IRASAH D MEDP Newsletter
November 2009
KOMUNIKASI BAIK KUNCI SUKSES MEDP DIRASAH D IRASAH
1
DA F T A R I S I
DIRASAH MEDP Newsletter
Alamat: Lantai 8 Blok C 808 Gedung Departemen Agama Jl. Lapangan Banteng Barat no. 3-4 Jakarta Dewan Redaksi: Bahrul Hayat, PhD, Dr. Mohammad Ali, Dr. Affandi Mochtar Pemimpin Umum: Drs. H. Firdaus, M.Pd Pemimpin Redaksi: Dr. Rohmat Mulyana, M.Pd Wakil Pemred: Aceng Abdul Aziz, M.Pd Staf Redaksi: Abdul Rouf, Bekti Indramaji, Ety Herawati, Fifi Mutia, Nina Hasanah, Muhibuddin Konsultan Produksi: PT. Madah Arbata Design: Ahmad Gabriel Website: medp.depag.go.id
4 SALAM REDAKSI
PROGRAM
3
20 Sebagian Blockgrant Telah Cair 22 Menag: Madrasah itu Pendidikan Yang Unik 24 Tak Benar Lulusan PTIN Sulit Dapat Kerja 25 Kualitas Pendidikan di Sekolah Agama Sudah Baik 26 Negara E-9 Diajak Membantu Majukan Madrasah 27 Pesantren tidak Mengajarkan Kekerasan
Dana Blockgrant Telah Turun
LAPORAN UTAMA 4
Menjalin Komunikasi Penuh Akrab 7 Komunikasi Baik, Kunci Sukses 9 Berbicara yang Baik 10 Membangun Komunikasi Efektif PENGALAMAN 12 Achmady: Bahagia Melihat Senyuman PROFIL 14 MA Ma’ahadatut Tholabah Tegal, Cetak Lulusan Siap Kiprah 16 MI Plus Bustanul Ulum Kediri, Inovasi Tiada Henti 18 MTs Hasyim Asyari Blora, Berkembang Berkat Komunikasi yang Baik
16 2
10
November 2009
SUKSES 28 K.H. Muhammad Masthuro, Mendidik Demi Dakwah PERSPEKTIF 32 Sekularisme di Sekitar Pendidikan Kita LENSA 35 Foto Kegiatan
22
32
SAL AM RE DAKSI
Dana Blockgrant TTelah Turun
J
ika pembaca jeli menyimak Dirasah edisi Oktober, kabar tentang telah turunnya sebagian blockgrant telah dipaparkan di sana. Itu terungkap dalam rubrik Profil. Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Darul Ulum Amessangeng, Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan, termasuk madrasah peserta program MEDP yang memperoleh kucuran blockgrant tahap pertama. Kami mengabulkan sebanyak Rp 600 juta dari usulan yang diajukan melalui MDP senilai Rp 900 juta. Sebagian besar dana blockgrant yang diterima itu diperuntukkan bagi pengadaan fisik seperti bangunan dan laboratorium. Kami akui, dana blockgrant yang telah dijanjikan dalam program MEDP sengaja kami turunkan secara bertahap. Blockgrant memang tidak mungkin dicairkan secara serentak, namun bertahap sesuai dengan dokumen yang telah dikerjakan dan disetujui. Semua data yang masuk dibuatkan dokumen pencairannya secara maraton. Perlu dimaklumi, proses pengucuran blockgrant diharuskan melewati beberapa jenjang mekanisme yang ada. Pertama adalah
mekanisme pembuatan dokumen yang dilakukan oleh CPMU. Basis data pembuatan dokumen proyek oleh CPMU ini menggunakan data dari setiap madrasah. Selanjutnya pembuatan dokumen dilakukan oleh kantor tata usaha (TU) Direktorat. Dari TU Direktorat selanjutnya diserahkan kepada bagian keuangan Departemen Agama. Kemudian dilanjutkan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), sebelum akhirnya dicairkan di bank yang telah ditentukan. Terlihat proses pencaiaran blockgrant melibatkan banyak unsur. Dalam pembuatan dokumen pun tak mungkin langsung diselesaikan sekaligus, namun harus bertahap. Di CPMU, misalnya, jika ada sejumlah dokumen yang telah diselesaikan, maka langsung diserahkan ke TU Direktorat, begitu juga selanjutnya. Itu semua kami jalani semata untuk membuat program MEDP benar-benar transparan dan akuntabel. Keberhasilan kegiatan ini akan menentukan kelanjutannya di kemudian hari. Dr Rohmat Mulyana, M.Pd. Manajer Proyek MEDP
DIRASAH
3
LA P O RA N UT A M A
dok.pui
MENJALIN KOMUNIKASI PENUH AKRAB Selama ini tak ada jarak di antara para pemangku MEDP. Semua konsultan di CPMU pun selalu terbuka untuk berkomunikasi kapan pun dengan semua pihak yang terlibat dalam MEDP MEDP.
M
engelola sebuah program yang besar seperti MEDP membutuhkan kerjasama erat dari semua pihak. Untuk mengelolo kerjasama di antara banyak pihak ini dibutuhkan komunikasi yang efektif. Bukan hanya komunikasi antarjenjang, misalnya antara fasilitaor dengan DCU, PCU dan CPMU, namun juga komunikasi yang efektif antarfasilitator sebagai ujung tombak MEDP. Memang, suatu organisasi 4
November 2009
tak hanya memerlukan struktur yang baik, kerja sama yang bagus, ataupun tujuan ke depan yang jelas. Tapi ada hal yang lebih penting, yaitu komunikasi. Dewasa ini komunikasi merupakan hal sangat berpengaruh dalam kehidupan, karena tanpa komunikasi akan sulit bagi kita untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Boleh dibilang, komunikasi merupakan satu proses penyampaian pesan, ide atau gagasan, dari satu pihak kepada pihak lain
L AP O RAN UTAMA agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Semua fasilitator di setiap daerah yang menjadi sasaran program MEDP sangat menyadari tentang hal ini. Begitu pula pemangku MEDP yang lain, mulai dari DCU, PCU hingga CPMU. Mereka pun memanfaatkan berbagai sarana komunikasi yang ada untuk digunakan secara efektif sehingga di antara mereka terjalin komunikasi, kerjasama dan keakraban. Para pemangku MEDP di Jawa Timur, misalnya, saat ini mempunyai sarana komunikasi berupa milis yang dapat menghubungkan mereka dengan mudah. Di Jawa Timur terdapat 53 fasilitator yang bertanggungjawab menangani 267 madrasah yang tersebar di 12 kabupaten. Selain milis, mereka juga memanfaatkan sarana telepon seluler dan chatting online. Menurut Zayyin Alfajihad, fasilitator untuk daerah Nganjuk, milis tersebut merupakan wahana saling berbagi. Semua fasilitator bebas menyampaikan keluhan atau menyampaikan masalah yang dihadapi sekolah yang mereka tangani. Selanjutnya fasilitaor lain pun bisa sumbang rembug untuk memberikan solusi. Bukan tidak mungkin
masalah yang disampaikan tidak berbeda dengan yang dialami fasilitator lain. Sehingga otomatis jika masalah terselesaikan, banyak pihak yang bisa mengambil keputusan. Namun komunikasi terbanyak, menurut Zayyin, masih dilakukan melalui jalur langsung di antara para fasilitator, baik dengan tatap muka mauppun via telepon. Hal ini terutama untuk mengkomunikasikan berbagai masalah penting secara lebih detail dan langsung seketika. “Semua fasilitator mempunyak nomer kontak fasilitaor lainnyaa. Sehingga ketika ada masalah yang memerlulan rekan rasilitator lain bisa langsung menghubungi,� jelas Zayyin. Komunikasi para fasilitaor baik melalui milis, telepon atau bertemu langsung membuat suasana kerja yang harmonis, penuh keakraban.
DIRASAH
5
LA P O RA N UT A M A
Dan komunikasi pun bisa menyelesaikan banyak masalah. Para fasilitaor bukan hanya mengantongi nomer fasilitaor lainnya, namur juga nomor telepon para konsultan di CPMU. Sehingga ketika mereka membutuhkan pertimbangan atau solusi dari konsultan di ringkat pusat, bisa langsung menghubungi mereka. Menurut Zayyin, para fasilitaor sudah mengatahui spesifikasi para konsultan, baik itu bidang keuangan, pengadaan barang dan lainnya. “Misalnya kalau kami ingin tahu informasi lebih mendalam, kami menghubingi Pak Muhibuddin (konsultan bidang pelatihan),� tambah Zayyin. Bahkan jika fasilitaor berkesempatan datang ke cantor CPMU di Jakarta, mereka menyempatkan untuk berkomunikasi. Dalam pantauan Dirasah, memang kadang tampak beberapa fasilitator men6
November 2009
dok.MEDP
gunjungi cantor CPMU dan berkonsultasi. Menurut advisor senior MEDP, Wahidin, CPMU menyambut baik media komunikasi yang dibuat oleh para fasilitator di daerah. Walaupun hanya bersifat lokal, hal itu sangat efektif untuk menyebarkan informasi. Sebuah informasi yang didapat oleh satu fasilitator bisa langsung diketahui oleh yang lain melalui milis ini. Hal tersebut juga akan memberikan kontribusi bagi kelancaran arus informasi dari setiap lini pengelola MEDP. Karena informasi yang didapat dari CPMU yang diperoleh fasilitator bisa langsung dikomunikasikan kepada pihak sekolah. Sehingga saat ini seakan tidak ada jarak di antara para pemangku MEDP. Semua konsultan di CPMU pun selalu terbuka untuk berkomunikasi kapan pun dengan semua pihak yang terlibat MEDP.
L AP O RAN UTAMA
Komunikasi Baik, Kunci Sukses Dalam komunikasi, ada dua elemen penting, yaitu mendengarkan dan berbicara untuk dimengerti. Bagaimana kiat mendengarkan dan berbicara yang baik?
K
omunikasi adalah pusat nadi manajemen di setiap tingkat. Tanpa ketrampilan berkomunikasi, kita sulit mengemukakan pemikiran, meyakinkan pihak lain atau bernegosiasi dengan baik. Keterampilan komunikasi memungkinkan kita memenangkan argumentasi, sukses dalam penjualan, melakukan mediasi, memberikan informasi bahkan membangkitkan
inspirasi. Kebanyakan problem dalam berorganisasi bersumber pada kegagalan komunikasi yang berakibat pada salah paham dan timbulnya kecurigaan. Dalam komunikasi, ada dua elemen penting, yaitu mendengarkan dan berbicara untuk dimengerti. Tapi perlu dipahami ada perbedaan sangat besar antara berbicara dan dimengerti. Pembicara yang baik tahu pentingnya DIRASAH
7
LA P O RA N UT A MA mendengarkan untuk dapat membuat argumennya lebih kuat dan pada saat yang sama membuat pihak lain lebih bisa menerima argumen yang disampaikan.
Komunikasi yang baik bukan tentang membuat apa yang disampaikan terdengar baik, tapi tentang bagaimana pesan yang disampaikan jelas bagi oleh pihak lain.
Mendengar yang Baik
K
egagalan komunikasi umumnya bersumber pada elemen terpenting dalam komunikasi, yaitu mendengarkan. Apabila Anda ingin mempengaruhi pihak lain, yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengerti bagaimana jalan pikiran pihak lain tersebut. Mendengarkan dengan baik merupakan unsur dasar untuk mengerti jalan pikiran orang lain. Berikut ini cara-cara yang bisa digunakan agar Anda bisa menjadi pendengar yang baik dalam waktu singkat: Fokuskan secara total pada orang yang sedang berbicara pada Anda. Jagalah kontak mata selama berkomunikasi. Jangan hentikan kontak mata ketika giliran Anda yang berbicara. Buat lawan bicara Anda merasakan bahwa Anda telah memblok seluruh waktu Anda untuk kepentingannya. Apabila ada kemungkinan Anda akan dipanggil selama pembicaraan, atau waktu Anda akan habis, sampaikanlah sebe-
8
November 2009
lum hal tersebut terjadi. Gunakan bahasa tubuh untuk mempertegas bahwa Anda mendengarkan dengan aktif. Simpulkan pokok-pokok pikiran yang disampaikan, minta konfirmasi bahwa Anda menangkapnya dengan benar. Perhatikan agenda tersembunyi atau emosi yang tidak terucapkan. Gunakan berbagai cara bertanya untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya. Lakukan pertanyaan tertutup untuk mendapat jawaban ya atau tidak; pertanyaan terbuka untuk mendapatkan lebih banyak informasi; menggali lebih dalam, sebagai pertanyaan lanjutan; pertanyaan “bagaimana bila� untuk mengajak berspekulasi; dan pertanyaan mengarahkan, untuk mendapat jawaban tertentu. Siaplah untuk mengulangi apa yang disampaikan lawan bicara Anda. Biasanya jawaban lebih baik akan diperoleh bila pertanyaan dijelaskan dulu dan Anda memberi waktu berpikir.
L AP O RAN UTAMA
Berbicara yang Baik
C
ara Anda berbicara membawa pengaruh besar pada kualitas interaksi dengan pihak lain. Intonasi suara, ekpresi ketika bicara serta bahasa tubuh, bisa jadi berbicara lebih banyak dari apa yang Anda ucapkan. Karenanya pelajari cara menggunakan bahasa tubuh dengan baik. Posisi duduk yang condong ke depan mendekati lawan bicara memberikan penekanan yang lebih baik. Apabila berdiri, berdirilah dengan tegak. Mata yang terbuka lebar serta gerakan tangan akan menambah kesan yang baik. Dalam berbicara, Anda tentu tak bisa memenangkan semua argumentasi. Mulailah dengan menentukan apakah Anda perlu berargumentasi, atau sebenarnya ada cara lain untuk meyampaikan
pesan Anda. Apabila Anda perlu beradu argumen, pilihllah waktu dan tempat yang tepat. Usahakan argumentasi dilakukan di tempat Anda atau di tempat yang netral. Untuk membangun argumentasi yang logis sehingga mendukung pesan yang ingin Anda sampaikan, sebaiknya tuangkan dulu pemikiran Anda di atas kertas. Tuliskan setiap pokok pikiran dan fakta dalam sebuah kotak, lalu gambarkan hubungan antar masing-masing kotak tersebut. Yakinkan semua pokok pikiran dan fakta-fakta ini mendukung kesimpulan yang anda perjuangkan. Ingatlah peta pikir (mindmap) ini pada saat Anda melakukan argumentasi. Peta pikir ini akan membantu anda menyampaikan pokok-pokok pikiran anda dengan logis dan meyakinkan. DIRASAH
9
LA P O RA N UT A MA
Membangun Komunikasi Efektif Pihak madrasah harus mempertimbangkan dengan cermat, siapa yang akan menjadi rekanan dalam pengadaan barang dan jasa di madrasah
P
ihak CPMU menyadari bahwa komunikasi sangatlah penting dalam menyukseskan berbagai program MEDP. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. CPMU berkepentingan untuk menyampaikan infomasi ke semua elemen MEDP, begitu pula sebaliknya dari elemen bawah ke atas. Cakupan proyek MEDP yang sangat luas, meliputi 500 madrasah di tiga provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulewesi Selatan tentunya membutuhkan sarana komunikasi cepat. Namun dengan hadirnya layanan Internet, jarak dan 10
November 2009
waktu tidak lagi menjadi masalah. Informasi melalui Internet bisa memangkas waktu dan jarak dengan efektif. Hal inilah yang ingin dimaksimalkan CPMU melalui websitenya, http://medp.depag.go.id. “Kami harap ini efektif dalam menyebarkan informasi yang cepat ke semua daerah, apalagi saat ini hampir semua orang sangat familiar dengan dunia Internet. Sehingga dengan mudah mengakses informasi yang ada,� jelas Wahidin. Pihak CPMU berharap informasi yang disampaikan melalui website MEDP bisa diterima dengan mudah oleh seluruh elemen yang ada di daerah. Dengan website, semua PCU, DCU, fasilitator serta guru dan pengurus madrasah bisa mendapatkan infomasi terbaru dengan cepat, sehingga perkembangan program MEDP bisa dengan mudah diketahui. Informasi yang disebarkan melalui website ini bisa men-
L AP O RAN UTAMA jadi acuan. Diharapkan tidak ada kerancauan informasi di lapangan. Berbagai berita yang berhubungan dengan MEDP selalu diperbaharui oleh CPMU. Selain melalui website, pengelola MEDP juga menerbitkan newsletter bulanan dan majalah triwulan sebagai media komunikasi. Semua kegiatan yang dilakukan oleh CPMU dalam setiap bulannya bisa dilaporkan newsletter Dirasah. Di sini, informasi bukan hanya berasal dari CPMU, elemen lain bisa saling memberikan informasi. Dalam rubrik profil madrasah, semua madrasah berkesempatan untuk menginformasikan keadaan madrasah masuk dalam program MEDP. Pengalaman fasilitator dalam membantu program MEDP pun juga bisa dilihat dari majalah mini ini. Suka-duka selama mendampingi madrasah bisa terekam dengan baik, sehingga pengalaman itu bisa menjadi pelajaran bagi pihak lain. CPMU pun bisa melihat kinerja dan permasalah di lapangan dari apa
yang dilaporkan fasilitator dalam rubrik ini. Masing-masing elemen pun bisa mengetahui kegiatan mereka, serta dapat mengetahui tantangan yang ada di tempat yang berbeda. Wahidin berharap kedua media, baik cetak maupun Internet ini bisa membantu kelancaran program MEDP. Namun selain melalui media informasi, komunikasi juga berjalan secara struktural. Maksudnya, komunikasi bisa dilakukan melalui atau sesuai struktur yang ada. Jika ada permasalahan, misalnya, fasilitator dan pihak sekolah bisa menjalin komunikasi dengan DCU. Begitu juga juga DCU yang bisa berkomunikasi dengan PCU dan CPMU. Komunikasi struktural ini terus berjalan, terutama untuk menyampaikan masalah-masalah teknis di lapangan. Berbagai macam bentuk komunikasi ini bisa saling dipadukan untuk menciptakan interaksi yang ideal antar semua elemen. Jumlah orang yang banyak dan jarak yang luas tentunya tidak bisa disatukan tanpa komunikasi yang efektif.
DIRASAH
11
P EN G A L A M A N ilustrasi
Achmady , Fasilitator MEDP Sulsel
K
Bahagia Melihat Senyuman
eberadaan program MEDP sangat disambut baik oleh semua madrasah yang menjadi sasaran program ini. Tak mengherankan bila semua elemen sekolah tampak bekerjasama untuk mewujudkan misi-misi memajukanmadrasah yang dicanangkan pengelola MEDP. Mereka juga tak segan menerima bimbingan dan arahan dari semua pihak, baik dari CPMU maupun dari fasilitator. Hal itulah yang membuat Achmady sangat bahagia menjadi salah seorang dari seratus fasilitaor MEDP. Pria yang juga berprofesi sebagai dosen ini sangat senang manakala mengunjungi madrasahmadrasah yang menjadi tanggungjawabnya di wilayah Sulsel. Saat ini Achmady diberi kepercayaan untuk menangani lima madrasah, yaitu MAS Darul Ulum Amessangeng, MIS DDI Sakeang, MTsS Bustanul Ulum, MTsS Darul Karomah, dan MAS Firdaus Tompobalang. Kelima madrasah terletak di tiga kecamatan yang berbeda, namun semuanya berada di Ka12
November 2009
bupaten Maros Sulawesi Selatan. Walaupun Achmadi tinggal jauh di kota Makasar, itu tak menghalanginya untuk mengunjungi madrasah-madrasah tersebut. Padahak dia harus menempuh jarak puluhan kilometer dari rumahnya untuk sampai ke sejumlah madrasah tersebut. Semua ini didorong oleh semangat pengabdian yang tertanam pada dirinya. Madrasah terjauh yang dibawahinya adalah MI DDI Sakeang. Namun walaupun jauh, madrasah ini memberikan semangat tersediri. Letak madrasah yang begitu jauh wilayah perkotaan, dengan fasilitas seadanya pula, tak membuat wajah-wajah siswa sekolah ini tampak luyu. Semangat inilah yang membuat Achmady siap berkerja keras. Karena jaraknya yang jauh, Achmady menghindari waktu malam kala mengunjungi sekolahsekolah binaannya di MEDP. Karena selain daerahnya yang sepi, lampu penerangan jalan pun kurang mendukung. Achmady baru tenang ketika sudah berada di jalan tol.
PEN GALAMAN
Walaupun jaraknya jauh, Achmady bersyukur di jalanan di seluruh kabupaten Maros tidak ada yang macet. “Kalau sudah jam lima sore jalanan sudah mulai gelap dan sepi, sehingga setiap ke sekolah saya selalu di pagi dan siang hari,� jelas Achmadi. Selain jaraknya yang jauh, tak sedikit madrasah belum dilengkapi peralatan kantor seperti komputer. Akibatnya para pengelola seringkali mengerjakan perlengkapan syarat MEDP di rental-rental sekitar sekolah. Lucunya mereka kadang ketinggalan dokumen hasil ketikan di rental itu. Mereka pun harus kembali mendatangi tempat rental dan mengambilnya. Beruntung tidak ada madrasah yang tidak
mempunyai guru pandai mengoperasikan komputer. Sehingga mereka tidak merasa kesulitan dalam menyiapkan dokumen yang diminta MEDP. Maros merupakan pintu gerbang Sulsesl. Hal ini dibuktikan dengan bandara Sulsel yang terletak di perbatasan kabupaten ini. Sehingga setiap kunjungan MEDP ke Sulsel selalu mengunjungi Maros lebih dahulu daripada kabupaten lain. Para pengelola madrasah yang ada di kabupaten Maros berharap MEDP bisa menjadi penunjang utama agar pendidikan di Maros bisa maju. Apalagi kabupaten ini adalah cerminan awal bagi wajah Sumsel.
DIRASAH
13
PROFIL
MA Ma’ahadatut Tholabah Tegal
Cetak Lulusan Siap Kiprah
flickr.com
Madrasah ini memang menargetkan para lulusannya mampu dan bisa membaca kitab kuning (kitab tahriri).
S
ebuah lembaga pendidikan pada dasarnya mempunyai tanggung jawab mempersiapkan sosok-sosok yang mampu berkiprah produktif dan memberikan sumbangsih terhadap lingkungan sekitar. Di sebuah lingkungan yang masyarakatnya agamis dengan corak ahlus sunnah wal jama’ah seperti Kec Lebaksiu, Kab Tegal, dibutuhkan keberadaan mereka yang mampu mengisi ruangruang kehidupan keagamaan. Peran tersebut, sejauh ini telah dijalankan secara baik oleh Madrasah Aliyah Ma’ahadatut Tholabah 14
November 2009
yang terletak di Jl. Ponpes Babakan Lebakgowah, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Lulusan madrasah ini tercatat mampu menjalankan peran pada ranah kehidupan keagamaan seperti: mengelola masjid dan madrasah, memimpin tahlilan, menjadi aktivis organisasi kemasyarakatan, serta menjadi rujukan dalam persoalan-persoalan kegamaan. Dengan kiprah seperti itu, bisa dikatakan nyaris tak ada alumnus madrasah ini yang menganggur. Seperti disampaikan oleh Baehaqi, Kepala Madrasah Aliyah Ma’ahadatut Tholabah, mungkin berbeda dengan di perkotaan, di pedesaan seperti di Lebaksiu ini, yang lebih banyak menjadi pengangguran adalah lulusan sekolah, bukan madrasah. Karena lulusan madrasah
PROF I L memang memiliki berbagai kecakapan yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. “Sehingga walau tak jadi pegawai, mereka tetap mampu bekerja, berkiprah dan memiliki penghasilan,� katanya. Beberapa alumnus madrasah ini bahkan memiliki karir yang terbilang sukses, menjadi anggota DPRD dan pejabat pemerintahan. MA Ma’ahadatut Tholabah sejauh ini memang dikembangkan menjadi madrasah yang kental dengan muatan pendidikan keagamaan. Terlebih, madrasah ini berada di bawah naungan yayasan yang juga mengelola pondok pesantren. Kepada murid-murid di madrasah ini selain disajikan pelajaran sesuai kurikulum madrasah pada umumnya, juga disajikan pelajaran-pelajaran kepesantrenan seperti taqrib, nahwu sharaf, dan pemahaman ahlus sunnah wal jama’ah (aswaja). Pelajaran-pelajaran kepesantrenan ini disampaikan oleh ustadz dan ustadzah dari pondok pesantren. Kultur yang dibangun juga merupakan kultur pendidikan Islam salafiyah. Di madrasah ini, pelajar putra dipisah dengan pelajar putri. Kemudian, ditetapkan juga kebijakan, guru perempuan tak boleh mengajar murid laki-laki. Namun, tentu saja madrasah ini juga mendorong murid-muridnya untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan umum dan keterampilan sebagai bekal untuk kehidupan sehari-hari. Bagi pelajar putri, diberikan bimbingan keterampilan tata busana. Sementara pelajar putra mem-
pelajari keterampilan elektronika. Pada saat ini, kegiatan pembelajaran keterampilan ini diselenggarakan bekerjasama dengan Madrasah Aliyah Negeri di Lebaksiu. Murid-murid dari Madrasah Aliyah Ma’ahadatut Tholabah berlatih keterampilan di sanggar yang tersedia di Madrasah Aliyah Negeri. Pihak pengelola madrasah sendiri memimpikan, ke depan memiliki sanggar keterampilan sendiri, agar murid-murid di situ bisa belajar dengan lebih leluasa dan tidak terhambat oleh perasaan minder yang sangat mungkin muncul ketika mereka menumpang belajar di fasilitas madrasah lain. Sebagaimana madrasah swasta lainnya, madrasah ini juga sering menghadapi tantangan terkait dengan rendahnya honor yang diterima oleh para guru, yang saat ini jumlahnya 30 orang, 9 perempuan dan 21 laki-laki. Di madrasah ini, honor mengajar ditetapkan hanya sebesar 12.000 rupiah per jam pelajaran. Tentu, secara nominal honor yang diterima para guru per bulannya jauh dari kelayakan. Lantas, bagaimanakah kiat agar para guru tetap bertahan mengajar dan terdorong untuk terus meningkatkan kualitas mereka? Sebagaimana dituturkan oleh Kepala Madrasah, Baehaqi, yang dilakukan adalah penanaman nilai-nilai spiritual kepada para guru. Misalkan saja, ditanamkan keyakinan bahwa menjadi pengajar adalah sebuah profesi mulia, dengan nilai ibadah yang tinggi. Mereka ikhlas, fokus, dan terus meningkatkan profesionalitas. DIRASAH
15
PROFIL
MI Plus Bustanul Ulum Kediri
INOVASI TIADA HENTI
google.com
Lembaga pendidikan yang didirikan sejak tahun 1927 ini pun benar-benar dipercaya masyarakat untuk mengantarkan putra-putri mereka menjadi generasi yang mempunyai dedikasi yang tinggi, berakhlakul karimah dan menguasai Imtaq dan Imtek.
M
adrasah yang dikelola dengan terus mengembangkan gagasan inovatif pada umumnya berhasil meraih kemajuan dan semakin diterima masyarakat. Meyakini filosofi ini, Djamilah, Kepala Madrasah MI Bustanul Ulum, sejak awal tahun ajaran 2009/2010 memberanikan diri mengembangkan madrasah yang dikelolanya menjadi MI Plus dan mengambil 16
November 2009
kebijakan penerapan kurikulum yang melebih standar nasional. Di madrasah ini, setelah sebelumnya berkonsultasi dengan wali murid, Djamilah menetapkan kebijakan jam masuk kelas dimulai pukul 06.00WIB dan pulang pukul 12.00 WIB. Tujuannya agar pelajaran yang disampaikan kepada siswa menjadi lebih banyak. Sejauh ini, para siswa bisa hadir tepat waktu. Agar kebijakan ini berjalan
PROF I L lancar, ia menerapkan buku pengendalian yang ditulis para siswa sendiri. Khusus untuk siswa kelas 6, diberikan pelajaran tambahan. Di luar kegiatan tadi, dilaksanakan pula berbagai agenda pengembangan diri, seperti Qira’atul Qur’an, Kajian Kitab Kuning khususnya yang berkaitan dengan ajaran akhlak, UKS, kepramukaan, kaligrafi dan seni lukis, seni musik relijius dan teknologi informasi komunikasi. Berkat pelaksanaan kegiatan pengembangan diri yang kaya sebagaimana disebutkan di atas, madrasah ini menjadi juara umum dalam Porseni se-Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri. Sebagai lembaga pendidikan plus, MI Bustanul Ulum tergolong cukup diminati. Siswa yang belajar di MI ini mencapai 232 orang, paling banyak di Desa Tunglur, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri. Padahal, di desa yang sama, terdapat enam sekolah tingkat dasar. Bahkan SD negeri pun kalah dalam hal jumlah siswa dengan MI Bustanul Ulum. Mengapa madrasah yang diperkuat 12 guru, 1 tenaga TU dan 1 tenaga keamanan ini cukup diminati masyarakat? Djamilah menjelaskan, secara umum MI memang lebih diminati dibandingkan SD umum. Rata-rata MI di desanya, termasuk yang dia kelola, punya rekam jejak yang bagus. Sejauh ini, nilai ujian MI cenderung lebih tinggi dibandingkan SD, dan masyarakat mengetahui itu.
Selain itu, masyarakat juga bisa menyaksikan bahwa lulusan MI rata-rata berani tampil berbicara di depan. Selain itu, dalam masalah kecakapan agama, lulusan MI juga lebih baik. Mereka lebih bagus dalam menghafal juz amma (juz ketigapuluh dari al-Qur’an) dan asmaul husna. Hal-hal ini sangat berarti bagi masyarakat Badas yang agamis. Namun, dengan berbagai prestasi itu, Djamilah dan pengelola lain merasa belum puas. Direncanakan ke depan, MI Bustanul Ulum menjadi full day school. Terkait dengan rencana itu, beberapa sarana dan prasarana akan disiapkan, seperti masjid untuk tempat shalat jamaah. Menyangkut dana blockgrant yang diterima dari program MEDP, madrasah ini akan mempergunakannya untuk meningkatkan kualitas sarana prasarana, seperti pembangunan kelas baru dan perpustakaan, di samping untuk peningkatan mutu guru. Menyangkut mutu guru, sejak lama memang telah dilakukan pelatihan bagi para guru secara swadana, dengan mengundang ahli dari luar. Keberadaan dana hibah melalui MEDP membantu pihak madrasah untuk membuat training yang lebih baik dan intensif. Selamat terus berinovasi, semoga langkah terobosan dan prestasi MI Bustanul Ulum bisa menjadi inspirasi bagi madrasahmadrasah lainnya. (yyh) DIRASAH
17
PROFIL
MTs Hasyim Asyari Blora
Berkembang Berkat Komunikasi yang Baik
Karena merupakan bagian tak terpisahkan dari pondok pesantren, tentu saja corak pendidikan ala pesantren di madrasah ini sangat kental.
P
ada akhir 1988 tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di wilayah Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, khususnya Dusun Jompong Desa Sumber yang tergabung dalam kepengurusan Madrasah Ibtidaiyah Bustanut Tholibin diantaranya KH. Umar Basyar (Ketua), H. Abdurrahim (Bendahara), Rusmidjan (Kepala MI Bustanut Tholibin) dan Imron Rosyidi (guru MI Bustanut Tholibin) mengadakan pertemuan untuk membahas pendirian sekolah lanjutan setingkat SLTP. 18
November 2009
Gagasan tersebut muncul karena berbagai pertimbangan. Pertama, umat Islam di wilayah Kecamatan Kradenan mayoritas adalah warga NU sehingga secara teoritis akan memberikan dukungan penuh terhadap lembaga pendidikan MTs/SMP yang didirikan oleh NU. Di wilayah Kecamatan Kradenan (bagian utara khususnya) terdapat lima Madrasah Ibtidaiyah dan 28 Sekolah Dasar yang secara kuantitas diharapkan dapat menjadi sumber masukan calon siswa baru. Ketiga, banyak alumni MI maupun
PROF I L SD yang tak bisa melanjutkan sekolah karena faktor ekonomi terutama dari golongan anak yatim dan fakir miskin sehingga perlu diberikan kesempatan melalui biaya murah. Akhirnya, pada tahun 1989, MTs Hasyim Asyari benar-benar berdiri dan mulai menerima siswa. Saat ini, jumlah guru MTs Hasyim Asy’ari Kradenan adalah 22 orang terdiri dari 11 laki-laki dan 11 perempuan. Sedangkan jumlah karyawan lima orang terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan. Jumlah siswa pada Tahun Pelajaran 2009/2010 mencapai 380 siswa terdiri dari 190 laki-laki dan 190 perempuan. Sebagai lembaga pendidikan yang dikepung oleh empat SMP Negeri dan satu SMP swasta yang jaraknya tiga hingga lima km (antarsekolah), MTs Hasyim Asy’ari memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh sekolah lain, yang membuatnya bisa berkembang dan bertahan sampai sekarang. Sholikin, Kepala Madrasah, menjelaskan bahwa keunggulan itu antara lain fakta bahwa MTs Hasyim Asy’ari merupakan satu-satunya MTs di Kecamatan Kradenan sehingga sangat potensial menjadi idola masyarakat NU di wilayah Kecamatan Kradenan. Kemudian, kekompakan dewan guru dan pengurus yayasan bisadiandalkan. Hal ini merupakan potensi yang sangat besar dan menjadi basis peningkatan kualitas madrasah. Selain itu, dalam even-even
olahraga khususnya di Kecamatan Kradenan MTs Hasyim Asy’ari sering bahkan hampir langganan menjadi juara umum pada peringatan HUT Kemerdekaan RI. Dan yang tak kalah penting, hubungan kekeluargaan antara guru dengan guru, guru dengan pengurus, guru dengan siswa dan guru dengan wali murid sangat dekat, sehingga segala kebijakan yang diambil merupakan kebijakan bersama dan mudah disosialisasikan kepada warga madrasah. Secara akademik, telah cukup banyak prestasi yang diraih madrasah ini. Antara lain peraih NEM terbaik I MTs se-Kabupaten Blora tahun 1995; peraih Nilai Ujian (EBTANAS dan EBTAN) terbaik I dan II MTs se-Kabupaten Blora tahun 2000; juara II Lomba administrasi MTs se-Kabupaten Blora tahun 1998; peraih NEM Terbaik Ujian Nasional MTs se-Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2007/2008. Untuk meningkatkan mutu madrasah, beberapa langkah telah diambil, di antaranya pengembangan program pembibitan pohon jati bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Blora, dan pada tahun 2007 MTs ini meraih predikat terbaik. Kemudian, dilaksanakn juga program pengembangan bakat seni siswa; dengan salah satu prestasi yang bisa dibanggakan, pada tahun 2007, MTS ini telah menerbitkan sebuah album musik Hadrah bertajuk Hasyima Ria. (*is/*sof) DIRASAH
19
P R O G RA M
Sebagian Blockgrant Telah Cair CPMU menggelar rapat koordinasi terakhir tentang persiapan teknis pelaksanaannya
S
ejumlah madrasah kini telah mulai dapat menerima dana blockgrant yang telah dijanjikan dalam program MEDP. Menurut Advisor senior MEDP Wahidin, blockgrant memang tidak dicairkan secara serentak, namun bertahap sesuai dengan dokumen yang telah dikerjakan dan disetujui. Semua data madrasah berupa MDP (Madrasah Development Plan) yang sudah masuk ke CPMU tentu akan dibuatkan dokumen pencairan dana blockgrantnya secara maraton. Namun, tentu ini tak bisa sekaligus tuntas. Meski begitu Wahidin optimis pada November nanti semua dana telah dicairkan ke seluruh madrasah peserta program MEDP. Proses pengucuran blockgrant melewati beberapa jenjang, sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan bersama pihak Departemen Agama dan bank. Pertama adalah mekanisme pembuatan dokumen yang dilakukan oleh CPMU. Basis data pembuatan dokumen
20
November 2009
proyek oleh CPMU ini menggunakan data dari setiap madrasah, yang berupa MDP. Selanjutnya pembuatan dokumen dilakukan oleh kantor Tata Usaha (TU) Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama. Dari TU Direktorat, dokumen selanjutnya diserahkan kepada Bagian Keuangan Departemen Agama. Kemudian ini dilanjutkan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) sebelum akhirnya dicairkan di bank yang telah ditentukan. KPPN merupakan instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan RI yang menjalankan tugas dan fungsi sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara. Institusi ini mempunyai peran yang penting dalam proses pencairan dana APBN, penatausahaan penerimaan negara dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran. Terlihat dalam proses pencaiaran blockgran melibatkan banyak unsur. Menurut Wahidin, pembuatan dokumen tak mungkin langsung diselesaikan sekaligus, namun harus dilakukan secara bertahap. Di CPMU, misalnya, jika ada sejumlah dokumen yang telah diselesaikan, maka langsung diserahkan ke TU
PROGRAM Direktorat, begitu juga selanjutnya. “Kita tidak menunggu semua dokumen selesai dikerjakan untuk diserahkan ke tahap berikutnya, namun secara bertahap,” ujar Wahidin. Untuk saat ini pembuatan dokumen di CPMU sudah selesai. Selanjutnya proses dilakukan oleh tahap-tahap selanjutnya. Tentunya dokumen yang sudah diserahkan CPMU bisa langsung dikejakan oleh tahap selanjutnya, karena masing-masing jenjang tidak hanya mengerjakan program MEDP. Petugas di Bagian Keuangan Depag misalnya, selain mengerjakan dokumen MEDP juga mengerjakan proyek-proyek lain yang ada di bawah Depag. Setiap jenjang membutuhkan waktu yang berbeda sesuai dengan jumlah tenaga yang ada. Di CPMU misalnya dengan tenaga sebanyak lima orang, masing-masing orang bisa menyelesaikan maksimal 8-9 dokumen setiap hari. Maka jika setiap hari maksimal 36 dokumen, maka lima ratus dokumen
bisa diselesaikan maksimal sekitar setengah bulan. Dokumen yang dibuat pada proses ini adalah dokumen proyek untuk melengkapi syarat administrasi pengucuran blockgrant. Seperti dokumen untuk kebutuhan pelaporan akuntansi. Sehingga dengan adanya jenjang penyempurnaan dokumen tiap tingkat ini bisa membuat proyek yang dilaksanakan bisa sesuai dengan prosedur dan tidak bermasalah di kemudian hari. Nantinya setiap madrasah bisa langsung mendapatkan uang sesuai dengan blockgrant yang telah disetujui oleh MEDP. Wajidin berharap agar madrasah yang telah mencairkan dan menerima dana dari blockgrant bisa langsung mempergunakannya untuk program yang telah ditentukan. “Berbagai program yang telah dicanangkan bisa langsung dilakukan. Seperti pembangunan fisik dan lainnya sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan’” kata Wahidin.
DIRASAH
21
P R O G RA M
Menag: Madrasah itu Pendidikan Yang Unik google.com
Akibat gempa di Jabar, Sumbar dan Jambi beberapa waktu lalu, ratusan sarana pendidikan agama
M
enag Suryadharma Ali mengatakan, madrasah di Indonesia merupakan lembaga pendidikan cukup unik, namun kualitas madrasah di Indonesia saat ini masih lebih rendah dibanding sekolah umum. Karena 22
November 2009
itu, pemerintah melalui Departemen Agama berupaya untuk mewujudkan kesetaraan kualitas antara madrasah dengan sekolah. “Memang betul ada perbedaan kualitas antara madrasah dibanding sekolah umum. Karena sebagian
PROGRAM besar madrasah dikelola swasta 91,5 persen, yang negeri hanya 8,5 persen,” kata Suryadharma kepada wartawan seusai membuka Seminar Internasional Pendidikan Madrasah Negara-Negara E-9 di Jakarta, Selasa (3/11). Menag mengatakan, madrasah di Indonesia adalah lembaga pendidikan formal yang kurikulumnya mengacu pada kurikulum pendidikan nasional, tapi memiliki muatan agama yang lebih banyak dibanding sekolah. Jika sekolah formal di bawah Departemen Pendidikan Nasional, madrasah dipayungi Departemen Agama. Sekarang ini, kata Menag, sebagian besar atau 91,5 persen merupakan madrasah swasta yang didirikan atas inisiatif para tokoh agama dan masyarakat untuk mengembangkan pendidikan. “Mereka adalah pahlawan untuk mencerdaskan anak bangsa dengan kekuatan sendiri,” katanya. Menag mengungkapkan, anggaran pengelolaan madrasah swasta satu sama lain tidak sama. Akan tetapi memiliki pembiayaan dengan level yang berbeda, sehingga kualitasnya masing-masing madrasah swasta pun bisa berbeda. “Sekarang kita sedang upayakan ada perlakukan yang sama,” ujarnya. Menurut Dirjen Pendidikan Islam Mohammad Ali, pendidikan madrasah di Indonesia mempunyai sejarah yang berbeda dengan pendidikan sekolah pada umumnya. Madrasah mempunyai sejarah yang panjang dan telah dianaktirikan semenjak era
penjajahan Belanda. “Perkembangan menggembirakan terjadi pasca disahkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa madrasah adalah sekolah umum berciri khas Islam,” ujarnya. Sementara itu Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh mengatakan dalam konsep Education For All (EFA), tidak boleh ada diskriminasi dalam pendidikan, baik karena kewilayahan seperti desa dengan kota, keagamaan dan umum maupun karena status sosial. “Sekarang bukan zamannya lagi ada diskriminasi, tidak ada yang tidak punya kesempatan untuk sekolah,” katanya. Dirjen Pendis Depag menambahkan, seminar internasional pendidikan madrasah negara-negara E-9 diikuti peserta dari Bangladesh, Brazil, China, India, Indonesia, Meksiko, Mesir, Nigeria dan Pakistan. Pertemuan yang berlangsung tiga hari mulai 3 hingga 6 November tersebut dimaksudkan guna mensosialisasikan model pendidikan madrasah modern dan membangun komitmen dari negara E-9 yang tertarik dalam membantu program pendidikan madrasah. Selama seminar berlangsung, juga diisi kegiatan kunjungan ke beberapa madrasah unggulan berstandar nasional di antaranya MAN Insan Cendikia Serpong Tangerang dan dilanjutkan kunjungan ke Pondok Pesantren Al-Masthuriyah, Sukabumi. DIRASAH
23
PROGRAM
Tak Benar Lulusan PTIN Sulit Dapat Kerja
S
ekjen Departemen Agama (Depag) Dr. Bahrul Hayat mengatakan, anggapan sementara orang yang menyatakan lulusan Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) terutama lulusan Fakultas Syariah dan Dakwah sulit dapat pekerjaan adalah tidak benar. “Lulusan Fakultas Syariah dan Dakwah kini bertebaran dimanamana baik sebagai dosen maupun hakim diberbagai Pengadilan Agama maupun Pengadilan Tinggi Agama,” katanya kepada wartawan di Mataram, beberapa waktu lalu. Sebelumnya Wakil Gubernur NTB, pada acara pertemuan Forum Dekan Syari`ah dan Dakwah di Senggigi, Lombok Barat mengatakan, lulusan fakultas Syari`ah dan Dakwah masih sulit untuk menembus dunia kerja atau lapangan pekerjaan yang ada saat ini. “Hal ini mengakibatkan kurangnya minat masyarakat terhadap kedua fakultas tersebut,” katanya. Dikatakan, pendidikan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan, khususnya pembangunan SDM dan karakter bangsa. Dalam kerangka ini, kegagalan mengelola pendidikan jelas akan berdampak buruk bagi kondisi bangsa. 24
November 2009
Namun, kekhawatiran itu ditolak Sekjen Depag. Ketika menghadiri peresmian kampus baru IAIN Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), dia menjelaskan, apapun alasannya pihaknya tetap akan membuka Fakultas Syariah dan Dakwah karena masih dibutuhkan. Dikatakan, Fakultas Syariah dan Dakwah dibuka semata-mata untuk meningkatkan SDM, bukan semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan. Kalau seseorang sudah tamat belajar dan banyak ilmunya, pekerjaan akan datang dengan sendiri. Pada tahun 2009 saja, Depag membangun sekitar 300 Kantor Urusan Agama (KUA) di berbagai provinsi di Indonesia termasuk NTB. “Dan yang akan mengisi KUA tersebut tidak lain adalah tamatan sof Fakultas Syariah,” jelasnya.
PROGRAM
Kualitas Pendidikan di Sekolah Agama Sudah Baik
K
ualitas pendidikan di sekolah-sekolah agama milik pemerintah sudah cukup baik seperti sekolah umum negeri, namun untuk madrasah yang didirikan swasta sebagian masih tertinggal dalam mutu pendidikan. Dirjen Pendidikan Islam Mohammad Ali pada suatu kesempatan mengatakan, sekolah-sekolah agama negeri memiliki guru dengan kualifikasi bagus dan bahkan juga mendapat pendidikan setara strata dua, begitu juga dengan fasilitas yang mereka miliki. “Atas dasar itu saya minta agar orang tua tidak perlu sungkan menyekolahkan anak mereka ke sekolah agama negeri akibat takut kemampuan anak mereka tidak sebaik di sekolah umum,� ujarnya. Ia mencontohkan madrasah Insan Cendekia yang ada di Serpong Tangerang bahkan sudah menjadi sekolah berstandar internasional dan 70 persen siswanya lulus di PTN favorit di Indonesia. Menyangkut madrasah swasta, Muhammad Ali menyatakan, yayasan selaku pengelola harus berusaha meningkatkan kualitas sekolah dengan merekrut guru berkualitas dan selalu melengkapi sarana dan prasarana di
lembaga pendidikannya. Ia mengatakan, Depag tetap mendorong agar orang tua menyekolahkan anak-anak mereka ke madrasah dan pesantren agar makin banyak generasi muda yang memiliki pengetahuan agama bagus sebagai bekal di masa datang. Dalam era global sekarang, generasi muda selain memiliki ilmu pengetahuan luas juga harus memiliki budi pekerti dan akidah yang kuat agar bisa membentengi diri dalam pergaulan dan pekerjaan. Plt Kandepag kota Bekasi, Abdul Syakur, menyatakan untuk di kota Bekasi, kualitas madrasah baik tsanawiyah maupun aliyah negeri sudah sangat baik dan tidak kalah dengan sekolah umum. Di madrasah siswa diajari berbagai pelajaran tentang agama, sejarah kebudayaan Islam, pemahaman Al-Qur`an dan praktek shalat berjamaah sementara pendidikan umum mendapat porsi yang cukup besar lainnya sekolah umum. Kesadaran orang tua menyekolahkan anak mereka di sekolah agama cukup tinggi, bahkan jumlah calon siswa di madrasah jauh melebihi daya tampung hingga mengakibatkan sebagian anak belum bisa diterima. DIRASAH
25
P RO G RA M
Negara E-9 Diajak Membantu Majukan Madrasah
M
enteri Agama Suryadharma Ali membuka seminar internasional pendidikan madrasah negara-negara E-9, Bangladesh, Brazil, China, India, Indonesia, Meksiko, Mesir, Nigeria dan Pakistan di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (3/11). Seminar yang berlangsung tiga hari, 3 hingga 6 November, tersebut dimaksudkan guna mensosialisasikan model pendidikan madrasah modern dan membangun komitmen dari negara E-9 yang tertarik dalam membantu program pendidikan madrasah. Pendidikan madrasah, kata Menag, tergolong khas karena berbeda dengan pendidikan nasional yang ada di negara ini. Madrasah pada zaman kolonial dianaktirikan. Karena itu sistem pendidikan madrasah pun berbeda dengan negara Islam lainnya. Karena itu, seminar tersebut amat penting bagi kemajuan pendidikan secara umum. Tujuan seminar itu sendiri dimaksudkan untuk mendapat masukan dan tukar pengalaman dengan negara E-9 dalam rangka menemukan cara terbaik untuk meningkatkan profesionalitas pendidikan dan tenaga pendidikan di Indonesia. Selama seminar berlang26
November 2009
google.com
sung, para pemerhati pendidikan dari negara ASEAN pun hadir sebagai pemantau. Kegiatan ini pun diisi dengan kunjungan ke beberapa madrasah nunggulan berstandar nasional di antaranya Madrasah Aliyah Negeri(MAN) Insan Cendikia Serpong Tangerang dan dilanjutkan kunjungan ke Pondok Pesantren Al Masthuriyah, Sukabumi. Indonesia dalam pertemuan kali ini mengangkat program unggulan tentang penyelenggaraan madrasah modern. Hadir dalam seminar tersebut Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Moh Nuh, Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama Moh. Ali dan para praktisi pendidikan dari dalam negeri dan luar negeri. (*sof)
PROGRAM
Pesantren tidak Mengajarkan Kekerasan
A
khir-akhir ini banyak sekali pihak yang telah menyalahgunakan agama Islam sebagai dasar untuk melakukan tindak kejahatan maupun aksi teror yang sedang terjadi di negeri ini. Demikian sambutan Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali, saat membuka acara The 9th Annual Conference on Islamic Studies di Pendapi Balaikota Surakarta, Senin (2/11). Belakangan ini, tutur Suryadharma, banyak sekali pihak yang menggunakan ilmu Islam untuk melakukan sebuah tindakan kejahatan seperti terorisme yang sering melanda bangsa Indonesia. Maka, kata dia, Islam harus ditafsirkan sesuai dengan jalurnya, sehingga dapat diamalkan oleh semua umat Islam dengan benar. Sebelumnya, peneliti terorisme dan ideologi gerakan transnasional dan pengajar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Agus Maftuh Abegebriel menyatakan, kekerasan yang mengatasnamakan agama tidak diajarkan di pesantren. Pesantren malah mengajarkan bagaimana hidup rukun dengan berbagai golongan. Pernyataan tersebut diungkapkan Agus saat menyampaikan materi di acara diskusi publik “ Jihad dan Terorisme” yang diselenggar-
akan GP Anshor Provinsi Banten di Kota Serang. Agus juga mengemukakan, umat Islam di Indonesia harus mewaspadai ideologi yang disebarkan oleh teroris, yakni menolak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. “Mereka ingin mendirikan negara Islam di Indonesia, dan kita sudah final bahwa Pancasila dan NKRI adalah harga mati,” tegasnya. ecara gamblang Agus menguraikan, bahwa terjadinya teror di Indonesia selama ini tidak lepas dari peran Jamaah Islamiyah (JI), mulai dari tragedi Bom Bali hingga dua kali pengeboman di Mega Kuningan Jakarta. Namun lepas dari persoalan tudingan bahwa JI atau kelompok lain yang bertanggungjawab di balik bom Kuningan II, Agus memaparkan bahwa bahaya ideologis justrul ebih mengancam NKRI. “Oleh karena itu saya seringkali mengusulkan agar pemerintah membentuk pertahanan ideologi forensik atau membedah ideologi yang tertanam itu untuk mengetahui seluk beluk ideologi yang ditanamkan,” terangnya. Selain itu, menurut Agus ideologi mereka yang jelas adalah membubarkan NKRI dan anti Pancasila. “Inilah yang sangat berbahaya,” tegasnya. DIRASAH
27
S U K S ES
K.H. Muhammad Masthuro
Mendidik Demi Dakwah
K.H. Muhammad Masthuro pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Ahmadiyah Sukabumi. Bahkan ia membuka cabangnya di Tipar, yang kelak berkembang menjadi Pondok Pesantren Al-Masthuriyah.
S
ungguh tepat Panitia membawa rombongan peserta Seminar Madrasah Negara E-9 yang berlangsung di Jakarta awal November lalu, berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Masthuriyah, Tipar, Sukabumi Jawa Barat. Pesantren ini dirintis sejak 1920 oleh K.H. Muhammad Masthuro, seorang tokoh yang 28
November 2009
mengenyam pendidikan di banyak tempat, termasuk di Sekolah Ahmadiyah. Tapi maaf, nama Sekolah Ahmadiyah yang dimasuki Kyai Masthuro pada 1916 bukanlah nama aliran yang menghebohkan di kalangan ummat Islam sekarang. Inilah sekolah umum berijazah yang ada di Sukabumi saat itu. Kyai
SUKSE S Masthuro bersekolah di sana dari 1916 hingga 1918, dan beroleh ijazah darinya. Ijazah lainnya ia peroleh dari Sekolah Kelas II Rambay Cisaat (1911-1914). Selain di kedua sekolah tadi, Masthuro lebih banyak mengenyam pendidikan pesantren di sepuluh tempat. Dimulai pada 1907 dengan belajar ngaji ke orangnya, ia lalu berpindah-pindah dari satu pesantren ke pesantren lainnya di wilayah Sukabumi, untuk mengaji kitab kuning. Para ustadznya, antara lain, K.H. Ahmad Sanusi pendiri ormas Persatuan Umat Islam (PUI) dan Habib Syech Ibn Salim Al Attas. Seusai mengaji kitab-kitab kuning di Pesantren Cantayan yang dipimpin oleh K.H. Ahmad Sanusi, pada 1920 ia kembali ke kampung halamannya. Tepat tanggal 1 Januari 1920 M (9 Rabiul Akhir 1338 H), mulailah K.H. Masthuro mendirikan sebuah madrasah di Kampung Tipar yang diberinya nama Sekolah Ahmadiyah, sebagai cabang dari Ahmadiyah Sukabumi. Baru pada 1941 ia memisahkan diri dan berdiri sendiri dengan nama Sekolah Agama Sirojul Athfal. Masyarakat Tipar kala itu suka berjudi, mengadu ayam, ronggeng yang menjurus pada prostitusi tahap awal, dan madat. Kegiatan peribadatan menjadi sepi. Banyak orang yang berani meninggalkan shalat yang merupakan tiang agama Islam. Bahkan telah berkembang suatu kepercayaan atau aliran yang disebut hakok.
Kondisi masyarakat seperti itulah yang antara lain mendorong K.H. Masthuro untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam sebagai tempat pembinaan manusia yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain, dapat menuntut dirinya dan orang lain untuk meninggalkan halhal yang dilarang Islam dan mengerjakan apa-apa yang menjadi perintah Islam. Jelas semangat K.H. Masthuro dalam mendirikan pesantren berangkat dari niat dakwah. Dalam pelaksanaan dakwahnya, K.H. Masthuro lebih banyak menggunakan cara praktis dengan membaurkan diri dalam kehidupan orang yang akan diajaknya. Membaurkan diri dalam kehidupannya, tidak berati ikut larut dalam kegiatan mereka dengan melupakan prinsip sehingga meninggalkan apa yang akan disampaikannya itu. Dalam prakteknya, K.H. Masthuro menggunakan media dakwah seperti memancing, tembang sunda, menjala ikan, pencak silat, dongeng sunda, negepung (menyumpit burung di sawah), dan adu kuda-kudaan (di sungai yang airnya deras). Penggunaan media tersebut didasarkan bahwa kegiatan-kegiatan itulah yang paling banyak digemari masyarakat. Kebetulan masyarakat Kampung Ciawi yang jaraknya sekitar 4 kilometer dari rumah K.H. memiliki kegemaran mendengarkan tembang sunda. Setiap malam mereka selalu berkumpul untuk menyalurkan kegeDIRASAH
29
S UK S ES maran ini. Akitabnya, banyak ajaran Islam, seperti shalat, ditinggalkan. Melihat ini, K.H. Masthuro mengajak temannya yang pandai melantunkan tembang sunda. Mereka pun berangkat ke kampung itu. K.H. Masthuro beserta temannya terlibat dalam kesenangan mereka. Mereka memperbincangkan tembang sunda. Tema pembicaraan yang sesuai dengan kegemaran mereka, tentu saja sangat menarik dan menimbulkan rasa simpati. Bukan hanya itu. K.H. Masthuro pun menyumbangkan tembang sunda melalui temannya tadi. Maka lengkaplah sudah simpati masyarakat Ciawi terhadap K.H. Masthuro. Ketika suatu malam Jumat, K.H. Masthuro mengajak masyarakat untuk meninggalkan tembang sunda, dan mennggantikannya dengan membaca qul-hu (surat al-Ikhlas). Karena sudah bersimpati, maka ketika K.H. Masthuro mengajaknya untuk mempelajari bacaan-bacaan shalat dan al-Quran disambutnya dengan penuh antusias. Media dakwah “memancing� digunakan K.H. Masthuro ketika mengetahui adanya seorang preman baragajul yang bernama Mari. Tubuhnya kekar. Perangainya buruk dan menakutkan. Diantara kegemaran Mari yang paling disukainya adalah memancing. Mengetahui kegemarannya, K.H. Masthuro mendatangi Mari. Beliau menanyakan segala masalah yang berhubungan dengan memancing. Yang ditanya tentu saja 30
November 2009
menjawab dengan penuh semangat karena pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kesenangannya. Pada akhir pembicaraan, disepakatilah untuk memancing bersama. Kedua insan yang berbeda ini pun pergi memancing. Pada saat asyik dengan kegiatannya, datang waktu shalat dzuhur. K.H. Masthuro meminta ijin kepada Mari untuk melaksanakan shalat. Salatlah K.H. Masthuro di atas batu, disaksikan oleh teman barunya. Begitu pula ketika datang waktu shalat ashar. Menjelang magrib, keduanya kembali ke rumah K.H. Masthuro. Setibanya di rumah, K.H. Masthuro meminta Mari untuk tidak pulang dulu karena akan disajikan makan besar. Sebelum makan malam, K.H. Masthuro meminta ijin untuk menunaikan shalat. Mari sendiri tidak shalat. Seusai shalat, buru-buru K.H. Masthuro ke luar masjid, tanpa membaca wirid dan shalat sunat. Padahal wirid dan shalat sunat kebiasaan K.H. Masthuro yang tak pernah ditinggalkannya. Makanlah mereka berdua. Usai makan, K.H. Masthuro membekali Mari ikan yang besar untuk istrinya yang ditinggalkannya seharian. Sejak itulah, Mari merasa terkesan dengan K.H. Masthuro. Yang paling mengesankannya terutama adalah perhatian seorang Kyai besar kepada preman besar. Kyai itu tidak memperlihatkan rasa benci dan jijik sedikitpun kepada Mari sebagai preman pembuar onar.
SUKSE S
Ekstra Ketat Urusan Salat
P
erhatian K.H. Masthuro begitu besar terhadap masalah shalat. Ia tercatat pernah menyusun buku Manqulat Muhimmah fi Kaifiyah al-Shalat yang berisikan nukilan-nukilan tentang shalat dari berbagai kitab fiqh. Buku ini selain sebagai bahan rujukan, juga dijadikan mata pelajaran tersendiri seperti hal Tauhid, Fiqh, Qawaid Arabiyah dsb. Bahkan alokasi waktu yang diberikan untuk pelajaran shalat sama dengan pelajaran-pelajaran yang lain. K.H. Masthuro melaksanakan pengawasan ektra ketat kepada para santrinya terutama pada segi-segi peribadatan, seperti dalam pelaksanaan shalat. Selain ia terjun lansung secara pribadi mengawasi kegiatan shalat dan hal-hal yang berhubungan dengan shalat, seperti masuk masjid sebelum waktunya, berwudlu sebelum waktunya, mendahulukan kaki kanan apabila masuk ke masjid). K.H. Masthuro juga mengangkat pengawas pembantu yang diangkat dari santri secara bergiliran secara kelompok yang disebut dengan patrol. Praktek beribadah kepada Allah bisa diwujudkan bukan hanya dalam shalat, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Seseorang yang berbuat untuk kepentingan
orang lain dan kepentingan masyarakat juga dapat dikategorikan sebagai perwujudan dari ibadah. Karena itu, K.dalam pendidikannya, H. Masthuro menekankan agar santri memiliki sifat pejuang yang mau membaktikan diri ke orang lain demi kepentingan orang lain. Itu sebabnya, santri hasil binaan K.H. Masthuro banyak bergerak dalam lapangan sosial, terutama sosial keagamaan. Profesi yang umum ditekuni mereka adalah guru ngaji, imam shalat, atau pimpinan madrasah dan organisasi sosial keagamaan. Pondok Pesantren Al-Masthuriyah kini telah memiliki sepuluh unit pendidikan, mulai dari Raudlatul Athfal (setara TK) sampai dengan pendidikan tinggi (Sekolah Tinggi Agama Islam).
DIRASAH
31
P E RSP EK T I F
Sekularisme di Sekitar Pendidikan Kita
D
alam teori sosiologi disebutkan, makin modern suatu masyarakat, makin menurun komitmen mereka kepada agama. Maka, modernisasi dipercaya bakal menghalau agama dari ruang institusi publik. Dalam proses menuju kemodernan ini, sekularisasi konon menjadi keniscayaan. Menurut teori yang digagas August Comte dan diamini Durkheim, Weber, Marx, Freud yang kemudian dikenal dengan ‘secularization thesis’ (David Martin, A General Theory of Secularization, 1978), sekularisasi merupakan akibat yang tak terelakan dari proses modernisasi. Masyarakat yang modern akan terlihat memiliki diferensiasi fungsi 32 32
November November 2009 2009
dan struktur sosial, dengan munculnya sistem birokrasi dan profesionalisme. Fragmentasi ideologi dan maraknya tren pluralisme dan relativisme, yang menyatakan tidak ada kebenaran tunggal, juga kian menguat. Selain itu terlihat juga pada privatisasi agama, sehingga agama dirasakan tidak lagi relevan dalam konteks sosial. Lalu terjadi rasionalisasi, di mana mitologi dan mistisisme, sihir dan perdukunan digantikan oleh sains dan teknologi. Harvey Cox dalam The Secular City menyimpulkan, sekularisasi tak bisa dibendung. Sehingga orang mau tak mau harus belajar mencintainya, kalau tidak ingin tersingkir dari pentas kehidupan. Sebuah ajakan yang
P ER SPE KTI F menunjukan betapa sekularisme telah menjadi paham yang begitu diyakini sebagai solusi jika sebuah bangsa mau maju. Ingkar Akhirat Sekularisme merupakan ideologi yang tidak sekedar berkaitan dengan politik yang memisahkan urusan agama dari negara, tapi juga berarti rumusan keyakinan yang mengingkari adanya kehidupan akhirat. Menganggap bahwa dunia adalah kehidupan yang hakiki, tak ada hidup sesudah mati, dan tak ada pertanggungjawaban di hadapan Tuhan (Dr. Syamsudin Arief, Orientalis dan Pluralisme Pemikiran, GIP, 2008). Worldview Barat yang keliru ini lahir dari cara mereka saat memaknai realitas. Realitas hanya ada pada sesuatu yang bisa diindra, empiris, dan sebuah realitas menafikan realitas lainnya. Berbeda dengan Islam yang memandang ada realitas lain selain realitas emperis. Seperti realitas qurani, duniawi, maupun spiritual-ruhani. Dr Hamid Fahmy Zarkasy menyebut ketiga realitas tersebut sebagai ayat qur’aniyah, kauniyah, dan nafsiyah. Ketiga realitas itu telah Allah perintahkan untuk dibaca seorang Muslim, sebagai media untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki clan abadi. Yaitu kebahagiaan berupa kemampuan melihat Tuhan (ru’yatullah). Mengingat pentingnya mengenal realitas ini, hingga ayat pertama yang Allah turunkan adalah perintah untuk membaca ketiga real-
itas tersebut (QS al-Alaq [96]: 1-2). Bagi seorang Muslim, mengenal Tuhan adalah kebahagiaan tertinggi. Dengannya, penghambaan seorang Muslim menjadi sempurna. Tapi bagi Barat, realitas itu tidak penting, karena hanya akan mengganggu proses penelitian ilmiah, dan menghambat kemajuan dunia. Cara pandang ini, mengakibatkan manusia menjadi mementingkan dunia. Dan segenap potensi mereka diarahkan untuk mengekploitasi dunia. Inilah sebabnya, menurut al-Attas (dalam Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Nuquib al-Attas), peradaban Barat selalu berubah. Banyak negara dan institusi yang dipengaruhi oleh semangat peradaban ini mengkonsentrasikan semua sumber berharga untuk melatih para pegawai dan pelajarnya agar dapat mengadaptasikan diri pada sesuatu yang disebut “perubahan�. Untuk itu, mereka selalu merevisi dan mengubah arah dan tujuan pengembangan dan pendidikan dasar, mengikuti kecenderungan umum dan perubahan yang datang dari Barat. Dengan demikian, tujuan dari pendidik sekular adalah kemampuann berkompetisi dalam menghadapi perubahan-perubahan kecenderungan dunia. Jika dalam salah satu teori Darwin disebarkan, yang terkuat akan tumbuh dan menang, sesuai dengan seleksi alam, maka dari paham kapitalis han liberal yang muncul belakangan, tercetuslah gagasan bahwa hanya dengan
DIRASAH
33
P ER SP EK T I F perjuangan yang bebas sajalah, kedudukan yang baik dan ekonomi yang maju dapat tercapai. Prof Dr Imam Suprayogo (Pendidikan Berpradigma Al-Quran, Pergulatan Membangun Tradisi dan Aksi Pendidikan Islam, 2004) menyatakan, “Pendidikan kita cenderung mengeksploitasi anak agar mampu bersaing dengan lainnya, demi memperoleh pekerjaan, yang ujungnya kesejahteraan di bidang ekonomi� Ini membuktikan bahwa paham sekularisme yang disebarkan bersama sekularisasi pendidikan, sekarang telah kita rasakan pengaruhnya. Salah satunya, banyak produk pendidikan yang hanya berorientasi kerja, dan mengukur kebahagiaan dengan sejumlah kekayaan. Tidak mencerahkan Model pendidikan sekular terbukti tidak mencerahkan manusia. Dan manjadikan seseorang justru sebagai manusia yang tidak utuh. Sebuah pendidikan yang bersifat parsial, pragmatis, dan dalam banyak hal bersifat paradoks, karena pendidikan yang ada hanya sebatas mengembangkan intelektual dan keterampilan. Pendidikan semacam ini hanya melahirkan orang-orang yang terampil dan cerdas secara intelektual, namun miskin dalam peringai dan tingkah laku. Karena masyarakatnya adalah masyarakat industri, maka yang akan laku adalah fakultas ekonomi. Karena masyarakat butuh informasi dan teknologi, maka yang diminati adalah fakultas teknik 34 34
November November 2009 2009
informatika. Akibatnya, fakultas keagamaan berkurang peminatnya. Dengan kurikulum yang mengusung misi sekularisasi-liberalisasi, tak heran jika akhir-akhir ini justru produk dari pendidikan fakultas agama yang lebih kencang teriak menghujat agamanya sendiri. Berbeda dengan tujuan pendidikan Barat yang sekular, tujuan pendidikan Islam, menurut al-Attas, adalah menolong pelajar untuk menjadi “manusia utuh�. Yaitu manusia yang memiliki kesadaran jati diri dan nasib spiritualnya, melalui ilmu pengetahuan yang benar dan tingkah laku yang baik. Pendidikan yang ideal adalah yang memperhatikan dimensi realitas, kapasitas, potensi fisik, intelektual dan spiritual dari peserta didik dengan seimbang. Untuk itu diperlukan sebuah perangkat pendidikan yang memenuhi unsur-unsur tersebut. Mulai dari guru, lingkungan sekolah dan kesiapan mental peserta didik, hingga program-program yang akan dijalankan. Pendidikan dengan model seperti inilah yang akan menopang bagi tegaknya peradaban Islam. Sebab, Islam sebagai sebuah peradaban yang bermartabat, bukan hanya gerakan fisik, tapi juga intelektual. Yang membuat peradaban Islam jaya, bukan kuatnya kekuasaan politik, melainkan semaraknya kajian keilmuan dalam masyarakat. Yang menjadi inti peradaban Islam adalah ulama yang tekun mengkaji ilmu. Wallahu a’lam bish-shawab. (hasib amrullah/gtr)
LE NSA
Foto-foto Pelatihan Manajemen Madrasah dan Pengembangan Kapasitas Madrasah di JawaTengah
Foto-foto:Istimewa
DIRASAH
35
Program MEDP untuk Madrasah yang Lebih Baik!
Departemen Agama RI
36
Departemen Agama RI Berperan Menuntaskan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun melalui Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Pondok Pesantren Salafiyah Ula dan Wustho, serta Program Paket A dan B di Pesantren
November 2009