dari madrasah. Penyebabnya antara lain karena minimnya sarana dan prasarana belajar di madrasah ketimbang di sekolah umum. Belum lagi mutu SDM guru madrasah yang dinilai rendah. Apalagi lebih 90 persen madrasah dikelola swasta dengan dana yang dikumpulkan secara swadaya. Namun stigma itu tampaknya bisa sirna. Saat ini eksistensi madrasah terus menunjukkan
peningkatan sangat berarti. MEDP menjadi salah satu katalisator untuk meningkatkan kualitas madrasah, walaupun program ini baru difokuskan ke 500 madrasah. Manajeman madrasah menjadi salah satu fokus utama pengembangan MEDP. Dengan menajemen pengembangan yang bagus diyakini madrasah akan berkembang secara berkala. Pembangunan kualitas madrasah dari tahun ke tahun akan lebih terarah menuju tujuan yang diinginkan. Perencanaan Pengembangan Madrasah (Madrasah Development Plan/MDP) yang disusun pihak madrasah dalam program MEDP ini selain menginventariDIRASAH
9
LA P O RA N UT A MA Dalam dokumen MDP-nya, madrasah harus mempunyai perencanaan program dan pembiayaan yang efektif dan efisien. sir berbagai kebutuhan yang ada, juga disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan yang berjenjang setiap tahun. Diantara yang harus dimuat dengan jelas dalam MDP adalah Target Pengembangan Jangka Panjang (TPJP) dan Target Pengembangan Tahunan (TPH). Dengan target yang jelas, kebutuhan yang diperlukan juga bisa lebih jelas. Sehingga hal ini akan meminimalisir bantuan yang sebenarnya tak sesuai target. Syarifiah Zainuddin, salah seorang fasilitator dari kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan, menyatakan bahwa pihaknya bersama sekolah selalu memperhatikan target dalam menyusun kebutuhan yang akan dicantumkan dalam MDP untuk pengembangan sekolah. Dia memberi contoh, misalnya dia bersama sekolah telah menentukan target pengembangan selama lima tahun ke depan. Bentuk pengembangan itu mereka jabarkan dalam berbagai kebutuhan demi mencapai target yang telah dicanangkan. Penjabaran program pengembangannya bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk. Syarifiah mengambil contoh MTsS Ihya’ Ulumuddin di Desa Tombolo, 10
Juni 2009
Kecamatan Gantarangkeke, salah satu madrasah yang didampinginya. Sekolah ini menargetkan pengembangan kemampuan siswa dalam hal penelitian. Maka diajukanlah permohonan dana pengadaan laboratoium IPA dan IPS. Guna bersaing di era modern, diajukannlah pengadaan laboratorium komputer. Dalam MDP-nya, menurut Syarifiah, MTsS Ihya’ Ulumuddin mengajukan dana Rp 700-an juta. Hal senada juga disampaikan Zayyin Alfijihad, fasilitator yang menangani enam madrasah di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Dia selalu menekankan rencana yang dituangkan dalam MDP memang harus sesuai dengan target. Jangan sampai rencana yang telah dituangkan tidak mempunyai arti strategis dalam mendorong madrasah guna mencapai target yang diinginkan. Target merupakam hal pokok pertama yang dirumuskan dalam menyusun semua rencana kebutuhan dalam MDP. Abdul Rouf, Project Secretary dari program MEDP, juga menekankan agar komponen yang diajukan mencerminkan target yang telah dicanangkan dalam madrasah. Memang dalam penyusunan MDP, madrasah ditekankan harus mempunyai perencanaan program dan pembiayaan yang efektif dan efisien. Dengan demikian, pembiayaan yang akan diberikan tidak sia-sia.
L AP O RAN UTAMA
Panduan
Menuju Kemajuan
D
alam Madrasah Education Development Project (MEDP), Departemen Agama dan Asian Development Bank (ADB) menekankan perencanaan baik, sistematis dan terarah kepada semua madrasah. Oleh karena itu mereka mengharuskan semua madrasah membuat rencana pengembangan madrasah (Madrasah Development Plan). Untuk memudahkan madrasah membuat perencanaan, CPMU menerbitkan buku Panduan MDP. Dalam buku setebal 68 halaman ini panduan yang disajikan bukan hanya dalam bentuk normatif saja. Namun juga petunjuk teknis pengisian MDP yang akan diajukan dalam program MEDP. Hal ini terlihat jelas dalam lembar kerja (worksheet) yang disajikan dalam buku MDP. Selain lembar kerja juga terdapat berbagai tabel yang disajikan untuk memudahkan sekolah dalam
menyusun administrasi sekolah. Sehingga dengan berbagai tabel yang dicontohkan madrasah dapat menyajikan data madrasah dengan rapi dan mudah dimengeri oleh pihak lain. Baik itu oleh masyarakat luas maupun oleh penyelenggara program MEDP. Dengan MDP, madrasah dapat mengisi berbagai tabel yang dikerjakan dengan program Excel secara lebih mudah. Contoh tabel yang ditunjukkan dalam buku MDP diantaranya rencana pembiayaan pengembangan sekolah, data madrasah, daftar prasarana yang dimiliki madrasah dan lainnya. Bagi penyelengara MEDP, data sekolah sangat membantu untuk menentukan jumlah bantuan yang akan diberikan kepada madrasah. Dengan data lengkap CPMU dapat mengetahui jumlah kebutuhan riil madrasah yang bisa dibantu. DIRASAH
11
P EN G A L A M A N
Buka ‘Praktik’ 24 Jam Pengalaman konon guru paling baik. Kisah fasilitator MEDP berikut ini memberi kita gambaran kondisi madrasah saat ini, dan bagaimana programprogram dijalankan di sana.
I
nilah kesempatan untuk mengabdi. Kata itulah yang ditanamkan Siti Syahro pada dirinya saat pertama menandatangani kontrak menjadi fasilitator program MEDP, Juni tahun lalu. Ibu dua anak ini mendampingi empat madrasah yang terletak di tiga kecamatan yang berbeda di wilayah Rembang, Jawa Tengah. Letak keempat madrasah yang ditanganinya berjauhan satu sama lain, serta sulit terjangkau sarana tranportasi. Keempatnya adalah Madrasah 12
Juni 2009
Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah Daarul Huda Kecamantan Pamotang, Madrasah Tsanawiyah Gunem Kecamatan Gunem, serta Madrasah Aliyah YSPIS di desa Gandrirojo yang jauh dari kota Kecamatan Sedan. Syahro bahkan tak bertempat tinggal di ketiga kecamatan tersebut, sehingga perjalanan yang ditempuhnya dengan sepeda motor untuk membina keempat madrasah cukup berat. Perjalanan semakin bertambah berat mengingat pada awal menjadi fasilitator dia tengah mengandung anak kedua. “Beruntung saya tidak melahirkan di jalan,” canda Syahro kepada Dirasah. Menjadi fasilitaor, menurutnya, penuh lika-liku perjuangan yang
P EN GALAMAN mengharukan. Dia mencontohkan, dalam menyusun MDP atau rencana pengembangan madrasah, semua yang didampinginya selalu mengerjakannya dengan tenggat waktu mepet. Bahkan sampai kunjungannya yang keempat ke madrasah-madrasah itu, rancangan dasar kebutuhan MDP yang akan diajukan belum juga terlihat. Namun dia memaklumi, itu terjadi karena sumberdaya manusia (SDM) madrasah memang sangat terbatas. Bahkan penyusuan MDP untuk MIS Daarul Huda harus dikerjakan oleh MTsS Daarul Huda karena kurangnya SDM di sana. Mereka pun belum akrab dengan software komputer MS Excel yang digunakannya dalam penyusunan MDP. Pengabdian Syahro untuk MEDP juga dibuktikan ketika dia bersedia menerima para pengurus madrasah kapan saja. Pada Ramadhan lalu,
misalnya. Semula pengurus sekolah berjanji datang kepadanya untuk konsultasi seusai shalat tarawih, namun setelah ditunggu, mereka tak datang juga. Malah mereka datang pukul satu dini hari. Maka pembicaraan pun berlangsung sampai waktu sahur tiba. “Ya seperti buka praktik 24 jam,� ujar Syahro sambil tertawa. Sebagai fasilitator, Syahro tertantang untuk turut memberikan pengabdian pada madrasah. Apalagi saat ini kondisi MTsS Gunem yang didampinginya cukup memprihatinkan. Jumlah siswanya terus menurun. Bahkan salah satu ruang kelas terpaksa kosong dan digunakan sebagai sarang burung walet. “Saya berharap, dengan program ini bisa membuat madrasah bisa lebih bersaing,� tambah Syahro. Jumlah siswanya bisa kembali bertambah seperti sebelumnya.
DIRASAH
13
PROFIL
MINU 01 Sutapranan
UNGGULI SEKOLAH NEGERI
M
itos bahwa madrasah kalah dari sekolah umum, terutama sekolah negeri, ternyata tak berlaku bagi Madrasah Ibtidaiyah NU 01 Sutapranan yang terletak di Jl. KH. Abu Suud No. 1 Desa Sutrapranan Kecamatan Dukuh Turi Kabupaten Tegal. Di madrasah yang berdiri pada 1973 ini, untuk tahun ajaran 2008/2009, tercatat peserta didik berjumlah 354 anak, terbagi dalam 12 kelas. Jumlah ini jauh lebih banyak dari murid di sekolah dasar negeri di Desa Sutrapananan. Seperti dijelaskan oleh Tofuro, Kepala Madrasah, “Jika madrasah kami misalnya mendapatkan murid baru 90 orang, SD negeri di desa ini kadang mendapat murid tak lebih dari seperenamnya.� Bahkan, di SD negeri tersebut pernah dicoba beberapa kali didatangkan kepala sekolah teladan. Ternyata, hasilnya 14
Juni 2009
sama: masyarakat lebih berminat menyekolahkan anak-anak mereka di MINU 01 Sutapranan. Apa rahasia di balik ini semua? Ia menjelaskan, salah satu hal yang sangat berperan adalah persepsi masyarakat bahwa Madrasah Ibtidaiyah NU 01 Sutapranan merupakan madrasah berprestasi, baik dari sisi akademis maupun sisi non-akademis. Tercatat siswa madrasah ini pernah meraih juara perlombaan, seperti lomba matematika, baik tingkat kabupaten maupun karisidenan. Kualitas sekolah ini juga telah diakui oleh Badan Standar Nasional Pendidikan yang telah melakukan akreditasi dan memberi nilai B+ (direncanakan, akreditasi berikutnya akan diselenggarakan pada Juli 2009). Di luar itu, faktor yang tak kalah penting adalah doa dan restu sesepuh di Desa Sutapranan. Di desa ini, terdapat dua orang kyai
PROF I L yang sangat berpengaruh, yaitu KH. Salim dan KH. Muhammad, yang tak pernah lelah mendukung perkembangan Madrasah Ibtidaiyah NU 01 Sutapranan, dan senantiasa menganjurkan warga di Desa Sutapranan dan desa sekitarnya agar menyekolahkan anak-anak mereka di madrasah ini. Kebetulan, masyarakat di Desa Sutapranan – sentra produksi batu bata – merupakan masyarakat yang agamis dengan tingkat kepatuhan pada kyai yang tergolong tinggi. Madrasah ini memang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sekolah umum – termasuk SD negeri. Di sini, murid-murid mendapatkan pelajaran agama yang lebih banyak dan dalam. Mereka juga mendapatkan bimbingan praktik ibadah yang lebih intensif. Ini, tentu saja memberikan ketenangan dan sesuai dengan harapan orang tua yang menginginkan anak-anak mereka tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang shalih. Di luar itu semua, berbagai terobosan pada tataran manajemen internal juga dilakukan, sehingga membuat madrasah ini solid dan bisa menelurkan berbagai prestasi. Kedisiplinan benar-benar ditegakkan. Di madrasah ini sudah menjadi tradisi, jam 7 pas baik guru dan murid sudah masuk kelas untuk memulai proses belajar mengajar. Kemudian, dikembangkan corak kepemimpinan yang memungkinkan berbagai komponen madrasah bisa berdampingan dan bekerjasama
secara harmonis. Keharmonisan ini, menurut Tofuri, berpengaruh positif terhadap semangat kerja para guru. Kiat lain yang dilakukan adalah terus-menerus meningkatkan profesionalitas guru, seperti melalui MGMP, KKG maupun supervisi dari Kepala Madrasah. Saat ini, 8 guru madrasah ini telah mencapai gelar sarjana, sementara 3 orang sedang kuliah. Seorang guru telah lulus sertifikasi, dan 3 orang yang sedang mengikuti proses sertifikasi. Semua upaya peningkatan profesionalitas ini, tentu saja berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan guru. Cara lain: mengumpulkan dana dari donatur untuk menambah honor guru! Pendekatan spiritual juga dilakukan untuk meningkatkan moralitas guru. Setiap bulan, diselenggarakan pengajian untuk para guru: pada momen ini, kyai sepuh di Desa Sutapranan memberikan arahan yang menyejukkan, yang antara lain menegaskan bahwa honor yang kecil jika merupakan hasil kerja yang ikhlas dan serius, pasti membawa berkah. Dan Allahpun Maha Adil, pasti ada rizki bagi para guru dari jalan lain. Ke depan, seperti dinyatakan oleh Kepala Madrasah, Tofuri, madrasah ini tak berhenti untuk memperbaiki diri. Ia bermimpi madrasah yang dia pimpin ini bisa terus maju hingga menjadi madrasah bertaraf nasional. Mudah-mudahan, sentuhan MEDP bisa mempercepat perwujudan mimpi ini! DIRASAH
15
PROFIL
MTs Al-Hidayah Donowarih
UNGGUL IPTEK, KOKOH IMTAQ
M
adrasah Tsanawiyah AlHidayah termasuk salah satu sekolah favorit di Malang, daerah yang dikenal sebagai kota pendidikan. Gedungnya tiga lantai berdiri indah di tengah-tengah desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang Jawa Timur. Halamannya yang luas, dengan pohonpohonnya yang asri, membuat para siswa betah belajar di sana. MTs Al-Hidayah didirikan oleh Kyai Ismail bin Raden Pakunegoro pada 1983. Tokoh yang lahir pada tahun 1901 di Demak, Jawa Tengah, ini dengan tekun mengembangkan madrasah itu dari tahun ke tahun, sehingga kini MTs Al16
Juni 2009
Hidayah memperoleh akreditasi “A� yang berarti sekolah unggul. Tak heran bila banyak orang tua mendaftarkan anaknya sebagai siswa di sana setiap tahun ajaran baru. Penerimaan siswa setiap tahunnya membludak. Yang menjadi magnet tentu bukan sekedar gedungnya yang tampak megah untuk daerah setempat. Namun, kualitas lulusan MTs Al-Hidayah ternyata dapat diandalkan serta memberi jaminan mutu. Sejumlah alumninya tak sedikit yang berhasil meraih prestasi membanggakan, terutama karena mampu memperoleh nilai UAN di atas rata-rata. Untuk mencapai prestasi terse-
PROF I L but, pimpinan MTs Al-Hidayah terus mengembangkan SDM, terutama para guru dan staf manajemen madrasah. Di madrasah ini terdapat lebih dari 30 orang guru tetap yang berkompeten di bidangnya, dibantu oleh sejumlah staf. Latar belakang pendidikan S1 dan S2 para guru juga beragam. Mereka berasal dari sejumlah perguruan tinggi terkemuka seperti UM, UMM, UIN Maulana Malik Ibrahim, STIT, UNISMA, IKIP Budi Utomo. Dan tercatat sebanyak 90 persen guru-guru itu telah lulus sertifikasi. Dalam menjalankan tugas belajar-mengajar, para guru MTs Al-Hidayah Donowarih ditunjang dengan fasilitas pembelajaran yang memadai, berupa gedung maupun laboratorium dan alat peraga. Di gedung berlantai 3 itu, terdapat laboratorium komputer, jaringan Internet online, laboratorium bahasa, perpustakaan digital, laboratorium IPA, fasilitas pembelajaran audio visual, kelas multimedia, klinik edukasi, dan juga asrama. Selain itu, di madrasah ini juga tersedia fasilitas olahraga. Dan bagi siswa siswi berprestasi tersedia kelas unggulan. Sejak semula, pendirian madrasah Al-Hidayah dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta ilmu Agama Islam di Indonesia. Visinya ditetapkan, “sebagai lembaga yang berprestasi
di bidang Iptek, unggul dalam Imtaq.� Untuk mencapat visi itu, ditetapkan sejumlah misi. Di antara misinya adalah melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, kreatif sehingga siswa berkembang secara optimal, memahami nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan potensi yang dimiliki. Misi lainnya adalah menumbuhkan semangat belajar seluruh siswa yang berorentasi pada hasil, menekankan pemahaman, penghayatan secara komprehensif dalam berfikir dan bertindak sebagai dampak dari pemahaman, dan penghayatan pengetahuan serta ketrampilan. Pihak madrasah juga senantiasa membantu guru dalam meningkatkan pengembangan kurikulum berorentasi pada proses pembelajaran yang dinamis, dan kondusif bagi pembentukan serta pencapaian kompetensi siswa; menumbuhkan ketaatan siswa terhadap ajaran agama yang dianut sebagai kunci dalam peningkatan keimanan dan ketaqwaan serta moral budi pekerti yang luhur. Selain itu, MTs Al-Hidayah berupaya membekali siswa dengan keterampilan hidup yang mengarah pada penguasaan pendidikan dan kebudayaan, serta menumbuhkan semangat kekeluargaan pada sekolah serta pendekatan menyeluruh dan kemitraan terhadap seluruh komponen sosial dan masyarakat. DIRASAH
17
PROFIL
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2
WATAMPONE
Tradisi Berprestasi Membanggakan
M
adrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, termasuk beruntung. Dialah salah satu madrasah yang terpilih masuk program Madrasah Education Development Project (MEDP). Padahal dari 500 madrasah yang menjadi sasaran MEDP, sebagian besar didominasi oleh madrasah swasta. Bahkan jumlah MAN yang menjadi sasaran program hanya berjumlah enam madrasah saja. Tentunya terpilihnya MAN 2 Watampone dalam program MEDP mempunyai alasan yang kuat. Menurut Kepala Madrasah Ali Yafid S.Ag M.Pd, MAN 2 Watampone memang layak mendapatkan 18
Juni 2009
kesempatan masuk program MEDP. Sebab dari sisi sarana dan prasarana, madrasah ini banyak mengandalkan bangunan yang telah berumur lama. Madrasah yang merupakan reinkarnasi dari Pendidikan Guru Agama (PGA) itu memang masih mengandalkan bangunan lama warisan PGA. Sehingga dari segi fisik MAN 2 Watampone sudah layak untuk mendapatkan pembaharuan. Diharapkan dengan begitu, ia bisa mengundang calon siswa untuk melanjutkan sekolah di madrasah tersebut. Kata Ali Yafid, beberapa tahun lalu minat siswa melanjutkan sekolah di MAN 2 Watampone memang terus berkurang. Apalagi lokasi madrasah yang terletak di jalan Yos Sudarso Kecamatan Tanete Riatang kurang strategis, karena masih memerlukan beberapa kali naik angkutan untuk sampai di lokasi sekolah. Soal transportasi memang menjadi hambatan tersendiri bagi kemajuan madrasah milik pemerintah ini. Namun, bila mutu
PROF I L madrasah dari berbagai sisinya mulai dari kurikulum hingga fasilitas belajar-mengajar dan gurunya dibenahi, tetap diyakini madrasah ini akan menjadi tujuan bagi para siswa baru. Sesungguhnyam dari sisi akademik MAN 2 Watampone mempunyai tradisi prestasi yang cukup membanggakan. Salah satunya dibuktikan dengan tingkat prosentase kelulusan yang sangat tinggi dari tahun ke tahun. Seperti yang dibuktikan pada 2009 ini dimana semua siswanya lulus dari ujian nasional (UN). “Tidak semua sekolah bisa meluluskan siswanya sebanyak 100 persen,� ujar Ali Yafid yang sarjana master di bidang pendidikan. Bukan hanya dari sisi akademik, dari sisi kegiatan ekstra kurikuler pun MAN 2 Watampone mempunyai prestasi yang cukup
membanggakan. Seperti yang dibuktikan tim Palang Merah Remaja (PMR) madrasah tersebut. Mereka beberapa kali menuai prestasi. Bahkan dalam tingkat nasional. “Tim PMR kami pernah dikirim ke Jawa untuk mengikuti kegiatan berskala nasional,� tambah Ali bangga. Dengan terlibat dalam MEDP, Ali Yafid berharap MAN 2 Watampone dapat lebih berkembang dan dapat mengundang lebih banyak calon siswa untuk melanjutkan pendidikannya. Dia yakin, dengan bantuan dari MEDP, berbagai sarana akan semakin dapat dilengkapi, terutama sarana perpustakaan dan lain-lainnya sebagaimana telah diusulkan di MDP. Hal ini akan mendorong prestasi siswa lebih besar lagi.
DIRASAH
19
P R O G RA M
Dana Bantuan Segera Cair
Dana bantuan atau blockgrant yang dinanti-nantikan akan segera cair dalam satu tahap setiap tahunnya, mulai dari 2009 sampai 2012.
M
anajer Proyek MEDP Dr Rohmat Mulyana, M.Pd meyakinkan, pada akhir bulan Agustus ini, dana bantuan (blockgrant) MEDP akan cair. Kepastian itu diperoleh Dirasah saat menemuinya usai acara pertemuan Tim Review MDP di Malang, Jawa Timur, Senin 8 Juni 2009. Menurut Rohmat, dana bantuan yang dinanti-nantikan tersebut akan cair dalam satu tahap setiap tahunnya mulai dari tahun 2009 20
Juni 2009
Dr Rohmat Mulyana, M.Pd
sampai 2012. Dana bantuan untuk setiap madrasah berbeda-beda sesuai dengan rancangan pengembangan madrasah (MDP) yang
PROGRAM telah mereka buat. Dana tersebut akan digunakan untuk perbaikan fisik, peningkatan SDM, perbaikan KTSP, hingga peningkatan mutu lulusan. Proses pembuatan MDP sejak dari perencanaannya hingga review terhadap MDP itu, yang dilakukan berulang-ulang, juga telah tuntas dilaksanakan di tingkat madrasah hingga pusat. Menurut Rohmat, dana bantuan proyek tersebut bersumber dari dana pinjaman (loan) Asian Development Bank (ADB) sebesar 350.000 dollar. Sementara dana dari APBN merupakan dana pendampingan. Pihaknya telah memilih 500 madrasah [MI (206), MTs (236), dan MA (58)] berdasarkan kemiskinan masyarakat, yang tersebar di 27 kabupaten di tiga provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Proses seleksi didasarkan kepada tingkat kemiskinan siswa, besar-kecilnya madrasah, kualifikasi guru, serta kondisi geografis madrasah tersebut. Ketiga wilayah dapat mewakili kriteria tersebut. Dalam kunjungannya ke Malang Jawa Timur, tim review dari ADB melihat perkembangan sampai sejauh mana program MEDP ini berjalan, serta kesulitan apa saja yang dihadapi oleh pihak sekolah. Acara serupa berlangsung di beberapa daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Salah satu keluhan yang seringkali diajukan oleh pihak sekolah
adalah kapan dana bantuan tersebut akan dicairkan karena pihak madrasah sudah tidak sabar menunggu pencairan dana tersebut. Pihak Madrasah mengaku, selama ini hanya diberikan janji realisasi dana. Padahal, menurut mereka, untuk mendapatkan program MEDP ini pihak madrasah telah mencurahkan segenap waktu dan pikiran. Selama ini pihak madrasah sasaran program memang sudah rutin mendapatkan pembinaan persiapan oleh fasilitator program. “Untuk itu tim review datang untuk melihat sampai sejauh mana program ini berjalan. Tim reviw ini melakukan kunjungan rutin setiap enam bulan sekali,� beber Rohmat. Setiap tim review berkunjung, maka selalu ada perbaikan MDP yang dibuat, kemudian akan direvisi kembali oleh mereka. Dalam pembuatan revisi inilah pihak madrasah didampingi oleh fasilitator. Selain memberikan pendampingan, fasilitator juga memberikan masukan dan membantu di pembuatan MDP. Selama pencairan belum terealisasikan, banyak madrasah yang mendanai dulu beberapa program MDP yang sudah mereka buat. Misalnya, untuk pengembangan SDM melalui pelatihan, karena merasa terlalu lama menunggu pencairan dana bantuan, akhirnya pihak madrasah mendanai dulu sendiri kegiatan tersebut. Untuk itu realisasi pencairan dana sangatlah ditunggu-tunggu oleh pihak madrasah. (nana) DIRASAH
21
P R O G RA M
MDC Mitra Strategis Madrasah & Pesantren
MDC diperankan sebagai mitra bagi para pemangku peminat peningkatan mutu pendidikan madrasah dan mengembangkan program-program yang sejalan
M
adrasah-madrasah di daerah kini dipacu untuk meningkatkan mutu, sehingga dapat berkompetisi, baik di tingkat lokal maupun global. Salah satu caranya adalah melalui pengembangan budaya kreatif dan dukungan terhadap gagasan-gagasan cerdas untuk peningkatan mutu. Departemen Agama RI memfasilitasi upaya tersebut melalui pembentukan Madrasah Develop22
Juni 2009
ment Centre (MDC) atau Pusat Pengembangan Madrasah. Secara strategis, lembaga ini lahir sebagai jawaban terhadap peningkatan kualitas madrasah dan pondok pesantren. Dalam pelaksanaannya, MDC diperankan sebagai mitra bagi para pemangku (stakeholders) yang berminat meningkatkan mutu pendidikan madrasah dan mengembangkan programprogram yang sejalan. MDC berposisi sebagai lembaga pemikir semiotonom dan nonstruktural di bawah lingkungan Kanwil Depag setempat. Tugas utamanya menjalankan fungsi penelitian dan pengembangan untuk peningkatan
PROGRAM kualitas madrasah dan pesantren. Seperti diungkapkan oleh Wildan Hasan Syadlili, Sekretaris CPMU MEDP, lembaga ini dimaksudkan untuk menawarkan model paradigma pendidikan madrasah yang berorientasi pada terwujudnya masyarakat madani melalui upaya membangun budaya kreatif dan inovatif serta membantu mengembangkan eksperimentasi pendidikan madrasah dan pesantren di daerah itu. Dalam menjalankan perannya, MDC diperlengkapi dengan perangkat kelembagaan, program dan sumber daya manusia berkualitas berupa excellent team, supervisor, dan konsultan ahli pendidikan yang qualified dan berpengalaman. Melalui modal itu, MDC menetapkan visi berupa, “Madrasah dan pesantren sebagai lembaga yang berkualitas, mandiri dan unggul.� Sementara misinya, antara lain, merumuskan konsep dan aplikasi tentang pengembangan guru dan tenaga kependidikan yang berkualitas untuk madrasah dan pesantren; merumuskan konsep dan aplikasi tentang pengembangan kurikulum; serta supervisi untuk peningkatan kualitas madrasah dan pesantren. Selain itu, MDC juga memiliki misi untuk merumuskan konsep dan aplikasi tentang pengembangan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat serta kesiswaan untuk peningkatan kualitas madrasah dan pesantren.
Untuk mengembangkan MDC, strategi yang ditempuh adalah dengan menetapkan segmentasi prioritas sasaran. Segmentasi prioritas sasaran pada level konteks adalah pengembangan kurikulum madrasah dan pesantren yang berciri khas ke-Islaman, termasuk supervisi dan akreditasi. Segmentasi prirotas lainnya adalah pembinaan kelembagaan MDC, baik dari segi pengelolaan, kelembagaan, dan personalia; peningkatan koordinasi dan keterlibatan intelektual, cendekiawan, LSM yang peduli pendidikan, madrasah dan pesantren. Dengan luas dan kompleksnya tugas fungsi dan strategi pengelolaan dan tanggungjawab yang harus diembannya, maka tentu saja MDC harus ditunjang oleh suatu bentuk organisasi formal yang kuat. Hingga saat ini, MDC telah menyelenggarakan beberapa kegiatan. Antara lain Training of Trainer (TOT) pembuatan dan pemanfaatan media pembelajaran MIPA bagi guru pamong KKG MI. Kemudian, MDC bekerja sama dengan Learning Assistance Program for Islamic School (LAPIS) AusAID. Selanjutnya MDC menerbitan buku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Konsep dan Implementasinya di Madrasah bekerjasama dengan penerbit Pilar Media Jogjakarta. Dan yang tak kalah penting, MDC menjadi mitra utama MEDP. DIRASAH
23
P R O G RA M
Angka Putus Sekolah di Madrasah Rendah
A
ngka putus sekolah madrasah relatif rendah dibandingkan dengan angka putus sekolah nasional. Sebab, biaya sekolah di madrasah relatif murah. Fakta tersebut setidaknya terungkap di Sukabumi, Jawa Barat, yang menandakan tingginya minat masyarakat terhadap madrasah. Direktur Pendidikan Madrasah Departemen Agama Drs. Firdaus B. M.Pd mengatakan, secara nasional, angka putus sekolah siswa madrasah 0,6 persen. Jumlah seluruh anak yang putus sekolah 4 juta siswa. “Di Sukabumi angka putus sekolah madrasah di bawah angka nasional. Ini karena lokasi madrasah mudah dijangku dan biayanya relatif murah,� ujar Firdaus. Direktur Pendidikan Medrasah Depag berada di Sukabumi, untuk menghadiri acara peresmian Madrasah Al Hidayah, yang pembangunannya didanai Pemerintah Australia, Selasa (26/6/2009). Hadir dalam peresmian itu Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Australia Fiona Hoggart. Firdaus menambahkan, dulu madrasah kurang mendapat perhatian karena masuk dalam Departemen Agama, yang anggarannya terbatas. 24
Juni 2009
Namun, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kemudian memasukkan madrasah ke Departemen Pendidikan sehingga anggarannya setara dengan sekolah umum. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi Sopian Jamil menyambut baik bantuan Pemerintah Australia dalam membangun Madrash Al Hidayah. Madrasah ini dibangun di lahan seluas 956 meter persegi, terdiri dari 6 ruang kelas, 1 perpustakaan, 1 laboratorium ilmu pengetahuan alam, dan 2 toilet. Pembangunan ini menghabiskan dana Rp 1,05 miliar.
PROGRAM
450 Madrasah Swasta Sudah Setuju Dinegerikan
D
epartemen Agama (Depag) mengajukan penegerian sekitar 450 madrasah swasta, baik Madrasah Ibtidaiyah/MI (setingkat SD), Madrasah Tsanawiyah/MTs (SMP) maupun Madrasah Aliyah/ MA (SMA). “Kami sudah tanyakan lagi ke pengelolanya apakah keputusan tersebut sudah dipikirkan karena dengan dinegerikan maka sebuah madrasah swasta akan sepenuhnya menjadi milik negara, sementara pengelola sebelumnya hanya jadi penonton yang baik,� kata Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni di Jakarta, awal Juni lalu. Depag, lanjut Menag, juga telah memberi pilihan lain bahwa dengan tetap mengelola madrasahnya secara swasta, mereka tetap bisa meminta bantuan kepada pemerintah. Hal tersebut perlu disampaikan dengan tegas agar tidak timbul permasalahan atau permasalahan di kemudian hari. Saat ini tercatat sekitar 23 ribu MI, 13 ribu MTs dan 5.000 MA di Indonesia. Dari keseluruhan madrasah ini, menurut Menag, hanya delapan persen yang merupakan madrasah negeri atau di bawah pengelolaan pemerintah, sementara
92 persennya didirikan dan dikelola oleh orang per orang atau yayasan secara swasta. Sementara itu, Sekjen Depag Bahrul Hayat, menambahkan, dengan dinegerikannya sebuah madrasah, maka berarti si pengelola menghibahkan madrasahnya itu kepada negara, sehingga tidak ada lagi keterikatan madrasah tersebut dengan pengelolanya. “Umumnya para pengelola itu merasa lelah mengurus biaya operasionalnya, dan dari pada dibiarkan mati lalu diberikan kepada negara,� katanya sambil menambahkan bahwa Depag tak memberi imbalan apa pun kepada pendiri dan pengelola madrasah sebelumnya. Pengelolaan madrasah swasta selama ini tak sedikit yang mengandalkan pendanaannya dari bantuan masyarakat. Hal itu dirasakan cukup memberatkan pengelolanya. Bahrul menegaskan, tahun ini telah diajukan 450 madrasah swasta untuk dinegerikan dan sekitar 270 sudah disetujui oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) Taufik Effendi. Tahap selanjutnya, kata dia, pihaknya akan mengisi madrasah tersebut dengan guru-guru negeri dan membiayai perbaikan madrasah tersebut. DIRASAH
25
P R O G RA M
Membalik Zaman,
MTs Makin Diminati
S
ekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) dulu selalu terpinggirkan dan banyak tidak diminati dengan alasan kuno, ndesa, tertutup, berdaya saing rendah dan sebagainya. Tapi kini seiring perkembangan zaman dengan kurikulum yang sama seperti SMP dengan nilai tambah volume lebih, yakni dalam bidang pendidikan agama dan diperkuat bahasa Arab serta bahasa Inggris, MTs pun kebanjiran siswa. Seolah membalik zaman, MTs makin diminati karena juga terbuka. Seni karawitan dan band yang dulu dianggap tabu, kini masuk MTs. Begitu juga fasilitas lainnya seperti internet menghiasi ruangan-ruangan SMP bercirikan Islam yang lebih dikenal MTs. Demikian diungkapkan Kepala MTs Negeri Tempel Drs Rudi Astomo SPdI MPdI didampingi Humas 26
Juni 2009
Muh Warsun SAg di sela-sela lomba mewarnai dan melukis dalam rangka Hari Pendidikan Nasional di sekolah setempat Jl Magelang Km 17 Tempel Sleman, Jateng. Alasan lain para orangtua memilih sekolah berbasis agama tersebut, karena menginginkan anaknya menguasai ilmu dunia sekaligus ilmu akherat. Para orangtua menjatuhkan pilihan ke MTs agar anaknya terjaga dari kenakalan. “Dengan kurikulum yang terbuka, MTs saat ini bisa menghasilkan anak didik yang dapat menjadi bibit aset bagi sekolah di atasnya. Saat masuk sekolah yang lebih tinggi, lulusan SMP bercirikan Islam tidak menemui kendala karena sudah terbiasa dididik dengan mata pelajaran yang full,� ungkapnya. Ia menambahkan bukti makin diminatinya MTs pihaknya dari tahun ke tahun selalu menolak murid hingga tiga kelas dari kuota 4 kelas. Madrasah kini jadi pilihan utama. Adapun dalam lomba, juara I-III lomba mewarnai jatuh pada Sania, Eriyan, dan Tazkia Aulia. Juara harapan I-III Asyadi, Devita, dan Khoirunnisa. Juara I-III lomba melukis, Indah, Putri Farida dan Rahma.
PROGRAM
Jeneponto
Kekurangan Guru MI
K
abupaten Jeneponto, yang termasuk salah satu kabupaten sasaran program MEDP di Provinsi Sulawesi Selatan, masih membutuhkan sedikitnya 200 guru madrasah ibtidaiyah. Drs. H. Mahyuddin, Kepala Kantor Depertemen Agama Kabupaten Jeneponto, menemukan fakta di 30 madrasah yang tersebar di sebelas kecamatan setempat masih ada satu guru yang mempunyai tiga fungsi sekaligus. Selain berfungsi sebagai kepala sekolah, guru tersebut juga bertin-
dak selaku guru sekaligus bertindak selaku tata usaha. “Kondisi seperti ini tidak mungkin bisa memperbaiki mutu pendidikan di sekolahnya,” kata Mahyudin kepada wartawan. Hal itu terjadi karena minimnya guru madrasah ibtidaiyah. Di luar masalah guru, jelas Mahyudin, sarana yang ditempati pihak madrasah untuk melakukan proses belajar-mengajar juga sangat memperihatinkan. “Ada yang gedungnya sudah rusak termakan usia, puluhan tahun tak tersentuh bantuan rehabilitasi,” paparnya. Melihat kondisi seperti itu, pihaknya akan mengusulkan bantuan dana rehabilitasi kepada Pemerintah Pusat melalui Departemen Agama agar gedung MI dapat direhabilitasi dan digunakan secara layak seperti sekolah umum. Di sisi lain Mahyuddin ingin memperbaiki sumberdaya para guru di MI, dengan memberikan pelatihan-pelatihan singkat, agar mereka betul-betul memahami cara mengajar yang baik. Ia masih menemukan guru yang tak tahu cara membuat Rencana Program Pembelajaran(RPP). “Ini kan aneh, guru tidak tahu, mengajar harus dimulai dari mana,” tuturnya. DIRASAH
27
AP A SI A P A
Mereka yang Berada
di Belakang MEDP Dr Wahidin M.Pd, Deputy Project Manager
B
egitu bersemangat Dr Wahidin M.Pd saat terpilih jadi Deputi Project Manager MEDP. Maklumlah, ia mengawali pendidikan masa kanakkanaknya di Madrasah Ibtidaiyah Cibeunying, Kec. Ciamis, Jawa Barat. “Walau hanya dari kelas I-V, tapi pengalaman itu sangat mempengaruhi kepribadian saya,” kenang suami dari Iis Kurniasih, guru MAN II Ciamis ini. Selain itu, ungkap Wahidin, madrasah menanamkan karakter khusus yang jarang dimiliki sekolah umum. Terutama, karakter kemandirian sebagai nilai utama yang ditanamkan madrasah. “Madrasah bisa memandirikan orang. Jadi, tidak harus tergantung pada banyak orang,” jelasnya. Namun, saat dirinya duduk di pertengahan tahun kelas V madrasah, ia memutuskan pindah ke SD dengan alasan ingin melanjutkan sekolah ke SMP. Setamat dari SMP, ia pun masuk ke SMAN Ciamis, jurusan IPA. Kemudian ia melanjutkan studinya di Jurusan Pendidikan Kim-
28
Juni 2009
ia, IKIP Bandung hingga lulus pada 1986. Setamat IKIP, Wahidin sempat menjadi guru SMAN Majalengka pada 1986-1990. Selanjutnya pada tahun 1990-1999 ia mengajar di SMAN II Ciamis. Sambil tetap mengajar, ayah dari Naurah Fitriani dan Intan Hanifah Muthmainah itu rupanya getol menuntut ilmu. Buktinya, ia mengikuti Program S2 di IKIP Jakarta. Karena ada beberapa alasan,
APA SI APA sebelum menuntaskan studi Program S2 di IKIP, Wahidin lalu memutuskan pindah studi ke Universitas Siliwangi, Tasikmalaya. Mantan konsultan di Pusat Perbukuan Nasional Departemen Pendidikan Nasional ini pun lulus S2 pada 1998. Setahun kemudian, dengan
meningalkan jabatannya sebagai Kepala Pusat Sumber Belajar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Cirebon, ia berangkat ke luar negeri guna menuntut ilmu di Universitas Kebangsaan Malaysia. Barulah pada Oktober 2008, Wahidin aktif di program MEDP.
Abdul Rouf, Sekretaris Proyek
M
adrasah yang diikutsertakan dalam program MEDP adalah madrasah yang berpotensi maju. “Bukan yang sudah maju namun memiliki potensi untuk maju,”cetus Abdul Rouf, Sekretaris Proyek MEDP. Guna menunjang upaya peningkatan mutu dan kualitas madrasah, ungkap pria kelahiran 21 September 1976, Rembang, Jawa Tengah ini, MEDP kemudian meluncurkan apa yang disebut sebagai blockgrant. Menurut Rouf, sapaan akrab Abdul Rouf, blockgrant merupakan realisasi konkret,nyata dan diberikan pada sejumlah madrasah sebagai stimulan bagi peningkatan mutunya. “Kita sangat hati-hati dalam menentukan pilihan. Ini dilakukan agar blockgrant tepat sasaran,”kata alumnus tahun 2002 Jurusan Filsafat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Wali Songo Semarang, Jateng.
Rouf mulai aktif di MEDP pada Februari 2007. Namun sejak 2009, ia diberi amanah untuk menjabat sebagai Sekretaris Proyek MEDP. Sebagai seorang sekretaris, tugas utama yang diembannya adalah mengatur sirkulasi proyek secara teknis operasional. Ia menyadari, kepercayaan ini harus ditebus dengan kinerja maksimal. “Ini sudah jadi tanggungjawab dan kewajiban saya
DIRASAH
29
AP A SI A P A bekerja all out,”ucapnya, mantap. Lebih jauh suami Hastuti ini punya harapan besar terhadap peningkatan mutu dan kualitas madrasah.
“Paling tidak, pada 2012, sudah 80 hingga 90 persen madrasah sasaran MEDP bisa berstandar internasional,”katanya. (sofyan)
Lilis Harlisa Musa, Bilingual Secretary
L
ilis Harlisa Musa mengaku sangat beruntung bekerja di MEDP yang dimasukinya sejak 2008. Pasalnya, kini lulusan SMA 14 di Jakarta Timur tahun 30
Juni 2009
1985 ini sedikit banyak mengetahui persoalan umat Islam yang paling mendasar, yaitu pendidikan. Di proyek MEDP, Lilis yang lahir pada 30 Juni 1967 di Bandung itu kini bekerja sebagai sekretaris bilingual. Ia menangani masalahmasalah yang berkaitan dengan korespondesi dengan pihak Asian Development Bank (ADB) maupun aktivitas MEDP lainnya yang menyangkut bahasa asing. Disamping itu, ia membantu menyiapkan training dan term of reference. “Mereka membuatnya dalam bahasa Indonesia, lalu saya alih-bahasakan ke Inggris. Atau sebaliknya dari Inggris ke Indonesia,” ucap Lilis, lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA YAPPANN) Jakarta tahun 2001. Bersuamikan Hakim, Lilis dikaruniai lima orang anak, yakni Harun, Rahmat, Imha Lukman Hakim, Sterliza dan Muhammad Azizur Rahman. Ia berharap proyek MEDP berjalan dengan lancar dan benar-benar membantu madrasah meningkatkan kualitas pendidikannya. “Jangan pula dananya melenceng,” katanya.
P ER SPE KTI F
Dr. Ghulam Farid Malik, Team Leader: D
Madrasah Sangat Dinamis
T
ak dapat dipungkiri, kualitas guru merupakan entry point meningkatkan mutu anak didik. MEDP menjadi wahana bagi guru-guru madrasah untuk meningkatkan kapabilitas maupun kapasitas mereka. Dr Ghulam Farid Malik, Team Leader MEDP, menjelaskan pengalamannya di Indonesia dan sikapnya tentang pengembangan madasarah. Berikut petikan wawancara dengannya: Sejak kapan di Indonesia? Saya bekerja sejak tahun 1994. Saya menekuni bidang konsultan perencanaan. Lebih khusus lagi pada bidang pengembangan kebijakan madrasah, yaitu Madrasah Tsanawiyah. Beranjak dari pengalaman tersebut, saya banyak mengetahui seluk-beluk madrasah di Indonesia. Mengapa perhatian ke bidang pengembangan madrasah? Berdasarkan pengetahuan tersebut, saya memiliki concern pada pengembangan madrasah. Untuk itu, melalui ADB yang bekerjasama dengan Bappenas dan Departemen Agama kita menggagas
Madrasah Sectoral Development Project (MSDP). Apalagi sebesar 90 persen madrasah dikelola swasta, sedangkan 10 persen lagi dikelola pemerintah atau berstatus negeri. Oleh karena itu, menurut hemat saya, untuk meningkatkan kualitas madrasah, pemerintah tidak bisa membiarkan madrasah swasta. Apa MSDP berganti MEDP (Madrasah Education Development Project)? Sebenarnya, program MSDP, dalam rentang perjalanannya, karena sesuatu kendala, kita fokuskan menjadi MEDP. MEDP ini meliputi tiga provinsi, yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Jawa Timur, 27 kabupaten dan 500 madrasah. Apa saja program MEDP ini? Ada beberapa program yang dikembangkan dalam proyek ini, yaitu menyangkut kapasitas dan kapabilitas guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Selain itu, ada pula pengembangan sarana dan prasarana serta perbaikan terkelola. Bisa dijelaskan yang menyangkut kapasitas dan kapabilitas guru? Tidak bisa dipungkuri, peningkaDIRASAH
31
P ER SP EK T I F tan kualitas siswa-siswi madrasah terkait erat dengan guru. Mustahil ada peningkatan kualitas murid bila sang pendidik atau guru-gurunya kurang berkualitas. Karena itu, beberapa program MEDP menjadi wahana bagi guru-guru untuk meningkatkan kapabilitas maupun kapasitas mereka. Diantaranya programnya adalah menyangkut sertifikasi, kualifikasi, adanya trainning/pelatihan dan dibukanya beberapa jaringan bagi guru/pendidik. Program MEDP lainnya? MEDP juga menyediakan program penyediaan aspek fisik/bangunan sebagai sarana penunjang pendidikan. Selain itu perpustakaan, buku-buku ajar dan buku referensi lainnya. Hal penting lainnya adalah menyediakan beasiswa kepada anak didik yang berprestasi. Bahkan MEDP juga menyelenggarakan kegiatan tambahan pembelajaran bagi mereka, siswa-siswi madrasah yang kurang mampu dari segi akademik. Kegiatan tambahan pembelajaran ini seperti kursus tambahan bagi peserta didik. Bagaimana dengan blockgrant? Kita berharap pada 2009 bisa direalisasikan program blockgrant (dana bantuan) ini. Karena apa pun program yang dirancang oleh proyek ini, yang paling penting adalah bagaimana proyeknya bisa memberikan manfaat langsung kepada madrasah. Masalah ini berkait langsung dengan upaya peningkatan salary (honor) guru-guru maupun pengadaan fasilitas pendukung proses pembelajaran di madrasah. 32 32
Juni Juni 2009 2009
Pada umumnya madrasah diasuh oleh seorang kyai di lingkungan pesantren. Menurut Anda? Saya kira tidak ada masalah selama pengasuh dan pendidik di sana memiliki komitmen yang kuat terhadap dunia pendidikan. Selain itu, tentu saja, saya harapkan ada profesioanalisme pada mereka. Dengan demikian, lulusan madrasah seperti itu bisa diandalkan. Artinya, kompetitif dengan madrasah negeri. Adakah contoh madrasah yang sukses? Bisa Anda sebutkan? Saya kira banyak sekali madrasah yang sukses. Yang saya tahu itu adalah Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Kota Kabupaten Malang, Jawa Timur. Selain itu Madrasah Tsanawiyah di Lampung. Dua madrasah tersebut hanya untuk menyebut contoh. Saya kira masih banyak contoh yang lain. Apa saja faktor penujang keberhasilan kedua madrasah? Madrasah Ibtidaiyah di Kota Kabupaten Malang sangat ditunjang oleh masyarakat/orangtua/wali murid. Mereka sangat aktif membantu proses kegiatan belajar di sana. Sementara, Madrasah Tsanawiyah di Lampung dikelola oleh kepala sekolah yang sangat profesional dan memiliki komitmen tinggi pada pendidikan. Apa perbedaan madrasah yang di Indonesia dan di luar negeri? Madrasah di Indonesia sangat dinamis. Sementara di luar negeri itu lebih bercorak hanya wahana, tempat pembelajaran agama/keagamaan saja.
P E RPE KTI F
Danang Tri Prastiyo
Peneliti Muda dari Madrasah Inilah peneliti muda yang lahir dari madrasah. Melalui penelitiannya, Danang terdorong ingin mengangkat derajat perempuan.
L
embaga pendidikan Islam pun bisa bersaing dengan siswa sekolah umum lainnya. Itulah yang ditunjukkan Danang Tri Prastiyo. Siswa kelas 3 Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Kediri, Jawa Timur, ini meraih juara pertama Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) 2008 bidang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tingkat SMP/MTs, pertengahan Agustus 2008. Di usianya yang ke-15 tahun, Danang mampu meyakinkan dewan juri saat mempresentasikan hasil penelitiannya berjudul, “Pengaruh Peribahasa Jawa terhadap Ruang Gerak Perempuan di Desa Gondang, Kecamatan Plosoklaten, Kediri.� Tentu saja, madrasah tempatnya bersekolah punya andil besar yang mendorongnya mengikuti lomba. Danang rupanya punya perha-
tian besar terhadap perempuan. Dengan penelitiannya, Danang terdorong hendak mengangkat derajat perempuan. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, keinginan mengangkat derajat perempuan itu justru memberi kesempatan kepadanya untuk naik ke atas panggung, menerima hadiah sebagai pemenang pertama LPIR 2008. Dari penelitian itu Danang menemukan sejumlah peribahasa Jawa yang cenderung memojokkan perempuan di Desa Gondang. Misalnya, peribahasa aji godhonggaring (kaum yang lemah) atau criwis-cawis (suka membicarakan orang lain) yang selalu dilekatkan pada kaum perempuan. Peribahasa-peribahasa semacam itu dirasakan membatasi ruang gerak perempuan. Dibantu Sandhi Adhi Baskara, rekannya sealmamater, Danang melakukan penelitian selama enam bulan. Proses penelitian menggunakan tahapan sebagaimana lazimnya penelitian sosial. Dimulai dari pengumpulan
DIRASAH DIRASAH
33 33
P ER SP EK T I F data, analisis data, sampai pada penyajian data. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar angket, wawancara, dan observasi. Dari 1.352 populasi perempuan di desa itu, dipilih 57 orang sebagai sampel dan tiga orang pejabat pemerintahan desa. Penelitian ini menemukan, peribahasa yang biasa memojokkan perempuan bisa berpengaruh negatif, tapi bisa pula positif. Peribahasa-peribahasa tersebut akan berdampak positif bagi perempuan yang sadar akan kemampuan dirinya. Sebaliknya bagi perempuan yang kurang percaya diri, peribahasa itu dianggap sebagai beban. Cara menanggapi peribahasa itu pun berbeda. Bagi perempuan yang merasakan pengaruh negatif, menurut Danang, mereka lebih memilih diam dan tidak menanggapinya sama sekali atau dalam arti menerimanya.
34 34
Juni Juni 2009 2009
Perempuan yang mendapat pengaruh positif menanggapinya dengan cara berusaha keras untuk menunjukkan kemampuannya. Penelitian Danang juga menemukan peribahasa Jawa di desa itu berpengaruh terhadap ruang gerak politik perempuan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kurangnya kesempatan perempuan bekerja di kantor pemerintahan desa. Namun diakui, ruang gerak politik lebih dipengaruhi oleh sosialisasi keyakinan gender yang dilakukan oleh para tokoh agama dan masyarakat. Danang mengaku ikut merasakan adanya ketertinggalan perempuan di Desa Gondang karena pengaruh peribahasa Jawa tersebut. Siswa yang gemar pelajaran IPS dan bahasa Indonesia ini mengatakan, peribahasa itu sangat berpengaruh, bahkan sampai ada yang tidak boleh ke luar rumah di malam hari.
LE NSA
Tampak Dirjen Pendis Mohammad Ali dalam kegiatan Training of Trainer (TOT) Pembekalan Sertifikasi Guru Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Tahun 2009 di Makasar
Evaluasi Pelaksanaan Sertifikasi dan Kualifikasi Guru Pendidikan Agama Islam Tahun 2009 di Yogyakarta
Rapat Koordinasi Tim PSC & PTC MEDP dengan pimpinan Ditjen Pendidikan Islam Departemen Agama di Jakarta.
DIRASAH DIRASAH
35 35
Program MEDP untuk Madrasah yang Lebih Baik!
Departemen Agama RI
36
Departemen Agama RI Berperan Menuntaskan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun melalui Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Pondok Pesantren Salafiyah Ula dan Wustho, serta Program Paket A dan B di Pesantren
Juni 2009